Anda di halaman 1dari 14

Konstruksi Realitas Sosial Sebagai Gerakan Pemikiran

(Sebuah Telaah Teoretis terhadap Konstruksi Realitas Peter L. Berger)


Karman

KONSTRUKSI REALITAS SOSIAL SEBAGAI GERAKAN PEMIKIRAN


(Sebuah Telaah Teoretis Terhadap
Konstruksi Realitas Peter L. Berger)

CONSTRUCTION OF SOCIAL REALITY AS THOUGHT MOVEMENT


(Theoretical Review On Social Construction of Reality
Peter L. Berger)
,
Karman

Balai Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika (BPPKI) Jakarta, Badan Litbang SDM Kemenkominfo
Alamat : Jalan Pegangsaan Timur No. 19 B Cikini Menteng, Jakarta Pusat. 10320. Telp/fax.: 021-31922337
Email: karman@kominfo.go.id
Naskah diterima 31 Desember 2014, direvisi 10 Februari 2015, disetujui 2 Maret 2015

Abstract
The concept of constructivism/constructionism is vague but very influential to knowledge. The thoughts in line with it are social
construction of reality, social constructionism, social constructionist, social constructivism, social constructivist. Simply, they …ƒŽŽ‡† •‘…‹ƒŽ
construction or coconstruction. One model of this theory is the one introduced by Peter L. Berger and Thomas Luckmann. This theory was
also known as dialectic theory. Hence, this article will discuss about the main idea or thought of Peter L. Berger. The main ideas are society
as objective and subjective reality. This article also presents limitedness of this theory and criticism against it.
Keywords : social construction of reality theory; Peter L. Berger; constructivism; constructionism; coconstruction.

Abstrak
Konstruksi merupakan konsep teori yang taksa namun amat berpengaruh terhadap ilmu pengetahuan. Gagasan yang sejalan dengan
konstruksi adalah konstruktivisme, konstruksionisme konstruksi realitas sosial, konstruksionisme sosial, sosial konstruksionis, konstruktivisme
sosial, sosial konstruktivis atau secara sederhana disebut konstruksi sosial, kokonstruksi. Salah satu modelnya diperkenalkan oleh Peter L.
Berger yang dikenal dengan teori social construction of reality/teori dialketika. Teori ini banyak digunakan dalam penelitian berparadigma
konstruktivisme. Tulisan ini akan menjelaskan pokok-pokok Pemikiran Peter L. Berger, yang mencakup masyarakat sebagai kenyataan objektif
dan subjektif. Tulisan ini juga akan menyajikan keterbatasan teori ini dan kritik terhadap teori ini.
Kata-kata Kunci : teori realitas sosial; Peter L. Berger; konstruktivisme; konstruksionisme; kokonstruksi.

11
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika
Volume 5 No. 3 Maret 2015 ISSN: 2087-0132

PENDAHULUAN penelitian atau apa yang kita jelaskan dalam suatu


teori komunikasi selalu dipengaruhi oleh nilai-
nilai yang tertanam di dalam pendekatan yang
Sebelum memaparkan pandangan yang mengkritisi
dipakai. Salah satu model teori yang banyak
teori konstruksi realitas sosial, akan dipaparkan terlebih
dikutip adalah model teori yang diperkenalkan
dulu pokok-pokok pemikiran teori ini. Ilmu komunikasi
oleh Peter L. Berger (1966).
sebagai science mengenal berbagai macam paradigma
metodologi selain mengenal pula paradigma teori. Menurut Artikel ini membahas kritik terhadap teori
Denzin, paradigma penelitian komunikasi ada 5 (lima) Konstruksi Realitas Sosial yang dilontarkan oleh
paradigma, yaitu: 1) Positivis, 2) Postpositivis, 3) beberapa ahli. Di mana sebelum menelaah teori Berger
Konstruktivis, 4) kritis, dan 5) Partisipatoris (Denzin, tersebut, penulis terlebih dulu memberikan gambaran
2005; Guba 2005; S.L.T., 2010). Tulisan ini akan menyoroti ragam konstruk teori sosial yang segaris dengan teori
tentang paradigma konstruktivisme (constructivism). Berger tersebut.
Perspektif atau paradigma ini penting sebagai salah satu
sudut pandang atau perspektif dalam melihat gejala sosial Keragaman Konsep Konstruksi
atau realitas sosial. Konstruktivisme sebagai teori itu sendiri Sebelum membahas pemikiran Berger, dijelaskan
diperkenalkan oleh Peter L. Berger dan Thomas terlebih dahulu mengenai istilah konstruksi yang sering
Luckmann. Mereka menuangkannya dalam bukunya yang digunakan dalam naskah akademik. Konsep
berjudul òthe social construction of reality, the treatise in konstruktivisme, atau konstruksionisme
the sociology of realityóä ƒŽƒ• •‡”—•—••ƒ• –‡‘”‹•›ƒá disejalankan dengan konsep konstruksi realitas sosial
Peter L. Berger mendapatkan donasi pemikiran dari Emile (social construction of reality), konstruksionisme sosial
Durkheim (dalam hal fakta sosial), Max Weber, George (social constructionism), sosial konstruksionis (social
Herbert Mead (teori interaksionisme simbolik yang juga constructionist), konstruktivisme sosial (social
tergolong dalam tradisi sosiocultural), dan Alfred constructivism), sosial konstruktivis (social constructivist).
Schutz. Meskipun demikian, sebagian besar pendekatan Secara sederhana, konsep ini disebut konstruksi sosial
ini memiliki asumsi-asumsi yang sama. Penman (dalam (social construction). Konsep ini merujuk kepada proses
Littlejohn & Foss, 2002) merangkum asumsi-asumsi itu dan gerakan para sarjana yang menggunakan pendekatan
sebagai berikut. (approach) ini. Istilah lain yang juga populer adalah
Communicative action is voluntary. Tindakan kokonstruksi (coconstruction), pendekatan konstitutitif,
komunikatif bersifat sukarela. Kebanyakan atau cukup disebut konstruksi saja (lihat Littlejohn & Foss
konstruksionis memandang komunikatorlah yang (eds.), 2009). Konsep tersebut perlu diperjelas untuk
membuat pilihan. Ini tidak berarti orang memiliki memahami perbedaan diantara keduanya. Kedua konsep ini
pilihan bebas. Lingkungan sosial memang (konstruktivisme dan konstruksionisme) seperti diakui
membatasi apa yang dapat dilakukan melalui McQuail (2010) dan Kukla (2000) merupakan istilah yang
moral, peran, dan aturan kebanyakan situasi. abstrak. Namun, kedua konsep ini memiliki pengaruh yang
Knowledge is a social product. Pengetahuan itu besar dalam dunia ilmu pengetahuan.
produk sosial. Pengetahuan bukanlah sesuatu yang Sebagian ahli, menggunakan kata ini secara
ditemukan secara objektif, tetapi diperoleh melalui bergantian untuk tujuan yang sama. Hal ini dilakukan
interaksi di dalam kelompok sosial. Bahasa dan oleh Hall ketika menjelaskan tiga pendekatan (approach)
bagaimana seharusnya itu digunakan, cukup kuat representasi pada level bahasa. Ia mengatakan : òthere are
dalam menentukan dan memengaruhi tindakan. broadly, three approaches to explaining how representation
Knowledge is contextual. Pengetahuan bersifat of meaning through language work. We may call these
kontekstual. Makna terhadap peristiwa dihasilkan the reflective , the intentional, and the constructionist
or constructivist approachesóä Pendekatan refleksif
dari interaksi pada tempat dan waktu tertentu,
pada lingkungsan sosial (milieu) tertentu. menjelaskan bahwa bahasa berfungsi mencerminkan
Pemahaman kita terhadap suatu hal berubah (reflexting) dan menirukan (imitating) kebenaran
seiring berjalannya waktu. Kita memahami yang sudah ada di dunia. Teori ini dikenal juga dengan
pengaalaman masa lampau juga dengan berbagai îmimeticï. Jadi, bahasa seperti cermin. Pendekatan kedua,
macam cara, tergantung pada konteksnya, menekankan bahwa makna itu diciptakan oleh pembicara,
penulis dan disampaikan ke dunia melalui bahasa untuk
Theories creates worlds. Teori menciptakan dunia.
kemudian dijadikan cara pandang dalam melihat dunia.
Teori dan aktivitas ilmiah serta penelitian pada
Pendekatan ketiga (constructionist/constructivist)
umumnya, bukanlah cara atau yang objektif untuk
meyakini dan menganggap bahasa sebagai sistem sosial
mengungkapkan kebenaran, tetapi berkontribusi
yang diciptakan bersama. Ini berarti ruang privasi
lebih dalam menciptakan pengetahuan. Jadi,
individu dinegosiasikan dengan ruang publik. Sesuatu
aktivitas ilmiah adalah dampak dari apa yang
tidak menciptakan makna. Kitalah yang menciptakan makna
sedang diamati dan cara pengalaman dipahami.
melalui sistem representational konsep dan tanda.
Scholarship is values laden. Kegiatan keilmuan itu Hall (2013) kadang menggunakan kata konstruksionis
sarat nilai. Apa yang kita amati dalam suatu dan kadang menggunakan kata.

12
Konstruksi Realitas Sosial Sebagai Gerakan Pemikiran
(Sebuah Telaah Teoretis terhadap Konstruksi Realitas Peter L. Berger)
Karman

Beberapa buku yang menjelaskan teori ilmu yang mengandung teori (theory-laden) dan menekankan
komunikasi membedakan antara teori konstruktivisme pentingnya posisi teoretis dalam pengembangan metode
(constructivism theory) dan konstruksionisme riset (Miller, 2005).
(constructionism theoy) atau konstruksionisme sosial (social Baik Miller (2005) dan Littlejohn & Foss (2002,
constructionism). Konstruktivisme (constructivism) 2008) menempatkan teori ini ke dalam teori-teori tentang
merujuk ke teori yang dikembangkan oleh Jesse Delia produksi pesan (message production). Tradisi atau
(akademisi Universitas Illinois). Menurut teori ini, individu paradigma teori ilmu komunikasi yang memayungi teori
menafsirkan dan bertindak sesuai dengan kategori konstruktivisme adalah menurut Griffin (2011)- adalah
konseptual yang ada di pikiran mereka. Realitas tidak hadir tradisi sosiopsikologis. Menurut Craig (1999, 2007),
dengan sendirinya dalam bentuk mentah tapi disaring oleh pusat perhatian tradisi atau paradigma teori ini adalah
melalui cara individu itu sendiri dalam melihat sesuatu. pada asek-aspek komunikasi yang mencakup ekspresi,
Teori ini sebagian berasal dari teori yang diperkenalkan interaksi, dan pengaruh. Tradisi ini menekankan pada
oleh Kelly mengenai konstruk personal yang menyatakan perilaku, variabel, efek, kepribadian dan sifat, persepsi,
bahwa seseorang atau individu memahami pengalaman- kognisi, sikap dan interaksi. Sosiopsikologi menjadi
pengalaman dengan cara mengelompokkan peristiwa tradisi pemikiran yang kuat, khususnya dalam situasi
berdasarkan persamaan-persamaan dan perbedaan- yang menganggap pentingnya kepribadian. Penilaian
perbedaannya. Perbedaan yang dirasakan itu bukanlah menjadi bias oleh keyakinan dan perasaan. Orang
sesuatu yang alami tetapi dihasilkan melalui sistem kognitif. memiliki pengaruh yang nyata satu sama lain. Tradisi
Teori Kelly ini lebih menekankan kepada sosiopsikologi menentang pandangan bahwa orang
konstruk pribadi tiap individu sehingga teori Kelly ini bersikap rasional, individu-individu mengetahui apa
disebut dengan teori konstruk personal (personal yang mereka pikirkan, dan persepsi merupakan jalur
construct theory). Kelly berargumen bahwa dunia ini yang jelas untuk melihat apa yang nyata (lihat penjelasan
dipahami menurut konstruk-konstruk. Sususunan dan singkat 7 (tujuh) tradisi ini seperti di Rahardjo, 2009;
jalinan konstruk tersebut bergabung dan membentuk skema untuk detil lihat Craig, 1999; Craig & Muller, 2007).
interpretasi (1995). Teori konstruktivisme ini berargumen
Secara singkat, karakteristik teori ini, Berger &
bahwa konstruk antarindividu menunjukkan pemahaman
seseorang kepada orang lain. Individu yang
Chaffe (dalam Craig & Muller, 2007) menjelaskan bahwa
komunikasi dianggap sebagai proses ekspresi, interaksi,
memiliki skema kognisi yang sederhana (simple) akan
dan pengaruh, yang dalam proses tersebut perilaku
mudah terjatuh pada tindakan stereotype. Sebaliknya,
manusia atau organisme lainnya mengekspresikan
orang yang secara kognisi sadar akan banyaknya
mekanisme psikologis, keadaan, perangai (trait), dan
perbedaan cenderung sensitif terhadap perbedaan
melalui interaksi dengan individu lain dan menghasilkan
itu. Dalam menggunakan teori pada penelitian, Kelly dampak kognitif, emotif, dan perilaku. Pada tataran
meminjam daftar pertanyaan (questionnaire) yang penelitian, teori pada tradisi ini terinspirasi oleh studi
disusun oleh Walter Crockett open-ended role category
eksperimental ilmu psikologi. Eksemplar studi pada tradisi
questionnaire (RCQ) untuk membantu memahami apa isi
ini adalah studi tentang memilih (voting) yang dilakukan
yang ada di kepala (lihat penjelasan constructivism ini
oleh Lazarfeld dan Barelson yang menekankan pada
seperti di Littlejohn & Foss, 2002, 2008; Miller, 2005; dan
aspek efek. Memang teori komunikasi dalam tradisi ini
Griffin, 2011). Miller (2005) dengan mengutip Oï ‡‡ˆ‡
berusaha menjelaskan sebab dan akibatnya atau dampak
meninjau teori ini dari aspek filsafat, khususnya berkaitan
kultivasinya pada perilaku masyarakat (Craig & Muller,
dengan aspek ontologi dan epistemologi1. Dari aspek
2007 ). Kebanyak, teori dalam tradisi ini berada pada
ontologi (atau yang oleh Delia disebut dengan filsafat
tradisi positivistik, seperti teori uses and gratification,
antropologi), konstruktivisme ini memandang bahwa
teori kultivasi, teori disonansi kognitif.
realitas sosial diciptakan melalui interaksi terus menerus
(ongoing interaction) antarindividu yang sering kali Mirip dengan teori konstruktivisme, adalah teori
terhambat oleh struktur sosial dan konteks. Dari aspek konstruksionis (constructionist theory). Teori ini
epistemologi (atau aspek filsafat ilmu pengetahuan), dikembangkan oleh Arthur C. Graesser et.al. (1994). Teori
ini dikembangkan dari disiplin psikologi kognitif. Sebagai
para konstruktivis atau yang mereka istilahkan dengan
kata wetanschauungen menjelaskan bahwa teori ini teori dalam tradisi psikologi kognitif, teori ini berusaha
menekankan karakteristik observasi atau pengamatan menjelaskan bagaimana orang memahami informasi,
wacana. Orang dalam memahami informasi bukanlah
1Epistemologi pertama kali digunakan oleh J.F Ferrier tahun mengopi pesan lalu memasukan ke dalam pikiran.
1854 untuk membedakan dengan cabang lainnya yaitu ontologi. Asal
kata epistemologi - secara etimologi- adalah episteme dan logos. Jika Namun, manusia secara aktif mengonstruksi representasi
kata pertama diartikan dengan pengetahuan, dan kata kedua diartikan kognitif (cognitive representation seperti kode, makna)
dengan teori, epistemologi dapat dipahami sebagai teori pengetahuan yang digunakan untuk menafsirkan bahasa. Para ahli
(theory of knowledge) (lihat Pranarka dalam Yusup, 2013). Secara
istilah, menurut beberapa pakar, epsitemologi adalah cabang filsafat psikologi kognitif menemukan bahwa representatif itu
yang membahas sifat dasar, sumber, dan validitas ilmu pengetahuan, tidak ekuivalen dengan representasi simbolik seperti
òepistemology comprises the sistematic study of nature, source, and yang banyak diusulkan oleh ahli bahasa, ahli logika. Para
validity of knowledgeóá —••‡š †ƒŽƒ• —•—’á trsu ä ƒ†‹á •‡„‡•ƒ”•›ƒ
epistemologi adalah upaya evaluatif dan kritis tentang pengetahuan psikologi kognitif juga mendalami bagaimana proses
manusia. mental yang mengonstruksi representasi kognitif berupa

13
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika
Volume 5 No. 3 Maret 2015 ISSN: 2087-0132

mencari (accessing) informasi, membandingkan struktur teori ilmu komunikasi, teori konstruksionisme sosial
yang ada di memori, membangun struktur dengan ditempatkan dalam metateori sosiokultur (socioculture).
menambahkan, menghilangkan, menata ulang, atau Teori-teori dalam tradisi ini berusaha memberikan
menghubungkan informasi. Beberapa proses ini berjalan pemahaman tentang makna, norma, peran, dan aturan
secara otomatis dan tanpa disadari (Dijk, 1997). Teori ini bekerja dalam komunikasi. Teori-teori dalam tradisi ini
memiliki tiga asumsi yaitu: (a). asumsi reader goal yang mengeksplorasi dunia interaksional dan menyatakan bahwa
menjelaskan bahwa orang memahami dengan konstruk rangkaian tatanan diluar tidaklah objektif, tapi dikonstruksi
yang sesuai dengan tujuannya, (b). asumsi koherensi melalui proses interaksi dalam kelompok, komunitas, dan
yang menyatakan bahwa orang berusaha mengonstruksi budaya (Littlejohn & Foss, 2008; Littlejohn & Foss, 2011).
representasi makna yang sesuai dengan baik tingkat lokal Fokus teori-teori dalam paradigma ini adalah pola interaksi
dan global. Sementara anteseden penyebab penting bagi antarindividu yang prosesnya melibatkan makna, peran,
membangun koherensi lokal, maka tujuan superordinate aturan, dan nilai-nilai budaya. Teori dalam tradisi ini kurang
dan reaksi emosional penting bagi koherensi plot global memberikan perhatian pada kajian di level individu
dalam cerita; (c). asumsi eksplanasi (explanation). Orang walaupun berkaitan dengan bagaimana memproses
berusaha menjelaskan mengapa tindakan, peristiwa, dan informasi secara kognitif. Sebaliknya, teori ini lebih
kondisi disebutkan dalam teks (Dijk, 1997). menaruh perhatian pada bagaimana memahami orang
Sementara itu, konstruksionisme atau social menciptakan realitas secara bersama-sama dikelompok,
construction adalah teori yang diperkenalkan oleh organisasi. Tradisi ini tidak berkaitan dengan usaha
kalangan interaksionis yang mendekati ilmu komunikasi memahami bagaimana karakteristik individu. Semua
pada aspek aktivitas mendapatakan pemahaman, makna, pengetahuan menurut tradisi ini bersifat interpretif dan
norma, aturan bekerja melalui komunikasi yang terjadi dikonstruksi. Budaya konteks dalam tradisi ini dinilai
secara intensif. Inti gagasan social construction adalah memainkan peran penting dalam komunikasi. Simbol
pengetahuan merupakan hasil dari interaksi simbolik dianggap penting pada semua interaksi namun maknanya
(knowledge is a product of symbolic interaction) di antara berbeda-beda sesuai dengan situasi (Littlejohn & Foss,
kelompok masyarakat tertentu. Realitas dikonstruksi oleh 2008; Craig & Muller, 2007).
lingkungan sosial, produk dari kehidupan budaya dan Selain teori konstruksionisme sosial (social
kelompok (reality is socially constructed, a product of group constructionism) yang diperkenalkan oleh Berger &
and cultural life) (lihat Littlejohn & Foss, 2011). McQuail Luckmann dalam bukunya òthe social construction of
dalam pembahasannya tentang media, mengungkapkan realityóá –‡‘”‹ ›ƒ•‰ „‡”ƒ†ƒ ’ƒ†ƒ –”ƒ†‹•‹ ‹•‹ ›ƒ•‰
proposisi utama dari teori konstruksionisme sosial. Teori berpengaruh besar adalah teori interaksionisme
ini menganggap bahwa: simbolik (symbolic interactionism) oleh Blumer dan Mead
1. Masyarakat merupakan sebuah konstruk, yang membahas mind, self, society; ethnografi (berkaitan
bukannya realitas yang pasti (fixed reality); dengan bagaimana kelompok sosial membuat makna
melalui bahasa dan perilaku). Tradisi ini dipengaruhi
2. Media memberikan bahan-bahan bagi proses
oleh perspektif etnometodologi yang diperkenalkan
konstruksi sosial;
oleh Garfinkel. Perspektif etnometodologi fokus kepada
3. Makna ditawarkan oleh media namun dapat observasi ke perilaku level mikro (micro behavior) pada
dinegosiasikan atau ditolak; situasi yang nyata (Littlejohn & Foss, 2008). Kunci untuk
4. Media mereproduksi makna-makna tertentu; membedakan variasi teori-teori dalam tradisi ini adalah
5. Media tidak bisa memberikan realitas sosial yang dengan menggunakan pendekatan makro dan mikro. Teori
objektif karena semua fakta adalah interpretasi. yang tergolong makro adalah teori strukturasi (Strauss) dan
(McQuail, 2010). fungsionalisme (Merton). Contoh teori mikro adalah teori
Kata konstruksionisme sosial mencuat setelah interaksionisme simbolik dan etnometodologi (lihat Craig &
Muller, 2007). Titik tekan teori konstruksi realitas sosial
Berger & Luckmann (1966) memublikasikan karyanya
yang berjudul òthe social construction of realityó … —ƒ‹Žá adalah membahas proses bagaimana orang membangun
pemahaman bersama mengenai makna. Makna dibentuk
2010). Karya mereka ini memberikan pemahaman
dan dikembangkan, dengan bekerjasama dengan orang lain
mengenai ƒŽ‹–ƒ•ïä ‡ƒŽ‹–ƒ• •‘•‹ƒŽ ‹•‹ †‹„—ƒ– †ƒ•
bukan oleh setiap individu secara terpisah. Littlejohn
ditafsirkan oleh aktor (manusia). McQuail menempatkan
mencatat, ada banyak ragam istilah yang digunakan untuk
pembahasan teori Berger ini ke dalam salah satu teori
teori yang sejalan pemikiran
dari enam teori tentang media dan masyarakat (media-
society theory). (ibid. ). Kelima teori lainnya adalah teori ini. Istilah tersebut antara lain konstruksi realitas sosial
masyarakat massa (the mass society), teori ekonomi (social construction of reality), konstruksionisme sosial
politik dan marksisme (marxisme and political economy), (social constructionism), sosial konstruksionis (social
fungsionalisme (functionalism), teori konstruksi sosial constructionist), konstruktivisme sosial (social
constructivism), sosial konstruktivis (social constructivist).
(social constructivism), teori determinisme teknologi
komunikasi (communication technology determinisme), Tapi secara sederhana disebut dengan konstruksi sosial
dan teori masyarakat informasi (the information society) (social construction). Konsep ini merujuk kepada proses
(lihat seperti McQuail, 2010). Dilihat dari paradigma dan gerakan para ahli yang menggunakan pendekatan

14
Konstruksi Realitas Sosial Sebagai Gerakan Pemikiran
(Sebuah Telaah Teoretis terhadap Konstruksi Realitas Peter L. Berger)
Karman

(approach) ini. Istilah lain yang semakin populer adalah evidence). Peneliti harus menggunakan metode ilmiah
kokonstruksi (coconstruction), pendekatan konstitutitif, yang menekankan pada kontrol, standardisasi, dan
atau cukup disebut konstruksi saja (lihat Littlejohn & objektivitas. Implikasinya adalah rancangan penelitian
Foss (eds.), 2009). Pusat perhatian konstruksi sosial harus terstruktur, metode harus reliabel, dan bermaksud
adalah membangun sesuatu, memiliki sesuatu, atau untuk generalisasi (Henn, 2006).
menciptakan sesuatu menjadi ada dari yang sebelumnya Cresswell (1994) ketika menjelaskan metodologi
tidak ada. Para peneliti terdorong mengkaji bagaimana penelitian kuanitatif yang merupakan turunan dari
orang-orang memiliki sesuatu seperti keluarga, emosi, paradigma positivisme mengatakan bahwa dari aspek
yang tidak memiliki bentuk fisik. ontologi, pengetahuan itu objektif dan tunggal, terpisah
Menurut James Carey, social construction umumnya dari penelitinya. Secara epistemologi, peneliti harus
dipahami dengan menggabungkan empat tahapan: independen terhadap realitas yang diteliti. Peneliti juga
1. Konstruksi (construction). Aktor sosial harus (dari apsek aksiologi) bebas nilai dan tidak bias.
mengembangkan konsep bagaimana itu menjadi Dengan demikian, teori konstruksi realitas sosial ini yang
kenyataan. Pengetahuan biasanya masih bersifat ditempatkan pada posisi yang berseberangan dengan
tidak kelihatan atau invisible. paradigma positivisme merupakan kelanjutan debat
2. Pemeliharaan (maintenance). Orang perlu aktif panjang filsafat khususnya pada level epistemologi yang
memelihara konstruksi sosial agar tetap terus berlangsung lama pada era klasik (zaman Yunani), yaitu
antara Plato yang disebut juga dengan nama Aristocles
berjalan. Jika tidak relevan lagi, konstruksi sosial
tersebut akan mencair dan diabaikan. Jadi, makna (428/427-347 BC) dan Aristoteles (384 BC-322 BC), dan
sosial berubah atau mencair kalau tidak dijaga. gagasannya idealisme (Plato) dan materialisme
(Aristoteles). Pokok permasalahan yang menjadi isu
3. Perbaikan (repair). Perbaikan aktor sosial (social sentral seputar epistemologi adalah tentang cara
actors). Orang perlu memperbaiki konstruksi memperoleh ilmu pengetahuan, bagaimana pengetahuan
karena aspek-aspeknya mungkin dilupakan, itu lahir. Pertanyaan ini menjadi inti dari epistemologi
berubah seiring perjalanan waktu. karena jenis proses untuk mengungkapkan pengetahuan
4. Perubahan (change). ada beberapa kali, konstruksi akan menentukan pengetahuan yang berkembang dari
yang berjalan dalam satu waktu mengirimkan proses tersebut. Kaum materialisme menganggap bahwa
pesan yang tak lagi didukung. Jadi perlu realitas hanyalah terdiri atas materi saja, satuan yang
perubahan untuk generasi berikutnya (lihat terdiri atas elektron, proton, neutron, positron, dan lain-
Littlejohn & Foss (eds.), 2009 lain, yang kemudian menjadi materi fakta atau objek fisik
Realitas (reality) dalam kehidupan sosial berbeda yang dapat diobervasi. Materialisme ini menolak adanya
dengan realitas fisik. Realitas alam (gunung, pohon, dan realitas di luar karakteristik non-fisik, intensi, kesadaran
sebagainya) merupakan sesuatu yang alamiah, given. supranatural atau adikodrati seperti adanya Tuhan.
Bagaimana orang memaknai realitas fisik tersebut itu Pandangan ini mendapat dukungan dari pandangan
dibentuk secara sosial. Pembentukan realitas sosial juga empirisme, positivisme, positivisme logis (lihat Yusup
berlaku untuk sesuatu yang tidak nampak, misalnya peran 2014, khususnya catatan kaki no. 5).
sosial, hubungan antarsesama. Ini artinya aktor sosial Berbeda dari pandangan materialisme, Plato (dan
menemukan teks yang alamiah dan jelas, namun dianggap juga Hegel) menyatakan bahwa semua realitas itu
sebagai hasil temuan manusia (human inventions). hanyalah perwujudan dari Roh absolut. Contoh
Sebagai contoh, gunung adalah realitas alam, namun pemikiran dapat digolongkan ke paham idealisme ini
maknanya berbeda-beda. Bagi pendaki gunung memiliki adalah gagasan ò’ƒ•–‡‹••‡ó ’‹•‘œƒ sxut-1677) yang
makna sebagai tantangan. Pelangi adalah realitas yang menyatakan bahwa manusia dan seluruh kosmos lebur
alamiah. Makna sosialnya berbeda-beda. Kelompok dalam Allah. Karena pemikiran ini, Spinoza ditempatkan
gay menjadikan itu sebagai simbol kebanggaan. Dari sebagai pemikir liberalisme religius pada zaman modern
aspek perkembangan ilmu pengetahuan (science), teori (lihat Yusup, 2014). Perdebatan soal cara
atau perspektif konstruksi sosial ini merupakan kritik mendapatkan pengetahuan juga terjadi di era modern,
atas paradigma positivisme yang dominan. Positivisme antara empirisme atau empirisisme (empiricism) dan
menggunakan model berfikir yang bersifat hypothetico- rasionalisme (rationalism). Empirisisme memandang
deductive. Model ini dikembangkan sebagai alternatif model ilmu pengetahuan berasal dari luar (external world)
Baconian yang dikenal –‘†‡ ‹•†—•–‹ˆï inductive method) melalui persepsi sensoris. Pengetahuan yang valid adalah
(Jupp, 2006). Paradigma teori ini dan aplikasinya pengetahuan yang diperoleh dengan cara berfikir yang
dalam penelitian ilmu sosial memiliki kesamaan dengan posteriori terhadap •–ƒï †‡•‰ƒ• …ƒ”ƒ ‘„•‡”˜ƒ•‹ ›ƒ•‰
metode ilmu alam seperti fisika, kimia, dan biologi. Ide sistematik. Salah satu kritik terhadap teori ini adalah
positivisme yang dapat dilacak pada karya August Comte tidak ada jaminan kebenaran karena ada kemungkinan
(1798 1857) ini, berusaha mencari proses atau hubungan tidak ada verifikasi terhadap teori ini di waktu yang akan
sebab dan akibat untuk menjelaskan fenomena, datang (Hepburn, 2006), yang itu kemudian disebut
dan menguji teori. Pengetahuan harus berdasarkan apa falibillisme atau falisifikasionisme. Filosof zaman Yunani
yang diuji dan obervasi terhadap bukti nyata (tangible yang berpendirian paham empirisme ini adalah

15
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika
Volume 5 No. 3 Maret 2015 ISSN: 2087-0132

Aristoteles. Pandangannya ini berseberangan dengan tidak bisa diketahui tanpa persepsi dan asumsi kita. Itu
gurunya, Plato. Bagi Aristoteles, sumber pengetahuan adalah adalah konstruksi dari the knower. Konstruktivisme
pengalaman. Gagasan empirisme klasik Aristoteles menjadi dasar perspektif-perspektif dalam dalam ilmu
dilanjutkan oleh tokoh empirisme modern, yaitu Francis sosial, termasuk interaksionisme simbolik, fenomenologi,
Bacon (1909-1992), John Lock, Berkeley, David Hume. poststrukturalisme, postmodernisme, dan feminisme.
Tokoh-tokoh ini menyatakan bahwa ilmu pengetahuan Gagasan rasionalisme yang lain adalah ide tentang
harus didasarkan pada metode empirisme eksperimental pengetahuan bersifat kontekstual dan berbeda sesuai
sehingga kebenarannya dapat dibuktikan. Paham inilah yang dengan waktu dan tempat dan antara kelompok sosial,
kemudian menjadi paham positivisme (Yusup, 2014). pengetahuan dipandang sebagai hasil (outcome)
Sementara itu, rasionalisme klasik dikembangkan oleh Plato. konstruksi. Secara epistemologi, pandangan rasionalisme
Dan di era modern, rasionalisme dikembangkan oleh ini memberikan jalan bagi hermeneutika dan juga critical
Descartes, Spinoza, Leibniz. Tokoh-tokoh ini berpandangan realism (lihat Krauss, 2005; Hepburn, 2006).
bahwa sumber pengetahuan itu rasio (akal). Dengan kata Konstruktivisme memiliki dua aliran yang sama-
lain, rasionalisme menempatkan posisi rasio (akal) sebagai sama berpengaruh dalam sejarah sosiologi : yaitu sosiologi
sumber terpercaya dan utama bagi pengetahuan (Yusup, pengetahuan (sociology of knowledge) dan sosiologi ilmu
2014). Rasionalisme lahir dari kekuatan akal pikiran pengetahuan (sociology of science). Konstruktivisme
manusia untuk mengetahui kebenaran. Manusialah yang dalam aliran sosiologi pengetahuan dibentuk oleh tiga
menciptakan pengetahuan agar bisa berfungsi ke dunia ini. pemikir, yaitu Marx, Mannheim, dan Durkheim. Ketiga
Pengetahuan bisa dipahami dengan cara-cara yang berbeda- tokoh tersebut menekankan peran aktor sosial dalam
beda. Manusialah yang membentuk kepercayaan. Marx berargumen bahwa kelas
menciptakan dunia. Ini diungkapkan dengan istilah òthey sosial menentukan perilaku intelektual. Tesis umum
ainï– •‘–Š‹•‰ –‹ŽŽ …ƒŽŽ• –Š‡•ó Ž‹Šƒ– ‹––Ž‡Œ‘Š• ¬ konstruktivisme sosiologi pengetahuan ini adalah bahwa
Foss, 2011). Masih dalam diskusi tentang epistemologi kepercayaan (beliefs) itu ditentukan oleh lingkungan
dalam ilmu komunikasi, Miller (2005) menjelaskan posisi sosial yang hampir tidak dapat dielakkan. Kukla (2000)
epistemologi teori pengetahuan dengan menggunakan mencontohkan adalah absurd. Jika mengatakan
istilah objektivis dan subjektivis. Epistemologi ini meliputi individu yang tinggal di lingkungan masyarakat yang
jenis pengetahuan yang diperoleh melalui teori, komitmen individualistis, atau di lingkungan yang agamis seperti di
metodologi dalam pencarian pengetahuan dan tujuan Riyadh atau di Tel Aviv, atau individu yang tinggal di
pengetahuan untuk pengembangan teori. Menurut peneliti, lingkungan masyarakat komunis di Leningrad bebas dari
pandangan empirisme itu dapat dipadankan dengan pengaruh lingkungan atau milieu mereka.
pandangan objektivisme dan pandangan rasionalisme yang
Sementara itu, aliran kedua dari konstruktivisme itu
memayungi teori konstruktivisme dan konstruksi sosial itu
adalah sosiologi ilmu pengetahuan (sociology of science).
dapat dipadankan dengan pandangan subjektivisme.
Aliran ini dikembangkan oleh Robert Merton. Banyak orang
Sementara itu, Anderson melakukan klasifikasi teori-teori
mengira bahwa sosiologi yang dikembangkan oleh Merton
komunikasi berdasarkan perspektif objektif dan interpretif.
(1973) ini merupakan cabang dari sosiologi pengetahuan.
Dalam pandangan Anderson,
Padahal yang dimaksud oleh Merton dalam sosiologi ilmu
para teoretisi objektif meyakini adanya kesatuan dalam
pengetahuan ini berkaitan dengan bagaimana institusi ilmu
ilmu (unity of science). Mereka memahami fisika, biologi,
pengetahuan ditata. Merton menjabarkan bahwa peran
psikologi dan komunikasi hanyalah sebagai òŒ‡•†ela-
sosial yang diciptakan oleh profesi sebagai ilmuan dan
jendelaó ›ƒ•‰ „‡”„‡†ƒ —•–—• •‡Ž‹Šƒ– ”‡ƒŽ‹–ƒ• ˆ‹•‹• ›ƒ•‰
sistem reward mendorong aktivitas ilmiah. Ini lalu
bersifat tunggal. Sedangkan para teoretisi interpretif dikembangkan oleh Kuhn yang berargumen bahwa aktivitas
meyakini adanya ranah (domain) yang beragam. Mereka
ilmu pengetahuan ditentukan oleh pilihan yang diambil oleh
tidak meragukan adanya realitas material. Tidak ada komunitas ilmu pengetahuan itu sendiri yang kemudian
yang objektif tentang tanda-tanda (signs) dan maknanya. dikenal dengan istilah paradigma (lihat Kukla, 2000). Salah
Ranah sosial terpisah dari bidang material. Teoretisi satu model teori yang berpengaruh dan tergolong sosiologi
kalangan objektif memahami realitas yang tunggal,
ilmu pengetahuan adalah teori konstruksi realitas Berger.
independen dan otonom.
Sebaliknya, teoretisi interpretif mengasumsikan
bahwa realitas sosial merupakan sebuah status yang
diberikan. Interpretasi adalah sebuah pencapaian Pokok-pokok Pemikiran Peter L. Berger
manusia yang menciptakan data. Teks tidak pernah Peter L. Berger telah menulis buku-buku rujukan,
menginterpretasikan dirinya sendiri (Rahardjo, yaitu tulisan-tulisan sosiologis Berger yang berpengaruh
2009). Rasionalisme menempatkan pengetahuan pada antara lain adalah : òInvitation to Sociology: A Humanistic
rasionalitas subjek yang mengetahui (knowing subject), Perspective (1963)óâ the social construction of reality: a
bukan fenomena eksternal. Ini dianggap sebagai bentuk dari treatise in the sociology of knowledge (1966, dengan
idealisme. Tidak terbukti realitas ontologi yang berada di Thomas Luckmann) (bahasa Indonesia: Tafsir Sosial
luar persepsi. Rasionalisme mempertanyakan asumsi atas Kenyataan Risalah tentang Sosiologi Pengetahuan,
kemampuan memahami karakteristik alam. î ‡ƒŽ‹–ƒ•ï LP3ES, Jakarta, 1990); òthe sacred canopy: elements of a

16
Konstruksi Realitas Sosial Sebagai Gerakan Pemikiran
(Sebuah Telaah Teoretis terhadap Konstruksi Realitas Peter L. Berger)
Karman

sociological theory of religion (1967) (bahasa Indonesia: dasar-dasar pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari. Ia
Langit Suci Agama sebagai Realitas Sosial, LP3ES, Jakarta, sepenuhnya deskriptif, ò‡•’‹”‹•ó •ƒ•—• –‹†ƒ• òscientificó
1991); òa rumor of angels: modern society and the seperti umumnya dalam empirical science (lihat Berger,
rediscovery of the supernaturalóá s{yr „ƒŠƒ•ƒ 1966). Peter L. Berger dan Thomas Lukmann membedakan
Indonesia: Kabar Angin Dari Langit: Makna Teologi dalam dengan tegas antara phenomenological analysis untuk
Masyarakat Modern, LP3ES, Jakarta, 1991); Ia juga kehidupan sehari-hari dan sociological analysis untuk
banyak menulis tentang sosiologi agama dan kapitalisme. masyarakat. Keduanya òempiricalóá •‡•†ƒ–‹’—• –‹†ƒ• ’‡”•‹•
Tulisannya tentang ini antara lain òthe capitalist spirit: sama. Sementara itu, phenomenological method bersifat
toward a religious ethic of wealth creationóá ‡†‹–‘”á s{{râ òegologicalóá •‡†ƒ•‰•ƒ• social scientific method bersifat
òPeter Berger and the study of religionóá trrsâ òhomeless òcosmologicaló …ˆä —…••ƒ••á s{yu †ƒŽƒ• „‡”Ž‡á
mind: modernization and consciousness, 1974óâ òredeeming 1992).
laughter: the comic dimension of human experienceóá 1997; Maka analisis phenomenologis memberikan
òmany globalizations: cultural diversity in the contemporary penekanan pada preposisi propositions dalam kaitan
worldóá s{yv †‡•‰ƒ• ƒ•—‡Ž ä —•–‹•‰–‘•â the dengan pengetahuan sebagai budaya (knowledge as
Desecularization of the World: Resurgent Religion and World culture). Pertama, pengetahuan ditentukan oleh
Politics. et al. 1999; òQuestions of Faith: A Skeptical lingkungan sosial (knowledge is socially determined).
Affirmation of Christianity (Religion and the Modern Struktur sosial akan menciptakan pengetahuan. Proposisi
World), 2003; òA Far Glory: The Quest for Faith in an Age ini menegaskan bahwa semua pengetahuan berkembang,
of Credibilityóá s{{tâ òheretical imperative: contemporary berubah seiring dengan kondisi sosial dan material. Kedua,
possibilities of religious affirmationïâ òthe limits of social realitas itu dikonstruksi secara sosial melalui pengetahuan
cohesion: conflict and mediation in pluralist societies : a (reality is socially constructed by knowledges). Proposisi
report of the bertelsmann foundation to the club of romeóâ ini menekankan bahwa realitas sosial adalah sesuatu
òother side of god, 1981. yang dihasilkan dan dikomunikasikan, maknanya
Salah satu teorinya yang berpengaruh adalah Teori diturunkan dari sistem Komunikasi. Fokus dalam
Konstruksi Sosial. Teori ini termasuk tradisi atau metateori proposisi ini adalah pengetahuan.
sosiokultural (sociocultural). Sociocultural Theories tidak
b) Masyarakat sebagai kenyataan objektif (objective
menekankan pada struktur atau bentuk pengawasan reality)
terhadap individu. Teori ini lebih fokus terhadap makna dan
penafsiran bersama yang dikonstruksi dalam jaringan Masyarakat tercipta karena adanya individu yang
masyarakat dan implikasinya pada konstruksi kehidupan melakukan eksternalisasi diri atau melakukan
organisasi (aturan, norma, nilai, perbuatan yang diterima pengungkapan subjektivitasnya lewat serangkaian
dalam organisasi (lihat, Littlejohn, 2011). Littlejohn aktivitasnya yang dilakukan secara terus meneurus.
menjelaskan bahwa teori sosiokultur kurang memberikan Aktivitas ini merupakan rangkaian proses yang oleh
perhatian kepada struktur dan bentuk tetapi lebih fokus Berger- disebut habitualisasi (Samuel, 2012). Aktivitas
kepada makna dan penafsiran bersama yang dikonstruksi manusia dan juga aktor atau pelaku aktivitas tersebut
dalam satu jaringan (organisasi, komunitas, kelompok) dan mengalami tipifikasi. Proses habitualisasi dan tipifikasi
implikasi dari hasil konstruksi ini terhadap kehidupan dialami secara kolektif dan mutual antarmanusia. Hal ini
organisasi. Inilah yang sering disebut sebagai budaya, yang berpotensi memunculkan pranata sosial. Ada dua syarat
mencakup nilai bersama, norma, nilai-nilai dan praktik yang untuk menjadi pranata sosial.
lazimnya digunakan dan diterima dalam satu organisasi 1) tipifikasi ditransmisikan dari generasi ke generasi
(lihat, Littlejohn, 2011). Teori konstruksi sosial ini termasuk lain.
teori yang amat berpengaruh dalam tradisi sosiokultur.
Subbab ini dibagi tiga pokok pembahasan: a) Dasar-Dasar 2) tipifikasi mampu menjadi patokan berperilaku.
Pengetahuan: Analisis Phenomenolog; b) masyarakat Intinya tipifikasi berubah menjadi pranata sosial
sebagai kenyataan objektif. Bagian ini lebih banyak jika ia sudah umum, eksternal (objektif), dan
berbicara tentang sosiologi pengetahuan atau dikatakan koersif.
dengan istilah prolegomena filosofis, yang membantu dalam Masyarakat dalam pandangan Peter L. Berger
analisis fenomenologis dari kehidupan sehari-hari; c) adalah akumulasi pengalaman individu. Akumulasi
masyarakat sebagai kenyataan subjektif. Ini menerangkan pengalaman ini bukanlah penjumlahan pengalaman
bagaimana penerapan kesadaran subjektif individu yang individu, tapi keseluruhan yang utuh dari pengalaman
diyakini memberikan jembatan teoretis terhadap persoalan individu yang utuh (individual stock of knowledge).
psikologi sosial. Kekhasan pengalaman individu adalah:

a) Dasar-dasarPengetahuan:AnalisisPhenomenologis pembentukan pengalaman bersama tidak


melibatkan semua pengalaman individu, tapi
Dasar-dasar pengetahuan ini dirumuskan dengan sebagian pengalaman individu yang diendap
menggunakan analisis phenomenologis. Analisis ini atau dalam ingatan;
yang dikenal dengan pengalaman subjektif kehidupan
sehari-hari- dianggap metode paling baik dalam mencari pengalaman bersama berpotensi menjadi objektif;

17
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika
Volume 5 No. 3 Maret 2015 ISSN: 2087-0132

akumulasi pengalaman bersama (shared stock of melihat masyarakat, Peter L. Berger membaginya dalam
knowledge) tidak lepas dari pengalaman bersama masyarakat sebagai realitas objektif dan masyarakat
lain yang telah ada sebelumnya; sebagai realitas subjektif. Dimensi dalam melihat
pengalaman bersama yang awalnya pengalaman masyarakat sebagai realitas objektif adalah unsur
individu akan menjadi patokan berperilaku bagi institusionalisasi dan legitimasi. Sementara itu, dalam
para anggota masyarakat (Samuel, 2012). melihat masyarakat sebagai relitas subjektif, Berger
menggunakan konsep internalisasi, eksternalisasi, dan
c) Masyarakat sebagai kenyataan subjektif objektivikasi.
(subjective reality)
Penjelasan Peter L. Berger tentang masyarakat
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
sebagai kenyataan subjektif dinilai berimbang,
menjembatani antara fungsionalisme (yang titik tolaknya Pada bagian diskusi ini diungkapkan beberapa
masyarakat), dan interaksionisme yang titik tolaknya keterbatasan pemikiran Peter L. Berger. Pertama, Peter L
individu). Berger meyakini bahwa manusia lahir dalam Berger mengabaikan perspektif efistemologis, dan
kondisi ò–ƒ„—Žƒ ”ƒ•ƒó Ž‹Šƒ– ƒ•—‡Žá trst ä ‡”–—•„—Šƒ• metodologis dalam usaha untuk mencari produk realitas/
aspek biologis dan psikologis bayi mendukung proses common sense. Ia tidak merekomendasikan penggunaan
internalisasi. Ini menyangkut proses penyerapan realitas
metode tertentu untuk mengetahui realitas, misalnya
objektif menjadi realitas subjektif yang ada pada
apakah dengan menggunakan ethnomethodology,
individu. Dengan bahasa lain, proses internalisasi adalah ethnography, conversation analysis, symbolic interactionism,
proses penerimaan definisi situasi institusional. Waktu cognitive anthropology, hermeneutika, dan
proses internalisasi adalah sejak lahir sampai tumbuh sebagainya. Makanya, di dalam memahami masyarakat
menjadi individu yang matang dalam masyarakat. Proses
perlu pendekatan yang tak sekadar satu metode. Artinya
internalisasi ini dapat dibagi dua: primer dan sekunder.
diperlukan pengayaan dari metode lain seperti discourse
Sosialisasi primer dialami individu dalam masa kanak-
analysis, narrative analysis, phenomenology, grounded
kanak untuk kemudian menjadi anggota masyarakat.
theory, analytic induction, sensitizing concepts, semiotics,
Pada sosialisasi primer individu lebih banyak belajar
verstehen, erlebnis, hermeneutics, post-structuralism, dan î-
secara kognitif semata-mata.
ismsï †ƒ• idee lainnya (Gilgun and Abrams, 2002). Kedua,
Proses di atas dilanjutkan dengan proses teori ini memiliki keterbatasan. Gagasan konstruksi sosial
eksternalisasi. Proses eksternalisasi adalah ekspresi kemudian dikoreksi oleh gagasan deconstructionism
individu dalam kehidupan nyata. Jadi kebalikan dari yang dikemukakan oleh filsuf tenar Derrida pada tahun
internalisasi. Proses ini lalu dilanjutkan dengan proses 1978. Inti dari gagasan ini bahwasanya terdapat proses
objektivasi, hasil aktivitas manusia ditransmisikan dan dekontruksi makna di masyarakat terhadap teks, wacana,
di-share ke orang lain. Ketiga proses tersebut terjadi dan pengetahuan masyarakat. Gagasan ini melahirkan
secara dialektis antara diri (self) dengan sosiokultural. tesis-tesis keterkaitan antara kepentingan (interest)
Kerangka teori Berger berangkat dari komitmen dengan metode penafsiran (interpretation) atas sebuah
metodologi ini; analisis sosiologis tak boleh lepas dari realitas sosial. Agaknya memang dua hal ini yang terlewat
makna yang dilekatkan oleh para aktor dalam gejala dari pemikiran sosio-konstruksionis. Dalam koreksi dari
sosial. Beberpa poin dalam kerangka teori berger adalah: Derrida, menegaskan kepentingan tertentu selalu
1. Semua manusia memiliki gugus pemaknaan dan mengarahkan kepada pemilihan metode penafsiran.
berusaha untuk hidup dalam suatu dunia yang Kemudian interpretasi yang digunakan individu terhadap
bermakna; realitas sosial bersifat sewenang-wenang. Gagasan ini juga
2. Makna yang dipahami oleh seorang manusia dapat sejalan dengan pemikiran Habermas 6 tahun sebelumnya,
dipahami oleh orang lain. Hal ini dimungkinkan bahwa terdapat hubungan strategis antara pengetahuan
karena manusia memiliki kemungkinan manusia (baik empiris-analitis, historis-hermeneutik,
kemanusiaan yang dapat dibagi dengan orang lain; maupun kritis) dengan kepentingan (teknis, praktis, atau
yang bersifat emansipatoris), meski tak dapat disangkal
3. Makna dapat digolongkan menjadi makna yang bahwa yang terjadi juga sebaliknya, yakni ò’‡•‰‡–ƒŠ—ƒ•ó
secara langsung digunakan oleh individu sebagai adalah produk ò•‡’‡•–‹•‰ƒ•óä ƒ„‡”•ƒ• •‡•†‹”‹ •‡•Œƒ†‹
pandu kehidupan sehari-hari dan makna yang acuan dalam teoritisasi mengenai opini publik, meski tidak
tidak segera diperlukan untuk membimbing memandang bahwa sebuah penafsiran publik erat kaitannya
tindakannya. Makna dapat dibedakan menjadi dengan proses-proses sosial yang dimaknai oleh kepala
dua: makna orang awam dan makna hasil tafsiran
individu di dalamnya, dalam bentuk konstruksi tertentu.
ilmuan sosial. Makna bisa dibedakan menjadi dua:
Berkenaan dengan hal tersebut, media massa lazim
makna yang diperoleh dari interaksi tatap muka
melakukan berbagai tindakan dalam konstruksi realitas di
dengan makna yang diperoleh dari surat kabar;
mana hasil akhirnya berpengaruh kuat terhadap
Jadi, inti dari gagasan yang disampaikan oleh Peter pembentukan makna atau citraan tertentu tentang suatu
L. Berger adalah melihat sosiologi ilmu pengetahuan realitas. Tindakan ini dimulai dengan memberi berbagai
(science) dan melihat masyarakat. Dalam penafsiran yang berbeda dari realitas

18
Konstruksi Realitas Sosial Sebagai Gerakan Pemikiran
(Sebuah Telaah Teoretis terhadap Konstruksi Realitas Peter L. Berger)
Karman

yang sebenarnya terjadi. Kemudian diakhiri dengan teori dan pendekatan konstruksi sosial atas realitas Peter
pemilihan leksikal dan simbol (bahasa). Sekalipun media L. Berger dan Thomas Luckman telah direvisi dengan
massa hanya bersifat melaporkan namun dengan melihat variabel atau fenomena media massa menjadi hal
melakukan serangkaian pemilihan kata, istilah, dan yang substansial dalam proses eksternalisasi, objektivasi,
sintaksis yang secara konvensional bisa memiliki arti dan internalisasi. Artinya, sifat dan kelebihan media
tertentu di tengah masyarakat. Perbedaan makna inilah massa telah memperbaiki kelemahan proses konstruksi
yang tidak bisa dilihat oleh Sosio Konstruksionis secara sosial atas realitas yang berjalan lambat itu. Substansi
gamblang. ò•‘••–”—••‹ •‘•‹ƒŽ •‡†‹ƒ •ƒ••ƒó ƒ†ƒŽƒŠ ’ƒ†ƒ •‹”•—Žƒ•‹
Ketiga, teori konstruksi realitas sosial Peter L. informasi yang cepat dan luas sehingga konstruksi sosial
Berger tidak memasukkan media massa sebagai variabel yang berlangsung sangat cepat dan sebarannya merata.
yang berpengaruh. Kritik ini dilontarkan Burhan Bungin Realitas yang terkonstruksi itu juga membentuk opini
dalam buku berjudul òKonstruksi Sosial Media Massaóä massa, massa cenderung apriori, dan opini massa
Ia menulis kritik terhadap Peter L. Berger ini dalam bab cenderung sinis. Posisi ò•‘••–”—••‹ •‘•‹ƒŽ •‡†‹ƒ •ƒ••ƒó
khusus, yaitu bab 9 (halaman 193-205). Kritiknya adalah mengoreksi substansi kelemahan dan melengkapi
terhadap teori konstruksi sosial adalah karena teori yang ò•‘••–”—••‹ •‘•‹ƒŽ ƒ–ƒ• ”‡ƒŽ‹–ƒ•óá †‡•‰ƒ• •‡•‡•’ƒ–•ƒ•
diperkenalkan oleh Peter L. Berger ini tidak memasukkan seluruh kelebihan media massa dan efek media pada
media massa sebagai variabel penting dalam proses keunggulan ò•‘••–”—••‹ •‘•‹ƒŽ •‡†‹ƒ •ƒ••ƒó ƒ–ƒ•
konstruksi sosial, berikut penjelasan detilnya. Peter L. ò•‘••–”—••‹ •‘•‹ƒŽ ƒ–ƒ• ”‡ƒŽ‹–ƒ•óä ƒ•—•á ’”‘•‡• •‹•—Ž–ƒ•
Berger dan Thomas Luckman menjelaskan konstruksi yang digambarkan di atas tidak bekerja secara tiba-tiba,
sosial atas realitas terjadi secara simultan melalui tiga namun terbentuknya proses tersebut melalui beberapa
tahap, yakni eksternalisasi, objektivasi, dan internalisasi. tahap penting. Pertama, tahap menyiapkan materi
Tiga proses ini terjadi di antara individu satu dengan konstruksi. Ada tiga hal penting dalam tahap atau proses
individu lainnya dalam masyarakat. Substansi teori dan persiapan materi konstruksi, yaitu:
pendekatan konstruksi sosial atas realitas Berger dan 1) Keberpihakan media massa kepada kapitalisme.
Luckman adalah proses simultan yang terjadi secara Sebagaimana diketahui, saat ini hampir tidak ada
alamiah melalui bahasa dalam kehidupan sehari-hari lagi media massa yang tidak dimiliki oleh kapitalis.
pada sebuah komunitas primer dan semi-sekunder. Basis Dalam arti, media massa digunakan oleh
sosial teori dan pendekatan ini ialah masyarakat transisi- kekuatan-kekuatan kapital untuk menjadikan
modern di Amerika pada sekitar tahun 1960-an, di mana media massa sebagai mesin penciptaan uang dan
media massa belum menjadi sebuah fenomena yang penggandaan modal. Semua elemen media massa,
menarik untuk dibicarakan. Dengan demikian, teori termasuk orang-orang media massa berpikir
konstruksi sosial atas realitas Peter L. Berger dan untuk melayani kapitalisnya, ideologi mereka
Thomas Luckman tidak memasukkan media massa adalah membuat media massa laku di masyarakat.
sebagai variabel atau fenomena yang berpengaruh dalam 2) Keberpihakan semu kepada masyarakat. Bentuk
konstruksi sosial atas realitas. dari keberpihakan ini adalah empati, simpati, dan
Pada kenyatannya konstruksi sosial atas realitas berbagai partisipasi kepada masyarakat, namun
berlangsung lamban, membutuhkan waktu yang lama, ujung-ujungnya adalah untuk ò•‡•Œ—ƒŽ „‡”‹–ƒó †ƒ•
bersifat spasial, dan berlangsung secara hierarkis- menaikkan rating untuk kepentingan kapitalis.
vertikal, di mana konstruksi sosial berlangsung dari 3) Keberpihakan kepada kepentingan umum. Bentuk
pimpinan ke bawahannya, pimpinan kepada massanya, keberpihakan kepada kepentingan umum dalam
kyai kepada santrinya, guru kepada muridnya, orang tua arti sesungguhnya sebenarnya adalah visi setiap
kepada anaknya, dan sebagainya. Ketika masyarakat media massa, namun, akhir-akhir ini visi tersebut
semakin modern, teori dan pendekatan konstruksi sosial tak pernah menunjukkan jati dirinya, walaupun
atas realitas Peter L. Berger dan Thomas Luckman ini slogan-slogan tentang visi ini tetap terdengar.
memiliki kemandulan dan ketajaman atau dengan kata Kedua, tahap sebaran konstruksi. Sebaran
lain mampu menjawab perubahan zaman, karena konstruksi media massa dilakukan melalui strategi
masyarakat transisi-modern di Amerika Serikat telah media massa. Konsep konkret strategi sebaran media
habis dan berubah menjadi masyarakat modern. Dengan massa masing-masing berbeda, namun prinsip utamanya
demikian hubungan-hubungan sosial antarindividu adalah real-time. Media elektronik memiliki konsep real-
dengan kelompoknya, pimpinan dengan kelompoknya, time yang berbeda dengan media cetak. Karena sifatnya
orang tua dengan anggota keluarganya menjadi yang langsung (live), maka yang dimaksud dengan real-
sekunder-rasional. Hubungan-hubungan sosial primer time oleh media elektronik adalah seketika disiarkan,
dan semi-sekunder hampir tak ada lagi dalam kehidupan seketika itu juga pemberitaan sampai ke pemirsa atau
masyarakat modern dan postmodern. Maka, teori dan pendengar. Namun bagi varian-varian media cetak, yang
pendekatan konstruksi sosial atas realitas Peter L. Berger dimaksud dengan real-time terdiri dari beberapa konsep
dan Thomas Luckman menjadi tidak bermakna lagi.
hari, minggu, atau bulan, seperti harian, mingguan, dan
Melalui buku berjudul, Konstruksi Sosial Media Massa;
bulanan. Walaupun media cetak memiliki konsep real-
Realitas Iklan Televisi dalam Masyarakat Kapitalistik,
time yang tertunda, namun konsep aktualitas menjadi

19
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika
Volume 5 No. 3 Maret 2015 ISSN: 2087-0132

pertimbangan utama sehingga pembaca merasa tepat berjudul òthe social construction of what?óä ‡”‹•—–
waktu memperoleh berita tersebut. Ketiga, tahap pokok-pokok kritiknya. Argumen konstruksi sosial
pembentukan konstruksi. Di sini juga ada beberapa terlalu lemah dalam memahami proses sejarah di
tahap, yaitu sebagai berikut. mana konstruksi dibentuk, menjadi kuat secara
1) Tahap pembentukan konstruksi realitas. Tahap sosial, dan didistribusikan secara luas. ò•‘••–”—••‹
berikut setelah sebaran konstruksi, di mana sosialó ƒ†ƒŽƒŠ •‡•‰—Žƒ•‰ ’‡”•›ƒ–ƒƒ• rephrasing)
pemberitaan telah sampai pada pembaca dan bahwa keyakinan atau praktek bersifat ideologis,
pemirsanya, yaitu terjadi pembentukan konstruksi di diciptakan untuk tujuan instrumental, untuk
masyarakat melalui tiga tahap yang berlangsung. memajukan kepentingan kelompok sosial atau
Pertama, konstruksi realitas pembenaran sebagai lembaga tertentu. Jadi, konsep ini dekat dengan
suatu bentuk konstruksi media massa yang konsep Karl Marx tentang ideologi, dan konsep
terbentuk di masyarakat yang cenderung Gramsci tentang hegemoni. Carolyn Hamilton
membenarkan apa saja yang ada (tersaji) di media mengatakan dalam bukunya òconstructionó
massa sebagai suatu realitas kebenaran. Kedua, bahwa ò•‘••–”—••‹ •‘•‹ƒŽ ò†‹„ƒ–ƒ•‹ ‘Ž‡Š •‡Œƒ”ƒŠ
kesediaan dikonstruksi oleh media massa, yaitu yang benar-benar telah terjadi. Michael Taussig
sikap generik dari tahap pertama. Ketiga, orang menyodorkan istilah Mimesis dan alterity. Ia
untuk menjadi pembaca dan pemirsa media massa berargumen bahwa òX was socially constructedóä
karena pilihannya untuk bersedia pikiran- Menurutnya, pernyataan ini sangat lucu, bukan
pikirannya dikonstruksi oleh media massa. argumen. Realitas òrealityó ›ƒ•‰ †‹•‘••–”—••‹á
bukanlah realitas ontologis. Jadi, yang benar-benar
2) Tahap menjadikan konsumsi media massa sebagai
òrealó †‹•‡•„—•›‹•ƒ• ‘Ž‡Š •‘••–”—••‹-konstruksi.
pilihan konsumtif, di mana seseorang secara habit
Ian Hacking memberikan contoh apakah realitas
tergantung pada media massa. Media massa adalah
kegilaan (madness), konsep yang diperkenalkan
bagian kebiasaan hidup yang tak bisa dilepaskan.
oleh Michel Foucault itu merupakan sesuatu yang
3) Tahap pembentukan konstruksi citra. Konstruksi bersifat biologis ataukah konstruksi?
citra yang dimaksud bisa berupa bagaimana Keempat, kritik dari Frankfurt School. Penelitian
konstruksi citra pada sebuah pemberitaan ataupun
terdahulu yang menggunakan pendekatan teoritis holistik
bagaimana konstruksi citra pada sebuah iklan.
ditemukan dalam beberapa tulisan karya para ahli mazhab
Konstruksi citra pada sebuah pemberitaan biasanya
Frankfurt School yang tertarik pada òˆ—•‰•‹ •‘•—•‹•ƒ•‹
disiapkan oleh orang-orang yang bertugas di dalam
kultural di dalam proses pembentukan masyarakatóä
redaksi media massa, mulai dari wartawan, editor,
Menurut Adorno dan Horkheimer, produk budaya massa
dan pimpinan redaksi. Sedangkan konstruksi citra
berupa komoditas ekonomi yang dihasilkan oleh ò‹•†—•–”‹
pada sebuah iklan biasanya disiapkan oleh para budayaóá †ƒ• †‹†—•—•‰ ‘Ž‡Š •‡•—ƒ–ƒ• ˆ‹•ƒ••‹ƒŽ †ƒ• ’‘Ž‹–‹•ä
pembuat iklan, misalnya copywriter. Pembentukan Batasan kutural dari industri semacam ini termasuk sifat-
konstruksi citra ialah bangunan yang diinginkan
sifat produk yang dihasilkannya ditentukan oleh faktor-
oleh tahap-tahap konstruksi. Bangunan konstruksi
faktor ekonomi, politik dan sosial yang lebih luas. Fungsi
citra yang dibangun oleh media massa ini terbentuk
industri budaya di sini adalah mengabadikan pranata sosial
dalam dua model, yakni model good news dan model
yang telah ada dan menyediakan semacam landasan
bad news. Model good news adalah sebuah konstruksi
ideologi yang akan melegitimasi pranata sosial tadi. Alhasil,
yang cenderung mengkonstruksi
gambaran kenyataan sosial objektif di dalam muatan atau isi
suatu pemberitaan sebagai pemberitaan yang simboliknya terdistorsi. Muatan itu hanya
baik. Sedangkan model bad news adalah sebuah
merepresentasikan ideologi kelas penguasa, sementara
konstruksi yang cenderung mengkonstruksi
bagian-bagian negasinya yang merupakan ekspresi kultural
kejelekan atau memberi citra buruk pada objek
yang tak kalah penting itu sepenuhnya dieliminasi.
pemberitaan.
4) Tahap konfirmasi. Konfirmasi adalah tahapan
Fungsi utama ekspresi simbolik sebuah realita
ketika media massa maupun pembaca dan
adalah memanipulasi individu sehingga terbentuk
pemirsa memberi argumentasi dan akunbilitas
semacam kesadaran ò’ƒŽ•—ó „ƒ‹• ’ƒ†ƒ Ž‹•‰•—•‰ƒ• •‘•‹ƒŽ
terhadap pilihannya untuk terlibat dalam tahap
yang terdekat maupaun lingkungan sosial yang lebih jauh
pembentukan konstruksi. Bagi media, tahapan ini
termasuk pada fenomena sosial yang abstrak, seperti
perlu sebagai bagian untuk memberi argumentasi
konflik sosial seputar kekayaan dan kekuasaan dan nilai-
terhadap alasan-alasannya konstruksi sosial.
nilai dominan yang melegitimasi pranata sosial yang ada.
Sedangkan bagi pemirsa dan pembaca, tahapan ini
Akibat dari terpaan yang terus-menerus oleh muatan
juga sebagai bagian untuk menjelaskan mengapa
yang dibawakan media massa, maka individu
ia terlibat dan bersedia hadir dalam proses
mengkonstruk satu dimensi kenyataan subjektif yang
konstruksi sosial. Kedua, konstruksi realitas sosial
didasarkan pada anggapan palsu bahwa konsumerisme
hanyalah parafrase dari ideologi. Ian Hacking
dan kesenangan hidup akan membawa kebahagiaan.
mengkritik gagasan Peter L. Berger dalam buku
Dengan demikian, individu secara pasif menerima î’‘•‹•‹ï

20
Konstruksi Realitas Sosial Sebagai Gerakan Pemikiran
(Sebuah Telaah Teoretis terhadap Konstruksi Realitas Peter L. Berger)
Karman

mereka di masyarakat dan menginternalisasi nilai-nilai subjektif; dan analisis terhadap data sekunder yang
sosial yang melegitimasi pranata sosial yang ada. Proses memberikan informasi mengenai kenyataan objektif.
dialektis representasi yang bias dari kenyataan objektif Rosengren (1981) mengklaim dalam kajian budaya
dalam ekspresi simbolik dan konsekuensi pembentukan bahwa:
kenyataan subjektif yang terdistorsi ini menjadi landasan
dalam tindakan sosial di masa datang dan dengan Ideally one should have access to at least two,
demikian mengekalkan sistem sosial yang ada. preferably three or four sets of data. Data about
Pendukung lain dari pendekatan kritis yang •‘…‹ƒŽ •–”—…–—”‡åƒ„‘—– –Š‡ ˜ƒŽ—‡• •‡†‹ƒ–‡† „› –Š‡
menggabungkan kajian yang merupakan interaksi di •ƒ•• •‡†‹ƒå˜ƒŽ—‡• ‡•–‡”–ƒ‹•‡† „› –Š‡
antara ketiga jenis kenyataan di antaranya adalah Gitlin ’‘’—Žƒ–‹‘•åä †ƒ–ƒ ƒ„‘—– –Š‡ ˜ƒŽ—‡• ‘ˆ –Š‡ ’”‘†—…‡”•
(1979,1980), Hall ( 1977), Halloran (1970), Miliband ( and controllers of media content.
1969), Murdock dan Golding (1977), Enzenberger Menurut Adoni dan Mane, semakin sempit
(1973), dan anggota dari mazhab Neo-Marxist definisinya mengenai domain media dan konstruksi sosial
kontinental yang dipimpin oleh Althusser (1971). atas kenyataannya, maka tidak memungkinkan mencapai
Penelitian mereka menelaah mengenai interaksi di sebuah simpulan tanpa serta merta mengkaji indikator yang
antara sistem sosial, media (struktur, praktik kerja, dan memusatkan pada tiga realitas tersebut. Penelitian terbaru
produknya) dan persepsi individual serta penerimaannya yang kemudian mendasarkan pada apa yang kita sebut
terhadap kenyataan sosial di mana mereka tinggal. sebagai pendekatan holistik mengarah pada satu benang
Simpulan mereka berkenaan dengan dampak media merah sebagai berikut: bahwa karena pendekatan holistik
dalam level makro didasarkan pada penalaran ideologis menaruh perhatian baik pada level micro maupun makro
dan historis, sementara simpulan mereka terkait dengan kehidupan sosial dan juga memerhitungkan perbedaan
dampak media terhadap kenyataan subjektif individu interaksi di antara ketiga tipe kenyataan, maka ada
sangatlah spekulatif. Kaum Neo-Marxist lebih kecenderungan pendekatan ini cocok bila hendak
memfokuskan utamanya pada penelitian kenyataan memahami peranan media massa di dalam proses tafsir
simbolik pada insitusi penekan yang menentukan pilihan sosial atas kenyataan dan juga menjadi poin penting
materi yang disajikan oleh media massa dan pada mempertemukan antara dua tradisi yang berbeda dalam
karakteristik modus representasinya. Dan meski begitu, kajian budaya dan komunikasi.
mereka hampir sepenuhnya menolak penelitian empiris
tentang dampak representasi simbolik terhadap individu.
PENUTUP
Ilmuwan yang beragam (Connell et. al., 1976; Hartmann,
1979) tetap pada pendapat bahwa seseorang tidak bisa Konsep konstruktivisme, konstruksionisme
secara langsung menduga respons khalayak (audience) merupakan istilah abstrak tetapi memiliki pengaruh yang
berdasarkan sifat pesannya. signifikan dalam dunia ilmu pengetahuan. Konsep teori yang
sejalan dengan pemikiran ini adalah konstruksi realitas
Hampir semua studi empiris yang dilakukan oleh
sosial (social construction of reality), konstruksionisme
ilmuwan kritis masih berkiblat pada asumsi tentang jenis
sosial (social constructionism), sosial konstruksionis (social
efek ini ketimbang didasarkan pada analisis terhadap pesan-
constructionist), konstruktivisme sosial (social
pesan yang ada pada representasi kenyataan simbolik di
constructivism), sosial konstruktivis (social constructivist).
media. Gitlin (1978) bahkan berpendapat bahwa studi
Secara sederhana disebut konstruksi sosial (social
empiris terhadap dampak media massa pada kenyataan
construction) atau kokonstruksi (coconstruction) yang
subjektif individu tidaklah penting dilakukan pada kancah
bermakna konstruksi bersama (joinly construction).
riset komunikasi. Dalam penjelasannya mengenai studi
Besarnya pengaruh teori ini terlihat bahwa asusmi teori ini
komparasi terhadap budaya, Rosengren (1983)
juga terdapat di teori-teori lain, yang karena alasan ini
mendiskusikan tentang kemungkinan analisis
sebagian ahli (seperti Gerken) setuju bahwa teori realitas
multidimensional terhadap fenomena budaya yang meliputi
sosial sebagai perspektif dan gerakan. Ada sebagian pula
dimensi teoretis, substansi dan metodologinya. Dalam
ahli yang berusaha membedakan kedua kata tersebut
tataran metodologinya, dia mengemukakan tiga jenis
seperti Jesse Delia, Arthur C. Graesser. Tetapi juga ada yang
indikator budaya utama dan menganalisis kaitannya dengan
menyamakan kedua konsep tersebut (seperti Stuart Hall).
substansi pertanyaan penelitian tertentu. Gagasan tersebut
Pada tataran tradisi terdapat pula di wilayah psikologi
relevan dengan konteks yang kita bahas dalam artikel ini.
kognitif, di mana dalam teori ini berusaha menjelaskan
Tiga jenis indikator tersebut meliputi: analisis isi yang
bagaimana orang memahami informasi, dan wacana.
digunakan untuk meneliti kenyataan simbolik; penelitian
Kalangan interaksionis memahami teori konstruksionisme
survei yang menyajikan indikator kenyataan
atau social construction sebagai

21
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika
Volume 5 No. 3 Maret 2015 ISSN: 2087-0132

aktivitas untuk mendapatkan pemahaman, makna, ©2002 Sage Publications London, Thousand Oaks,
norma, aturan melalui komunikasi yang terjadi secara CA and New Delhi 1473-3250[200203]1:1;39
intensif. Ia melihat pengetahuan di masyarakat adalah 55;021743.
sebagai product of symbolic interaction. Gagasan ini Krauss, Steven Eric. ò ‡•‡ƒ”…Š ƒ”ƒ†‹‰•• ƒ•† ‡ƒ•‹•‰
masuk pada tradisi sosiokultur, yang menekankan pada Making: A Primeró In The Qualitative Report.
bagaimana orang secara bersama-sama membangun Volume 10 Number 4 December 2005 758-770
pemahaman tentang dunia realitas. Makna dibentuk dan http://www.nova.edu/ssss/QR/QR10-4/krauss.
dikembangkan, bekerjasama dengan orang lain bukan pdf
oleh setiap individu secara terpisah.
S.L.T., & Murnane, J. A. (2010). Paradigm, methodology
Peter L. Berger memeperkenalkan gagasan and method: Intellectual integrity in consumer
teoretiknya ini yang kemudian dikenal dengan teori scholarship. International Journal of Consumer
konstruksi realitas sossial atau teori dialektika. Proses Studies, 34(4), 419-427. Posted with Permission
dalektika- yang diketengahkan Peter Berger dan Thomas from WileyBlackwell.
Luckmann terjadi akibat adanya tarik menarik antara
bagaimana masyarakat melihat ò”‡ƒŽ‹–ƒ• ‘„Œ‡•–‹ˆóá †ƒ•
Buku
bagaimana seorang individu menggunakan ò”‡ƒŽ‹–ƒ•
subjektifó •‡„ƒ‰ƒ‹ ƒ…—ƒ• ‹†‡•–‹–ƒ••›ƒ †‹ •ƒ•›ƒ”ƒ•ƒ–ä ‹ Berger, Peter L., Luckmann, Thomas. (1966). The Social
mana Sosiokonstruksionis ini tidak sampai menyentuh Construction of Reality, The Treatise In The
aspek ò•‡’‡•–‹•‰ƒ•ó †ƒŽƒ• •‡‰‹ƒ–ƒ• ò’‡•ƒˆ•‹”ƒ•ó ƒ–ƒ• Sociology of Reality. Garden City, N.Y. : Doubleday.
realitas yang terjadi. Teoretisasi ini hanya menyentuh Bungin, Burhan. (2007). Sosiologi Komunikasi: Teori,
proses-proses yang terjadi dalam konstruksi sosial. Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di
Selain itu òƒ•’‡• •‡•ƒ•–‹•ó Œ—‰ƒ –‹†ƒ• †ƒ’ƒ– †‹•—ƒ• Masyarakat. Jakarta: Kencana Prenada Media
dengan jelas bagaimana sebuah simbol bisa dimaknai Group.
dalam ò’‡•‰‡–ƒŠ—ƒ•ó ‹•†‹˜‹†—á Šƒ†‹” †ƒŽƒ• ò”‡ƒlitasó †‹ Bungin, Burhan. (2008). Konstruksi Sosial Media Massa:
masyarakat. Walau begitu, teoritisi sosiokonstruksionis Kekuatan Pengaruh Media Massa, Iklan, Televisi, dan
telah menjadi salah satu tonggak penting dalam disiplin Keputusan Konsumen Serta Kritik Terhadap Peter
ilmu sosial, baik secara paradigmatis maupun substantif. L. Berger & Thomas Luckmann. Jakarta: Kencana.
Craig, Robert T., Muller, Heidi L. (2007). Theorizing
DAFTAR PUSTAKA Communication: Reading Accross Traditions.
Jurnal London, Thousand Oaks, California, New Delhi :
SAGE Publications, Inc.
Adoni, Hanna., Mane, Sherrill. (1984). Media And The Social
Construction of Reality Toward an Integration of Cresswell, John W. (1994). Research Design, Qualitative &
Quantitative Approaches. Yogyakarta: Pustaka
Theory and Research, Communication Research Vol
11 No. 3, 332-337. Pelajar.
Denzin, Norman K., dan Yvonna S. Lincoln. (2005).
Craig, Robert T. (1999). Communication Theory as a field,
Handbook of Qualitative Research. London: SAGE
Communication Theory, Vol. 9, 119-61.
Publication, Inc.
Eberle, Thomas Samuel. (1992). A New Paradigm For The
Dijk, Teun A. Van (ed). (1997). Discourse as structure and
Sociology of Knowledge: ò Š‡ ‘…‹ƒŽ ‘••–”—…–‹‘•
proces, discourse a multidiciplinary introduction
of Realityó ˆ–‡” tw ‡ƒ”•óä ò …Š™‡‹œä ä
Soziol./Rev. suisse social., 493-502. Vol. 1. London. Thousand Oaks. New Delhi: SAGE
Publication, Inc.
Guba, E. G., & Lincoln, Y. S. (2005). Paradigmatic
Goodman, Douglas J, dan George Ritzer. (2004). Teori
controversies, contradictions, and emerging
Sosiologi Modern. Jakarta: Kencana Prenada Media
influences. In N. K. Denzin and Y. S. Lincoln (Eds.),
The Sage Handbook of Qualitative Research (3rd Group.
ed.) (pp. 191-215). Thousand Oaks, CA: Sage. Griffin, Emory A. (2011). A First Look at Communication
Theory, 8th ed. New York : McGraw-Hil, Inc.
Jane F. Gilgun and Laura S. Abrams. The Nature and
Usefulness of Qualitative Social Work Research Hall, Stuart., Evans, Jessica., Nixon, Sean. (2013).
Some Thoughts and an Invitation to Dialogue in Representation, second edition. London, Thousand
Qualitative Social Work. Vol. 1(1): 39 55 Copyright Oaks- California. New Delhi: SAGE Publications, Inc.

22
Konstruksi Realitas Sosial Sebagai Gerakan Pemikiran
(Sebuah Telaah Teoretis terhadap Konstruksi Realitas Peter L. Berger)
Karman

Hasan, Basari (Translator). (2012). Tafsir Sosial Atas McQuail, Denis. (2010). McQuailï• ƒ•• …‘••—•‹…ƒ–‹‘•
Kenyataan, Risalah Tentang Sosiologi Pengetahuan. theory, 6th edition. Thousand Oaks, California:
Jakarta : LP3ES. SAGE Publications, Inc.
Henn, Matt., Weinstein, Mark., Foard, Nick. (2006). A Short Miller, Katherine. (2005). Communication Theories:
Introduction to Social Research. London.Thousand- Perspectives, Process, and Contexts, Internasional
Oaks, California. New Delhi : SAGE Publications, Inc. Edition. NY: McGraw-Hill Companies, Inc.
Hepburn, Alexa. (2006). ò ‘••–”—…–‹‘•‹••ó †ƒŽƒ• ‹…–‘” Rahardjo, Turnomo. (2009). Cetak Biru Teori Komunikasi
Jupp (ed). The SAGE Dictionary of Social Research dan Studi Komunikasi di Indonesia. Makalah
Methods. London, Thousand Oaks- California, New disampaikan dalam Simposium Nasional, Arah
Delhi, Washington : SAGE Publications, Inc. Depan Pengembangan Ilmu Komunikasi di
Kukla, Andrea. (2000). Social Constructivisme and Indonesia, Maret 13, di Jakarta, Indonesia.
Philosophy of Science. London, New York : Routledge Samuel, Hanneman. (2012). Peter L. Berger Sebuah
Taylor & Francis Group. Pengantar Ringkas. Depok: Kepik.
Littlejohn, Stephen W., Foss, Karen A. (2002). Theories Yusup Lubis, Akhyar. (2014). Filsafat Ilmu, Klasik Hingga
of Human Communication, fifth edition. Belmont, Kontemporer. Jakarta PT Raja Grafindo Persada.
California: Thomson Wadsworth.
_________. (2008). Theories of Human Communication, ninth
edition. Belmont, California: Thomson Wadsworth.
_________. (2009). Theories Of Human Communication,
Seventh Edition. Long Grove, lllinois: Waveland
Press Inc.
_________. (2011). Theories of Human Communication, Tenth
Edition. Long Grove, lllinois: Waveland Press Inc.
_________. (2009). Encyclopedia of Communication Theory.
India: SAGE Publications, Inc.
23

Anda mungkin juga menyukai