Anda di halaman 1dari 21

Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 3 Edisi 1 (Mei 2010)

EKOSISTEM PADANG LAMUN


(Manfaat, Fungsi dan Rehabilitasi)

Umar Tangke
Staf Pengajar Faperta UMMU-Ternate, e-mail: khakafart@yahoo.com

ABSTRAK

Ekosistem pesisir umumnya terdiri atas 3 komponen penyusun yaitu


lamun, terumbu karang serta mangrove. Bersama-sama ketiga ekosistem
tersebut membuat wilayah pesisir menjadi daerah yang relatif sangat
subur dan produktif. Komunitas Lamun sangat berperan penting pada
fungsi-fungsi biologis dan fisik dari lingkungan pesisir. Pola zonasi
padang lamun adalah gambaran yang berupa rangkaian/model
lingkungan dengan dasar kondisi ekologis yang sama pada padang
lamun. Aktivitas manusia di sekitar pesisir dapat berupa pertanian,
peternakan dan pelabuhan tradisional serta pemukiman penduduk. Oleh
karena aktivitas manusia yang tidak memperhatikan lingkungan pesisir
akan mengakibatkan perubahan komunitas lamun sebagai
penunjang ekosistem pesisir. Banyak kegiatan pembangunan di
wilayah pesisir telah mengorbankan ekosistem padang lamun, seperti
kegiatan reklamasi untuk pembangunan kawasan industri atau
pelabuhan ternyata menurut data yang diperoleh telah terjadi
pengurangan terhadap luasan kawasan padang lamun, Sehingga
pertumbuhan, produksi ataupun biomasanya akan mengalami penyusutan.
Di sisi lain masih kurang upaya yang kita berikan untuk menyelamatkan
ekosistem ini. Meskipun data mengenai kerusakan ekosistem padang
lamun tidak tersedia tetapi faktanya sudah banyak mengalami degradasi
akibat aktivitas di darat. Sebagai sumber daya pesisir, ekosistem padang
lamun memiliki multi fungsi untuk menunjang sistem kehidupan dan
berperan penting dalam dinamika pesisir dan laut, terutama perikanan
pantai sehingga pemeliharaan dan rehabilitasi ekosistem lamun
merupakan salah satu alasan untuk tetap mempertahankan
keberadaan ekosistem tersebut.

Kata Kunci: Lamun, Seagrass, Rehabilitasi

I. PENDAHULUAN dengan tumbuhan berpembuluh yang


1.1. Latar Belakang tumbuh di darat (Tomlinson, 1974).
Lamun (seagrass) adalah Lamun senantiasa membentuk hamparan
tumbuhan berbunga (Angiospermae) permadani di laut yang dapat terdiri
yang dapat tumbuh dengan baik pada dari satu species (monospesific;
lingkungan laut dangkal (Wood et al. banyak terdapat di daerah temperate)
1969). Semua lamun adalah tumbuhan atau lebih dari satu species
berbiji satu (monokotil) yang (multispecific; banyak terdapat di daerah
mempunyai akar, rimpang (rhizoma), tropis) yang selanjutnya disebut padang
daun, bunga dan buah seperti halnya lamun. Menurut Sheppard et al (1996),

9
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 3 Edisi 1 (Mei 2010)

Ekosistem padang lamun merupakan diperoleh, produktifitasnya bisa sampai


ekosistem pesisir yang ditumbuhi oleh 1.300 sampai dengan 3000 gr berat
lamun sebagai vegetasi yang dominan kering /m2/ tahun (Zieman 1975). Selain
serta mampu hidup secara permanen di produktifitasnya yang tinggi, lamun juga
bawah permukaan air laut. mempunyai kecepatan pertumbuhan yang
Ekosistem padang lamun tinggi (Wood, et al., 1969).
merupakan suatu ekosistem yang Suatu yang sangat ironis jika kita
kompleks dan mempunyai fungsi dan perhatikan fungsi lamun yang begitu
manfaat yang sangat panting bagi penting tetapi di sisi lain perhatian kita
perairan wilayah pesisir. Secara terhadap ekosistem ini sangat kurang .
taksonomi lamun (seagrass) termasuk Kita melihat dua hal mendasar, 1)
dalam kelompok Angiospermae yang sebaran dan luasan ekosistem padang
hidupnya terbatas di lingkungan laut lamun di Indonesia; serta 2) tingkat
yang umumnya hidup di perairan kerusakan ekosistem padang lamun di
dangkal wilayah pesisir. Distribusi Indonesia. Jawaban yang kita dapatkan
lamun sangatlah luas, dari daerah adalah sebaran secara kualitatif, tapi luasan
perairan dangkal Selandia baru sampai tidak pernah kita dapatkan. Adapun
ke Afrika. Dari 12 genera yang telah jawaban yang kedua jangan harap akan ada
dikenal, 7 genera diantaranya berada dan penjelasan untuk skop nasional.
tersebar di wilayah tropis (Den Hartog, Pertumbuhan dan kepadatan lamun
1970). Diversitas tertinggi ialah di daerah sangat dipengaruhi oleh pola pasang
Indo Pasifik Barat. Komunitas lamun di surut, turbiditas, salinitas dan temperatur
wilayah ini mempunyai diversitas yang perairan. Kegiatan manusia di wilayah
lebih kompleks dibanding yang berada di pesisir seperti perikanan, pembangunan
daerah sedang (Poiner & Robert., 1986). perumahan, pelabuhan dan rekreasi, baik
Ekosistem pesisir umumnya terdiri langsung maupun tidak langsung juga
atas 3 komponen penyusun yaitu lamun, dapat mempengaruhi eksistensi lamun.
terumbu karang serta mangrove. Fauna yang berasosiasi dengan lamun
Bersama-sama ketiga ekosistem tersebut biasanya sensitif oleh adanya siltasi dan
membuat wilayah pesisir menjadi daerah rendahnya kadar oksigen terlarut akibat
yang relatif sangat subur dan produktif. tingginya BOD di daerah lamun. Oleh
Komunitas Lamun sangat berperan karena itu segala bentuk perubahan di
penting pada fungsi-fungsi biologis dan wilayah pesisir akibat aktivitas manusia
fisik dari lingkungan pesisir. Pola yang tidak terkontrol dapat
zonasi padang lamun adalah gambaran menimbulkan gangguan fungsi sistem
yang berupa rangkaian/model lingkungan ekologi padang lamun. Fenomena ini
dengan dasar kondisi ekologis yang akan berpengaruh terhadap hilangnya unsur
sama pada padang lamun. Aktivitas lingkungan seperti daerah pemijahan,
manusia di sekitar pesisir dapat berupa nursery ground bagi ikan maupun udang.
pertanian, peternakan dan pelabuhan Banyak kegiatan pembangunan
tradisional serta pemukiman penduduk. di wilayah pesisir telah mengorbankan
Aktivitas manusia yang tidak ekosistem padang lamun, seperti
memperhatikan lingkungan pesisir akan kegiatan reklamasi untuk pembangunan
mengakibatkan perubahan komunitas kawasan industri atau pelabuhan ternyata
lamun sebagai penunjang ekosistem menurut data yang diperoleh telah
pesisir. terjadi pengurangan terhadap luasan
McRoy & Hefferich (1977) kawasan padang lamun, Sehingga
menyatakan bahwa, padang lamun di pertumbuhan, produksi ataupun
daerah tropis merupakan ekosistem alam biomasanya akan mengalami penyusutan.
yang paling produktif. Data yang pernah Di sisi lain masih kurang upaya yang kita

10
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 3 Edisi 1 (Mei 2010)

berikan untuk menyelamatkan ekosistem kutikel yang tipis, perkembangan


ini. Meskipun data mengenai kerusakan shrizogenous pada sistem lakunar dan
ekosistem padang lamun tidak tersedia keberadaan diafragma pada sistem
tetapi faktanya sudah banyak mengalami lakunar.
degradasi akibat aktivitas di darat. Salah satu hal yang paling penting dalam
Dampak nyata dari degradasi adaptasi reproduksi lamun adalah
padang lamun mengarah pada hidrophilus yakni kemampuannya untuk
menurnnya keragaman biota laut sebagai melakukan polinasi di bawah air.
akibat hilang atau menurunnya fungsi Secara rinci klasifikasi lamun
ekologi dari ekosistem ini. Upaya menurut den Hartog (1970) dan Menez,
rehabilitasi menjadi isu yang penting Phillips,
untuk dipikirkan bersama, seperti kegiatan dan Calumpong (1983) adalah sebagai
transplantasi lamun pada suatu habitat berikut :
yang telah rusak dan penanaman Divisi : Anthophyta
lamun buatan untuk menjaga kestabilan Kelas : Angiospermae
dan mempertahankan produktivitas Famili : Potamogetonacea
perairan. Subfamili : Zosteroideae
Genus : Zostera
II. BIO-EKOLOGI LAMUN Phyllospadix
2.1. Klasifikasi Heterozostera
Lamun menghasilkan buah dan Subfamili : Posidonioideae
menyebarkan bibit seperti banyak Genus : Posidonia
tumbuhan darat. Khusus untuk genera di Subfamili : Cymodoceoideae
daerah tropis memiliki morfologi yang Genus : Halodule
berbeda sehingga pembedaan spesies Cymodoceae
dapat dilakukan dengan dasar gambaran Syringodium
morfologi dan anatomi. Lamun Amphibolis
merupakan tumbuhan laut yang secara Thalassodendron
utuh memiliki perkembangan sistem Famili : Hydrocharitaceae
perakaran dan rhizoma yang baik. Pada Subfamili : Hydrocharitaceae
sistem klasifikasi, lamun berada pada Sub
kelas Monocotyledoneae, kelas 2.2. Habitat
Angiospermae. Dari 4 famili lamun yang Lamun hidup dan terdapat pada
diketahui, 2 berada di perairan daerah mid-intertidal sampai kedalaman
Indonesia yaitu Hydrocharitaceae dan 0,5-10 m, dan sangat melimpah di daerah
Cymodoceae. Famili Hydrocharitaceae sublitoral. Jumlah spesies lebih banyak
dominan merupakan lamun yang tumbuh di terdapat di daerah tropik dari pada di
air tawar sedangkan 3 famili lain daerah ugahari (Barber, 1985). Habitat
merupakan lamun yang tumbuh di laut. lamun dapat dilihat sebagai suatu
Lamun merupakan tumbuhan yang komunitas, dalam hal ini suatu padang
beradaptasi penuh untuk dapat hidup lamun merupakan kerangka struktur
pada lingkungan laut. Eksistensi lamun di dengan tumbuhan dan hewan yang saling
laut merupakan hasil dari beberapa berhubungan. Habitat lamun dapat juga
adaptasi yang dilakukan termasuk toleransi dilihat sabagai suatu ekosistem, dalam
terhadap kadar garam yang tinggi, hal ini hubungan hewan dan tumbuhan
kemampuan untuk menancapkan akar di tadi dilihat sebagai suatu proses yang
substrat sebagai jangkar, dan juga untuk dikendalikan oleh pengaruh-pengaruh
tumbuh dan melakukan reproduksi pada interaktif dari faktor-faktor biologis, fisika,
saat terbenam. Lamun juga tidak kimiawi. Ekosistem padang lamun pada
memiliki stomata, mempertahankan daerah tropik dapat menempati berbagai

11
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 3 Edisi 1 (Mei 2010)

habitat, dalam hal ini status nutrien yang berbentuk sangat panjang seperti ikat
diperlukan sangat berpengaruh. Lamun pinggang (belt), kecuali jenis Halophila
dapat hidup mulai dari rendah nutrien dan memiliki bentuk lonjong.
melimpah pada habitat yang tinggi nutrien. Berbagai bentuk pertumbuhan
Lamun pada umumnya dianggap tersebut mempunyai kaitan dengan
sebagai kelompok tumbuhan yang perbedaan ekologi lamun (den Hartog,
homogen. Lamun terlihat mempunyai 1977). Misalnya Parvozosterid dan
kaitan dengan habitat dimana banyak Halophilid dapat dijumpai pada hampir
lamun (Thalassia) adalah substrat dasar semua habitat, mulai dari pasir yang kasar
dengan pasir kasar. Menurut Haruna sampai lumpur yang lunak, dari daerah
(Sangaji, 1994) juga mendapatkan Enhalus dangkal sampai dalam, dari laut terbuka
acoroides dominan hidup pada substrat sampai estuari. Magnosterid juga
dasar berpasir dan pasir sedikit berlumpur dijumpai pada berbagai substrat, tetapi
dan kadang-kadang terdapat pada dasar terbatas pada daerah sublitoral sampai
yang terdiri atas campuran pecahan karang batas rata-rata daerah surut. Secara
yang telah mati. umum lamun memiliki bentuk luar yang
sama, dan yang membedakan antar spesies
2.3. Karakteristik Vegetatif adalah keanekaragaman bentuk organ
Bentuk vegetatif lamun dapat vegetatif. Berbeda dengan rumput laut
memperlihatkan karakter tingkat (marine alga/seaweeds), lamun memiliki
keseragaman yang tinggi dimana Hampir akar sejati, daun, pembuluh internal
semua genera memiliki rhizoma yang yang merupakan sistem yang
berkembang dengan baik serta bentuk menyalurkan nutrien, air, dan gas.
daun yang memanjang (linear) atau

Gambar 1. Morfologi Lamun

2.3.1. Akar rambut, diameter kecil, sedangkan


Terdapat perbedaan morfologi dan spesies Thalassodendron memiliki akar
anatomi akar yang jelas antara jenis lamun yang kuat dan berkayu dengan sel
yang dapat digunakan untuk taksonomi. epidermal. Jika dibandingkan dengan
Akar pada beberapa spesies seperti tumbuhan darat, akar dan akar rambut
Halophila dan Halodule memiliki lamun tidak berkembang dengan baik.
karakteristik tipis (fragile), seperti Namun, beberapa penelitian

12
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 3 Edisi 1 (Mei 2010)

memperlihatkan bahwa akar dan rhizoma akar mengalami penurunan tergantung


lamun memiliki fungsi yang sama dengan kebutuhan metabolisme sel epidermal
tumbuhan darat. akar dan mikroflora yang berasosiasi.
Akar-akar halus yang tumbuh di Melalui sistem akar dan rhizoma, lamun
bawah permukaan rhizoma, dan dapat memodifikasi sedimen di
memiliki adaptasi khusus (contoh : sekitarnya melalui transpor oksigen dan
aerenchyma, sel epidermal) terhadap kandungan kimia lain. Kondisi ini juga
lingkungan perairan. Semua akar memiliki dapat menjelaskan jika lamun dapat
pusat stele yang dikelilingi oleh memodifikasi sistem lakunal
endodermis. Stele mengandung phloem berdasarkan tingkat anoksia di sedimen.
(jaringan transport nutrien) dan xylem Dengan demikian pengeluaran oksigen
(jaringan yang menyalurkan air) yang ke sedimen merupakan fungsi dari
sangat tipis. Karena akar lamun tidak detoksifikasi yang sama dengan yang
berkembang baik untuk menyalurkan air dilakukan oleh tumbuhan darat.
maka dapat dikatakan bahwa lamun tidak Kemampuan ini merupakan adaptasi
berperan penting dalam penyaluran air. untuk kondisi anoksik yang sering
Patriquin (1972) menjelaskan bahwa ditemukan pada substrat yang memiliki
lamun mampu untuk menyerap nutrien sedimen liat atau lumpur. Karena akar
dari dalam substrat (interstitial) melalui lamun merupakan tempat untuk
sistem akar-rhizoma. Selanjutnya, fiksasi melakukan metabolisme aktif (respirasi)
nitrogen yang dilakukan oleh bakteri maka konnsentrasi CO2 di jaringan akar
heterotropik di dalam rhizosper Halophila relatif tinggi.
ovalis, Enhalus acoroides, Syringodium 2.3.2. Rhizoma dan Batang
isoetifolium dan Thalassia hemprichii Semua lamun memiliki lebih atau
cukup tinggi lebih dari 40 mg N.m-2.day- kurang rhizoma yang utamanya adalah
1. Koloni bakteri yang ditemukan di lamun herbaceous, walaupun pada
memiliki peran yang penting dalam Thallasodendron ciliatum (percabangan
penyerapan nitrogen dan penyaluran simpodial) yang memiliki rhizoma
nutrien oleh akar. Fiksasi nitrogen berkayu yang memungkinkan spesies ini
merupakan proses yang penting karena hidup pada habitat karang yang bervariasi
nitrogen merupakan unsur dasar yang dimana spesies lain tidak bisa hidup.
penting dalam metabolisme untuk Kemampuannya untuk tumbuh pada
menyusun struktur komponen sel. substrat yang keras menjadikan T. Ciliatum
Diantara banyak fungsi, akar memiliki energi yang kuat dan dapat hidup
lamun merupakan tempat menyimpan berkoloni disepanjang hamparan terumbu
oksigen untuk proses fotosintesis yang karang di pantai selatan Bali, yang
dialirkan dari lapisan epidermal daun merupakan perairan yang terbuka terhadap
melalui difusi sepanjang sistem lakunal laut Indian yang memiliki gelombang yang
(udara) yang berliku-liku. Sebagian kuat.
besar oksigen yang disimpan di akar Struktur rhizoma dan batang
dan rhizoma digunakan untuk lamun memiliki variasi yang sangat
metabolisme dasar sel kortikal dan tinggi tergantung dari susunan saluran di
epidermis seperti yang dilakukan oleh dalam stele. Rhizoma, bersama sama
mikroflora di rhizospher. Beberapa dengan akar, menancapkan tumbuhan ke
lamun diketahui mengeluarkan oksigen dalam substrat. Rhizoma seringkali
melalui akarnya (Halophila ovalis) terbenam di dalam substrat yang dapat
sedangkan spesies lain (Thallassia meluas secara ekstensif dan memiliki
testudinum) terlihat menjadi lebih baik peran yang utama pada reproduksi
pada kondisi anoksik. Larkum et al (1989) secara vegetatif. Dan reproduksi yang
menekankan bahwa transport oksigen ke dilakukan secara vegetatif merupakan

13
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 3 Edisi 1 (Mei 2010)

hal yang lebih penting daripada daun. Pelepah daun menutupi rhizoma
reproduksi dengan pembibitan karena yang baru tumbuh dan melindungi daun
lebih menguntungkan untuk penyebaran muda. Tetapi genus Halophila yang
lamun. Rhizoma merupakan 60-80% memiliki bentuk daun petiolate tidak
biomas lamun. memiliki pelepah.
2.3.3. Daun Anatomi yang khas dari daun lamun adalah
Seperti semua tumbuhan ketiadaan stomata dan keberadaan kutikel
monokotil, daun lamun diproduksi dari yang tipis. Kutikel daun yang tipis
meristem basal yang terletak pada tidak dapat menahan pergerakan ion dan
potongan rhizoma dan percabangannya. difusi karbon sehingga daun dapat
Meskipun memiliki bentuk umum yang menyerap nutrien langsung dari air laut.
hampir sama, spesies lamun memiliki Air laut merupakan sumber bikarbonat
morfologi khusus dan bentuk anatomi yang bagi tumbuh-tumbuhan untuk
memiliki nilai taksonomi yang sangat penggunaan karbon inorganik dalam
tinggi. Beberapa bentuk morfologi sangat proses fotosintesis.
mudah terlihat yaitu bentuk daun,
bentuk puncak daun, keberadaan atau 2.4. Faktor Pembatas
ketiadaan ligula. Contohnya adalah Faktor-faktor pembatas yang menjadi
puncak daun Cymodocea serrulata penghalang bagi pertumbuhan lamun
berbentuk lingkaran dan berserat, adalah diantaranya dapat di lihat pada
sedangkan C. Rotundata datar dan Tabel 1.
halus. Daun lamun terdiri dari dua
bagian yang berbeda yaitu pelepah dan
Tabel 1. Faktor-Faktor Pembatas Bagi Pertumbuhan Lamun

NO FAKTOR PE MB AT AS PENGARUH YANG OIBERIKAN


1 Cahaya (10 - 20%) - Fotosintesis
- Mempengaruhi distribusi berdasarkan kedalaman
2 Kedalaman - Penetrasi cahaya
- Peningkatan tekanan hidrostatis
3 Periode Pasut - Ketersediaan cahaya
- Kekeringan jika lerekspos pada saing hari
4 Arus dan Gelombang - Distribusi spcsics - Proses reproduksi
5 Salinitas - Stress terhadap tekanan osmotik
6 Suhu - Suhu optimum untuk fotosintesis dan pertumbuhan
- Distribusi berbeda untuk lintang
7 Anthropogems - Eutrofikasi
- Sedimentasi
- Boat anchoring
- Dredging
- Polusi perairan
Sumber :

III. FUNGSI DAN PERANAN 3.1.1. Substrat


3.1. Fungsi Lamun Substrat keras umumnya jarang
Menurut Aswandy (2003) dalam ditemukan di perairan laut dalam, sehingga
penelitian mengenai Asosiasi Fauna tidak begitu aneh bila lamun menjadi
Krustasea Dengan Potongan-Potongan pilihan utama untuk dijadikan substrat oleh
Lamun Di Laut Dalam, menyatakan beberapa biota yang berasosiasi
bahwa lamun dapat berfungsi sebagai : termasuk fauna krustasea. Hal ini

14
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 3 Edisi 1 (Mei 2010)

didasarkan atas ditemukannya sejumlah ditemukan jenis jantan dan betina. Pada
bentuk yang berbeda dari cangkang beberapa spesimen teridentifikasi biota
fauna pada material lamun yang disampel. Katianira sp. dengan ukuran sekitar 3
Beberapa organisme krustasea mm pada rhizome Thalassia. Diduga
yang ditemukan, sebagian besar adalah pada spesimen tersebut juga ada
bukan merupakan taxa utama. Pada bagian genus Heteromesus yang termasuk
daun lamun ditemukan potongan-potongan suku Ischnomesidae pada beberapa
kecil dari biota yang menempel pada material rhizome lamun dari
lapisan substrat yang tebal. Lebih Thalassia tersebut. Kemudian satu
kurang 100 organisme dengan panjang jenis baru dari marga Macrostylis
antara 5-15 mm ditemukan pada material yang panjangnya 3 mm juga
lamun. Dari hasil pengamatan, fauna ditemukan dalam rhizome dan jenis dari
krustasea yang teridentifikasi antara lain marga Haploniscus juga ditemukan
adalah: pada sejumlah rhizome.
1. Cirripedia; biota ini ditemukan pada 2. Amphipoda; Berdasarkan
rimpang lamun yang menyerupai pengamatan ada satu jenis baru
sebuah tabung polikhaeta. dari marga Onesimoides dari suku
Teridentifikasi bahwa pada satu teritip Lyasinassidae yang ditemukan pada
dengan panjang 5,2 mm, ditemukan bagian pangkal rhizome dan daun dari
lebih dari 300 jenis yang termasuk lamun Thalassia.
marga Arcoscalpellum. 3.1.3. Makanan
2. Tanaidacea; biota assosiasi ini Telah diketahui bahwa bahan
ditemukan pada daun Thalassia organik merupakan sumber energi untuk
dengan panjang spesimen 2-3 mm. beberapa fauna laut dalam (Wolff,
Biota ini termasuk famili 1962). Di sepanjang perairan Carolina
Paratanaidae. ditemukan adanya hubungan antara
3.1.2. Tempat berlindung konsentrasi detritus organik dari material
Sejumlah spesimen dari Thalassia dengan distribusi dari beberapa
Echinothambema ditemukan pada rizhome biota pemakan suspensi (suspension
lamun, Biota tersebut menggunakan feeders). Lebih lanjut dikatakan bahwa
rhizome lamun hanya sebagai tempat di perairan Puerto Rico dan Cayman di
berlindung. Kondisi ini juga ditemukan temukan fauna Amphipoda dari jenis
pada beberapa jenis biota dari Isopoda. Onesimoides sp. yang menggunakan
Spesimen Isopoda ada yang ditemukan Thalassia sebagai sumber makanan.
pada bagian dalam dan luar dari rhizoma Biasanya fauna ini ditemukan dalam
Thalassia (WOLFF, 1975). Fauna potongan-potongan kayu yang
krustasea yang menggunakan lamun didalamnya terdapat detritus lamun.
sebagai tempat berlindung diantaranya Beberapa hasil penelitian menunjukkan
adalah: bahwa lamun merupakan makanan dari
1. Isopoda; Dari 55 spesimen yang fauna herbivorous di perairan laut dalam
diteiiti dalam rhizome lamun tersebut yang berdekatan dengan daerah padang
ada sekitar 8-9 jenis Isopoda, biota ini lamun yang padat di daerah laut dangkal.
mempunyai kelimpahan lebih tinggi di Hal ini membuktikan bahwa walaupun
dalam rhizome lamun Thalassia. Jenis tidak ada angin topan atau badai, potongan
umum dari Isopoda yang lamun dapat saja terbawa dan terjebak
teridentifikasi adalah dari jenis dilaut dalam. Biasanya daun, seludang
Echinothambema sp. dengan panjang 4- atau rhizome dari lamun dijadikan
5 mm yang ditemukan sekitar 80% makanan bagi fauna herbifora di laut
dalam rhizome dan 20% diluar rhizome. dalam dalam waktu yang relatif
Kadang-kadang pada satu rhizome lama, berdasarkan kondisi lingkungan yang

15
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 3 Edisi 1 (Mei 2010)

biasanya menurun secara perlahan invertebrate kecil contohnya ; beberapa


(Jannasch et al. 1971; Jannasch & Wirsen, jenis udang, kuda laut, bivalve,
1973). gastropoda, dan Echinodermata. Lamun
Wolff (1975) mengemukakan juga mempunyai hubungan ekologis
bahwa ada indikasi biota Isopoda dengan ikan melalui rantai makanan
memakan jenis lamun Thalassia. Hal ini dari produksi biomasanya. Epiphyte ini
berdasarkan material lamun yang dapat tumbuh sangat subur dengan
berwarna coklat kekuning-kuningan yang melekat pada permukaan daun lamun
diindikasikan sebagai jaringan lamun dan sangat di senangi oleh udang-udang
Thalassia. Pada material kecil dan beberapa jenis ikan-ikan kecil.
tersebut ditemukan bagian mulut dari Disamping itu padang lamun juga dapat
Krustasea bersama spikula dari sponge dan melindungi hewan-hewan kecil tadi dari
kista dari alga kuning. Pada material serangan predator. Selain itu, padang
yang lebih lebar, ditemukan lamun diketahui mendukung berbagai
Echinothambema yang merupakan jaringan rantai makanan, baik yang
pemakan deposit (deposit feeder). Biota didasari oleh rantai herbivor maupun
tersebut sangat selektif pada ukuran detrivor (Gambar 1). Perubahan rantai
partikel dan kadang-kadang juga dapat makanan ini bisa terjadi karena adanya
berubah menjadi biota karnivora (Wolff, perubahan yang cepat dari
1962). perkembangan perubahan makanan oleh
predator,dan adanya perubahan
3.2. Fungsi Padang Lamun musiman terhadap melimpahnya makanan
Padang lamun memiliki berbagai untuk fauna.
fungsi ekologi yang vital dalam Walaupun begitu, sejauh ini belum
ekosistem pesisir dan sangat menunjang banyak diketahui bagaimana rantai
dan mempertahankan biodiversitas energi dan nutrien tersebut selanjutnya
pesisir dan lebih penting sebagai berperan dalam ekosistem pesisir yang
pendukung produktivitas perikanan lebih luas (Gambar 2). Selain duyung,
pantai. Beberapa fungsi padang lamun, manate dan penyu, tidak banyak
yaitu: 1) sebagai stabilisator perairan jenis ikan dan invertebrata yang
dengan fungsi sistem perakannya sebagai diketahui memakan daun-daun lamun
perangkap dan pengstabil sedimen dasar ini. Sehingga kemungkinan yang paling
sehingga perairan menjadi lebih jernih; besar, lamun ini menyumbang ke dalam
2) lamun menjadi sumber makanan ekosistem pantai melalui detritus, yakni
langsung berbagai biota laut (ikan dan non serpih-serpih bahan organik (daun,
ikan); 3) lamun sebagai produser primer; rimpang dll.) yang membusuk yang
4) komunitas lamun memberikan habitat diangkut arus laut dan menjadi bahan
penting (tempat hidup) dan perlindungan makanan berbagai organisme pemakan
(tempat berlindung) untuk sejumlah spesies detritus (dekomposer) (Nybakken, 1988).
hewan; dan 5) lamun memegang fungsi Dengan kata lain aliran energi di padang
utama dalam daur zat hara dan elemen- lamun itu sendiri terjadi karena adanya
elemen langka di lingkungan laut (Phillips proses makan memakan baik itu secara
dan Menez, 1988; Fortes, 1990). langsung dari daun lamunnya terus di
Dalam sistem rantai makanan makan konsumen I maupun secara tidak
khususnya pada daun-daun lamun langsung sebagai detritus dimakan oleh
yang berasosiasi dengan alga kecil yang konsumen I dan seterusnya. Lamun yang
dikenal dengan periphyton dan epiphytic mati akan kehilangan protein dan materi
dari detritus yang merupakan sumber organik lain yang dimakan oleh fauna
makanan terpenting bagi hewan-hewan pada saat permulaan dekomposisi.
kecil seperti ikan-ikan kecil dan Struktur karbohidrat diambil dari

16
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 3 Edisi 1 (Mei 2010)

mikroflora (bakteri dan jamur). Banyak dicerna akan didekomposisi lagi oleh
dari metozoa yang dapat mencerna protein mikroba decomposer sehingga sumbar
bakteri dan serasah daun lamun diekskresi detritus akan meningkat.
oleh fauna dan bentuk yang belum

Gambar 2. Rantai Makanan Pada Ekosistem Padang Lamun


(Sumber: www.krak.com/ query?stq=0&what=wrel...lamun%2F)

Gambar 3. Aliran Energi Pada Ekosistem Padang Lamun

Aliran materi dari padang mencapai 10% dari total produksi padang
lamun ke sistem lain (terumbu lamun. Dengan kata lainpadang lamun
karang atau mangrove) kecil sekali ini merupakan sistem yang mandiri
(Nienhuis at al .1989). Jumlah materi yang (self suistainable system). Namun
di alirkan ke sistem lain di duga tidak kemandirian padang lamun tidak

17
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 3 Edisi 1 (Mei 2010)

meniadakan kehadiran dari kepentingan ratusan jenis-jenis hewan (Nontji,


interaksi biotik dari ekosistem 1987; Hutomo &
sekitarnya. Sistem dipadang lamun Martosewojo. 1977).
diketahui sebagai suatu habitat untuk

Gambar 4. Tipe interaksi antara ekosistem padang lamun dengan ekosistem mangrove dan
terumbu karang (Ogden dan Gladfelter, 1983 dalam Bengen, 2001)

Posisi padang lamun tropis yang di laut dangkal seperti ekosistem


terletak diantara mangrove dan terumbu mangrove dan ekosistem terumbu
karang (Gambar 3) yang bertindak karang (Thayer et al 1975).
sebagai daerah penyangga yang baik, b. Sebagai Habitat Biota : Lamun
mengurangi energi gelombang dan memberikan tempat perlindungan dan
mengalirkan nutrisi ke ekosistem tempat menempel berbagai hewan dan
terdekatnya. Tetapi interaksi ekosistem tumbuh-tumbuhan (algae). Disamping
tersebut (mangrove, padang lamun itu, padang lamun (seagrass beds) dapat
dan terumbu karang) dalam juga sebagai daerah asuhan, padang
hubungannya dengan degradasi pengembalaan dan makanan dari
penyangga adalah jelas keterkaitannya. berbagai jenis ikan herbivora dan ikan-
Kerusakan dari salah satu ekosistem ikan karang (coral fishes) (Kikuchi &
dapat menyebabkan akibat jelek pada Peres 1977).
ekosistem lainnya dalam hubungannya c. Sebagai Penangkap Sedimen : Daun
dengan perubahan-perubahan lamun yang lebat akan memperlambat
keseimbangan lingkungan dan air yang disebabkan oleh arus dan
konsekwensinya akan merubah struktur ombak, sehingga perairan disekitarnya
komunitas keseluruhannya. menjadi tenang. Disamping itu, rimpang
dan akar lamun dapat menahan dan
3.3. Peranan Padang Lamun mengikat sedimen, sehingga dapat
Dari hasil penelitian para peneliti menguatkan dan menstabilkan dasar
diketahui bahwa peranan lamun di permukaan. Jadi padang lamun yang
lingkungan perairan laut dangkal adalah berfungsi sebagai penangkap sedimen
sebagai berikut: dapat mencegah erosi (Gingsburg &
a. Sebagai Produsen Primer : Lamun Lowenstan 195 8, Thoraug & Austin,
mempunyai tingkat produktivitas 1976).
primer tertinggi bila dibandingkan d. Sebagai Pendaur Zat Hara : Lamun
dengan ekosistem lainnya yang ada memegang peranan penting dalam

18
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 3 Edisi 1 (Mei 2010)

pendauran berbagai zat hara dan substrat dasar dengan pasir kasar. Menurut
elemen-elemen yang langka di Haruna (Sangaji, 1994) juga mendapatkan
lingkungan laut. khususnya zat-zat hara Enhalus acoroides dominan hidup pada
yang dibutuhkan oleh algae epifitik. substrat dasar berpasir dan pasir sedikit
berlumpur dan kadang-kadang terdapat
IV. PEMANFAATAN DAN pada dasar yang terdiri atas campuran
ANCAMAN TERHADAP pecahan karang yang telah mati.
PADANG LAMUN Keberadaan lamun pada kondisi habitat
Philips & Menez (1988) menytakan tersebut, tidak terlepas dan ganguan
bahwa, lamun digunakan sebagai komoditi atau ancaman-ancaman terhadap
yang sudah banyak dimanfaatkan oleh kelansungan hidupnya baik berupa
masyarakat baik secara tradisional ancaman alami maupun ancaman dari
maupun secara modern. Secara tradisional aktivitas manusia.
lamun telah dimanfaatkan untuk : Banyak kegiatan atau proses, baik
1. Kompos dan pupuk alami maupun oleh aktivitas manusia
2. Cerutu dan mainan anak-anak yang mengancam kelangsungan
3. Dianyam menjadi keranjang ekosistem lamun. Ekosistem lamun
4. Tumpukan untuk pematang sudah banyak terancam termasuk di
5. Mengisi kasur Indonesia baik secara alami maupun
6. Ada yang dimakan oleh aktifitas manusia. Besarnya pengaruh
7. Dibuat jaring ikan terhadap integritas sumberdaya, meskipun
Pada zaman modern ini, lamun telah secara garis besar tidak diketahui, namun
dimanfaatkan untuk : dapat dipandang di luar batas
1. Penyaring limbah kesinambungan biologi. Perikanan laut
2. Stabilizator pantai yang meyediakan lebih dari 60 %
3. Bahan untuk pabrik kertas protein hewani yang dibutuhkan dalam
4. Makanan menu makanan masyarakat pantai,
5. Obat-obatan sebagian tergantung pada ekosistem
6. Sumber bahan kimia. lamun untuk produktifitas dan
Lamun kadang-kadang membentuk pemeliharaanya. Selain itu kerusakan
suatu komunitas yang merupakan habitat padang lamun oleh manusia
bagi berbagai jenis hewan laut. akibat pemarkiran perahu yang tidak
Komunitas lamun ini juga dapat terkontrol (Sangaji, 1994).
memperlambat gerakan air. bahkan ada Ancaman-ancaman alami terhadap
jenis lamun yang dapat dikonsumsi bagi ekosistem lamun berupa angin topan,
penduduk sekitar pantai. Keberadaan siklon (terutama di Philipina), gelombang
ekosistem padang lamun masih belum pasang, kegiatan gunung berapi bawah
banyak dikenal baik pada kalangan laut, interaksi populasi dan komunitas
akdemisi maupun masyarakat umum, (pemangsa dan persaingan), pergerakan
jika dibandingkan dengan ekosistem lain sedimen dan kemungkinan hama dan
seperti ekosistem terumnbu karang dan penyakit, vertebrata pemangsa lamun
ekosistem mangrove, meskipun diantara seperti sapi laut. Diantara hewan
ekosistem tersebut di kawasan pesisir invertebrata, bulu babi adalah pemakan
merupakan satu kesatuan sistem lamun yang utama. Meskipun dampak
dalam menjalankan fungsi ekologisnya dari pemakan ini hanya setempat, tetapi
Keberadaaan lamun pada jika terjadi ledakan populasi pemakan
daerah mid-intertidal sampai tersebut akan terjadi kerusakan berat.
kedalaman 0,5-10 m, dan juga terlihat Gerakan pasir juga mempengaruhi
mempunyai kaitan dengan habitat sebaran lamun. Bila air menjadi keruh
dimana banyak lamun (Thalassia) adalah karena sedimen, lamun akan bergeser ke

19
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 3 Edisi 1 (Mei 2010)

tempat yang lebih dalam yang tidak gangguan yang cukup serius akibat
memungkinkan untuk dapat bertahan pembuangan limbah indusri dan
hidup (Sangaji, 1994). pertumbuhan penduduk dan diperkirakan
Limbah pertanian, industri, dan sebanyak 60% lamun telah mengalami
rumah tangga yang dibuang ke laut, kerusakan. Di pesisir pulau Bali dan
pengerukan lumpur, lalu lintas perahu pulau Lombok ganguan bersumber dari
yang padat, dan lain-lain kegiatan penggunaan potassium sianida dan telah
manusia dapat mempunyai pengaruh yang berdampak pada penurunan nilai dan
merusak lamun. Di tempat hilangnya kerapatan sepsiens lamun (Fortes, 1989).
padang lamun, perubahan yang dapat Selanjutnya dijelaskan oleh Fortes
diperkirakan menurut Fortes (1989), yaitu: (1989) bahwa rekolonialisasi ekosistem
1. Reduksi detritus dari daun lamun padang lamun dari kerusakan yang telah
sebagai konsekuensi perubahan dalam terjadi membutuhkan waktu antara 5 -
jaring-jaring makanan di daerah pantai 15 tahun dan biaya yang dibutuhkan
dan komunitas ikan. dalam mengembalikan fungsi ekosistem
2. Perubahan dalam produsen primer padang lamun di daerah tropis berkisar
yang dominan dari yang bersifat 22800 - 684.000 US $/ha. Oleh karena
bentik yang bersifat planktonik. itu aktiviras pembangunan di wilayah
3. Perubahan dalam morfologi pantai pesisir hendaknya dapat memenimalkan
sebagai akibat hilangnya sifat-sifat dampak negatif melalui pengkajian yang
pengikat lamun. mendalam pada tiga aspek yang tekait
4. Hilangnya struktural dan biologi dan yaitu: aspek kelestarian lingkungan, aspek
digantikan oleh pasir yang gundul. ekonomi dan aspek sosial.
Banyak kegiatan atau proses dari Ancaman kerusakan ekosistem
alam maupun aktivitas manusia padang lamun di perairan pesisir berasal
yang mengancam kelangsungan hidup dari aktivitas masyarakat dalam
ekosistem lamun seperti Tabel 2. mengeksploatasi sumberdaya ekosistem
Selain beberapa ancaman padang lamun dengan menggunakan
tersebut, kondisi lingkungan potassium sianida, sabit dan gareng serta
pertumbuhan juga mempengaruhi pembuangan limbah industri pengolahan
kelangsungan hidup suatu jenis lamun, ikan, sampah rumah tangga dan pasar
seperti yang dinyatakan oleh Barber tradisional. Dalam hal ini Fauzi (2000)
(1985) bahwa temperatur yang baik menyatakan bahwa dalam menilai dampak
untuk mengontrol produktifitas lamun dari suatu akifitas masyarakat terhadap
pada air adalah sekitar 20 - 30oC untuk kerusakan lingkungan seperti ekosistem
jenis lamun Thalassia testudinum dan padang lamun dapat digunakan dengan
sekitar 30oC untuk Syringodium metode tehnik evaluasi ekonomi yang
filiforme. Intensitas cahaya untuk laju dikenal dengan istilah Environmental
fotosintesis lamun menunjukkan Impact Assesment (EIA). Metode ini
peningkatan dengan meningkatnya suhu telah dijadikam istrumen universal
dari 29 - 35oC untuk Zostera marina, dalam mengevaluasi dampak lingkungan
30oC untuk Cymidoceae nodosa dan 25 - akibat aktivitas pembangunan, disamping
30oC untuk Posidonia oceanica. itu metode evaluasi ekonomi dapat
Kondisi ekosistem padang lamun di menjembatani kepentingan ekonomi
perarain pesisir Indonesia sekitar 30-40%. masyarakat dan kebutuhan ekologi dari
Di pesisir pulau Jawa kondisi ekosistem sumber daya alam.
padang lamun telah mengalami

20
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 3 Edisi 1 (Mei 2010)

Tabel 2. Dampak Kegiatan Manusia Pada Ekosistem Padang Lamun (Bengen, 2001)

NO FAKTOR PEMBATAS PENGARUH YANG DIBERIKAN


1 Cahaya (10 - 20%) - Fotosintesis
- Mempengaruhi distribusi berdasarkan
kedalaman
2 Kedalaman - Penetrasi cahaya
- Peningkatan tekanan hidrostatis
3 Periode Pasut - Ketersediaan cahaya
- Kekeringan jika lerekspos pada saing hari
4 Arus dan Gelombang - Distribusi spcsics - Proses reproduksi
5 Salinitas - Stress terhadap tekanan osmotik
6 Suhu - Suhu optimum untuk fotosintesis dan
pertumbuhan
- Distribusi berbeda untuk lintang
7 Anthropogems - Eutrofikasi
- Sedimentasi
- Boat anchoring
- Dredging
- Polusi perairan
Sumber : Azkab 1988

V. REHABILITASI LAMUN dan terpadu dengan penekanan pada aspek


Lamun memegang peranan penting social masyarakat, pemberian penyuluhan
pada fungsi-fungsi biologis dan fiisik dari kepada masyarakat serta penanaman
lingkungan pantai pesisir (Thayer et al. spesies lamun Halophila spinulosa.
1975; Thorhaug 1986). Walaupun Selain itu diperkukan upaya preservasi
demikian, meningkatnya aktivitas sumberdaya hayati lamun pada spesies
pembangunan di lingkungan pesisir akan Cymodocea rotundata karena tingginya
berdampak terhadap produktivitas kerapatan spesies dengan cara pengawetan
sumberdaya pesisir. Lamun, sekali spesies lamun Cymodocea rotundata dan
rusak atau terganggu, tidak akan baik membiarkan populasinya tetap seimbang
kembali seperti pada tan am an di darat menurut proses alami di habitatnya dan
(Fonseca, 1987). Karena padang lamun menjaga keutuhannya agar tetap dalam
mungkin akan rusak akibat aktivitas keadaan asli.
pembangunan di daerah pantai, Merujuk pada kenyataan bahwa
metode-metode harus dibuat untuk padang lamun mendapat tekanan
mengurangi dampak pembangunan dan gangguan utama dari aktivitas manusia
penggunaan lamun untukmenstabilkan maka untuk rehabilitasinya dapat
subtrat yang dapat berguna pada navigasi dilaksanakan melalui dua pendekatan:
pelayaran misalnya. Diperlukan tindakan yakni: 1) rehabilitasi lunak (soft
rehabilitasi sumber daya hayati lamun rehabilitation) , dan 2) rehabilitasi keras
pada spesies Halophila spinulosa karena (hard rehabilitation). (www.krak.com/
rendahnya kerapatan spesies dan adanya query?stq=0&what=wrel...lamun%2F).
aktivitas manusia yang merusak
komunitas lamun. Tindakan 5.1. Rehabilitasi Lunak
rehabilitasi berupa pembentukan Rehabilitasi lunak berkenan
kelembagaan yang mengarah pada strategi dengan penanggulangan akar masalah,
pengelolaan komunitas lamun secara tepat dengan asumsi jika akar masalah dapat

21
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 3 Edisi 1 (Mei 2010)

diatasi, maka alam akan mempunyai f) Pengikut sertaan masyarakat.


kesempatan untuk merehabilitasi dirinya Partisipasi masyarakat dalam berbagai
sendiri secara alami. Rehabilitasi lunak kegiatan lingkungan dapat memberi
lebih menekankan pada pengendalian motivasi yang lebih kuat dan
perilaku manusia. lebih menjamin keberlanjutannya.
Rehabilitasi lunak bisa mencakup hal-hal Kegiatan bersih pantai dan
sebagai berikut: pengelolaan sampah misalnya
a) Kebijakan dan strategi pengelolaan. merupakan bagian dari kegiatan ini.
Dalam pengelolaan lingkungan g) Pengembangan Daerah Pelindungan
diperlukan kebijakan dan strategi Padang Lamun (segrass sanctuary)
yang jelas untuk menjadi acuan berbasis masyarakat. Daerah
pelaksanaan oleh para pemangku Perlindungan Padang Lamun
kepentingan (stake holders). (DPPL) merupakan bank sumberdaya
b) Penyadaran masyarakat (Public yang dapat lebih menjamin
awareness). Penyadaran masyarakat ketersediaan sumberdaya ikan dalam
dapat dilaksanakan dengan berbagai jangka panjang. DPPL berbasis
pendekatan seperti: masyrakat lebih menjamin
- Kampanye penyadaran lewat media keamanan dan keberlanjutan DPPL.
elektronik (televisi, radio), ataupun h) Peraturan perundangan.
lewat media cetak (koran, majalah, Pengembangan pengaturan
dll) perundangan perlu dikembangkan
- Penyebaran berbagai materi dan dilaksanakan dengan tidak
kampanye seperti: poster, sticker, meninggalkan kepentingan
flyer, booklet, dan lain-lain masyarakat luas. Keberadaan hukum
- Pengikut-sertaan tokoh adat, serta kebiasaan masyarakat lokal
masyarakat (seperti pejabat perlu dihargai dan dikembangkan.
pemerintah, tokoh agama, tokoh i) Penegakan hukum secara konsisten.
wanita, seniman, dll) dalam Segala peraturan perundangan tidak
penyebarluasan bahan penyadaran. akan ada manfaatnya bila tidak dapat
c) Pendidikan. Pendidikan mengenai ditegakkan secara konsisten.
lingkungan termasuk pentingnya Lembaga-lembaga yang terkait dengan
melestarikan lingkungan padang penegakan hukum perlu diperkuat,
lamun. Pendidikan dapat disampaikan termasuk lembaga-lembaga adat.
lewat jalur pendidikan formal dan non-
formal 5.2. Rehabilitasi Keras
d) Pengembangan riset. Riset diperlukan Rehabiltasi keras menyangkut
untuk mendapatkan informasi yang kegiatan langsung perbaikan
akurat untuk mendasari pengambilan lingkungan di lapangan. Ini dapat
keputusan dalam pengelolaan dilaksanakan misalnya dengan rehabilitasi
lingkungan. lingkungan atau dengan transplantasi
e) Mata pencaharian alternatif. Perlu lamun di lingkungan yang perlu
dikembangkan berbagai kegiatan direhabilitasi. Penanaman lamun yang
untuk mengembangkan mata dikenal dengan "transplantasi"
pencaharian alternatif yang ramah merupakan salah satu cara untuk
lingkungan yang dapat meningkatkan memperbaiki ataumengembalikan habitat
kesejahteraan masyarakat. Masyarakat yang telah mengalami kerusakan. Pertama
yang lebih sejahtera lebih mudah dimulai oleh Addy tahun 1947 pada jenis
diajak untuk menghargai dan Zostera marina, Fuss & Kelly pada
melindungi lingkungan. jenis Thallasia testudinum dan Halodule
wrightii (Phillips, 1974), dan jenis

22
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 3 Edisi 1 (Mei 2010)

Thallasia testudinum oleh Thorhaug memproduksi biji atau benih yaitu


(Thorhaug, 1974). Jenis lain yang sering Thalassia testudinum, Halodule
digunakan dalam transplantasi khususnya wrightlii, Syringodium filiformedan
di luar negeri adalah jenis-jenis Zostera Ruppia maritima. Tetapi hanya biji
marina, Halo du le wrightii, Thalassia Thalassia dan Ruppia yang cukup secara
testudinum, Syringodium filiforme, dan kuantitatif untuk restorasi (Durako &
Ruppia maritima (Phillips, 1980). Moffler 1981; Lewis & Phillips 1980;
Sedangkan di Indonesia adalah jenis Phillips & Lewis, 1983). Thalassia
Cymodocea rotundata dan Thalassia mempunyai biji yang berkecambah.
hemprichii (Azkab, 1987, 1988). McMillan (1981) telah mengoleksi
biji yang berkecambah dari Halodule
5.3. Metode Tranplantasi/Penanaman dan Syringodium dari pulau-pulau kecil
Lamun di Florida, tetapi jumlahnya tidak
Penanaman lamun yang dikenal mencukupi dalam skala besar. Biji
dengan "transplantasi" merupakan salah Thalassia dengan skala luas dapat
satu cara untuk memperbaiki atau tersedia untuk daerah Selatan Florida
mengembalikan habitat yang telah (Lewis & Phillips 1980).
mengalami kerusakan. Cara ini telah Pembenihan secara langsung
banyak dilakukan oleh para ahli di luar dengan benih Thalassia telah dilakukan
negeri dengan metode dan jenis yang oleh Thorhaug (1974). Kemudian
berbeda. Pertama dimulai oleh Addy tahun penanaman langsung dari biji yang
1947 pada jenis Zostera marina, Fuss & dikoleksi telah dilakukan dalam skala
Kelly pada jenis Thallasia testudinum besar di Teluk Biscayne (Gaby Langley
dan Halodule wrightii (Phillips, 1974), 1985) dan pulau-pulau kecil di Florida
dan jenis Thallasia testudinum oleh (Lewis et al. 1982), tetapi kurang begitu
Thorhaug (Thorhaug, 1974). sukses. Untuk jenis Ruppia sampai saat ini
Menurut Azkab (1999), bahwa belum ada laporan yang menggunakan biji
metode penanaman atau transplantasi untuk restorasi. Menurut Thorhaug (1974)
yang pernah dilakukan oleh Addy, Burkho bahwa sampai saat ini pengetahuan teknik
Dohemy, Kelly, Thorhaug & Phillips untuk pembenihan masih sangat sedikit,
(Phillips 1980) adalah: Metode sehingga penanaman dengan biji tidak
pembibitan/pembenihan (Seed/ Seeding), direkomendasi untuk penanaman lamun.
Metode "sprig" dengan jangkar atau Hal ini juga berkaitan dengan biji yang
tanpa jangkar (Sprigs anchored and kurang sukses untuk jenis lamun lain. Di
unanchored) Metode "plug" (Plug), (No. samping itu, secara umum, biji atau benih
1 adalah penanaman (planting ), No.2 dan dari jenis lamun lain sangat kecil dan
3 adalah transplantasi (transplantation) mudah terbawa air, serta kecepatan
5.3.1. Metode Seed/Seeding perkecambahan sangat rendah.
Biji biasanya dikoleksi dari buah 5.3.2. Metode Sprig anchored and
yang tua atau diambil dari bibit yang unanchored
tumbuh pada permukaan sedimen. Untuk Metode spirg yaitu pengambilan
memanennya, buah dipotong dari bibit tanaman dengan pisau/parang
tangkainya dan dipecah maka kelihatan 4 dan ditranspinatsai tanpa substratnya.
atau lima biji. Biji dan benih segera Untuk penanaman dengan metode sprig
ditanam atau ditaruh di lapangan atau dengan jangkar biasanya dilakukan pada
laboratorium dan disiram dengan air arus dengan 1,5 knot (kira-kira 3 km
laut yang mengalir (Thorhaug, 1974). per jam) atau pada daerah dengan
Menurut Mcmillan (1981) dan gelombang akibat angin. Di Missisipi,
PHILLIPS (1960) ada 4 jenis dari 7 jenis Eleuterius (1974) menemukan bahwa
yang telah didokumentasi untuk dengan kontruksi balok dan besi yang

23
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 3 Edisi 1 (Mei 2010)

digunakan untuk jangkar tidak pada jarak 30 cm tidak ada tumbuhan yang
berpengaruh pada transplantasi untuk padat.
jenis lamun Halodule wrightii dan Untuk menghindari kerusakan
Thallasia testudinum. Tetapi Phillips yang permanen dari padang lamun
(1976) dengan jenis yang sama yang donor, maka pengambilan tanaman
dilakukan di Alaska akan mati jika dengan plug jangan terlalu dekat satu
menggunakan logam sebagai jangkarnya. dengan yang lain. Jarak satu sama lain
Sedangkan di Puget, Washington, untuk bervariasi antara 0,5 sampai 1,0 m
jenis Zostera marina tidak berpengaruh (Phillips et al. 1978; Van Breedveld
jika menggunakan besi atau logam 1975).
sebagai jangkar. 5.3.4. Waktu Penanaman
Mengingat dengan menggunakan Secara umum, di luar negeri
balok dan kawat akan meningkatkan waktu yang baik untuk transplantasi
biaya, maka disarankan menggunakan adalah pada musim semi. Tetapi,
plastik bentuk kasa (net). Beberapa transplantasi ini mungkin dapat dilakukan
tanaman dapat tumbuh dengan cepat kapan saja untuk Teluk Meksiko, Selatan
dengan menggunakan tehnik ini. Beufort pantai Atlantik, Carolina Utara,
Penanaman metode sprig tanpa jangkar dan pantai Pasifik mulai dari Washington
telah banyak berhasil untuk jenis Zostera sampai bagian selatan California, karena
marina dan Halodule wrightii. Biasanya daerah-daerah tersebut bebas dari laut es
untuk jenis Zostera cukup dengan 3 atau pada musim dingin, walaupun waktu yang
4 turion (shoot), sedangkan untuk jenis spesifik telah direkomendasikan dari studi
Halodule adalah 15-20 turion pada sebelumnya (Churcill et al. 1978;
rimpang (rhizome) yang sama. Metode Phillips, 1976; Phillips et al. 1978;
ini ditanam dengan menggali sebuah Thorhaug 1974,1976). Sedangkan di
lubang kecil pada substrat (dalamnya kira- bagian utara Beufort pantai Atlantik dan
kira 8 cm), kemudian ditutup dengan Alaska di pantai Pasifik, dimana ada laut es
substrat yang sama. Metode ini hanya pada musim dingin, maka transplantasi
dapat berhasil jika arus atau gelombang dilakukan jika es mencair dan tanaman
yang rendah. vegetatifnya mulia tumbuh. Tabel 3
5.3.3. Metode Plug menunjukkan daftar rekomendasi waktu
Metode plug yaitu pengambilan transplantasi untuk setiap jenis dan lokasi.
bibit tanaman dengan patok paralon dan Untuk perairan Indonesia, khsususnya di
tanaman dipindahkan dengan gugus Pulau Pari transplantasi dapat
substratnya. Biasanya menggunakan dilakukan sepanjang tahun. Untuk jenis
paralon (PVC) dengan diameter 10 cm Thalassiadan Cymodocea yang terbaik
untuk jenis Halodule, sedangkan untuk adalah pada Musim Barat (Azkab 1987,
Zostera, Thalassia dan Syringodium 1988). Pada Tabel 4 menunjukkan
dengan diameter 15-20 cm. Metode persentase tumbuh dari masing-masing
plug dengan menekan ke tanaman masuk jenis lamun pada beberapa lokasi.
ke substratnya, kemudian 5.3.5. Kondisi Lingkungan
ditransplantasi pada lobang yang sama Pada penanaman dan transplantasi
pada kedalaman 15-20 cm. Phillips et al. lamun beberapa faktor lingkungan yang
(1978) merekomendasikan bahwa metode perlu diperhatikan yaitu: kedalaman,
plug untuk Zostera ditransplantasi pada cahaya, temperatur, salinitas, nutrien,
kedalaman 45 cm atau lebih. Pada arus dan gelombang (Phillips, 1980).
percobaan di pelabuhan St. Joe, Florida a. Kedalaman
menunjukkan bahwa dengan jarak tanam Distribusi kedalaman lamun tergantung
15 cm muncul rumpun yang padat, tetapi dari hubungan beberapa faktor yaitu;
gelombang, arus, substrat, turbiditas dan

24
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 3 Edisi 1 (Mei 2010)

penetrasi cahaya. Pada daerah subtropis disebabkan oleh adanya pengerukan,


(temperate) Zostera tumbuh mulai surut buangan minyak. Di samping itu pada
terendah sampai kedalaman kira-kira 10 m waktu yang lama, kerapatan tanaman
(Phillips, 1974). Cottam & Munro, (1954) dapat turun karena meningkatnya
mengamati Zostera dapat tumbuh sampai sedimen oleh erosi (Phillips, 1980).
kedalaman 30 m jika perairannya c. Temperatur
terang/bersih. Pada daerah tropik Semua jenis lamun dapat tumbuh di
Halodule tumbuh mulai dari daerah bawah dan di atas pada tingkat
pasang-surut sampai pada kedalaman 14 m, temperatur yang normal (McMillan, 1978;
sedangkan Thalassia dan Syringodium Thayer et al. 1975). Zostera marina di
tumbuh dari surut terendah sampai sebelah utara dan selatan pantai Atlantik
kedalaman 10-20 m. Di Bahama, Thalassia dan Pasifik dapat tumbuh dan toleran
dapat tumbuh sampai kedalaman 35 m dengan temperatur yang tinggi dan rendah.
pada perairan yang terang/bersih Di Alaska pada daerah pasang-surut di
(Phillips, 1960). Sedangkan pada tern ukan Zostera marina yang
perairan yang keruh (turbiditas tinggi), memperlihatkan kenaikan fotosintesa
Iamun hanya dapat tumbuh di bawah 1 m pada temperatur 35°C. Sedangkan di
(Thayer et al, 1975). bawah daerah pasang-surut, fotosintesa
b. Cahaya menurun pada 30°C. Lebih lanjut
Backman & Barilotti (1976) Zieman (1975) melaporkan bahwa
mendemonstrasikan bahwa pembungaan fotosintesa pada lhalassia menurun jika
dan kerapatan dari Zostera marina di dibawah atau di atas dari 28-30°C.
goba sebelah selatan California ada Sedangkan pada penelitian Thqrhaug &
hubungannya dengan intensitas dan Sterns (1972) pada temperatur yang
penetrasi cahaya oleh kolom air. tinggi, Thalassia dapat berbung a tetapi
Dengan menutup tanaman (terpal) pada tidak berbuah. Di samping itu akibat
perairan dangkal akan menurunkan temperatur yang tinggi akan
penyinaran sampai 63 %. Setelah 18 hari, mengakibatkan banyaknya daun yang
kerapatan rata-rata yang dibawah terpal hilang dan akan menaikkan temperatur
menurun dan seteIah 9 bulan kerapatan sedimen Kenaikan temperatur sedimen
menurun sampai 5 % lagi. Pembungaan akan membuat tanaman mati (Wood &
juga menurun bagi tanaman yang Zieman, 1969).
ditutupi. Kenaikan kekeruhan dapat
Tabel 3. Waktu penanaman menurut jenis dan lokasi

Jenis Lokasi Waktu


Zostero marina pantai Alaska dan Alantaik utara, Maret atau Mei sampai akhir Juli
Carolina Utara
Beufort. Carolina Ulara, bagian akhir September sampai awal
selatan pantai Atlantik December
Halodule wrightii Washington sampai selatan Januari sama Mei (tetapi dapat
sepanjang tahun setiap saat
Calofornia, pantai Pas.lik
sepanjang tahun
pantai Teluk, pantai Atlantik, selatan
tanjung Canaveral. Florida
Thalassia pantai Teluk. pantai Atlantik, selatan plug: Desember-April, seeding,
Tetudinum Tanjung Canaveral, Florida untuk Thalasia Agustus
Syrigodiurn November, yang diproduksi di
filiforme lapangan
Cymodocea rotundata, ratatan terumbu Pulau Pan setiap saat sepanjang tahun
Thalassia hemprichii Kepulauan Senbu, Indonesia

25
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 3 Edisi 1 (Mei 2010)

Tabel 4. Persentase tumbuh dari masing-masing jenis dengan metode yang berbeda
Jenis Lokasi Metode Persentase (%)
Thalassia testudinurn Biscaync Bay Sprig 90 (1)
North Biscaync Bay Seed 84 (2)
Turkey Point Seed 80 (2)
Halodule wrightii Nort Biscayne Bay Sprig 54 (2)
Jamaika Plug 63 (1)
Lake Surprise Sprig 100 (2)
Zostcro marina Whidbey Island Anchor 40 (3)
Cymoroceo rotundata Pulau Pari PIllR 38 (4)
Sprig 43 (4)
Thalassia hemprichii Pulau Pari Plug 78 (5)
Sprig 77 (5)
Sumber : Phillips 1980, Azkab 1987, 1988
Keterangan : (1) Thorhaug (1974), (2) Thorhaug (1986), (3) Phillips (1974), (4) Azkab (1987), (5) Azkab (1988).

d. Salinitas sedimen pada padang lamun, tetapi


Perubahan salinitas kurang mungkin Baja dapat keluar dari padang
berpengaruh seperti pada perubahan lamun tersebut. Menurut Fenchel (1977)
temperatur. Zostera marina dapat yang sangat berperan pada siklus nutrien
tumbuh pada salinitas 10-30 o/oo dan adalah mikroba dekomposisi (bakteri).
Thalassia pada salinitas 20-35 o/oo (Phillips f. Arus dan Gelombang
1960, 1972). Sedangkan Halodule pada Churchill et al. ( 1978) melaporkan
daerah tropik dapat tumbuh pada bahwa dengan arus pasang-surut 1,5
salinitas 3,5-60 o/oo, sehingga jenis ini km/jam akan menghanyutkan semua
Iebih tinggi resistennya pada salinitas transplantasi metode sprig dari Zostera
yang tinggi dibandingkan dengan jenis- marina dalam tempo 3 bulan di Teluk
jenis lamun lainnya (McMillan & Moseley, Great South, New York, dan dengan
1967). metode plug hanya memerlukan waktu
e. Nutrien 2 minggu pada arus pasang-surut yang
Nutrien di kolom air bukan berkekuatan 2,4 km/jam. Sedangkan
merupakan faktor pembatas untuk dengan gelombang yang kuat dan gerakan
lamun. Nutrien umumnya ada pada air akibat perahu akan berpengaruh
sedimen, dan adanya logam berat pada terhadap keberadaan dan pertumbuhan dari
sedimen tidak mempunyai efek pada pembenihan Thalassia (Thorhaug, 1976).
lamun.
Padang lamun sangat penting dalam VI. PENUTUP
siklus nutrien. Nitrogen, Carbon, Sulfur Sebagai sumber daya pesisir,
dan nutrien lain akan dikonversi kedalam ekosistem padang lamun memiliki multi
bentuk yang berguna bagi biota lainnya. fungsi untuk menunjang sistem kehidupan
Nutrien ini akan diserap oleh dan berperan penting dalam dinamika
tanaman melalui akar dan akan pesisir dan laut, terutama perikanan
dikeluarkan kedalam massa air. Daun pantai sehingga pemeliharaan dan
Zostera marina dapat mengabsor fosfat, rehabilitasi ekosistem lamun merupakan
tetapi umumnya melalui akar baru ke daun salah satu alasan untuk tetap
dan masuk ke kolom air (McRoy & mempertahankan keberadaan ekosistem
Barsdate ( 1970). tersebut. Ekosistem lamun sangat
Serasah juga(detritus) lamun juga terkait dengan ekosistem di dalam
sangat penting dalam siklus nitrien. wilayah pesisir seperti mangrove,
Serasah dari daun akan dikumpulkan di terumbu karang, estauria dan ekosistem

26
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 3 Edisi 1 (Mei 2010)

lainya dalam menunjang keberadaan Sebagai upaya konservasi dan


biota terutama pada perikanan serta kelestariannya dalam rangka tetap
beberapa aspek lain seperti fungsi fisik mempertahankan lingkungan dan
dan sosial-ekonomi. Hal ini menunjukkan penggunaan yang berkelanjutan,
keberadaan ekosistem lamun adalah tidak maka dikembangkan pendekatan terpadu
berdiri sendiri, tetapi terkait dengan yang melibatkan berbagai pihak untuk
ekosistem sekitarnya, bahkansangat perlu untuk membuat solusi tepat dalam
dipengaruhi aktifitas darat. Namun, mempertahankan fungsi ekologis dari
akhir-akhir ini kondisi padang lamun ekosistem yaitu pengelolaan pesisir secara
semakin menyusut oleh adanya kerusakan terpadu atau Integrated Coastal
yang disebabkan oleh aktivitas manusia. Management (ICM).

DAFTAR PUSTAKA
Aswandy, I. 2003. Asosiasi Fauna Krustasea dengan Potongan-Potongan Lamun di
Laut Dalam. Jurnal Oseana Vol XXVIII, No 4. ISSN 0216-1877.

Azkab, M.H. 1987. Percobaan transplantasi lamun , Cy modocea rot undat a


Ehrenb.&Hempri.ex Aschers di rataan terumbu Pulau Pari, Kepulauan
Seribu. Kongres Nasional Biologi VIII, Purwokerto 8-10 Oktober 1987, 20 h.

Azkab, M.H. 1988. Transplantasi lamun, Thalassia hemprichli(Ehrenb.)Aschers


di rataan terumbu Pulau Pari, Kepulauan Seribu. Dalam: Teluk Jakarta;
biologi, budidaya, oseanografi, geol ogi dan kondisi perairan ( M. K. Moosa, D.
P. Praseno dan Sukarno, eds.). Puslitbang Oseanologi-LIPI, Jakarta, 105-111.

Azkab, M.H.1988. Pertumbuhan dan produksi lamun, Enhalus acoroides di rataan


terumbu di Pari Pulau Seribu.Dalam: P3O-LIPI, Teluk Jakarta:
Biologi,Budidaya, Oseanografi,Geologi dan Perairan. Balai Penelitian
Biologi Laut, Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi-LIPI, Jakarta.

Azkab, M.H.1999. Kecepatan tumbuh dan produksi lamun dari Teluk Kuta,
Lombok.Dalam:P3O-LIPI, Dinamika komunitas biologis pada ekosistem lamun
di Pulau Lombok, Balitbang Biologi Laut, PustlibangBiologi Laut-LIPI, Jakarta.

Azkab, M. H. 1999. Pedoman Inventarisasi Lamun. Jurnal Oseana, Volume


XXIV, Nomor 1, 1999 : 1- 16 ISSN 0216-1877.

Barber, B.J.1985. Effects of elevated temperature on seasonal in situ leaf productivity of


Thalassia testudinum banks ex konig and Syringodium fliforme kutzing.
Aquatic Botany 22:61-69.

Bengen,D.G. 2001. Sinopsis ekosistem dan sumberdaya alam pesisir. Pusat Kajian
Sumberdaya Pesisir dan Lautan, Instititut Pertanian Bogor.

ChurchilL, C.A., A.E. COK and M.1. RINER 1978. Stabilization of subtidal
sediments by the transplantation on the seagrass Zostera marina. Rept.
No.NYSSGJP-RS-78-15, New York, 25 p.

Cottam, C. and A.D. Munro 1954. Eel-grass status and environmental relations. ,J.
Wild.Manag. 8(4): 449-460.

27
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 3 Edisi 1 (Mei 2010)

Den Hartog, C. (1970). "Sea grasses of the world" North Holland Publishing c o . ,
Amsterdam, London pp. 272 .

Darovec, J.E., 1.M. Carlton, T.R. Pulver, M.D. Moffler, G.B. Smith, W.K. Whitfield, S.A.

Willis, K.A. Steidinger and E.A. Joyce 1975. Techniques for coastal restoration and
fishery enhancement in Florida. Nat.Kesour.Bur.Mar.Re.s.St. 15: 10-30.

Durak;O, M.J. and M.D. Moh-ler 1981. Variation in Thalassia testudinum seedling growth
related to geographic origin. In: Proc.8th Ann.Conf. Wetlands Restoration
and Creation. (R.H. Stovall, ed.). Hillsbrough Community Colege, Tampa,
Florida, p.132-154.

Eleuterius, L.N. 1974. A study of plant establishment on spoil areas in Missisippi


sound and adjacent waters. Report No. 74, US Army. 47p.

Fenchel, T 1977. Aspects of the decomposition of seagrasses. Nat.Sci. Found.,


Leiden, 18p.

Fonseca, M.S. 1987. The management of seagrass system. Trop. Coast. Area. Manag.
2(2): 5-10.

Fonseca, M.S., G.W. thayer and W.J. KenworthY. 1987. The use ecological data
in the implimentation and management of seagrass restoration. In: Proc. of
the Symp. on Subtropical-Tropical Seagrass of the Souteastern United
Stated (M.J Durako, R. C. Phillips and R.R. Lewis, eds.). Fla.Mar.Res.Publ. 42:
1-209.

Gary, R. and S. Langley 1985. Seagrass mitigation in Biscayne Bay, Florida. In: Coastal
Zone (0.T. Magoon, ed.). ASCE, New York, p 904-919.

Ginsburg, R. and H.A. Lowestan 1958. The influence of marine bottom communities on
the depositional environments of sediment. J. Geol. 66 (3): 310-318.

Hartog, C.den.1970. Seagrass of the world. North-Holland Publ.Co.,Amsterdam


Jannasch, H. W., K. Eimhjellen, CO. WIRSEN and A f Armanfarmian,
1971.

Jannasch, H. W. and CO. WIRSEN, 1973. Deep-sea microorganisms: In situ response to


nutrient enrichment. Science 180:641-643.

Helferich (eds.) Seagrass ecosystem : A scientific perspective. Mar. Sci. Vol. 4 Marcel
Dekker Inc. New York: 357 pp.

Kiswara W. 1999. Perkembangan Penelitian Ekosistem Padang Lamun di Indonesia.


Disampaikan pada Seminar Tentang Oseanografi Dalam Rangka Penghargaan
kepada Prof. Dr. Apriliani Soegiarto, M.Sc, Puslitbang Oseanografi LIPI Jakarta
1999.

Lewis, R.R., R.C. Phillips, D.J. Adamek and J.C. Cato 1982. Final report, seagrass
revegetation studies in Monroe County. Florida Oept. of
Transportation. Thallahassac, Florida, 95p.
28
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 3 Edisi 1 (Mei 2010)

McRoy, C.P. & C. Helferich. (1977). "Sea Grass Ecosystem" Marcel Dekker Inc.
New York & Basel pp. 314.

Phillips dan H.P.Calumpong. 1983. Sea Grass from the Philippines. Smithsonian Cont.
Mar. Sci. 21. Smithsonian Inst. Press, Washington.

Poiner, I.R. & G. Roberts,.(1986) "A brief review of seagrass studies in Australia.
Proc.National conference and Coastal Management. 2, 243-248.

Thayer, G.W., S.M. Adams and M.W. La Croix, 1975. Structural and functional aspects of
a recently established Zostera marina community. In : L.E. CRONIN
(ED.).

Thomlinson, P.B. 1974. Vegetative morphology and meristem dependence - the


Foundation of Productivity in seagrass. Aquaculture 4: 107-130.

Thorhaug, A. and C.B. Austin 1976. Restoration of seagrass with economic


analysis. Env. Conserv. 3 (4) : 259-257.

Wake, J. (1975). A study of habitat requirements and feeding biology of dugong,


Dugong dugong (Muller). Unpublished BSc Thesis, Departmen of Marine
Science, James Cook University of North Queensland, Townsville pp. 6 - 7.

Wood, E. J. F. , W.E. Odum and J. C. Zieman. (1969), Influence of the


seagrasses on the productivity of coastal lagoons, laguna Costeras. Un Simposio
Mem. Simp. Intern. U.N.A.M. - UNESCO, Mexico,D.F., Nov., 1967. pp 495 -
502.

Wolff, T. 1980. Animals associated with seagrass in the deep sea. In: Handbook
of seagrass biology (R.C. Phillips and P.C. McRoy, eds.). Garland STPM Press,
New York, p. l99-2.24.

Zieman, J.C. (1975). "Tropical seagrass ecosystems and pollution" In Tropical


Marine pollution. E.J. Ferguson wood & R.E. Johannes (ed.). Elsevier Sci.
Publsh. Co. Amsterdam pp. 63-73.

29

Anda mungkin juga menyukai