Oleh
Kelompok 8
M. Aidil Fatha NIM: 06091181924076
Alfia Rizki Musayyada NIM: 06091281924026
Chelsea Novalin Deluciana NIM: 06091281924020
Devi Permata Sari NIM: 06091281924011
Zahwa Putri Aliefah NIM: 06091281924034
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2020
1
MANFAAT ALGAE BAGI KEHIDUPAN DAN BIOFUEL
SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF
Abstrak
Pendahuluan
Terdapat sekitar 300.000 spesies tumbuhan di dunia, tumbuhan tersebut
hidup dengan keanekaragaman di setiap daerahnya. Tumbuhan yang terdapat di
Arktik tundra berbeda dengan tumbuhan yang terdapat di hutan hujan tropis.
Begitu juga perbedaan tumbuhuhan yang tumbuh di tanah dan di dasar laut atau
perairan. Jenis tumbuhan juga bermacam-macam, ada tumbuhan berpembuluh
yaitu tumbuhan yang memiliki jaringan pembuluh dan tumbuhan tak berpembuluh
yaitu tumbuhan yang tidak memiliki jaringan pembuluh. Salah satu jenis tanaman
yang tidak memiliki jaringan pembuluh adalah algae.
Algae tidak memiliki taksonomi yang berdiri secara formal. Algae
digunakan untuk mengindikasikan sebuah polifiletik, non kohesif, tak
berpembuluh dan memproduksi O2 atau organisme fotosintesis (dengan
pengecualian jenis algae yang memiliki pembentukan pigmen selain hijau)
(Gualtieri, 2006). Menurut sistem klasifikasi 4 kerajaan (four kingdom system),
algae (mikroalgae dan makroalgae) termasuk ke dalam kerajaan protoktista
(protista tingkat tinggi atau protista eukariotik). Namun, pada sistem klasifikasi 5
2
kerajaan (five kindom system) dan sistem klasifikasi 6 kerajaan (six kingdom
system), mikroalgae (pembentukan fitoplankton) termasuk ke kerajaan protista,
sedangkan makroalgae masuk ke dalam kerajaan plantae (tumbuhan). Perbedaan
antara algae dan tumbuhan lebih banyak dibandingkan kesamaan dari keduanya.
Contohnya, algae tidak memiliki akar sesungguhnya seperti yang dimiliki oleh
tumbuhan lain, algae juga ada tidak memiliki jaringan pembuluh seperti xylem
dan floem, algae tidak memiliki daun dan batang sesungguhnya seperti yang
dimiliki oleh tumbuhan pada umumnya. Hal tersbut menjadi alasan mengapa
algae ada yang termasuk ke dalam kerajaan protista dan ada yang termasuk ke
dalam kerajaan plantae.
Algae memiliki dua tipe dasar, yaitu prokariotik dan eukariotik. Algae
prokariotik seperti Cyanophyta dan Prochlorophyta, sedangkan algae eukariotik
seperti Glaucophyta, Rhodophyta, Heterophyta, Haptophyta, Cryptophyta,
Dinophyta, Euglenophyta, Chlorarachinophyta, dan Chlorophyta. Ukuran algae
sangat beragam, ada yang berukuran diameter 0.2-2.0 µm seperti picoplankton
dan ada yang berukuran panjang 60 m seperti giant kelps atau rumput laut raksasa.
Terdapat empat kelompok besar algae yang berbeda yakni kelompok pertama
terdiri dari algae prokariotik seperti cyanophyta; kelompok kedua terdiri dari
algae eukariotik dengan kloroplas yang hanya dikelilingi oleh selubung kloroplas
seperti glaucophyta, rhodophyta, dan chlorophyta; kelompok ketiga terdiri dari
algae yang mempunyai kloroplas yang dikelilingi oleh satu membran retikulum
endoplasma kloroplas seperti euglenophyta dan dinophyta; dan kelompok empat
memiliki dua membran retikulum endoplasma yang mengelilingi kloroplas seperti
cryptophyta dan heterokontophyta (Lee, 1999).
Saat ini, algae memiliki peran penting dalam kehidupan. Kegunaan algae
dalam kehidupan sehari-hari ialah digunakan sebagai bahan utama kosmetik, obat-
obatan, makanan, fertilizer, industri, sebagai sumber energi seperti biofuel, dan
pelayanan ekosistem.
3
Algae dan Klasifikasi Algae
Klasifikasi algae dikelompokkan ke dalam beberapa kelompok seperti
berikut :
4
Algae Sebagai Sumber Kehidupan
Salah satu sumber daya alam dengan tingkat keanekaragaman yang tinggi
adalah algae. Algae berasal dari bahasa Latin “alga” yaitu ganggang laut atau
rumput laut. Ilmu yang mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan dengan algae
disebut algologi. Adapun fikologi yaitu ilmu yang mempelajari hal-hal yang
berkaitan dengan algae. Algae mempunyai banyak manfaat, yaitu :
1. Sumber utama energi dan makanan
Manfaat terpenting algae ialah sebagai penghasil utama bahan organik
dalam ekosistem perairan, karena erat kaitannya dengan proses fotosintesis.
Aktivitas fotosintesis jadi sumber oksigen di lingkungan perairan dan
sekitarnya sehingga organisme lain yang hidup dalam air bisa mendapatkan
keuntungan secara langsung. Kehidupan hewan di dalam air sangat bergantung
pada algae karena hanya tumbuhan hijau yang dapat mengubah energi matahari
dimana energi matahari sendiri merupakan sumber semua energi menjadi
makanan hewan.
2. Makanan manusia
Gambar 1 Manfaat Alga sebagai Sumber Makanan bagi Makhluk
Hidup (Sumber: Frank
Kandungan mineral, Fields)karbohidrat, dan protein pada algae
vitamin,
menyebabkan algae, seperti algae coklat dan algae merah telah dijadikan
sebagai bahan makanan.
Berikut beberapa jenis algae yang dijadikan bahan makanan :
5
a. Algae coklat (Phacophyceae)
Pada algae coklat terdiri dari protein dengan 17 asam amino, lemak, dan
karbohidrat, serta beberapa mineral seperti karotena, tiamin, dan subflavin.
- Laminaria, mengandung Fe, vitamin A, vitamin C, dan protein yang
tinggi. Makanan yang mengandung Laminaria di Jepang disebut
“kombu” sedangkan di Amerika Serikat dan Korea, Laminaria
dijadikan sebagai bahan untuk sup dan acar.
- Alaria, memiliki kandungan vitamin B6 dan vitamin K yang tinggi.
Negara yang menjadikan Alaria sebagai bahan makanan adalah Jepang,
Amerika Serikat, Inggris, dan Islandia.
- Durvillea, populer dengan nama “cachiyugo” di Amerika Serikat.
Durvillea diolah dengan cara dikeringkan dan digarami.
- Sargassum, termasuk salah satu sumber yodium, protein, vitamin C,
dan asam folat.
b. Algae merah (Rhodophyceae)
- Porphyra, memiliki kandungan protein, vitamin A, dan vitamin C yang
sangat tinggi
- Palmaria, di beberapa negara, algae ini digunakan sebagai bahan
campuran bir dan minuman beralkohol
- Chodrus crispus, memiliki kandungan vitamin A yang sangat tinggi.
Sering dijadikan bahan pembuatan es krim
- Gigarpina papillata, memiliki kandungan vitamin C yang tinggi dan
sering dijadikan bahan pembuatan puding
- Rhodymenia palmata, sering dijadikan bahan makanan oleh nelayan.
c. Algae hijau (Chlorophycyeae)
- Monostroma, sering digunakan untuk sup
- Ulva, diolah dengan cara dikeringkan dan digarami lalu dijadikan bahan
untuk salad dan sup. Ulva merupakan sumber vitamin C, protein, asam
folat, dan beberapa jenis mineral seperti Ca, K, Mg, Na, Cu, Fe, dan Zn
- Codium, memiliki kandungan Fe yang tinggi. Sering digunakan sebagai
salad, sup, dan manisan
6
- Chlorella, memiliki kandungan protein dan lipid yang sangat tinggi.
Dijadikan sebagai bahan makanan untuk penerbangan ruang angkasa.
d. Algae hijau-biru (Cyanophyceae)
- Nostocommune merupakan algae hijau-biru yang digunakan untuk
bahan makanan dengan kandungan protein yang sangat tinggi. Selain
itu, ada juga makanan dengan kandungan protein yang sangat tinggi
- Phorimidium tenue dan Chroococus turgidus, yang dapat dijadikan
sebagai bahan makanan.
3. Agar-Agar
Agar-agar diproduksi di berbagai belahan dunia menggunakan bahan baku
Gelidium, Glacilaria, Ahnfeltia, Hypnea, Camphylaephora, Pterocladia,
Eucheuma, Gigartina, Chondrus, Phyllophora, Achanthopora, Specifera,
Ceremium sp., Corralosis sp., Digena simplex, Leurencia tropica, dan Porphyra.
4. Keraginan
Keraginan dapat digunakan sebagai bahan pembuatan pasta gigi, kosmetik,
cat, penghalus dalam industri kulit, tekstil, bir, dan industri farmasi, serta bisa
mempercepat proses pembekuan darah.
5. Funori
Funori merupakan salah satu jenis lem yang berasal dari algae merah yang
memiliki daya adhesif yang tinggi yang digunakan untuk kertas dan kain. Jenis
algae yang dijadikan bahan funori adalah Ahnefeltia, Chondrus, Grateloupia, dan
Iridaea.
6. Alginat
Alginat digunakan dalam industri pembuatan ban, cat, es krim, kain tahan
api, dan barang-barang dari plastik. Bahan baku pembuatan alginat adalah
Laminaria, Macrocystis, Durvillea, Aschophyllum, Ecklonia, Lassonia, Fucus,
Cytoseira, Padina, Hormophysa, Sargassum, dan Tubinaria.
7. Sumber mineral
Algae yang menjadi sumber mineral antara lain, Gloiopeltis furcata,
Hijikia fusiforme, Digenea simplex, ulva lactuca, Gelidium amansii, Laminaria
7
religosa, Polyshiponia, Rhodymenia, Caulerpa lentillifera, Euchemma alvarezii,
dan Laurencia tronoi.
8. Makanan ternak
Lamminaria, Sargasum, Aschophyllum, Macrocystis, Rhodymenia, dan
Pelvetia.
9. Bahan pupuk
Lithophyllum, Lithothamnion, Chara, Fucus vesiculosis, Fucus seratys,
Alaria fistulosa, Sargassum, Ecklonia radiat, dan Lessonia veriegeta.
10. Antibiotik
Chlorella, Aschopyllum nodosum, Rhodomenia larix, Laminaria digata,
Palveria, dan Polysphonia.
8
generasi pertama , diproduksi dari gula, minyak tanaman, dan lemak hewan.
Generasi kedua, dari jerami, jagung dan pohon. Generasi ketiga berasal dari
minyak alga. Generasi keempat berasal dari CO2 dari udara meliputu pirolisis,
gasifikasi, upgrading, teknologi manipulasi genetik yang mensekresikan
hidrokarbon.
Algae merupakan salah satu cara yang dapat dijadikan sumber energi
alternatif. Bahan bakar tersebut terbuat dari mikroalga. Mikroalga memiliki
kandungan minyak sebesar 80% dari massa tubuhnya. (Froz, 2012). Produksi
biofuel dari mikroalga memiliki beberapa keuntungan yaitu: tidak bersaing
dengan bahan pangan, organisme fototropik (pertumbuhannya optimal dibawah
matahari), fiksasi CO2 dari atmosfer, pembakaran gas berat industri dan dapat
larut dari karbonat. Mengandung garam anorganik (N, P, dan K), dengan suhu
antara 20-30°C, kurang lebih 50% berat kering tubuhnya terdiri dari karbon,
mikroalga menghasilkan lemak, hidrokarbon, dan minyak kompleks lainnya pada
beberapa spesies.
Mikroalgae mempunyai kemampuan untuk memproduksi selulosa, tepung,
dan minyak secara efisien serta dalam jumlah yang besar. Beberapa mikroalgae
dan Cyanobacteria dapat memproduksi biodiesel 15-300 kali lebih banyak
daripada tanaman semusim lain pada area tertentu. Mikroalgae juga dipanen
dengan waktu yang sangat singkat (1 sampai 10 hari tergantung pada proses),
bahkan dilakukan pemanenan berkali-kali dan terus-menerus. Berikut merupakan
tabel jenis alga yang dapat digunakan pada pembuatan biodiesel.
Tabel 2 Jenis algae yang dapat digunakan dengan konvensional dan
pemanenan
Sumber Algae Habitat Jenis
Scenedesmus acutus Air tawar Alga hijau
Chlorella vulgaris Air tawar Alga hijau
Microcystis species Air tawar Alga biru-hijau
Phaeodactylum Air laut Diatom
tricornutum
Chlorococcum Air laut Alga hijau
Tetraselmis species Air laut Alga hijau
Nannochloris oculata Air laut Alga hijau
Tetraselmis species Air laut Alga hijau
9
Sistem Kultivasi Algae
Sistem kolam terbuka dan bioreaktor tertutup sudahh mencapai viabilitas
secara ekonomi dalam memproduksi produk yang bernilai tinggi seperti
astaxantin dan nutraseutikal. Namun, margin ekonomi untuk produksi biofuel
masih relatif rendah yang diakibatkan oleh nilai pasar (market value).
Optimalisasi produksi biomassa menjadi pusat perhatian dalam meningkatkan
nilai ekonomi produksi biofuel (Haag, 2007) dan hal ini membutuhkan
optimalisasi sistem kultivasi. Dalam sistem kultivasi ini terdapat faktor-faktor
yang memengaruhi dalam optimalisasi kultur seperti temperatur, pencampuran,
dinamika fluida, distribusi, ukuran gelembung udara, dan gangguan hidrodinamik.
Selain itu faktor pertukaran gas, transfer massa, intensitas dan siklus cahaya,
kualitas air, kerentaan sel, regulasi karbon, dan pH juga mempengaruhi
pengoptimalan sistem kultivasi algae.
Dalam sistem kultivasi algae, setidaknya terdapat 2 (dua) metode dalam
sistem kultivasi algae, yakni sistem bioreaktor tertutup dan sistem bioreaktor
silindris.
a. Sistem bioreaktor tertutup
Sistem bioreaktor tertutup dibuat untuk tujuan khusus. Produk yang
bernilai tinggi dan dibutuhkan untuk pabrik yang membutuhkan kualitas kultur
yang baik, sehingga diperlukan reaktor yang steril atau setidaknya dapat
mengontrol reaktor tetap berada dalam kultur unialgae. Keuntungan sistem
bioreaktor tertutup ini ialah dapat mencegah adanya kontaminasi yang sulit
dilakukan di open pond system. Selanjutnya, pada sistem ini akan mendapatkan
masukan CO2 yang lebih baik, disamping terkontrolnya temperatur, pencahayaan,
dan faktor fisik lainnya (Jutner, 1982).
10
Gambar 2 Sistem bioreaktor tertutup (Sumber : Mudasir, 2010)
11
Gambar 3 Cyindrical Bioreactor System (Sumber : Mudasir,
2010)
Pemanenan
Secara umum, aspek ekonomi produksi mikroalgae tergantung pada
teknologi yang digunakan untuk pemanenan dan konsentrasi algae dalam usaha
untuk mendapatkan biomassa algae pada proses selanjutnya. Pemisahan algae dari
medium menghadapi banyak kesulitan, seperti konsentrasi yang kecil dalam
medium. Sebagian besar algae mempunyai ukuran yang sangat kecil dan
mempunyai massa jenis (densitas) yang hanya sedikit lebih besar dari air.
Sehingga proses pemanenan tergantung pada tujuan dari penggunaan microalgae
selanjutnya.
12
menyedot biomassa algae dari sabuk melalui lubang-lubang kecil. Vaccum drum-
filter menggunakan prinsip operasi dari alat vaccum drum-filter dengan
mengisikan suspensi tepung setebal 2-3 cm di sekitar bagian bawah filter drum.
Dengan adanya vakum didalam drum dan pemutaran drum, maka suspensi algae
akan menempel pada lapisan tepung tersebut untuk diambil biomassanya.
Penutup
Algae dapat dijadikan sebagai sumber kehidupan makhluk hidup, baik
manusia maupun hewan. Algae sebagai sumber penghasil utama bahan organik
dalam ekosistem perairan yang merupakan produser primer dan menghasilkan
oksigen dari hasil fotosintesis juga sebagai sumber makanan bagi hewan-hewan
tingkat rendah di ekosistem perairan. Jenis algae yang sering dimanfaatkan oleh
manusia ialah algae coklat (Phacophyceae) dijadikan sebagai makanan seperti
kombu, dan makanan lainnya, selain algae coklat, algae merah (Rhodophyceae),
alga hijau (Chlorophyceae), dan Alga hijau-biru (Cyanophyceae) juga diolah
menjadi makanan di negara-negara seperti Amerika Serikat dan Jepang. Selain itu
juga terdapat mikroalgae, minyak dari mikroalgae dapat dijadikan sebagai sumber
energi alternatif. Algae juga dikultivasi sehingga didapat algae dan digunakan
manusia dalam berbagai macam kegunaan seperti makanan, kosmetik, obat-
obatan, dan untuk keperluan industri.
13
Daftar Pustaka
Barsanti, Laura, dan Paolo Gualtieri. 2006. Algae: Anatomy, Biochemistry, and
Britannica Illustrated Science Library Staff. 2008. Plants, Algae, and Fungi.
Tokyo:
Chapman, V.J. and D.J Chapman. 1980. Seaweed and Their Uses. Third edition.
Newyork: Chapman and Hall.
Fields, Frank. Evolution of Algae. San Diego: California Center for Algae
Biotechnology.
Mudasir, dan Eko Suyono. 2010. Potensi Algae Sebagai Biofuel. Yogyakarta:
UGM
Press.
Sharma,OP. 1992. Text Book of Algae. New Delhi: Tata McGraw-Hill Publishing
Company Limited.
Trono, G.C., Jr. Nad E.T.G. Fortes. 1998. Philippine Seaweeds., Metro Manila,
14
15