Makalah Taubat

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 10

TUGAS MAKALAH

AQIDAH AKHLAK

“ TAUBAT DAN HUZNUDZON”

Aggota :

Rizki Oktavia Azizah


Miftakhul Jannah
Syahad kholisoh
Nisa afniani
Dewi Apriani
Citra Dinda Prameswari

MADRASAH ALIYAH NEGERRI


PURWOKERTO 1
Tahun Pelajaran 2012/2013
BAB I
PENDAHULUAN

Pengertian Akhlak Secara Etimologi, Menurut pendekatan etimologi, perkataan


“akhlak” berasal dari bahasa Arab jama’ dari bentuk mufradnya “Khuluqun” yang menurut
logat diartikan: budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Kalimat tersebut mengandung
segi-segi persesuain dengan perkataan “khalkun” yang berarti kejadian, serta erat hubungan ”
Khaliq” yang berarti Pencipta dan “Makhluk” yang berarti yang diciptakan.
Pengertian akhlak adalah kebiasaan kehendak itu bila membiasakan sesuatu maka
kebiasaannya itu disebut akhlak .Jadi pemahaman akhlak adalah seseorang yang mengeri
benar akan kebiasaan perilaku yang diamalkan dalam pergaulan semata – mata taat kepada
Allah dan tunduk kepada-Nya. Oleh karena itu seseorang yang sudah memahami akhlak
maka dalam bertingkah laku akan timbul dari hasil perpaduan antara hati nurani, pikiran,
perasaan, bawaan dan kebiasaan dan yang menyatu, membentuk suatu kesatuan tindakan
akhlak yang dihayati dalam kenyataan hidup keseharian.
Dengan demikian memahami akhlak adalah masalah fundamental dalam Islam.
Namun sebaliknya tegaknya aktifitas keislaman dalam hidup dan kehidupan seseorang itulah
yang dapat menerangkan bahwa orang itu memiliki akhlak. Jika seseorang sudah memahami
akhlak dan menghasilkan kebiasaan hidup dengan baik, yakni pembuatan itu selalu diulang –
ulang dengan kecenderungan hati (sadar). Akhlak merupakan kelakuan yang timbul dari hasil
perpaduan antara hati nurani, pikiran, perasaan, bawaan dan kebiasaan dan yang menyatu,
membentuk suatu kesatuan tindakan akhlak yang dihayati dalam kenyataan hidup keseharian.
Semua yang telah dilakukan itu akan melahirkan perasaan moral yang terdapat di dalam diri
manusia itu sendiri sebagai fitrah, sehingga ia mampu membedakan mana yang baik dan
mana yang jahat, mana yang bermanfaat dan mana yang tidak berguna, mana yang cantik dan
mana yang buruk.
BAB II
PEMBAHASAN
 
A. Pengertian Husnudhan
1. Husnudhon
Husnudhan secara bahasa berarti “berbaik sangka”. Lawan katanya
adalah suuzan yang berarti “berburuk sangka” atau apriori ,skeptis ,dan sebagainya. Seorang
yang memiliki sikap husnudhan akan mepertimbangkan sesuatu dengan pikiran jernih, dan
hatinya bersih dari prasangka yang belum tentu kebenaranya.
Sebaliknya orang yang pemikiranya senantiasa dijelajahi oleh sikap suuzan akan memandang
sesuatu selalu jelek. seolah-olah  tidak ada sedikitpun kebaikan dalam pikiranya dan
cenderung menganggap orang lain lebih rendah dari dirinya
Sikap buruk sangka identik dengan rasa curiga ,cemas, amarah,dan benci. Padahal
kecurigaan,kecemasan ,kemarahan dan kebencian itu hanyalah perasaan semata yang tidak
jelas sebabnya, terkadang apa yang ditakutkannya selama ini belum tentu  terjadi pada dirinya
atau orang lain.
2. Pembagian Husnudhon
Secara garis besar Husnudhan dapat dibagi menjadi 3 macam yaitu :
a)      Husnudhan kepada Allah;
Hunudhan kepada Allah dapat ditunjukan dengan sifat tawakal ,sabar,dan ikhlas dalam
menjalani hidup.
b)     Husnudhan kepada diri sendiri;
Husnudhan  kepada diri ditunjukan dengan sikap percaya diri dan optimis serta inisiatif.
c)      Husnudhan kepada sesama manusia;
Husnudhan terhadap sesama manusia ditunjukan dengan cara berpikir positif ,dan sikap
hormat kepada orang lain tanpa ada rasa curiga
a)      Husnudhan Kepada Allah
Salah satu akhlak terpuji yang harus tertanam pada dirimu adalah sifat husnudhan kepada
Allah. Sifat  husnudhan kepada Allah adalah sikap yang selalu berbaik sangka atas segala
kehendak Allah terhadap hamba-Nya. Selanjutnya yang menjadi pertanyaan besar
ialah, Mengapa kita harus berbaik sangka kepada Allah ? . Banyak hal yang terjadi pada kita
seperti musibah membuat kita secara tidak langsung menganggap Allah telah tidak adil
kepada kita. Padahal ,sebagai seorang mukmin sejati  senantiasa menganggap apa yang
ditakdirkan Allah kepada kita adalah yang terbaik .
Seseorang boleh saja sedih ,cemas , dan gundah bila terkena musibah, tetapi hal tersebut
jangan sampai berlarut larut sehingga akan membuat dirinya menyalakan Allah sebagai
penguasa takdir. Sikap  terbaik yang dapat dilakukan adalah dengan cara segera menata hati
dan perasaan, kemudian menegguhkan sikap bahwa setiap yang ditakdirkan Allah kepada kita
mengandung hikmah, inilah yang disebut dengan sikap husnudhan kepada Allah.
Sebagaimana firman Allah dalam QS. Yunus ayat 44 yang artinya :
“Sesungguhnya Allah tidak berbuat aniaya kepada manusia sedikit pun, akan tetapi manusia
itu sendiri berbuat anuaya kepada diri mereka sendiri. (QS. Yunus: 44)”

Sebagai seseorang mukmin yang meyakini bahwa Allah Maha Mengetahui atas apa yang
terjadi terhadap hambanya ,kita seharusnya berpikir optimis, yakinlah bahwa Rahmat dan
Karunia yang diberikan Allah kepada manusia tidak akan pernah putus. Berikut  firman Allah
SWT ,di bawah ini;
Artinya: “dan rahmat ku meliputi segala sesuatu” (QS.Al-‘Araf 7 : 156).
Sebagaimana firman Allah diatas, yang telah menjelaskan bahwa Rahmat dan Kasih sayang
Allah meliputi segala sesuatu ,kita perlu berhusnuzan kepada Allah dalam segala hal dan
keadaan.
Allah Maha Mengetahui, maka disaat kita senang dan suka (karena mendapatkan rezeki dan
kenikmatan dari Allah ),maupun saat dalam keadaan susah dan duka (karena mendapatkan
ujian dan cobaan ) hendaknya kita iringi dengan kita berhusnudhan kepada Allah SWT.
Sebab  semua yang diberikan oleh Allah ,baik berupa kenikmatan maupun cobaan ,di
dalamnya mengandung banyak hikmah dan kebaikan. Sebagaimana ditegaskan Allah dalam
sebuah hadits qudis yang berbunyi :
Artinya : “selalu menuruti sangkaan hamba ku terhadap diriku jika ia berprasangka baik
maka akan mendapatkan kebaikan dan jika ia berprasangka buruk maka akan mendapatkan
leburukan.” (H.R. at –tabrani dan ibnu hibban).
1. 1.      Sikap Husnuzan Kepada Allah
1. Sabar serta senatiasa berserah diri kepada Allah (tawakal), [4]
yakni mempercayakan diri kepadaNya dalam melaksanakan sesuatu pekerjaan yang telah
direncanakan dengan mantap.
Dijelaskan dalam QS. Al-Baqarah:112
Artinya :
Barang siapa yang menyerahkan diri kepada Allah, sedang ia berbuat kebajikan, maka
baginya pahala pada sisi Tuhan dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak
(pula) mereka bersedih hati. (QS. Al-Baqarah:112)
1. Senantiasa taat kepada Allah
2. Yakin bahwa terdapat hikmah di balik segala penderitaan dan kegagalan
3. Menerima dengan ikhlas semua keputusan Allah
4. Syukur dan qona’ah, yakni senatiasa berterima kasih atas pemberian Allah serta
merasa cukup atas pemberihanNya itu
Dijelaskan dalam QS. At-Taubah:59
Artinya :
Jika mereka sungguh-sungguh rida dengan apa yang diberikan Allah dan Rasul-Nya kepada
mereka, dan berkata: Cukuplah Allah bagi kami, Allah akan memberikan kepada kami
sebagian dari karunia-Nya dan demikian (pula) Rasul-Nya, sesungguhnya kami adalah
orang-orang yang berharap kepada Allah. (Tentulah yang demikian itu lebih baik bagi
mereka). (QS. At-Taubah:59)
1. 2.    Hikmah Husnuzan kepada Allah
Sikap husnuzan mempunyai hikmah yang besar. Berhusnuzan kepada Allah memiliki hikmah
yang banyak, diantaranya seperti berikut.
1)      Dapat menumbuhkan sikap untuk selalu optimis dalam menyongsong masa depan
Sebagaimana firman Allah yang Artinya :
Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri,
janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-
dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.
2)      Menumbuhkan perasaan tidak mudah putus asa
3)      Menumbuhkan perasan syukur kepada Allah atas nikmat yg telah dianugrahkan allah
kepada kita[5]
4)      Menumbuhkan sifat sabar dan tawakkal.
b)   Husnuzan kepada Diri Sendiri
Husnuzan kepada diri sendiri adalah sikap baik sangka kepada diri sendiri dan meyakini akan
kemampuan diri sendiri.
Husnuzan kepada diri sendiri dapat ditunjukkan dengan sikap-sikap berikut:[6]
1. 1.      Gigih dan Optimis
Gigih berarti sikap teguh pendirian, tabah, dan ulet atau berkemauan kuat dalam usaha
mencapai sesuatu cita-cita. Sedangkan optimis adalah sikap yang selalu memiliki harapan
baik dan positif dalam segala hal.
Manfaat sikap gigih adalah:
a. Membentuk pribadi yang tangguh
b. Menjadikan seseorang teguh pendirian sebab tidak mudah menerima pengaruh buruk dari
orang lain
c. Menjadikan seseorang kreatif
d. Menyebabkan seseorang tidak gampang berputus asa dan menyerah terhadap keadaan
2. Berinisiatif
Berinisiatif artinya pelopor atau langkah pertama, atau senantiasa berbuat sesuatu yang
sifatnya produktif. Berinisiatif menuntut sikap bekerja keras dan etos kerja yang tinggi.
Ciri khas orang penuh inisiatif, adalah:
a. Kreatif
b. Tidak kenal putus asa
c)    Husnuzan kepada Sesama Manusia
Husnuzan kepada sesama manusia adalah sikap yang selalu berpikir dan berprasangka baik
kepada sesama manusia. Sikap ini ditunjukkan dengan rasa senang, berpikir positif, dan sikap
hormat kepada orang lain tanpa ada rasa curiga, dengki, dan perasaan tidak senang tanpa
alasan yang jelas.
Nilai dan manfaat dari sikap husnuzan kepada manusia adalah:
a. Hubungan persahabatan dan persaudaraan menjadi lebih baik.
b. Terhindar dari penyesalan dalam hubungan dengan sesama.
c. Selalu senang dan bahagia atas kebahagiaan orang lain

B. Pengertian Taubat
1. Taubat
Kata taubah dalam kamus besar bahasa Indonesia mengandung dua pengertian ;
 Ø Pertama, taubat berarti sadar dan menyesali dosanya dan berniat akan memperbaiki
tingkah lakunya dan perbuatannya.
 Ø Kedua, kata taubah berarti kembali kepada agama yang benar.
Dari sini dapat di simpulkan bahwasanya Taubat ialah menyadari, menyesali dan berniat
hendak memperbaiki perbuatannya yang salah.
Menurut pendapat Imam Ghazali , Taubat ialah kembali mengikuti jalan yang benar setelah
menempuh jalan yang salah. Menurut Hasib Ash Shiddiq, berpindah dari keadaan dibenci
dan dikutuk oleh Allah kepada keadaan yang diridai dan dicintai-Nya.
Dalam refrensi lain juga dijelaskan pengertian taubat sebagai berikut ;
Kata taubat berasal dri bahasa arab “at-taubah”, yang berarti ruju’ atau kembali. Taubat 
mempunyai arti kembali. Seseorang dikatakan kembali atau bertaubat apabila dia menjauhi
segala perbuatan dosa. Maka arti taubat ialah kembali kepada Allah SWT dengan melepaskan
seluruh hubungan hati dengan dosa, kemudian kembali mengerjakan kewajibannya kepada
Allah SWT.
Menurut syariat, taubat artinya meninggalkan seluruh perbuatan dosa dan menyesali semua
kemaksiatan yang telah dikerjakannya kerana Allah SWT. Kemudian berusaha untuk tidak
mengulangi nya kembali .
1. 2.      Dasar-dasar Tobat
Dasar-dasar tobat adalah sebagai berikut:[7]
1)      Surah At-Tahrim ayat 8 yang artinya:
“Hai orang-orang beriman, bertobatlah kepada Allah dengan tobat yang semurni-
murninya.”
2)      Surah An-Nur ayat 31 yang artinya:
“Dan berobatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang beriman agar kamu
beruntung.”
4)      Hadis Nabi SAW yang artinya:
“Stiap manusia (dapat berbuat) salah, dan sebaik-baiknya orang yang bersalah itu yang
mau bertobat. (HR. Tirmizi, Ibnu Majali, dan Hikmah)”
Seorang muslim tidak boleh merasa terlambat bertobat, kapan saja, di mana saja, Allah akan
menerima tobat siapa pun sebelum byawa belum sampai di tenggorokan (sakaratul maut).
3. Syarat-Syarat Taubat
 Ø Menyesal dengan apa yang telah ia perbuat.
 Ø Meninggalkan perbuatan maksiat itu
 Ø Bertekan serta berjanjitidak akan mengulanginya kembali.
 Ø Mengikutinya dengan perbuatan baik, sebab perbuatan baik dapat menutup
keburukan kita.
Disamping persyaratan di atas ada pula yang menyatakan syarat taubat sebagai berikut:
ü Persyaratan Melakukan Tobat
Tidak semua tobat itu bisa diterima oleh Allah. Allah hanya mau menerima tobat seseorang
jika memnuhi persyaratan tertentu. Adapun persyaratan tersebut adalah sebagai berikut:
a.       Menyadari kesalahan yang diperbuat
Pelaku dosa tidak akan bisa melakukan tobat jika tidak mampu menyadari perbuatannya.
Karena itu pelaku dosa harus mampu menyadarkan dirinya atas dosa-dosa yang telah
dilakukannya.
b.      Menyesali kesalahan
Meskipun pelaku dosa telah mengakui dan menyadari kesalahannya, namun untuk menyesali
dan berhenti dari perbuatan tersebut sangatlah sulit, maka sangat dibutuhkan kesabaran dan
dubutuhkan bimbingan orang yang lebih mengetahui masalah agama.
c.       Memohon ampun kepada Allah
Rasulullah telah menganjurkan kepada umatnya yang beiman agar selalu memohon ampunan
(istighfar) kepada Allah. Dan beliau mencontohkan dirinya sendiri, bahwa dia sehari
memohon ampunan (istighfar) sebanyak seratus kali.
d.      Berjanji tidak akan mengulangi kesalahan dan tidak berbuat kesalahan lain
Pelaku dosa harus mampu berjanji untuk tidak mengulangi perbuatan dosa. Karena bila
teulang,kemudian bertaubat, kemudian terulang lagi, maka Allah SWT akan
menempatkannya di jahanam.
e.       Memperbanyak berbuat kebaikan
Bertobat selain berhenti dari perbuatan dosa, harus rajin melakukan kebaikan hingga habis
umurnya. Sebagaimana firman Allah dalam QS. Toha:82 yang Artinya :
Dan sesungguhnya Aku Maha Pengampun bagi orang yang bertaubat, beriman, dan beramal
saleh, kemudian tetap di jalan yang benar (petunjuk Allah).
4.      Hikmah Tobat
Tobat selain menjadi kewajiban setiap muslim, juga memiliki hikmah seperti berikut:
1. Orang yang bertobat akan dicintai Allah. QS al-Baqarah yang artinya:
“Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertobat dan orang-orang mensucikan
dirinya”.
1.  Orang yang bertobat akan delapangkan rezekinya oleh Allah dan dimudahkan segala
urusannya.
Dalam suatu hadis ditegaskan bahwa Allah akan memberikan jalan keluar bagi orang yang
bertobat (beristighfar) dan Allah juga akan mengganti kesusahan dengan kegembiraan serta
akan memberikan rezeki kepadanya tanpa diduga-duga.
1.    Orang yang bertobat akan disucikan hatinya dari segala dosa-dosa.
Membersihkan noda hitam di hati itu dengan memperbanyak berbuat kebaikan, karena
dengan berbuat kebaikan bisa menhapus dosa-dosa yang telah dilakukan, dalam berbuat
kebaikan itu didasari hati yang ikhlas hanya karena mencari rida Allah.
Firman Allah dalam QS Huud ayat 114
”Sesungguhnya kebaikan itu bisa menghapus kejelekan “
1. 5.      Contoh perilaku orang yang bertobat:
 Ø Lebih berhati-hati dalam melakukan sesuatu disebabkan takut terjerumus lagi ke
dalam dosa.
 Ø lebih giat beramal karena merasa khawatir dosanya belum diampuni oleh Allah
Swt.
 Ø Seorang penjahat, perampok, penjudi, pemerkosa, pelaku zina dia bertobat
memohon ampunan kepada Allah SWT atas semua perbuatan dosanya selama ini, dia
bertobat dengan sungguh sungguh (taubat nasuha), dia menyesali atas segala perbuatan
dosanya selama ini dan dia berjanji untuk tidak mengulanginya lagi.
BAB III
KESIMPULAN
 
Husnudhan secara bahasa berarti “berbaik sangka” . lawan katanya adalah suuzan yang
berarti “berburuk sangka” atau apriori ,skeptis ,dan sebagainya. Seorang yang memiliki sikap
husnudhan akan mepertimbangkan sesuatu dengan pikiran jernih, dan hatinya bersih dari
prasangka yang belum tentu kebenaranya Sebaliknya orang yang pemikiranya senantiasa
dijelajahi oleh sikap suuzan akan memandang sesuatu selalu jelek. seolah-olah  tidak ada
sedikitpun kebaikan dalam pikiranya dan cenderung menganggap orang lain lebih rendah dari
dirinya.
Kata taubat berasal dri bahasa arab “at-taubah”, yang berarti ruju’ atau kembali. Taubat 
mempunyai arti kembali. Seseorang dikatakan kembali atau bertaubat apabila dia menjauhi
segala perbuatan dosa. Maka arti taubat ialah kembali kepada Allah SWT dengan melepaskan
seluruh hubungan hati dengan dosa, kemudian kembali mengerjakan kewajibannya kepada
Allah SWT. Menurut syariat, taubat artinya meninggalkan seluruh perbuatan dosa dan
menyesali semua kemaksiatan yang telah dikerjakannya kerana Allah SWT. Kemudian
berusaha untuk tidak mengulangi nya kembali .
Hadis Nabi SAW yang artinya:
“Stiap manusia (dapat berbuat) salah, dan sebaik-baiknya orang yang bersalah itu yang
mau bertobat. (HR. Tirmizi, Ibnu Majali, dan Hikmah)”
Seorang muslim tidak boleh merasa terlambat bertobat, kapan saja, di mana saja, Allah akan
menerima tobat siapa pun sebelum byawa belum sampai di tenggorokan (sakaratul maut).
DAFTAR PUSTAKA
 
http://iwansubhan.blogspot.com/2011/01/husnuzan-dan-taubat.html
http://jokosiswanto77.blogspot.com/2010/06/bab-4-husnuzan-sebagai-perilaku-terpuji.html
http://jkpka-triyat.blogspot.com/2008/11/focus.html
Rahayu ,Suci & Toifuri, 2007 Pendidikan Agama Islam SMA ( Jakarta: Ganesa Exact)
Sya’rawi, Syeikh Mutawalli 2006 Kenikmatan Taubat (Jakarta : QultumMedia)
[1] Suci Rahayu & Toifuri, 2007 Pendidikan Agama Islam SMA (Jakarta: Ganesa Exact).hlm,
41
[2] http://jkpka-triyat.blogspot.com/2008/11/focus.html (diakses, 19 April 2011)
[3] Ibid,._
[4] http://iwansubhan.blogspot.com/2011/01/husnuzan-dan-taubat.html (diakses, 3 Mei 2011)
[5] Pendidikan Agama Islam SMA,.hlm 42
[6] http://jokosiswanto77.blogspot.com/2010/06/bab-4-husnuzan-sebagai-perilaku-
terpuji.html (diakses, 3 Mei 2011)
[7] http://iwansubhan.blogspot.com/2011/01/husnuzan-dan-taubat.html (diakses 3 Mei 2011)

Anda mungkin juga menyukai