Anda di halaman 1dari 96

Buku Saku

DEMAM

Umar Zein
Umar Zein

Buku Saku

DEMAM

2012
USU Press
Art Design, Publishing & Printing
Gedung F, Pusat Sistem Informasi (PSI) Kampus
USU
Jl. Universitas No. 9
Medan 20155, Indonesia

Telp. 061-8213737; Fax 061-8213737

usupress.usu.ac.id

© USU Press 2012

Hak cipta dilindungi oleh undang-undang; dilarang


memperbanyak menyalin, merekam sebagian atau
seluruh bagian buku ini dalam bahasa atau bentuk
apapun tanpa izin tertulis dari penerbit.

ISBN ...

Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan


(KDT)

Dicetak di Medan, Indonesia


Kata Pengantar

Assalamualaikum ww.
Alhamdulillah, buku kecil dan sederhana ini selesai
ditulis. Latar belakang penulisan buku ini adalah
pengalaman mengajarkan demam pada mahasiswa
Fakultas Kedokteran terasa tidak cukup membahas
secara tuntas, karena keterbatasan waktu. Oleh
karena itu buku ini mencoba melengkapi
kekurangan bahan kuliah pakar yang diberikan.

Pengetahuan dasar tentang demam mutlak


difahami oleh dokter yang bekerja melayani pasien,
dan demam adalah keluhan yang banyak
ditemukan di klinik dan rumah sakit baik pada
pasien rawat jalan, maupun rawat inap.

Semoga buku ini bisa menjadi bahan bacaan


tambahan bagi mahasiswa Kedokteran dan
melengkapi kekurangan literatur medis selama ini.

Kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan


untuk perbaikan isi buku ini ke depan, dan dapat
disampaikan melalui email:
uzein_2000@yahoo.com.

Medan, 8 Juni 2012


Umar Zein

iii
Daftar Isi
Kata Pengantar............................................................. iii
Kata Sambutan ................................................................
Daftar Isi ..........................................................................
Skenario...........................................................................

Bab I. Pendahuluan .................................................. 1


Suhu Tubuh Makhluk Hidup .........................................1
Pembagian Suhu Tubuh ................................................3
Sumber Panas Pada Tubuh Manusia ............................3
Faktor yang Memengaruhi Suhu Tubuh .......................4
Pengaturan Suhu Tubuh ...............................................8
Produksi Panas Tubuh...................................................9
Pembuangan Panas Tubuh .........................................10
Mekanisme Pengeluaran Panas Melalui Kulit ............11
Mekanisme Tubuh Ketika Suhu Meningkat................13
Mekanisme Tubuh Ketika Suhu Menurun ..................15
Temperatur Tubuh Normal .........................................17
Termometer ................................................................18

Bab II. Demam


Definisi dan Istilah .......................................................22
Patogenesis Demam ...................................................23
Penyebab Demam .......................................................26
Tipe Demam ................................................................27
Demam Kontinua ........................................................27
Demam Intermiten .....................................................28
Demam Remiten .........................................................28
Demam Septik .............................................................28
Demam Pel Ebstein ....................................................28
Low grade fever ..........................................................29

iv
Prolonged fever ......................................................... 29
Chronic Fever .............................................................. 29
Keuntungan dan Kerugian Demam ........................... 29
Infeksi Sebagai Penyebab Demam Pada Dewasa ...... 31
Drug fever ................................................................... 36
Blood clot fever........................................................... 37
Tumor fever ................................................................ 37
Environmental fever ................................................... 38
Kondisi Medis Khusus ................................................ 38
FUO ............................................................................. 39
Demam Yang Perlu Dijajaki ........................................ 39

Bab III. Anamnesis pada Pasien Demam ................. 42

Bab IV. Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Demam . 45


Pemeriksaan Laboratorium ........................................ 50

Bab V. Pengobatan Demam.................................... 58


Penggunaan Antipiretik .............................................. 59
Jenis-jenis Antipiretik ................................................. 61
Pencegahan Demam Pada Dewasa ............................ 69
Prognosis Demam Pada Dewasa ................................ 71
Beberapa Prinsip Penanganan Demam ..................... 71

Bab VI. Penelitian Demam...................................... 73


Hasil Penelitian ........................................................... 73
Diskusi ......................................................................... 76
Kesimpulan Penelitian ............................................... 79

Bab VII. Pembahasan Skenario ........................... 85

Kepustakaan .......................................................... 89

v
Skenario
Seorang perempuan 18 tahun, datang ke Rumah
Sakit pada sore hari dengan keluhan demam yang
dirasakan sudah 3 hari. Demam dirasakan
mendadak tinggi, tidak ada menggigil dan tidak
berkeringat. Juga dirasakan nyeri pada sendi-sendi
terutama pada siku dan lutut. Sejak pagi ada
merasa mual, tapi tidak muntah dan tidak ada
selera makan. Pasien sudah meminum obat
parasetamol dan demamnya reda beberapa jam,
kemudian demam lagi.

Pada pemeriksaan fisik didapati, kesadaran baik,


TD: 110/70 mmHg, Nadi: 110 x/menit, reguler,
Temperatur aksila 390C. Ada ruam berupa rash
pada lengan dan perut.

Apa saja kemungkinan diagnosis pasien tersebut?.


Pemeriksaan penunjang apa saja yang dibutuhkan
untuk menegakkan diagnosis penyakitnya?

vi
Buku Saku DEMAM

I
Pendahuluan

Suhu Tubuh Makhluk Hidup


Semua makhluk hidup membutuhkan panas dan
memunyai suhu tubuh tertentu. Pengaturan suhu
tubuh (termoregulasi) bergantung pada
pembentukan panas oleh tubuh dan pengeluaran
panas dari dalam tubuh makhluk hidup. Dalam
termoregulasi dikenal adanya hewan berdarah
dingin (cold-blood animals) dan hewan berdarah
panas (warm-blood animals). Namun, ahli-ahli
Biologi lebih suka menggunakan istilah ektoterm
dan endoterm yang berhubungan dengan sumber
panas utama tubuh hewan. Ektoterm adalah hewan
yang panas tubuhnya berasal dari lingkungan
(menyerap panas lingkungan). Suhu tubuh hewan
ektoterm cenderung berfluktuasi, tergantung pada
suhu lingkungan. Hewan dalam kelompok ini adalah
anggota invertebrata, ikan, amfibia, dan reptilia.
Sedangkan endoterm adalah hewan yang panas
tubuhnya berasal dari hasil metabolisme. Suhu
tubuh hewan ini lebih konstan. Endoterm umum
dijumpai pada kelompok burung (Aves), dan
mamalia, termasuk manusia.

1
I. Pendahuluan

Dalam pengaturan suhu tubuh, hewan harus


mengatur panas yang diterima atau yang hilang ke
lingkungan. Mekanisme perubahan panas tubuh
hewan dapat terjadi dengan 4 proses, yaitu
konduksi, konveksi, radiasi, dan evaporasi. Konduksi
adalah perubahan panas tubuh hewan karena
kontak dengan suatu benda. Konveksi adalah
transfer panas akibat adanya gerakan udara atau
cairan melalui permukaan tubuh. Radiasi adalah
emisi dari energi elektromagnet. Radiasi dapat
mentransfer panas antar objek yang tidak kontak
langsung. Sebagai contoh, radiasi sinar matahari.
Evaporasi adalah proses kehilangan panas dari
permukaan cairan yang ditranformasikan dalam
bentuk gas atau uap air.

Hewan memunyai kemampuan adaptasi terhadap


perubahan suhu lingkungan. Sebagai contoh, pada
suhu dingin, mamalia dan burung akan
meningkatkan laju metabolisme dengan perubahan
hormon-hormon yang terlibat di dalam tubuhnya,
sehingga meningkatkan produksi panas.

Kontriksi pembuluh darah di bagian kulit dan


countercurrent heat exchange adalah salah satu
cara untuk mengurangi kehilangan panas tubuh.
Manusia menggunakan pakaian adalah salah satu
perilaku unik dalam termoregulasi.

2
Buku Saku DEMAM

Pembagian Suhu tubuh


Secara umum, suhu tubuh manusia dikatakan
Hipotermi, bila suhu tubuh kurang dari 36°C, dan
dikatakan normal, bila suhu tubuh berkisar antara
36-37,5°C (ada perbedaan pendapat ahli).
Dikatakan demam (febris/pireksia), bila suhu tubuh
antara 37,5 - 40°C dan Hipertermi, bila suhu tubuh
lebih dari 40°C.

Sumber Panas Pada Tubuh Manusia


Tubuh manusia merupakan organ yang mampu
menghasilkan panas secara mandiri dan tidak
tergantung pada suhu lingkungan. Tubuh manusia
memiliki seperangkat sistem yang memungkinkan
tubuh menghasilkan, mendistribusikan, dan
memertahankan suhu tubuh dalam keadaan
konstan. Panas yang dihasilkan tubuh sebenarnya
merupakan produk tambahan pada proses
metabolisme yang utama. Adapun suhu tubuh
dihasilkan dari:
1. Laju metabolisme basal (basal metabolisme
rate = BMR) di semua sel tubuh.
2. Laju cadangan metabolisme yang disebabkan
aktivitas otot (termasuk kontraksi otot akibat
menggigil).
3. Metabolisme tambahan akibat pengaruh
hormon tiroksin dan sebagian kecil hormon
lain, misalnya hormon pertumbuhan (growth
hormone dan testosteron).

3
I. Pendahuluan

4. Metabolisme tambahan akibat pengaruh


epinefrin, norepinefrin, dan rangsangan
simpatis pada sel.
5. Metabolisme tambahan akibat peningkatan
aktivitas kimiawi di dalam sel itu sendiri
terutama bila temperatur menurun.

Berdasarkan distribusi suhu di dalam tubuh,


dikenal suhu inti (core temperatur), yaitu suhu yang
terdapat pada jaringan dalam, seperti kranial
(kepala), toraks (dada), rongga abdomen (perut),
dan rongga pelvis (panggul). Suhu ini biasanya
dipertahankan relatif konstan (sekitar 37°C). Selain
itu, ada suhu permukaan (surface temperatur),
yaitu suhu yang terdapat pada kulit, jaringan sub
kutan, dan lemak. Suhu ini biasanya dapat
berfluktuasi sebesar 20°C sampai 40°C.

Faktor Yang Memengaruhi Suhu Tubuh

Beberapa faktor yang memengaruhi suhu tubuh


adalah:
1. Kecepatan metabolisme basal
Kecepatan metabolisme basal tiap individu
berbeda-beda. Hal ini memberi dampak jumlah
panas yang diproduksi tubuh menjadi berbeda
pula. Sebagaimana disebutkan pada uraian
sebelumnya, sangat terkait dengan laju
metabolisme.

4
Buku Saku DEMAM

2. Rangsangan saraf simpatis


Rangsangan saraf simpatis dapat
menyebabkan kecepatan metabolisme
menjadi 100% lebih cepat. Disamping itu,
rangsangan saraf simpatis dapat mencegah
lemak coklat yang tertimbun dalam jaringan
untuk dimetabolisme. Hampir seluruh
metabolisme lemak coklat adalah
menghasilkan panas. Umumnya, rangsangan
saraf simpatis ini dipengaruhi stres individu
yang menyebabkan peningkatan produksi
epinefrin dan norepinefrin yang meningkatkan
metabolisme.

3. Hormon pertumbuhan
Hormon pertumbuhan (growth hormone)
dapat menyebabkan peningkatan kecepatan
metabolisme sebesar 15-20%. Akibatnya,
produksi panas tubuh juga meningkat.

4. Hormon tiroksin
Fungsi tiroksin adalah meningkatkan aktivitas
hampir semua reaksi kimia dalam tubuh
sehingga peningkatan kadar tiroksin dapat
memengaruhi laju metabolisme menjadi 50-
100% diatas normal.

5. Hormon kelamin
Hormon kelamin laki-laki dapat meningkatkan
kecepatan metabolisme basal kira-kira 10-15%

5
I. Pendahuluan

dari kecepatan normal, menyebabkan


peningkatan produksi panas. Pada perempuan,
fluktuasi suhu lebih bervariasi dari pada laki-
laki, karena pengeluaran hormon progesteron
pada masa ovulasi meningkatkan suhu tubuh
sekitar 0,30 – 0,6°C di atas suhu basal.

6. Demam dan peradangan


Proses peradangan dan demam dapat
menyebabkan peningkatan metabolisme
sebesar 15% untuk tiap peningkatan suhu 1°C.

7. Status gizi
Malnutrisi yang cukup lama dapat menurunkan
kecepatan metabolisme 20 – 30%. Hal ini
terjadi karena di dalam sel tidak ada zat
makanan yang dibutuhkan untuk mengadakan
metabolisme. Dengan demikian, orang yang
mengalami malnutrisi mudah mengalami
penurunan suhu tubuh (hipotermia). Selain itu,
individu dengan lapisan lemak tebal cenderung
tidak mudah mengalami hipotermia karena
lemak merupakan isolator yang cukup baik,
dalam arti lemak menyalurkan panas dengan
kecepatan sepertiga kecepatan jaringan yang
lain.

8. Aktivitas
Aktivitas selain merangsang peningkatan laju
metabolisme, mengakibatkan gesekan antar

6
Buku Saku DEMAM

komponen otot/organ yang menghasilkan


energi termal. Latihan fisik dapat
meningkatkan suhu tubuh hingga 38,30 – 400C.

9. Gangguan organ
Kerusakan organ seperti trauma atau
keganasan pada hipotalamus, dapat
menyebabkan mekanisme regulasi suhu tubuh
mengalami gangguan. Berbagai zat pirogen
yang dikeluarkan pada saat terjadi infeksi
dapat merangsang peningkatan suhu tubuh.
Kelainan kulit berupa jumlah kelenjar keringat
yang sedikit juga dapat menyebabkan
mekanisme pengaturan suhu tubuh terganggu.

10. Lingkungan
Suhu tubuh dapat mengalami pertukaran
dengan lingkungan, artinya panas tubuh dapat
hilang atau berkurang akibat lingkungan yang
lebih dingin. Begitu juga sebaliknya, lingkungan
yang panas dapat memengaruhi suhu tubuh
manusia. Perpindahan suhu antara manusia
dan lingkungan terjadi sebagian besar melalui
kulit.

Proses kehilangan panas melalui kulit dimungkinkan


karena panas diedarkan melalui pembuluh darah
dan juga disuplai langsung ke fleksus arteri kecil
melalui anastomosis arteriovenosa yang
mengandung banyak otot. Kecepatan aliran dalam

7
I. Pendahuluan

fleksus arteriovenosa yang cukup tinggi (kadang


mencapai 30% dari total curah jantung) akan
menyebabkan konduksi panas dari inti tubuh ke
kulit menjadi sangat efisien. Dengan demikian, kulit
merupakan radiator panas yang efektif untuk
keseimbangan suhu tubuh.

Pengaturan Suhu Tubuh


Suhu tubuh manusia cenderung berfluktuasi setiap
saat. Banyak faktor yang dapat menyebabkan
fluktuasi suhu tubuh. Untuk memertahankan suhu
tubuh manusia dalam keadaan konstan, diperlukan
regulasi suhu tubuh. Suhu tubuh manusia diatur
dengan mekanisme umpan balik (feed back) yang
diperankan oleh pusat pengaturan suhu di
hipotalamus atau Thermoregulatory Centre
(Gambar 1). Apabila pusat temperatur hipotalamus
mendeteksi suhu tubuh yang terlalu panas, tubuh
akan melakukan mekanisme umpan balik.
Mekanisme umpan balik ini terjadi bila suhu inti
tubuh telah melewati batas toleransi tubuh untuk
memertahankan suhu, yang disebut titik tetap (set
point). Titik tetap tubuh dipertahankan agar suhu
tubuh inti konstan pada 37°C. Apabila suhu tubuh
meningkat lebih dari titik tetap, hipotalamus akan
merangsang untuk melakukan serangkaian
mekanisme untuk memertahankan suhu dengan
cara menurunkan produksi panas dan

8
Buku Saku DEMAM

meningkatkan pengeluaran panas sehingga suhu


kembali pada titik tetap.

Selama suhu kulit lebih tinggi dari pada suhu


lingkungan, panas hilang melalui radiasi dan
konduksi. Namun ketika suhu lingkungan lebih
tinggi dari suhu tubuh, tubuh memeroleh panas
dari lingkungan melalui radiasi dan konduksi. Pada
keadaan ini, satu-satunya cara tubuh melepaskan
panas adalah melalui evaporasi.

Memerhatikan pengaruh lingkungan terhadap suhu


tubuh, sebenarnya suhu tubuh aktual (yang dapat
diukur) merupakan suhu yang dihasilkan dari
keseimbangan antara produksi panas oleh tubuh
dan proses kehilangan panas tubuh akibat
pengaruh lingkungan.

Produksi Panas Tubuh


Panas tubuh dihasilkan dari metabolisme zat-zat
makanan. Dengan adanya intake makanan, maka
makanan akan dicerna dan dimetabolisme dan
menghasilkan kalori sesuai dengan Spesific Dinamic
Action = SDA) dari zat gizi tersebut. Untuk
protein memunyai SDA 30%, yang maksudnya
setiap 100 kalori protein (25 gr) akan membentuk
tambahan panas sebesar 30 kalori. Karbohidrat
memunyai SDA: 6%, dan Lemak SDA: 4 %.

9
I. Pendahuluan

Aktifitas/kontraksi otot juga menghasilkan panas


tubuh.

Pembuangan Panas Tubuh


Pembuangan panas tubuh melalui Radiasi/konduksi
sebesar 70%, pernafasan sebesar 2%,
penguapan/keringat sebesar 27% dan melalui
buang air besar/kecil sebesar 1%. Jadi, suhu tubuh
merupakan interaksi antara produksi panas (Heat
production) dengan pembuangan panas tubuh
(Heat loss), yang dipengaruhi oleh faktor-faktor :
1. Autonomik
2. Somatik
3. Endokrin
4. Perubahan behaviour

Bila terjadi rangsang dingin pada kulit, maka


reseptor dingin pada kulit (Krause & Bulb) akan
terangsang dan diteruskan ke Hipotalamus
posterior (Heat Conservation Centre) yang
selanjutnya akan merangsang sistim simpatik yang
mengakibatkan konstriksi pembuluh darah kulit dan
terjadi Shivering (menggigil). Kemudian terjadi
rangsangan terhadap Voeding centre di
Hipotalamus lateral yang mengakibatkan rasa lapar
sehingga individu cenderung mendapatkan intake
makanan. Dari intake makanan ini, sesuai dengan
SDA makanannya, maka akan terjadi peningkatan

10
Buku Saku DEMAM

produksi panas dan metabolisme rate akan


meningkat.

Bila terjadi rangsang panas, maka reseptor panas di


kulit (Ruffini Corpuscle) akan terangsang dan
diteruskan ke Hipotalamus anterior, dan terjadi
respon vasodilatasi pembuluh darah kulit sehingga
pembuangan panas meningkat. Disamping itu juga
terjadi relaksasi otot skelet, pengeluaran keringat
bertambah dan frekwensi pernafasan bertambah
cepat, dan terjadi anoreksia, apatis, serta
penurunan sekresi TSH (Thyroid Stimulating
Hormone).

Mekanisme Pengeluaran Panas Melalui Kulit


Beberapa mekanisme pengeluaran panas melalui
kulit adalah:
1. Radiasi
Radiasi adalah mekanisme kehilangan panas
tubuh dalam bentuk gelombang panas
inframerah. Gelombang inframerah yang
dipancarkan dari tubuh memiliki panjang
gelombang 5 – 20 mikrometer. Tubuh manusia
memancarkan gelombang panas ke segala
penjuru tubuh. Radiasi merupakan mekanisme
kehilangan panas paling besar pada kulit (60%)
atau 15% dari seluruh mekanisme kehilangan
panas.

11
I. Pendahuluan

Panas adalah energi kinetik pada gerakan


molekul. Sebagian besar energi pada gerakan ini
dapat dipindahkan ke udara bila suhu udara
lebih dingin dari kulit. Sekali suhu udara
bersentuhan dengan kulit, suhu udara menjadi
sama dan tidak terjadi lagi pertukaran panas,
yang terjadi hanya proses pergerakan udara
sehingga terdapat udara baru yang suhunya
lebih dingin dari suhu tubuh.

2. Konduksi
Konduksi adalah perpindahan panas akibat
paparan langsung kulit dengan benda-benda
yang ada di sekitar tubuh. Biasanya proses
kehilangan panas dengan mekanisme konduksi
sangat kecil. Sentuhan dengan benda umumnya
memberi dampak kehilangan suhu yang kecil
karena dua mekanisme, yaitu kecenderungan
tubuh untuk terpapar langsung dengan benda
relatif jauh lebih kecil dari pada paparan dengan
udara, dan sifat isolator benda menyebabkan
proses perpindahan panas tidak dapat terjadi
secara efektif terus menerus.

3. Evaporasi
Evaporasi (penguapan air dari kulit) dapat
memfasilitasi perpindahan panas tubuh. Setiap
satu gram air yang mengalami evaporasi akan
menyebabkan kehilangan panas tubuh sebesar
0,58 kilokalori. Pada kondisi individu tidak

12
Buku Saku DEMAM

berkeringat, mekanisme evaporasi berlangsung


sekitar 450 – 600 ml/hari. Hal ini menyebabkan
kehilangan panas terus menerus dengan
kecepatan 12 – 16 kalori per jam. Evaporasi ini
tidak dapat dikendalikan karena evaporasi
terjadi akibat difusi molekul air secara terus
menerus melalui kulit dan sistem pernafasan.

Upaya-upaya yang kita dilakukan untuk


menurunkan suhu tubuh yaitu mengenakan
pakaian yang tipis, banyak minum, banyak
istirahat, beri kompres hangat atau dingin sesuai
dengan jenis demamnya, dan mengonsumsi
obat penurun panas. Ada beberapa teknik dalam
memberikan kompres dalam upaya menurunkan
suhu tubuh antara lain kompres hangat basah,
kompres hangat kering (buli-buli), kompres
dingin basah, kompres dingin kering (kirbat es),
bantal dan selimut listrik, lampu penyinaran,
dan busur panas.

Mekanisme Tubuh Ketika Suhu Meningkat


a. Vasodilatasi
Vasodilatasi pembuluh darah perifer hampir
dilakukan pada semua area tubuh. Vasodilatasi
ini disebabkan oleh hambatan dari pusat
simpatis pada hipotalamus posterior yang
menyebabkan vasokontriksi sehingga terjadi
vasodilatasi yang kuat pada kulit, yang

13
I. Pendahuluan

memungkinkan percepatan pemindahan panas


dari tubuh ke kulit hingga delapan kali lipat lebih
banyak.

b. Berkeringat
Pengeluaran keringat melalui kulit terjadi
sebagai efek peningkatan suhu yang melewati
batas kritis, yaitu 37°C. Pengeluaran keringat
menyebabkan peningkatan pengeluaran panas
melalui evaporasi. Peningkatan suhu tubuh
sebesar 1°C akan menyebabkan pengeluaran
keringat yang cukup banyak sehingga mampu
membuang panas tubuh yang dihasilkan dari
metabolisme basal 10 kali lebih besar.
Pengeluaran keringat merupakan salah satu
mekanisme tubuh ketika suhu meningkat
melampaui ambang kritis. Pengeluaran keringat
dirangsang oleh pengeluaran impuls di area
preoptik anterior hipotalamus melalui jaras saraf
simpatis ke seluruh kulit tubuh kemudian
menyebabkan rangsangan pada saraf kolinergik
kelenjar keringat, yang merangsang produksi
keringat. Kelenjar keringat juga dapat
mengeluarkan keringat karena rangsangan dari
epinefrin dan norefineprin.

c. Penurunan pembentukan panas


Beberapa mekanisme pembentukan panas,
seperti termogenesis kimia dan menggigil

14
Buku Saku DEMAM

merupakan upaya tubuh untuk menghambat


dengan kuat pembentukan panas.

Mekanisme Tubuh Ketika Suhu Menurun


Bila suhu tubuh menurun dari nomal, akan terjadi
reaksi sebagai berikut:
a. Vasokontriksi kulit di seluruh tubuh.
Vasokontriksi terjadi karena rangsangan pada
pusat simpatis hipotalamus posterior.
b. Piloereksi. Rangsangan simpatis menyebabkan
otot erektor pili yang melekat pada folikel
rambut berdiri. Mekanisme ini tidak penting
pada manusia, tetapi pada binatang tingkat
rendah, berdirinya bulu ini akan berfungsi
sebagai isolator panas terhadap lingkungan.
c. Peningkatan pembentukan panas. Pembentukan
panas oleh sistem metabolisme meningkat
melalui mekanisme menggigil, pembentukan
panas akibat rangsangan simpatis, serta
peningkatan sekresi tiroksin.

Secara diagramatik, mekanisme tersebut dapat


dilihat pada gambar 1.

15
I. Pendahuluan

Gambar 1. mekanisme tubuh bila terjadi peningkatan


suhu atau penurunan suhu (Sumber :
http://www.biologymad.com/resources/A2%20Homeost
asis.pdf)

16
Buku Saku DEMAM

Temperatur Tubuh Normal


Temperatur tubuh normal sepanjang hari
mengalami fluktuasi yang disebut dengan variasi
diurnal atau disebut juga sirkadian temperature.
Suhu tubuh paling rendah pada pukul 6.00 pagi,
sekitar 37,20 C (98,90 F). Paling tinggi pada pukul
6.00 sore, sekitar 37.70 C (99,90 F). Variasi normal
berkisar 0,50 C – 10 C, dengan temperatur rektal
lebih Tinggi 0,4 C. Suhu tubuh perempuan lebih
tinggi dari laki-laki. Kriteria suhu tubuh normal:
36,20 – 37,80 C (Kolberg) atau 36,50 – 37,20 C
(Nelwan). Pada orang dewasa umur 18 – 40 thn:
36,80C ± 0,40C. Suhu tubuh yang diukur di rektal
dianggap sebagai core temperature.

Suhu tubuh normal manusia akan bervariasi dalam


sehari. Seperti ketika tidur, maka suhu tubuh kita
akan lebih rendah dibanding saat kita sedang
bangun atau melakukan aktifitas. Pengukuran suhu
yang diambil di bagian tubuh yang berbeda akan
memberikan hasil yang berbeda pula. Pengambilan
suhu di bawah lidah (dalam mulut) normal sekitar
370C, sedangkan diantara lengan (ketiak) sekitar
36,50 C, dan di rektum (anus) sekitar 37,50C. Pada
keadaan demam bila pengambilan suhu tubuh
melalui mulut (di bawah lidah) > 37,50C.

17
I. Pendahuluan

Termometer
Alat untuk mengukur suhu tubuh disebut
Termometer. Saat ini berbagai jenis termometer
sudah bisa diciptakan untuk lebih memudahkan
dan mempercepat cara pemeriksaan. Beberapa
jenis Termometer yang dikenal dan dapat
digunakan saat ini adalah:
1. Termometer air raksa, yang terdiri dari
termometer aksila (pengukuran di ketiak),
termometer oral (pengukuran di mulut), dan
termometer anal (pengukuran di dubur pada
bayi/anak). Alat ini menggunakan air raksa
pada ujungnya, dan air raksa ini akan bergerak
bila terkena panas tubuh sampai batas
temperatur yang ditunjukkannya. Untuk
mengukur dengan alat ini dibutuhkan waktu
minimal 5 menit.
2. Termometer digital, dengan menggunakan
baterai. Dengan alat ini pengukuran akan lebih
cepat dan dilengkapi dengan alarm bila suhu
tubuh sudah terukur.
3. Termometer tympani. Alat ini juga
menggunakan baterai, dan pengukuran
dilakukan dengan memasukkan ujung alat ke
liang telinga. Waktu yang diperlukan hanya
beberapa detik, dan tingginya suhu tubuh
sudah dapat dibaca di monitornya.

18
Buku Saku DEMAM

II
Demam

Semua orang pernah demam semasa hidupnya


dengan derajat yang berbeda-beda. Demam juga
merupakan keluhan terbanyak pasien yang
meminta bantuan dokter atau petugas kesehatan
lain. Demam adalah suatu keadaan saat suhu badan
melebihi 370C yang umumnya disebabkan oleh
penyakit atau peradangan. Dalam keadaan normal
suhu tubuh manusia mengalami fluktuasi. Pada pagi
hari, suhu tubuh kita biasanya lebih rendah,
sedangkan di sore hari sedikit lebih tinggi. Ini
merupakan gejala wajar. Dalam keadaan sehat,
suhu tubuh memang bisa berubah-ubah. Namun,
bila suhu terus menanjak dan kita terserang
demam, bukan tidak mungkin ada penyakit lain
yang harus diatasi. Umumnya suhu 37 derajat
Celsius merupakan suhu tubuh yang dianggap sehat
dan normal walaupun bisa naik atau turun satu
derajat. Namun, kalau suhu tubuh terus meninggi
lebih dari 37 derajat Celsius, itu artinya kita sedang
dilanda demam.

Demam memang bukan penyakit, tetapi


merepotkan bila tidak diatasi dengan baik. Demam

19
II. Demam

juga bisa merupakan tanda bahwa kita menderita


penyakit tertentu. Karena itu, demam merupakan
alat pemberitahu bagi kita sendiri.

Demam pada umumnya merupakan mekanisme


tubuh untuk melawan infeksi. Karena itu, janganlah
langsung berusaha menurunkan suhu tubuh. Sebab,
menurunkan suhu tubuh malah bisa menutupi
gejala dan memperpanjang penyakit serta
memperlambat ditemukannya penyebab.

Dalam keadaan demam biasanya bagian kepala,


leher, dan tubuh terasa panas, sedangkan kaki dan
tangan dingin. Karena itu, kalau kita memeriksa
seseorang apakah dia demam atau tidak, rabalah
bagian kepala atau lehernya. Gejala lain yang bisa
terjadi adalah kedinginan yang sering disertai
dengan menggigil bila suhu meningkat cepat.

Demam adalah kenaikan temperatur tubuh pada


level diatas normal yaitu diatas suhu 37,50C.
Demam timbul sebagai akibat dari perubahan pada
pusat thermoregulator yang berlokasi pada
hipothalamus anterior di otak (Buzaid, 1996,
Dinarello, Gelfand, 2001).

Demam pada dewasa merupakan salah satu tanda


dan gejala awal dari suatu penyakit atau kelainan
pada tubuh dan dapat juga sebagai gejala lanjutan
dari suatu perubahan fisologis tubuh atau keadaan

20
Buku Saku DEMAM

patologis yang terjadi. Semua orang hampir dapat


dipastikan pernah mengalami demam selama
periode hidupnya, meskipun tidak semua keadaan
demam harus mendapatkan intervensi pengobatan.
Beberapa penyakit infeksi akut dengan gejala
demam, dapat sembuh sendiri dalam beberapa hari
atau pasien dapat mengobati sendiri demamnya
tanpa meminta pertolongan medis.

Dari pengalaman dan berbagai literatur dikatakan


bahwa, tidak sedikit pasien demam yang tidak
terdiagnosis dengan pasti, terutama pada pasien
rawat jalan oleh karena ada beberapa hal seperti
pasien tidak datang lagi untuk berobat/kontrol,
pasien tidak bersedia melakukan pemeriksaan
penunjang seperti laboratorium lengkap, radiologi
atau pasien sudah sembuh, sehingga pasien kadang
tidak dapat didiagnosis dengan tepat. Oleh karena
itu, untuk memeroleh ketepatan diagnosis
penyebab demam serta tipe demam, diperlukan
ketelitian pengambilan riwayat penyakit pasien
dengan anamnesis yang cermat, serta pemeriksaan
fisik yang seteliti mungkin. Observasi perjalanan
penyakit dan evaluasi pemeriksaan laboratorium
serta penunjang lainnya secara tepat dan holistik
sangat penting untuk mengetahui diagnosis
etiologinya. Juga perlu ditelusuri jenis penyakit
infeksi endemik di lingkungan tempat tinggal pasien
dan penyakit yang dibawa pasien serta yang baru
pulang dari suatu tempat perjalanan dari daerah

21
II. Demam

dan tempat apa saja yang telah dikunjunginya


sebelum timbul gejala demam (Dale, 1996, Berkow,
Fletcher, 1999). Hal-hal khusus yang perlu
diperhatikan pada pasien demam adalah cara
timbulnya demam (onset), lama demam (beberapa
hari atau beberapa minggu), sifat harian demam
(naik turunnya suhu tubuh dan apakah pernah
mencapai suhu normal atau tidak), tingginya suhu
tubuh, dan keluhan serta gejala lain yang menyertai
demam. Untuk hal ini, dokter perlu secara
terperinci dan akurat meluangkan waktunya untuk
melakukan anamnesis yang cermat dan terperinci
serta melakukan pemeriksaan fisik yang teliti, demi
kepentingan pasien untuk menghindari kesalahan
diagnosis (Nelwan, 2001).

Definisi dan Istilah


Berbagai literatur membuat definisi demam
berbeda-beda, antara lain:
 Demam/Fever/Febris, bila suhu tubuh > 37,70
C.
 Ada yang menyebutkan demam sebagai
peningkatan suhu tubuh diatas normal (380 –
400 C).
 Hiperpireksia, bila suhu tubuh > 41,10 C, ada
juga yang menyebutkan > 400 C.
 Subfebris, bila suhu tubuh diatas normal, tapi
lebih rendah dari 37,70C.

22
Buku Saku DEMAM

Patogenesis Demam
Berdasarkan pengaturan suhu tubuh oleh pusat
pengaturan suhu tubuh di hipotalamus, maka
dikenal dengan beberapa jenis demam:
1. Demam dengan set poit hipoptalamus normal.
Disini suhu tubuh meningkat dan pasien
merasa tubuhnya panas. Tidak ada rasa
menggigil. Dalam keadaan demam ini, pasien
membutuhkan kompres dengan air dingin
untuk menurunkan suhu tubuhnya. Demam
dengan set point hipotalamus normal dapat
berupa:
a. Pembentukan panas bertambah dan
pembuangan panas normal, seperti pada:
Malignant hyperthermia, Hypertyhroidi,
Hypernatremia, keracunan Aspirin,
Feokromasitoma dan udara sekitar panas
(heat stroke). Secara klinis pasien
kepanasan, keringat banyak, ekstremitas
panas, tidak ada menggigil dan tidak ada
pilo erection.
b. Pembentukan panas normal, pembuangan
panas terganggu, seperti pada: luka bakar,
Ectodermal dysplasia, keracunan akut
antikolinergik (Sulfas Atropin). Secara klinis
Pasien merasa kepanasan. Tidak ada
keringat, dan ekstremitas panas. Terapi
dengan surface cooling/kompres dingin.

23
II. Demam

2. Demam dengan set point hipotalamus


meninggi. Disini suhu tubuh meningkat dan
pasien merasa kedinginan dan menggigil.
Makin tinggi suhu tubuh, pasien makin merasa
kedinginan dan tidak berkeringat. Untuk
menurunkan suhu tubuh, pasien
membutuhkan obat penurun panas, diselimuti
dan kompres hangat.

Demam disini terjadi melalui mekanisme


endogenous pyrogen seperti: leukosit PMN
dan non PMN juga non endogenous pyrogen,
obat, dan bahan asing lain. Peninggian set
point hipotalamus menyebabkan
pembentukan panas meningkat dan
pembuangan panas berkurang. Secara klinis
pasien kedinginan, menggigil, pilo
erection, keringat tidak ada, ekstremitas
dingin. Untuk menurunkan suhu tubuh
diperlukan pemberian antipiretik, pasien
diselimuti dan dapat diberi klorpromazin atau
antihistamin.

Patogenesisnya melalui pirogen eksogen:


toksin, infeksi, reaksi imun, mediator inflamasi
akan menyebabkan migrasi sel-sel radang yang
akan merangsang pelepasan pyrogen endogen
(IL-1, IL-6, TNF, IFN) yang selanjutnya
menyebabkan rangsangan terhadap
hipotalamus untuk melepas PGE2 yang akan

24
Buku Saku DEMAM

meningkatkan c-AMP, sehingga set point


hipotalamus meningkat dan terjadi demam.
Posterior Hipotalamus sebagai Heat
Conservation Centre dan Anterior Hipotalamus
sebagai Heat Loss Centre (Gambar 2).
3. Demam dengan kerusakan set point
hipotalamus. Keadaan ini terjadi pada trauma
kepala atau tumor otak yang mengenai
hipotalamus, ensefalitis dan meningitis,
perdarahan intrakranial, radiasi. Suhu pasien
tergantung pada suhu lingkungan. Disini pasien
membutuhkan selimut elektrik yang suhunya
bisa diatur sesuai dengan suhu tubuh normal.
Secara klinis pasien kepanasan dan bersifat
poikilotermik. Jika diberi surface cooling, suhu
tubuh sulit naik kembali. Pemberian anti piretik
tidak memberi respon dan prognosa jelek.

Usia sangat memengaruhi metabolisme tubuh


akibat mekanisme hormonal sehingga memberi
efek tidak langsung terhadap suhu tubuh. Pada
neonatus dan bayi, terdapat mekanisme
pembentukan panas melalui pemecahan
(metabolisme) lemak coklat sehingga terjadi proses
termogenesis tanpa menggigil (non-shivering
thermogenesis). Secara umum, proses ini mampu
meningkatkan metabolisme hingga lebih dari 100%.
Pembentukan panas melalui mekanisme ini dapat
terjadi karena pada neonatus banyak terdapat

25
II. Demam

lemak coklat. Mekanisme ini sangat penting untuk


mencegah hipotermi pada bayi.

Infeksi, toksin
mikroba, mediator Toksin mikroba Demam
inflamasi, rekasi
imun

Konservasi panas
Produksi panas

Monosit/makrofag,
sel endotel, dll
cAMP
Peningkatan set
point termoregulator

PG2

Sitokin pirogenik Hipotalamus


IL-1, IL-6, TNF, INF

sirkulasi

Gambar 2. Patogenesis Terjadinya Demam

Penyebab Demam
Peningkatan suhu tubuh ini disebabkan oleh
beredarnya suatu molekul kecil di dalam tubuh kita
yang disebut dengan Pirogen, yaitu zat pencetus
panas. Biasanya penyebab demam sudah bisa
diketahui dalam waktu satu atau dua hari dengan
pemeriksaan medis yang terarah.

Secara umum, penyebab demam pada dewasa


adalah:

26
Buku Saku DEMAM

1. Penyakit Infeksi
2. Penyakit kolagen
3. Keganasan
4. Dehidrasi
5. Penyakit Iatrogenik
6. Gangguan di Susunan Saraf Pusat
7. Penyakit darah
8. Kerusakan jaringan
9. Penyakit Spesifik
10. Hipertermia
11. Tak terdiagnosis (Fever of Unknown Origin
= FUO)
12. Demam dibuat-buat
13. Demam karena obat (Drug Fever)

Tipe Demam
Setiap pasien yang mengalami demam
menunjukkan karakteristik tertentu yang dapat
diketahui bila diamati dengan seksama secara terus
menerus. Ada 5 tipe demam yang tergantung pada
penyebabnya.

1. Demam Kontinua
Pada demam tipe ini suhu tubuh tetap diatas
normal sepanjang hari dan tidak ada fluktuasi suhu
lebih dari 10C dalam 24 jam. Tipe demam ini dapat
disebabkan oleh infeksi saluran kemih, demam
tifoid, brucellosis, infective endocarditis,
pneumonia lobaris, demam tifus, dan lain-lain.

27
II. Demam

2. Demam Intermiten
Pada demam tipe ini kenaikan suhu tubuh hanya
beberapa jam dalam sehari dan kembali ke normal
dalam beberapa jam. Puncak kenaikan suhu tubuh
dan kembali ke normal bisa beragam. Bila puncak
kenaikan suhu dan kembali normal terjadi setiap
hari, disebut quotidian, jika berkelang sehari
disebut tertian dan jika terjadi setiap 3 hari disebut
quartan intermittent fever. Tipe demam seperti ini
acap ditemukan pada penyakit malaria, kala azar,
pyemia, sepsis dan lain-lain.

3. Demam Remiten
Pada demam remiten, suhu tubuh naik diatas
normal sepanjang hari dengan fluktuasinya lebih
dari 10C. Jenis demam ini banyak ditemukan di
klinik, seperti pada tifoid, endokarditis, dan
sebagainya.

4. Demam Septik
Pada tipe ini fluktuasi suhu tubuh antara puncak
dan nadir sangat tinggi dan biasanya lebih dari 5 0C.
Keadaan ini dapat dijumpai pada keadaan sepsis.

5. Demam Pel Ebstein


Pada demam Pel Ebstein terjadi demam dengan
periode bebas demam selama 3-4 hari, untuk
kemudian suhu tubuh kembali meningkat selama 7

28
Buku Saku DEMAM

– 10 hari. Demam tipe ini ditemukan pada infeksi


mononucleosis.

6. Low grade fever


Low grade fever dikatakan bila suhu tubuh tidak
melebihi 37,80C sepanjang hari dan meningkat pada
malam hari. Beberapa pasien tidak mengindahkan
kondisi ini sebagai suatu penyakit, tetapi tipe
demam seperti ini dijumpai pada pasien
tuberkulosis. Tipe ini disebut juga constant atau
continuous karena suhu tubuh tidak terlalu tinggi
(low grade) dan tidak banyak berubah selama lebih
dari 24 jam.

7. Prolonged fever
Demam yang berlangsung lebih dari 14 hari

8. Chronic Fever
Demam yang berlangsung lebih dari satu bulan
sampai setahun.

Keuntungan dan Kerugian Demam


Secara umum kondisi demam tidak selalu
merupakan tanda bahaya. Pada beberapa penyakit
justru menguntungkan seperti pada neurosyphilis,
chronic arthritis dan pada penyebaran kanker.
Demam juga dapat ditimbulkan pada kasus
penyuntikan bahan yang mengandung protein susu

29
II. Demam

dan BCG vaccine serta beberapa jenis vaksin lain


seperti DPT dan campak. Demam berkaitan dengan
pelepasan endogenous pyrogen, yang
mengaktifkan T-cells dan meningkatkan mekanisme
pertahanan tubuh.

Kerugian demam yang diketahui adalah


menyebabkan hiperkatabolisme yang akan
menimbulkan sisa-sisa nitrogen dan menurunkan
berat badan serta efek kelemahan tubuh. Keringat
yang berlebihan akan menimbulkan gangguan
elektrolit. Bila suhu tubuh sangat tinggi bisa terjadi
kejang dan kerusakan otak. Pada kondisi tertentu,
demam dapat menimbulkan Circulatory overload
dan arrhythmia. Setiap kenaikan suhu 10 C, maka
metabolisme rate akan naik 10 – 14 %, kebutuhan
O2 naik 20 %, kebutuhan cairan naik 1 % dari total
body requipment, dan tidal volume naik 9 %. Bila
terjadi hiperpiraksia, maka akan menimbulkan:

1. Vasokonstriksi umum diseluruh tubuh


2. Pengeluaran panas terganggu
3. Memperberat hipoksia
4. Gangguan elektrolit/asam-basa
5. Dehidrasi
6. Aritmia jantung
7. Hipotensi, syok
8. Kejang-kejang
9. Pernafasan terganggu
10. Kesadaran menurun sampai koma

30
Buku Saku DEMAM

Ada lebih dari 40 penyakit dengan nama disertai


demam/fever seperti: rheumatic fever, scarlet
fever, cat scratch fever, yellow fever, Q fever, dan
lain-lain.

Infeksi Sebagai Penyebab Demam Pada Dewasa


1. Infeksi Virus

Beberapa infeksi virus sering menimbulkan demam


pada dewasa. Infeksi virus pada saluran nafas
gejalanya bisa disertai pilek, sakit tenggorokan,
suara serak dan nyeri otot. Virus juga dapat
menimbulkan diare, muntah atau nyeri perut.
Umumnya infeksi ini membaik dalam beberapa
hari, dan antibiotik tidak diperlukan untuk infeksi
virus. Secara simtomatik cukup diberi antipiretik,
dekongestan dan obat batuk. Bila ada diare atau
muntah, asupan cairan peroral perlu ditambah,
terutama cairan yang mengandung elektrolit.
Dalam kondisi tertentu dimana pasien tidak dapat
memertahankan asupan cairan oral, pemberian
infus kristaloid diperlukan. Infeksi virus biasanya
berlangsung paling lama 2 minggu.

Virus influenza dapat menyebabkan penyakit serius


dan kematian pada pasien lanjut usia dengan gejala
tambahan sakit kepala, nyeri otot dan sendi.
Pemberian antivirus dianjurkan segera setelah
timbul gejala.

31
II. Demam

2. Infeksi Bakteri

Infeksi bakteri yang menyebabkan demam dapat


melibatkan berbagai organ tubuh dan
membutuhkan pemberian antibiotik yang sesuai
dengan jenis mikroorganisme penyebabnya.

Infeksi pada sistem saraf pusat (otak dan spinal


cord) dapat menyebabkan demam, sakit kepala,
kaku kuduk dan gangguan kesadaran dari yang
ringan sampai berat. Letargi, iritabel dan kepekaan
terhadap cahaya dapat ditemukan pada infeksi otak
atau meningitis yang memerlukan perawatan di
rumah sakit.

Infeksi saluran nafas bawah (pneumonia dan


bronkitis) dapat dicurigai bila demam disertai
dengan batuk, sesak nafas, sputum mukus dan
kadang-kadang nyeri dada.

Infeksi saluran nafas atas terjadi pada tenggorokan,


telinga, hidung dan sinus. Bila demam disertai
dengan pilek, sakit kepala, batuk atau sakit
tenggorokan merupakan tanda dari infeksi bakteri.

Infeksi pada saluran kemih menyebabkan keluhan


sakit kencing (disuria), frekwensi dan urgensi serta
adanya hematuria, kadang-kadang ada nyeri
pinggang dan tapping pain selama demam.

32
Buku Saku DEMAM

Antibiotika harus diberikan segera secara empiris


ataupun mikrobiologis.

Jika demam akibat infeksi pada sistem reproduktif,


biasanya disertai dengan sekret dari penis atau
vagina dan nyeri pelvis selama demam. Pada kasus
pelvic inflamatory disease (PID) pada perempuan
dapat terjadi kerusakan pada organ reproduktif.

Infeksi pada sistem gastrointestinal sering disertai


dengan diare, muntah, nyeri perut dan kadang-
kadang ditemukan darah pada feses. Demam
disertai berak darah menunjukkan adanya infeksi
bakteri atau amuba. Demam dengan nyeri perut
bisa disebabkan oleh infeksi pada appendix,
gallbladder, atau hepar. Demam disertai nyeri perut
dan muntah yang hebat bisa disebabkan oleh
pankreatitis akut.

Demam dengan gangguan sistem sirkulasi


(termasuk jantung dan paru) dapat disebabkan
invasi bakteri yang sering tidak spesifik. Bisa disertai
dengan nyeri, menggigil, kelemahan, atau gangguan
kesadaran seperti pada sepsis akibat bakteriemia.
Infeksi pada katup jantung dapat terjadi pada
pasien post operasi jantung dan pada pengguna
narkotik suntik. Kasus seperti ini membutuhkan
perawatan rumah sakit dan pemberian antibiotik
segera.

33
II. Demam

Kulit, sebagai organ yang paling luas pada tubuh


dapat menjadi sumber terjadinya demam. Infeksi
bakteri pada kulit disertai dengan kemerahan,
inflamasi, panas, pembentukan pus dan nyeri pada
lokasi infeksi. Demam dengan abses membutuhkan
tindakan drainase pus untuk menurunkan demam
dan pemberian antibiotik yang sesuai. Kulit dapat
bereaksi terhadap toksin yang diproduksi oleh
bakteri, sehingga timbul rash, seperti pada
scarlatina rash dan scarlet fever.

3. Fungal fever (Demam Akibat jamur)

Infeksi jamur dapat terjadi pada berbagai sistem


organ tubuh. Dokter harus dapat mengidentifikasi
infeksi jamur dengan pemeriksaan fisik. Sering
diperlukan pemeriksaan penunjang untuk
mendiagnosa demam akibat jamur, seperti
pemeriksaan smear jamur, kultur darah, atau
biopsi untuk memastikan diagnosa sebelum
diterapi dengan anti jamur.

4. Animal exposure fever


(Demam Akibat Ekspos Hewan)

Pada orang-orang tertentu yang bekerja dengan


hewan dapat terekspose dengan bakteri yang
menimbulkan demam. Demam bisa disertai
menggigil, sakit kepala, dan sakit sendi. Bakteri ini
ditemukan pada peternakan, produksi susu

34
Buku Saku DEMAM

unpasteurized dan pada urine hewan yang


terinfeksi.

5. Travelers' fever
(Demam Pada Orang Bepergian)

Setiap orang yang bepergian keluar dareah atau


keluar negeri, dapat mengalami demam setelah
ekspos terhadap berbagai makanan yang tidak
biasa dimakan, toksin, serangga, perubahan iklim
setempat atau rekasi terhadap vaksin pencegahan
yang diberikan sebelumnya untuk penyakit
tertentu, seperti vaksin meningitis yang diwajibkan
pada jamaah haji yang berangkat ke Negara Saudi
Arabia. Beberapa negara tertentu mewajibkan jenis
vaksin tertentu seperti vaksin yellow fever, kolera.
The Centers for Disease Control and Prevention
(CDC) Amerika merekomendasikan jenis vaksin
yang harus diberikan bila mengunjungi negara
tertentu.

Yang sering terjadi pada traveler adalah


mengonsumsi air minum yang terkontaminsasi,
memakan makanan atau sayuran yang tidak
sempurna dimasak atau mengonsumsi susu
unpasteurized, menimbulkan diare dengan demam
yang tidak terlalu tinggi. Bila demam lebih dari
38,30C berlangsung lebih dari 3 hari, disertai
dengan diare berdarah, nyeri perut, mual, muntah
dan sakit kepala, maka pasien membutuhkan

35
II. Demam

pemberian antibiotik yang sesuai dan pemeriksaan


penunjang terhadap etiologinya.

Gigitan serangga tertentu pada beberapa negara


tropik dapat menyebarkan jenis penyakit infeksi
parasit dengan gejala demam, seperti Japanese
encephalitis, demam dengue, yellow fever yang
ditularkan oleh nyamuk. Malaria adalah salah satu
penyakit yang ditularkan melalui gigitan nyamuk
anopheles di daerah endemik suatu negara. Gejala
demam biasanya timbul setelah individu yang
terinfeksi kembali ke daerah asalnya. Oleh karena
itu, pengetahuan tentang mapping daerah endemik
penyakit di Indonesia dan dunia perlu diketahui.

Penyakit Lyme (Lyme disease) adalah infeksi


menular yang disebarkan oleh gigitan tick di
beberapa wilayah Amerika Serikat yang ditemukan
pada keledai atau rusa.

6. Drug fever
(Demam Akibat Obat)

Demam karena obat (Drug fever) dapat terjadi


setelah mengonsumsi obat tertentu, tanpa
diketahui penyebab demam yang lain. Definisi Drug
fever adalah demam yang terjadi akibat pengaruh
pemberian obat-obatan yang timbul dalam 7 – 10
hari setelah pemberian obat tersebut dan

36
Buku Saku DEMAM

menghilang dalam masa sekurang-kurangnya 48


jam setelah obat dihentikan (Benyamin et al, 1981).

Mekanisme Drug Fever bisa langsung sebagai


pyrogenic agent, mengganggu Thermo Regulation
Centre (TRC), mekanisme reaksi hipersensitivitas,
atau mekanisme yang tak diketahui. Beberapa jenis
obat yang sering menimbulkan demam seperti:
antibiotik golongan beta-lactam, procainamid,
isoniazid, alpha-methyldopa, quinidine dan
diphenylhydantoin. Demam yang timbul segera
setelah makan obat biasanya disebabkan reaksi
alergi terhadap zat utama ataupun zat tambahan
(preservative) pada obat tersebut.

7. Blood clot fever


Adakalanya gumpalan darah (clot) dapat terjadi di
ekstremitas bawah pada individu dengan faktor
risiko trombosis yang menimbulkan pembengkakan
dan nyeri. Bekuan darah ini bisa pecah dan terbawa
aliran darah ke paru menyebabkan keluhan nyeri
dada, gangguan pernafasan dan demam akibat
inflamasi pembuluh darah. Kasus seperti ini
memerlukan perawatan intensif di rumah sakit.

8. Tumor fever (Demam Akibat Tumor)


Kanker dapat menimbulkan demam dengan
berbagai mekanisme. Kadang-kadang sel-sel kanker
melepaskan zat pirogen, zat kimia yang

37
II. Demam

menyebabkan demam. Beberapa tumor dapat


mengalami infeksi. Tumor pada otak dapat
mengganggu hypothalamus sehingga pengaturan
suhu tubuh terganggu dengan manifestasi demam.
Beberapa obat kanker (sitostatika) yang diberikan
pada pasien kanker juga dapat menimbulkan
demam. Sistem imun pasien kanker yang menurun
akan memudahkan terjadinya berbagai jenis infeksi
yang menimbulkan demam.

9. Environmental fever
Perubahan suhu lingkungan dapat meningkatkan
suhu tubuh, bahkan bisa terjadi hipertermia.
Exercise yang berlebihan juga dapat menimbulkan
peningkatan suhu tubuh. Pada kondisi ini, bisa
terjadi gangguan kesadaran dan letargi (Heat
stroke). Penanganannya dengan memindahkan
pasien ke ruangan dengan suhu yang dingin dan
kompres dingin seluruh tubuh atau menyiram
pasien dengan air, bila pasien tengah berada di
lapangan.

Kondisi Medis Khusus


Berbagai penyakit autoimun, malignansi, dan
penyakit degeneratif dapat menimbulkan demam.
Acapkali penyakit-penyakit ini manifestasi
utamanya demam dan sulit menemukan kausalnya
dengan pemeriksaan fisik dan penunjang yang
rutin, sehingga membutuhkan pemeriksaan khusus,

38
Buku Saku DEMAM

seperti whole body scanning, serologi antibodi,


hormonal, dan lain-lain dan tergolong dalam Fever
of Unknown Origin (FUO). Beberapa penyakit yang
selalu disertai demam yang tidak khas adalah: SLE,
rheumatoid arthritis, polyarteritis nodosa, kanker,
pengobatan kanker, transplantasi organ, terapi
steroid jangka lama, infeksi HIV (acute retroviral
syndrome), AIDS dengan berbagai manifestasi
infeksi oportunistik seperti Tuberkulosis,
candidiasis, pneumocytis carinii prenumonia (PCP),
aspergillosis, HIV encephalopathy, cryptococcosis
dan jamur lainnya, usia lanjut diatas 65 tahun,
splenektomi, sarcoidosis, malnutrition, diabetes,
alkoholik, pengguna narkotik, tuberkulosis paru dan
ekstra paru.

FUO
FUO adalah keadaan demam pada pasien dengan
suhu tubuh lebih dari 1010 F (38,30 C) yang
berlangsung lebih dari 3 minggu dan belum dapat
ditegakkan diagnosanya meskipun telah dilakukan
beberapa pemeriksaan yang berkaitan. Beberapa
ahli menetapkan waktunya 1 minggu dengan
pemeriksaan intensif di rumah sakit. Kenyataannya,
pada kasus FUO ditemukan infeksi sebesar 30%-
40%, kanker 20%-30%, collagen vascular diseases
10%-20%, dan beberapa miscellaneous diseases
15%-20% seperti abses organ, infeksi parasit yang
tak jelas dan kanker yang tersembunyi. Sayangnya,

39
II. Demam

hanya sekitar 5%-15% kasus FUO yang dapat


didiagnosis meskipun dengan berbagai tes dan
evaluasi berbagai ahli.

Demam Yang Perlu Dijajaki


Beberapa gejala dan tanda ikutan yang menyertai
demam menunjukkan kondisi serius dari penyakit
kausalnya dan membutuhkan penjajakan seperti:
1. Suhu mencapai 39,40 C atau lebih
(kemungkinan besar akibat infeksi)
2. Demam lebih dari 7 hari (infeksi virus akut
mungkin dapat disingkirkan)
3. Demam dengan simtom yang memburuk
seperti kelemahan umum, penurunan
kesadaran (kemungkinan sudah terjadi sepsis)
4. Adanya kaku kuduk (kemungkinan infeksi
otak/selaput otak)
5. Sakit kepala yang sangat (bisa primer kelainan
pada otak atau sekunder)
6. Sakit tenggorokan dan sulit menelan
(umumnya infeksi bidang telinga, hidung,
tenggorokan)
7. Adanya rash pada kulit yang luas (bisa sebagai
manifestasi berbagai infeksi virus, penyakit
auto imun, atau reaksi alergi)
8. Adanya nyeri dada (kemungkinan infeksi
saluran nafas, paru atau pleura, atau
perikardium/miokardium)

40
Buku Saku DEMAM

9. Sesak nafas (kemungkinan infeksi pada paru


atau jantung)
10. Muntah-muntah berulang (kemungkinan
pankreatitis, atau akibat sekunder dari
kenaikan suhu tubuh)
11. Nyeri perut (bisa bersal dari berbagai organ
abdomen: lambung, pankreas, hati, usus,
organ reproduksi, pembuluh darah)
12. Adanya mencret dan darah dalam feses
(kemungkinan infeksi pada usus halus atau
kolon)
13. Disuria dan nyeri pinggang (kemungkinan
infeksi saluran kemih atas/bawah)
14. Bengkak pada kaki (kemungkinan infeksi lokal
atau sistemik seperti filariasis)
15. Kemerahan, panas dan bengkak di kulit
(kemungkinan infeksi lokal atau sistemik)
16. Diketahui adanya infeksi HIV/AIDS (bisa akibat
berbagai infeksi oportunistik)
17. Adanya riwayat bepergian ke daerah endemik
malaria, DBD, yellow fever, atau pasien berasal
dari daerah endemik penyakit tertentu (pada
keadaan wabah tertentu seperti SARS, Avian
influenza, Swine flu, Ebola, dan lain-lain)
18. Adanya ikterus dengan atau tanpa
hepatomegali/splenomegali (bisa infeksi
hati/saluran empedu, leptospirosis, malaria,
atau hemolitik)

41
II. Demam

19. Adanya nyeri sendi dan/atau pembengkakan


pada sendi-sendi (kemungkinan infeksi lokal
atau sistemik seperti demam rematik, SLE)
20. Adanya kontak dengan hewan yang sakit atau
mati seperti ayam/unggas, sapi, babi, kambing
(terutama pada keadaan wabah tertentu
seperti avian flu, anthrax, swine flu)
21. Adanya pembesaran kelenjar limph regional,
bisa disebabkan berbagai infeksi atau
malignansi darah seperti leukemia.

42
Buku Saku DEMAM

III
Anamnesis
pada Pasien Demam

Anamnesis yang cermat dan terarah diperlukan


untuk mendiagnosis kausal demam. Perlu diingat,
meskipun penyebab terbanyak demam adalah
infeksi, selalu tidak mudah kita mengetahui jenis
infeksinya serta pengobatan yang sesuai dengan
infeksi tersebut. Oleh karena itu, bila secara empiris
dan pemeriksaan fisik yang cermat kita belum
mengetahui penyebab demam, menunda
pemberian antibiotik adalah lebih bijaksana.

Disamping 21 keadaan demam yang membutuhkan


penjajakan yang telah disebutkan diatas yang
membutuhkan anamnesis, maka beberapa hal
penting dalam anamnesis demam adalah:

1. Lamanya mengalami demam, beberapa hari,


minggu, atau lebih dari 3 minggu. Diagnosa
banding dari lamanya demam dapat dilihat pada
gambar 3.

43
III. Anamnesis pada Pasien Demam

1 – 3 hari 3 - 7 hari 8 – 14 hari >14 hari ( 2 minggu)

Demam Simpel Infeksi Umum: Infeksi kronik


Infeksi virus:.: Bakteri: Demam Tifoid, TB
- RSV. Pneumonia, Pielonefritis, Malaria
- Epstein – Bar Sepsis Endokarditis
- Influenza Parasit: Malaria Lepra
- GIT Virus sistemik:Dengue/ HIV
Exercises DBD, J-Encephalitis, Immue Dis: SLE
Dehydration Miokarditis RA, Sarkoidosis
Injury/ Trauma Malignansi:
Alergi Leukemia
Limfoma
FUO
Prolonged Fever

Gambar 3. Diagnosa Banding Berdasarkan Lamanya


Demam

Demam akibat infeksi virus akut biasanya


berlangsung 2 – 5, seperti Rhinosynctitial virus,
influenza, dengue, epstein-bar, dan lai-lain. Bila
demam lebih dari satu minggu, barulah kita
jajaki kemungkinan infeksi bakteri yang lazim,
sesuai dengan gejala tanda klinis lain yang
ditemukan pada pasien. Bila demam lebih dari e
minggu, maka kemungkinan diagnosisnya bisa
lebih banyak, termasuk infeksi dan noninfeksi,
serta malignansi. Demam lebih dari 2 minggu
membutuhkan penjajakan pemeriksaan
penunjang yang sesuai dengan ganbaran klinis
yang ditemukan. Tetapi umumnya dibutuhkan
pemeriksaan radiologi thorax, USG upper dan
lower abdomen, bila dibutuhkan juga harus
diperiksa CT scan abdomen, pemeriksaan darah

44
Buku Saku DEMAM

lengkap, termasuk kimia darah, serologi


terhadap beberapa seromarker yang ada, serta
pemeriksaan imunologi, seperti ANA test untuk
melihat kemungkinan SLE.
2. Tipe demamnya. Beberapa tipe demam yang
telah diterangkan terdahulu perlu ditanyakan
pada pasien dan dicatat pada status. Tipe
demam ini akan lebih jelas bila dibuat grafik
demam di status pasien yang dirawat di rumah
sakit dengan mengukur suhu tubuh setiap pagi
dan sore hari dan dicatat pada sumbu vertikal
grafik, sehingga akan tergambar apakah
intermiten, remiten, kontinua atau low grade
fever.
3. Keluhan tambahan, seperti sakit kepala, batuk,
pilek, menggigil, mual/muntah, gangguan
kesadaran, kejang-kejang, ruam kulit. Keluhan
tambahan ini berkaitan erat dengan etiologi
demam, sehingga sangat penting ditanyakan
kepada pasien atau keluarga pasien.
4. Riwayat pemakaian obat dan jenis obat yang
dikonsumsi, lamanya obat dikonsumsi, serta
dosisnya. Pemakaian obat sebelumnya oleh
pasien, bisa berhubungan dengan demam yang
dialaminya saat ini, atau tidak berhubungan
dengan penyakitnya saat ini. Kadangkala, pasien
tidak mengetahui jenis dan nama obat yang
pernah dikonsumsinya, sehingga perlu
anamnesis yang lebih rinci dan cermat terhadap

45
III. Anamnesis pada Pasien Demam

pasien dan keluarganya, agar kita dapat tahu


jenis obat yang pernah dikonsumsi pasien.
5. Tindakan bedah yang pernah dilakukan,
termasuk ekstraksi gigi, pencabutan implant dan
bedah kosmetik, bedah minor lainnya, serta
prostetic material/ implanted device. Tindakan
bedah tersebut bisa menyebabkan terjadinya
infeksi sekunder atau reaksi alergi terhadap
material yang digunakan.
6. Riwayat pekerjaan, ditanyakan jenis pekerjaan,
tempat bekerja apakah ada kontak dengan
binatang, bahan toksik, antigen/agent
infectious, daerah/wilayah tempat bekerja
apakah di daerah endemik penyakit infeksi
menular tertentu, seperti malaria, demam
dengue, chikungunya, filariasis dan sebagainya.
Pekerja asing yang berpindah-pindah dari satu
daerah ke daerah lain, acapkali mengalami
demam akibat malaria atau dengue, tergantung
daerah endemik yang dikunjungi sebelumnya.
Atau seseorang yang baru kembali dari
tempatnya bekerja yang merupakan daerah
endemik tertentu, mengalami demam setelah
kembali ke daerah asalnya.
7. Tempat tinggal dan riwayat perjalanan
sebelumnya apakah tinggal di daerah endemik
penyakit tertentu seperti daerah endemik
malaria, dengue dan lain-lain.
8. Riwayat imunisasi, riwayat pemakaian obat-
obatan termasuk obat profilaksis. Imunisasi

46
Buku Saku DEMAM

dewasa saat ini sudah mulai berkembang di


Indonesia untuk jenis vaksin tertentu. Bagi
warga negara maju, imunisasi dewasa dan
imunisasi traveler sudah banyak dilakukan
sebelum negunjungi negara-negara dengan
endemik penyakit infeksi tertentu.
9. Hobby, kebiasaan, perilaku tertentu, aktifitas
seksual, riwayat penggunaan obat-obat
narkotika/psikotropika dan zat aditif lainnya.
10. Riwayat alergi terhadap makanan/minuman
atau zat-zat alergen tertentu, termasuk alergi
terhadap obat-obatan tertentu.

47
IV. Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Demam

IV
Pemeriksaan Fisik
dan Penunjang Demam

Setelah melakukan anamnesis yang lengkap dan


cermat, langkah berikutnya adalah melakukan
pemeriksaan fisik yang ditujukan untuk mencari
tahu sumber penyebab demam. Tanda vital adalah
pemeriksaan awal yang dapat menentukan keadaan
umum, dan keadaan penyakit pasien. Pemeriksaan
kulit dapat menemukan adanya keadaan
berhubungan dengan penyebab demam seperti
Skin rash, lesi infeksi dan jenis-jenis ruam tertentu
serta lokalisasinya di bagian tubuh.

Centrally distributed Maculopapular Eruptions


(ruam makulopapular yang menyebar kebagian
tengah tubuh) dapat ditemukan pada:
 Measles/campak
 German measles (Rubella)
 Infeksi HIV primer
 Demam Dengue
 Demam Chikungunya
 Scrub typhus
 Louse-borne typhus
 Ricketsial Spotted Fever

48
Buku Saku DEMAM

 Demam O’nyong-nyong

Peripherial Eruptions (erupsi kulit perifer) dapat


dijumpai pada:
 Secondary Syphylis
 Hand Foot and Mouth Disease
 Endocarditis bacterialis.

Confluent Desquamative Erythemas/erythroderma


dapat ditemukan pada:
 Scarlet fever
 Toxic Shock Syndrome
 Toxic epidermal necrolysis
 Kawasaki disease.

Vesiculobullous Eruptions (erupsi vesikel dan bula)


acap ditemukan pada:
 Hand Foot and Mouth Disease
 Varicella
 Herpes
 Monkeypox.

Urticarial Eruptions biduran) ditemukan pada


Urticarial vasculitis.

Purpuric Eruptions/haemorrhagic ditemukan pada:


 Viral Haemorhagic Fever (misalnya DHF)
 Acute meningococaemia
 DIC

49
IV. Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Demam

 Louse-borne typhus berat


 Ricketsial spotted fever berat
 Chickenpox (haemorrhagic).

Erupsi dengan Ulkus dan eschars ditemukan pada


Tularemia dan Anthrax

Pembesaran kelenjar limfe regional perlu dicari


seperti di leher, ketiak, dan lipat paha. Demam
dengan limfadenopati general (akut dan kronik)
dijumpai pada: (Maartens et al, 2003)
 Measles
 Demam Dengue
 Infeksi HIV Primer
 Infeksi cytomegalovirus
 Infeksi epstein-Barr virus
 Rubella
 Scrub typhus
 Leptospirosis
 Leukemia
 Disseminated tuberculosis
 Sifilis sekunder
 Brucellosis
 Toksoplasmosis
 African trypanosomiasis
 Chagas’ disesase
 Kala azar
 Leprosy
 Disseminated endemic mycoses

50
Buku Saku DEMAM

 Sarcoidosis
 Connective tissue disesase

Demam dengan limfadenopati regional, ditemukan


pada:
 Pyogenic adenitis
 Tuberkulosis
 Limfoma
 Non tuberculosis mycobacteria
 Sexual Transmitted Diseases
 Endemic mycoses
 Filariasis limfatik
 Difteri
 Infeksi Adenovirus
 Anthrax
 Bubonic plaque
 Meliodosis

Demam dengan ikterus dijumpai pada:


 Malaria berat
 Leptospirosis (Weil’s diseases)
 Hepatitis virus A – E (demam menghilang
setelah muncul ikterus)
 Cholecystitis akut
 Ascending cholangitis
 Demam tifoid
 Hemoglobinopati (terutama sickel cell disease)
 Hemolityc Uremic Syndrome
 Septikemia

51
IV. Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Demam

 Pneumococcal pneumonia
 Hepatitis alkoholik
 Relapsing fever
 Bartonella bacilliformis
 Yellow fever
 G6PD defisiensi (drug induced crisis)

Pemeriksaan fisik berikutnya secara sistematis


mulai dari kepala, leher, dada, perut, pinggang dan
ekstremitas yang berhubungan dengan
pemeriksaan sistem organ sesuai dengan pedoman
pemeriksaan fisik umum. Pemeriksaan rektal dan
genital serta ginekologik pada perempuan sesuai
dengan indikasi yang ditemukan pada anmnesis.

Demam dengan splenomegali dengan atau tanpa


hepatomegali dapat dijumpai pada:
 Malaria
 Demam tifoid
 Infeksi HIV
 Hepatitis virus
 Leptospirosis
 Leukemia
 Bartonellosis
 Myelofibrosis
 Limfoma
 Hemoglobinopati
 Schistosomiasis (portal hypertension)
 Relapsing fever

52
Buku Saku DEMAM

 Brucellosis
 Viceral leishmaniasis
 Trypanosomiasis

Pemeriksaan Laboratorium
1. Darah dan urine rutin merupakan pemeriksaan
dasar untuk penjajakan demam. Kalau dari
darah dan urine rutin sudah dapat menemukan
penyebab demam, maka pemeriksaan lainnya
hanya untuk konfirmasi diagnostik atau untuk
melihat kemungkinan komplikasi. Banyak
penyakit infeksi sudah bisa diketahui atau sudah
dapat diduga dengan pemeriksaan darah dan
urine rutin dan dikonfirmasi dengan anamnesis
dan pemeriksaan fisik yang cermat. Pada Tabel 1
beberapa penyakit infeksi yang umum di
Indonesia dengan manifestasi demam dapat
dibedakan dengan pemeriksaan darah rutine
dan mengenali jenis demamnya. Beberapa
petunjuk penting pada kasus demam akibat
penyakit infeksi dan non infeksi yang lazim
ditemukan pada pemeriksaan darah rutin antara
lain:
a. Anemia sering dijumpai pada malaria,
leptospirosis, demam tifoid, tuberkulosis,
infeksi saluran kemih dengan batu (biasanya
disertai dengan hematuria), SLE, ITP, dan
malignansi.

53
IV. Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Demam

b. Leukopenia sering dijumpai pada infeksi virus


akut seperti DBD, chikungunya, demam
tifoid, ITP, anemia aplastik.

54
Buku Saku DEMAM

Tabel . Perbedaan Demam Beberapa Penyakit Infeksi yang Lazim Ditemukan


Penyakit/ DBD Malaria Demam Tfoid Demam Influenza Leptospirosis
Parameter Chikungunya
Demam:
Lamanya 2 – 7 hr akut sampai 1 – 3 mgg 2 – 7 hari 2 – 4 hr 2 – 7 hari
kronik tergantung
jenis plasmodium

Sifat/jenis Akut/ pelana kuda Intermittent Gradual/stepladder Terus menerus Naik turun Naik turun,
Terus bisa
Suhu Fase febril bisa > 400C Naik turun bisa Naik turun diatas menerus, bisa hiperpireksia
Fase`kritis: suhu turun hiperpireksia suhu normal hiperpireksia
– normal (hr ke3 – 5)
Fase recovery hr ke 6 –
7
Gejala/ Mual/muntah, nyeri Sakit kepala, sakit Mencret atau Nyeri sendi Sakit Nyeri otot
tanda lain oto/sendi pinggang, pada konstipasi, dan pinggang tenggorokan, paha dan betis,
yang berat: gangguan hebat pilek, batuk icterus, ciliary
icterus, kejang, kesadaran injection,
koma perdarahan

55
IV. Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Demam

Penyakit/ DBD Malaria Demam Tfoid Demam Influenza Leptospirosis


Parameter Chikungunya
Etiologi Virus DEN-1,2,3 dan 4 Pf, Pv, Pm, Po, dan Salmonella typhi Chik virus Virus Leptospira
Pk dan paratyphi influenza A interogans
atau B

Vektor Aedes agypti Anopheles Tidak ada Aedes Tidak ada Rodent
albopictus
Penularan Gigitan nyamuk aedes Gigitan nyamuk Makanan/minuman Gigitan aedes Langsung Melalui urine
terinfeksi anopheles /wadah/tangan terinfeksi melalui tikus yang
terinfeksi yang terkontaminasi udara/droplet terinfeksi
Leukosit Menurun bisa sangat Bisa normal, Bisa normal, tapi Normal atau Normal atau Normal atau
rendah pada fase awal, menurun atau selalu menurun menurun menurun meningkat
dan meningkat setelah meningkat
recovery
Trombosit Menurun setelah hr ke Sering menurun Sering menurun Menurun tapi Normal Sering
3 tidak serendah menurun
DBD
Hb Sering menurun Sering menurun Sering menurun Normal Normal Sering
sampai anemia menurun
berat sampai anemia
berat

56
Buku Saku DEMAM

Penyakit/ DBD Malaria Demam Tfoid Demam Influenza Leptospirosis


Parameter Chikungunya
Ht Sering meningkat Normal atau Normal atau Normal Normal Normal atau
menurun menurun menurun
Hepar Kadang2 teraba Sering teraba Kadang2 teraba Tidak teraba Tidak teraba Sering teraba
Splen Tidak teraba Sering teraba Sering teraba dan Tidak teraba Tidak teraba Kadang2
lembut teraba
Komplikasi DSS dengan atau tanpa Malaria cerebral, Perdarahan saluran Tidak ada Pneumonia, ARDS, gagal
perdarahan, sepsis ARDS, gagal ginjal, cerna, perforasi gagal nafas ginjal, sepsis
gagal hati, sepsis usus, sepsis

57
IV. Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Demam

c. Leukositosis dijumpai pada infeksi bakteri,


malaria, leptospirosis, leukemia (lebih dari
20.000).
d. Trombositopenia dijumpai pada DBD,
chikungunya, leptosopirosis, malaria, ITP, dan
anemia aplastik.
e. Hematokrit meningkat pada keadaan
dehidrasi seperti pada diare akut, DBD.
f. Limfopenia dijumpai pada infeksi virus akut
g. Limfositosis dijumpai pada infeksi kronik
seperti tuberkulosis
h. LED meningkat pada kasus infeksi bakteri,
anemia kronik.
i. Eosinofilia lazim ditemukan pada demam
dengan invasi parasit seperti askariasis,
trichuriasis, schistosomiasis, necatoriasis,
trichinosis, fascioliasis, gnathostomiasis,
paragonimiasis, Loefler’s syndrome dan
reaksi alergi (Maartens et al, 2003).
2. Urinalisis harus dilakukan pada urine yang baru
ditampung. Proteinuria ringan bisa dijumpai
pada pasien demam dengan berbagai sebab.
Proteinuria juga dijumpai pada keadaan
hematuria. Gross hematuria sering dijumpai
pada pasien leptospirosis, malaria berat (Black
Water Fever), batu saluran kemih, DBD, dan
kelainan hemostasis.
3. Pemeriksaan feses, merupakan pemeriksaan
sederhana secara mikroskopik, dapat
menemukan berbagai mikroorganisme

58
Buku Saku DEMAM

penyebab demam, seperti amuba, shigella,


berbagai cacing usus, dan berbagai jenis jamur.
Pemeriksaan feses bisa dilanjutkan dengan
kultur dan tes sensitivitas serta PCR. Bila
diperlukan kultur feses sesuai dengan
mikroorganiosme yang dicurigai sebagai
penyebab.
4. Malaria smear dengan sediaan darah tebal dan
tipis harus dilakukan pada pasien demam yang
dicurigai malaria. Pemeriksaan darah malaria
harus diambil dari ujung jari (darah tepi, bukan
darah vena). Hapusan darah tebal dan tipis
dibuat dalam satu slide, dan untuk darah tebal,
tidak difiksasi. Pewarnaan Giemsa untuk sediaan
darah tepi malaria harus susuai dengan
standard.
5. Rapid Diagnostic Test (RDT) dengan stick saat ini
banyak digunakan untuk mendeteksi berbagai
infeksi seperti DBD (NS1, IgM, IgG), Malaria
(falciparum dan vivax), Influenza, Demam tifoid
(typhidot), Leptospirosis, Infeksi HIV.
6. Bacterial smear dapat dilakukan dari urine atau
sekret yang diduga sebagai akibat dari infeksi.
7. Tes Antigen saat ini terus berkembang untuk
beberapa penyakit infeksi, seperti NS1 pada DBD
8. Tes Serologik. Berbagai jenis tes serologik terus
berkembang saat ini untuk menegakkan
diagnosis penyakit dan berbagai marker
penyakit. Pemeriksaan serologik untuk
mendiagnosa penyebab demam dimintakan

59
IV. Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Demam

sesuai dengan penilaian klinis. Misalnya, ASTO


meninggi pada demam rematik, ANA positip
pada SLE, viral marker hepatitis seperti anti HCV,
HbsAg, IgM anti HVA pada hepatitis akut, dan
lain-lain.
9. Kultur darah dan sensitivity test harus
dimintakan sesuai dengan temuan dan dugaan
klinis. Pengambilan sampel darah untuk kultur
setelah pemberian antibiotik selalu memberikan
nilai negatip. Permintaan kultur jenis bakteri
atau jamur tertentu akan lebih terarah dalam
menelusuri etiologi penyebab demam.
10. Kimia Darah, seperti Elektrolit, gula darah,
ureum, kreatinin, LFT, dan lain-lain tergantung
kondisi klinis pasien. Pemeriksaan kimia darah
ditujukan untuk melihat fungsi organ dan
gangguan metabolik lain akibat penyakit yang
mendasari atau akibat komplikasinya, dan juga
untuk menunjang diagnosis penyebab
demamnya. Misalnya, tuberkulosis selalu
sebagai komplikasi diabetes, gangguan fungsi
ginjal terjadi pada Weil’s diseases, hiponatremia
bisa terjadi pada malaria dan DBD, enzim
transaminase selalu meninggi pada DBD,
leptospirosis dan malaria.
11. Mikrobiologik dengan pemeriksaan direct smear
dan kultur dari spesimen yang dicurigai seperti
urine, pus, cairan spinal, cairan efusi, hapusan
tenggorokan, sekret ataupun kerokan kulit.

60
Buku Saku DEMAM

12. Radiologik meliputi rontgen, Ultrasonografi, CT


scan, MRI dan radionuklir sesuai indikasi. Banyak
penyebab demam diketahui dari thorax foto
seperti tuberkulosis paru, abses paru,
pneumonia, aspergilosis paru, metastasis paru,
efusi perikardium, efusi pleura, bronkhitis,
limfoma. Dengan USG abdomen dapat diketahui
abses hati, kolesistitis, kolangitis, pielonefritis,
PID, pankreatitis, apendisitis dan berbagai abses
intra abdomen, prostatitis, sistitis. Dengan CT
scan/MRI dapat diketahui berbagai penyakit
penyebab demam seperti spondilitis
tuberkulosa, osteomielitis, efusi, peritonitis,
abses intra abdomen, abses otak,
toksoplasmosis otak, kriptokokosis otak,
limfoma, malignansi organ, dan metastasis.
13. Patologi anatomi dan imunohistokimia dapat
lebih memastikan berbagai proses infeksi, jenis
sel kanker dan berbagai proses inflamasi serta
metastasis.
14. Pemeriksaan hormonal dan sitokin dilakukan
untuk menelusuri lebih jauh berbagai penyakit
yang menyebabkan demam.
15. PCR dan isolasi DNA adalah pemeriksaan yang
saat ini mudah dilakukan di beberapa
laboratorium untuk mengidentifikasi strain
mikroorganisme penyebab infeksi termasuk
virus.

61
V. Pengobatan Demam

V
Pengobatan Demam

Pengobatan demam tergantung pada


penyebabnya. Antipiretik hanya menurunkan suhu
tubuh, kecuali pada kasus hipertermi. Kebutuhan
cairan harus dicukupi untuk mencegah dehidrasi
dengan pemberian oral dan kalau perlu pemberian
infus. Jika demam akibat infeksi virus, tidak
diperlukan antibiotik, hanya simtomatik. Bila
penyebabnya influenza atau herpes, diperlukan
pemberian antivirus. Infeksi bakteri harus diberi
antibiotik yang sesuai dengan kultur dan tes
sensitivitas. Kalau jenis bakterinya belum/tidak
dapat ditentukan, maka pemberian antibiotika
secara empirik dapat dibenarkan sesuai dengan
data evidence-based dan data epidemiologi
penyakit. Keputusan pemberian antibiotik haruslah
dengan pertimbangan klinis yang matang
berdasarkan pemeriksaan fisik dan penunjang yang
sesuai. Infeksi dapat ditetapkan secara klinis,
mikrobiologis, patologi anatomi, serologi,
molekuler atau radiologi. Infeksi jamur harus
diobati dengan anti jamur yang sesuai. Pada kasus
demam karena obat, semua obat harus di stop.
Boold clot fever, membutuhkan terapi trombolitik.

62
Buku Saku DEMAM

Demam akibat ekspose lingkungan (hipertermik)


merupakan kasus emergensi yang memerlukan
penanganan intesif dengan pendinginan
permukaan tubuh dan monitor tanda –tanda vital.
Pada kasus-kasus FUO/prolonged fever, pemberian
antipiretik sembari melakukan pemeriksaan
mendalam terhadap kausanya. Terapi terhadap
kausal akan menghilangkan demam dengan segera,
termasuk tindakan bedah atau drainase
pus/eksudat.

Penggunaan Antipiretik
Pasien dapat mendiagnosis kondisi demamnya
dengan merasakan panas badan dan mengukur
sendiri dengan termometer, dan mengobati sendiri
secara simtomatik. Obat antipiretik sebagai obat
bebas dapat digunakan seperti parasetamol dan
Ibuprofen. Aspirin bukan pilihan untuk demam,
karena efek sampingnya pada dosis besar. Pada
anak-anak dengan infeksi virus, dapat menimbulkan
Reye syndrome.

Obat penurun panas, bekerja, menghambat sintesa


PGE1 dan PGE2 sehingga menurunkan set point
hipotalamus. Sintesa PGE2 dicegah melalui
penghambatan kerja enzim siklooksigenase
sehingga pembentukan prostaglandin terganggu,
yang selanjutnya menghasilkan efek anti piretik
menyebabkan menurunnya suhu tubuh. Obat

63
V. Pengobatan Demam

penurun panas sama sekali tidak mengobati


penyebab demam itu sendiri.

Kortikosteroid juga bekerja sebagai inhibitor


siklooksegenase, mengurangi sintesa PGE2 dengan
menghambat aktivitas Fosfolipase A2 yang
memerlukan release asam arakhinonik dari
membrane, memblok transkripsi mRNA untuk
sitokin pirogenik, menurunkan respon radang lokal,
menurunkan tonus otot skelet di perifer,
menghalangi migrasi leukosit, menurunkan release
PGE2.

Beberapa jenis obat demam yang dapat dibeli


bebas di apotek atau toko obat adalah: Ibuprofen,
parasetamol, asetosal, dan Metamizole/Antalgin.
Obat penurun panas juga bersifat menghilangkan
rasa sakit dan anti peradangan. Ibuprofen
memunyai efek samping iritasi lambung/saluran
cerna (perdarahan), gangguan ginjal. Jangan
berikan bila ada muntah dan atau diare. Paling
aman adalah parasetamol asalkan dosisnya tidak
berlebihan. Bila overdosis, dapat menyebabkan
kerusakan hati. Asetosal atau Aspirin dapat
menimbulkan Sindrom Reye (gangguan otak dan
hati), dan iritasi lambung dan tidak dianjurkan pada
anak usia < 12 tahun, dan pada infeksi virus.

64
Buku Saku DEMAM

Jenis-jenis Antipiretik
1. Para-Amino-Fenol.
Derivat para amino fenol yaitu fenasetin dan
asetaminofen. Asetaminofen (parasetamol)
merupakan metabolit fenasetin dengan efek
antipiretik yang sama dan telah digunakan sejak
tahun 1893. Efek antipiretik ditimbulkan oleh gugus
aminobenzen. Fenazetin tidak digunakan lagi dalam
pengobatan demam karena efek samping dapat
terjadi gangguan ginjal yang disebut dengan
analgesik nefropati, anemia hemolitik dan mungkin
kanker kandung kemih. Asetaminofen di Indonesia
lebih dikenal dengan nama parasetamol, dan
tersedia sebagai obat bebas. Walau demikian,
laporan kerusakan fatal hepar akibat keracunan
akut perlu diwaspadai. Tetapi perlu diketahui
bahwa efek anti-inflamasi parasetamol hampir
tidak ada.

Farmakodinamik/farmakokinetik
Parasetamol diabsorpsi cepat dan sempurna
melalui saluran cerna. Konsentrasi tertinggi dalam
plasma dicapai dalam waktu ½ jam dan masa paruh
plasma antara 1-3 jam. Obat ini tersebar ke seluruh
cairan tubuh. Dalam plasma, 25% parasetamol
terikat protein plasma. Dimetabolisme oleh enzim
mikrosom hati. Sebagian asetaminofen (80%)
dikonjugasi dengan asam glukoronat dan sebagian
kecil lainnya dengan asam sulfat. Selain itu, obat ini

65
V. Pengobatan Demam

juga dapat mengalami hidroksilasi. Metabolit hasil


hidroksilasi ini dapat menimbulkan
methemoglobinemia dan hemolisis eritrosit.
Ekskresi melalui ginjal, sebagian kecil sebagai
parasetamol (3%) dan sebagian besar dalam bentuk
terkonjugasi.

Indikasi
Di Indonesia penggunaan parasetamol sebagai
antipiretik dan analgesik telah menggantikan
penggunaan salisilat. Sebagai analgesik sebaiknya
tidak diberikan terlalu lama karena kemungkinan
menimbulkan nefropati analgesik. Jika dosis terapi
tidak memberi manfaat, biasanya dosis lebih besar
tidak menolong. Karena hampir tidak mengiritasi
lambung, parasetamol sering dikombinasi dengan
NSIAD untuk efek analgesik.

Efek Samping
Reaksi alergi terhadap derivat para-aminofenol
jarang terjadi. Bila timbul alergi, manifestasinya
berupa eritema atau urtikaria dan gejala yang lebih
berat berupa demam dan lesi pada mukosa.

Fenasetin dapat menyebabkan anemia hemolitik,


terutama pada pemakaian kronik. Anemia hemolitik
dapat terjadi berdasarkan mekanisme autoimun,
dengan defisiensi enzim G6PD dan adanya
metabolit yang abnormal. Methemoglobinemia dan
sulfhemoglobinemia jarang menimbulkan masalah

66
Buku Saku DEMAM

pada dosis terapi, karena hanya kira-kira 1-3% Hb


diubah menjadi met-Hb. Methemoglobinemia baru
menimbulkan masalah pada dosis yang berlebihan.

Eksperimen pada hewan coba menunjukkan bahwa


gangguan ginjal lebih mudah terjadi akibat asetosal
dari pada fenasetin. Penggunaan semua jenis
analgesik dosis besar secara menahun terutama
dalam kombinasi berpotensi menyebabkan
nefropati analgesik.

Dosis Antipiretik
Parasetamol tersedia sebagai obat tunggal,
berbentuk tablet 500 mg dan 650 mg, serta sirup
yang mengandung 120 mg/5 mL. Selain itu
parasetamol terdapat sebagai sediaan kombinasi
tetap dengan dekongestan dan antihistamin dalam
bentuk tablet maupun sirup. Dosis parasetamol
untuk dewasa 300 – 1.000 mg per kali, dengan
maksimum 4 g per hari. Parasetamol infus drips
dengan sediaan 1.000 mg/vial juga dapat diberikan
bila dibutuhkan penurunan suhu yang cepat.

2. Pirazolon
Dalam kelompok ini termasuk dipiron, fenil-
butazon, oksifenbutazon, antipirin dan aminopirin.
Antipirin (fenazon) adalah 5-okso-1-fenil-2, 3-
dimetilpirazolidin. Aminopirin (amidopirin) adalah
derivat 4-dimetilamino dari antipirin. Dipiron
adalah derivat metansulfonat dari aminopirin yang

67
V. Pengobatan Demam

larut baik dalam air dan dapat diberikan secara


suntikan.

Indikasi dan Dosis


Saat ini dipiron hanya digunakan sebagai analgesik-
antipiretik karena efek anti-inflamasinya lemah.
Sedangkan antipirin dan aminopirin tidak
dianjurkan digunakan lagi karena lebih toksik dari
pada dipiron. Karena keamanan obat ini diragukan
sebaiknya dipiron diberikan bila dibutuhkan
analgesik-antipiretik suntikan atau bila pasien tidak
tahan analgesik-antipiretik yang lebih aman. Pada
beberapa kasus penyakit Hodgkin dan pariarteritis
nodosa, dipiron merupakan obat yang masih dapat
digunakan untuk meredakan demam yang sukar
diatasi dengan obat lain. Dosis untuk dipiron ialah 3
kali 0,3 – 1 gram sehari. Dipiron tersedia dalam
bentuk tablet 500 mg dan larutan obat suntik yang
mengandung 500 mg/mL.

Efek Samping
Semua derivat pirazolon dapat menyebabkan
agranulositosis, anemia aplastik dan
trombositopenia. Di beberapa negara misalnya
Amerika Serikat, efek samping ini banyak terjadi
dan bersifat fatal, sehingga pemakaiannya sangat
dibatasi atau dilarang sama sekali. Di Indonesia
frekuensi pemakaian dipiron cukup tinggi dan
agranulositosis telah dilaporkan pada pemakaian
obat ini, tetapi belum ada data tentang angka

68
Buku Saku DEMAM

kejadiannya. Kesan bahwa orang Indonesia tahan


terhadap dipiron tidak dapat diterima begitu saja
mengingat sistem pelaporan data efek samping
belum memadai sehinga kematian oleh
agranulositosis tercatat sebagai akibat penyakit
infeksi. Maka pada pemakaian dipiron jangka
panjang, harus diperhatikan kemungkinan diskrasia
darah ini. Dipiron juga dapat menimbulkan
hemolisis, edema, tremor, mual dan muntah,
perdarahan lambung dan anuria.

3. Salisilat
Asam asetil salisilat yang lebih dikenal sebagai
asetosal atau aspirin adalah analgesik antipiretik
dan anti-inflamasi yang luas digunakan dan
digolongkan dalam obat bebas. Selain sebagai
prototip, obat ini merupakan standar dalam menilai
efek obat sejenis.

Farmakokinetik/farmakodinamik
Pada pemberian oral, sebagian salisilat diabsorpsi
dengan cepat dalam bentuk utuh di lambung, tetapi
sebagian besar di usus halus bagian atas. Kadar
tertinggi dicapai kira-kira 2 jam setelah pemberian.
Kecepatan absorpsinya tergantung dari kecepatan
disintegrasi dan disolusi tablet, pH permukaan
mukosa dan waktu pengosongan lambung. Absorpsi
pada pemberian secara rektal, lebih lambat dan
tidak sempurna sehingga cara ini tidak dianjurkan.
Asam salisilat diabsorpsi cepat dari kulit sehat,

69
V. Pengobatan Demam

terutama bila dipakai sebgai obat gosok atau salep.


Keracunan dapat terjadi dengan olesan pada kulit
yang luas. Metil-salisilat juga diabsorpsi dengan
cepat melalui kulit utuh, tetapi penyerapan di
lambung lambat dan lama bertahan di lambung,
oleh karena itu bila terjadi keracunan, bilas
lambung masih berguna walaupun obat sudah
ditelan lebih dari 4 jam.

Setelah diabsorpsi, salisilat segera menyebar ke


seluruh jaringan tubuh dan cairan transelular
sehingga ditemukan dalam cairan synovial, cairan
spinal, cairan peritoneal, liur, dan air susu. Obat ini
mudah menembus sawar darah otak dan sawar uri.
Kira-kira 80% sampai 90% salisilat plasma terikat
pada albumin. Aspirin diserap dalam bentuk utuh,
dihidrolisis menjadi asam salisilat terutama dalam
hati, sehingga hanya kira-kira 30 menit terdapat
dalam plasma.

Biotransformasi salisilat terjadi di banyak jaringan,


tetap terutama di mikrosom dan mitokondria hati.
Salisilat diekskresi dalam bentuk metabolitnya
terutama melalui ginjal, sebagian kecil melalui
keringat dan empedu.

Dosis
Dosis salisilat untuk dewasa ialah 325 mg - 650 mg,
diberikan secara oral tiap 3 atau 4 jam. Berdasarkan
asosiasi penggunaaan aspirin dengan Sindrome

70
Buku Saku DEMAM

Reye, aspirin dikontraindikasikan sebagai antipiretik


pada anak dibawah 12 tahun. Di Inggris aspirin
dilarang digunakan pada anak dibawah 16 tahun.

Efek samping
Keracunan salisilat yang berat dapat menyebabkan
kematian, tetapi umumnya keracunan salisilat
bersifat ringan. Metil-salisilat jauh lebih toksik
daripada natrium salisilat dan intoksikasinya sering
terjadi pada anak-anak.

Salisimus mirip sinkonismus dengan gejala nyeri


kepala, pusing, tinitus, gangguan pendengaran,
penglihatan kabur, rasa bingung, lemas,
mengantuk, banyak keringat, haus, mual, muntah,
dan kadang-kadang diare. Pada intoksikasi yang
lebih berat gejala SSP menjadi lebih jelas disertai
timbulnya kegelisahan, sikap iritatif, inkoherensi,
rasa cemas, vertigo, tremor, diplopia, delirium yang
maniakal, halusinasi, konvulsi umum, dan koma.
Juga terjadi erupsi kulit, dan gangguan
keseimbangan asam basa.

Suatu eksantem berupa pustula akneiform, yang


mirip eksantem, dapat timbul jika terapi salisilat
berlangsung lebih dari seminggu. Salisilat juga
dapat menimbulkan kelainan kulit berupa eritema,
eksantem skarlatiniform, pruritus, eksantem
ekzematoid atau deskuamasi. Yang jarang ialah
eksantem bersifat bula atau purpura.

71
V. Pengobatan Demam

Gangguan keseimbangan asam basa dan gangguan


elektrolit plasma diduga berdasarkan pengaruh
salisilat terhadap SSP, sehingga timbul
hiperventilasi sentral yang mengakibatkan alkalosis
respiratori. Alkoalosis ini bisa hebat hingga timbul
gejala tetani disertai perubahan EKG yang khas.
Ginjal kemudian mengadakan kompensasi untuk
memperkecil bahaya akibat kehilangan CO2 dengan
mengeluarkan kation sehingga pH serum menurun.
Tetapi terjadinya asidosis ini tergantung dari hebat
dan lamanya hiperventilasi, kegagalan pernafasan
dan pengaruh kompensasi oleh ginjal. Dugaan
bahwa asidosis metabolik berdasarkan gangguan
metabolisme karbohidrat, diperkuat dengan
ditemukannya hipoglikemia, dan ketosis pada
beberapa pasien.

Gejala demam sangat mencolok terutama pada


anak. Dehidrasi dapat terjadi karena hiperhidrosis,
muntah, dan hiperventilasi. Sering timbul gejala
saluran cerna misalnya rasa tidak enak di
epigastrium, mual, muntah, anoreksia, dan kadang-
kadang nyeri perut. Gejala ini timbul sama
seringnya, baik pada pemberian natrium salisilat IV
maupun oral. Jelaslah bahwa gejala ini timbul pada
mukosa lambung. Umumnya 50% pasien dengan
konsentrasi salisilat dalam darah melebihi
300/kg/ml akan mengalami mual. Gejala saluran
cerna lebih menonjol pada intoksikasi asam
salisilat.

72
Buku Saku DEMAM

Kadang-kadang terjadi perdarahan yang sering


ditemukan berupa ptekie pada waktu autopsi
mayat pasien yang mati karena intoksikasi salisilat.
Salisilat dapat menimbulkan purpura
trombositopenik, walaupun sangat jarang.

Stimulasi sentral pada intoksikasi berat akan disusul


oleh depresi SSP dengan gejala sopor dan koma.
Akhirnya terjadi kolaps kardiovaskular dan
insufisiensi pernapasan, kadang-kadang timbul
konvulsi akibat asfiksia pada stadium terminal.
Kematian biasanya disebabkan oleh kegagalan
pernapasan. Bau khas dapat tercium dari hawa
nafas, urin dan muntahan pasien.

Terapi intoksikasi mencakup bilas lambung dan


koreksi gangguan cairan dan elektrolit. Bilas
lambung dilakukan untuk mengeluarkan semua
obat yang ditelan. Pada intoksikasi metil-salisilat
tindakan ini dilakukan sampai tidak tercium bau
minyak Wintergreen dalam cairan bilasan. Untuk
mengatasi demam, kulit diusap dengan alkohol.

Pencegahan Demam Pada Dewasa


Demam yang disebabkan oleh infeksi banyak
ditemukan. Untuk mencegah terjadinya
penyebaran infeksi dapat dilakukan hal-hal sebagai
berikut:

73
V. Pengobatan Demam

1. Menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat


dengan cuci tangan pakai sabun sebelum
makan, setelah dari toilet, setelah mengganti
popok bayi, sebelum memberi makan bayi,
setelah kontak dengan hewan, dan setelah
bangun tidur. Untuk petugas kesehatan, cuci
tangan pakai sabun sebelum dan setelah
memeriksa pasien.
2. Kenakan sarung tangan bila memeriksa bagian
tubuh pasien yang terkena infeksi, mengambil
darah pasien, memasang peralatan pada
pasien seperti kateter, jarum infus, nasogastric
tube, dan lain-lain.
3. Memakai masker bila memeriksa pasien
dengan penyakit yang menular melalui
udara/droplet.
4. Mengenakan alat pelindung khusus bila
memeriksa pasien dengan penyakit menular
khusus seperti Flu burung, dan lainnya.
5. Imunisasi untuk penyakit tertentu yang bisa
dicegah dengan imunisasi, terutama bila
bepergian ke negara-negara tertentu.
6. Tidak mengonsumsi obat-obat ilegal
7. Mengenakan pakaian khusus proteksi bila
bekerja dengan hewan
8. Bila berolah raga, usahakan asupan cairan yang
cukup, mengenakan pakaian olahraga yang
sesuai, istirahat yang cukup, dan cooling down
setelah selesai berolah raga.

74
Buku Saku DEMAM

9. Bila berada dilingkungan cuaca yang panas,


kenakan pelindung yang sesuai dan jaga
asupan cairan untuk mencegah heat stroke.

Prognosis Demam Pada Dewasa


Banyak pasien yang mengalami demam dan
sembuh sendiri tanpa bantuan dokter atau hanya
meminum obat demam yang dijual bebas. Jika
penyebab demam telah diketahui, maka dokter
akan memberikan obat yang sesuai terhadap
penyebab tersebut untuk menyembuhkan
penyakitnya. Kadang diperlukan pemberian
antibiotik atau anti jamur tertentu. Pada beberapa
kasus, demam menjadi tanda yang serius bagi suatu
penyakit, terutama pada pasien dengan penurunan
daya tahan tubuh, seperti diabetes, malignansi,
AIDS. Berbagai jenis infeksi sering tidak ditemukan
dan penyakit berlanjut dan semakin memburuk.
Hipertermi yang tidak ditangani dengan baik dapat
menyebabkan koma, kerusakan otak dan bahkan
kematian.

Beberapa Prinsip Penanganan Demam


1. Jangan berikan 2 macam obat demam
misalnya parasetamol dengan ibuprofen atau
parasetamol dengan aspirin.
2. Sebaiknya jangan campur parasetamol dengan
phenobarbital (luminal). Luminal menekan
enzim hati yang kerjanya menetralisir

75
V. Pengobatan Demam

parasetamol sehingga kadar parasetamol di


darah akan meningkatkan dan meningkat pula
risiko intoksikasi parasetamol.
3. Jangan campur obat demam dengan steroid
(prednison, deksametason, triamsinolon, dan
lainnya) karena steroid akan meningkatkan
risiko perdarahan saluran cerna. Parasetamol
merupakan obat yang paling aman selama
dosisnya diberikan dengan tepat (tidak
berlebih).
4. Jangan obati demam yang tidak tinggi.
Umumnya, demam bukan merupakan kondisi
yang membahayakan jiwa. Demam justru
merupakan mekanisme pertahanan tubuh
yang membantu kita membasmi infeksi, yang
paling penting adalah mencari tahu penyebab
demam dan memahami saat orang tua harus
mengontak dokter anaknya. Oleh karena itu,
bila demam tidak tinggi, jangan berikan obat
demam, tidak perlu dikompres, minum banyak
saja. Upaya yang penting lainnya adalah
mencegah komplikasi dehidrasi dengan
memberikan anak minum lebih dari biasanya.
5. Jangan berikan aspirin (Asetosal/Aspilet) pada
anak usia < 12 tahun. Pada infeksi virus, aspirin
akan meningkatkan risiko Sindrome Reye,
suatu kondisi berat yang menyebabkan gagal
hati dan penurunan kesadaran.

76
Buku Saku DEMAM

VI
Penelitian Demam

Penulis pernah melakukan penelitian sederhana


terhadap pasien demam di Bagian Penyakit Dalam
Rumah Sakit Umum Pusat H.Adam Malik Medan
pada tahun 2003. Yang diteliti ialah pasien yang
datang berobat di klinik rawat jalan dan rawat inap
dengan keluhan demam.

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui


penyebab demam pada pasien yang dirawat di
ruang rawat Penyakit Dalam ataupun yang berobat
jalan di poliklinik Penyakit Dalam.

Metode penelitian ialah studi kasus prospektif


dengan melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik
serta pemeriksaan laboratorium rutin dan
penunjang lainnya terhadap pasien demam dan
diikuti perjalanan demamnya dengan mencatat
pada status demam yang telah disediakan.

Hasil Penelitian
Selama periode 1 Mei s/d 30 Juni 2003 tercatat 20
orang pasien demam, yang terdiri dari 3 laki-laki
dan 17 perempuan dengan pengelompokan umur

77
VI. Penelitian Demam

terbanyak adalah usia dibawah 40 tahun sebanyak


18 orang, umur rata-rata adalah 24,5 tahun dengan
usia termuda adalah 16 tahun dan tertua adalah 59
tahun (Tabel 2)

Tabel 2. Distribusi umur dan jenis kelamin pasien


demam di unit rawat jalan/ rawat inap.

Umur Laki-laki Perempuan Jumlah


(thn)
<40 thn 3 15 18
40-60 thn - 2 2
> 60 thn - - -
Total 3 7 20

Dari 20 pasien yang diteliti, pasien demam yang


terbanyak adalah demam yang lamanya 4-7 hari
sebanyak 10 orang, disusul kemudian demam yang
lamanya < 3 hari sebanyak 8 orang dan yang paling
sedikit adalah demam yang lamanya > 7 hari
sebanyak 2 orang (Tabel 3 ).

78
Buku Saku DEMAM

Tabel 3. Distribusi lamanya demam sebelum


penderita datang berobat di klinik rawat jalan/inap.

Demam Jumlah
(hari)
< 3 hari 8
4-7 hari 10
> 7 hari 2
Total 20

Jenis infeksi sebagai penyebab demam didapati


terbanyak adalah Infeksi Saluran Pernafasan Atas
(ISPA) sebanyak 7 orang, sedangkan DHF dan
Demam tifoid masing-masing sebanyak 4 orang,
dan ISK ada 2 orang, sedangkan Diare akut,
Encephalitis dan TB paru tersangka masing-masing
1 orang (Tabel 4).

Tabel 4. Diagnosa pasien demam yang datang


berobat ke klinik rawat jalan/inap.

Diagnosa Jumlah
ISPA 7
DHF 4
Demam Tifoid 4
Diare Akut 1
Encephalitis 1
TB paru 1
ISK 2
Total 20

79
VI. Penelitian Demam

Pada tabel 5 dapat dilihat jenis pemeriksaan


laboratorium yang dapat dilakukan pada pasien
demam yang diteliti.

Tabel 5. Jenis pemeriksaan laboratorium dan


penunjang lainnya yang dilakukan pada pasien
demam rawat jalan/rawat inap.

Jenis pemeriksaan Jumlah


Urine rutin 14
Darah rutin 14
Feses rutin -
Serologi 3
Kultur sputum 1
Kultur urine 1
Kultur darah -
Kultur feses 1
Thorax photo 1

Diskusi
Pada penelitian ini kelompok umur terbanyak
adalah usia dibawah 40 tahun sebanyak 18 orang.
Hal ini oleh karena pada usia dibawah 40 tahun
daya tahan tubuh pasien masih cukup kuat/baik
sehingga bila ada infeksi dari luar segera timbul
reaksi tubuh berupa demam. Berbeda dengan
pasien yang usianya diatas 60 tahun, bila ada
infeksi dari luar tidak timbul demam, oleh karena
daya tahan tubuh rendah dan tubuh membentuk

80
Buku Saku DEMAM

zat anti serta tubuh membentuk imunokompromi


sehingga tidak timbul demam. Tetapi daya tahan
tubuh seseorang sangatlah ditentukan oleh faktor
genetik, umur, lingkungan (nutrisi, tempat tinggal,
pekerjaan), bahan toksis, imunologis, dan
psikologis.

Mengenai lamanya demam pada penelitian ini yang


paling banyak adalah demam yang lamanya antara
4-7 hari. Hal ini tergantung pada diagnosa banding
apa yang pertama yang harus dipikirkan tentang
lamanya demam. Bila demam lamanya <3 hari
harus dipikirkan yang pertama adalah Common
Cold, bila 4-7 hari mungkin yang perlu dipikirkan
adalah DBD atau Demam tifoid. Oleh karenanya
untuk mencapai ketepatan diagnosis penyebab
demam serta tipe demam, diperlukan ketelitian
pengambilan riwayat penyakit pasien, pemeriksaan
fisik yang seteliti mungkin, observasi perjalanan
penyakit dan evaluasi pemeriksaan laboratorium
serta penunjang lainnya secara tepat dan holistik
juga sangat perlu untuk mengetahui penyakit
infeksi endemik dilingkungan tempat tinggal pasien
dan penyakit yang dibawa pasien serta yang baru
pulang dari suatu tempat perjalanan dari daerah
mana saja yang telah dikunjunginya.

Hal-hal khusus yang perlu diperhatikan pada


demam adalah cara timbulnya demam, lama
demam, sifat harian demam, tinggi demam dan

81
VI. Penelitian Demam

keluhan serta gejala lain yang menyertai demam.


Untuk hal ini dokter perlu secara terperinci dan
akurat meluangkan waktunya untuk menghindari
kesalahan diagnosa. Pada penelitian ini tipe demam
tidak dapat ditentukan oleh karena kurve demam
tidak diikuti dan tidak dibuat disamping karena
pasien yang diteliti berasal dari pasien rawat
jalan/rawat inap.

Dari 20 pasien yang diteliti diketahui yang paling


banyak adalah Infeksi Saluran Pernafasan Atas
(ISPA) sebesar 7 orang disusul kemudian DBD dan
Demam tifoid masing-masing 4 orang, ISK tersangka
2 orang dan 1 orang Diare akut, Encephalitis, TB
paru tersangka.

Kebanyakan pasien datang dengan keluhan sakit


menelan atau tenggorokan disertai demam, sangat
mengganggu bagi si pasien sehingga ISPA
menduduki urutan pertama diagnosa secara klinis.
Disamping itu ISPA merupakan kasus terbanyak di
poli rawat jalan RSUP H. Adam Malik Medan,
berdasarkan data-data yang ada sebelumnya.
Untuk penjajakan yang akan dilakukan haruslah
berdasarkan penemuan klinis apa yang dijumpai
dilapangan misalnya demam dengan dijumpai
bercak dikulit perlu dilakukan pemeriksaan serologi
DBD, atau demam dengan batuk berdahak perlu
dilakukan pemeriksaan kultur sputum.

82
Buku Saku DEMAM

Untuk jenis pemeriksaan laboratorium, ternyata


pemeriksaan Darah dan Urin rutin adalah yang
paling banyak dilakukan yakni 14 orang, hal ini
karena pemeriksaan Darah/Urin rutin disamping
relatif murah, mudah dan hasilnya dapat diperoleh
sesaat hari itu juga, sehingga pasien banyak yang
bersedia untuk melakukan pemeriksaan Darah/Urin
rutin. Sedangkan pemeriksaan lain seperti serologi,
kultur, radiologi pasien agaknya keberatan karena
disamping biaya relatif mahal dan juga hasilnya
perlu waktu lebih dari 2-3 hari, sehingga pasien tak
bersedia melakukan pemeriksaan tersebut.

Kesimpulan Penelitian
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pasien
yang mengalami demam terbanyak usia dibawah 40
tahun, lama demam yang terbanyak adalah 4-7
hari. Jenis penyakit yang paling banyak adalah
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA).
Pemeriksaan laboratorium yang paling banyak
pasien bersedia adalah jenis pemeriksaan darah
dan urin rutin.

Dalam menentukan ketepatan diagnosis penyebab


demam sangat diperlukan ketelitian anamnesis
riwayat penyakit pasien, pemeriksaan fisik yang
teliti, observasi perjalanan penyakit, evaluasi
pemeriksaan laboratorium serta penunjang lainnya
secara tepat dan holistik.

83
VII. Pembahasan Skenario

VII
Pembahasan Skenario

Pada awal buku ini disajikan satu skenario pasien


dengan demam. Untuk lebih jelasnya, skenarionya
diulang lagi sebagai berikut:

Seorang perempuan 18 tahun, datang ke Rumah


Sakit pada sore hari dengan keluhan demam yang
dirasakan sudah 3 hari. Demam dirasakan
mendadak tinggi, tidak ada menggigil dan tidak
berkeringat. Juga dirasakan nyeri pada sendi-sendi
terutama pada siku dan lutut. Sejak pagi ada
merasa mual, tapi tidak muntah dan tidak ada
selera makan. Pasien sudah meminum obat
parasetamol dan demamnya reda beberapa jam,
kemudian demam lagi.

Pada pemeriksaan fisik didapati, kesadaran baik,


TD: 110/70 mmHg, Nadi: 110 x/menit, reguler,
Temperatur aksila 390C. Ada ruam berupa rash
pada lengan dan perut.

Apa saja kemungkinan diagnosis pasien tersebut?.


Pemeriksaan penunjang apa saja yang dibutuhkan
untuk menegakkan diagnosis penyakitnya?

lxxxiv
Buku Saku DEMAM

Dari anamnesis, didapati pasien mengalami demam


akut 3 hari, tanpa menggigil dan disertai dengan
nyeri pada sendi. Disini, kemungkinan demam
akibat infeksi virus haruslah menjadi pertimbangan
utama. Kemudian pada pemeriksaan fisik yang
berkaitan dengan infeksi virus, ditemukan rash,
yaitu ruam kemerahan pada lengan dan perut.
Tanda-tanda vital dengan suhu 390C, maka bisa kita
arahkan kemungkinan penyebab demam dengan
rash, yang di Indonesianya umumnya bisa
disebabkan oleh Demam Dengue, Demam
Chikungunya, atau Viral Exanthema. Mengingat usia
pasien masih muda, 18 tahun, dan bila kita ketahui
daerah asalnya (kemungkinan daerah endemik
Demam Berdarah Dengue), maka dapatlah kita
menegakkan diagnosa banding pertama adalah
Demam berdarah Dengue dan yang kedua Demam
Chikungunya, karena ada gejala yang khas adanya
nyeri pada sendi, terutama lutut, yang acapkali
ditemumakan pada Demam Chikungunya.

Nah, dari kesimpulan sementara ini, jelas kita sudah


bisa menyingkirkan etiologi bakterial, sehingga
tidak perlu pemberian antibiotika. Apalagi tidak ada
keluhan saluran nafas seperti batuk dan pilek.
Terapi yang diberikan hanyalah simtomatik berupa
obat antipiretika seperti parasetamol dan
pemberian cairan parenteral. Sedangkan
penjajakan yang harus segera dilakukan cukup
dengan pemeriksaan darah rutin setiap hari,

89
Kepustakaan

dimana kita bisa melihat nilai Hb, leukosit,


hematokrit, dan trombosit. Karena demam masih
hari ke 3, maka untuk melihat parameter Demam
Dengue, masih bisa diperiksan NS1 yang secara
teoritis masih bisa ditemukan pada hari ke 3
demam. Bila sudah lewat dari 3 hari demam, maka
pemeriksaan NS1 tidak membantu lagi untuk
menegakkan diagnosis Demam Berdarah Dengue.
Bila di laboratorium setempat tersedia serologi
terhadap Chikungunya, maka dapat ditambahkan
untuk membantu menegakkan atau
menyingkirkannya. Sementara itu, pemeriksaan
IgM dan IgG anti dengue belumlah perlu dilakukan,
karena hasilnya tidak banyak membantu, karena
seandainya negatip, belum dapat menyingkirkan
Demam Berdarah dengue, dan kemungkinannya
positip sangat kecil, karena masih hari ke 3 demam.
Pemeriksaan laboratorium yang lainnya belum
perlu dilakukan, karena tidak ada hasil yang
diharapkan dari temuan klinis pada pasien. Namun,
bila sarana diagnostik serologik infeksi tersedia,
beberapa jenis antibodi terhadap infeksi virus perlu
juga diperiksa.

Selama pasien dalam perawatan, follow up suhu


tubuh setiap hari serta gejala klinis yang ditemukan
sangat penting dilakukan, sedangkan pemeriksaan
darah rutin setiap hari akan membantu kita
menemukan penyebab demam yang pasti.
Misalnya, hasil follow up darah rutin menunjukkan

86
Buku Saku DEMAM

penurunan kadar leukosit dan trombosit, serta


peningkatan hematokrit, menunjukkan kearah
diagnosis Demam Berdarah Dengue, dan
disesuaikan dengan temuan klinis seperti adanya
ptekie, perdarahan, mual dan muntah. Bila secara
klinis dan pemeriksaan darah rutin, jelas mengarah
ke Demam Berdarah Dengue, maka dari segi
diagnostik, pemeriksaan IgM dan IgG lebih baik
dilakukan pada saat pasien sudah menunjukkan
tanda-tanda pemulihan. Karena dengan hasil IgM
dan IgG, kita hanya dapat mengetahui apakah
pasien mengalami infeksi primer atau sekunder,
sedangkan hasil pemeriksaan tidak memengaruhi
tindakan pengobatan pada pasien Demam
Berdarah Dengue. Kalau pasien ternyata Demam
Chikungunya, maka dalam perjalanan klinisnya,
yang menonjol adalah nyeri sendi yang hebat,
sementara parameter darah rutin tidak seperti
Demam Berdarah Dengue.

Bila pasien tersebut demam akibat bakteri, maka


perjalanan klinisnya setiap hari dan pemantaun
hanya darah rutin dapat diketahui. Sangat
dianjurkan menggambarkan grafik suhu tubuh
pasien setiap hari yang diukur setiap pagi dan sore
pada status pasien. Pemberian obat antipiretik
sebaiknya hanya bila suhu tubuh mencapai 38,50C
atau lebih.
***

89
Kepustakaan

Kepustakaan
Benyamin,A, Lipsky, Jan van Hirschmann : JAMA, 27
Feb.1981 : 851-54)
Berkow R, Fletcher AJ, 1999, Manifestasi Infeksi
Demam. Dalam The Merk Manual edisi 16 jilid
I Edisi Bahasa Indonesia, Jakarta: Bina
Aksara;11-14.
Buzaid AC, 1996, Neutropenia and Fever. In Greene
HL, Johnson WP, Maricic MJ(eds). Decision
Making in Medicine. St Louis Missouri: Mosby
year books Inc; 220-21
Dale CD, 1996, The Febrile Patient. In Bennet JC,
Plum F, (eds). Cecil Text Book of Medicine,
20ed, New York: WB Saunders Company; 1532-
37.
Davis C, Stöppler MC. Fever in Adults, Available
from:
http://www.emedicinehealth.com/fever_in_a
dults/article_emhtm, September, 16, 2011.
Dinarello CA, Gelfand JA, 2001, Fever and
Hyperthermia. In CD-Room : Braunwald E,
Fauci AS, Isselbacher KJ (eds). Harrison's
Principle of Internal Medicine, 15th ed,
International Edition. New York: McGraw-Hill;
84-90.
Homeostasis, Available From
http://www.biologymad.com/resources/A2
Homeostasis.pdf, 20 April 2012

88
Buku Saku DEMAM

Maartens G, Mwaba P, Zumla A. General Approach


to the Patient, In:Cook GC, Zumla A: Manson’s
Tropical Diseases, 21st Ed.2003, ELST with
Saunders, London, 95 – 109.
Mcphee SJ, Schroeder SA.1999, Fever
andHyperthermia. In Lawrench M, Tiermy,
Mcphee SJ, Maxine AP (eds). Current Medical
Diagnosis & Treathment, 38th, International
Edition. Connecticut: Appleton & Lange, 27-9.
Nelwan RHH, 2001, Demam: Tipe dan Pendekatan.
Dalam Waspadji S, Noer HMS, Rachman MA,
dkk (Editor). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
Jilid 1, Edisi ketiga, Jakarta: Balai Penerbit
FKUI; 407-13.
Umar Zein, 2010, Ilmu Kesehatan Umum, USU
Press, Medan.
Weissman S, Mandel RM. 1996, Fever of Unknown
Origin. In Greene HL, Johnson WP, Maricic MJ
(eds). Decision Making in Medicine. St Louis
Missouri: Mosby Year Books Inc; 264-66.
***

89

Anda mungkin juga menyukai