Askep Kawasaki Sindrome
Askep Kawasaki Sindrome
Disusun Oleh :
Penyusun
BAB I
LATAR BELAKANG
A. PENDAHULUAN
Kawasaki disease (Penyakit Kawasaki) adalah suatu penyakit yang langka, dan
ditemukan pada anak-anak. Nama lainnya adalah Sindrom Kawasaki atau mucocutaneous
lymph node syndrome. Penyakit ini menyebabkan radang pada pembuluh darah disekujur
tubuh penderita. Sekitar 80% penderita Sindrom Kawasaki ini adalah anak-anak di bawah
usia 5 tahun dan paling banyak terdapat pada usia antar 9-12 bulan. Penyakit ini jarang
menyerang anak-anak yang sudah berusia di atas 8 tahun. Dan anak-anak dari etnis Asia
beresiko lebih tinggi terkena penyakit ini.
Penyakit ini dinamakan sesuai nama seorang pediatris Jepang bernama Tomisaku
Kawasaki, yang menemukannya pada tahun 1967. Sejak saat itu diketahui berbagai kasus
serupa ternyata ditemukan di berbagai negara lainnya.
Penyakit kawasaki (KD) juga disebut "sindrom simpul getah bening mukokutan."
Penyebab Penyakit Kawasaki belum diidentifikasi.
Karena temuan demam tinggi dan kelenjar getah bening yang membesar, Kawasaki
Penyakit dianggap suatu proses inflamasi. Penyebab dari respons inflamasi tidak diketahui.
B. RUMUSAN MASALAH
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
B. ETIOLOGI
Penyebab pasti penyakit ini sampai sekarang tidak diketahui. Hasil penelitian
Prof. Anne H Rovley dkk, menunjukkan adanya antibody Immunoglobulin A (IgA)
yang berikatan dengan struktur spheroid pada bronkhus penderita kawasaki. Antibody
ini merupakan inclusion bodies berisi protein dan asam nukleat yang merupakan ciri
khas infeksi disebabkan virus. Dari hasil temuan ini mereka menduga penyebab
kawasaki disease adalah infeksi virus yang masuk melalui jalur pernapasan. Namun
sampai sekarang tidak ada seorangpun yang dapat membuktikannya.
Sebuah asosiasi telah diidentifikasi dengan SNP pada gen ITPKC, yang
merupakan kode enzim yang negatif mengatur aktivasi T-sel. An additional factor that
suggests genetic susceptibility is the fact that regardless of where they are living,
Japanese children are more likely than other children to contract the disease. Faktor
tambahan yang menunjukkan kerentanan genetik adalah kenyataan bahwa di mana
pun mereka hidup, anak-anak Jepang lebih cenderung anak-anak lain untuk kontrak
penyakit. The HLA-B51 serotype has been found to be associated with endemic
instances of the disease.The serotipe HLA-B51 telah ditemukan terkait dengan kasus
endemik penyakit ini.
C. TANDA DAN GEJALA
Bagian yang paling sering terkena dari jantung adalah pembuluh darah koroner.
Bagian ini dapat melemah dan melebar (menonjol) dan menjadi aneurisma.
Penggumpalan darah dapat terjadi pada area yang melemah ini, sehingga menyumbat
arteri tersebut, dimana terkadang menyebabkan serangan jantung (heart attack).
Aneurisma dapat juga pecah namun hal ini jarang terjadi. Perubahan lain yang dapat
terjadi adalah peradangan / inflamasi pada otot jantung (miocarditis), dan pada kantong
yang mengelilingi jantung (pericarditis).
Irama jantung yang abnormal (aritmia) dan radang pada katup-katup jantung
(valvulitis) dapat juga terjadi. Biasanya semua masalah yang terjadi pada jantung
tersebut akan menghilang dalam waktu 5-6 minggu, namun kadang kala kerusakan
pada pembuluh darah koroner bisa menetap untuk waktu yang lama.
E. PATHWAY
F. KOMPLIKASI
Kematian mendadak dan gangguan fungsi jantung serta pembuluh darah yang
berat merupakan masalah serius pada anak. Kelainan jantung yang paling serius ialah
aneurisma, obstruksi koronaria, infark miokard dan kelainan katup yang berat.
1. Aneurisma Koronaria (AK)
a. Insidensi AK pada PK 740 %. Frekuensi sama pada anak lelaki dan perempuan,
dapat ditemukan pada semua umur. Timbulnya AK biasanya pada hari ke 815
perjalanan penyakit. Demam pada penderita PK yang mendapat AK
berlangsung lebih lama. Kelainan ini dapat dideteksi dengan ekokardiografi 2
dimensi atau angiografi.
b. Pada stadium akut, lebih dari setengah penderita PK menunjukkan dilatasi
koronaria, namun hanya 1020 % yang mendapat AK pada akhir stadium akut.
Timbulnya AK tidak berarti menyebabkan gangguan iskhemik atau disfungsi
jantung. Di antara penderita AK tersebut, setengahnya menunjukkan perbaikan
pada pemeriksaan angiografi berulang-ulang setelah 12 tahun. Hanya 3% yang
mendapat sekuele dengan kemungkinan penyakit jantung iskhemik . Bentuk AK
yang dapat menjadi faktor risiko obstruksi koronaria ialah :
a) ukuran aneurisma (diameter lebih 8 mm)
b) bentuk bola, sausage atau aneurisma multipel
c) kasus yang tidak diobati antitrombosis sejak stadium akut.
2. Obstruksi Arteri Koronaria (OK)
Kliniknya sangat bervariasi, dari asimtomatik sampai gejala angina, infark
miokard atau mati mendadak. Kelainan ini dapat dideteksi dengan ekokardiografi
atau angiografi koronaria. Pada angiografi ternyata kebanyakan penderita infark
miokard yang meninggal menunjukkan obstruksi pada arteri koronaria kiri atau
kanan dan desendens anterior. Pada kasus yang hidup obstruksi seringkali
mengenai satu pembuluh darah, terutama arteri koronaria kanan.
3. Infark Miokard (IM)
IM biasanya timbul dalam tahun pertama "onset" penyakit tetapi dapat juga
setiap saat. Seringkali serangan IM timbul waktu tidur malam atau istirahat,
disertai tanda-tanda renjatan, pucat, muntah-muntah, nyeri perut, sesak napas dan
nyeri dada. Sekitar 37 % kasus IM tidak bergejala. Pada foto toraks dapat
ditemukan pembesaran jantung. EKG dapat menunjukkan perubanan gelombang Q
dan lokasi IM. Pada ekokardiografi 2 dimensi dapat ditemukan gerakan abnormal
dinding ventrikel kiri. Kateterisasi jantung dan angiokardiografi merupakan
pemeriksaan yang paling tepat untuk mendeteksi lesi koronaria dan evaluasi fungsi
ventrikel kiri. Pada angiografi koronaria dapat dijumpai obstruksi arteri koronaria.
Kebanyakan penderita IM menunjukkan pembesaran dan berkurangnya fungsi
ventrikel kiri.
4. Kelainan Katup Jantung
Pada PK kadang-kadang ditemukan kelainan katup seperti regurgitasi mitial
(RM) dan aorta; yang terakhir ini sangat jarang. Insidensi RM 1%. RM yang
ringan terdapat pada stadium akut umumnya sembuh, sedangkan yang berat dapat
berakhir dengan payah jantung yang disertai gangguan miokard dan koroner.
Penyebab RM ialah valvulitis, peradangan atau iskhemik otot-otot papilla
dan dilatasi ventrikel kiri.
5. Miokarditis
Kebanyakan penderita PK menunjukkan tanda-tanda miokarditis pada
stadium akut, terutama pada minggu pertama dan kedua serta tidak bergantung
kepada ada tidaknya kelainan arteri koronaria.
Pada kelainan ini dijumpai irama gallop, bunyi jantung melemah, aritmia
pada EKG, ekografk yang abnormal dan peninggian kreatin kinase dalam serum.
Umumnya kelainan ini akan sembuh sendiri sesudah stadium akut dan jarang
menetap atau bertambah berat.
6. Perikarditis
Tigapuluh persen semua penderita PK mendapat perikarditis pada minggu
pertama dan kedua. Pada kebanyakan penderita terdapat efusi perikard yang ringan
dengan ekokardiografi. Tamponade jantung jarang ditemukan.
7. Aneurisma Arteri Yang Lain
Aneurisms dapat pula terjadi pada arteri sistemik yang lain. Insidensi
kurang 3% dan predisposisi pada arteri axillaris, iliaka, renalis, mammaria interna,
femoralis dan subskapularis. Umumnya gejala-gejala sangat kurang. Bila mengenai
arteri renalis, hal ini dapat menimbulkan hipertensi renalis.
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Diagnostik evaluasi :
a. Diagnostik penyakit Kawasaki didasarkan pada manifestasi klinis. CDC
memerlukan bahwa demam dan empat dari enam kriteria lain yang tercantum di
atas pada tahap I didemonstrasikan.
b. Elektrokardiogram, ekokardiogram, kateterisasi jantung, dan
angiocarddiography mungkin diperlukan untuk mendiagnosa kelainan jantung.
c. Meskipun tidak ada tes laboratorium khusus, berikut dapat membantu diagnosis
mendukung atau menyingkirkan penyakit lainnya.
a) leukositosis selama tahap akut.
b) ritrosit dan hemoglobin - sedikit penurunan.
c) Menghitung trombosit - meningkat selama minggu keempat kedua penyakit.
d) IgM, IgA, IgG, dan IGF - transiently ditinggikan.
e) Urin - protein dan leukosit hadir.
f) Reaktan fase Akut (ESR, protein C-reaktif, alpha aku antitrypsin) yang
meningkat selama fase akut.
g) Tingkat enzim miokard (serum CK-MB) menyarankan MI jika ditinggikan.
h) Enzim hati (AST, ALT) - cukup tinggi.
i) Profil lipid - lipoprotein densitas rendah tingkat tinggi dan trigliserida
tinggi.
H. PENATALAKSANAAN MEDIS DAN KEPERAWATAN
Semua pasien dengan Penyakit Kawasaki fase akut harus menjalani tirah baring
dan rawat inap. Selama fase akut aspirin dapat di berikan 80-100 mg/kgbb/hari dalam 4
dosis terbagi dan imunoglobulin intravena 2 gr/kgbb dosis tunggal diberikan selama 10-
12 jam. Lamanya pemberian aspirin bervariasi, pengurangan dosis dilakukan 48-72 jm
bebas demam, beberapa klinisi memberikan aspirin dosisi tinggi sampai 14 hari sakit
dan 48-72 jam setelah demam hilang. Dosis rendah aspirin 3-5mg/kgbb/hari dan
dipertahankan hingga pasien tidak menunjukan perubahan arteri koroner dalam 6-8
minggu onset penyakit. Steroid digunakan untuk Penyakit Kawasaki bila terdapat
kegagalan respon dengan terapi inisial. Regimen steroid yang umum diberikan
methylprednisolon intravena 30mg/kgbb selama 2-3 hari diberikan sekali sehari selama
1-3 jam.
I. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Aktivitas/istirahat
Gejala : kelelahan, kelemahan
Tanda : takikardia, penurunan TD, dispnea dengan aktivitas
b. Sirkulasi
Gejala : riwayat penyakit jantung kongenital, IM, palpitasi, jatuh pinsan
Tanda : takikardia, distritmia
c. Eliminasi
Gejala : Riwayat penyakit ginjal/gagal ginjal, penurunan jumlah urin
Tanda : urin pekat dan gelap
d. Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala : nyeri dada/punggung/sendi
Tanda : perilaku distraksi
e. Keamanan
Gejala : riwayat penyakit infeksi virus, bakteri, jamur (miokarditis: trauma
dada), penurunan sistem imun
Tanda : demam
f. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik didapatkan anak tampak lemah, rewel, tidak sesak, tidak
sianosis. Berat badan 10,3 kg, tinggi badan 87 cm, lingkar kepala 45 cm
(normosefal). BB/U: -1 s/d -2 SD, TB/U : -2 SD, BB/T -2 s/d -3 SD, jadi status
gizi pasien adalah gizi kurang. Tanda vital : nadi 130 x/menit, regular, kekuatan
cukup (takikardi), respirasi 26 x/menit, teratur, kedalaman cukup, suhu aksila
38,5oC, tekanan darah 100/70 mmHg. Pada kepala tidak didapatkan anemis,
tidak ikterik, didapatkan bibir merah, kering, krusta (+) (cracked lips), lidah
kemerahan (strawberry tongue). Pada leher didapatkan pembesaran kelenjar
getah bening sebelah kanan, tidak nyeri tekan, multiple, diameter 1 cm, tidak
ada tanda-tanda radang. Pemeriksaan jantung dan paru didapatkan hasil dalam
batas normal, demikian juga dari pemeriksaan abdomen didapatkan hasil dalam
batas normal. Ekstremitas : tangan dan kaki edema, nyeri (+), kemerahan (+),
didapatkan keterbatasan gerak, kekuatan motorik anggota gerak atas dan bawah
kiri dan kanan : dbn, sensibilitas kesan normal.
2. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri Akut b/d inflamasi miokardium atau perikardium
2) Resiko Penurunan curah jantung b/d akumulasi cairan dalam kantung
perikardium
3) Intoleransi aktivitas b/d inflamasi dan degenerasi sel-sel otot miokard
3. Intervensi Keperawatan
N DX NOC NIC
O
1 DX: 1 NOC : Tingkat Nyeri (577) NIC : manajemen nyeri (198)
Kriteria hasil : 1. Lakukan pengkajian nyeri
Indikator Ir Er 2. Gunakan strategi komunikasi
Nyeri yang dilaporkan 1 5 terapeutik
Mengerang dan 1 5
3. Ajarkan teknik
menangis
Ekspresi nyeri wajah 1 5 nonfarmakologi seperti terapi
Tidak bias beristirahat 1 5 bermain, relaksaksi
Menyeringit 1 5
4. Bantu keluarga dalam mencari
dan menyediakan
5. Dukung istirahat atau tidur
yang adekuat untuk penurunan
nyeri
N DX NOC NIC
O
2 DX: 2 NOC : status sirkulasi (561) NIC : perawatan jantung (364)
Indikator Ir Er 1. Mengecek pasien baik secara
Tekanan darah sistol 1 5 fisik dan psikologis
Tekanan darah diastole 1 5
Tekanan nadi 1 5 2. Pastikan tingkat aktivitas
Tekanan darah rat-rata 1 pasien yang tidak
membahayakan curah jantung
3. Monitor EKG
4. Monitor tanda-tanda vital
secara rutin
5. Catat tanda dan gejala
penurunan curah jantung
N DX NOC NIC
O
3 DX: 3 NOC : toleransi terhadap aktivitas NIC : terapi aktivitas (431)
(582) 1. Ajarkan pasien dan keluarga
Indikator Ir Er untuk mengidentifikasi
Saturasi oksigen 1 5 kelemahan dalam level
ketika beraktivitas aktifitas tertentu
Frekuensi nadi 1 5
2. Intruksikan pasien untuk
ketika beraktivitas
Frekuensi 1 5 melaksanakan aktivitas yang
pernafasan ketika diinginkan maupun yang telah
aktivitas diresepkan
Kemudahan 1 5 3. Berkoordinasi dalam
bernapas ketika menyeleksi pasien sesuai
beraktivitas dengan umur yang sesuai
Tekanan darah 1 5
dengan aktivitas yang akan
sistolik ketika
dilakukan
beraktivitas
Tekanan darah 1 5 4. Bantu dengan aktivitas fisik
beraktivitas kebutuhan
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kawasaki disease (Penyakit Kawasaki) adalah suatu penyakit yang langka, dan
ditemukan pada anak-anak. Penyakit ini dinamakan sesuai nama seorang pediatris
Jepang bernama Tomisaku Kawasaki, yang menemukannya pada tahun 1967.Penyakit
kawasaki (KD) juga disebut "sindrom simpul getah bening mukokutan." Penyebab
Penyakit Kawasaki belum diidentifikasi. Bagian yang paling sering terkena dari jantung
adalah pembuluh darah koroner.Perubahan lain yang dapat terjadi adalah peradangan /
inflamasi pada otot jantung (miocarditis), dan pada kantong yang mengelilingi jantung
(pericarditis).
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
http://erfansyah.blogspot.com/2011/01/kep-anak-penyakit-kawasaki.html
http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en|
id&u=http://www.cincinnatichildrens.org/health/k/kawasaki/
Harnden A, Takahashi M, Burgner D ; penyakit Kawasaki. BMJ. 2009 Mei 5; 338: b1514.
doi: 10.1136/bmj.b1514.
Kayu LE, Tulloh RM ; penyakit Kawasaki pada anak-anak. Jantung. Mei 2009; 95 (10) :787-
92. Epub 12 Agustus 2008. [Abstrak]