Anda di halaman 1dari 7

Nama : Febrina Rahmadianty

NIM : 21SB2140

Kelas : IK21C

ESSAY

HUKUM PERS DAN MEDIA MASSA

Pertanyaan :

Perbedaan dan persamaan Undang-Undang berikut beserta contoh kasusnya!

• UU No. 11 Tahun 1966 Tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pers


• UU No. 4 Tahun 1967
• UU No. 21 Tahun 1982
• UU No. 40 Tahun 1999 Tentang Pers

Jawaban :

Latar Belakang

1. UU No. 11 Tahun 1966 Tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pers


Ketentuan-ketentuan yang dimaksud dalam Undang-Undang ini adalah :
1. Pers adalah lembaga kemsyarakatan alat revolusi yang mempunyai karya sebagai
salah satu media komunikasi massa yang bersifat umum berupa penerbitan yang
teratur waktu terbitnya, diperlengkapi atau tidak diperlengkapi dengan alat-alat
milik sendiri berupa percetakan, alat-alat foto, klise, mesin-mesin stensil atau alat-
alat teknik lainnya.
2. Perusahaan Pers ialah perusahaan surat kabar harian, penerbitan berkala, kantor
berita, bulletin dan lain-lain seperti yang tersebut ayat 6, 7, dan 8 dalam pasal ini.
3. Kewartawanan ialah pekerjaan/kegiatan/usaha yang sah yang berhubungan dengan
pengumpulan, pengolahan, dan penyiaran dalam bentuk fakta, pendapat, ulasan,
gambar-gambar dan lain sebagainya untuk perusahaan Pers, radio, televisi, dan
film.
4. Wartawan ialah karyawan yang melakukan pekerjaan kewartawanan seperti yang
dimaksudkan dalam ayat 3 pasal ini secara kontinu.
5. Organisasi Pers ialah orgnisasi wartawan dan organisasi perusahaan Pers yang
disahkan oleh Pemerintah.
6. Kantor berita adalah pusat pengumpulan dan penyebaran berita bahan-bahan
informasi dan karangan-karangan guna melayani harian, penerbitan berkala, siara
radio, televisi , instansi Pemerintah, badan umum dan swasta lainnya yang usahanya
meiputi segala perwujudan kehidupan masyarakat Indonesia dalam tata pergaulan
dunia.
7. Surat kabar harian ialah penerbitan setiap hari atau sekurang-kurangnya enam kali
dalam seminggu.
8. Penerbitan berkala ialah penerbitan lainnya yang diterbitkan dalam jangka waktu
tertentu, sekurang-kurangnya tiga bulan sekali.
9. Surat kabar/berkala Pemerintah ialah surat kabar/berkala yang didirikan atas
inisiatif dan yang dibiayai oleh Pemerintah
10. Pemerintah dalam Undang-Undang ini adalah enteri Penerangan, kecuali dalam
pasal 6 ayat (3) dan ayat (5) dan pasal 9 ayat (2) dan ayat (3).

Seiring runtuhnya kekuasaan pemerintah Orde Lama dan digantikan dengan


pemerintahan Orde Baru, kehidupan Pers di Indonesia pun perlahan memperoleh
kebebasan. Kebebasan tersebut diperoleh setelah pemerintahan Orde Baru
mengeluarkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1966 tentang Prinsip-Prinsip Dasar
Pers. Undang-undang tersebut mengatur bahwa Pers Nasional tidak dapat disensor atau
dikendalikan dan kebebasan Pers dijamin sebagai bagian dari hak-hak dasar warga
negara serta penerbitan tidak memerluka surat izin apa pun. David T. Hill dalam
bukunya Pers di Masa Orde Baru (2011) menjelaskan bahwa setelah Peristiwa Malari
ada 12 Pers yang kehilangan surat izin terbit dan surat izin cetak atau bisa dibilang
dibredel oleh Pemerintah.

Contoh Kasus:

Kebebasan Pers mulai sirna ketika terjadi peristiwa Malari ( Malapetaka 15 Januari
1974 ). Dalam peristiwa ini terjadi demonstrasi besar-besaran Jakarta. Demonstrasi ini
dipicu oleh kedatangan Perdana Menteri Jepang, Tanaka. Aksi tersebut berakar dari
ketidakpuasan masyarakat terhadap kebijakan pemerintah di bidang sosial dan
ekonomi. Sejak peristiwa Malari, pemerintah mulai memperhatikan dan menekan Pers.
Tekanan terhadap pers semakin terasa ketika pemerintah Orde Baru mengeluarkan
Undang-Undang No. 21 Tahun 1982 tentang Pokok-Pokok Pers. Undang-Undang
tersebut merupakan perubahan dari Undang-Undang No. 11 Tahun 1966.

2. Undang-Undang No. 4 Tahun 1967 Tentang Penambahan Undang-Undang No. 11


Tahun 1966
Pasal 1 ayat (1) Penpres No. 4/1963 menyatakan, bahwa Jaksa Agung berwenang untuk
melarang beredarnya barang cetakan yang dianggap dapat mengganggu ketertiban
umum. Sedangkan Pasal 2 ayat (3) menyatakan, bahwa barang cetakan yang dimaksud
antara lain ialah buletin-buletin, surat kabar harian, majalah, dan penerbitan-penerbitan
berkala.
Berhubung telah berlakunya Undang-Undang tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok
Pers, maka larangan beredarnya Pers-Nasional yang berupa bulletin, surat kabar harian,
majalah, dan penerbitan berkala itu tidak lagi berlaku menurut ketentuan Penpres No.
4/1963, karena yang berlaku terhadap Pers-Nasional ialah ketentuan Undang-Undang
No. 11 Tahun 1966.

Contoh Kasus:
Pada masa Orde Baru tepatnya pada periode 1980 an, pembredelan diakibatkan karena
kesewenangan Departemen Penerangan dalam mengatur pers. Melalui SIUPP Menteri
Penerangan berhak mencabut surat izin usaha penerbitan pers. Pers yang dianggap
mengganggu kestabilan politik, ekonomi dan sosial negara dapat langsung dibredel.
Tidak lain tujuannya untuk menjaga stabilitas nasional, keamanan, ketertiban dan
kepentingan umum. Hal ini terjadi pada surat kabar harian Tempo akibat pemberitaan
kampanye Partai Golkar yang rusuh. Pembredelan hingga mengakibatkan penutupan
perusahaan pers untuk selama-lamanya yang terjadi pada periode 1980 an.

3. Undang-Undang No. 21 Tahun 1982 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang


No. 11 Tahun 1966 Tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pers Sebagaimana
Telah Diubah Dengan Undang-Undang No. 4 Tahun 1967
Ketentuan-ketentuan dalam UU No. 11 Tahun 1966 tentang Ketentuan-ketentua Pokok
Pers sebagaimana telah diubah dengan UU No. 4 Tahun 1967, diubah lagi sebagai
berikut:
a. Istilah-istilah dalam UU No. 11 Tahun 1966 diubah sebagai berikut:
• “alat revolusi” diubah menjadi “alat Perjuangan Nasional”
• “alat penggerak massa” diubah menjadi “alat penggerak pembangunan bangsa”
• “pengawal revolusi” diubah menjadi “pengawal Ideologi Pancasila”
• “Pers Sosialis Pancasila” diubah menjadi “Pers Pancasila”
• “Tiga kerangka revolusi” diubah menjadi “Tujuan Nasional”
• “progresif” diubah menjadi “konstruktif progresif”
• “Kontra revolusi” diubah menjadi “menentang Pancasila”
• “berchianat terhadap revolusi” diubah menjadi “berkhianat Perjuangan
Nasional”
• “Gotong royong kekeluargaan terpimpin” diubah menjadi “secara berdasar atas
asas kekeluargaan”
• “revolusi” diubah menjadi “Perjuangan Nasional”
• “revolusi Pancasila” diubah menjadi “Ideologi Pancasila”

Rumusan dalam Undang-Undang No. 11 Tahun 1966 yang berbunyi “Pemerintah


Bersama-sama Dewan Pers” diubah menjadi “Pemerintah Setelah Mendengar
Pertimbangan Dewan Pers”.

4. Undang-Undang No. 40 Tahun 1999 Tentang Pers


Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan:
1. Pers adalah lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang melaksanakan
kegiatan jurnalistik meliputi mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan,
mengolah, dan menyampaikan infromasi baik dalam bentuk tulisan, suara, gambar,
serta data dan grafik maupun dalam bentuk lainnya dengan menggunakan media
cetak, media elektronik, dan segala jenis saluran yang tersedia.
2. Perusahan pers adalah badan hukum Indonesia yang menyelenggarakan usaha pers
meliputi perusahaan media cetak, media elektronik, dan kantor berita, serta
perusahaan media lainnya yang secara khusus menyelenggarakan, menyiarkan atau
menyalurkan informasi.
3. Kantor berita adalah perusahaan pers yang melayani media cetak, media elektronik,
atau media lainnya serta masyarakat umum dalam memperoleh informasi.
4. Wartawan adalah orang yang secara teratur melaksanakan kegiatan jurnalistik.
5. Organisasi pers adalah organisasi wartawan dan organisasi perusahaan pers.
6. Pers nasional adalah pers yang diselenggarakan oleh perusahaan pers Indonesia.
7. Pers asing adalah pers yang diselenggarakan oleh perusahaan pers asing.
8. Penyensoran adalah penghapusan secara paksa sebagian atau seluruh materi
informasi yang akan diterbitkan atau disiarkan, atau tindakan teguran atau
peringatan yang bersifat mengancam dari pihak manapun, dan kewajiban melapor,
serta memperoleh izin dari pihak berwajib dalam pelaksanaan kegiatan jurnalistik.
9. Pembredelan atau pelarangan penyiaran adalah penghentian penerbitan dan
peredaran atau penyiaran secara paksa atau melawan hukum.
10. Hak tolak adalah hak wartawan karena profesinya, untuk menolak mengungkapkan
nama atau identitas lainnya dari sumber berita yang harus dirahasikannya.
11. Hak jawab adalah hak seseorang untuk memberikan tanggapan atau sanggahan
terhadap pemberitaan pemberitaan berupa fakta yang merugikan nama baiknya.
12. Hak koreksi adalah hak setiap orang untuk mengoreksi atau memberitahukan
kekeliruan informasi yang diberitakan oleh pers, baik tentang dirinya maupun
tentang orang lain.
13. Kewajiban koeksi adalah keharusan melakukan koreksi atau ralat terhadap suatu
informasi, data, fakta, opini, atau gambar yang tidak benar yang telah diberitakan
oleh pers yang bersangkutan.
14. Kode Etik Jurnalistik adalah himpunan etika profesi kewartawanan.

Contoh Kasus:

Mantan Pimpinan Redaksi Banjarhits, Diananta Putera Sumedi, divonis bersalah oleh
majelis hakim Pengadilan Negeri (PN) Kotabaru, Kalimantan Selatan. Dia dianggap
melanggar Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik karena menayangkan
berita berjudul “Tanah Dirampas Jhonlin, Dayak Mengadu ke Polda Kalsel”. Akibat
pemberitaan dugaan penyerobotan lahan itu, Diananta diganjar hukuman penjara 3
bulan 15 hari. Majelis Hakim menilai karya jurnalistik Diananta bermuatan SARA dan
melanggar kode etik. Selain itu, laman Banjarhits dianggap tidak memiliki badan
hukum. Vonis hukuman disampaikan oleh Majelis Hakim yang dipimpin oleh Meir
Elisabeth saat sidang di PN Kotabaru, Senin (10/8/2020).

Majelis Hakim menilai Diananta terbukti bersalah karena sengaja dan tanpa hak
menyebarkan infromasi yang ditujukan untuk menimbulkan rasa kebencian atau
permusuhan individu dan kelompeoek masyarakat tertentu berdasarkan atau suku,
agama, ras dan atar golongan. Ini sesuai pasal 28 UU ITE. Menanggapi vonis Majelis
Hakim, Diananta merasa kecewa. Sebab dia merasa kasusnya sudah berakhir di Dewan
Pers. Diananta masih mempertimbangkan langkah hukum yang akan diambil setelah
vonis. Apakah akan menempuh banding di Pengadilan Tinggi Kalsel atau menerima
putusan hakim. Majelis Hakim memberi waktu tujuh hari.
DAFTAR PUSTAKA

https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/49551/uu-no-4-tahun-1967

https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/49812/uu-no-11-tahun-1966

file:///C:/Users/ASUS/Downloads/12083-25332-1-SM.pdf

https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/47032/uu-no-21-tahun-1982

https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/45370/uu-no-40-tahun-1999

https://regional.kompas.com/read/2020/08/11/16142691/seorang-wartawan-di-kalsel-
divonis-3-bulan-penjara-karena-berita?page=all

Anda mungkin juga menyukai