Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK

“MENGENAL REAKSI-REAKSI DASAR PADA KIMIA ANORGANIK BERDASARKAN


JENIS KENDALINYA”

Dosen : Asiyah Nurrahmaianti, M.Si

Tanggal Praktikum : Senin, 17 September 2018


Tanggal Pengumpulan : Senin, 24 September 2018

Di susun oleh :
Riesta Ramadhani Hariyono (1177040064)

Kelompok 6 :
Nur Haintan (1177040054)
Regina Sofianthy Sofyan (1177040062)
Rizky Wahyu Kurnianto (1177040068)
Suci Fauziah Nazar (1177040076)

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI

BANDUNG

2018
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 TUJUAN
a. Mengidentifikasi jenis reaksi asam basa dan metatesis, reaksi redoks, reaksi
pembentukan kompleks, dan reaksi katalis. Serta perbedaan karakteristik masing-
masing reaksi
b. Mengidentifikasi faktor-faktor yang memungkinkan reaksi berlangsung.
c. Mengidentifikasi jenis reaksi berdasarkan jenis kendalinya yaitu kendali kinetika dan
kendali termokimia
d. Menentukan pengaruh katalis terhadap laju reaksi.

1.2 DASAR TEORI

Reaksi asam dan basa yang sama kekuatannya akan menghasiliaan larutan netral.
Asam dan basa yang bereaksi dapat keduanya kuat maupun keduanya lemah. Reaksi asam dan
basa dengan kekuatan yang berlainan akan menghasilkan larutan yang asam lemah atau basa
lemah tergantung pada kekuatan adsam konjugat dan basa konjugat yang dihasilkan. Jika
asam yang dihasilkan itu lebih kuat dari pada basa yang dihasilkan maka akan diperoleh asam
lemah. Sebaliknya jika basa yang dihasilkan lebih kuat dari asam yang dihasilkan akan
diperoleh larutan basa lemah (Pudjaatmaka 1980).
Reaksi redoks atau reaksi reduksi oksidasi merupakan reaksi kimia yang disertai
perubahan bilangan oksidasi. Setiap reaksi redoks terdiri atas reaksi reduksi dan reaksi
oksidasi. Reaksi oksidasi adalah reaksi kiia yang dintai kenaikan bilangan oksidasi, sedangkan
reaksi reduksi adalah penurunan bilangan oksidasi. Bilangan oksidasi adalah sebagai muatan
yang dimiliki suatu atom jika seandainya elektron diberikan kepada atom yang lain
keelektromagnetikannya lebih besar. Jika kedua atom diberika maka atom yang
keelektromagnetifannya lebih kecil, lebih positif sedangkan atom yang
keelektromagnetifannya lebih besar memeiliki bilanagan oksidasi negatif . (Svehla,1990).
Laju reaksi kimia dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor : konsentrasi pereaksi, (dan
kadang-kadang produk), suhu, dan katalis. Pengukuran laju biasanya dilakukan dibawah
kondisi percobaan yang tetap, dengan satu faktor tetap sedangkan faktor lain diseragamkan.
Cara mengukur laju reaksi. Salah satu segi penting daro pengkajian kinetika ialah merancang
teknik yang mudah untuk memantau jalannya reaksi menurut waktu. Analisis kimia dengan
cara volumentri atau gravimentri relatif lambat, sehingga cara seperti ini tidak digunakan
kecuali bila reaksi lambat, atau dapat dihentikan dengan pendinginan tiba-tiba, atau dengan
penambahan reaksi yang menghentikan reaksi.
Untuk suatu reaksi hipotesis
2B + 3B → C + 5D
Hukum lajunya dapat berupa
∆(C )
Laju = = k [A]n [B]m
∆t

Dengan k adalah tetapan laju , n adalah orde reaksi untuk A , dan m adalah orde reaksi
untuk B. Orde reaksi keseluruhan adalah m+n . Orde reaksi hanya dapat ditentukan lewat
percobaan, karena angka-angka ini tidak selalu sama dengan koefisien reaksi. (Chang, 2004)
Laju (kecepatan) menunjukkan suatu yang terjadi persatuan waktu, misalnya perdetik
permenit, apa yang terjadi dalam reaksi kimia adalah perubahan jumlah pereaksi dan hasil
reaksui, perubahan ini kebanyakan dinyatakan dalam perubahan konsentrasi molar. Jadi,
untuk laju reaski hipotetik.
A + 3B → 2C + 2D
Dapat diartikan sebagai laju berkurangnya molar A. Dengan demikian, didapat satuan laju
reaksi misalnya mol-1 L-1 detik-1 Laju reaksi tersebut dapat juga dijelaskan berdasarkan
menghilangnya B atau pembentukan C dan D, tetapi sekrang dijumpai masalah baru laju
tersebut tidak sama dengan laju menghilangnya A. Dari koefisien persamaan reaksi berarti
bahwa 3 mol B dikonsumsi untuk setiap mol A. Jadi B menghilang dengan kecepatan tiga kali
menghilangga A. (Petrucci, 1987)
Termokimia adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara energi panas dan energi
kimia sedangkan kinetika kimia adalah bidang ilmu kimia yang mempelajari kecepatan
berlangsungnya suatu reaksi kimia. Reaksi kimia adalah suatu proses alam yang selalu
menghasilkan antar bahan kimia yang biasanya dikarakterisasikan dengan perubahan kimia
dan akan menghasilkan satu atau lebih produk yang biasanya memiliki ciri-ciri yang berbeda
dari reaktan. Pada percobaan yang telah dilakukan, ada beberapa reaksi yang terjadi yaitu
reaksi asam dan metatesis, reaksi redoks, reaksi pembentukan kompleks dan substitusi
ligan,serta reaksi katalisis. (Nitiadmodjo, 1983)
Kinetika kimia merupakan pengkajian laju dan mekanis mereaksi kimia. Besi lebih
cepat berkarat dalam udara lembab dari pada dalam udara kering, makanan lebih cepat
membusuk bilatidak di dinginkan, kulit lebih cepat menjadi gelap dalam musim panas
daripada dalam musim dingin. Ini merupakan tiga contoh yang lazim dari perubahan kimia
yang kompleks dengan laju yang beraneka menurut kondisi reaksi. (Keenan, 1998)
BAB II
METODE PENELITIAN

2.1 ALAT DAN BAHAN

NO BAHAN KONSENTRASI JUMLAH


1. HCl 6M 2 mL
2. NaOH 6M 2 mL
3. NaCO3 0,01 mol 2 mL
4. HCl 0,005 mol 2 mL
5. NH3 0,1 mol 20 tetes
6. CH3COOH 0,1 mol 2 mL
7. EDTA 0,1 mol 20 tetes
8. Paku besi - 1 buah
9. CaSO4 1M 5 mL
10. H2SO4 1 M 2 mL
11. FeSO4 1M 5 mL
12. NiSO4 1M 5 mL
13. CuSO4 1M 5 mL
14. FeCl3 0,02 mol 1 mL
15. Na2S2O4 1M 5 mL

16. Fe(NO3)3 1M 5 mL

17. Aquades - secukupnya


18. AgNO3 0.001 mol 5 mL
19. NaCl 0.001 mol 5 mL

No Nama Alat Jumlah


1. Pipet Tetes 4
2. Batang Pengaduk 2
3. Hot Plate 1
4. Tabung Reaksi 4
5. Kertas Saring 1
6. Penjepit Buaya 1
7. Gelas Kimia 100 mL 2
8. Gelas Kimia 500 mL 1
9. Gelas Kimia 1 L 1
10. Labu Ukur 1
11. Plastik Mika 1
12. Kertas Putih 1
13. Spidol 1
14. Gelas Ukur 25 mL 1
15. Stopwatch 1
16. Termometer 1
17. Erlenmeyer 1
18. Corong Pendek 1
19. Spatula 1
2.2 DIAGRAM ALIR

Reaksi asam basa – metatesis

1 mL larutan HCl 6 N

Ditambah 1 mL larutan NaOH 6N


Uapkan sampai kering
Ukur suhu awal, suhu saat reaksi, dan suhu tertinggi saat dipanaskan.

Hasil

0.01 mol larutan Na2CO3

Ditambah 0.05 mol larutan HCl


Uapkan sampai kering
Ukur suhu awal, suhu saat reaksi, dan suhu tertinggi saat dipanaskan.

Hasil

0.01 mol amoniak

Ditambah 0.01 mol CaCl2. Aduk.


Uapkan sampai kering.
Ukur suhu awal, suhu saat reaksi, dan suhu tertinggi saat dipanaskan.

Hasil

0.01 mol Na2CO3

Ditambah 0.01 mol CaCl2. Aduk.


Uapkan sampai kering.
Ukur suhu awal, suhu saat reaksi, dan suhu tertinggi saat dipanaskan.

Hasil
Reaksi Redoks

Paku besi.

Masukkan paku besi ke 2 mL H2SO4.


Siapkan 0.001 mol AgNO3.
Tambahkan 0.01 mol NaCl
Saring filtratnya.
Ambil padatannya simpan di tempat gelap.
Padatan satunya disimpan dijemur selama 5 menit.
Tutupi dengan plastik mika sebagiannya.

Hasil

Reaksi pembentukan kompleks dan substitusi ligan

0.01 mol FeCl3

Dilarutkan dengan aquades. Amati.


Tambahkan larutan amoniak secara bertahap.
Amati setiap perubahan warna.
Tambahkan dengan EDTA secara bertahap, dan amati lagi perubahan warna.
Ulangi percobaan namun EDTA yang terlebih dahulu ditambahkan.
Disusul larutan amoniak.
Lakukan hal yang sama pada garam kalsium

Hasil
Reaksi Katalisis

Siapkan gelas ukur.

Siapkan kertas putih yang sudah diberi tanda silang menggunakan spidol.
Tempatkan gelas ukur tepat di atas gambar.
Siapkan gelas ukur 50 mL, ukurlah 50 mL larutan besi(III)nitrat 1 M.
Siapkan gelas ukur 50 mL, ukurlah 50 mL larutan natrium tiosulfat 1 M.
Siapkan stopwatch.
Tuangkan larutan besi(III)nitrat ke larutan natrium tiosulfat.
Lihat perubahan dari atas gelas ukur sampai tanda silang terlihat pertama kali.
Hentikan stopwatch dan catat waktunya.
Setelah stopwatch dihentikan tambahkan 1 tetes besi (III) nitrat.
Lakukan hal ini dengan mengganti besi(III)nitrat dengan nikel(II)sulfat,
tembaga(II)sulfat, dan besi(II)sulfat.

Hasil

2.3 PROSEDUR PERCOBAAN

A. Reaksi asam basa dan metatesis

Pada prosedur pertama dilakukan 4 kali percobaan dengan menggunakan 4 tabung


reaksi yang berbeda, dengan langkah-langkah sebagai berikut : pada percobaan pertama
dimasukkan 2 ml larutan HCl 6 N kedalam tabung reaksi pertama dan ditambahkan 2 ml
NaOH 6 N, lalu diuapkan, dan diukur suhu akhir yang didapat. Percobaan kedua, yaitu
dimasukkan Na 2 CO3 0,01 mol sebanyak 2 ml kedalam tabung reaksi yang kedua,
ditambahkan 2 ml HCl 0,05 mol, lalu diuapkan dan diukur suhu akhir yang didapat.
Percobaan yang ketiga, dimasukkan 2 ml NH3 0,1 mol kedalam tabung reaksi yang ketiga,
ditambahkan 2 ml CH 3COOH 0,1 mol, dan diukur suhu akhir yang didapat. Dan percobaan
yang ke empat dimasukkan 2 ml Na 2 CO3 0,01 mol kedalam tabung reaksi yang keempat,
ditambahkan 2 ml CaCl2 0,01 mol, kemudian diuapkan dan diukur suhu akhir yang didapat.

B. Reaksi redoks

Pada prosedur kedua dilakukan 2 kali percobaan dengan menggunakan 2 tabung reaksi
yang berbeda, dengan langkah-langkah sebagai berikut : pada percobaan pertama dimasukkan
2 ml H 2 SO4 0,1 M kedalam tabung reaksi yang pertama, lalu dimasukkan 1 buah paku besi,
dan diamati perubahan yang terjadi. Pada percobaan kedua, yaitu dimasukkan 5 ml AgNO3
0.001 mol kedalam tabung reaksi yang kedua, selanjutnya ditambahkan 5 ml NaCl 0,001 mol.
kemudian disaring endapan yang terbentuk dan dibagi menjadi 2 endapan. Endapan 1
didiamkan di tempat yang gelap, dan endapan 2 didiamkan di tempat yang terkena cahaya
matahari secara langsung. Dan diamati perubahan yang terjadi.

C. Reaksi pembentukkan kompleks dan substitusi ligan

Pada prosedur ketiga dilakukan 2 kali percobaan dengan menggunakan 2 tabung reaksi
yang berbeda, dengan langkah-langkah sebagai berikut : pada percobaan pertama dimasukkan
1 mL FeCl3 0,01 mol kedalam tabung reaksi pertama, dilarutkan hingga larut sempurna
dengan aquadest, ditambahkan NH 3 sebanyak 5 tetes, kemudian ditambahkan EDTA
sebanyak 5 tetes, dan diamati perubahan yang terjadi. Percobaan diulangi tetapi
mendahulukan penambahan EDTA terlebih dahulu sebelum NH 3 . Percobaan kedua,
dimasukkan CaCl2 0,01 mol sebanyak 1 ml kedalam tabung reaksi kedua, ditambahkan
dengan aquadest hingga larut, ditambahkan NH 3 sebanyak 5 tetes dan ditambahkan 5 tetes
EDTA, kemudian diamati perubahan yang terjadi.

D. Reaksi katalisis

Pada prosedur keempat dilakukan 4 kali percobaan dengan menggunakan 4 gelas ukur
100 ml yang berbeda dan disiapkan kertas yang telah digambar tanda silang dalam lingkaran
untuk diamati pada saat reaksi sedang terjadi, dengan langkah-langkah sebagai berikut : pada
percobaan pertama dimasukkan N 2 S 2 O 3 sebanyak 5 ml kedalam gelas ukur pertama,
kemudian ditambahkan FeNO3 sebanyak 5 ml, dan diamati perubahan yang terjadi dari atas
gelas ukur sampai tanda terlihat dan dihentikan stopwatch, kemudian dicatat hasil yang
didapatkan. Percobaan kedua yaitu dimasukkan NiSO 4 5 ml kedalam gelas ukur ditambahkan
N 2 S 2 O3 sebanyak 5 ml, kemudian diamati perubahan yang terjadi dari atas gelas ukur sampai
tanda terlihat dan dihentikan stopwatch, lalu dicatat hasil yang didapatkan. Percobaan yang
ketiga yaitu dimasukkan CuSO 4 sebanyak 5 ml kedalam gelas ukur, dan ditambahkan N 2 S 2 O 3
sebanyak 5 ml, kemudian diamati perubahan yang terjadi dari atas gelas ukur sampai tanda
terlihat dan dihentikan stopwatch, lalu dicatat hasil yang didapatkan. Dan yang keempat,
dimasukkan FeSO 4 sebanyak 5 ml kedalam gelas ukur,dan ditambahkan N 2 S 2 O3 sebanyak 5
ml, kemudian diamati perubahan yang terjadi dari atas gelas ukur sampai tanda terlihat dan
dihentikan stopwatch, lalu dicatat hasil yang didapatkan.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 HASIL PENGAMATAN


A. Reaksi Asam – Basa

SAMPEL PENGAMATAN
 HCl dan NaOH larutan tidak berwana
 Suhu ruangan 25oC
 Campuran tidak berwarna
 Suhu awal campuran 45oC
HCl + NaOH
 Dipanaskan sampai campuran berkurang ½ bagian
dan menyisakan bercak putih di permukaan tabung
sedangkan larutan menjadi keruh
 Suhu maksimal campuran 88oC
 HCl dan Na2CO3 larutan tidak berwana
 Suhu ruangan 25oC
 Campuran tidak berwarna
 Suhu awal campuran 25oC
Na2CO3 + HCl
 Dipanaskan sampai campuran berkurang ½ bagian
dan menyisakan bercak putih di permukaan tabung
sedangkan larutan menjadi keruh
 Suhu maksimal campuran 83oC
 NH4OH dan CH3COOH larutan tidak berwana
 Suhu ruangan 25oC
 Campuran tidak berwarna
NH4OH +  Suhu awal campuran 28oC
CH3COOH  Dipanaskan sampai campuran berkurang ½ bagian
dan menyisakan bercak putih di permukaan tabung
sedangkan larutan menjadi keruh
 Suhu maksimal campuran 72oC
 Na2CO3 larutan tidak berwarna sedangkan CaCl
larutan berwana putih
 Suhu ruangan 25oC
 Campuran tidak berwarna dengan endapan putih
Na2CO3 + CaCl  Suhu awal campuran 25oC
 Dipanaskan sampai campuran berkurang ½ bagian
dan menyisakan bercak putih di permukaan tabung
sedangkan larutan menjadi keruh
 Suhu maksimal campuran 91oC
B. Reaksi Redoks

SAMPEL PENGAMATAN
 H2SO4 larutan tidak berwarna dan paku besi
padatan abu metalik
 Saat awal pencampuran tidak didapatkan
H2SO4 + Paku
perubahan
Besi
 Setelah 5 menit mulai muncul gelembung-
gelembung kecil di sekitar permukaan paku besi,
serta terdapat butiran abu di larutan H2SO4
 AgNO3 dan NaCl larutan tidak berwarna
 Campuran berwarna putih dan cepat membentuk
endapan putih
 Filtrat hasil saring tidak berwarna dengan endapan
AgNO3 + NaCl
AgCl berwarna putih
Endapan I
Endapan II  Endapan I disimpan di tempat gelap tidak
mengalami perubahan baik bentuk maupun warna
 Endapan II disimpan di tempat dengan cahaya
terjadi perubahan warna menjadi abu-abu tanpa
ada perubahan bentuk

C. Reaksi Pembentukan senyawa kompleks

SAMPEL PENGAMATAN
 FeCl3 larutan berwarna kuning sedangkan NH4OH
dan EDTA larutan tidak berwarna
 Penambahan Aquades Larutan FeCl3 menjadi
kuning seulas.
FeCl3 + NH4OH +  Penambahan NH4OH larutan menjadi tidak
EDTA berwarna tetapi keruh dengan endapan coklat
berbentuk butiran.
 Penambahan EDTA larutan menjadi sedikit lebih
pudar dengan endapan masih sama.
 FeCl3 larutan berwarna kuning sedangkan NH4OH
dan EDTA larutan tidak berwarna
 Penambahan Aquades Larutan FeCl3 menjadi
FeCl3 + EDTA + kuning seulas.
NH4OH  Penambahan EDTA larutan berwarna tetap tanpa
ada pembentukan endapan
 Penambahan NH4OH larutan menjadi orange dan
tetap tidak terbentuk endapan
 CaSO4 Larutan putih sedangkan NH4OH dan
EDTA larutan tidak berwarna
 Penambahan Aquades Larutan CaSO4 tetap
berwarna putih
CaSO4 + NH4OH +  Penambahan NH4OH terbentuk dua endapan
EDTA putih bagian dasar dan bagian atas permukaan
dengan larutan di keruh ditengah-tengah
 Penambahan EDTA tetap sama tanpa ada
perubahan
 Berbau menyengat
 CaSO4 Larutan putih sedangkan NH4OH dan
EDTA larutan tidak berwarna
 Penambahan Aquades Larutan CaSO4 tetap
berwarna putih
CaSO4 + EDTA +  Penambahan EDTA terbentuk dua endapan putih
NH4OH bagian dasar dan bagian atas permukaan dengan
larutan di keruh ditengah-tengah
 Penambahan NH4OH tetap sama tanpa ada
perubahan
 Berbau menyengat

D. Reaksi katalis

SAMPEL PENGAMATAN
 Fe(NO3)3 larutan berwarna orange dan Na2S2O3
larutan tidak berwarna.
 Campuran hitam dan membutuhkan waktu 30.16
Fe(NO3)3 +
Na2S2O3 detik untuk melihat tanda X pada bagian dasar
+ gelas
1 Tetes Fe(NO3)3
 Pada penambahan 1 tetes Fe(NO3)3 terbentuk
bercak hitam pada larutan yang langsung
menghilang
 NiSO4 larutan berwarna hijau dan Na2S2O3 larutan
tidak berwarna.
NiSO4 + Na2S2O3
 Campuran berwarna hijau dan sejak awal
pencampuran tanda X telah terlihat.
 CuSO4 larutan berwarna biru dan Na2S2O3 larutan
CuSO4 + Na2S2O3
tidak berwarna.
 Campuran berwarna hijau dan sejak awal
pencampuran tanda X telah terlihat.
 FeSO4 larutan berwarna kuning dan Na2S2O3
larutan tidak berwarna.
FeSO4 + Na2S2O3
 Campuran berwarna kunging seulas dan sejak
awal pencampuran tanda X telah terlihat.

3.2 PEMBAHASAN

Praktikum kali ini membahas tentang reaksi-reaksi yang sering terjadi pada senyawa
anorganik. Reaksi senyawa anorganik di antaranya yaitu reaksi asam basa, metatesis, redoks,
pembentukan kompleks, substitusi ligan, dan reaksi katalisis. ciri-ciri terjadinya reaksi
metatesis adalah:menghasilkan endapan, menghasilkan perubahan warna, mengahsilkan
gas/gelembung, mengalami perubahan suhu, dan dari baunya.
Menurut (Syukri S. 1999) “Penerapan hukum pertama termodinamika terhadap
peristiwa kimia disebut termokimia, yang membahas tentang kalor yang menyertai reaksi
kimia. Kalor penetralan, ialah kalor yang menyertai pembentukan 1 mol air dari reaksi
penetralan (asam dan basa)” karena itu saat reaksi HCl dengan NaOH dilakukan terbentuk
panas pada campuran dengan bukti adanya kenaikan suhu dari ruang 25 oC menjadi 45oC dan
setelah dilakukan pemanasan sampai menyisakan endapan dipermukaan tabung suhu tertinggi
campuran didapat sebesar 88 oC, Pemanasan menyebabkan kenaikan suhu sehingga terjadi
reaksi eksoterm yakni pembebasan energi atau kalor dan entalpi sistem akan berkurang.
Reaksi yang terjadi merupakan reaksi penetralan yang menghasilkan garam NaCl, NaCl
mudah sekali terionisasi dalam air menjadi Na + dan Cl- , Reaksi yang terjadi dan perubahan
entalpi yang menyertainya berdasarkan literatur, yaitu
HCl(aq) + NaOH(aq) → NaCl(aq) + H2O(l) ΔH = -252 kJ mol-1
Pada nilai entalpinya dapat dilihat bahwa untuk menguraikan 1 mol NaOH dan HCl menjadi
unsur-unsurnya dilepaskan kalor sebesar 252 kj/mol. Di dalam larutan, HCl dan NaOH akan
terurai menjadi ion-ionnya, sehingga reaksi ion yang terjadi adalah sebagai berikut:
H+ (aq) + Cl– (aq) + Na+ (aq) + OH– (aq) → Na+ (aq) + Cl– (aq) + H2O (aq)
Dari reaksi di atas dapat disederhanakan menjadi reaksi ion bersih sebagai berikut :
H+(aq) + OH–(aq) → H2O(aq)
Selanjutnya pada reaksi garam Na2CO3 dengan sifat basa yang mmerupakan hasil reaksi dari
asam lemah H2CO3 dengan basa kuat NaOH, bereaksi dengan asam kuat HCl maka akan
menghasilkan garam dengan asam lemah seperti persamaan reaksi
Na2CO3(aq) + 2HCl(aq) → 2NaCl(aq) + H2CO3(aq)
Karena reaksi ini bukanlah reaksi penetralan maka tidak ada kalor yang terbentuk sesuai
dengan hasil lab dimana dengan suhu ruang 25oC dan suhu campuran tetap 25oC. Tetapi
setelah melewati pemanasan didapat suhu maksimal campuran sebesar 83 oC maka terjadi
reaksi eksoterm.
Selanjutnya pada reaksi basa lemah NH3OH dengan asam lemah CH3COOH sama seperti
percobaan pertama reaksi ini merupakan reaksi penetralan karena menghasilkan garam dan
air seperti reaksi
CH3COOH(aq) + NH3OH(aq) → CH3COONH4(aq) + H2O(l)
Membentuk ion-ionnya
H+ + CH3COO- + NH3+ + OH- → CH3COONH4(aq) + H2O(l)
Sesuai dengan teori pada reaksi penetralan akan terbentuk kalor yang menyertai reaksi hal ini
terbukti dari peninggkatan suhu dari suhu ruang 25oC dan suhu campuran 28oC, kemudian
setelah dilakukan pemanasan didapat suhu maksimal campuran sebesar 72oC .
Terakhir pada reaksi garam Na2CO3 dengan gaeam CaCl2 yang saat direaksikan membentuk
garam kembali seperti reaksi
Na2CO3(aq) + CaCl2(aq) → 2NaCl(aq) + CaCO3(s)
Terbentuknya endpan CaCO3 menurut (Chang, 2004) “semua karbonat tidak dapat larut
kecuali berikatan dengan senyawa dari ion logam alkali dan ion amonium” karena ion
karbonat (CO32-) bereaksi dengan ion Ca2+ yang merupakan logam alkali tanah maka senyawa
ini tidak dapat larut dann membentuk endapan, dan juga dikarenakan reaksi ini bukan
merupakan reaksi penetralan maka tidak dihasilkan kalor seseuai dengan hasil lab dengan
suhu ruang 25oC dan suhu campuran tetap 25oC. Tetapi saat dilakukan pemanasan sunu naik
menjadi 91oC.
Reaksi Asam Basa Pada suhu tinggi berada di bawah kendali termodinamika (adanya
stabilitas realtif dari produk) dan produk utama berada dalam sistem lebih stabil.

Pada reaksi redoks yang pertama yaitu reaksi antara asam sulfat H 2SO4 dengan paku
besi maka secara kasat mata terbentuklah gelembung dan karat pada paku hal ini dikarenakan
asam sulfat itu sendiri merupakan larutan elektrolit, larutan elektrolit merupakan salah satu
faktor yang mempercepat korosi. Selain itu larutan H2SO4 mengandung air dan keadaan
tabung terbuka , sehingga oksigen diudara dapat masuk ke tabung dan menyebabkan adanya
oksigen yang terlarut pada larutan H2SO4 ditabung ini. Kemudian paku yang ditempatkan
pada tabung yang berisi oksigen dan air mengalami perkaratan, ini berarti menujukan bahwa
paku teroksidasi oleh larutan H2SO4 . hal ini disebabkan karena reaksi perkaratan
membutuhkan oksigen dan air. Larutan H2SO4 akan mengalami reaksi elektrolisis :

Katode: 2H+(aq) + 2e→H2(g)


Anode: 2H2O(l) → 4H+(aq) + O2 + 4e
Reaksi sel: 2H2O(l)→: 2H2(g) + O2
Dan reaksi yang terjadi yaitu: Fe(s) + H2SO4→FeSO4(aq) + H2(g)

Menurut Pengertian Oksidasi dan Reduksi Berdasarkan Perubahan Bilangan Oksidasi


(Biloks) Reduksi adalah reaksi penurunan biloks, Oksidasi adalah reaksi penaikan biloks.
Maka kenaikan Biloks Fe dari 0 menjadi +2 menunjukan Fe mengalami oksidasi, dan
gelembung yang terbentuk merupakan gas hidrogen.
Selanjutnya pada reaksi AgNO3 dengan NaCl yang menghasilkan garam AgCl dan NaNO3
sesuai reaksi
AgNO3(aq) + NaCl(aq) →AgCl(s) + NaNO3(aq)
Dimana garam AgCl merupakan endpan karena sesuai dengan (chang,2004) “ Senyawa yang
mengandung klorida, bromida, atau iodida dapat larut kecuali berikatan dengan ion Ag+,
Hg22+ dan Pb2+.” Nah endapan AgCl ini jika terkena paparan sinar matahari yng mengandung
sinar UV akan menghitam karena terjadinya reaksi redoks oleh sinar matahari (UV).
AgCl jika disinari matahari terurai menjadi Ag dan gas klor
2AgCl(s) + uv → Ag(s) + Cl2(g)
Penurunan biloks Ag dari +1 menjadi 0 menandakan Ag mengalami reduksi.

Pada Reaksi pembentukan kompleks dan substitusi ligan: reaksi pembentukan kompleks
adalah reaksi analisis kualitatif anorganik yang banyak digunakan reaksi-reaksi yang
melibatkan pembentukan ion kompleks. Suatu ion atau molekul terdiri dari satu atom pusat
dan sejumlah ligan yang terikat dengan atom pusat tersebut. Sedangkan reaksi substitusi ligan
adalah reaksi dimana satu atau lebih ligan dalam suatu komplek digantikan dengan ligan yang
lain (Suhendar.2013) Dalam hal ini praktikan mereaksikan antara larutan FeCl 3 dengan
NH4OH menghasilkan larutan berwarna kuning, ini membuktikan bahwa terbentuknya
senyawa kompleks berwarna, karena reaksi yang terjadi melibatkan alkohol, warna kuning
yang terbentuk karena alkohol tersebut mengandung fenol, yang kemudian ditambah dengan
Mg(EDTA) sehinga didapatlah produk larutan berwarna kuning dan endapan berwarna coklat
hal ini pun membuktikan adanya pembentukan ion kompleks, warna coklat ini menujukan
bahwa alkoholnya mengandung resorsinol sehingga menyebabkan warna coklat terbentuk.
Pergantian ligan ini dilakukan untuk mengetahui senyawa kuprisulfat lebih membentuk
kompleks dengan ligan yang mana. Sedangkan pada perlakuan selanjutnya yaitu CaCl 2
ditambah dengan NH4OH, hasil yang diperoleh yaitu berbau tajam, dan larutan tidak
berwarna, bau tajam dipengaruhi dari alkohonya itu sendiri, sedangkan larutan yang tidak
berwarna merupakan karakteristik dari masing-masing zat itu sendiri. karena ligan
mempunyai pasangan elektron bebas sehingga bersifat nukleofil, maka reaksi tersebut juga
dikenal sebagai reaksi substitusi nukleofilik. Pada reaksi substitusi ligan dapat dilihat dengan
reaksi antara :

FeCl3(aq) + Mg(EDTA)(aq) →Fe(EDTA) (aq) + MgCl3(aq)


FeCl3(aq) + NH4OH(aq) →[Fe(NH3)6]Cl(aq)
CaCl2(l) + Mg(EDTA)(aq)→Ca(EDTA) (aq) + MgCl(aq)
CaCl2(l) + NH4OH(aq) →Ca(NH4)Cl(aq)

Pada Reaksi katalisis: katalis itu sendiri merupakan suatu zat yang mempercepat laju
reaksi kimia pada suhu tertentu tanpa mengalami perubahan oleh reaksi itu sendiri. Suatu
katalis memungkinkan reaksi berlangsung lebih cepat pada suhu lebih rendah akibat
perubahan yang dipicunya terhadap pereaksi. Fungsi katalis adalah menurunkan energi
aktivasi. Reaksi akan lebih cepat bereaksi dengan adanya katalis hal ini disebabkan karena
zat-zat yang bereaksi akan lebih mudah melampaui energy aktivasi. Tetapi karena kesalah
praktikan dalam memahami modul maka data yang didapat tidak sesuai dengan yang
seharusya, dan hanya didapat waktu yang dibutuhkan dari reaksi Na 2S2O3 dengan FeNO3
sebanyak 30.16 detik, sedangkan pada garam NiSO4, CuSO4, dan FeSO4 tidak didapatkan
perubahan warna sehingga menutupi tanda X karena perlakuan yang tidak sesuai dengan
modul. Berikut reaksi yang terjadi sesuai dengan pengalaman di lab

3Na2S2O3(aq) + 2Fe(NO3)3(aq) → 6Na(NO3)(aq) + Fe2(S2O3)3(aq)

FeSO4(aq) + Na2S2O3(aq) → Na2SO4(aq) + FeS2O3(aq)

CuSO4(aq) + Na2S2O3(aq) → CuS2O3(aq) + Na2SO4 (aq)

NiSO4(aq) + Na2S2O3(aq) → NiS2O3(aq) + Na2SO4 (aq)


BAB IV
KESIMPULAN

Dari hasil prakatikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:

 Reaksi-reaksi yang dapat teridentifikasi yang melibatkan bahan anorganik diantaranya


reaksi asam basa, metatesis, reaksi redoks, reaksi pembentukan kompleks, dan reaksi
ligan, serta reaksi katalisis.
 Reaksi asam basa berada dibawah kendali termokimia sedangkan reaksi redoks,
pembentukan komplek dan katalis berada di bawah kendali kinetika
 Perbedaan pada masing-masing reaksi berdasarkan karakteristiknya dapat terlihat
pada:
1. Reaksi asam basa: adanya reaksi asam basa yang menghasilkan garam dan air
sedangkan reaksi metatesis ditandai dengan tidak terbentuknya air setelah
setelah direaksikan
2. Reaksi redoks: ditandai dengan teroksidasinya paku oleh larutan H2SO4
sehingga paku mengalami korosi (berkarat).
3. Reaksi substitusi ligan: ditandai dengan adanya pertukaran ligan
4. Reaksi katalisis: ditandai dengan turunnya energy aktivasi yang menyebabkan
tanda X jelas terlihat karena adanya katalis yang mempercepat laju reaksi.
 Factor-faktor yang mempengaruhi reaksi berlangsung yaitu luas permukaan, suhu,
katalis, molaritas, konsentrasi, dan kelarutan dari suatu zat tersebut. Pengaruh waktu
terhadap perubahan konsentrasi pereaksi semakin bertambahnya waktu, maka
konsentrasi semakin kecil. Pengaruh suhu konsentrasi, dan katalis terhadap laju
reaksi, semakin besar suhu dalam reaksi, maka laju reaksi akan semakin cepat.
Demikian halnya dengan konsentrasi, semakin besar konsentrasi maka laju reaksi
akan semakin cepat dan semakin banyak katalis yang dimasukkan kedalam suatu
reaksi, maka konstanta akan semakin besar, sehingga laju reaksi semakin cepat.
DAFTAR PUSTAKA

Chang, Raymond. 2004. Kimia Dasar. Jakarta; erlangga


Keenan, C. 1998. Ilmu Kimia Untuk Universitas Edisi 6. The University Tennesa Knoville.
Erlangga, Jakarta.
Nitiadmodjo, Maksum. 1983. Kimia Anorganik, Buku I. FPMIPA IKIP Malang.
Petrucci, Ralph H. 1987. Kimia Dasar. Jakarta : Erlangga
Pudjaatmaka, Aloisius Hadyana. 1980. Ilmu Kimia Untuk Universitas. Jakarta: Erlangga
Svehla, G. 1990. Analisis Kualitatif Makro dan Semi Mikro. Jakarta: Kalman Media
Pustaka.
Syukri S. 1999. Kimia Dasar I, Bandung : ITB Press
TUGAS
1. Bagaimana persamaan reaksi dari setiap perlakuan percobaan diatas?
Jawab:
A. Reaksi asam basa dan metatesis
NaOH(aq) + HCl(aq) →NaCl(s) + HCl(l)
Na2CO3(aq) + HCl(aq)→2NaCl(s) + H2O(aq) + CO2(g)
NH4OH(aq) + CH3COOH(aq) → CH3COONH4(aq) + H2O(l)
Na2CO3(aq) + CaCl2(aq) → 2NaCl(s) +CaCO3(aq)
B. Reaksi redoks
Fe(s) + H2SO4→FeSO4(aq) + CO2(g) + H2O
AgNO3 + NaCl →AgCl + NaNO3
C. Reaksi pembentukan kompleks dan substitusi ligan
FeCl3(aq) + Mg(EDTA)(aq) →Fe(EDTA) (aq) + MgCl3(aq)
FeCl3(aq) + NH4OH(aq) →(NH3)6]Cl(aq)
CaCl2(l) + Mg(EDTA)(aq)→Ca(EDTA) (aq) + MgCl(aq)
CaCl2(l) + NH4OH(aq) →Ca(NH4)Cl(aq)
D. Reaksi katalisis
FeCl3(aq) + Na2S2O3(aq) → FeCl2(aq) + Na2SO4O6 + NaCl
Na2S2O3(aq) + CuSO4(aq)→Cu2SO3(aq) + Na2SO4
Na2S2O3(aq) + FeSO4(aq)→ Fe2SO3(aq) + Na2SO4

2. Carilah data entalpi dan entropi semua reaktan produknya, lalu hitung perubahan energi
bebasnya. Lalu tentukan jenis kendali (termokimia atau kinetika) yang dominan pada tiap
reaksi yang telah dilakukan!
Jawab:
a. Reaksi antara HCl dan NaOH .
Nilai Entalpi = (-411,15 + (-285,83))-((-425,61) + (-167,16)
= -104,21 kj/mol.
Nilai Entropinya = (72,13 + 69,91)-(64,46 + 56,5)
= 21,08 kj.mol.
Nilai perubahan energi bebasnya = entalpi – Tentropi
= (-140,21 kj/mol) – (311K(21,08 x 103 kj/mol)
= -110,7559 kj/mol.
b. Reaksi antara ammonia dan asam asetat,
Nilai entalpi =(-486,01) + (-132,51)-(-485,76) + (80,29)
= -52,47 kj/mol.
Nilai Entropi = (86,6 +113,4)-(178,7 + 111,3)
= -90kj/mol.
Nilai perubahan energi bebasnya= entalpi -Tentropi
=-52kj/mol-(305K(90 x 103 kj/mol)
= -25,02 kj/mol.

c. Reaksi antara natrium karbonat dan kalsium klorida,


Nilai entalpi = (2(-411,15) + (-1207,1))-((-1157,38) + (-709,99)
= -162,03 kj/mol.
Nilai entropinya = (72,13 + 887) – (61,1 + 3,4)
= 96,33 kj/mol.
Nilai perubahan energi bebasnya = entalpi -Tentropi
= (-162,03 kj/mol - (351K(96,33 x 103 kj/mol)
= -195.8418 kj/mol.

i. Pada reaksi redoks terjadi peningkatan bilangan oksidasi sehingga jenis


kendalinya yaitu kendali termokimia.
ii. Pada pembentukan kompleks dan substitusi ligan terjadi pergantian ligan dan jenis
kendalinya yaitu kinetika.
iii. Pada reaksi katalisis, reaksi yang terjadi sangat cepat karena bantuan katalis.
Sehingga jenis kendalinya adalah termodinamika.

3. Karena terjadi kesalahan pada praktikum maka tidak didapat data yang sesuai.
LAMPIRAN

REAKSI-REAKSI

 Reaksi asam basa


HCl(aq) + NaOH(aq) → NaCl(s) + H2O(l)
Na2CO3(aq) + 2HCl(aq) → 2NaCl(aq) + H2CO3(aq)
NH4OH(aq) + CH3COOH(aq) → CH3COONH4(aq) + H2O(l)
Na2CO3(aq) + CaCl2 → 2NaCl(s) + CaCO3(aq)

 Reaksi Redoks
Fe2+ → Fe3+ + 1e- x2
1e- + 2H+ + SO42- → SO3 + H2O x1
2Fe2+ + 2H+ + SO42- → 2Fe3+ + SO22- + H2O
2FeSO4 + 2H2SO4 → Fe2(SO4)3 + H2SO3 + H2O

AgNO3(aq) + 2NaCl(aq) → AgCl2(S) ↓putih + NaNO3(aq)

 Reaksi Pembentukan Kompleks

FeCl3(aq) + 3NH4OH(aq) → Fe(OH)3 + 3NH4Cl(aq)


FeO(OH)3(s) + Mg.EDTA(aq) →

FeCl3(aq) + Mg.EDTA(aq) → [Fe(EDTA)](aq) + MgCl3(aq)


[Fe(EDTA)](aq) + NH4OH(aq) → Fe(OH)3(aq) + NH4+ + EDTA2-

CaCl2(aq) + 2NH4OH(aq) →Ca(OH)2(aq) + 2NH4Cl(aq)


Ca(OH)2(aq) + [Mg(EDTA)](aq) →

CaCl2(aq) + Mg.EDTA(aq) → MgCl2(aq) + Ca.EDTA(aq)


[Ca(EDTA)](aq) + NH4OH(aq) → Ca(OH)2 + NH4+(g) + EDTA2-(aq)
 Reaksi Katalisis

3Na2S2O3(aq) + 2Fe(NO3)3(aq) → 6Na(NO3)(aq) + Fe2(S2O3)3(aq)

FeSO4(aq) + Na2S2O3(aq) → Na2SO4(aq) + FeS2O3(aq)

CuSO4(aq) + Na2S2O3(aq) → CuS2O3(aq) + Na2SO4 (aq)

NiSO4(aq) + Na2S2O3(aq) → NiS2O3(aq) + Na2SO4 (aq)

PERHITUNGAN

PEMBUATAN LARUTAN

1. Larutan Na2CO3 0.01 mol sebanyak 50 mL dari Na2CO3 2M


n M 1 × V 1=M 2 ×V 2
M=
V
M 2 ×V 2
0.1 mol V 1=
M= M1
0.05 Liter
0.2 M ×50 mL
M2 = 0.2 M V 1=
2M

V1 = 5 mL

2. Larutan HCl 0.005 mol sebanyak 50 mL dari HCl 6M


n M 1 × V 1=M 2 ×V 2
M=
V
M 2 ×V 2
0.05 mol V 1=
M= M1
0.05 Liter
0.1 M ×50 mL
M2 = 0.1 M V 1=
6M

V1 = 0.83 mL → 16 tetes
3. Larutan CaCl2 0.01 mol sebanyak 250 mL

massa
n=
Mr
massa=n × Mr
g
Massa = 0.01 mol × 111 mol

Massa = 1.11 gram


4. Larutan AgNO3 0.1 M sebanyak 50 mL

massa 1000
M= ×
Mr V ( mL)
M × Mr ×V (mL)
Massa=
1000
g
0.1 M ×169.83 × 50 mL
mol
Massa=
1000

Massa = 0.84915 gram


5. Larutan NaCl 0.01 M sebanyak 50 mL
massa 1000
M= ×
Mr V ( mL)
M × Mr ×V (mL)
Massa=
1000
g
0.1 M ×58.5 × 50 mL
mol
Massa=
1000

Massa = 0.2925 gram

6. Larutan FeCl3 0.02 mol sebanyak 250 mL


massa
n=
Mr
massa=n × Mr

g
massa=0.02 mol ×162.5
mol

Massa = 3.25 gram


7. Larutan FeCl3 0.01 mol sebanyak 50 mL

massa
n=
Mr
massa=n × Mr

g
massa=0.01 mol ×162.5
mol

Massa = 1.625 gram


8. Larutan CuSO4 1M sebanyak 50 mL

massa 1000
M= ×
Mr V ( mL)
M × Mr ×V (mL)
Massa=
1000
g
1 M ×159.5 × 50 mL
mol
Massa=
1000

Massa = 7.975 gram


9. Larutan EDTA 1M sebanyak 100 mL

massa 1000
M= ×
Mr V ( mL)
M × Mr ×V (mL)
Massa=
1000
g
1 M ×372.24 ×100 mL
mol
Massa=
1000

Massa = 3.7224 gram


10. Larutan Na2S2O4.5H2O 1M sebanyak 500 mL

massa 1000
M= ×
Mr V ( mL)
M × Mr ×V (mL)
Massa=
1000
g
1 M ×274.9 × 500 mL
mol
Massa=
1000

Massa = 137.45 gram


11. Larutan Fe(NO3)3 1M sebanyak 50 mL

massa 1000
M= ×
Mr V ( mL)
M × Mr ×V (mL)
Massa=
1000
g
1 M ×222 × 50 mL
mol
Massa=
1000

Massa = 11.1658 gram


12. Larutan H2SO4 1M sebanyak 50 mL

% ×10 × ρ M 1 × V 1=M 2 ×V 2
M=
Mr
M 2 ×V 2
g V 1=
95 ×10 ×1.84 3 M1
cm
M= 1 M ×50 mL
g V 1=
98 17.8 M
mol

M1 = 17.8 M V1 = 2.8 mL

13. Larutan NiSO4 1M sebanyak 50mL

massa 1000
M= ×
Mr V ( mL)
M × Mr ×V (mL)
Massa=
1000
g
1 M ×155 × 50 mL
mol
Massa=
1000

Massa = 7.75 gram


DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai