Anda di halaman 1dari 4

Dewan Pers

Dewan Pers adalah sebuah lembaga independen di Indonesia yang berfungsi untuk


mengembangkan dan melindungi kehidupan pers di Indonesia. Dewan Pers sebenarnya
sudah berdiri sejak tahun 1966 melalui Undang-undang No. 11 Tahun 1966 tentang
Ketentuan-ketentuan pokok pers, tetapi pada saat itu Dewan Pers berfungsi sebagai
penasehat Pemerintah dan memiliki hubungan secara struktural dengan Departemen
Penerangan. Seiring berjalannya waktu Dewan Pers terus berkembang dan akhirnya
memiliki dasar hukum terbaru yaitu Undang-Undang No. 40 Tahun 1999 tentang Pers.
Sejak saat itu, Dewan Pers menjadi sebuah lembaga independen. Pembentukan Dewan Pers
juga dimaksudkan untuk memenuhi Hak Asasi Manusia (HAM), karena kemerdekaan pers
termasuk sebagai bagian dari HAM. Dewan Pers memiliki wewenang untuk menyelesaikan
sengketa jurnalistik. Sebagai lembaga independen, Dewan Pers tidak memiliki perwakilan
dari Pemerintah pada jajaran anggotanya. Saat ini, Dewan Pers diketuai oleh Muhammad
Nuh.

Sejarah
Dewan Pers pertama kali terbentuk pada tahun 1966 melalui Undang-undang No.11 Tahun
1966 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pers. Fungsi dari Dewan Pers saat itu adalah
sebagai pendamping Pemerintah serta bersama-sama membina perkembangan juga
pertumbuhan pers di tingkat nasional. Saat itu, Menteri Penerangan secara ex-officio
menjabat sebagai Ketua Dewan Pers.
Orde Baru
Pada era orde baru, kedudukan dan fungsi Dewan Pers tidak berubah yaitu masih menjadi
penasehat Pemerintah, terutama untuk Departemen Penerangan. Hal ini didasari pada
Undang-Undang No. 21 Tahun 1982 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 11
Tahun 1966 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pers. Tetapi terjadi perubahan perihal
keterwakilan dalam unsur keanggotaan Dewan Pers seperti yang dinyatakan pada Pasal 6
ayat (2) UU No. 21 Tahun 1982 Tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pers Sebagaimana
Telah Diubah Dengan Undang-Undang No. 4 Tahun 1967:
“ Anggota Dewan Pers terdiri dari wakil organisasi pers, wakil Pemerintah dan
wakil masyarakat dalam hal ini ahli-ahli di bidang pers serta ahli-ahli di bidang
lain ”
Reformasi
Disahkannya Undang-undang No. 40 Tahun 1999 Tentang Pers membuat berubahnya
Dewab Pers menjadi Dewan Pers yang Independen, dapat dilihat dari Pasal 15 ayat (1) UU
Pers menyatakan:
“ Dalam upaya mengembangkan kemerdekaan pers dan meningkatkan kehidupan
pers nasional, dibentuk Dewan Pers yang independen ”
Fungsi Dewan Pers juga berubah, yang dahulu sebagai penasehat Pemerintah sekarang
telah menjadi pelindung kemerdekaan pers. Tidak ada lagi hubungan secara struktural
dengan Pemerintah. Dihapuskannya Departemen Penerangan pada masa
Presiden Abdurrahman Wahid menjadi bukti. Dalam keanggotaan, tidak ada lagi wakil dari
Pemerintah dalam Dewan Pers. Tidak ada pula campur tangan Pemerintah dalam institusi
dan keanggotaan, meskipun harus keanggotaan harus ditetapkan melalui Keputusan
Presiden. Untuk Ketua dan Wakil Ketua Dewan Pers, dipilih melalui mekanisme rapat pleno
(diputuskan oleh anggota) dan tidak dicantumkan dalam Keputusan Presiden. Pemilihan
anggota Dewan Pers independen awalnya diatur oleh Dewan Pers lama. Atang
Ruswati menjabat sebagai Ketua Badan Pekerja Dewan Pers, sebuah badan bentukan
Dewan Pers sebelum dilakukannya pemilihan anggota. Badan Pekerja Dewan Pers
kemudian melakukan pertemuan dengan berbagai macam organisasi pers juga perusahaan
media. Pertemuan tersebut mencapai sebuah kesepakatan bahwa setiap organisasi
wartawan akan memilih dan juga mencalonkan dua orang dari unsur wartawan serta dua
dari masyarakat. Setiap perusahaan media juga berhak untuk memilih serta mencalonkan
dua orang yang berasal dari unsur pimpinan perusahaan media juga dua dari unsur
masyarakat. Ketua Dewan Pers independen yang pertama kali adalah Atmakusumah
Astraatmadja.

Fungsi Dewan Pers


Menurut Pasal 15 ayat (2) Undang-Undang Pers, Dewan Pers berfungsi sebagai berikut:
1. Melindungi kemerdekaan pers dari campur tangan pihak lain;
2. Melakukan pengkajian untuk pengembangan kehidupan pers;
3. Menetapkan dan mengawasi pelaksanaan Kode Etik Jurnalistik;
4. Memberikan pertimbangan dan mengupayakan penyelesaian pengaduan
masyarakat atas kasus-kasus yang berhubungan dengan pemberitaan pers;
5. Mengembangkan komunikasi antara pers, masyarakat, dan pemerintah;
6. Memfasilitasi organisasi-organisasi pers dalam menyusun peraturan-peraturan di
bidang pers dan meningkatkan kualitas profesi kewartawanan;
7. Mendata perusahaan pers.
Dewan Pers bersifat mandiri dan tidak ada lagi bagian pemerintah di dalam struktur
pengurusannya. Otoritas Dewan Pers terletak pada keinginan redaksi serta perusahaan
media pers untuk menghargai pendapat Dewan Pers serta mematuhi kode etik jurnalistik
juga mengakui segala kesalahan secara terbuka.

Keanggotaan
Menurut Pasal 15 ayat (3) Undang-Undang Pers, anggota Dewan Pers dipilih
secara demokratis setiap tiga tahun sekali. Anggota Dewan Pers terdiri atas:
Wartawan yang dipilih oleh organisasi wartawan;
Pimpinan perusahaan pers yang dipilih oleh organisasi perusahaan pers; dan
Tokoh masyarakat, ahli di bidang pers dan atau komunikasi, dan bidang lainnya yang
dipilih oleh organisasi wartawan dan organisasi perusahaan pers
Untuk periode 2019-2022, anggota Dewan Pers adalah :
1. Prof. Mohammad Nuh (unsur tokoh masyarakat) (ketua)
2. Hendry Chaeruddin Bangun (unsur wartawan) (wakil ketua)
3. Agus Sudibyo (unsur tokoh masyarakat)
4. Hassanein Rais (unsur tokoh masyarakat)
5. Ahmad Djauhar (unsur perusahaan pers)
6. Agung Darmajaya (unsur perusahaan pers)
7. Asep Setiawan (unsur perusahaan pers)
8. Arif Zulkifli (unsur wartawan)
9. Jamalul Insan (unsur wartawan)

Untuk periode 2016-2019, anggota Dewan Pers adalah :


1. Ir. Yosep Adi Prasetyo (unsur tokoh masyarakat) (ketua)
2. Ahmad Djauhar (unsur perusahaan pers) (wakil ketua)
3. Imam Wahyudi (unsur tokoh masyarakat)
4. Sinyo Hary Sarundajang (unsur tokoh masyarakat)
5. Jimmy Silalahi (unsur perusahaan pers)
6. Reva Deddy Utama (unsur perusahaan pers)
7. Ratna Komala (unsur wartawan)
8. Nezar Patria (unsur wartawan)
9. Hendry Chaeruddin Bangun (unsur wartawan)

Struktur Kelembagaan
Dewan Pers terdiri atas 4 komisi agar dapat menjalankan fungsinya dengan baik. Komisi-
komisi yang terdapat dalam Dewan Pers adalah:
1. Komisi Pengaduan Masyarakat dan Penegakan Etika Pers
2. Komisi Hukum dan Perundang-Undangan
3. Komisi Pendidikan dan Pelatihan
4. Komisi Hubungan Antarlembaga dan Hubungan Luar Negeri
Dewan Pers juga diizinkan mendirikan perwakilan di sejumlah ibu kota provinsi yang sarat
akan media seperti Surabaya, Medan dan Makassar. Tetapi perwakilan ini hanya berfungsi
sebagai penyalur pengaduan publik terkait pemberitaan di wilayahnya ke Dewan Pers,
memberikan saran terkait sengketa, dan tidak memiliki wewenang untuk memutuskan
sengketa meskipun dapat diikutsertakan dalam sidang-sidang Dewan Pers.

Daftar Ketua Dewan Pers


Untuk periode 1968-1999 masih bersama dengan Menteri Penerangan yang menjabat
secara ex-officio
N
Nama Mulai Jabatan Akhir Jabatan
o
1 Laksda TNI Boediardjo 1968 1973
2 Mashuri, S.H 1973 1978
3 Ali Murtopo 1978 1983
4 Harmoko 1983 1997
5 R. Hartono 1997 1998
6 Alwi Dahlan 1998 1998
7 Letjen. TNI Yunus Yosfiah 1998 1999

Setelah 1999 menjadi Dewan Pers yang independen


N Mulai
Nama Akhir Jabatan
o Jabatan
1 Atmakusumah Astraatmadja 2000 2003
2 Prof. Dr. Ichlasul Amal, MA 2003 2010
3 Prof. Dr. Bagir Manan, S.H., M.C.L. 2010 2016
4 Ir. Yosep Adi Prasetyo 2016 2019
5 Muhammad Nuh 2019 sekarang

Referensi
 Jurnal Dewan Pers Edisi 5
 Buku Profil Dewan Pers 2010-2013
 UU No. 40 Tahun 1999 tentang Pers
 UU No. 21/1982 Tentang Perubahan Atas UU No. 11/1966 Tentang Ketentuan
Ketentuan Pokok Pers Sebagaimana Telah Diubah Dengan Undang Undang No.
4/1967

Anda mungkin juga menyukai