HD Trend Dan Issue Keperawatan
HD Trend Dan Issue Keperawatan
OLEH
LEMBARAN PENGESAHAN
MAHASISWA
Kelompok X
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gagal ginjal kronik (GGK) adalah suatu keadaan klinis
yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal yang
irreversible, pada suatu derajat yang memerlukan terapi
pengganti ginjal yang tepat, berupa transplantasi ginjal atau
dialysis. Penyakit ini digolongkan penyakit terminal yaitu
penyakit yang sulit disembuhkan dan berisiko meninggal dunia
(Setiati dkk, 2014). Gagal ginjal kronik bersifat irreversibel
mengakibatkan perubahan fisiologis yang tidak dapat diatasi
lagi dengan cara konservatif sehingga membutuhkan terapi
pengganti ginjal. Terapi pengganti ginjal terdiri dari
hemodialisis (HD), peritoneal dialisis dan transplantasi
ginjal. Saat ini hemodialisis (HD) merupakan terapi pengganti
ginjal yang paling banyak dilakukan dan jumlahnya dari tahun
ke tahun terus meningkat (Sudoyo dkk, 2009). Berdasarkan data
dari Indonesia Renal Registry dari Perhimpunan Nefrologi
Indonesia (PERNEFRI), diketahui bahwa total insiden pasien
baru dan aktif di tahun 2011 adalah 22.304, prevelensi usia
menunjukkan terbanyak terbagi pada kelompok usia 45-54 tahun
27%, usia >65 tahun 25%, usia 55-64 tahun 22%, usia 35-44
tahun 15%, usia 25-34 tahun 8%, usia 15-24 tahun 3% dan usia
1-14 tahun 0%. Sedangkan menurut Perhimpunan Rumah Sakit
Seluruh Indonesia, jumlah yang menderita penyakit gagal ginjal
kronik sekitar 50 orang per satu juta penduduk (PERNEFRI,
2011). Sedangkan dari jenis fasiltas layanan kesehatan yang di
berikan oleh Unit Hemodialisis yang paling tinggi adalah
layanan Hemodialisis 78%, Continuous Ambulatory Peritoneal
Dialysis (CAPD) 3%, Transplantasi 16% dan Continuous renal
replacement therapy (CRRT) 3%. Ketergantungan pada mesin
dialisis seumur hidupnya, kondisi malnutrisi dan anemia yang
terjadi pada pasien dialisis mengakibatkan terjadinya fatigue
yang mempengaruhi fungsi kehidupan sehari-hari. Oleh karena
itu, penatalaksanaan fatigue yang tepat dapat mencegah
penurunan kualitas hidup pasien, diantaranya dengan pemberian
breathing exercise yang dapat membantu menurunkan level
fatigue pada pasien hemodialisis (Black & Hawks. 2014).
B. Tujuan Makalah
1.Tujuan Umum
Perawat bisa mengapliksikan Breathing excercise untuk
memberikan asuhan keperawatan nonfarmakologis pada pasien
yang mengalami fatigue di ruang Hemodialisa RSUD Kota
mataram
2.Tujuan khusus
a. Perawat mampu memberikan terapi nonfarmakologis kepada
pasien hemodialisa yang mengalami fatigu di ruang
hemodialisa RSUD Kota mataram
b. Perawat bisa menggunakan Breathing excercise di ruangan
Hemodialisa RSUD Kota Mataram
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3. Breathing Excercise
Latihan Breathing Exercise merupakan salah satu teknik
relaksasi yang mudah dilakukan, mudah dipelajari, tidak
membahayakan, dan tidak memerlukan biaya besar. Oleh karena
itu perawat dapat mengajarkan pada pasien tentang breathing
exercise yang berguna menurunkan level fatigue dan keluhan
lain yang dapat dialami oleh pasien hemodialisis. Latihan ini
dilakukan dalam waktu yang tidak lama dan dapat dilakukan
sebelum, selama, sesudah proses hemodialisis, dan selama
pasien di rumah (Stanley,2011). Breathing exercise adalah
teknik penyembuhan yang alami dan erupakan bagian dari
strategi holistic self-care untuk mengatasi berbagai keluhan
seperti fatigue, nyeri, gangguan tidur, stress dan kecemasan.
Secara fisiologis, breathing exercise akan menstimulasi sistem
saraf parasimpatik sehingga meningkatkan produksi endorpin,
menurunkan heart rate, meningkatkan ekspansi paru sehingga
dapat berkembang maksimal, dan otot-otot menjadi rileks.
Terapi breathing exercise yang dapat dilakukan untuk
menurunkan level fatique, seperti yang dilakukan oleh Jham et
al (2008) juga mengemukakan bahwa 94% pasien hemodialisis
mengalami peningkatan level fatigue dan peningkatan skor
kualitas hidup. Penelitian lain yang dilakukan oleh Sriati,
(2014) yang mengatakan bahwa ada pengaruh gabungan relaksasi
napas dalam dan otot progresif terhadap komplikasi
intradialisis seperti tekanan darah sistolik, tekanan darah
diastolic, sakit kepala, kram otot, mual dan muntah yang
ditunjukkan dengan nilai p sebesar 0,000. Terapi ini dapat
digunakan sebagai latihan selama hemodialisis atau
intradialytic exercise.
BAB III
PEMBAHASAN
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Latihan breathing exercise terhadap level fatigue pada
pasien gagal ginjal yang menjalani hemodialisis dapat
disimpulkan bahwa rata-rata level fatigue pada pasien yang
menjalani hemodialisis bisa berkurang.
B. Saran
Latihan breathing exercise perlu dilakukan secara terprogram
disetiap institusi pelayanan keperawatan terutama oleh
perawat. Selain itu perlu dibuat prosedur tetap dan jadwal
latihan breathing exercise secara jelas misalnya dengan
frekuensi 2 kali/hari setiap selesai melaksanakan terapi
hemodialissi.
DAFTAR PUSTAKA