Anda di halaman 1dari 2

Nama : Denis Tesalonika E.

A
NIM : 1808551054
Kelas :B
TREN PERKEMBANGAN DUNIA FARMASI
Sejarah farmasi berawal dari mitologi mesir kuno bisa disebut Dewa Matahari, lalu di
2000 SM ada Shen Nung dimulai dari buku Pen T-sau mencatat tentang tanaman obat. Lalu
ada Papyrus Ebers di 1500 SM menceritakan bagaimana penduduk Mesir biasa menulis
mencatat tanaman obat papyrus. Theophartus di 300 SM ada filosop Yunani yang dikenal
sebagai bapak Botani. Claudius Galen di 200-129 SM membuat suatu sediaan yang disebut
galinika, yang sekarang disebut sediaan jamu segar (Jawa), atau loloh (Bali). Ibnu Sina di
abad ke 11 lahir di India bekerja di obat-obatan. Damian dan Cosmas kembar yang
mempelajari kedokteran dan obat-obatan (pemisah). Raja Frederick II menuliskan hukum
bahwa wilayahnya yang menyatakan praktek profesi apoteker dan dokter harus terpisah,
tujuannya adalah bahwa sering terjadi kolusi antar apoteker dan dokter, sering terjadi
kesalahan pemberian obat tanpa sesuai dengan kebutuhan pasien dan sangat merugikan.
Dasar-dasar konsep hukum kefarmasian. Menurut PP 51. Tahun 1990 (UU menjelaskan
tentang sumpah farmasi) artinya sarjana farmasi. Di Indonesia diperlukan surat penugasan
(Permenkes 889), saat ini disebut surat tanda register apoteker, harus memiliki beberapa
syarat. Yang pertama, lulus sebagai apoteker ada surat kelulusan, yang kedua memiliki
kompetensi sebagai apoteker, yang ketiga adalah sudah mengucapkan sumpah apoteker lalu
bisa mengambil surat tanda register. Berdasarkan UU profesi bahwa setiap profesi harus
memiliki rekompetensi setiap 5 tahun sekali. Syarat untuk mendapatkan surat tanda register
yaitu yang pertama sehat secara jasmani dan rohani, memenuhi standar kompetensi dan
kelulusan, dan tidak pernah melanggar hukum perundangan terakait dengan Kesehatan dan
kefarmasian. Setiap praktek kefarmasian itu diatur berdasarkan peraturan undang-undang,
yaitu bahwa wajib mengerjakan standar pekerjaan kefarmasian dikeluarkan oleh kemenkes.
Setiap pekerjaan harus dikerjaan berdasarkan standar, jika melanggar dianggap malpraktis
(medication error). Medication error -> pekerjaan dibawah standar. Menurut UU no 7 tahun
63 tentang farmasi tertulis pembuatan, pengolahan, peracika, pengubahan bentuk,
pencampuran, penyimpanan dan penyerahan obat atau bahan obat. Lalu UU no. 23 tahun
1992 tentang kesehatan tertulis pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi,
pengamanan, penyimpanan dan distribusi obatm pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep
dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional.
Sediaan farmasi artinya obat, bahan obatm obat tradisional dan kosmetik. Sediaan farmasi
adalah bagian dari pekerjaan kefarmasian. Obat tradisional disebutkan bahwa bagian domain
bagi kefarmasian : bahan atau ramuan bahan tumbuhan, bukan hewan, bahan mineral, sediaan
sarian. Bedanya dengan herbal adalah tidak harus dengan catatan pengalaman secara turun
temurun, obat tradisional disini adalah tradisi dari suatu daerah yang secara turun temurun
memanfaatkan alamnya untuk pengobatan. Alat Kesehatan dikatakan sebagai perbekalan
kefarmasian : instrument, mesin, aparatus, implant yang tidak mengandung obat yang
digunakan untuk mencegah, mendiagnosis, menyembuhkan dan meringankan penyakit.
Harus ada persyaratan mutu, keamanan dan manfaat. Asalnya perkembangan pelayanan
asuhan kefarmasian yaitu dari bekerja meracik menjadi asuhan kefarmasian artinya apoteker
juga harus mengutamakan pelayanan yang mengacu pada asuhan kefarmasian. Perubahan
orientasi, yang tadinya berfokus pada produk tetapi sekarang kepada pasien. Asuhan
kefarmasian adalah pelayanan konfehensif yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup
pasien, yang tadinya hanya menciptakan produk akan bergeser bagaimana produk ini mampu
mengikatkan quality of life bagi pasien tersebut. Ketika kita meningkatkan kualitas hidup
pasien tidak hanya menyembuhkan tetapi mencegah orang agar tidak terkena penyakit.
Dalam PP 51 pasal 24 ayat a “pelayanan obat atas resep dokter harus dilakukan oleh seorang
apoteker”. Dituliskan seperti itu karna tugas apoteker adalah Ketika apoteker membaca resep
harus meyakinkan bahwa asas mutu aman manfaat terpenuhi. Apoteker Ketika membaca
resep harus bisa mengelusidasi. Tuntuan dari pharmeutical care adalah peningkatan
kemampuan standard farmasis komuniti agar dapat menjalankan profesinya yang sesuai
dengan tujuan dari pelayanan asuhan kefarmasian.

Anda mungkin juga menyukai