Anda di halaman 1dari 4

Konsep

Transfuse darah adalah upaya untuk memasukan darah dari sesorang pendonor ke dalam
pembuluh darah (system kardiovaskuler) resipen, yang dinilai sebagai bentuk terapi bahkan
sebagai upaya untuk menyelamatkan kehidupan (Ramlen dan gatot, 2005). Transfuse darah
secara teratur dapat membantu menggantikan sel-sel yang mati.

Kerugian atau efek samping transfuse darah menurut Rocca dan Otto pada tahun 1998 adalah
dapat menimbulkan terjadinya : flebitis, anafilatik, emboli udara, kelebihan sirkulasi, toksistas
sitrat, demam nonhemolitik, hemolitik (hemolitik segera atau hemolitik lambat),hiperkalemia,
hipokalemia, hipotermia, urtikaria, infeksi yang ditularkan melalui transfusi (AIDS, kontaminasi
bakteri, citomegalovirus (CMV), hepatitis, malaria dan sifilis).

Efek pemberian tetesan terlalu cepat adalah terjadi kelebihan sirkulasi dengan gejala dispnea,
dada seperti ditekan, gelisah, sakit kepala hebat, tensi, nadi, respirasi meningkat (Rocca dan
Otto, 1998). Pemberian tetesan terlalu lambat darah akan menjadi hangat dan merupakan
medium untuk pembiakan bakteri (Sudoyo dan Djoerban, 1990). Jika pasien berada dalam
keseimbangan kardiovaskular yang tidak stabil (anemia berat kronik, gagal jantung kongestif,
sangat kecil atau muda)mdan kelebihan sirkulasi merupakan kekhawatiran sehingga
kecepatannya harus lambat, sedangkan untuk kecepatan pediatrik rata-rata 2 sampai 4 ml/kg/jam
(Rocca dan Otto, 1998). Normal satu unit darah dalam kondisi kardiovaskular dan keadaan
umum sehat habis 2-4 jam (Weinstein, 2001).Faktor penyebab terjadinya reaksi tranfusi berupa
flebitis adalah faktor kimia seperti jenis cairan atau darah dan obat lain yang digunakan,
kecepatan aliran tranfusi serta bahan kateter yang digunakan. Faktor mekanik yaitu ketika vena
yang telah menjadi target insersi mengalami trauma sebelumnya akibat tehnik pemasangan yang
tidak sesuai prosedur yang benar. (Smeltzer, 2001 ).

Jumlah Darah yang Diberikan

Darah lengkap yang akan diberikan, dapat dihitung dosis atau jumlahnya dengan menggunakan

rumus empiris sebagai berikut : BB (kg) x 6 x (Hb diinginkan – Hb tercatat) Bila yang digunakan
Packed red cells, maka kebutuhan menjadi 2/3 dari darah lengkap, atau dalam rumus menjadi :
BB (kg) x 4 x (Hb diinginkan –Hb tercatat)
jenis transfuse darah

1. Darah lengkap (whole blood)


Whole blood atau darah lengkap pada transfuse darah yang diambil dari donor
menggunakan container kantong darah dengan antikogulen yang steril dan bebas
pyrogen. Whole blood merupakan sumber komponen darah yang utama (Anonim, 2002).
Whole blood diambil dari pendonor ± 450-500 ml darah tidak mengalami pengolahan.
Komposisi whole blood adalah eritrosit, plasma, leukosit dan trombosit (hutomo, 2011).
2. Sel Darah Merah (Packed Red Cell)
(Packed Red Cell) adalah suatu konsentrat eritrosit yang berasal dari sentrifugasi whole
blood, disimpan selama 42 hari dalam larutan tambahan sebanyak 100 ml yang berisi
salin, adenine, glukosa, dengan atau tanpa menitol untuk mengurangi hemolysis eritrosit
(Anindita, 2011).
3. Trombosit
Trombosit dibuat dari konsentrat whole blood (Buffy coat), dan diberikan pada pasien
dengan pendarahan karena trombositopenia. Produk trombosit harus disimpan dalam
kondis spesifik untuk menjamin penyembuhan dan fungsi optimal setelah tansfusi.
4. Plasma beku (Fresh Frozen Plasma)
Plasma beku adalah plasma segar yang dibekukan dalam waktu 8 jam dan dismpan pada
suhu minimal -20oC dapat bertahan 1 tahun, yang berisi semua faktor koagulasi kecuali
trombosit. FFP dibderikan untuk mengatasi kekurangan factor koagulasi yang masih
belum jelas dan defisiensi anti-thrombin III. Volume sekitar 200 – 250 ml.

Indikasi Transfusi Darah secara umum

Menurut Sudoyo dan Djoebran (1990), indikasi transfusi berbagai ragam, dengan sedikit
perbedaan di beberapa pusat-pusat pelayanan medis, tetapi secara garis besarnya sebagai
berikut :

a. Penggantian volume darah pada kehilangan darah akut, misalnya pendarahan, trauma, luka
bakar.

b. Kekurangan massa sel darah merah misalnya anemia kronik dengan gejala.
c. Defisiensi faktor koagulasi.

d. Defek atau berkurangnya jumlah leukosit atau trombosit.

e. Pembedahan pintas kordiopulmonar (open heart surgery).

f. Transfusi tukar (exchange transfusion).

Indikasi utama untuk transfuse menurut Rocca dan Otto pada tahun 1998 adalah untuk
memberikan

volume darah yang adekuat dan mencegah syok hemoragik, meningkatkan kapasitas pembawa
oksigen dari darah, dan mengganti trombosit darah atau faktor-faktor pembekuan untuk
mempertahankan hemostasis.

Indikasi dan kontra indikasi transfuse darah berdasarkan jenis transfusinya

1. Whole blood
Indikasi
 Digunakan untuk pencadangan ketika terjadi pendarahan medis atau bedah yang
parah.
 Syok hemoragik, kombinasi sel darah merah

Kontra Indikasi

 Sebaiknya tidak diberikan kepada pasien dengan anemia kronik yang


normovolemik atau yang bertujuan meningkatkan sel darah merah.
2. Packed Red Cell
Indikasi
 Digunakan pada pasien anemia yang tidak disertai penurunan volume darah.
(anemia hemolitik, anemia hipoplastik kronik, leukemia akut, leukemia
kronik, penyakit keganasan, talasemia, gagal ginjal kronis) biasanya pada
hemoglobin 8-10 gr/dL
 Diindikasikan pada kadar Hb < 7 g/dL, terutama pada anemia akut.

Kontra Indikasi
 Pasien asimtomatik atau penyakitnya memiliki terapi spesifik lain. Maka
transfuse dapat di tunda.
 Transfuse tidak dapat dilakukan bilakadar Hb ≥ 10 gr/dL, kecuali ada
indikasi tertentu.

Anda mungkin juga menyukai