Laporan 2 - Praktik Anorganik
Laporan 2 - Praktik Anorganik
Di susun oleh :
Riesta Ramadhani Hariyono (1177040064)
Kelompok 6 :
Nur Haintan (1177040054)
Regina Sofianthy Sofyan (1177040062)
Rizky Wahyu Kurnianto (1177040068)
Suci Fauziah Nazar (1177040076)
JURUSAN KIMIA
BANDUNG
2018
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 TUJUAN
a. Mengidentifikasi jenis reaksi asam basa dan metatesis, reaksi redoks, reaksi
pembentukan kompleks, dan reaksi katalis. Serta perbedaan karakteristik masing-
masing reaksi
b. Mengidentifikasi faktor-faktor yang memungkinkan reaksi berlangsung.
c. Mengidentifikasi jenis reaksi berdasarkan jenis kendalinya yaitu kendali kinetika dan
kendali termokimia
d. Menentukan pengaruh katalis terhadap laju reaksi.
Reaksi asam dan basa yang sama kekuatannya akan menghasiliaan larutan netral.
Asam dan basa yang bereaksi dapat keduanya kuat maupun keduanya lemah. Reaksi asam dan
basa dengan kekuatan yang berlainan akan menghasilkan larutan yang asam lemah atau basa
lemah tergantung pada kekuatan adsam konjugat dan basa konjugat yang dihasilkan. Jika
asam yang dihasilkan itu lebih kuat dari pada basa yang dihasilkan maka akan diperoleh asam
lemah. Sebaliknya jika basa yang dihasilkan lebih kuat dari asam yang dihasilkan akan
diperoleh larutan basa lemah (Pudjaatmaka 1980).
Reaksi redoks atau reaksi reduksi oksidasi merupakan reaksi kimia yang disertai
perubahan bilangan oksidasi. Setiap reaksi redoks terdiri atas reaksi reduksi dan reaksi
oksidasi. Reaksi oksidasi adalah reaksi kiia yang dintai kenaikan bilangan oksidasi, sedangkan
reaksi reduksi adalah penurunan bilangan oksidasi. Bilangan oksidasi adalah sebagai muatan
yang dimiliki suatu atom jika seandainya elektron diberikan kepada atom yang lain
keelektromagnetikannya lebih besar. Jika kedua atom diberika maka atom yang
keelektromagnetifannya lebih kecil, lebih positif sedangkan atom yang
keelektromagnetifannya lebih besar memeiliki bilanagan oksidasi negatif . (Svehla,1990).
Laju reaksi kimia dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor : konsentrasi pereaksi, (dan
kadang-kadang produk), suhu, dan katalis. Pengukuran laju biasanya dilakukan dibawah
kondisi percobaan yang tetap, dengan satu faktor tetap sedangkan faktor lain diseragamkan.
Cara mengukur laju reaksi. Salah satu segi penting daro pengkajian kinetika ialah merancang
teknik yang mudah untuk memantau jalannya reaksi menurut waktu. Analisis kimia dengan
cara volumentri atau gravimentri relatif lambat, sehingga cara seperti ini tidak digunakan
kecuali bila reaksi lambat, atau dapat dihentikan dengan pendinginan tiba-tiba, atau dengan
penambahan reaksi yang menghentikan reaksi.
Untuk suatu reaksi hipotesis
2B + 3B → C + 5D
Hukum lajunya dapat berupa
∆(C )
Laju = = k [A]n [B]m
∆t
Dengan k adalah tetapan laju , n adalah orde reaksi untuk A , dan m adalah orde reaksi
untuk B. Orde reaksi keseluruhan adalah m+n . Orde reaksi hanya dapat ditentukan lewat
percobaan, karena angka-angka ini tidak selalu sama dengan koefisien reaksi. (Chang, 2004)
Laju (kecepatan) menunjukkan suatu yang terjadi persatuan waktu, misalnya perdetik
permenit, apa yang terjadi dalam reaksi kimia adalah perubahan jumlah pereaksi dan hasil
reaksui, perubahan ini kebanyakan dinyatakan dalam perubahan konsentrasi molar. Jadi,
untuk laju reaski hipotetik.
A + 3B → 2C + 2D
Dapat diartikan sebagai laju berkurangnya molar A. Dengan demikian, didapat satuan laju
reaksi misalnya mol-1 L-1 detik-1 Laju reaksi tersebut dapat juga dijelaskan berdasarkan
menghilangnya B atau pembentukan C dan D, tetapi sekrang dijumpai masalah baru laju
tersebut tidak sama dengan laju menghilangnya A. Dari koefisien persamaan reaksi berarti
bahwa 3 mol B dikonsumsi untuk setiap mol A. Jadi B menghilang dengan kecepatan tiga kali
menghilangga A. (Petrucci, 1987)
Termokimia adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara energi panas dan energi
kimia sedangkan kinetika kimia adalah bidang ilmu kimia yang mempelajari kecepatan
berlangsungnya suatu reaksi kimia. Reaksi kimia adalah suatu proses alam yang selalu
menghasilkan antar bahan kimia yang biasanya dikarakterisasikan dengan perubahan kimia
dan akan menghasilkan satu atau lebih produk yang biasanya memiliki ciri-ciri yang berbeda
dari reaktan. Pada percobaan yang telah dilakukan, ada beberapa reaksi yang terjadi yaitu
reaksi asam dan metatesis, reaksi redoks, reaksi pembentukan kompleks dan substitusi
ligan,serta reaksi katalisis. (Nitiadmodjo, 1983)
Kinetika kimia merupakan pengkajian laju dan mekanis mereaksi kimia. Besi lebih
cepat berkarat dalam udara lembab dari pada dalam udara kering, makanan lebih cepat
membusuk bilatidak di dinginkan, kulit lebih cepat menjadi gelap dalam musim panas
daripada dalam musim dingin. Ini merupakan tiga contoh yang lazim dari perubahan kimia
yang kompleks dengan laju yang beraneka menurut kondisi reaksi. (Keenan, 1998)
BAB II
METODE PENELITIAN
16. Fe(NO3)3 1M 5 mL
1 mL larutan HCl 6 N
Hasil
Hasil
Hasil
Hasil
Reaksi Redoks
Paku besi.
Hasil
Hasil
Reaksi Katalisis
Siapkan kertas putih yang sudah diberi tanda silang menggunakan spidol.
Tempatkan gelas ukur tepat di atas gambar.
Siapkan gelas ukur 50 mL, ukurlah 50 mL larutan besi(III)nitrat 1 M.
Siapkan gelas ukur 50 mL, ukurlah 50 mL larutan natrium tiosulfat 1 M.
Siapkan stopwatch.
Tuangkan larutan besi(III)nitrat ke larutan natrium tiosulfat.
Lihat perubahan dari atas gelas ukur sampai tanda silang terlihat pertama kali.
Hentikan stopwatch dan catat waktunya.
Setelah stopwatch dihentikan tambahkan 1 tetes besi (III) nitrat.
Lakukan hal ini dengan mengganti besi(III)nitrat dengan nikel(II)sulfat,
tembaga(II)sulfat, dan besi(II)sulfat.
Hasil
B. Reaksi redoks
Pada prosedur kedua dilakukan 2 kali percobaan dengan menggunakan 2 tabung reaksi
yang berbeda, dengan langkah-langkah sebagai berikut : pada percobaan pertama dimasukkan
2 ml H 2 SO4 0,1 M kedalam tabung reaksi yang pertama, lalu dimasukkan 1 buah paku besi,
dan diamati perubahan yang terjadi. Pada percobaan kedua, yaitu dimasukkan 5 ml AgNO3
0.001 mol kedalam tabung reaksi yang kedua, selanjutnya ditambahkan 5 ml NaCl 0,001 mol.
kemudian disaring endapan yang terbentuk dan dibagi menjadi 2 endapan. Endapan 1
didiamkan di tempat yang gelap, dan endapan 2 didiamkan di tempat yang terkena cahaya
matahari secara langsung. Dan diamati perubahan yang terjadi.
Pada prosedur ketiga dilakukan 2 kali percobaan dengan menggunakan 2 tabung reaksi
yang berbeda, dengan langkah-langkah sebagai berikut : pada percobaan pertama dimasukkan
1 mL FeCl3 0,01 mol kedalam tabung reaksi pertama, dilarutkan hingga larut sempurna
dengan aquadest, ditambahkan NH 3 sebanyak 5 tetes, kemudian ditambahkan EDTA
sebanyak 5 tetes, dan diamati perubahan yang terjadi. Percobaan diulangi tetapi
mendahulukan penambahan EDTA terlebih dahulu sebelum NH 3 . Percobaan kedua,
dimasukkan CaCl2 0,01 mol sebanyak 1 ml kedalam tabung reaksi kedua, ditambahkan
dengan aquadest hingga larut, ditambahkan NH 3 sebanyak 5 tetes dan ditambahkan 5 tetes
EDTA, kemudian diamati perubahan yang terjadi.
D. Reaksi katalisis
Pada prosedur keempat dilakukan 4 kali percobaan dengan menggunakan 4 gelas ukur
100 ml yang berbeda dan disiapkan kertas yang telah digambar tanda silang dalam lingkaran
untuk diamati pada saat reaksi sedang terjadi, dengan langkah-langkah sebagai berikut : pada
percobaan pertama dimasukkan N 2 S 2 O 3 sebanyak 5 ml kedalam gelas ukur pertama,
kemudian ditambahkan FeNO3 sebanyak 5 ml, dan diamati perubahan yang terjadi dari atas
gelas ukur sampai tanda terlihat dan dihentikan stopwatch, kemudian dicatat hasil yang
didapatkan. Percobaan kedua yaitu dimasukkan NiSO 4 5 ml kedalam gelas ukur ditambahkan
N 2 S 2 O3 sebanyak 5 ml, kemudian diamati perubahan yang terjadi dari atas gelas ukur sampai
tanda terlihat dan dihentikan stopwatch, lalu dicatat hasil yang didapatkan. Percobaan yang
ketiga yaitu dimasukkan CuSO 4 sebanyak 5 ml kedalam gelas ukur, dan ditambahkan N 2 S 2 O 3
sebanyak 5 ml, kemudian diamati perubahan yang terjadi dari atas gelas ukur sampai tanda
terlihat dan dihentikan stopwatch, lalu dicatat hasil yang didapatkan. Dan yang keempat,
dimasukkan FeSO 4 sebanyak 5 ml kedalam gelas ukur,dan ditambahkan N 2 S 2 O3 sebanyak 5
ml, kemudian diamati perubahan yang terjadi dari atas gelas ukur sampai tanda terlihat dan
dihentikan stopwatch, lalu dicatat hasil yang didapatkan.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
SAMPEL PENGAMATAN
HCl dan NaOH larutan tidak berwana
Suhu ruangan 25oC
Campuran tidak berwarna
Suhu awal campuran 45oC
HCl + NaOH
Dipanaskan sampai campuran berkurang ½ bagian
dan menyisakan bercak putih di permukaan tabung
sedangkan larutan menjadi keruh
Suhu maksimal campuran 88oC
HCl dan Na2CO3 larutan tidak berwana
Suhu ruangan 25oC
Campuran tidak berwarna
Suhu awal campuran 25oC
Na2CO3 + HCl
Dipanaskan sampai campuran berkurang ½ bagian
dan menyisakan bercak putih di permukaan tabung
sedangkan larutan menjadi keruh
Suhu maksimal campuran 83oC
NH4OH dan CH3COOH larutan tidak berwana
Suhu ruangan 25oC
Campuran tidak berwarna
NH4OH + Suhu awal campuran 28oC
CH3COOH Dipanaskan sampai campuran berkurang ½ bagian
dan menyisakan bercak putih di permukaan tabung
sedangkan larutan menjadi keruh
Suhu maksimal campuran 72oC
Na2CO3 larutan tidak berwarna sedangkan CaCl
larutan berwana putih
Suhu ruangan 25oC
Campuran tidak berwarna dengan endapan putih
Na2CO3 + CaCl Suhu awal campuran 25oC
Dipanaskan sampai campuran berkurang ½ bagian
dan menyisakan bercak putih di permukaan tabung
sedangkan larutan menjadi keruh
Suhu maksimal campuran 91oC
B. Reaksi Redoks
SAMPEL PENGAMATAN
H2SO4 larutan tidak berwarna dan paku besi
padatan abu metalik
Saat awal pencampuran tidak didapatkan
H2SO4 + Paku
perubahan
Besi
Setelah 5 menit mulai muncul gelembung-
gelembung kecil di sekitar permukaan paku besi,
serta terdapat butiran abu di larutan H2SO4
AgNO3 dan NaCl larutan tidak berwarna
Campuran berwarna putih dan cepat membentuk
endapan putih
Filtrat hasil saring tidak berwarna dengan endapan
AgNO3 + NaCl
AgCl berwarna putih
Endapan I
Endapan II Endapan I disimpan di tempat gelap tidak
mengalami perubahan baik bentuk maupun warna
Endapan II disimpan di tempat dengan cahaya
terjadi perubahan warna menjadi abu-abu tanpa
ada perubahan bentuk
SAMPEL PENGAMATAN
FeCl3 larutan berwarna kuning sedangkan NH4OH
dan EDTA larutan tidak berwarna
Penambahan Aquades Larutan FeCl3 menjadi
kuning seulas.
FeCl3 + NH4OH + Penambahan NH4OH larutan menjadi tidak
EDTA berwarna tetapi keruh dengan endapan coklat
berbentuk butiran.
Penambahan EDTA larutan menjadi sedikit lebih
pudar dengan endapan masih sama.
FeCl3 larutan berwarna kuning sedangkan NH4OH
dan EDTA larutan tidak berwarna
Penambahan Aquades Larutan FeCl3 menjadi
FeCl3 + EDTA + kuning seulas.
NH4OH Penambahan EDTA larutan berwarna tetap tanpa
ada pembentukan endapan
Penambahan NH4OH larutan menjadi orange dan
tetap tidak terbentuk endapan
CaSO4 Larutan putih sedangkan NH4OH dan
EDTA larutan tidak berwarna
Penambahan Aquades Larutan CaSO4 tetap
berwarna putih
CaSO4 + NH4OH + Penambahan NH4OH terbentuk dua endapan
EDTA putih bagian dasar dan bagian atas permukaan
dengan larutan di keruh ditengah-tengah
Penambahan EDTA tetap sama tanpa ada
perubahan
Berbau menyengat
CaSO4 Larutan putih sedangkan NH4OH dan
EDTA larutan tidak berwarna
Penambahan Aquades Larutan CaSO4 tetap
berwarna putih
CaSO4 + EDTA + Penambahan EDTA terbentuk dua endapan putih
NH4OH bagian dasar dan bagian atas permukaan dengan
larutan di keruh ditengah-tengah
Penambahan NH4OH tetap sama tanpa ada
perubahan
Berbau menyengat
D. Reaksi katalis
SAMPEL PENGAMATAN
Fe(NO3)3 larutan berwarna orange dan Na2S2O3
larutan tidak berwarna.
Campuran hitam dan membutuhkan waktu 30.16
Fe(NO3)3 +
Na2S2O3 detik untuk melihat tanda X pada bagian dasar
+ gelas
1 Tetes Fe(NO3)3
Pada penambahan 1 tetes Fe(NO3)3 terbentuk
bercak hitam pada larutan yang langsung
menghilang
NiSO4 larutan berwarna hijau dan Na2S2O3 larutan
tidak berwarna.
NiSO4 + Na2S2O3
Campuran berwarna hijau dan sejak awal
pencampuran tanda X telah terlihat.
CuSO4 larutan berwarna biru dan Na2S2O3 larutan
CuSO4 + Na2S2O3
tidak berwarna.
Campuran berwarna hijau dan sejak awal
pencampuran tanda X telah terlihat.
FeSO4 larutan berwarna kuning dan Na2S2O3
larutan tidak berwarna.
FeSO4 + Na2S2O3
Campuran berwarna kunging seulas dan sejak
awal pencampuran tanda X telah terlihat.
3.2 PEMBAHASAN
Praktikum kali ini membahas tentang reaksi-reaksi yang sering terjadi pada senyawa
anorganik. Reaksi senyawa anorganik di antaranya yaitu reaksi asam basa, metatesis, redoks,
pembentukan kompleks, substitusi ligan, dan reaksi katalisis. ciri-ciri terjadinya reaksi
metatesis adalah:menghasilkan endapan, menghasilkan perubahan warna, mengahsilkan
gas/gelembung, mengalami perubahan suhu, dan dari baunya.
Menurut (Syukri S. 1999) “Penerapan hukum pertama termodinamika terhadap
peristiwa kimia disebut termokimia, yang membahas tentang kalor yang menyertai reaksi
kimia. Kalor penetralan, ialah kalor yang menyertai pembentukan 1 mol air dari reaksi
penetralan (asam dan basa)” karena itu saat reaksi HCl dengan NaOH dilakukan terbentuk
panas pada campuran dengan bukti adanya kenaikan suhu dari ruang 25 oC menjadi 45oC dan
setelah dilakukan pemanasan sampai menyisakan endapan dipermukaan tabung suhu tertinggi
campuran didapat sebesar 88 oC, Pemanasan menyebabkan kenaikan suhu sehingga terjadi
reaksi eksoterm yakni pembebasan energi atau kalor dan entalpi sistem akan berkurang.
Reaksi yang terjadi merupakan reaksi penetralan yang menghasilkan garam NaCl, NaCl
mudah sekali terionisasi dalam air menjadi Na + dan Cl- , Reaksi yang terjadi dan perubahan
entalpi yang menyertainya berdasarkan literatur, yaitu
HCl(aq) + NaOH(aq) → NaCl(aq) + H2O(l) ΔH = -252 kJ mol-1
Pada nilai entalpinya dapat dilihat bahwa untuk menguraikan 1 mol NaOH dan HCl menjadi
unsur-unsurnya dilepaskan kalor sebesar 252 kj/mol. Di dalam larutan, HCl dan NaOH akan
terurai menjadi ion-ionnya, sehingga reaksi ion yang terjadi adalah sebagai berikut:
H+ (aq) + Cl– (aq) + Na+ (aq) + OH– (aq) → Na+ (aq) + Cl– (aq) + H2O (aq)
Dari reaksi di atas dapat disederhanakan menjadi reaksi ion bersih sebagai berikut :
H+(aq) + OH–(aq) → H2O(aq)
Selanjutnya pada reaksi garam Na2CO3 dengan sifat basa yang mmerupakan hasil reaksi dari
asam lemah H2CO3 dengan basa kuat NaOH, bereaksi dengan asam kuat HCl maka akan
menghasilkan garam dengan asam lemah seperti persamaan reaksi
Na2CO3(aq) + 2HCl(aq) → 2NaCl(aq) + H2CO3(aq)
Karena reaksi ini bukanlah reaksi penetralan maka tidak ada kalor yang terbentuk sesuai
dengan hasil lab dimana dengan suhu ruang 25oC dan suhu campuran tetap 25oC. Tetapi
setelah melewati pemanasan didapat suhu maksimal campuran sebesar 83 oC maka terjadi
reaksi eksoterm.
Selanjutnya pada reaksi basa lemah NH3OH dengan asam lemah CH3COOH sama seperti
percobaan pertama reaksi ini merupakan reaksi penetralan karena menghasilkan garam dan
air seperti reaksi
CH3COOH(aq) + NH3OH(aq) → CH3COONH4(aq) + H2O(l)
Membentuk ion-ionnya
H+ + CH3COO- + NH3+ + OH- → CH3COONH4(aq) + H2O(l)
Sesuai dengan teori pada reaksi penetralan akan terbentuk kalor yang menyertai reaksi hal ini
terbukti dari peninggkatan suhu dari suhu ruang 25oC dan suhu campuran 28oC, kemudian
setelah dilakukan pemanasan didapat suhu maksimal campuran sebesar 72oC .
Terakhir pada reaksi garam Na2CO3 dengan gaeam CaCl2 yang saat direaksikan membentuk
garam kembali seperti reaksi
Na2CO3(aq) + CaCl2(aq) → 2NaCl(aq) + CaCO3(s)
Terbentuknya endpan CaCO3 menurut (Chang, 2004) “semua karbonat tidak dapat larut
kecuali berikatan dengan senyawa dari ion logam alkali dan ion amonium” karena ion
karbonat (CO32-) bereaksi dengan ion Ca2+ yang merupakan logam alkali tanah maka senyawa
ini tidak dapat larut dann membentuk endapan, dan juga dikarenakan reaksi ini bukan
merupakan reaksi penetralan maka tidak dihasilkan kalor seseuai dengan hasil lab dengan
suhu ruang 25oC dan suhu campuran tetap 25oC. Tetapi saat dilakukan pemanasan sunu naik
menjadi 91oC.
Reaksi Asam Basa Pada suhu tinggi berada di bawah kendali termodinamika (adanya
stabilitas realtif dari produk) dan produk utama berada dalam sistem lebih stabil.
Pada reaksi redoks yang pertama yaitu reaksi antara asam sulfat H 2SO4 dengan paku
besi maka secara kasat mata terbentuklah gelembung dan karat pada paku hal ini dikarenakan
asam sulfat itu sendiri merupakan larutan elektrolit, larutan elektrolit merupakan salah satu
faktor yang mempercepat korosi. Selain itu larutan H2SO4 mengandung air dan keadaan
tabung terbuka , sehingga oksigen diudara dapat masuk ke tabung dan menyebabkan adanya
oksigen yang terlarut pada larutan H2SO4 ditabung ini. Kemudian paku yang ditempatkan
pada tabung yang berisi oksigen dan air mengalami perkaratan, ini berarti menujukan bahwa
paku teroksidasi oleh larutan H2SO4 . hal ini disebabkan karena reaksi perkaratan
membutuhkan oksigen dan air. Larutan H2SO4 akan mengalami reaksi elektrolisis :
Pada Reaksi pembentukan kompleks dan substitusi ligan: reaksi pembentukan kompleks
adalah reaksi analisis kualitatif anorganik yang banyak digunakan reaksi-reaksi yang
melibatkan pembentukan ion kompleks. Suatu ion atau molekul terdiri dari satu atom pusat
dan sejumlah ligan yang terikat dengan atom pusat tersebut. Sedangkan reaksi substitusi ligan
adalah reaksi dimana satu atau lebih ligan dalam suatu komplek digantikan dengan ligan yang
lain (Suhendar.2013) Dalam hal ini praktikan mereaksikan antara larutan FeCl 3 dengan
NH4OH menghasilkan larutan berwarna kuning, ini membuktikan bahwa terbentuknya
senyawa kompleks berwarna, karena reaksi yang terjadi melibatkan alkohol, warna kuning
yang terbentuk karena alkohol tersebut mengandung fenol, yang kemudian ditambah dengan
Mg(EDTA) sehinga didapatlah produk larutan berwarna kuning dan endapan berwarna coklat
hal ini pun membuktikan adanya pembentukan ion kompleks, warna coklat ini menujukan
bahwa alkoholnya mengandung resorsinol sehingga menyebabkan warna coklat terbentuk.
Pergantian ligan ini dilakukan untuk mengetahui senyawa kuprisulfat lebih membentuk
kompleks dengan ligan yang mana. Sedangkan pada perlakuan selanjutnya yaitu CaCl 2
ditambah dengan NH4OH, hasil yang diperoleh yaitu berbau tajam, dan larutan tidak
berwarna, bau tajam dipengaruhi dari alkohonya itu sendiri, sedangkan larutan yang tidak
berwarna merupakan karakteristik dari masing-masing zat itu sendiri. karena ligan
mempunyai pasangan elektron bebas sehingga bersifat nukleofil, maka reaksi tersebut juga
dikenal sebagai reaksi substitusi nukleofilik. Pada reaksi substitusi ligan dapat dilihat dengan
reaksi antara :
Pada Reaksi katalisis: katalis itu sendiri merupakan suatu zat yang mempercepat laju
reaksi kimia pada suhu tertentu tanpa mengalami perubahan oleh reaksi itu sendiri. Suatu
katalis memungkinkan reaksi berlangsung lebih cepat pada suhu lebih rendah akibat
perubahan yang dipicunya terhadap pereaksi. Fungsi katalis adalah menurunkan energi
aktivasi. Reaksi akan lebih cepat bereaksi dengan adanya katalis hal ini disebabkan karena
zat-zat yang bereaksi akan lebih mudah melampaui energy aktivasi. Tetapi karena kesalah
praktikan dalam memahami modul maka data yang didapat tidak sesuai dengan yang
seharusya, dan hanya didapat waktu yang dibutuhkan dari reaksi Na 2S2O3 dengan FeNO3
sebanyak 30.16 detik, sedangkan pada garam NiSO4, CuSO4, dan FeSO4 tidak didapatkan
perubahan warna sehingga menutupi tanda X karena perlakuan yang tidak sesuai dengan
modul. Berikut reaksi yang terjadi sesuai dengan pengalaman di lab
2. Carilah data entalpi dan entropi semua reaktan produknya, lalu hitung perubahan energi
bebasnya. Lalu tentukan jenis kendali (termokimia atau kinetika) yang dominan pada tiap
reaksi yang telah dilakukan!
Jawab:
a. Reaksi antara HCl dan NaOH .
Nilai Entalpi = (-411,15 + (-285,83))-((-425,61) + (-167,16)
= -104,21 kj/mol.
Nilai Entropinya = (72,13 + 69,91)-(64,46 + 56,5)
= 21,08 kj.mol.
Nilai perubahan energi bebasnya = entalpi – Tentropi
= (-140,21 kj/mol) – (311K(21,08 x 103 kj/mol)
= -110,7559 kj/mol.
b. Reaksi antara ammonia dan asam asetat,
Nilai entalpi =(-486,01) + (-132,51)-(-485,76) + (80,29)
= -52,47 kj/mol.
Nilai Entropi = (86,6 +113,4)-(178,7 + 111,3)
= -90kj/mol.
Nilai perubahan energi bebasnya= entalpi -Tentropi
=-52kj/mol-(305K(90 x 103 kj/mol)
= -25,02 kj/mol.
3. Karena terjadi kesalahan pada praktikum maka tidak didapat data yang sesuai.
LAMPIRAN
REAKSI-REAKSI
Reaksi Redoks
Fe2+ → Fe3+ + 1e- x2
1e- + 2H+ + SO42- → SO3 + H2O x1
2Fe2+ + 2H+ + SO42- → 2Fe3+ + SO22- + H2O
2FeSO4 + 2H2SO4 → Fe2(SO4)3 + H2SO3 + H2O
PERHITUNGAN
PEMBUATAN LARUTAN
V1 = 5 mL
V1 = 0.83 mL → 16 tetes
3. Larutan CaCl2 0.01 mol sebanyak 250 mL
massa
n=
Mr
massa=n × Mr
g
Massa = 0.01 mol × 111 mol
massa 1000
M= ×
Mr V ( mL)
M × Mr ×V (mL)
Massa=
1000
g
0.1 M ×169.83 × 50 mL
mol
Massa=
1000
g
massa=0.02 mol ×162.5
mol
massa
n=
Mr
massa=n × Mr
g
massa=0.01 mol ×162.5
mol
massa 1000
M= ×
Mr V ( mL)
M × Mr ×V (mL)
Massa=
1000
g
1 M ×159.5 × 50 mL
mol
Massa=
1000
massa 1000
M= ×
Mr V ( mL)
M × Mr ×V (mL)
Massa=
1000
g
1 M ×372.24 ×100 mL
mol
Massa=
1000
massa 1000
M= ×
Mr V ( mL)
M × Mr ×V (mL)
Massa=
1000
g
1 M ×274.9 × 500 mL
mol
Massa=
1000
massa 1000
M= ×
Mr V ( mL)
M × Mr ×V (mL)
Massa=
1000
g
1 M ×222 × 50 mL
mol
Massa=
1000
% ×10 × ρ M 1 × V 1=M 2 ×V 2
M=
Mr
M 2 ×V 2
g V 1=
95 ×10 ×1.84 3 M1
cm
M= 1 M ×50 mL
g V 1=
98 17.8 M
mol
M1 = 17.8 M V1 = 2.8 mL
massa 1000
M= ×
Mr V ( mL)
M × Mr ×V (mL)
Massa=
1000
g
1 M ×155 × 50 mL
mol
Massa=
1000