Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

KEHAMILAN DENGAN LETAK SUNGSANG DI RS. CIREMAI


KOTA CIREBON
TAHUN 2021

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas


Program Profesi Ners Stase Keperawatan Maternitas
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kuningan

Dosen Pembimbing
TIM

Oleh:
MASLIKAH
JNR0200112

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN
KUNINGAN
2020 – 2021
A. Konsep Penyakit

I. Definisi Penyakit
Definisi dari kelainan letak sungsang adalah kondisi dimana presentasi janin
dalam uterus terutama bokong janin lebih dulu memasuki rongga panggul,
terletak memanjang dengan kepala di fundus uteri dan bokong berada di bawah
kavum uteri. (Manuaba, 2010).

II. Etiologi
Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin terhadap
ruangan didalam uterus. Pada kehamilan sampai kurang lebih 32 minggu,
jumlah air ketuban relatif lebih banyak, sehingga memungkinkan janin bergerak
dengan leluasa. Dengan demikian janin dapat menempatkan diri dalam
presentasi kepala, letak sungsang, ataupun letak lintang.
Pada kehamilan triwulan terakhir janin tumbuh dengan cepat dan jumlah air
ketuban relative berkurang. Karena bokong dengan kedua tungkai yang terlipat
lebih besar daripada kepala, maka bokong dipaksa menempati ruang yang lebih
luas di fundus uteri, sedangkan kepala berada dalam ruangan yang lebih kecil di
segmen bawah uterus. Dengan demikian dapat dimengerti mengapa pada
kehamilan belum cukup bulan, frekuensi letak sungsang lebih tinggi, sedangkan
pada kehamilan cukup bulan, janin sebagian besar ditemukan dalam presentasi
kepala.

Faktor predisposisi dari letak sungsang adalah:


1. Prematuritas karena bentuk rahim relatif kurang lonjong,
2. Air ketuban masih banyak dan kepala anak relatif besar
3. Plasenta previa karena menghalangi turunnya kepala ke dalam pintu atas
panggul.
4. Kelainan bentuk kepala: hidrocephalus, anencephalus, karena kepala
kurang sesuai dengan bentuk pintu atas panggul.
5. Fiksasi kepala pada pintu atas panggul tidak baik atau tidak ada, misalnya
pada panggul sempit, hidrosefalus, plasenta previa, tumor – tumor pelvis
dan lain – lain.
6. Janin mudah bergerak,seperti pada hidramnion, multipara
7. Gemeli (kehamilan ganda)
8. Kelainan uterus, seperti mioma uteri.
9. Janin sudah lama mati.
Penyebab letak sungsang dapat berasal dari:
1. Sudut Ibu
1) Keadaan Rahim
a. Rahim arkuatus
b. Septum pada Rahim
c. Uterus dupleks
d. Mioma bersama kehamilan
2) Keadaan plasenta
a. Plasenta letak rendah
b. Plasenta previa
3) Keadaan jalan lahir
a. Kesempitan panggul
b. Deformitas tulang panggul
c. Terdapat tumor menjalani jalan lahir dan perputaran ke posisi kepala
2. Sudut Janin
Pada janin tedapat berbagai keadaan yang menyebabkan letak sungsang :
1) Tali pusat pendek atau lilitan tali pusat
2) Hedrosefalus atau anesefalus
3) Kehamilan kembar
4) Hidroamnion atau aligohidromion
5) Prematuritas
III. Manifestasi Klinis

1. Bokong dan tungkai bawah


1) Penurunan : Bokong masuk panggul apabila diameter bitrochanteric telah
melewati PAP, pada RSA maka sacrum ada dikuadran kanan depan panggul
ibu dan diameter bitrochanteric ada pada diameter oblique kanan oleh karena
bokong merupakan pembuka yang kurang baik. Penurunan berjalan lambat
dan mungkin bokokng masih tetap tinggi sampai persalinan sudah berjalan
beberapa lama . kebanyakan bokong tidak turun sampai pembukaan lengkap
atau ketuban tidak pecah
2) Flexi : untuk memudahkan lewatnya bokong melalui panggul , terjadi flexi
lateral ada pinggul. Panggul depan menjadi bagian terendah . apabila
presentasinya bokong murni , kaki kaki janin bekerja sebagai bidai
pemanjang dan dengan mengurangi flexi lateral dan keluwesannya maka
kaki kaki ini dapat menghambat penurunan bokong.
3) Putaran Paksi dalam : Panggul depan mendapat tahana dari dasar panggul
dan berputar 45 derajat obliqa kanan panggul ke anteroposterior . sacrum
berputar menjauhi garis tengah dari kuadran depan ke kanan lintang. Bokong
lahir dengan flexi ke lateral Panggul depan terbentur dibawah symphisis
pubis, terjadi flexi ke lateral, dan panggung belaknag keluar dan dilahirkan
diatas pernineum. Kemudian bokong jatuh kearah anus dan panggul depan
tergelncir keluar dari bawah symphisis

2. Bahu dan lengan


Bahu masuk panggul pada diameter oblique kanan panggul , ketika sakrum
berputar dari ke sakrum anterior kanan. Putar paksi dalam . Bahu depan Berputar
dibawah symphisis . dan diameter basacromalis berputar 45 derajat dari diameter
oblique kanan ke diameter anteroposterior pintu bawah panggul. Sakrum
mengikuti dari sakrum anterior kanan. Bahu lahir dengan Flexi lateral . Bahu
depan terbentur dibawah symphisis dan bahu belakang dengan lengan dilahirkan
diatas perineum keika tubuh bayi diangkat ketas. Kemudian bayi diturunkan dan
bahu depan dengan lengan keluar dibawah symphisis.

3. Kepala
1) Penurunan dan masuk panggul : Pada saat bahu ada di PBP, kepala mencapai
panggul. Ia mencapai panggul dengan sutura sagitalis pada diameter oblique
kiri. UUK ada dikuadran kanan depan panggul.
2) Flexi : Flexi kepala terjadi seperti pada presentasi lain, penting bahwa flexi ini
dipertahankan
3) Putaran Paksi dalam : Kepala sampai disasar panggul dan mengadakan
putaran paksi dalam sehingga ia mencapai pintu bawah panggul dengan sutura
sagitalis pada diameter anteroposterior, sudah pada lengkung sakrum dan
UUK dibawah sympisis. Sakrum berputar kearah pubis sehingga punggung
didepan.
4) Kepala lahir dengan flexi : Diameter – diameternya sama dengan kedudukan
UUK depan tetapi dalam arah yang sebaliknya. Tengkuk menjadi titik putar
dibawah symphisis dan dagu, mulut, hidung, dahi, bregma, dan UUK
dilahirkan diatas perineum dengan gerakan flexi.

IV. Penatalaksana
1. . Pada saat Pemeriksaan Antenatal
a. Beritahu hasil pemeriksaan yang sebenarnya, jelaskan pada pasien
mengenai kemungkinan-kemungkinan yang terjadi dengan presentasi
sungsang.
b. Beri konseling mengenai gerakan knee-cheest, yaitu meletakkan kepala
diantara kedua tangan lalu menoleh ke samping kiri atau kanan,
kemudian turunkan badan sehingga dada menyentuh kasur dengan
menggeser siku sejauh mungkin. Kegunaan gerakan ini adalah untuk
mempertahankan atau memperbaiki posisi janin agar bagian kepala
janin tetap berada di bawah. Gerakan ini disebut juga sebagai gerakan
“anti sungsang”
c. Jika diketahui janin letak sungsang pada usia kehamilan kurang dari 34
minggu tidak perlu dilakukan intervensi apapun, karena janin masih
cukup kecil dan cairan amnion masih cukup banyak sehingga
kemungkinan besar janin masih dapat memutar dengan sendirinya.
2. Pada saat persalinan
Menurut prawihardjo, berdasarkan jalan lahir yang dilalui maka,
penatalaksanaan persalinan sungsang dapat dibagi ,menjadi dua tipe yaitu :

3. Persalinan pervaginam
Persalinan letak sungsang dengan pervaginam mempunyai syarat yang
harus dipenuhi yaitu pembukaan benar-benar lengkap, kulit ketuban sudah
pecah, his adekuat dan tafsiran berat badan janin < 3600 gram. Terdapat
situasi-situasi tertentu yang membuat persalinan pervaginam tidak dapat
dihindarkan yaitu ibu memilih persalinan pervaginam, direncanakan bedah
sesar tetapi terjadi proses persalinan yang sedemikian cepat, persalinan
terjadi di fasilitas yang tidak memungkinkan dilakukan bedah sesar,
presentasi bokong yang tidak terdiagnosis hingga kala II dan kelahiran janin
kedua pada kehamilan kembar. Persalinan pervaginam tidak dilakukan
apabila didapatkan kontra indikasi persalinan pervaginam bagi ibu dan janin,
presentasi kaki, hiperekstensi kepala janin dan berat bayi > 3600 gram, tidak
adanya informed consent, dan tidak adanya petugas yang berpengalaman
dalam melakukan pertolongan persalinan (Prawirohardjo, 2008).
Syarat persalinan pervaginam pada letak sungsang: bokong sempurna
(complete) atau bokong murni (frank breech), pelvimetri, klinis yang
adekuat, janin tidak terlalu besar, tidak ada riwayat seksio sesaria dengan
indikasi CPD, kepala fleksi.

V. Komplikasi
A. Komplikasi pada ibu
a) Perdarahan
b) Robekan jalan lahir
c) Infeksi

B. Komplikasi pada bayi


a) Asfiksia bayi, yang dapat disebabkan oleh :
- Kemacetan persalinan kepala (aspirasi air ketuban-lendir)
- Perdarahan atau edema jaringan otak
- Kerusakan medula oblongata
- Kerusakan persendian tulang leher
- kematian bayi karena asfiksia berat.
b) Trauma persalinan
- Dislokasi-fraktur persendian, tulang ekstremitas
- Kerusakan alat vital : limpa, hati, paru-paru atau jantung
- Dislokasi fraktur persendian tulang leher : fraktur tulang dasar
kepala ; fraktur tulang kepala ; kerusakan pada mata, hidung atau
telinga ; kerusakan pada jaringan otak.

c) Infeksi, dapat terjadi karena :


- Persalinan berlangsung lama
- Ketuban pecah pada pembukaan kecil
- Manipulasi dengan pemeriksaan dalam

VI. Diagnosa Banding


1. Kehamilan tunggal
2. Polihidramnion
3. Mola Hidatidosa
4. Tumor abdomen dalam kehamilan

B. Pengkajian
I. Wawancara

Data yang perlu dikaji oleh perawat adalah :

a) Data dasar yang meliputi :

- Aspek biologi

- Aspek psikologis

- Aspek sosial kultural


- Aspek spritual

b) Data fokus yaitu : data yang sesuai dengan kondisi pasien saat ini yang
meliputi :

- Riwayat kehamilan

- Riwayat sebelumnya, penggunaan kontrasepsi dan jenisnya,


riwayat kehamilan sebelumnya, lahir hidup atau lahir mati,
riwayat haid yang meliputi siklus haid, lama haid dan akhir hair
- Pengkajian fisik meliputi :

a. Usia kehamilan saat ini, adanya tanda – tanda awal kehamilan

b. Perhatian pendarahan yang terjadi

c. Adanya infeksi

d. Rasa nyeri pada saat terjadi pendarahan

e. Ada riwayat masalah pengobatan

f. Aktivitas yang dilakukan selama kehamilan

- Masalah psikologis

- Adanya dukungan dari keluarga

- Pemeriksaan LAB : pemeriksaan test kehamilan, Hb, Ht Leukosit.

- Pemeriksaan USG untuk mengetahui pertubuhan janin

- Monitor denyut jantung janin dan tinggi fundus uteri.

II. Pemeriksaan Fisik


1. Kesadaran : Composmentis
2. Penampilan : Lemah, dan agak pucat
3. Vital sign : TD: mmHg, N : x/ menit, RR : x/menit, S : C.
4. Kepala : bentuk mesosecphal, rambut berwarna hitam, tidak ada
ketombe dan tidak rontok.
5. Mata : penglihatan normal, ukuran pupil 2mm, reflek cahaya baik,
konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik.
6. Hidung : bentuk simetris, tidak ada secret, tidak ada sinus, tidak ada
nafas cuping hidung, tidak terpasang oksigen.
7. Telinga : bentuk simetris, pendengaran masih normal, tidak ada
serumen
8. Mulut dan Tenggorokan
tidak ada kesulitan menelan dan tidak mengalami gangguan bicara, gigi
warna putih tidak terpasang gigi palsu, tidak ada karies gigi, membran
mukosa kering, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
9. Dada
Paru-paru :
Inspeksi : bentuk simetris
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Terdengar bunyi vesikuler
10. Abdomen
Inspeksi : sedikit buncit
Auskultrasi : peristaltic usus 15x/menit
Perkusi : pekak
Palpasi : nyeri tekan di mons pubis
11. Genetalia :
12. Ekstremitas atas dan bawah : tidak ada oedem.
III. Pemeriksaan Diagnostik
1. Palpasi
Saat pemeriksaan leopold bagian bawah teraba lunak bulat dan tidak melenting
(bokong), sementara di fundus teraba bagian bulat, keras, melenting (kepala) dan
punggung teraba di kanan atau kiri (Hanretty, 2014).

2. Aukultasi
Denyut jantung janin paling jelas terdengar di atas umbilicus, punctum
maximum denyut jantung janin terdengar di 13 kuadran atas perut ibu (Mochtar,
2013).
3. Pemeriksaan dalam
Bokong teraba lunak dan tidak teratur dengan tidak adanya sutura yang
terpalpasi, walaupun terkadang sacrum dapat disalahartikan sebagai kepala yang
keras, dan bokong dapat diartikan sebagai caput succadeum. Anus dapat teraba
dan mekonium segar pada jari pemeriksa biasanya merupakan diagnosis
Jika tungkai terekstensi, genital ekternal sangat jelas,teraba tetapi,harus
diingat bahwa genitalia eksterna tersebut mengalami edema. Vulva yang
mengalami edema dapat disalah artikan dengan skrotum.
Jika kaki teraba, bidan harus membedakannya dengan tangan. jari-jari kaki
semuanya sama panjang, jari-jari kaki lebih pendek daripada jari jari tangan dan
ibu jari kaki tidak dapat direntangkan dan jari kaki lainnya. Kaki berada pada
sudut 90 derajat dari tungkai, dan tumit tidak memiliki kesaamaan dengan
tangan.
C. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
1. Cemas (Anxietas) berhubungan dengan khawatir dengan kehamilannya (D.0080)
2. Defisiensi pengetahuan sebab – sebab kegawatan pada janin berhubungan dengan
kurang informasi (D.0111)
3. Risiko Infeksi berhubungan dengan perdarahan, dan kondisi vulva lembab.
(D.0142)
D. Rencana Asuhan Keperawatan

No SDKI SLKI SIKI


1. Cemas (Anxietas) berhubungan dengan Tingkat Ansietas menurun (L.09093) Reduksi Anxietas (I.09314)
1. Tingkat ansietas menurun Observasi
khawatir dengan kehamilannya (D.0080)
2. Harga diri terpenuhi 1. Identifikasi saat tingkat
Anxietas 3. Proses informasi anxietas berubah (mis. Kondisi, waktu,
4. Tingkat pengetahuan stressor)
Definisi: 2. Identifikasi kemampuan
Kondisi emosi dan pengalaman subyektif mengambil keputusan
individu terhadap objek yang tidak jelas dan 3. Monitor tanda anxietas
spesifik akibat antisipasi bahaya yang (verbal dan non verbal)
memungkinkan individu melakukan tindakan
untuk menghadapi ancaman. Terapeutik

Penyebab 1. Ciptakan suasana  terapeutik untuk


1. Krisis situasional menumbuhkan kepercayaan
2. Kebutuhan tidak terpenuhi 2. Temani pasien untuk mengurangi
3. Krisis maturasional kecemasan , jika memungkinkan
4. Ancaman terhadap konsep diri 3. Pahami situasi yang membuat anxietas
5. Ancaman terhadap kematian 4. Dengarkan dengan penuh perhatian
6. Kekhawatiran mengalami kegagalan 5. Gunakan pedekatan yang tenang dan
7. Disfungsi sistem keluarga meyakinkan
8. Hubungan orang tua-anak tidak 6. Motivasi mengidentifikasi situasi yang
memuaskan memicu kecemasan
9. Faktor keturunan (temperamen mudah 7. Diskusikan perencanaan  realistis
teragitasi sejak lahir) tentang peristiwa yang akan datang.
10. Penyalahgunaan zat
11. Terpapar bahaya lingkungan (mis.
toksin, polutan, dan lain-lain Edukasi
12. Kurang terpapar informasi
1. Jelaskan prosedur, termasuk sensasi
yang mungkin dialami
2. Informasikan secara factual mengenai
diagnosis, pengobatan, dan prognosis
3. Anjurkan keluarga untuk tetap bersama
pasien, jika perlu
4. Anjurkan melakukan kegiatan yang
tidak kompetitif, sesuai kebutuhan
5. Anjurkan mengungkapkan perasaan
dan persepsi
6. Latih kegiatan pengalihan, untuk
mengurangi ketegangan
7. Latih penggunaan mekanisme
pertahanan diri yang tepat
8. Latih teknik relaksasi

Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian obat anti
anxietas, jika perlu

Terapi Relaksasi
Observasi
1. Identifikasi penurunan tingkat energy,
ketidakmampuan berkonsentrasi, atau
gejala lain yang menganggu
kemampuan kognitif
2. Identifikasi teknik relaksasi yang
pernah efektif digunakan
3. Identifikasi kesediaan, kemampuan,
dan penggunaan teknik sebelumnya
4. Periksa ketegangan otot, frekuensi
nadi, tekanan darah, dan suhu sebelum
dan sesudah latihan
5. Monitor respons terhadap terapi
relaksasi

Terapeutik
1. Ciptakan lingkungan tenang
dan tanpa gangguan dengan
pencahayaan dan suhu ruang nyaman,
jika memungkinkan
2. Berikan informasi tertulis
tentang persiapan dan prosedur teknik
relaksasi
3. Gunakan pakaian longgar
4. Gunakan nada suara lembut
dengan irama lambat dan berirama
5. Gunakan relaksasi sebagai
strategi penunjang dengan analgetik
atau tindakan medis lain, jika sesuai

Edukasi
1. Jelaskan tujuan, manfaat, batasan, dan
jenis, relaksasi yang tersedia (mis.
music, meditasi, napas dalam, relaksasi
otot progresif)
2. Jelaskan secara rinci intervensi
relaksasi yang dipilih
3. Anjurkan mengambil psosisi nyaman
4. Anjurkan rileks dan merasakan sensasi
relaksasi
5. Anjurkan sering mengulang atau
melatih teknik yang dipilih’
6. Demonstrasikan dan latih teknik
relaksasi (mis. napas dalam,
pereganganm atau imajinasi

2. Defisiensi pengetahuan sebab – sebab Tingkat Pengetahuan Membaik (L.12111) Edukasi Kesehatan (I.12383)
kegawatan pada janin berhubungan dengan 1. Perilaku sesuai anjuran verbalisasi minat Observasi
kurang informasi (D.0111) dalam belajar meningkat 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan
menerima informasi
2. Persepsi yang keliru terhadap masalah
Definisi :
menurun 2. Identifikasi faktor-faktor yang dapat
Ketiadaan atau kurangnya informasi kognitif
meningkatkan dan menurunkan motivasi
yang berkaitan dengan topik tertentu 3. Menjalani pemeriksaan yang tidak tepat
perilaku hidup bersih dan sehat
menurun
Penyebab : Terapeutik
1. Keteratasan kognitif 1. Sediakan materi dan media pendidikan
2. Gangguan fungsi kognitif kesehatan
3. Kekeliruan mengikuti anjuran
2. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai
4. Kurang terpapar informasi
kesepakatan
5. Kurang minat dalam belajar
6. Kurang mampu mengingat 3. Berikan kesempatan untuk bertanya
7. Ketidaktahuan menemukan sumber
Edukasi
informasi
1. Jelaskan faktor resiko yang dapat
mempengaruhui kesehatan

2. Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat

3. Ajarkan strategi yang dapat digunakan


untuk meningkatkan perilaku hidup
bersih dan sehat

3. Risiko Infeksi b.d perdarahan, dan kondisi Pencegahan Infeksi (I.14539)


Kontrol Resiko (L.14128) Observasi
vulva lembab. (D.0142)
1. Monitor tanda dan gejala infeksi local
dan sistemik
1. Tingkat infeksi menurun Terapeutik
2. Integritas kulit dan jaringan membaik 1. Batasi jumlah pengunjung
Definisi :
3. Kontrol resiko 2. Berikan perawatan kulit pada area
Beresikomengalami peningkatan
4. Status imun meningkat edema
terserangorganisme patogenik
3. Cuci tangan sebelum dan sesudah
kontakdengan pasien dan lingkungan
5. Status Nutrisi baik pasien
Penyebab : 4. Pertahankan teknik aseptic pada pasien
1. Penyakit kronis (mis. diabetel mellitus) beresiko tinggi
2. Efek prosedur invasive Edukasi
3. Malnutrisi 1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
4. Peningkatan paparan organisme pathogen 2. Ajarkan cara mencuci tangan dengan
lingkungan benar
5. Ketidak adekuatan pertahanan tubuh 3. Ajarkan cara memeriksa kondisi luka
primer atau luka operasi
1) Gangguan peristaltic 4. Ajarkan meningkatkan asupan nutrisi
2) Kerusakan integritas kulit 5. Ajarkan meningkatkan asupan cairan
3) Perubahan sekresi pH Kolaborasi
4) Penurunan kerja siliaris
5) Ketuban pecah lama Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu
6) Ketuban pecah sebelum waktunya
7) Merokok
8) Status cairan tubuh
6. Ketidak adekuatan pertahanan tubuh
sekunder
1) Penurunan hemoglobin
2) Imununosupresi
3) Leukopenia
4) Supresi respon inflamasi
5) Vaksinasi tidak adekuat
DAFTAR PUSTAKA

Winkjosastro, Hanifa, dkk. 2012. Letak Sungsang, dalam Ilmu kebidanan, edisi
keenam. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 

Saifuddin AB. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta. 2010

Manuaba. 2010. Ilmu Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana. Jakarta : EGC.

Oxorn. 2013. Oxorn-Foote Human Labor and Birth. London : Appleton & Lange
Publishers.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/57214/Chapter
%20II.pdf;jsessionid=807476DC449C1AA496EECD9C0969DA2F?sequence=4

diakses 12 Maret 2021 pukul 18.40

http://abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/R0313008_bab2.pdf

diakses pada 12 Maret 2021 pukul 19.30

Anda mungkin juga menyukai