Anda di halaman 1dari 15

MANFAAT ALGAE BAGI KEHIDUPAN DAN BIOFUEL

SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF MASA KINI

Tugas Mata Kuliah Botani Tumbuhan Tak Berpembuluh

Oleh
Kelompok 8
M. Aidil Fatha NIM: 06091181924076
Alfia Rizki Musayyada NIM: 06091281924026
Chelsea Novalin Deluciana NIM: 06091281924020
Devi Permata Sari NIM: 06091281924011
Zahwa Putri Aliefah NIM: 06091281924034

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MIPA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2020

1
MANFAAT ALGAE BAGI KEHIDUPAN DAN BIOFUEL
SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF

M. Aidil Fatha 1, Alfia Rizki Musayyada 2, Chelsea Novalin Deluciana 3, Devi


Permata Sari 4, Zahwa Putri Aliefah 5

Abstrak

Algae merupakan salah satu tumbuhan tak berpembuluh yang berpotensi


sebagai sumber energi, dapat dimanfaatkan oleh makhluk hidup terutama manusia.
Ukuran algae bermacam-macam mulai dari mikroalgae yang berukuran 0.2 µm
hingga makroalgae yang berukuran 70 m lebih. Algae dapat dapat dijadikan sebagai
bahan utama kosmetik, makanan, industri, obat-obatan, perawatan diri, dan biofuel
sebagai sumber energi alternatif. Keberadaan algae di dalam air sangat berguna bagi
kehidupan di dalam air, terutama sebagai sumber energi bagi makhluk hidup
lainnya, karena algae mampu untuk memproduksi makanan melalui fotosintesis
sehingga zooplankton dan hewan tingkat rendah sampai hewan tingkat tinggi dapat
hidup di air.
Kata Kunci: Algae, Mikroalgae, Biofuel

Pendahuluan
Terdapat sekitar 300.000 spesies tumbuhan di dunia, tumbuhan tersebut
hidup dengan keanekaragaman di setiap daerahnya. Tumbuhan yang terdapat di
Arktik tundra berbeda dengan tumbuhan yang terdapat di hutan hujan tropis.
Begitu juga perbedaan tumbuhuhan yang tumbuh di tanah dan di dasar laut atau
perairan. Jenis tumbuhan juga bermacam-macam, ada tumbuhan berpembuluh
yaitu tumbuhan yang memiliki jaringan pembuluh dan tumbuhan tak berpembuluh
yaitu tumbuhan yang tidak memiliki jaringan pembuluh. Salah satu jenis tanaman
yang tidak memiliki jaringan pembuluh adalah algae.
Algae tidak memiliki taksonomi yang berdiri secara formal. Algae
digunakan untuk mengindikasikan sebuah polifiletik, non kohesif, tak
berpembuluh dan memproduksi O2 atau organisme fotosintesis (dengan
pengecualian jenis algae yang memiliki pembentukan pigmen selain hijau)
(Gualtieri, 2006). Menurut sistem klasifikasi 4 kerajaan (four kingdom system),
algae (mikroalgae dan makroalgae) termasuk ke dalam kerajaan protoktista
(protista tingkat tinggi atau protista eukariotik). Namun, pada sistem klasifikasi 5

2
kerajaan (five kindom system) dan sistem klasifikasi 6 kerajaan (six kingdom
system), mikroalgae (pembentukan fitoplankton) termasuk ke kerajaan protista,
sedangkan makroalgae masuk ke dalam kerajaan plantae (tumbuhan). Perbedaan
antara algae dan tumbuhan lebih banyak dibandingkan kesamaan dari keduanya.
Contohnya, algae tidak memiliki akar sesungguhnya seperti yang dimiliki oleh
tumbuhan lain, algae juga ada tidak memiliki jaringan pembuluh seperti xylem
dan floem, algae tidak memiliki daun dan batang sesungguhnya seperti yang
dimiliki oleh tumbuhan pada umumnya. Hal tersbut menjadi alasan mengapa
algae ada yang termasuk ke dalam kerajaan protista dan ada yang termasuk ke
dalam kerajaan plantae.
Algae memiliki dua tipe dasar, yaitu prokariotik dan eukariotik. Algae
prokariotik seperti Cyanophyta dan Prochlorophyta, sedangkan algae eukariotik
seperti Glaucophyta, Rhodophyta, Heterophyta, Haptophyta, Cryptophyta,
Dinophyta, Euglenophyta, Chlorarachinophyta, dan Chlorophyta. Ukuran algae
sangat beragam, ada yang berukuran diameter 0.2-2.0 µm seperti picoplankton
dan ada yang berukuran panjang 60 m seperti giant kelps atau rumput laut raksasa.
Terdapat empat kelompok besar algae yang berbeda yakni kelompok pertama
terdiri dari algae prokariotik seperti cyanophyta; kelompok kedua terdiri dari
algae eukariotik dengan kloroplas yang hanya dikelilingi oleh selubung kloroplas
seperti glaucophyta, rhodophyta, dan chlorophyta; kelompok ketiga terdiri dari
algae yang mempunyai kloroplas yang dikelilingi oleh satu membran retikulum
endoplasma kloroplas seperti euglenophyta dan dinophyta; dan kelompok empat
memiliki dua membran retikulum endoplasma yang mengelilingi kloroplas seperti
cryptophyta dan heterokontophyta (Lee, 1999).
Saat ini, algae memiliki peran penting dalam kehidupan. Kegunaan algae
dalam kehidupan sehari-hari ialah digunakan sebagai bahan utama kosmetik, obat-
obatan, makanan, fertilizer, industri, sebagai sumber energi seperti biofuel, dan
pelayanan ekosistem.

3
Algae dan Klasifikasi Algae
Klasifikasi algae dikelompokkan ke dalam beberapa kelompok seperti
berikut :

Tabel 1 Klasifikasi Skema Perbedaan Kelompok Algae

Kerajaan Divisi Kelas


Prokariotik eubakteria Cyanophyta Cyanophyceae
Prochlorophyta Prochlorophyceae
Eukariotik Glaucophyta Glauchophyceae
Bangiophyceae
Rhodophyta
Florideophyceae
Chrysophyceae
Xanthophyceae
Eustigmatophyceae
Heterokontophyta Bacillariophyceae
Raphidophyceae
Dictyochophyceae
Phaeophyceae
Haptophyta Hapthophyceae
Cryptophyta Cryptophyceae
Dinophyta Dinophyceae
Euglenophyta Euglenophyceae
Chlorarachiniophyta Chlorarachinophyceae
Chlorophyta Prasinophyceae
Chlorophyceae
Ulvophyceae
Cladophorophyceae
Bryopsidophyceae
Zygnematophyceae
Trentephliophyceae
Klebsormidiophyceae
Charophyceae
Dasycladophyceae

4
Algae Sebagai Sumber Kehidupan
Salah satu sumber daya alam dengan tingkat keanekaragaman yang tinggi
adalah algae. Algae berasal dari bahasa Latin “alga” yaitu ganggang laut atau
rumput laut. Ilmu yang mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan dengan algae
disebut algologi. Adapun fikologi yaitu ilmu yang mempelajari hal-hal yang
berkaitan dengan algae. Algae mempunyai banyak manfaat, yaitu :
1. Sumber utama energi dan makanan
Manfaat terpenting algae ialah sebagai penghasil utama bahan organik
dalam ekosistem perairan, karena erat kaitannya dengan proses fotosintesis.
Aktivitas fotosintesis jadi sumber oksigen di lingkungan perairan dan
sekitarnya sehingga organisme lain yang hidup dalam air bisa mendapatkan
keuntungan secara langsung. Kehidupan hewan di dalam air sangat bergantung
pada algae karena hanya tumbuhan hijau yang dapat mengubah energi matahari
dimana energi matahari sendiri merupakan sumber semua energi menjadi
makanan hewan.

2. Makanan manusia
Gambar 1 Manfaat Alga sebagai Sumber Makanan bagi Makhluk
Hidup (Sumber: Frank
Kandungan mineral, Fields)karbohidrat, dan protein pada algae
vitamin,
menyebabkan algae, seperti algae coklat dan algae merah telah dijadikan
sebagai bahan makanan.
Berikut beberapa jenis algae yang dijadikan bahan makanan :

5
a. Algae coklat (Phacophyceae)
Pada algae coklat terdiri dari protein dengan 17 asam amino, lemak, dan
karbohidrat, serta beberapa mineral seperti karotena, tiamin, dan subflavin.
- Laminaria, mengandung Fe, vitamin A, vitamin C, dan protein yang
tinggi. Makanan yang mengandung Laminaria di Jepang disebut
“kombu” sedangkan di Amerika Serikat dan Korea, Laminaria
dijadikan sebagai bahan untuk sup dan acar.
- Alaria, memiliki kandungan vitamin B6 dan vitamin K yang tinggi.
Negara yang menjadikan Alaria sebagai bahan makanan adalah Jepang,
Amerika Serikat, Inggris, dan Islandia.
- Durvillea, populer dengan nama “cachiyugo” di Amerika Serikat.
Durvillea diolah dengan cara dikeringkan dan digarami.
- Sargassum, termasuk salah satu sumber yodium, protein, vitamin C,
dan asam folat.
b. Algae merah (Rhodophyceae)
- Porphyra, memiliki kandungan protein, vitamin A, dan vitamin C yang
sangat tinggi
- Palmaria, di beberapa negara, algae ini digunakan sebagai bahan
campuran bir dan minuman beralkohol
- Chodrus crispus, memiliki kandungan vitamin A yang sangat tinggi.
Sering dijadikan bahan pembuatan es krim
- Gigarpina papillata, memiliki kandungan vitamin C yang tinggi dan
sering dijadikan bahan pembuatan puding
- Rhodymenia palmata, sering dijadikan bahan makanan oleh nelayan.
c. Algae hijau (Chlorophycyeae)
- Monostroma, sering digunakan untuk sup
- Ulva, diolah dengan cara dikeringkan dan digarami lalu dijadikan bahan
untuk salad dan sup. Ulva merupakan sumber vitamin C, protein, asam
folat, dan beberapa jenis mineral seperti Ca, K, Mg, Na, Cu, Fe, dan Zn
- Codium, memiliki kandungan Fe yang tinggi. Sering digunakan sebagai
salad, sup, dan manisan

6
- Chlorella, memiliki kandungan protein dan lipid yang sangat tinggi.
Dijadikan sebagai bahan makanan untuk penerbangan ruang angkasa.
d. Algae hijau-biru (Cyanophyceae)
- Nostocommune merupakan algae hijau-biru yang digunakan untuk
bahan makanan dengan kandungan protein yang sangat tinggi. Selain
itu, ada juga makanan dengan kandungan protein yang sangat tinggi
- Phorimidium tenue dan Chroococus turgidus, yang dapat dijadikan
sebagai bahan makanan.
3. Agar-Agar
Agar-agar diproduksi di berbagai belahan dunia menggunakan bahan baku
Gelidium, Glacilaria, Ahnfeltia, Hypnea, Camphylaephora, Pterocladia,
Eucheuma, Gigartina, Chondrus, Phyllophora, Achanthopora, Specifera,
Ceremium sp., Corralosis sp., Digena simplex, Leurencia tropica, dan Porphyra.
4. Keraginan
Keraginan dapat digunakan sebagai bahan pembuatan pasta gigi, kosmetik,
cat, penghalus dalam industri kulit, tekstil, bir, dan industri farmasi, serta bisa
mempercepat proses pembekuan darah.
5. Funori
Funori merupakan salah satu jenis lem yang berasal dari algae merah yang
memiliki daya adhesif yang tinggi yang digunakan untuk kertas dan kain. Jenis
algae yang dijadikan bahan funori adalah Ahnefeltia, Chondrus, Grateloupia, dan
Iridaea.
6. Alginat
Alginat digunakan dalam industri pembuatan ban, cat, es krim, kain tahan
api, dan barang-barang dari plastik. Bahan baku pembuatan alginat adalah
Laminaria, Macrocystis, Durvillea, Aschophyllum, Ecklonia, Lassonia, Fucus,
Cytoseira, Padina, Hormophysa, Sargassum, dan Tubinaria.
7. Sumber mineral
Algae yang menjadi sumber mineral antara lain, Gloiopeltis furcata,
Hijikia fusiforme, Digenea simplex, ulva lactuca, Gelidium amansii, Laminaria

7
religosa, Polyshiponia, Rhodymenia, Caulerpa lentillifera, Euchemma alvarezii,
dan Laurencia tronoi.
8. Makanan ternak
Lamminaria, Sargasum, Aschophyllum, Macrocystis, Rhodymenia, dan
Pelvetia.
9. Bahan pupuk
Lithophyllum, Lithothamnion, Chara, Fucus vesiculosis, Fucus seratys,
Alaria fistulosa, Sargassum, Ecklonia radiat, dan Lessonia veriegeta.
10. Antibiotik
Chlorella, Aschopyllum nodosum, Rhodomenia larix, Laminaria digata,
Palveria, dan Polysphonia.

Biofuel Algae sebagai Sumber Energi Alternatif


Bahan bakar hayati atau biofuel adalah setiap bahan bakar baik padatan,
cairan ataupun gas yang dihasilkan dari bahan-bahan organik. Biofuel dapat
dihasilkan secara langsung dari tanaman atau secara tidak langsung dari limbah
industri, komersial, domestik, atau pertanian. Ada tiga cara untuk pembuatan
biofuel antara lain pembakaran limbah oraganik kering (seperti buangan rumah
tangga, limbah industri dan pertanian), fermentasi limbah basah (seperti kotoran
hewan) tanpa oksigen untuk menghasilkan biogas (mengandung sampai 60 %
metana), atau fermentasi tebu dan jagung untuk menghasilkan alkohol dan ester,
dan energi dari hutan (menghasilkan kayu dari tanaman yang cepat tumbuh
sebagai bahan bakar).
Biofuel sebagai bahan bakar alternatif disarankan dari bahan yang dapat
diperbaharui dalam bentuk padat, cair, maupun gas. Biofuel dalam bentuk padat
berasal dari jerami berbentuk butiran-butiran atau bulatan dari pohon khusus
basket willow dan sida hermaphorodita. Biofuel dalam bentuk cairan berasal dari
fermentasi alkohol dan karbohidrat menjadi etanol yang berasal dari minyak
tanaman. Biofuel dalam bentuk gas berasal dari fermentasi fermentasi anaerobik
bentuk cair pada padatan kotoran hewan dari agrikultur hewan, seperti pupuk
padat dan pupuk tanaman. Terdapat 4 generasi bahan bakar alternatif yaitu

8
generasi pertama , diproduksi dari gula, minyak tanaman, dan lemak hewan.
Generasi kedua, dari jerami, jagung dan pohon. Generasi ketiga berasal dari
minyak alga. Generasi keempat berasal dari CO2 dari udara meliputu pirolisis,
gasifikasi, upgrading, teknologi manipulasi genetik yang mensekresikan
hidrokarbon.
Algae merupakan salah satu cara yang dapat dijadikan sumber energi
alternatif. Bahan bakar tersebut terbuat dari mikroalga. Mikroalga memiliki
kandungan minyak sebesar 80% dari massa tubuhnya. (Froz, 2012). Produksi
biofuel dari mikroalga memiliki beberapa keuntungan yaitu: tidak bersaing
dengan bahan pangan, organisme fototropik (pertumbuhannya optimal dibawah
matahari), fiksasi CO2 dari atmosfer, pembakaran gas berat industri dan dapat
larut dari karbonat. Mengandung garam anorganik (N, P, dan K), dengan suhu
antara 20-30°C, kurang lebih 50% berat kering tubuhnya terdiri dari karbon,
mikroalga menghasilkan lemak, hidrokarbon, dan minyak kompleks lainnya pada
beberapa spesies.
Mikroalgae mempunyai kemampuan untuk memproduksi selulosa, tepung,
dan minyak secara efisien serta dalam jumlah yang besar. Beberapa mikroalgae
dan Cyanobacteria dapat memproduksi biodiesel 15-300 kali lebih banyak
daripada tanaman semusim lain pada area tertentu. Mikroalgae juga dipanen
dengan waktu yang sangat singkat (1 sampai 10 hari tergantung pada proses),
bahkan dilakukan pemanenan berkali-kali dan terus-menerus. Berikut merupakan
tabel jenis alga yang dapat digunakan pada pembuatan biodiesel.
Tabel 2 Jenis algae yang dapat digunakan dengan konvensional dan
pemanenan
Sumber Algae Habitat Jenis
Scenedesmus acutus Air tawar Alga hijau
Chlorella vulgaris Air tawar Alga hijau
Microcystis species Air tawar Alga biru-hijau
Phaeodactylum Air laut Diatom
tricornutum
Chlorococcum Air laut Alga hijau
Tetraselmis species Air laut Alga hijau
Nannochloris oculata Air laut Alga hijau
Tetraselmis species Air laut Alga hijau

9
Sistem Kultivasi Algae
Sistem kolam terbuka dan bioreaktor tertutup sudahh mencapai viabilitas
secara ekonomi dalam memproduksi produk yang bernilai tinggi seperti
astaxantin dan nutraseutikal. Namun, margin ekonomi untuk produksi biofuel
masih relatif rendah yang diakibatkan oleh nilai pasar (market value).
Optimalisasi produksi biomassa menjadi pusat perhatian dalam meningkatkan
nilai ekonomi produksi biofuel (Haag, 2007) dan hal ini membutuhkan
optimalisasi sistem kultivasi. Dalam sistem kultivasi ini terdapat faktor-faktor
yang memengaruhi dalam optimalisasi kultur seperti temperatur, pencampuran,
dinamika fluida, distribusi, ukuran gelembung udara, dan gangguan hidrodinamik.
Selain itu faktor pertukaran gas, transfer massa, intensitas dan siklus cahaya,
kualitas air, kerentaan sel, regulasi karbon, dan pH juga mempengaruhi
pengoptimalan sistem kultivasi algae.
Dalam sistem kultivasi algae, setidaknya terdapat 2 (dua) metode dalam
sistem kultivasi algae, yakni sistem bioreaktor tertutup dan sistem bioreaktor
silindris.
a. Sistem bioreaktor tertutup
Sistem bioreaktor tertutup dibuat untuk tujuan khusus. Produk yang
bernilai tinggi dan dibutuhkan untuk pabrik yang membutuhkan kualitas kultur
yang baik, sehingga diperlukan reaktor yang steril atau setidaknya dapat
mengontrol reaktor tetap berada dalam kultur unialgae. Keuntungan sistem
bioreaktor tertutup ini ialah dapat mencegah adanya kontaminasi yang sulit
dilakukan di open pond system. Selanjutnya, pada sistem ini akan mendapatkan
masukan CO2 yang lebih baik, disamping terkontrolnya temperatur, pencahayaan,
dan faktor fisik lainnya (Jutner, 1982).

10
Gambar 2 Sistem bioreaktor tertutup (Sumber : Mudasir, 2010)

b. Sistem bioreaktor silindris


Reaktor ini terbuat dari stainless steel yang mempunyai bentuk silindris
dengan diameter antara 20-60 cm dan tinggi antara 30-100 cm, serta volume
antara 20-250 liter. Pada bagian atas, ditutup oleh penutup baja yang pipih dan
bagian bawah (1/3 bagian silindris) ditutup oleh double walled steel cyinder yang
berguna untuk menjadikan air yang dapat disirkulasikan untuk menjaga
temperatur agar tetap konstan. Sebagian besar reaktor dilengkapi dengan internal
illumination system. Pipa transparan disisipkan ke dalam silinder dari bagian atas
melalui lubang pada penutup (flat steel lid) yang mengikat tabung-tabung
fluoresen, sehinngga akan lebih mudah untuk mengambil tanpa membuka reaktor.
Setelah tahap inokulasi, suspensi algae diagitasi oleh stirrer atau pengaduk yang
terletak pada tengah tabunng dangan 2-4 blades. Udara steril yang diperkaya CO2
akan dilewatkan melalui bagian tengah tabung ke dalam blades dimana penetrasi
ke dalam medium dilakukan melalui lubang kapiler.

11
Gambar 3 Cyindrical Bioreactor System (Sumber : Mudasir,
2010)

Pemanenan
Secara umum, aspek ekonomi produksi mikroalgae tergantung pada
teknologi yang digunakan untuk pemanenan dan konsentrasi algae dalam usaha
untuk mendapatkan biomassa algae pada proses selanjutnya. Pemisahan algae dari
medium menghadapi banyak kesulitan, seperti konsentrasi yang kecil dalam
medium. Sebagian besar algae mempunyai ukuran yang sangat kecil dan
mempunyai massa jenis (densitas) yang hanya sedikit lebih besar dari air.
Sehingga proses pemanenan tergantung pada tujuan dari penggunaan microalgae
selanjutnya.

Terdapat beberapa cara pemanenan microalgae, seperti belt filter, vacuum


drum-filter, flocculation, dissolved air flotation, dan Centrifugation. Belt filter
menggunakan paper-fiber precoat sebagai penyaring medium, kemudian
ditampung dalam coarse mesh polyester fabric belt (sabuk saringan kasar yang
terbuat dari poliester). Setelah sel-sel algae ditampung, kemudian dilakukan
penghilangan air dan dilepaskan dari sabuk. Pelepasan tersebut dilakukan dengan

12
menyedot biomassa algae dari sabuk melalui lubang-lubang kecil. Vaccum drum-
filter menggunakan prinsip operasi dari alat vaccum drum-filter dengan
mengisikan suspensi tepung setebal 2-3 cm di sekitar bagian bawah filter drum.
Dengan adanya vakum didalam drum dan pemutaran drum, maka suspensi algae
akan menempel pada lapisan tepung tersebut untuk diambil biomassanya.

Penutup
Algae dapat dijadikan sebagai sumber kehidupan makhluk hidup, baik
manusia maupun hewan. Algae sebagai sumber penghasil utama bahan organik
dalam ekosistem perairan yang merupakan produser primer dan menghasilkan
oksigen dari hasil fotosintesis juga sebagai sumber makanan bagi hewan-hewan
tingkat rendah di ekosistem perairan. Jenis algae yang sering dimanfaatkan oleh
manusia ialah algae coklat (Phacophyceae) dijadikan sebagai makanan seperti
kombu, dan makanan lainnya, selain algae coklat, algae merah (Rhodophyceae),
alga hijau (Chlorophyceae), dan Alga hijau-biru (Cyanophyceae) juga diolah
menjadi makanan di negara-negara seperti Amerika Serikat dan Jepang. Selain itu
juga terdapat mikroalgae, minyak dari mikroalgae dapat dijadikan sebagai sumber
energi alternatif. Algae juga dikultivasi sehingga didapat algae dan digunakan
manusia dalam berbagai macam kegunaan seperti makanan, kosmetik, obat-
obatan, dan untuk keperluan industri.

13
Daftar Pustaka
Barsanti, Laura, dan Paolo Gualtieri. 2006. Algae: Anatomy, Biochemistry, and

Biotechnology. New York: Taylor & Francis Group.

Becker, E.W. 1994. Microalgae Biotechnology and Microbiology. Inggris:

Cambridge University Press.

Britannica Illustrated Science Library Staff. 2008. Plants, Algae, and Fungi.
Tokyo:

Encyclopedia Britannica, Inc.

Chapman, V.J. and D.J Chapman. 1980. Seaweed and Their Uses. Third edition.
Newyork: Chapman and Hall.
Fields, Frank. Evolution of Algae. San Diego: California Center for Algae

Biotechnology.

Levine, Ira. Microalgae (Seaweed Historical Utilization). Portland: University of

Southern Maine Foundation.

Mudasir, dan Eko Suyono. 2010. Potensi Algae Sebagai Biofuel. Yogyakarta:
UGM

Press.

Sharma,OP. 1992. Text Book of Algae. New Delhi: Tata McGraw-Hill Publishing

Company Limited.

Trono, G.C., Jr. Nad E.T.G. Fortes. 1998. Philippine Seaweeds., Metro Manila,

Philippines : National Book Store,Inc. Publishers.

14
15

Anda mungkin juga menyukai