Anda di halaman 1dari 10

ANALISIS NASKAH DRAMA “ANTING”

KARYA IMRAN LAHA

Disusun oleh:

1. Qoonitah Qurrotu A (J1B019003) 7. Puan Alya R (J1B019026)


2. Umirah (J1B019004) 8. Senandung Necika T (J1B019034)
3. Dwi Nur Hanifah (J1B019006) 9. Setyana Nurul F (J1B019041)
4. Putri Ayuni S K (J1B019007) 10. Aditya Noer R (J1B019054)
5. Bunga Nisa A (J1B019008) 11. Erika Damayanti (J1B019059)
6. Zahra Sekar N (J1B019010)

SASTRA INDONESIA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

2021
PEMBAHASAN

Drama merupakan tiruan kehidupan manusia yang diproyeksikan diatas di atas pentas.
Drama memiliki beberapa jenis diantaranya ada drama tragedi, komedi, serta melodrama.
Dalam sebuah pertunjukan drama, naskah adalah bagian yang paling penting. Naskah drama
berisi dialog-dialog para tokoh serta petunjuk teknis dari drama yang akan dipentaskan.

Sebagai bagian dari karya sastra, naskah drama memiliki beberapa unsur intrinsik
diantaranya plot, tokoh dan perwatakan, dialog, setting atau latar, tema, amanat, dan petunjuk
teknis. Unsur intrinsik digunakan sebagai pembentuk atau pembangun naskah drama. Unsur
intrinsik merupakan komponen utama dalam naskah.

A. Alur dalam Naskah Drama “Anting”

Alur merupakan jalan cerita dari awal hingga akhir yang merupakan jalinan konfik
antar tokoh yang saling berlawanan. Alur terdiri dari beberapa tahapan yaitu:

1) Exposition (pelukisan awal cerita)


Berisi pengenalan tokoh, penataan adegan cerita, dan hubungan antar tokoh yang
terdapat di dalam sebuah cerita. Bagian ini ditandai dengan kutipan sebagai berikut:
DI SUDUT BUMI MALAM. TERDENGAR ANGIN MENDESIR GANAS. IBARAT
KIPAS ANGIN, ADA SEGUMPAL CAHAYA LEWAT BERGANTI-GANTI
MENERANGI MEJA YANG KISRUH DENGAN BUNYI DENTINGAN GELAS,
TUANGAN AIR DALAM BOTOL, AIR YANG MENDIDIH, SUARA MESIN LAS
YANG TERKADANG EFEK SINAR LAS MENERANGI KEGELAPAN MISTERIUS
ITU DAN TERLIHAT SEAKAN SILUET NEGATIF FOTO/KLISE. KEKISRUHAN
TERUS BERLANJUT MENGIRINGI ALUNAN GERUTU YANG DALAM DAN
BERAROMA KEMARAHAN YANG KELUAR DARI SOSOK YANG TERTELAN
GELAP ITU. BAHKAN PERCIKAN-PERCIKAN LUDAH MENYUMPAH SEMESTA
DAN MENGGEMA MEMBERAIKAN BUHUL-BUHUL KEPEKATAN MALAM.

Kutipan diatas menjelaskan tentang suasana yang terjadi dalam cerita.

2) Komplikasi (pertikaian awal)


Pemunculan bagian-bagian dalam cerita yang menimbulkan suatu permasalahan.
Bagian ini ditandai dengan kutipan sebagai berikut:
MURID 4: Kalau begitu perempuan harus mempunyai atributnya, misalnya anting.
Tapi bagaimana dengan Siti yang tak bertindik segala ....

Dari kutipan diatas dapat diketahui bahwa permasalahan awal dimulai ketika seorang
murid mempemasalahkan Siti yang tidak bertindik. Mereka menganggap perempuan
yang tidak bertindik bukan seorang perempuan. Menurut murid-murid di kelas Siti,
anting adalah sebuah penanda bagi seorang perempuan dan tidak etis jika seorang
perempuan tidak bertindik.

3) Klimaks (titik puncak cerita)


Merupakan puncak dari permasalahan yang dihadapi oleh tokoh. Pada bagian ini
tokoh akan dihadapkan pada penentuan akhir yang akan ia alami, keberhasilan atau
kegagalan. Yang menjadi puncak permasalahan dalam naskah drama “Anting” adalah
pada saat Siti akan menunjukan kepada para perempuan dikelasnya bahwa tanpa
anting, perempuan tetaplah perempuan. Dengan menggunakan gergaji, Siti akan
menghilangkan anting yang ada pada telinga teman-teman perempuan dan gurunya.
Seperti dalam kutipan berikut:
GADIS BOTAK/SITI: Sekarang waktunya memusnahkan apa yang kalian
banggakan, yaitu anting...tapi aku tak akan memaksakan. Di tanganku ini, adalah
gergaji yang terbuat dari keihklasan. Gergaji ini yang menemukan dirinya sendiri
lewat kemarahan. Lihat geriginya, dia sangat marah, tapi sesungguhnya dia sayang
dan mau menyelamatkan kalian dari kemabukan terhadap anting. Sampai sekarang
pun dia bertanya apa kegunaan Anting. Tapi semua sudah terjawab! Tahu apa
jawabnya?...jawabnya adalah kehidupan perempuan. Maka, datangnya Gergaji di
sini untuk menghidupkan Perempuan tanpa Anting. Jadi kalian harus ihklas. Tak
akan ada rasa sakit...siapa yang mau duluan?

4) Resolusi (penyelesaian)
Akhir dari cerita, yang menjelaskan bagaimana nasib tokoh dalam cerita tersebut,
apakah bahagia, buruk, atau menggantung. Bagian ini ditandai dengan kutipan
sebagai berikut:
GURU: Telinga itu adalah kehidupan wanita. Kamu memotongnya hanya untuk
membuat kamu hidup. Selama ini kamu merasa mati di antara orang-orang yang
beranting. Sekarang kamu merasa hidup di antara kami yang tak bertelinga ini.
Selama ini kamu merasa seperti tak punya telinga, karena tak ada anting bertengger
di situ. Baik kamu harus hidup...dan kamu harus merasakan punya telinga yang
menyatu dengan tubuhmu. Kamu pikir gampang masalah telinga ini untuk wanita?
Sekarang biarkan telinga-telinga yang
menjadi kehidupan wanita masuk kedalam tubuhmu. Agar kamu tahu bagaimana
menjadi wanita. Ayo kita masukan telinga itu ke dalam perutnya...

Konflik yang ada dalam naskah drama “Anting” diakhiri dengan meninggalnya Siti
beserta teman kelas dan gurunya karena telinga mereka yang dipotong menggunakan
gergaji.

Alur yang terdapat dalam naskah drama “Anting” adalah alur campuran. Alur tersebut
dapat dilihat dari perubahan latar waktu. Perubahan latar waktu ditandai dengan perubahan
panggung dalam naskah drama.

KEREMANGAN MEMBAHANA BUMI. DENGAN SEKETIKA SOSOK DI BALIK GELAP


LENYAP, TERTUKAR SEBUAH KAMAR LOSMEN SEDERHANA YANG KHAS DENGAN
KEREMANGAN. ADA PINTU YANG TERTUTUP RAPAT BERNOMOR 501...

DI SUDUT BUMI YANG LAIN MEREBAK CAHAYA. SEIRING LENYAPNYA KAMAR


SENGGAMA PIKIR ITU. KINI YANG ADA REMAJA BERAMBUT MOHWAK, BERANTING
DI TELINGA KIRI, BERSINGLET HITAM, BERTATTO, DAN BERHADAPAN DENGAN
KOMPUTER...

Kedua mata remaja itu berbinar-binar dengan senyum simpul yang paling manis. Keduanya
melayangkan imajinasi pada keredupan cahaya yang makin redup, makin redup lagi, hingga
masuk dalam kepekatan gelap. Cahaya muncul berbentuk lingkaran di sudut bumi lain.
Berdiri sosok dengan dandanan seorang guru. Sosok itu seperti sedang mengajarkan
sesuatu.

Dari kutipan diatas dapat dilihat bahwa latar tempat awal dalam drama tersebut adalah
di sebuah kamar losmen. Kemudian adegan mengalami alur maju dan latar tempat telah
berganti menjadi di sebuah ruang komputer. Dalam adegan di ruang komputer, remaja
berambut mowhak itu melihat video dirinya yang sedang bersetubuh dengan Siti. Kemudian
cerita berlanjut dengan alur mundur dan kembali ke masa lalu. Kutipan diatas menjelaskan
asal mula permasalahan atau konlik yang terjadi. Dalam adegan di ruang kelas dijelaskan
bahwa guru menganggap anting sebagai penanda bagi seorang perempuan, namun pendapat
itu berlawanan dengan pendapat Siti yang menganggap bahwa tanpa anting perempuan
tetaplah perempuan.

Adegan-adegan dalam naskah drama “Anting” diceritakan dalam alur campuran yang
teratur. Berawal dari alur mundur, kemudian melaju menuju alur maju, dan kemudian
kembali menuju alu mundur. Kilas balik dalam adegan tersebut digunakan unuk menjelaskan
apa yang terjadi di masa lalu, sehingga pembaca dapat mengetahui konflik awal yang menjadi
permasalahan dalam naskah drama tersebut.

B. Penokohan dan Perwatakan dalam Naskah Drama “Anting”


1. Tokoh

Tokoh merupakan salah satu unsur penting dalam karya tulis seperti prosa atau drama.
Menurut Abrams, dalam Nurgiyantoro; 2010 (yang dikutip oleh Yusup, M. pada 2014), tokoh
adalah orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif atau drama yang ditafsirkan oleh
pembaca baik dari segi moral, maupun kecenderungannya atas apa-apa yang dilakukannya.
Penamaan tokoh juga dapat mewakili konflik yang hendak dikemukakan sebab akan
menimbulkan persepsi dan resepsi tertentu kepada penikmat karya.

Di dalam naskah drama yang berjudul Anting, karya Imran Laha, terdapat beberapa
tokoh yang ditampilkan. Antara lain:

1. Gadis botak atau Siti.


2. Pria Mohawk.
3. Teman.
4. Guru.
5. Murid-murid.
6. Perempuan Muda.
7. Nenek.
8. Istri.
9. Suami.
10. Siti Kecil.

Tokoh-tokoh tersebut menjadi pengisi kisah perjalanan seorang gadis muda, Siti, yang
berusaha menghilangkan stigma keanggunan perempuan dapat diwakilkan dengan sebuah
aksesoris, yaitu anting. Segala hal dilakukannya untuk membuktikan bahwa perempuan dapat
berkuasa atas dirinya sendiri. Namun hal tersebut berakhir tragis, sebab Siti terbunuh sebagai
perempuan yang tidak menggunakan anting, bahkan tak bertelinga.

1) Berdasarkan alur, tokoh dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu:


a. Tokoh sentral atau tokoh penggerak alur atau tokoh pusat cerita yang
menyebabkan munculnya konflik. Dalam drama ini, tokoh sentralnya adalah
Si Gadis Botak atau Siti.
b. Tokoh bawahan adalah tokoh yang tidak berpengaruh besar dalam perubahan
alur meski terlibat dalam perkembangannya. Pada drama ini, terdapat
beberapa tokoh bawahan, seperti Pria Mohawk. Ia menggiring laju alur dengan
menceritakan kisah Siti setelah bersetubuh dengannya.
c. Tokoh latar atau tokoh yang kehadirannya hanya menyemarakkan alur. Tokoh
murid-murid yang kebanyakan membeo betapa pentingnya anting dan kuping
bagi perempuan, merupakan tokoh latar di dalam drama.

2) Berdasarkan sifatnya, tokoh dibedakan menjadi lima, antara lain:


a. Protagonis atau yang sering disebut sebagai tokoh yang memiliki sifat-sifat baik.
Tokoh ini harus memiliki tujuan seperti tujuan ingin menang, membebaskan diri dari
sasuatu hal, atau menemukan sesuatu. Siti atau Si Gadis Botak merupakan tokoh
protagonis, sebabnya adalah ia memiliki tujuan untuk menghapuskan stigma tentang
anting dan telinga yang menurut masyarakat merupakan elemen penting dari seorang
perempuan. ‘Perempuan harus menurut pada apa yang didengarkan’, tokoh Siti ingin
mendobrak stigma tersebut.
b. Antagonis adalah tokoh yang berkebalikan dengan protagonis. Tokoh ini sama-sama
memiliki tujuan untuk mencegah tokoh protagonis dalam mencapai keinginannya.
Tokoh Guru adalah salah satu contoh tokoh antagonis di dalam drama Anting. Hal ini
diperkuat dengan ajarannya yang begitu kaku dan mengekang, sehingga berulang kali
mendebat gagasan yang dikemukakan tokoh Siti.
c. Tritagonis adalah tokoh yang berperan sebagai pihak tengah, atau tidak memihak
pertentangan yang menjadi konflik dalam cerita. Tokoh Pria Mohawk adalah tokoh
tritagonis sebab ia hanya mementingkan dirinya sendiri yang ingin menjadi dewasa
dengan mencicipi keperawanan tokoh Siti. Pula di akhir cerita, tokoh ini memiliki
kehendaknya sebagai penyuka sesama jenis.
d. Deutragonis adalah tokoh yang memihak protagonis. Tokoh Ayah atau Suami yang
memberi nama tokoh Si Gadis Botak dengan nama Siti Hawa, sama sekali tidak
mempermasalahkan ada tidaknya anting bagi anaknya yang seorang perempuan.
e. Foil adalah tokoh yang mendukung antagonis. Di dalam drama ini, tokoh foil
diperankan oleh Murid-murid, Istri, dan Nenek. Ketiganya mendukung pemberian
tindik di telinga perempuan.

2. Penokohan

Istilah ini meluaskan pengertian dari tokoh yang memiliki watak atau kepribadian
atau karakter yang diperoleh dari hal-hal berkaitan dengan tiga dimensi yaitu dimensi fisik
yang menggambarkan kondisi raga tokoh, dimensi psikis yang menggambarkan kondisi
kejiwaan tokoh, dan dimensi sosial yang menggambarkan keadaan sosial tokoh.

Penokohan tokoh drama Anting antara lain:

1) Siti Hawa atau Gadis Botak


a. Kondisi Fisik:
Nama: Siti Hawa atau Gadis Botak.
Jenis Kelamin: Perempuan.
Rambut: Botak, ia membotaki rambutnya setelah bercakap dengan Pria
Mohawk.
-Sudah tidak perawan setelah bersetubuh pertama kali dengan Pria Mohawk.
-Tidak menggunakan anting di kedua telinganya.
b. Kondisi Psikis:
Tidak stabil, hal ini dikarenakan oleh adanya tekanan dari lingkungannya juga
tokoh Siti mengonsumsi obat-obatan terlarang dan minuman keras.
c. Kondisi sosial:
Penuh tekanan, baik dari lingkungan sekolah yang tidak dapat menoleransi
perbedaan, juga tekanan dari lingkungan tempat tinggalnya karena ia
merupakan anak dari hasil hubungan di luar pernikahan yang sah, juga berasal
dari masyarakat kelas ekonomi bawah.
2) Pria Mohawk
a. Kondisi Fisik:
Nama: Tidak diketahui, hanya disebut sebagai Pria Mohawk dalam penandaan
dialognya.
Jenis Kelamin: Laki-laki.
Rambut: bergaya mohawk.
-Mengenakan anting sebagai gaya.
b. Kondisi Psikis:
Tidak stabil dikarenakan tokoh Pria Mohawk mengonsumsi minuman keras
dan obat-obatan terlarang, juga ia mendapatkan tekanan dari orang yang lebih
berumur di sekitar lingkungannya. Hal ini menjadikan ia berani mengawini
tokoh Siti.
c. Kondisi Sosial:
Penuh tekanan dari orang dewasa atau orang yang lebih tua di sekitarnya
sehingga menjadikannya terobsesi untuk melakukan tindakan yang dilakukan
orang dewasa seperti berhubungan sex. Hal ini belum menjadikannya puas,
tokoh Pria Mohawk pun melampiaskan hal tersebut kepada tindak asusila
sesama jenis.
3) Teman
a. Kondisi Fisik
Nama: tidak diketahui.
Jenis Kelamin: laki-laki.
-Seorang laki-laki penyuka sesama jenis.
b. Kondisi Psikis:
Tidak stabil karena di bawah pengaruh alkohol dan obat-obatan terlarang.
c. Kondisi Sosial:
Tidak diketahui pasti.
4) Guru
a. Kondisi Fisik:
Nama: Tidak diketahui nama asli.
Jenis kelamin: perempuan.
b. Kondisi Psikis:
Meski tidak di bawah alkohol atau obat terlarang, kondisi kejiwaan guru relatif
stabil.
c. Kondisi Sosial:
Tidak diketahui pasti.
5) Murid-murid
a. Kondisi Fisik:
Nama: Tidak diketahui nama asli.
Jenis kelamin: perempuan dan laki-laki.
b. Kondisi Psikis
Meski tidak di bawah alkohol atau obat terlarang, kondisi kejiwaan murid-
murid tidak stabil.
c. Kondisi Sosial:
Tidak diketahui pasti.
6) Nenek
a. Kondisi Fisik:
Nama: Tidak diketahui nama asli.
Jenis kelamin: perempuan.
b. Kondisi Psikis:
Meski tidak di bawah alkohol atau obat terlarang, kondisi kejiwaan Nenek
relatif stabil.
c. Kondisi Sosial:
Tidak diketahui pasti.
7) Istri
a. Kondisi Fisik:
Nama: Tidak diketahui nama asli.
Jenis kelamin: perempuan.
b. Kondisi Psikis:
Meski tidak di bawah alkohol atau obat terlarang, kondisi kejiwaan Istri relatif
stabil.
c. Kondisi Sosial:
Tidak diketahui pasti.
8) Suami
a. Kondisi Fisik:
Nama: Tidak diketahui nama asli.
Jenis kelamin: laki-laki.
b. Kondisi Psikis:
Meski tidak di bawah alkohol atau obat terlarang, kondisi kejiwaan Suami
relatif stabil.
c. Kondisi Sosial:
Tidak diketahui pasti.

9) Perempuan Muda
a. Kondisi Fisik:
Nama: tidak diketahui nama asli.
Jenis kelamin: perempuan.
-Ibu Siti yang membuang Siti saat masih bayi karena Siti lahir dari
hubungan terlarang.
b. Kondisi Psikis
Tidak stabil karena ia membuang bayinya yang lahir dari hubungan
terlarang.
c. Kondisi Sosial:
Tidak diketahui pasti.

Anda mungkin juga menyukai