Akuntansi Keprilakuan
“Akuntansi Sosial”
Oleh
Kelompok 6
1. Fatonah (B1C117035)
2. Selmira Apriani (B1C117111)
3. Syahrul Alim (B1C117204)
4. Fahra Amalia (B1C119096)
5. Fahrani Rahmasuci (B1C119097)
6. Grace Indryani (B1C119103)
7. Hardiman (B1C119105)
8. Hernina Mpolo (B1C119107)
9. Husnul Anissa (B1C119108)
10. Ida Bagus Surya S (B1C119109)
Kelas B
Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Halu Oleo
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, Allah swt., karena
telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kemampuan, kesempatan, dan pengetahuan sehingga
makalah ini bisa selesai pada waktunya.
Terima kasih juga penulis ucapkan kepada dosen pengampu mata kuliah Akuntansi
Keperilakuan, Dr. Emilia Nurdin, SE., M.Si, yang telah memberikan tugas kelompok ini,
serta teman-teman lain yang telah berkontribusi dengan memberikan ide-idenya sehingga
makalah yang berjudul “Akuntansi Sosial” ini bisa disusun dengan baik dan rapi.
Penulis berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan bagi pembaca.
Namun, terlepas dari itu penulis memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik yang konstruktif dan juga
saran yang membangun dengan maksud agar kedepannya makalah yang dibuat akan semakin
lebih baik lagi.
Kelompok 6
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................2
1.3 Tujuan Pembahasan.........................................................................................................2
1.4 Manfaat Pembahasan.......................................................................................................3
BAB 2 PEMBAHASAN............................................................................................................4
2.1 Definisi Akuntansi Sosial.................................................................................................4
2.2 Tujuan Akuntansi Sosial..................................................................................................5
2.3 Sejarah Akuntansi Sosial..................................................................................................5
2.3.1 Respons Perusahaan..................................................................................................7
2.3.2 Respons Profesi Akuntansi......................................................................................8
2.4 Akuntansi Biaya dan Manfaat Sosial...............................................................................8
2.5 Teori Akuntansi Sosial...................................................................................................10
2.6 Pengukuran, Pelaporan, Pengungkapan (Disclosure) Akuntansi Sosial.......................10
2.7 Pelaporan Kinerja Sosial................................................................................................13
2.8 Riset Masa Kini, Tanggung Jawab Perusahaan terkait Akuntansi Sosial dan
Lingkungan..........................................................................................................................15
2.8.1 Riset Masa Kini.......................................................................................................15
2.8.2 Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perusahaan............................................16
2.8.3 Penerapan Akuntansi Pertanggung jawaban Sosial dan Lingkungan.....................18
2.9 Teori yang Mendukung Laporan Pertanggung jawaban Sosial dan Lingkungan..........20
2.10 Usaha Meningkatkan Pelaporan Akuntansi Sosial dan Lingkungan...........................24
2.11 Dilema Perusahaan (Contoh Kasus)...........................................................................25
BAB 3 PENUTUP...................................................................................................................27
3.1 Kesimpulan....................................................................................................................27
3.2 Saran..............................................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................29
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang dapat di bentuk berdasarkan latar belakang di atas
adalah sebagai berikut
1. Jelaskan definisi Akuntansi Sosial!
2. Jelaskan tujuan dari Akuntansi Sosial!
3. Bagaimana sejarah Akuntansi Sosial?
4. Apa yang di maksud Akuntansi Biaya dan bagaimana Manfaat Sosial nya?
5. Jelaskan teori Akuntansi Sosial?
6. Jelaskan Pengukuran, Pelaporan, Pengungkapan (Disclosure) Akuntansi Sosial!
7. Bagaimana Pelaporan Kinerja Sosial?
8. Jelaskan Riset Masa Kini, Tanggung Jawab Perusahaan terkait Akuntansi Sosial
dan Lingkungan!
9. Jelaskan Teori yang Mendukung Laporan Pertanggungjawaban Sosial dan
Lingkungan!
10. Bagaimana Usaha Meningkatkan Pelaporan Akuntansi Sosial dan Lingkungan?
11. Sebutkan Dilema Perusahaan (Contoh Kasus)!
2
9. Untuk memahami Teori yang Mendukung Laporan Pertanggungjawaban Sosial
dan Lingkungan
10. Untuk memahami Usaha Meningkatkan Pelaporan Akuntansi Sosial dan
Lingkungan
11. Untuk mengetahui Dilema Perusahaan (Contoh Kasus)
Adapun manfaat pembahasan materi mengenai “Akuntansi Sosial” ini adalah sebagai
berikut
1) Bagi penulis, menambah kemampuan dalam menulis dan menjabarkan pokok-pokok
materi yang berkaitan secara lebih dalam dan juga sebagai bentuk penyelesaian tugas
yang diberikan oleh dosen pengampu mata kuliah Akuntansi Keperilakuan
2) Bagi pembaca, menambah wawasan dan pengetahuan yang lebih luas mengenai
pembahasan yang berkaitan sub materi mata kuliah akuntansi keperilakuan,
Akuntansi Sosial
3
BAB 2
PEMBAHASAN
Akuntansi sosial adalah pengukuran dan analisis dari konsekuensi sosial dan ekonomi
dari perilaku wirausaha dan pemerintahan. Walaupun akuntansi sosial fokus pada perilaku
organisasi bisnis dan pemerintahan, tetapi dalam bab ini pembahasannya difokuskan pada
akuntansi sosial bidang organisasi bisnis atau perusahaan. Pembahasan akuntansi sosial
berhubungan dengan bisnis dan lingkungan sekitarnya. Lingkungan bisnis mencakup, antara
lain sumber daya alam, komunitas tempat beroperasi, manusia yang bekerja, pelanggan yang
ada, dan kompetitor serta perusahaan lain. Proses pelaporan dapat jadi internal dan eksternal.
Model akuntansi tradisional dan ilmu ekonomi tradisional berfokus pada produksi dan
distribusi barang jasa kepada masyarakat. Akuntansi Sosial memperluas model tradisional
dengan menghubungkan dampak aktivitas perusahaan terhadap masyarakat. Akuntansi sosial
dapat dilihat sebagai pendekatan yang berguna untuk mengukur dan melaporkan kontribusi
perusahaan terhadap komunitas. Laba bersih secara tradisional dipertimbangkan sebagai
kontribusi terhadap masyarakat. Sebagai contoh Pabrik kertas. Pabrik kertas tidak hanya
menghasilkan dan menjual bubur kertas dan kertas, tetapi juga harus mengelola sisa bahan,
polusi air, polusi udara, dan solusi tanah dengan baik. Pabrik kertas selain memberikan
Peluang kerja pada masyarakatnya juga dapat memberikan kontribusi sosial dalam bentuk
karitas, memberikan beasiswa pada pelajar dan mahasiswa dilingkungannya, membangun
jalan, membangun tempat ibadah di pabrik atau lingkungannya. Ditinjau dari contoh ini,
akuntansi sosial dapat dipandang sebagai pendekatan yang bermanfaat untuk mengukur dan
melaporkan kontribusi sosial perusahaan pada masyarakat.
Ramanathan (1976) dalam Arief Suadi (1988) mempergunakan istilah Social
Accounting dan mendefinisikannya sebagai proses pemilihan variabel-variabel yang
menentukan tingkat prestasi sosial perusahaan baik secara internal maupun eksternal.
Sementara itu Belkoui dalam Harahap (1993) membuat suatu terminologi Socio Economic
Accounting (SEA) yang berarti proses pengukuran, pengaturan dan pengungkapan dampak
pertukaran antara perusahaan dengan lingkungannya.
Berdasarkan beberapa uraian diatas, pada dasarnya definisi yang diberikan oleh para
pakar akuntansi mengenai akuntansi sosial memiliki karakteristik yang sama, sebagaimana
4
yang dikemukakan oleh Ramanathan (1976) dalam Arief Suadi (1988), yaitu Akuntansi sosial
berkaitan erat dengan masalah : (1) Penilaian dampak sosial dari kegiatan entitas bisnis, (2)
mengukur kegiatan tersebut (3) melaporkan tanggungjawab sosial perusahaan, dan (4) sistem
informasi internal dan eksternal atas penilaian terhadap sumber-sumber daya perusahaan dan
dampaknya secara sosial ekonomi.
Namun, akuntan sosial melihat hal itu sebagai fokus yang masih sempit. Akuntansi
sosial berpendapat bahwa perhitungan yang lebih tepat untuk menghitung kontribusi sosial
adalah dengan memasukkan biaya sosial dan manfaat sosial dalam laporan keuangan,
khususnya ke dalam laporan laba rugi. Laba tercapai hanya karena adanya biaya sosial
sehingga biaya sosial (misalnya polusi) harus dimasukkan ke dalam laporan laba rugi.
Adapun tujuan akuntansi sosial menurut Hendriksen (1994) adalah untuk memberikan
informasi yang memungkinkan pengaruh kegiatan perusahaan terhadap masyarakat dapat di
evaluasi. Ramanathan (1976) dalam Arief Suadi (1988) juga menguraikan tiga tujuan dari
akuntansi sosial yaitu : (1) mengidentifikasikan dan mengukur kontribusi sosial neto periodik
suatu perusahaan, yang meliputi bukan hanya manfaat dan biaya sosial yang di
internalisasikan ke perusahaan, namun juga timbul dari eksternalitas yang mempengaruhi
segmen-segmen sosial yang berbeda, (2) membantu menentukan apakah strategi dan praktik
perusahaan yang secara langsung mempengaruhi relatifitas sumber daya dan status individu,
masyarakat dan segmen-segmen sosial adalah konsisten dengan prioritas sosial yang
diberikan secara luas pada satu pihak dan aspirasi individu pada pihak lain, (3) memberikan
dengan cara yang optimal, kepada semua kelompok sosial, informasi yang relevan tentang
tujuan, kebijakan, program, strategi dan kontribusi suatu perusahaan terhadap tujuan-tujuan
sosial perusahaan.
Akuntansi sosial berfokus pada identifikasi dan pengukuran dari manfaat sosial dan
biaya sosial, suatu konsep yang sering diabaikan oleh akuntansi tradisional. Untuk
memahami perkembangan akuntansi sosial, manajemen dan pemakaian laporan akuntansi
sosial harus mengetahui bagaimana manfaat sosial dan biaya sosial dipertukarkan. Untuk
5
tujuan itu, manfaat dan biaya sosial dapat didefinisikan sebagai efek positif dan negatif dari
pengembangan ekonomi, industrialisasi, dan perubahan teknologi yang direncanakan dan
dilaksanakan oleh organisasi.
Biaya dan manfaat sosial salalu eksis. Pada awal 1900-an, A.C. Pigou dan ahli
ekonomi lainnya telah mencoba untuk memasukkan manfaat dan biaya sosial ke model
neoclassical dari mikro-ekonomi. Namun, selain usaha Pigou dan sebagian ahli ekonomi, ada
sebagian besar ahli ekonomi yang berpendapat bawa manfaat dan biaya sosial sebagai
anomali dan harus ditolak. Pada akhirnya tercapai kemajuan terhadap akuntansi sosial dengan
kemampuannya melakukan pemutakhiran di dalam analisis, pengukuran, dan penyajian dari
manfaat dan biaya sosial. Namun sekarang, ekonomi lingkungan dan manajemen sumber
daya alam menjadi subdisiplin dalam ilmu ekonomi dan manajemen.
Model akuntansi dasar (yaitu akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen)
menggunakan teori mikro ekonomi untuk menentukan apakah memasukkan atau tidak
memasukkan ke perhitungan akuntansi. Biaya dan manfaat sosial, secara tradisional ditolak
oleh ahli teori dan praktisi akuntansi tradisional. Namun, pada 1960-an muncul beberapa
pergerakan massa, khususnya mereka yang mendedikasikan gagasannya untuk membuat
pemerintahan dan bisnis menjadi lebih responsif terhadap kebutuhan sosial, mendorong
organisasi untuk berfokus pada tanggung jawab atas manfaat danbiaya sosial. Beberapa
contoh yang ada: (a) gerakan hak-hak sipil, (b) gerakan emansipasi wanita, dan (c) gerakan
hak-hak konsumen.
(a) Gerakan hak-hak sipil (the civil rights movement). Gerakan hak-hak sipil, yang ada
pada awal 1960-an mempunyai pengaruh kepada pemerintah dan bisnis. Pemerintah
dipengaruhi karcna para pemilih yang jumlahnya semakin banyak termasuk dari kaum
minoritas, yang membuat legislator menjadi lebih sadar mengenai kebutuhan
minoritas. Bisnis juga dipengaruhi karena diskriminasi dalam promosi dan
memperkerjakan karyawan merupakan tindakan ilegal.
(b) Gerakan emansipasi wanita (the vomen's movement) merupakan analogi dari
pergerakan hak-hak sipil dalam hal memberikan tekanan kepada pemerintahan dan
cara rekrutmen serta promosi karyawan baru di tempat kerja. Pada 1960-an juga
dilihat sebagai pertumbuhan gerakan lingkungan karena lebih banyak orang peduli
terhadap efek dari industrialisasi dalam kualitas udara, air, dan tanah. Negara bagian
dan federal melindungi sumber daya alam dan mengatur penutupan sampah-sampah
beracun. Bisnis dituntut untuk mengendalikan polusi dan bekerja dengan ofisial dari
6
negara bagian dan federal untuk mengembangkan dan implementasi rencana
pengurangan polusi.
(c) Gerakan hak-hak konsumen (consumer rights movement) menjadi lebih agresif pada
1960-an dengan menghasilkan gerakan yang membela hak-hak konsumen.
Diprakarsai oleh Ralph Nader dan aktivis lain, membuat bisnis menjadi lebih
responsif pada kebutuhan konsumen. Dengan adanya hukum-hukum yang ada,
pemerintah memaksa individu dan bisnis menjadi lebih peduli dan responsif terhadap
kebutuhan sosial. Walaupun hal tersebut masih dinilai lemah, faktanya bahwa ada
hukum yang eksis dan membawa hukuman bagi pelanggarnya sehingga mampu
memperkuat kepatuhan. Hasil negatifnya adalah penciptaan birokrasi secara besar-
besaran dan banyaknya kertas kerja. Di bawah ini dibahas respons perusahaan dan
profesi akuntansi terhadap akuntansi sosial.
7
2.3.2 Respons Profesi Akuntansi
Teori dasar akuntansi sosial datang dari A.C. Pigou pada 1948 melalui analisis biaya
dan manfaat sosial. Pigou adalah seorang ahli ekonomi neoclassical yang memperkenalkan
mengenai ide biaya sosial dan manfaat dalam ekonomi mikro pada 1920. Gagasan penting
Pigou adalah mengenai optimalitas pareto (pareto-optimality) (tidak mungkin menambah
kesejahteraan ekonomi seseorang tanpa mengurangi kesejahteraan ekonomi orang lain) tidak
dapat diperoleh selama produk bersih sosial dan produk bersih private yang tidak sama
(unequal). Pada dasarnya, alasan Pigou adalah seorang produsen menciptakan produk yang
dapat menambah manfaat private sehingga memungkinkan masyarakat sebagai kesatuan
menerima manfaat dari produk. Perbedaan antara manfaat sosial dan manfaat privat dapat
dibagimenjadi external economies dan elemen surplus konsumen (perbedaan antara apa yang
konsumen bayarkan dan kemauan mereka untuk membayar). Menurut Pigou, biaya sosial
merupakan semua biaya dari membuat produk. Biaya dibayarkan oleh produsen yang disebut
biaya privat (private cost). Perbedaan antara biaya sosial dan biaya privat dapat disebabkan
oleh berbagai macam faktor. Perusahaan yang membuat polusi menyebabkan adanya biaya
sosial. tetapi perusahaan tidak membayar kembali biaya tersebut. Hal tersebut disebut dengan
external diseconomy. Menurut Pigou, Pareto Optimality hanya dapat diraih jika margin
manfaat sosial sama dengan margin biaya sosial. Perbedaaan antara model Pigou dan model
ekonomi tradisional berasal dari perbedaan antara manfaat sosial dan privat serta biaya sosial
8
dan privat. Jika perbedaan bersih antara dua biaya dan manfaat tersebut adalah nol maka
tidak ada perbedaan antara model Pigou dan teori ekonomi tradisional. Namun, ahli ekonomi
memperlakukan perbedaan ini sebagai anomali bernilai kecil dan kemudian ditolak atau
diabaikan sebagai basis model ekonomi mikro.
Secara umum, Social cost atau biaya sosial adalah biaya pribadi yang ditanggung
oleh individu yang terlibat langsung dalam transaksi plus dengan biaya eksternal yang
ditanggung oleh pihak ketiga yang tidak terlibat langsung dalam transaksi. Dalam ekonomi
neoklasik, biaya sosial adalah penjumlahan antara biaya pribadi (private cost) dan biaya
eksternal (external cost). Dalam pasar yang kompetitif, output akan efisien secara sosial jika
hanya terdiri dari biaya pribadi. Tidak ada biaya eksternal.
Dalam produksi, biaya pribadi mencakup biaya untuk produksi barang atau layanan.
Ini termasuk biaya yang dibayar perusahaan untuk membeli peralatan modal, menyewa
tenaga kerja, dan membeli bahan atau input lainnya. Biaya pribadi dibayarkan oleh
perusahaan dan harus dimasukkan dalam keputusan produksi. Biaya ijin yang membentuk
harga jual produk, selain mark up yang dibebankan oleh produsen. Untuk konsumsi,
contohnya adalah ketika membeli obat flu, konsumen mengeluarkan biaya, yakni sebesar
harga obat flu tersebut.
Biaya eksternal tidak tercermin pada laporan pendapatan perusahaan atau dalam
keputusan konsumen. Namun, biaya eksternal tetap menjadi biaya bagi masyarakat, terlepas
dari siapa yang membayarnya. Misalnya, perusahaan yang berupaya menghemat uang dapat
tidak memasang peralatan pengontrol polusi air. Karena tindakan perusahaan itu, kota-kota
yang terletak di hilir sungai harus membayar untuk membersihkan air sebelum layak untuk
minum. Sehingga, secara umum, biaya eksternal adalah biaya yang terkait dengan
eksternalitas negatif yang harus ditanggung masyarakat. Contoh sumber biaya eksternal
lainnya adalah limbah, kebisingan, kemacetan, dan gangguan visual. Ketika biaya eksternal
seperti ini ada, mereka harus ditambahkan ke biaya pribadi untuk menentukan biaya sosial
dan untuk memastikan bahwa tingkat output yang efisien secara sosial dihasilkan.
Sementara itu, Social benefit atau keuntungan/manfaat sosial adalah manfaat
produksi atau konsumsi suatu produk bagi masyarakat secara keseluruhan. Ini tidak hanya
mencakup manfaat yang diperoleh langsung kepada orang atau perusahaan yang terlibat
dalam transaksi, tetapi juga manfaat eksternal yang diperoleh kepada orang lain yang tidak
terlibat secara langsung. Manfaat sosial = Manfaat pribadi + Manfaat eksternal. Sebagai
contoh,untuk perusahaan manfaat pribadi adalah dalam bentuk pendapatan yang diperoleh
perusahaan. Misalnya, perusahaan manufaktur yang menyediakan pelatihan pertolongan
9
pertama bagi karyawan untuk meningkatkan keselamatan kerja. Ini juga dapat
menyelamatkan nyawa di luar pabrik dengan menghindari adanya kebakaran atau ledakan
pabrik.
Berdasarkan analisis Pigou dan ide mengenai “kontrak sosial”, K.V. Ramanathan
mengembangkan kerangka teoretis akuntansi biaya dan manfaat sosial. Menurut pandangan
Ramanathan, perusahaan mempunyai kontrak untuk menyediakan manfaat sosial bersih
kepada masyarakat. Walaupun memakai bahasa yang berbeda, tetapi apa yang dikatakan
Ramanathan sesuai dengan yang dikatakan Pigou bahwa perusahaan harus menghasilkan
kontribusi bersih kepada masyarakat. Dia percaya bahwa akuntan harus menghitung
kontribusi bersih historis (seanalogi dengan neraca) dan kontribusi bersih tahunan perusahaan
kepada masyarakat.
Terdapat dua masalah dari pendekatan Ramanathan. Pertama, dalam hal untuk
menentukan kontribusi bersih kepada masyarakat, beberapa tipe dari sistem penilaian harus
ditentukan. Bagaimana entitas menentukan kontribusi terhadap masyarakat? Masalah utama
yang kedua adalah sulit untuk menghitung jumlah elemen yang harus dimasukkan ke dalam
laporan dari kontribusi bersih kepada masyarakat.
Dalam pertukaran yang terjadi antara perusahaan dan lingkungan sosialnya terdapat
dua dampak yang timbul yaitu dampak positif atau yang disebut juga dengan manfaat social
(Social benefit) dan dampak negatif yang disebut dengan pengorbanan sosial (Social Cost).
Masalah yang timbul adalah bagaimana mengukur kedua dampak tersebut. Harahap (1993)
menguraikan beberapa metode yang biasa dipakai dalam pengukuran Akuntansi sosial yaitu;
1. Menggunakan penilaian dengan menghitung Opportunity cost approach
2. Menggunakan daftar kuesioner
3. Menggunakan hubungan antara kerugian massal dengan permintaan untuk barang
perorangan dalam menghitung kerugian masyarakat
4. Menggunakan reaksi pasar dalam menentukan harga
10
Salah satu alasan mengapa akuntansi sosial prosesnya lama adalah karena kesulitan
dalam mengukur kontribusi dan kerugian. Terdapat tiga langkah proses yaitu,
1. Menentukan manfaat dan biaya sosial.
2. Menghitung semua elemen yang relevan.
3. Menempatkan nilai moneter pada jumlah akhir.
Secara singkat, kesulitan dalam mengukur kerugian yang sebenarnya atau kontribusi dari
suatu aktivitas sering kali membawa kita pada pengukuran mengenai yang mudah diukur dan
menggunakan angka yang ada untuk menggantikan biaya dan manfaat yang sebenarnya.
pengembangan pengukuran yang lebih baik, baik secara keungan maupun nonkeuangan,
berarti bahwa perhitungan hal ini penting dalam akuntansi Sosial.
Menurut Belkoui (1985) yang dikutip oleh Harahap (1993), pelaporan dalam akuntansi
sosial, berarti memuat informasi yang menyangkut dampak positif atau dampak negatif yang
ditimbulkan oleh perusahaan. Praktik pelaporan akuntansi sosial yang terdiri dari :
12
1. Praktik yang sederhana, yaitu laporan terdiri dari uraian akuntansi sosial yang tidak
disertai dengan data kuantitaif, baik satuan uang maupun satuan yang lainnya
2. Praktik yang lebih maju, yaitu laporan terdiri dari uraian akuntansi sosial dan disertai
dengan data kuantitatif
3. Praktik yang paling maju, yaitu laporan dalam bentuk kualitatif, perusahaan juga
menyusun laporannya dalam bentuk neraca
Kerangka akuntansi sosial belum secara penuh dikembangkan dan terdapat masalah
serius mengenai pengukuran biaya dan manfaat. Beberapa pendekatan pelaporan sudah
didiskusikan, antara lain auditing sosial, laporan sosial perusahaan, dan pengungkapan sosial
di dalam laporan tahunan.
a. Audit Sosial
Laporan kinerja sosial perlu dilakukan audit sosial. Audit sosial adalah proses yang
independen untuk menghitung dan melaporkan dampak ekonomi, sosial, dan lingkungan dari
program-program dan kegiatan operasi regular perusahaan yang berorientasi sosial. Ada
beberapa cara untuk melakukan hal ini. Salah satu strategi yang berhasil dimulai dengan
mengembangkan seperangkat aktivitas yang dapat berpengaruh secara sosial. Salah satu
taktik yang disarankan adalah dengan membuat daftar dari aktivitas yang mempunyai
konsekuensi sosial. Manfaat audit sosial adalah membuat manajer menjadi lebih peka
terhadap konsekuensi sosial atas tindakan-tindakannya. Hal ini dapat dicapai, bahkan saat
dampaknya tidak dapat dihitung. Audit sosial ini juga dapat mendorong manajer untuk
meningkatkan kinerja mereka di bidang sosial.
Audit sosial sama dengan audit keuangan yang bertujuan untuk menganalisis secara
independen suatu perusahaan dan menilai kinerjanya. Perbedaan besarnya adalah objek yang
dianalisis. Dalam audit sosial, auditor meneliti operasi perusahaan untuk menilai kinerja
sosialnya. Setelah audit sosial selesai, perusahaan harus memutuskan apakah hal itu tersedia
untuk publik. Sebagian besar perusahaan memilih bahwa informasi yang dihasilkan audit
sosial hanya sebagai dokumen internal dan menyembunyikannya sebagai rahasia perusahaan.
Perusahaan cenderung lebih senang mengumumkan kontribusi positif kepada publik daripada
13
berita negatif. Namun, ada juga perusahaan yang ingin menyampaikan dengan sejujurnya
informasi hasil audit sosial yang bersifat positif dan negatif sebagai tanggung jawab sosialnya
kepada publik. Publik banyak yang menilai tinggi kejujuran.
b. Laporan Sosial
Banyak perusahaan menerbitkan laporan tahunan kepada pemegang Saham dan pihak
berkepentingan lainnya yang mengandung informasi sosial. Menurut penelitian, jumlah
14
perusahaan yang mengungkapkan informasi Sosialnya dari tahun ke tahun semakin
meningkat.
Perusahaan Eropa memimpin dalam hal menyampaikan informasi sosial, baik secara
spesifik maupun dalam laporan tahunan. Elemen-elemen yang termuat dalam laporan ini
adalah (1) Ketenagakerjaan (2) gaji dan perubahan sosial (3) kesehatan (kehigienisan) dan
keamanan kerja (4) kondisi pekerjaan (5) pelatihan, (6) hubungan industrial, dan (7)
perjanjian sosial lainnya. Model Eropa ini yang paling sering diadaptasi oleh banyak pihak.
Shell melaporkan beberapa item yang tidak biasa. Selain laporan keuangan, ada
beberapa akun sosial dan laporan mengenai nilai tambah, keduanya berfokus pada kontribusi
perusahaan terhadap masyarakat. Hal ini menyebabkan annual report Shell menambahkan
dimensi yang baru terhadap pelaporan keuangan.
Laporan nilai tambah (value added) bertujuan untuk menggambarkan pertambahan
value yang perusahaan kontribusikan terhadap masyarakat dengan memproduksi produk dan
jasanya. Salah satu bagian menjelaskan sumber daya perusahaannya, termasuk pendapatan,
penjualan, perubahan dalam persediaan, dan aset yang dibangun sendiri. Perusahaan di Eropa
dengan serius menggunakan laporan tahunan sebagai kendaraan untuk mengungkapkan
aktivitas sosial. Namun, perusahaan di Amerika relatif kurang mempunyai komitmen ini.
2.8 Riset Masa Kini, Tanggung Jawab Perusahaan terkait Akuntansi Sosial dan Lingkungan
Riset dalam akuntansi sosial bersifat ekstensif dan fokus kepada banyak subjek untuk
pengembangan kerangka teoretis. Riset yang ada sekarang berfokus pada daya guna data
akuntansi sosial terhadap investor. Studi mengenai kegunaan informasi sosial terhadap
investor dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu mencari investor yang potensial dan tes
empiris pada efek pasar dari pengungkapan akuntansi sosial. Tidak ada kesimpulan yang
pasti antara kinerja sosial, kinerja ekonomi, dan pengungkapan sosial.
Kerangka teoretis dari Ramanathan sebagai pioner harus dikembangkan. Format
pelaporan harus ditempatkan sesuai dengan praktik. Problem lain yang harus dihadapi adalah
masalah pengukuran. Riset teoretis dan empiris harus menyelesaikan masalah ini. Sepanjang
15
akuntansi sosial dipandang hanya sebagai alat untuk menjelaskan fenomena tertentu yang
sebagian besar tidak diukur, hal itu tidak dipandang secara serius sebagai disiplin. Selama
laporan tanggung jawab sosial hanya bersifat opsional atau bukan merupakan keharusan
(mandatori) maka laporan sosial tidak diperlakukan secara serius oleh berbagai pihak yang
berkepentingan.
16
dilakukan untuk memberikan hasil yang lebih banyak kepada pemegang saham.Tindakan
perusahaan untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi, di satu sisi akan meningkatkan
produktivitas perusahaan, tetapi di sisi lain mungkin akan merugikan pihak-pihak yang
berkepentingan, antaralain karyawan, konsumen, dan masyarakat. Dalam usaha untuk
meningkatkan produktivitas dan efisiensi sering kali mengakibatkan perusakan lingkungan,
berupa pencemaran air, penggundulan hutan, pencemaran udara,dan lainnya. Perusahaan
menganggap semua yang dilakukannya sebagai eksternalitas dari usaha meningkatkan
produktivitas dan efisiensi perusahaan.
Berdasarkan pembahasan teori sebelumnya, keberadaan perusahaan tidak terlepas
dari kepentingan berbagai pihak. Investor berkepentingan terhadap sumber daya yang di
investasikan di perusahaan. Kreditor berkepentingan terhadap pengembalian pokok dan
bunga pinjaman. Pemerintah berkepentingan terhadap kepatuhan perusahaan terhadap
peraturan yang berlaku agar kepentingan masyarakat secara umum tidak terganggu
(Satyo,2005). Namun, yang tak kalah pentingnya adalah pihak-pihak yang selama ini kurang
mendapat perhatian, yaitu karyawan, pemasok, pelanggan, dan masyarakat di sekitar
perusahaan. Karyawan perlu mendapatkan penghasilan dan jaminan sosial yang layak. Bila
memungkinkan, karyawan memerlukan pendidikan dan pelatihan teknis untuk meningkatkan
keahlian sehingga dapat meningkatkan karier di perusahaan. Pemasok berkepentingan
terhadap pelunasan utang dagang. Pelanggan berkepentingan terhadap kualitas produk
perusahaan. Terakhir, masyarakat yang tinggal di sekitar perusahaan berkepentingan
terhadap dampak sosial dan lingkungan yang berasal dari aktivitas perusahaan. Perusahaan
bertanggung jawab terhadap berbagai pihak yang berkepentingan. Selama ini perusahaan
cenderung untuk mementingkan kepentingan investor, sedangkan kepentingan pihak lain,
seperti karyawan dan masyarakat diabaikan, dianggap sebagai eksternalitas untuk
meningkatkan produktivitas dan efisiensi perusahaan. Misalnya untuk meningkatkan
persaingan nilai rupah ditekan untuk meningkatkan daya saing perusahaan dan tidak ada
jaminan kelanggengan bekerja bagi buruh harian lepas (Kompas,2 Juli 2010). Pengurangan
upah buruh dan ketiadaaan jaminan kerja akan menguntungkan pihak pemilik perusahaan.
Masalah kualitas produk, masalah lingkungan yang ditimbulkan dari kegiatan operasi
perusahaan berupa perusakan lingkungan dari perusahaan yang bergerak di bidang
pertambangan. Eksploitasi batu bara yang kurang memperhatikan daya dukung kawasan
terus mengancam kelestarian lingkungan (Kompas, 25 Juni 2010).
Berdasarkan contoh dampak sosial dan lingkungan dari kegiatan operasi
perusahaan, maka tanggung jawab perusahaan tidak terbatas pada investor, yaitu
17
memberikan pengembalian yang maksimal kepada investor. Kepentingan publik dan
lingkungan juga perlu mendapat perhatian perusahaan sebagai dukungan atas operasi
perusahaan. Pelestarian lingkungan disamping bermanfaat bagi masyarakat di sekitar juga
bermanfaat bagi perusahaan khususnya perusahaan yang memanfaatkan lingkungan dan
mendapatkan keuntungan dari lingkunganya. Misalnya, perusahaan di bidang perhotelan.
Hotel perlu memelihara lingkungan untuk memberikan perasaaan nyaman kepada wisatawan
yang menginap.
18
Tanggung jawab sosial dan lingkungan tertuang dengan jelas pada Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 40, Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Pasal 74 menyatakan
sebagai berikut.
(1) Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan
sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan.
(2) Tanggung jawab sosial dan lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan kewajiban perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya
perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran.
(3) Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tanggung jawab sosial dan lingkungan diatur dengan
peraturan pemerintah.
Tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan telah diatur dengan tegas dalam
peraturan perundang-undangan. Demikian pula SAK telah menuangkannya dalam bentuk
petunjuk perlakuan akuntansi tanggung jawab sosial dan lingkungan.
Aplikasi akuntansi pertanggung jawaban sosial dan lingkungan yang selama ini
dipubikasikan antara lain Anggraini (2006) dan Ja’far dan Arifah (2006). Penelitian
Anggraini (2006) bertujuan untuk mengetahui sejauh mana perusahaan menunjukkan
tanggung jawabnya terhadap kepentingan masyarakat. Evaluasi dilakukan terhadap laporan
keuangan tahunan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Perusahaan yang
terdaftar di BEI sebagian besar telah mengungkapkan kinerja ekonomi berupa tanggung
jawab perusahaan terhadap karyawannya, yaitu dalam bentuk pemberian uang pesangon,
pensiun, dan bonus. Pengungkapan ini dilakukan karena adanya tekanan dari pemerintah
dan profesi akuntan,berupa surat keputusan No.Kep- 150/Men/2000 tentang penyelesaian
pemutusan hubungan kerja dan penetapan uang pesangon, uang penghargaan masa kerja, dan
ganti kerugian di perusahaan, serta PSAKNo.57 yang diterbitkan oleh Ikatan Akuntan
Indonesia. Sebagian besar perusahaan perbankan dan asuransi (lebih dari 50%)
mengungkapkan informasi mengenai praktik kerja, yaitu informasi yang berkaitan dengan
tanggung jawab perusahaan dalam pengembangan sumber daya manusia. Selain itu,
perusahaan juga sudah mengungkapkan kegiatan-kegiatan sosial, berupa pemberian
sumbangan, serta tanggung jawab perusahaan terhadap kualitas produk yang dihasilkan.
Halini dilakukan untuk memenangi persaingan yang semakin ketat. Namun, masih sedikit
perusahaan yang melaporkan kegiatan yang berkaitan dengan lingkungan.
19
Penelitian lain yang dilakukan dalam konteks akuntansi lingkungan dilakukan oleh
Ja'farS. Dan Arifah (2006) Ja'farS. dan Arifah (2006) meneliti perusahaan manufaktur yang
terdaftar di BEI. Berdasrkan jawaban kuesioner, mereka menemukan adanya tindakan
proaktif pihak manajemen untuk melakukan manajemen lingkungan dan rata-rata kinerja
lingkungan mereka cukup tinggi. Sementara itu manajer mempersepsikan bahwa dorongan
manajemen lingkungan yang dilakukan pihak eksternal berada pada level sedang. Dari 53
perusahaan sampel, 20 perusahaan menerbitkan environment aldisclosure dalam annual
report.
Berdasarkan hasil pengamatan tersebut beberapa perusahaan telah mengungkapkan
aktivitas sosial karena dorongan persaingan yang semakin ketat dan adanya peraturan
yang mewajibkan. Namun, pengungkapan aktivitas lingkungan masih sedikit dilakukan.
Suharto (2004) menyebutkan beberapa kesulitan manajemen keuangan untuk
melaporkan kewajiban lingkungan, yaitu sebagai berikut.
a. Permintaan atas pengungkapan informasi lingkungan dalam pelaporan keuangan belum
ada secara tegas.
b. Biaya dan manfaat dalam rangka menyajikan informasi lingkungan dalam laporan
keuangan dirasakan tidak seimbang oleh perusahaan.
c. Pengenalan kewajiban bersyarat.
d. Kesulitan dalam mengidentifikasi biaya-biaya lingkungan.
Satyo (2005) memberikan tiga kendala pelaporan SR, yaitu (1) rendahnya political
will dari manajemen tingkat atas, (2) tidak adanya standar pelaporan SR, dan (3) tidak
adanya pengukuran kinerja SR. Gray (2008) menyatakan bahwa akuntansi sosial belum
terorganisasi dalam area koheren atau aktivitas.
Penerapan akuntansi sosial dan lingkungan belum sepenuhnya diterapkan oleh
perusahaan publik di Indonesia. Khususnya akuntansi lingkungan, berdasarkan hasil
penelitian perusahaan publikdi Indonesia, masih sedikit perusahaan yang melaporkannya
dalam annual reports sehingga perlu dicari jalan keluarnya untuk meningkatkan
penerapannya.
2.9 Teori yang Mendukung Laporan Pertanggung jawaban Sosial dan Lingkungan
Salah satu tujuan pelaporan keuangan dalam SFAC No. 1 adalah untuk pertanggung
jawaban atas penggunaan sumber daya. Terkait dengan laporan pertanggung jawaban sosial
20
dan lingkungan, selama ini memang belum ada pengaturan yang mewajibkan pelaporannya
di Indonesia dan beberapa negara Asia, kecuali di Eropa (Basyit, 2005). Akan tetapi,
beberapa teori mendukung insentif perusahaan untuk melaporkannya kepada publik.
Beberapa teori yang mendukung penyampaian laporan pertanggung jawaban sosial dan
lingkungan adalah legitimacy theory dan stakeholder theory (Deegan, 2004 : 292).
Legitimacy Theory
Legitimacy theory menjelaskan bahwa organisasi secara kontinu akan beroperasi
sesuai dengan batas-batas dan nilai yang diterima oleh masyarakat di sekitar perusahaan
dalam usaha untuk mendapatkan legitimasi. Norma perusahaan selalu berubah mengikuti
perubahan dari waktu ke waktu sehingga perusahaan harus mengikuti
perkembangannya.Usaha perusahaan mengikuti perubahan untuk mendapatkan legitimasi
merupakan suatu proses yang dilakukan secara berkesinambungan.
Proses untuk mendapatkan legitimasi berkaitan dengan kontrak sosialantara yang
dibuat oleh perusahaan dengan berbagai pihak dalam masyarakat. Kinerja perusahaan
tidakhanya diukur dengan laba yang dihasilkan oleh perusahaan, tetapi ukuran kinerja
lainnya yang berkaitan dengan berbagai pihak yang berkepentingan. Untuk mendapatkan
legitimasi perusahaan memiliki insentif untuk melakukan kegiatan sosial yang diharapkan
oleh masyarakat di sekitar kegiatan operasional perusahaan. Kegagalan untuk memenuhi
harapan masyarakat akan mengakibatkan hilangya legitimasi dan kemudian akan berdampak
terhadap dukungan yang diberikan oleh masyarakat kepada perusahaan.
Pengungkapan perusahaan melalui laporan keuangan tahunan merupakan usaha
perusahaan untuk mengkomunikasikan aktivitas sosial yang telah dilakukan oleh perusahaan
untuk mendapatkan legitimasi dari masyarakat sehingga kelangsungan hidup perusahaan
terjamin. Perusahaan akan menunjukkan bahwa perusahaan mampu memenuhi kontrak sosial
dengan masyarakat di sekitarnya.
StakeholderTheory
Stakeholder theory mempertimbangkan berbagai kelompok (stakeholders) yang
terdapat dalam masyarakat dan bagimana harapan kelompok stakeholder memiliki
dampak yang lebih besar (lebih kecil) terhadap strategi perusahaan.Teori ini berimplikasi
terhadap kebijakan manajemen dalam mengelola harapan stakeholder. Stakeholder
perusahaan pada dasarnya memiliki ekspektasi yang berbeda mengenai bagaimana
perusahaan dioperasikan. Perusahaanakan berusaha untuk mencapai harapan stakeholder
21
yang berkuasa dengan penyampaikan pengungkapan, termasuk pelaporan aktivitas sosial dan
lingkungan.
22
kinerja perusahaan atas pengembangan masyarakat (community development)
terutama didaerah operasi perusahaan (Laily,2005).
Menurut Gaffikin (2008: 201), Ide pertanggung jawaban sosial perusahaan bisnis
sudah ada pada zaman Yunani Klasik. Perusahaan bisnis diharapkan untuk menerapkan
standar yang tinggi mengenai moralitas dalam perdagangan. Pada zaman pertengahan di
Eropa, Gereja mewajibkan industri dan perusahaan bisnis berperilaku sesuai dengan kode
moral Gereja. Isu ini kemudian menjadi hangat di Amerika Serikat pada tahun 1960. Pada
tahun 2000 perhatian serupa diberikan oleh Global Reporting Initiative (GRI), sebagai
bagian dari program lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa, yang memberikan pedoman
SR yang meliputi tiga elemen, yaitu ekonomi, lingkungan, dan sosial yang selanjutnya
direvisi pada tahun 2002 (Satyo, 2005).
Pedoman GRI meliputi bagian-bagian sebagai berikut (GRI,2002).
1. Bagian pengantar memberikan informasi mengenai overview tentang sustainability
reporting.
2. Bagian pertama memberikan definisi isi, kualitas, dan batasan laporan.
3. Bagian kedua memberikan petunjuk mengenai standar pengungkapan dalam SR.
Pengungkapan dalam SR meliputi pengungkapan informasi yang relevan dan material
mengenai organisasi yang menjadi perhatian berbagai stakeholder. Standar
pengungkapan meliputi tiga bagian yaitu, sebagai berikut.
a. Strategi dan profil perusahaan.
b. Pendekatan manajemen.
c. Indikator kinerja yang meliputi ekonomi, lingkungan, dan sosial.
Pedoman pelaporan yang tertuang dalam Sustainability Reporting.
Pedoman pengungkapan GRI telah memberikan rerangka pelaporan yang lebih
menyeluruh mengenai kinerja perusahaan. SR GRI berbeda dengan laporan keuangan yang
selama ini digunakan, terutama dalam pelaporan kinerja perusahaan yang hanya melaporkan
kinerja ekonomi perusahaan, tetapi mengabaikan kinerja sosial dan lingkungan.
Pelaporan informasi sosial dan lingkungan ternyata bermanfaat bagi perusahaan. Bewley
dan Magnes (2008) menemukan bahwa perusahaan mengungkapkan perusahaan
menggunakan pengungkapan lingkungan untuk membedakan perusahaan dengan perusahaan
lain. Pengungkapan merupakan signal mengenai informasi keuangan perusahaan pada masa
depan. Mahoneyet al.(2008) menemukan laporan CSR secara positif mempengaruhi
Returnon Asset Perusahaan.
23
2.10 Usaha Meningkatkan Pelaporan Akuntansi Sosial dan Lingkungan
Siegel dan Marconi mengemukakan dilema bisnis yang berhubungan akuntasi sosial
dengan kasus perusahaan kertas. Perusahaan St. Clark company merupakan perusahaan
yang bekerja di bidang produksi kertas dan bubur kayu (pulp), memutuskan untuk
menggunakan propertinya di Forest, Wiconsin, Amerika Serikat, untuk membangun pabrik
kertas. Lingkungan di sekitar Forest adalah danau, sungai, dan hutan yang semuanya relatif
masih bebas dari polusi. Air dalam jumlah banyak diperlukan untuk pabrik kertas. Pabrik
kertas menggunakan kayu scbagai salah satu bahan bakunya. Forest adalah daerah dengan
penduduk 20.000 orang yang memiliki sifat independen dan pekerja keras, sebagian dari
mereka menolak pendirian pabrik kertas terscbut. Sebagai masyarakat daerah tersebut
sebanyak 8% adalah pengangguran yang sebagian besar karena dampak PHK dari
perusahaan di luar industri kertas yang di-PHK. Jika mereka dipekerjakan di pabrik kertas
yang akan didirikan maka mereka memerlukan pelatihan.
P. Bunyon, kepala daerah Forest, meminta perusahaan untuk menyampaikan
rencananya bulan depan. Angela Clark, Presiden dari St. Clark meminta Money, controller
perusahaan, untuk meneliti situasi dan menyampaikannya kasus yang ada. Mr. Money
diminta menyusun proposal agar masyarakat dan pejabat di daerah tersebut percaya bahwa
pembangunan pabrik akan menguntungkan komunitas dan pemerintah daerah tersebut. Dia
25
ingin menyampaikan manfaat dan biaya yang ada, tetapi dia tidak yakin dapat
mengidentifikasi dan mengukur semuanya.
Untuk menyelesaikan masalahnya. Mr. Money harus membuat daftar mengenai
semua kontribusi dan kerugian dari rencana pembangunan pabrik kertas terlebih dahulu.
Kontribusi dan kerugian tersebut ada yang dapat dihitung atau dikuantitatifkan dan ada
yang tidak dapat dikuantitatifkan. Walaupun berisiko untuk membuat daftar mengenai
kerugian yang ada, tetapi lebih berisiko bila perusahaan tidak menyampaikannya. Semua
bisnis menimbulkan kerugian dan hal itu merupakan keinginan setiap orang untuk
mengetahui implikasi pembangunan pabrik kertas di Forest. Karena masalah polusi dan
keamanan di tempat kerja merupakan keputusan manajemen maka Mr. Money harus dapat
menjelaskan filosofi manajemen mengenai hai ini. Mr. Money harus dapat menghitung efek
yarg ditimbulkan, jika mungkin. Jika efek tidak dapat dihitung, minimal dapat dijelaskan.
Manusia lebih menyukai penyampaian yang fair termasuk perhitungan yang ada mengenai
manfaat dan biaya, yang dapat mengarahkan pada keputusan terbaik.
26
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Akuntansi sosial dan lingkungan telah menjadi topik yang perlu mendapat perhatian
akuntan. Isu ini menjadi penting karena perusahaan perlu mempertanggungjawabkan dampak
aktivitas operasinya kepada pihak-pihak yang berkepentingan.Akuntansi tradisional hanya
memberikan informasi ekonomi terutama yang bersifat keuangan kepada investor dan
kreditor untuk pengambilan keputusan. Sehubungan dengan itu, perlu dikembangkan ukuran
kinerja lebih luas untuk memperbaiki ukuran yang kinerja yang telah ada. Ukuran kinerja
tradisional dipandang kurang memadai untuk tujuan sustainability development.
Akuntansi pertanggung jawaban sosial dan lingkungan telah diterapkan oleh
perusahaan di Indonesia. Namun khususnya penerapan akuntansi lingkungan masih kurang
karena adanya kendala dalam penerapannya. Akuntan perlu mencari jalan keluar untuk
meningkatkan penerapnnya. Pertama, dengan pembuatan standar pelaporan sustainability
reporting (SR). Standar yang baku dan mewajibkan penerapannya khusus bagi perusahaan
yang aktivitasnya berdampak pada lingkungan. Kedua, mewajibkan perusahaan untuk
menyusun SR dengan pedoman yang telah ada, misalnya pedoman SR yang dikeluarkan
oleh GRI. Ketiga, memberikan penghargaan bagi perusahaan yang telah menerapkan SR
dengan baik. Keempat, audit lingkungan untuk meningkatkan kredibilitas SR. Terakhir,
mekanisme GCG perlu dikembangkan untuk melindungi seluruh kepentingan pemangku
kepentingan.
3.2 Saran
27
alangkah lebih baik kedepannya penerapan akuntansi sosial lebih dapat diterapkan pada
perusahaan-perusahaan agar dapat lebih menguraikan dampak-dampak sosial dan lingkungan
atas adanya suatu perusahaan di lingkungan tersebut terhadap masyarakat.
28
DAFTAR PUSTAKA
Supriyono, R.A. 2017. Akuntansi Keperilakuan. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press
Suaryana, Agung. 2012. Implementasi Akuntansi Sosial dan Lingkungan di Indonesia. Jurnal
Ilmiah Akuntansi dan Bisnis. 1 : 16-24
Arfan Ikhsan dan Muhammad Ishak.2005.”Akuntansi Keperilakuan”.Jakarta:Salemba Empat
29