Anda di halaman 1dari 14

TUGAS STRUKTUR

METODE PENELITIAN SASTRA

"METODE-METODE DALAM PENELITIAN SASTRA"

Dosen pengampu : Dr. Emah Khuzaemah, M. Pd.

Disusun oleh kelompok 2 :

1. Abel Sukma Aprilia (1808110007)

2. Khalimatussa'diyah (1808110028)

3. Maesaroh (1808110034)

4. Hasna Ari Qothrunnada (1808110006)

5. Dimas Saputra (1708110003)

TADRIS BAHASA INDONESIA 6-A

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SYEKH NURJATI CIREBON

2021

1
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kemudahan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentu kami tidak akan
sanggup menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah
curahkan kepada baginda tercinta kita Nabi Muhammad SAW, yang kita nanti-nantikan
syafaatnya di akhirat nanti.

Kami panjatkan puji syukur atas karunia Allah SWT yang telah memberikan kami nikmat
sehat rohani maupun fisik, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah
Metode Penelitian Sastra yang berjudul “Metode-Metode Penelitian Sastra", yang diampu oleh
Dr. Emah Khuzaemah, M.Pd.

Kami tentunya menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna dan masih banyak
kesalahan serta kekurangan didalamnya. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran dari
pembahasan makalah ini. Semoga makalah ini dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi dan
menjadi bermanfaat khususnya bagi kami, dan umumnya bagi siapa saja yang membacanya,
sekian dan terima kasih.

Cirebon, 1 Maret 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................2

DAFTAR ISI..............................................................................................................................3

BAB 1........................................................................................................................................4

PENDAHULUAN.....................................................................................................................4

A. Latar Belakang Masalah.................................................................................................4

B. Rumusan Masalah...........................................................................................................4

C. Tujuan Penulisan.............................................................................................................4

BAB II........................................................................................................................................5

PEMBAHASAN........................................................................................................................5

A. Pengertian Metode, Metodologi, dan Teknik Metodologi...............................................5

B. Macam-macam Metode dalam Penelitian Sastra.............................................................6

1. Metode Intuitif............................................................................................................6

2. Metode Hermeneutika................................................................................................8

3. Metode Kualitatif.......................................................................................................9

4. Metode Analisis Isi...................................................................................................10

5. Metode Formal.........................................................................................................11

6. Metode Dialektika....................................................................................................12

7. Metode Deskriptif Analisis......................................................................................13

BAB III....................................................................................................................................14

PENUTUP................................................................................................................................14

A. Simpulan.......................................................................................................................14

B. Saran.............................................................................................................................14

DAFTAR PUSATAKA...........................................................................................................15

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Metode penelitian sastra merupakan alat penting dalam mewujudkan sebuah
penelitian sastra yangmemadai. Selain itu, upaya mendeskripsikan masalah sastra yang
bersifat unik dan universal sebagai objek penelitian, menjadi bagian yang tidak
terpisahkan dalam makalah ini. Pertimbangan utamanya adalah untukmemberikan
pengetahuan secara memadai mengenai penelitian sastra yang menuntut sebuah metode
penelitian yang khusus di samping tetap berada dalam jangkauan asas-asas penelitian
ilmiah secarauniversal.Karya sastra terdiri atas berbagai jenis; ada yang berupa puisi,
novel, cerpen, dan sebagainya. Didalamnya karya sastra terdapat berbagai hal yang dapat
dikaji, baik itu dari tokoh yang ada dalam cerita,gaya bahasa pengarang, maupun amanat
yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca melalui isicerita atau isi puisi yang
dibuatnya.Untuk melakukan suatu penelitian di bidang sastra, tentunya seseorang harus
menggunakan suatu teori, metode ataupun teknik yang sesuai dengan tujuan yang ingin
dicapai dari karya sastra tersebut.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan metode, metodologi, dan teknik metodologi dalam
penelitiann sastra?
2. Apa saja macam-macam metode dalam penelitian sastra?
C. Tujuan
1. Untuk memahami apa yang dimaksud dengan metode, metodologi, dan teknik
metodologi dalam penelitiann sastra
2. Untuk memahami apa saja macam-macam metode dalam penelitian sastra

4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Metode, Metodologi, dan Teknik Metodologi
Metode, Metodologi, dan Teknik Metode berasal dari kata methods, bahasa
Latin, sedangkan methodos itu sendiri berasal dari akar kata meta dan hados. Meta
berarti jalan, cara, arah. Dalam pengertian yang labih llluas metode dianggp
sebagai cara-cara, strategi untuk memahami realitas, langkah-langakh sistematis
untuk memecahkan rangkaian sebab akaibat berikutnya. Sebagai alat, sama dengan
teori, metode berfungsi untuk menyederhanakan masalah, sehingga lebih mudah
untuk dipecahkan dan dipahami.
Metode sering dikacaukan penggunaannya dengan metodologi. Secara
etimologi metodologi berasal dari methodos dan logos, yaitu filsafat atau ilmu
mengenai metode. Metodologi dengan demikian membahas prosedur intelektual
dalam totalitas komunitas ilmiah. Agak sulit membedakan antara metode dengan
teknik. Secara definitive metode denan teknik tidak memiliki batas-batas yang jelas.
Teknik berasal dari kata tekhikos, bahasa Yunani, juga berarrti alat, atau seni
menggunakan alat. Oleh karena itulah, sering metode di atas disebutkan sebagai teknik.
Ada tiga cara yang dapat dikemukakan untuk membedakan antara metode dengan teknik,
bahkan juga dengan teori sebagai berikut:
1. Dengan cara membedakan tingkat abstraksinya,
2. Dengan cara memperhatikan factor nama yang lebih luas ruang lingkup
pemakaiannya,
3. Dengan cara memperhatikan hubungannya dengan objek. Secara hierarkis, tingkat
abstraksi yang tertinggi dimiliki oleh teori, secara berturut-turut diikuti oleh metode
dan teknik. Aratinya, meskipun secara teoretis metode masih bersifat abstrak, tetapi
sebagian ciri-cirinya dapat diidentifikasi secara kongkret. Sebagai alat , tekni
bersifat paling kongkret, sebagai instrument penelitian teknik dapat dideteksi
secara indrawi. Oleh karean itulah, menurut Vredenbreght (1983: 20-21) teknik
berhubungan dengan data primer.
Metode dan teknik, meskipun keduanya berarti cara, tekni memiliki ruang
lingkup paling sempit, sebagai metode dalam penggunaan langsung, oleh karena

5
itulah, sering disebtu sebagai seni menggunakan metode. Oleh karena itu pula, sebagai
strategi utnuk memahami realitas, menurut Goldmann (1981: 39-40) metode yang
baik adalah metode yang selalu bersifat teknik. Istilah lain yang juga sering
menimbulkan perdebatan dalam dunia penelitian adalah pendekatan. Pendekatan sering
disamakan dengan metode. Secara etimologis pendekatan berasal dari kata appropio
(Latin) approacah (inggris), yang diartikan sebagai jalan dan penghampiran.
Membedakan secara rinci antara paradigma, pendekata, teori, metode, dan
teknik, sering dianggap sebagai pekerjaan yang sia-sia sebab yang dianggap lebih
penting adalah bagaimana penelitian dilakukan. Tetapi mengabaikan masalah –
masalah salah teknis di atas jauh lebih sia-sia sebab khkakikat ilmiah suatu
penelitian justru ditentukan melalui kemampuan peneliti dalam pengoperasikan
peralatan-peralatannya.
B. Macam-macam Metode dalam Penelitian Sastra
Metode dalam kegiatan meneliti sastra dapat diklasifikasikan menjadi tujuh,
berikut penjelasannya:
1. Metode Intuitif
Pada dasarnya sulit untuk menemukan apakah sebuah metode dapat dikatakan
baru, sehingga dikategorikan sebagai metode modern, atau sebaiknya sudah lama,
sehingga tidak relevan untuk dipergunakan. Dikaitkan dengan fungsinya sebagai alat,
metode lahir setiap saat dipergunakan. Sebagai alat, metode adalah proses,
diperbaharui secara terus-menerus. Konsekuensi yang ditimbulkan, metode lama
ditinggalkan digantikan dengan metode yang baru. demikian seterusnya, metod eyang
barupun akan ditinggalkan dan diganti dnegan metode yang lebih baru. masalah yang
perlu diperhatikan adalah kenyataan bahwa metode-metode baru tersebut tidak secara
keseluruhan baru, melainkan merupakan modifikasi dari metode sebelumnya.
Metode inuitif dianggap sebagai kemampuan dasar manusia dalam upaya
memahami unsur-unsur kebudayaan. Manusia memahami kebudayaan jelas dengan
pikiran dan perasaannya, yaitu dengan intuisi, penafsiran, unsur-unsur, sebab-akibat,
dan seterusnya. Sejajar dengan perkembangan ilmu pengetahuan maka setiap
komponen diperbaharui sekaligus disesuaikan dengan objek yang dipahami. Sebagai
metode filsafat, menurut Anton Bakker (1984), metode intuitif digunakan oleh pendiri

6
neo-Platonisme, yaitu Platinos (250-270 M). Dasar metodenya adalah filsafat Yunani,
khususnya Plato dan Aristoteles. Ciri dari metode intuitif adalah kontemplasi,
pemahaman terhadap gejala-gejala cultural dengan mempertimbangkan
keseimbangan antara individu dengan alam semesta. Dikaitkan dengan zamannya
yang jelas metode intuitif memiliki hubungan yang erat dengan hermeneutika.
Faktor-Faktor Mempengaruhi Intuitif
a. Penguasaan Bahan
Umumnya seseorang yang sudah menguasai keahlian atau bidang ilmu tertentu
menggunakan metode intuitif dalam berpikir. Berbeda dari orang yang belum
memiliki keahlian khusus biasanya akan menelaah dan mempelajari dahulu
sebelum mengambil tindakan.
b. Struktur Pengetahuan
Penting untuk memahami seluk beluk atau struktur bidang ilmu tertentu. Apabila
seseorang mengetahui struktur pengetahuan maka lebih potensial menerapkan
metode berfikir intuitif.
c. Prosedur Heuristik
Individu juga dapat melakukan prosedur heuristik agar menemukan jawaban yang
tepat. Contohnya memecahkan masalah sulit dengan menggunakan metode
berfikir secara analogi, membuat diagram, maupun berdasarkan simetri.
d. Menerka
Ada juga faktor menerka-nerka dalam memecahkan suatu masalah. Menerka lebih
membebaskan individu menemukan pemecahan dari suatu masalah. Faktor ini
juga menuntut seseorang agar mengasah pikirin kreatif dan menjadi produktif.
2. Metode Hermeneutika
Metode ini dianggap sebagai metode ilmiah paling tua yang sudah ada sejak
zaman Plato dan Aristoteles. Mula-mula metode ini berfungsi untuk menafsirkan
kitab suci. Hermeneutic modern baru berkembang sejak abad ke-19 melalui gagasan
Schleiermacher, Dilthey, Heidegger, Gadamer, Habermas, Ricoeur, dan sebagainya.
dalam sastra dan filsafat, hermeneutic disejajarkan dnegan interpretasi, pemahaman,
verstehen, dan retroaktif.

7
Secara etimologis, hermeneutika berasal dari kata hermeneuin, bahasa
Yunani, yang berarti menafsirkan atau menginterpretasikan. Secara mitologis,
hermeneutika dikaitkan dengan hermes, nama Dewa Yunani yang menyampaikan
pesan ilahi kepada manusia. pada dasarnya medium pesan adalah bahasa, baik bahasa
lisan maupun tulisan. Jadi, penafsiran disampaikan lewat bahasa, bukan bahasa itu
sendiri. Karya sastra perlu ditafsirkan sebab di satu pihak lain, di dalam bahasa sangat
banyak makna yang tersembunyi atau dengan sengaja disembunyikan.
Dikaitkan dengan fungsi utama hermeneutika sebagai metode untuk
memahami agama, maka metode ini dianggap tepat untuk memahami karya sastra
dengan pertimbangan bahwa di antara karya tulis, yang paling dekat dengan agama
adalah karya sastra. Asal mula agama adalah firman Tuhan, asal mula sastra adalah
kata-kata pengarang. Baik sebagai hasil ilahi maupun subjek creator, agama dan
sastra perlu ditafsirkan sebab di satu pihak, seperti disebtkan yang di atas, kedua
genre terdiri atas bahasa.
Metode hermeneutik ini tidak mencari makna yang benar melainkan makan
yang paling optimal. Menginterpretasikan, untuk menghindarkan keterbatasan proses
interpretasi, peneliti mesti memiliki titik pijak yang jelas pada umumnya dilakukan
dengan gerak spiral. Penafsiran terjadi karena setiap subjek memandang objek
melalui horizon dan paradigm yang berbeda-beda. Keragaman pandangan pada
gilirannya menimbulkan kekayaan makna dalam kehidupan manusia, menambahkan
estetika, etika, dan logika
3. Metode Kualitatif
Metode kualitatif pada dasarnya sama dengan metode hermeneutika. Artinya,
baik metode hermeneutika, kualitatif, dan analisis isi, secara keseluruhan
memanfaatkan cara-cara penafsiran dengan menyajikannya dalam bentuk deskripsi.
Sebagai bagian perkembangan ilmu sosial, kualitas penafsiran dalam metode
kualitatif dengan demikian dibatasi oleh hakikat fakta-fakta sosial. Artinya, fakta
sosial adalah fakta-fakta sebagaimana ditafsirkan oleh subjek. Metode kualitatif
memberikan perhatian terhadap data alamiah, data dalam hubungannya dengan
konteks keberadaannya. Dalam penelitian karya sastra, misalnya, akan dilibatkan

8
pengarang, lingkungan sosial di mana pengarang berada, termasuk unsur-unsur
kebudayaan pada umumnya.
Landasan berpikir metode kualitatif adalah paradigma positivisme Max
Weber, Immanuel Kant, dan Wilhelm Dilthey (Moleong, 1989: 10-11). Objek
penelitian bukan gejala sosial sebagai bentuk substantif, melainkan makna-makna
yang terkandung di balik tindakan, yang justru mendorong timbulnya gejala sosial
tersebut. Hubungan inilah, metode kualitatif dianggap persis dengan metode
pemahaman. Penelitian kualitatif mempertahankan hakikat nilai-nilai. Oleh karena
itulah, penelitian kualitatif dipertentangkan dengan penelitian kuantitatif yang bersifat
bebas nilai. Dalam ilmu sosial sumber datanya adalah masyarakat, data penelitiannya
adalah tindakan-tindakan, sedangkan dalam ilmu sastra sumbernya adalah karya,
naskah, data penelitiannya, sebagai data formal adalah kata-kata, kalimat, dan
wacana. Sosiologi dan psikologi sastra, sumber datanya dapat berupa masyarakat
sebab masyarakatlah yang menghasilkan karya sastra tersebut.
Ciri-ciri terpenting metode kualitatif:
a. Memberikan perhatian utama pada makna dan pesan, sesuai dengan hakikat
objek, yaitusebagai studi cultural,
b. Lebih mengutamakan proses dibandingkan dengan hasil penelitian sehingga
makna selalu beruabh,
c. Tidak ada jarak antara subjek penelitian dengan objek penelitian, subjek
penelitiian sebagai instrument utama, sehingga terjadi interaksi langsung di
antaranya,
d. Desain dan kerangka penelitian bersifat sementara sebab penelitian bersifat
terbuka,
e. Penelitian bersifat alamiah, terjadi dalam konteks sosial budayanya masing-
masing.
4. Metode Analisis Isi
Menurut Verdenbreght (1983), secara eksplisit metode analisis isi pertama
kali digunakan di amerika Serikat pada tahun 1926. Tetapi secara praktis, telah
digunakan jauh sebelumnya. Sesuai dengan namanya analisis isi terutama
berhubungan dengan isi komunikasi, baik secara verbal, dalam bentuk bahasa,

9
maupun nonverbal, seperti arsitektur, pakaian, alat rumah tangga, dan medi
elektronik. Dalam ilmu sosial, isi yang dimaksudkan berupa masalah-masalah sosial,
ekomoni, dan politik, termasuk propaganda. Jadi, keseluruhan isi dan pesan
komunikasi dalam kehidupan manusia. Tetapi dalam karya sastra, isi yang
dimaksudkan adalah pesan-pesan yang dengan sendirinya sesuai dengan hakikat
sastra.
Isi dalam metode analisis isi terdiri atas dua macam, yaitu isi laten dan isi
komunikasi. Isi laten adalah isi yang tekandung dalam dokumen dan naskah,
sedangkan isi komunikasi adalah pesan yang terkandung sebagai akibat komunikasi
yang terjadi. Isi laten adalah isi sebagai dimaksudkan oleh penulis, sedangkan isi
komunikasi adalah isi sebagaimana terwujud dalam hubungan naskah dengan
konsumen. Dengan kalimat lain, isi komunikasi pada dasarnya juga
mengimplikasikan isi laten, tetapi belum tentu sebaliknya. Objek formal metode
analisis isi ini adalah isi komunikasi. Analisis terhadap isi laten akan menghasilkan
arti, sedangkan analisis terhadap isi komunikasi akan menghasilkan makna.
Sebagaimana metode kualitatif, dasar pelaksanaan metode analisis isi adalah
penafsiran. Apabila proses penafsiran dalam metode kualitatif memberikan perhatian
pada situasi alamiah, maka dasar penafsiran dalam metode analisis isi memberikan
perhatian pada isi pesan. Oleh karena itulah, metode analisis isi dilakukan dalam
dokumen-dokumen yang padat isi. Peneliti menekankan bagaimana memaknakan isi
komunikasi, memaknakan isi interaksi simbolik yang terjadi dalam peristiwa
komunikasi. Dalam karya sastra misalnya dilakukan untuk meneliti gaya tulisan
seorang pengarang. Dalam media massa penelitian dengan metode analisis isi
dilakukan terhadap paragraph, kalimat, dan kata, termasuk volume ruangan yang
diperlukan, waktu penulisan, di mana ditulis, dan sebagainya, sehingga dapat
diketahui isi pesan secara tepat. Cara yang sama juga dapat dilakukan untuk
menganalisis kumpulan surat-surat pribadi. Vredenbreght menyebutkan penelitian
Max Webar dalam buku The Protestant Ethic and the Spirit of Capitalism sebagai
contoh penerapan metode analisis isi yang snagat berhasil.
5. Metode Formal

10
Secara etimologi formal berasal dari kata forma (Latin) berarti bentuk, wujud.
Metode formal adalah analisis dengan mempertimbangkan aspek-aspek formal,
aspek-aspek bentuk, yaitu unsure-unsur karya sastra. Tujuan metode formal adalah
studi ilmiah mengenai sastra dengan memeperhatikan sifat-sifat teks yang dianggap
artistic. Ciri utama metode formal adalah analisis terhadap unsure-unsur karya sastra,
kemudian bagaimana hubungan antara unsure-unsur tersebut dengan totalitasnya.
Oleh karena itulah, metode formal sama dengan metode unsure atau metode
structural, yang kemudian berkembang menjadi teori strukturalisme. Metode formal
memandang bahwa keseluruahn aktivitas cultural memiliki dan terdiri atas unsure-
unsur. Tugas utama metode formal adalah menganalisis unsur-unsur sesuai dengan
peralatan yang terkandung dalam karya jumlah, jenis, dan model unsur-unsur
ekstrinsik dan intrinsik.
6. Metode Dialektika
Secara etimologi, dialektika berasal dari kata dialectica, bahasa latin, yang
berarti cara membahas. Secara historis, metode dialektik sudah ada sejak zaman
Plato, tetapi diperkenalkan secara formal oleh Hegel. Mekanisme kerjanya terdiri atas
tesisi, anestesis, dan sintesis. Menurut Hauser (1985), dalam dialektika unsur yang
satu tidak harus lebur ke dalam unsur yang lain, individualitas justru dipertahankan di
samping interdependensinya.
Prinsip-prinsip dialektika dikembangkan oleh Friedrich Hegel atas dasar
pertentangan kelas. Prinsip-prinsip dialektika hampir sama dnegan hermeneutika,
khususnya dalam gerak spiral eksplorasi makna, yaitu penelusuran unsure ke dalam
totalitas dan sebaliknya. Perbedaannya adalah kontinuitas operasionalisasi tidak
berhenti pada level tertulis, tetapi diteruskan pada jaringan kategori sosial justru
merupakan maknanya secara lengkap.
Secara teoritis, setiap fakta sastra dapat dianggap sebagai tesisi, kemudian
diadakan negasi. Adanya pengingkaran maka tesisi dan anestesis seolah-olah hilang
atau berubah menjadi kualitas fakta yang lebih tinggi, yaitu sintesis itu sendiri.
Sintesis kemudian menjadi tesisi kembali, demikian seterusnya sehingga proses
pemahaman terjadi secara terus-menerus.
7. Metode Deskriptif Analisis

11
Metode penelitian dapat juga diperoleh melalui gabuangan dua metode,
dengan syarat kedua metode tidak bertentangan. Metode deskriptif analitik dilakukan
dengan cara mendeskripsikan fakta-fakta yang kemudian disusul dengan analisis.
Secara etimologis deskripsi dan anlisis berarti menguraikan. Meskipun demikian,
analisis yang berasal dari bahasa Yunani, analyein (ana= atas, lyein=lepas, urai).
Telah diberikan arti tambahan, tidak semata-mata menguraikan melainkan juga
memberikan pemahaman dan penjelasan secukupnya. Metode ini juga dapat
digabungkan dengan metode formal. Penelitian deskriptif tidak memberikan
perlakuan, manipulasi, atau pengubahan pada variabel-variabel bebas, tetapi
menggambarkan suatu kondisi apa adanya. Metode deskriptif ini disertai dengan
kegiatan analisis agar diperoleh pemahaman dan pembahasan yang mendalam

12
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Metode penelitian sastra merupakan alat penting dalam mewujudkan
sebuah penelitian sastra yang memadai. Metode dalam kegiatan meneliti sastra
dapat diklasifikasikan menjadi tujuh, yaitu 1) Metode Intuitif, dianggap sebagai
kemampuan dasar manusia dalam upaya memahami unsur-unsur kebudayaan, 2)
Metode Hermeneutika, dianggap sebagai metode ilmiah paling tua dengan
menafsirkan atau menginterpretasikan pesan yang berupa bahasa, baik bahasa
lisan maupun tulisan, 3) Metode Kualitatif yang secara keseluruhan
memanfaatkan cara-cara penafsiran dengan menyajikannya dalam bentuk
deskripsi, 4) Metode Analisis Isi yang berhubungan dengan isi komunikasi, baik
secara verbal, dalam bentuk bahasa, maupun nonverbal, seperti arsitektur,
pakaian, alat rumah tangga, dan medi elektronik, 5) Metode Formal, analisis
dengan mempertimbangkan aspek-aspek formal, aspek-aspek bentuk, yaitu unsur-
unsur karya sastra, 6) Metode Dialektika, mekanisme kerjanya terdiri atas tesisi,
anestesis, dan sintesis, dan 7) Metode Deskriptif Analisis, diperoleh melalui
gabuangan dua metode, dengan syarat kedua metode tidak bertentangan.
B. Saran
Penulis, menyadari bahwa makalah ini masih banyak sekali kesalahan dan
sangat jauh dari kesempurnaan. Tentunya, penulis akan terus memperbaiki
makalah dengan mengacu pada sumber yang dapat dipertanggungjawabkan
nantinya. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca mengenai pembahasan makalah ini, yaitu metode-metode dalam
penelitian sastra.

13
DAFTAR PUSTAKA

Endraswara, Suwardi. 2013. Metodologi Penelitian Sastra, Epistemologi,. Model, Teori, dan
Aplikasi. Yogyakarta: Graha Ilmu.

https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=http://ketikatuhanjatuhcinta.blogspot.com/2014/03/metode-
penelitian-sastra.html%3Fm
%3D1&ved=2ahUKEwirv6uhgI_vAhXqqksFHfBqAVAQFjABegQIAhAF&usg=AOvVaw0hs
MhAzxIfp7BpiBfGKptn&cshid=1614599309574

https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=https://www.academia.edu/9324886/metode_penelitian_sastra&v
ed=2ahUKEwirv6uhgI_vAhXqqksFHfBqAVAQFjALegQIBxAC&usg=AOvVaw1QB9Ph1Edy
4FJzb-rdSUHc&cshid=1614598849269

Hudayat, Asep Yusup. 2007. Metode Penelitian Sastra. Bandung: Modul Fakultas Sastra
Universitas Padjadjaran.

Ratna, Nyoman Kutha. 2013. Teori, Metode dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.

14

Anda mungkin juga menyukai