Anda di halaman 1dari 15

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah,
Taufik dan Hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam
bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai
salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam mempelajari psikologi yaitu
salah satunya psikologi kepribadian.

Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga
kedepannya dapat lebih baik.

Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki
sangat kurang. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan
masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Semarang, Maret 2019

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Psikologi Individual memandang individu sebagai makhluk yang saling tergantung secara
sosial. Perasaan bersatu dengan orang lain (interes sosial) yang ada sejak manusia dilahirkan dan
menjadi syarat utama kesehatan jiwa. Alfred Adler adalah seorang psikolog, dokter, terapis,
sekaligus pendiri awal aliran psikologi individual. Bagi Adler, manusia itu lahir dalam keadaan
tubuh yang lemah, tak berdaya. Kondisi ketidak berdayaan nya itu menimbulkan perasaan
inferiorita (rendah diri) dan ketergantungan dengan orang lain. Adler juga berpendapat bahwa
manusia adalah mahluk sosial yang bertanggung jawab. Ia percaya manusia sejak lahir dikarunia
dengan kesadaran bersosial dan hanya keterpaksaan (kompensasi) yang membuatnya
bertanggung jawab kepada manusia lain untuk dapat mencapai sebuah kesejahteraan yang baik
bagi dirinya dan orang lain. Pada akhirnya Adler meyakinkan bahwa manusia adalah mahluk
yang menyimpan interest sosial yang sangat dalam.

B. Rumusan Masalah

1. Mengapa konsep motivasi Adler bertentangan dengan konsep Freud?

2. Memilih perjuangan menjadi sukses atau menjadi superiorita?

3. Apa itu pengamatan subyektif? Dan apa tujuan pengamatan ini?

4. Mengapa kesatuan (unity) kepribadian penting?

5. Mengapa minat sosial di perlukan di dalam psikologi individu?

6. Bagaimana gaya hidup itu terbentuk?

7. Apa yang dimaksud dengan kekuatan kreatif self?

8. Apa saja aplikasi yang terdapat di dalam psikologi individu?

C. Tujuan Penulisan

1. Menjelaskan perbedaan tentangan konsep motivasi Adler terhadap konsep Freud

2. Menjelaskan perjuangan menjadi sukses atau superiorita

3. Menjelaskan pengamatan subyektif beserta tujuan dari pengamatan ini

4. Menjelaskan mengenai kesatuan kepribadian itu penting


5. Menjelaskan minat sosial itu di perlukan

6. Menjelaskan terbentuknya gaya hidup

7. menjelaskan kekuatan kreatif self

8. menjelaskan jenis-jenis aplikasi di psikologi individual

BAB II

PEMBAHASAN
A. PERJUANGAN MENJADI SUKSES ATAU SUPERIORITA

Adler yakin bahwa individu memulai hidup dengan kelemahan fisik yang mengaktifkan
perasaan inferior, perasaan yang menggerakkan orang yang berjuang menjadi superiorita atau
menjadi sukses. Individu yang secara psikologis kurang sehat berjuan untuk menjadi pribadi
yang superior, dan individu yang secara psikologis sehat juga termotivasi untuk mensukseskan
umat manusia. Pada awal pengembangan teorinya, Adler menunjuk agresi sebagai kekuatan
dinamik yang melatar belakangi semua motivasi, kemudian di ganti menjadi konsep “perjuangan
menjadi superiorita”.

Pada teori finalnya, Adler membatasi perjuangan menjadi superiorita sebagai milik orang
neurotik yang berjuang untuk menjadi pribadi yang lebih superior dibandingkan orang lain, dan
mengenalkan istilah yang berbunyi “Perjuangan menjadi semua orang – perjuangan yang
dimotivasi oleh minat sosial yang sudah semuanya diarahkan menuju tujuan final (final goal).

1. Fictional Final Goals.

Konsep Adler mengenai motivasi berhalangan dengan konsep freud. Karena menurut Adler,
tingkahlaku seseorang ditentukan oleh persepsi harapan yang mungkin dicapai di masa datang,
dan bukan apa yang dikerjakan di masa lalu. Konsep Adler ini dipengaruhi oleh Filsafat
Positivisme Idealistik dari Hans Vaihinger atau yang dikenal juga dengan nama Filsafat “As If”
yaitu berbunyi: “bahwa mata bersifat fiktif, tidak ada dalam kenyataan.” Misalnya, pandangan
bahwa “manusia itu ditakdirkan sama” – “kalau ada kemauan pasti ada jalan” – semua ini
bersifat fiktif, idealisme yang membuat orang tidak putus asa, walaupun usaha nya sia-sia,
misalnya pernyataan “semua manusia di ciptakan sama” jelas tidak benar, namun dapat
membimbing tingkah laku orang untuk membuat itu menjadi “benar”. Dalam dinamikan
kepribadian keyakinan fiktif seperti ini memungkinkan manusia dapat menghadapi realitas
dengan lebih baik.
Menurut Adler untuk membimbing tingkah laku, setiap orang menciptakan Tujuan Final yang
Semu (Fictional Final Goal), memakai bahan yang diperoleh dari keturunan dan lingkungan.
Tujuan semu ini adalah karena mereka tidak harus didasarkan kenyataan tapi tujuan itu lebih
menggambarkan fikiran orang tersebut mengenai bagaimana seharusnya kenyataan itu,
didasarkan pada interpretasi subyektifnya mengenai dunia. Tujuan final adalah hasil dari
kekuatan kreatif individu; kemampuan untuk membentuk tingkahlaku diri dan menciptakan
kepribadian diri. Pada usia 4 atau 5 tahun, fikiran kreatif anak mencapai tingkat perkembangan
yang membuat mereka mampu menentukan tujuan final, bahkan bayi sesungguhnya sudah
memiliki dorongan (yang dibawa sejak lahir) untuk tumbuh, menjadi lengkap, atau sukses.

2. Mengatasi Inferioritas dan Menjadi Superiorita

Bagi Adler, kehidupan manusia dimotivasi oleh suatu dorongan utama dorongan untuk
mengatasi perasaan inferior dan menjadi superior. Jadi tingkah laku ditentukan utamanya oleh
pandangan mengenai masa depan, tujuan, dan harapan kita. Didorong oleh perasaan inferior dan
ditarik keinginan menjadi superior, maka orang mencoba hidup sesempurna mungkin.

Inferiorita bagi Adler berarti perasaan lemah dan tidak terampil dalam menghadapi tugas yang
harus diselesaikan, bukan rendah diri terhadap orang lain dalam pengertian yang umum,
walaupun ada unsur membandingkan kemampuan khusus diri dengan kemampuan orang lain
yang lebih matang dan berpengalaman. Superioritas adalah perjuangan ke arah kesempurnaan. Ia
merupakan dorongan kuat ke atas. Perjuangan ini sifatnya bawaan, dan merupakan bagian dari
hidup. Dari lahir sampai mati perjuangan ke arah superioritas itu membawa sang pribadi dari
satu tahap perkembangan ke perkembangan lainnya. Superiorita bukan lebih baik dibanding
orang lain, atau mengalahkan orang lain, tetapi berjuang untuk menuju superiorita yang berarti
terus menerus berusaha menjadi lebih baik, semakin dekat dan semakin dekat dengan tujuan
final.

B. PENGAMATAN SUBJEKTIF (SUBJECTIVE PERCEPTIONS)

Tujuan final yang fiktif bersifat subyektif artinya orang menetapkan tujuan-tujuan untuk
diperjuangkan berdasarkan interpretasinya tentang fakta, bukan berdasarkan fakta itu sendiri.
Kepribadian manusia itu dibangun bukan oleh realita, tetapi oleh keyakinan subyektif orang itu
mengenai masa depannya. Pandangan subyektif yang terpenting adalah tujuan menjadi
superiorita atau tujuan menjadi sukses, tujuan yang diciptakan pada awal kehidupan. Tujuan final
fiktif itu membimbing gaya hidup (style of life) manusia, membentuk kepribadian menjadi
kesatuan, dan kalau tujuan itu dapat dipahami akan memberi tujuan kepada semua tingkah laku.

C. KESATUAN (UNITY) KEPRIBADIAN

Adler memilih nama psikologi individu (Individual Psychology) dengan harapan dapat
menekankan keyakinannya bahwa setiap orang itu unik dan tidak dapat dipecah-pecah. Psikologi
individu menekankan pentingnya unitas kepribadian. Semua pikiran, perasaan, dan kegiatan
diarahkan ke satu tujuan tunggal dan mengejar satu tujuan. Ketidakkonsistenan tingkah laku
tidak ada, kalau dilihat dalam kaitannya dengan tujuan final – menjadi superiorita atau menjadi
sukses, semua kegiatan itu konsisten dan bermakna.

Orang yang bertingkah laku aneh atau tak terduga, dia melakukannya dengan tujuan
tunggal, yakni menjadi superior. Walaupun tingkah laku seseorang tidak konsisten, jika dilihat
dari perspektif tujuan final orang itu maka akan tampak bahwa perilaku itu merupakan usaha tak
sehat untuk mengacau dan menguasai orang lain. Ia membuat sebuah keadaan dimana ia akan
lebih berkuasa dalam hubungan sosial. Fakta bahwa berhasil dia berhasil memperoleh superiorita
terhadap orang lain, tidak berarti bahwa dia sengaja melakukannya. Mungkin dia tetap tidak
sadar dengan motiv-motiv yang melatarbelakangi tingkah lakunya dan menolak pernyataan
bahwa dia ingin menguasai orang lain.

1. Logat Organ (Organ Dialect)

Uniti atau kesatuan kepribadian bukan hanya kesatuan aspek-aspek kejiwaan seperti
motivasi, perasaan, dan pikiran, tetapi uniti juga meliputi keseluruhan organ tubuh. Gejala fisik,
misalnya kelemahan organ tertentu bukan suatu peristiwa yang terpisah, tetapi mungkin
kelemahan itu berbicara tentang tujuan individu, yang oleh Adler dinamakan logat organ (organ
dialect) atau bahasa organ (organ jargon). Sesorang dengan organ yang lemah akan mencoba
mengompensasi kelemahan inidengan membuat upaya istimewa utuk menguatkan oragan
tersebut atau mengembangkan organ lain.

Sebagai contoh, seseorang yang gagap pada masa kanak-kanak mungkin mencoba untuk
menjadi pembicara yang hebat. Contoh lain, ketika seorang remaja ngompol, itu adalah pesan
bahwa dia tidak ingin mengikuti keinginan orang tuanya. Organ tubuh dapat mengatakan secara
lebih ekspresif dibandingkan dengan kalimat yang diucapkan.

2. Kesadaran dan Tak Sadar

Unitas kepribadian juga terjadi antara kesadaran dan tak sadar. Menurut Adler, tingkah
laku tak sadar adalah bagian dari tujuan final yang belum diformulasi dan belum dipahami secara
jelas. Pikiran sadar adalah apa saja yang dipahami dan diterima individu yang dapat membantu
perjuangan menjadi sukses. Apa yang dianggap tidak membantu perjuangan sukses akan ditekan
ke tak sadar. Dalam menggambarkan hubungan kesadaaran dengan ketidaksadaran, Adler
memakai ilustrasi mahkota pohon dan akar. Keduanya berkembang ke arah yang berbeda untuk
mencapai tujuan kehidupan yang sama.

D. MINAT SOSIAL (SOSIAL INTEREST)


Minat sosial berasal dari Bahasa Jerman Gemeinschafgefuhl yang artinya “perasaan sosial”
atau “perasaan komunitas”. Istilah itu mengandung makna suatu perasaan menyatu dengan
kemanusiaan, menjadi anggota dari komunitas umat manusia (Alwisol, 2009). Interes atau minat
sosial adalah sikap keterikatan diri dengan kemanusiaan secara umum, serta empati kepada
setiap anggota orang per orang. Wujudnya adalah kerjasama dengan orang lain untuk
memajukan sosial alih-alih untuk keuntungan pribadi. Dari awal setiap orang memiliki minat
sosial, yaitu keinginan bawaan untuk berhubungan dengan orang lain dan potensi bawaan untuk
bekerja sama (Pervin, Cervone, &John, 2015).

Menurut Adler, interes sosial adalah bagian dari hakekat manusia dan dalam besaran yang
berbeda muncul pada tingkahlaku setiap orang. Minat sosiallah yang membuat orang mampu
berjuang mengejar superiorita dengan cara yang sehat dan tidak tersesat. Semua kegagalan
neurotik, psikotik, kriminal, pemabuk, adalah kegagalan karena mereka kurang memiliki minat
sosial. Tujuan keberhasilan mereka adalah superioritas personal, dan kejayaan/keberhasilan
mereka hanya berarti bagi mereka sendiri.

1. Perkembangan Minat Sosial


Interes sosial dikembangkan melalui hubungan ibu dan anak. Karena itu tugas ibu
(manusia pertama dalam pengalaman bayi) ialah mengembangkan potensi innate bayi. Setiap
anak akan memiliki interes sosial dalam kadar tertentu yang nantinya akan berkembang melalui
ikatan hubungan ibu dan anak yang kooperatif. Ibu harus memberikan cinta pusatnya pada
kesejahteraan anak, bukan pada keinginan dan kebutuhan ibu. Hubungan cinta yang sehat
berkembang dari kepedulian mereka kepada orang lain. Ibu harus memberi perhatian yang
seimbang kepada anak, suami, dan masyarakatnya, agar minat sosial anaknya berkembang.
Dengan mengamati luasnya minat sosial ibu, anak akan belajar bahwa ada orang lain yang
penting diluar ibunya dan dirinya.

Ayah adalah orang terpenting kedua dalam lingkungan sosial anak. Menurut Adler, ayah
yang sukses tidak melakukan dua kesalahan,yaitu mengabaikan anak atau otoriter kepada anak.
Anak yang diabaikan orang tuanya menciptakan tujuan superiorita pribadi alih-alih tujuan interes
sosial. Sedangkan anak yang dididik otoriter akan menimbulkan gaya hidup yang neurotik.
Anak yang melihat ayahnya sebagai tiran belajar berjuang mendapat kekuasaan dan superiorita
pribadi.

2. Perlunya Minat Sosial


Dalam pandangan Adler, kehidupan sosial merupakan sesuatu yang alami bagi manusia,
dan minat sosial adalah perekat kehidupan sosial itu. Perasaan inferioir dibutuhkan untuk
menjadi bersama membentuk masyarakat. Menurut Adler bayi secara alami mengembangkan
kasih sayang dengan orang lain. Dengan itu bayi pun mengembangkan minat sosialnya. Adler
menolak pendapat Freud bahwa manusia pada dasarnya narsistik. Menurut Adler orang menjadi
mementingkan diri sendiri karena asuhan ibu tidak mampu mengembangkan minat sosial.
Narsistik adalah bentuk neurotik, tidak dilahirkan tetapidikembangkan dari hubungan ibu-anak
yang neurotik, yaitu pola asuh pengabaian atau pemanjaan.

3. Kriteria Nilai-Nilai Kemanusiaan


Minat sosial menjadi satu-satunya kriteria untuk mengukur kesehatan jiwa.Tingkat
seberapa tinggi minat sosial orang, menunjukkan kematangan psikologisnya. Orang yang tidak
matang kurang memiliki Gemeinschafgefuhl, mementingkandiri sendiri, berjuang menjadi
superioriti pribadi melampaui orang lain. Orang yang sehat peduli terhadap orang lain dan
mempunyai tujuan menjadi sukses mencakup kebahagiaan semua orang. Interes sosial
merupakan satu-satunya sarana penilai keberhargaan, standar untuk menentukan kemanfaatan
hidup seseorang, disebut Adler : barometer normalitas.

E. GAYA HIDUP (STYLE OF LIFE)

Gaya hidup adalah cara yang unik dari setiap orang dalam berjuang mencapai tujuan
khusus yang telah ditentukan orang itu dalam kehidupan tertentu dimana dia berada. Cara
seseorang mencoba menghadapi perasaannya akan menjadi bagian dari gaya hidupnya yang
kemudian menjadi aspek unik dari kepribadian. Gaya hidup telah terbentuk sejak usia 4-5 tahun.
Gaya hidup itu tidak hanya ditentukan oleh kemampuan intrinsik (hereditas) dan lingkungan
obyektif, tetapi dibentuk melalui pengamatannya dan interpretasinya terhadap keduanya.

Hidup ditentukan oleh inferioritas-inferioritas khusus yang dimiliki seseorang, yakni


kompensasi inferioritas itu sendiri. Gaya hidup tidak mudah berubah. Ekspresi nyata dari gaya
hidup mungkin berubah tetapi dasar dari gayanya tetap sama, kecuali orang tersebut menyadari
kesalahannya dan secara sengaja mengubah arah yang ditujunya. Ingatan orang akan masa
kecilnya sering dapat mengungkapkan asal-muasal gaya hidupnya. Anak yang lemah akan
mengembangkan gaya hidup menghasilkan kekuatan, seperti gaya hidup Napoleon sang
penakluk bersumber dari tubuhnya yang kecil. Dan anak yang impoten bergaya hidup
memanjakan nafsunya, seperti gaya hidup Hitler yang serakah bersumber dari impotensi
seksualnya.

F. KEKUATAN KREATIF SELF (CREATIVE POWER OF THE SELF)

Self kreatif merupakan puncak prestasi Adler sebagai seorang teoritis kepribadian. Self
kreatif adalah kekuatan ketiga yang paling menentukan tingkah laku, penggerak utama, sandi dan
obat muarab kehidupan, yang membawahi dua kekuatan dan konsep-konsep lainnya (kekuatan
pertama: hereditas, kedua:lingkungan). Menurut Adler, keturunan memberi “kemampuan
tertentu,” dan lingkungan memberi “impresi/kesan tertentu”. Jadi, self kreatif adalah sarana
mengolah fakta-fakta dunia den mentransformasikan fakta itu menjadi kepribadian yang bersifat
subjektif, dinamik, menyatu, personal, dan unik.

Manusia itu sendiri bertanggung jawab tentang siapa dirinya dan bagaiman dia
bertingkahlaku. Manusia memiliki kekuatan kreatif untuk mengontrol kehidupan dirinya,
bertanggung jawab atas tujuannya, menentukan cara memperjuangkan tujuannya tersebut, dan
menyumbangkan pengembangan minat sosial.

Konsep Adler mengenai kreativitas self kreatif jelas menggambarkan pandangannya yang
anti mekanistik; kehidupan manusia bukan penerima pengalaman secara pasif seperti menurut
Freud tetapi manusia adalah aktor dan inisiator tingkahlaku. Ini mememperkuat pandangan Adler
bahwa kerpribadian itu dinamik dan bukan statik. Orang selalu bergerak sepanjang hidupnya,
aktid menginterpretasi dan memakai semua pengalamannya. Adler memandang manusia
memiliki sifat-sifat altruisme, humanitarianisme, kerjasama, kreativitas, dan keunikan serta
kesadaran.

G. PERKEMBANGAN ABNORMAL

Menurut Adler, minat sosial yang tidak berkembang menjadi faktor yang melatar -
belakangi semua jenis salah suai. Disamping minat sosial yang buruk, penderita neurotik
cenderung akan membuat tujuan yang terlalu tinggi, memakai gaya hidup yang kaku dan
dogmatik, dan hidup dalam dunianya sendiri.

Faktor Eksternal Dalam Salah Suai

Ada tiga faktor yang membuat orang bisa menjadi salah suai, tidak perlu ketiga faktor itu
muncul bersama, satu faktor saja sudah cukup untuk membuat orang menjadi abnormal.
1. Cacat Fisik yang buruk
Cacat yang sangat buruk, apakah dibawa dari lahir atau akibat kecelakaan/penyakit,
tidak cukup untuk membuat salah suai. Cacatnya harus diikuti dengan perasaan inferiorita
yang berlebihan.
Setiap orang dapat mengembangkan perasaan inferior yang berlebihan, tetapi anak
yang dilahirkan dengan cacat fisik yang buruk mempunyai peluang yang lebih besar untuk
menjadi salah suai dibandingkan dengan anak yang lahir sehat jasmaninya. Sesudah
dewasa, penderita cacat itu menjadi terlalu peduli dengan dirinya sendiri dan
mengembangkan perasaan inferiorita yang berlebihan, yang ujungnya adalah tidak adanya
rasa percaya diri, tidak punya keberanian, dan tidak mempertimbangkan perasaan orang
lain.
2. Gaya hidup manja (pampered)
Anak yang dimanja mempunyai minat sosial yang kecil dan tingkat aktivitas yang
rendah. Mereka menikmati pemanjaan itu, berkeinginan kuat tetap dimanja,
mengembangkan hubungan yang merugikan dengan ibunya ke orang lain. Mereka
mengharap orang lain memperhatikan dirinya, ciri yang lain, adalah sangat mudah putus
asa, selalu ragu, sangat sensitif, tidak sabaran, emosional khususnya dalam hal kecemasan.
3. Gaya hidup diabaikan
Anak yang merasa tidak dicintai akan mengembangkan gaya hidup diabaikan.
Diabaikan merupakan konsep yang tidak ada orang yang merasa mutlak diabaikan atau
mutlak tidak dikehendaki. Kenyataanya bahwa anak – anak selama melewati masa bayi
adalah bukti bahwa ada seseorang yang merawatnya, itu berarti ada bibit minat sosial
didalam jiwanya.
Anak yang diperlakukan salah dan disiksa mengembangkan minat sosial yang kecil,
dan cenderung menciptakan gaya hidup manja. Mereka hanya mempunyai sedikit rasa
percaya diri dan cenderung membesar – besarkan kesulitan yang dihadapinya. Mereka
mengganggap masyarakat bersikap dingin karena dia biasa diperlakukan dengan dingin.
4. Kecenderungan pengamanan ( safeguarding )
Semua penderita neurotik menciptakan pengamanan terhadap dirinya.
Kecenderungan pengamanan mirip dengan konsep mekanisme pertahanan dari Freud.
Keduanya adalah simtom yang dibentuk sebagai proteksi terhadap self atau ego. Namun
ada beberapa perbedaan antara keduanya, pertama, mekanisme pertahanan melindungi ego
dari kecemasan instingtif, sedang kecenderungan pengamanan melindungi self dari tuntutan
luar. Kedua, mekanisme pertahanan merupakan gejala umum yang dilakukan semua orang,
sedang kecenderungan pengamanan merupakan alah satu simtom neurotik, walaupun
mungkin setiap orang (normal atau abnormal ) memakai kecenderungan itu untuk
mempertahankan harga diri. Ketiga, mekanisme pertahanan beroperasi pada tingkat tak
sadar, sedang kecenderungan pengamanan bekerja pada tingkat sadar dan tidak sadar.
5. Sesalan (Excuses)
Kecenderungan pengamanan yang paling umum adalah sesalan. Orang neurotik, juga
orang normal, biasa memakai sesalan; “ya, tetapi” dan “sesungguhnya kalau.”
1. Pada sesalan “ya, tetapi” orang pertama menyatakan apa yang sesungguhnya mereka
senang mengerjakannya – sesuatu yang terdengar bagus untuk orang lain – kemudian
diikuti dengan pernyataan sesalan. Seseorang wanita mungkin mengatakan “saya
sesungguhnya senang kuliah, tetapi anak saya membutuhkan terlalu banyak perhatian
saya.”
2. Sesalan “sesungguhnya kalau” dinyatakan dengan cara berbeda. “Sesungguhnya
kalau isteri saya lebih banyak medapat dukungan, saya mungkin bisa maju lebih
cepat dalam profesi saya.”
6. Agresi
Penderita neurotik memakai agresi untuk pengamanan kompleks superior yang
berlebihan, melindungi harga diri yang rentan. Ada tiga macam agresi :
1. Merendahkan (depreciation) adalah kecenderungan menilai rendah prestasi orang
lain dan menilai tinggi prestasi diri sendiri. Kecenderungan pengamanan ini ada pada
tingkah laku agresi seperti sadism, gosip, kecemburuan, dan tidak toleran.
2. Menuduh (accusation) adalah kecenderungan menyalahkan orang lain atas kegagalan
yang dilakukannya sendiri, dan kecenderungan untuk mencari pembalasan dendam.
Sehingga mengamankan kelemahan harga dirinya.
3. Menuduh diri sendiri (self – accusation) ditandai oleh menyiksa diri dan persaan
berdosa. Menyiksa diri terjadi pada penderita masokisme, depresi, dan bunuh diri
yang maknanya mengamankan agar kekuatan neurotik tidak menyakiti orang lain
yang dekat dengan penderita.
7. Menarik diri (withdrawal)
Kecenderungan untuk melarikan diri dari kesulitan, pengamanan melalui mengambil jarak.
Ada empat jenis menarik diri :
1. Mundur (moving backward), mirip dengan regresi dari Freud, dalam hal kembali ke
tahap perkembangan sebelumnya, yang kurang mencemaskan. Kalau regresi tidak
disadari dan melibatkan represi pengalaman yang menyakitkan, mundur sering
disadari, dan diarahkan untuk melindungi tujuan menjadi superior dari inflasi.
2. Diam di tempat (standing – still), mirip dengan fiksasi dari Freud, yang menghambat
perkembangan normal. Perbedaanya, diam di tempat sebagian disadari. Orang yang
diam di tempat tidak bergerak kemanapun, menolak semua tanggung jawab dengan
menarik diri dari semua ancaman kegagalan.
3. Ragu – ragu (hesitating), berhubungun erat dengan diam ditempat. Banyak orang
yang ragu dan bimbang ketika mengahadapi masalah yang sulit. Menngulur waktu,
kompulsi, menjadi cara efektif pengamanan dengan membuang waktu sehingga
masalah tidak perlu lagi dihadapi.
4. Membangun penghalang (constructing obstacle), brntuk menarik diri yang paling
ringan, mirip dengan sesalan “if-only.” Orang mengkhayal suatu pengahalang, dan
keberhasilan mengatasi sebagian dari hambatan itu sudah melindungi harga diri dan
prestise dirinya.

H. APLIKASI

1. Keadaan Keluarga
Dalam terapi Adler hampir selalu menanyai kliennya mengenai keadaan keluarga,
yakni; urutan kelahiran, jenis kelamin, dan usia saudara – saudara sekandung. Bahasan
mengenai keluarga dapat dijadikan pertimbangan bagi orang tua dalam mengasuh anak –
anaknya. Adler mengembangkan teori urutan lahir, didasarkan pada keyakinannya bahwa
keturunan, lingkungan dan kreativitas individual bergabung menentukan kepribadian.
Dalam sebuah keluarga, setiap anak lahir dengan unsur genetic yang berbeda, masuk
kedalam seting sosial yang berbeda. Karena itu penting untuk melihat urutan kelahiran
(anak pertama, kedua, dan seterusnya), dan perbedaan cara orang menginterpretasi
pengalamannya.
Anak sulung mendapat perhatian yang utuh dari orang tuanya, sampai perhatian itu
terbagi saat dia mendapat adik. Perhatian dari orang tua itu cenderung membuat anaka
memiliki perasaan mendalam untuk menjadi superior/kuat, kecemasannya tinggi, dan terlalu
dilindungi.
Anak kedua biasanya memulai hidup dalam situasi yang lebih baik untuk
mengembangkan kerjasama dan minat sosial. Sampai tahap tertentu, kepribadian anak
kedua dibentuk melalui pengamatannya terhadap sikap kakaknya kepada dirinya. Jika
kakaknya penuh kemarahan dan kebencian, anak kedua mungkin menjadi sangat kompetitif
atau menjadi penakut dan sangat kecil hati.
Anak bungsu, paling sering dimanja, sehingga beresiko tinggi menjadi anak
bermasalah. Mereka mudah terdorong memiliki perasaan inferior yang kuat, dan tidak
mampu berdiri sendiri. Namun demikian dia mempunyai banyak keuntungan. Mereka sering
termotivasi untuk melampaui kakak – kakaknya, menjadi anak yang ambisius.
Anak tunggal mempunyai posisi unik dalam berkompetisi, tidak dengan saudara –
saudaranya tetapi dengan ayah dan ibunya. Mereka sering mengembangkan perasaan
superior yang berlebihan, konsep dirinya rendah, dan perasaan bahwa dunia adalah tempat
yang berbahaya, khususnya kalau orang tuanya sangat memperhatikan kesehatannya.
2. Psikoterapi
Menurut Adler, psikopatologi merupakan akibat dari kurangnya keberanian, perasaan
inferior yang berlebihan, dan minat sosial yang kurang berkembang. Jadi tujuan utama
psikoterapinya adalah meningkatkan keberanian, mengurangi perasaan inferior, dan
mendorong berkembangnya minat sosial.
Adler yakin bahwa siapapun dapat mengerjakan apa saja. Keturunan memang sering membatasi
kemampuan seseorang, dalam hal ini sesungguhnya yang penting bukan kemampuan, tetapi
bagaimana orang memakai kemampuan itu. Melalui humor dan kehangatan Adler berusaha
meningkatkan keberanian, harga diri, dan sosial interes klien. Menurutnya, sikap hangat dan
melayani dari terapis mendorong klien untuk mengembangkan minat sosial di tiga masalah
kehidupan; cinta/seksual, persahabatan, dan pekerjaan.
3. Menggali Masa Lalu (Early Recollections)
Menurut Adler ingatan masa lalu seseorang selalu konsisten dengan gaya hidup
orang itu seharang, dan pandangan subyektif orang itu terhadap pengalaman masa lalunya
menjadi petunjuk untuk memahami tujuan final dan gaya hidupnya. Adler memberi contoh,
bagaiman seorang laki – laki yang sukses sangat mencurigai wanita. Orang ini melaporkan
ingatan masa kecilnya; “Saya pergi kepasar bersama ibu dan adik laki – laki saya. Tiba –
tiba turun hujan dan ibu menggendong saya, kemudian dia ingat saya yang lebih besar, dia
menurunkan saya dan menggendong adik saya” Adler mengamati ingatan ini berhubungan
langsung dengan kecurigaan laki – laki itu kepada wanita. Mula – mula dia menerima posisi
disenangi ibunya, namun dia kehilangan posisi itu direbut adiknya. Perhatikan, Adler tidak
menganggap pengalaman anak – anak menjadi sebab laki – laki itu sekarang menjadi mudah
curiga kepada perempuan, tetapi justru sebaliknya, gaya hidup mencurigai perempuan
sekarang itulah yang membentuk dan meawarnai ingatan masa lalu.
4. Mimpi
Adler menolak pandangan Freud bahwa mimpi adalah ekspresi keinginan masa kecil.
Menurut Adler mimpi bukan pemuas keinginan yang tidak diterima ego, tetapi mimpi adalah
bagian dari usaha si pemimpi untuk memecahkan masalah yang tidak disenanginya atau masalah
yang tidak dapat dikuasainya ketika sadar. Umumnya mimpi itu menipu dan sengaja tampil agar
tidak dapat dipahami.
Jadi, bagi Adler mimpi adalah usaha dari ketidaksadaran untuk menciptakan suasana hati
atau keadaan emosional sesudah bangun nanti, yang bisa memaksa si pemimpi melakukan
kegiatan yang semula tidak dikerjakan. Kalau Freud memandang mimpi itu sendiri memberi
kepuasan, Adler memandang mimpi sekedar alat untuk mencapai tujuan, suatu pertahanan
emosional yang membuat orang menghidupkan apa yang ada dalam pikirannya.
BAB III

PENUTUP
KESIMPULAN

Walaupun tulisan-tulisannya mengungkapkan pemahaman yang mendalam dan kompleks


mmengenai kepribadian manusia, teori Adler pada dasarnya sederhana dan ringkas. Bagi Adler
manusia itu terlahir dalam keadaan tubuh yang lemah, tak berdaya. Kondisi ketidakberdayaan ini
menimbulkan perasaan inferiorita dan ketergantungan kepada orang lain. Psikologi individual
memandang manusia sebagai makhluk yang saling tergantung secara sosial. Pokok-pokok teori
Adler meliputi perjuangan menjadi superiorita, pengamatan subjektif, kesatuan kepribadian,
minat sosial, dan gaya hidup.
DAFTAR PUSTAKA

Alwisol. (2014). Psikologi kepribadian (edisi revisi). Malang : UMM Press

Pervin, L. A., Cervone, D., & John, O. P. (2015). Psikologi Kepribadian: Teori dan
Penelitian. Jakarta: Kencana

Suryabrata, Sumadi. (2013). Psikologi Kepribadian. Jakarta : Rajawali Pers

Anda mungkin juga menyukai