Buku Demam
Buku Demam
DEMAM
Umar Zein
Umar Zein
Buku Saku
DEMAM
2012
USU Press
Art Design, Publishing & Printing
Gedung F, Pusat Sistem Informasi (PSI) Kampus
USU
Jl. Universitas No. 9
Medan 20155, Indonesia
usupress.usu.ac.id
ISBN ...
Assalamualaikum ww.
Alhamdulillah, buku kecil dan sederhana ini selesai
ditulis. Latar belakang penulisan buku ini adalah
pengalaman mengajarkan demam pada mahasiswa
Fakultas Kedokteran terasa tidak cukup membahas
secara tuntas, karena keterbatasan waktu. Oleh
karena itu buku ini mencoba melengkapi
kekurangan bahan kuliah pakar yang diberikan.
iii
Daftar Isi
Kata Pengantar............................................................. iii
Kata Sambutan ................................................................
Daftar Isi ..........................................................................
Skenario...........................................................................
iv
Prolonged fever ......................................................... 29
Chronic Fever .............................................................. 29
Keuntungan dan Kerugian Demam ........................... 29
Infeksi Sebagai Penyebab Demam Pada Dewasa ...... 31
Drug fever ................................................................... 36
Blood clot fever........................................................... 37
Tumor fever ................................................................ 37
Environmental fever ................................................... 38
Kondisi Medis Khusus ................................................ 38
FUO ............................................................................. 39
Demam Yang Perlu Dijajaki ........................................ 39
Kepustakaan .......................................................... 89
v
Skenario
Seorang perempuan 18 tahun, datang ke Rumah
Sakit pada sore hari dengan keluhan demam yang
dirasakan sudah 3 hari. Demam dirasakan
mendadak tinggi, tidak ada menggigil dan tidak
berkeringat. Juga dirasakan nyeri pada sendi-sendi
terutama pada siku dan lutut. Sejak pagi ada
merasa mual, tapi tidak muntah dan tidak ada
selera makan. Pasien sudah meminum obat
parasetamol dan demamnya reda beberapa jam,
kemudian demam lagi.
vi
Buku Saku DEMAM
I
Pendahuluan
1
I. Pendahuluan
2
Buku Saku DEMAM
3
I. Pendahuluan
4
Buku Saku DEMAM
3. Hormon pertumbuhan
Hormon pertumbuhan (growth hormone)
dapat menyebabkan peningkatan kecepatan
metabolisme sebesar 15-20%. Akibatnya,
produksi panas tubuh juga meningkat.
4. Hormon tiroksin
Fungsi tiroksin adalah meningkatkan aktivitas
hampir semua reaksi kimia dalam tubuh
sehingga peningkatan kadar tiroksin dapat
memengaruhi laju metabolisme menjadi 50-
100% diatas normal.
5. Hormon kelamin
Hormon kelamin laki-laki dapat meningkatkan
kecepatan metabolisme basal kira-kira 10-15%
5
I. Pendahuluan
7. Status gizi
Malnutrisi yang cukup lama dapat menurunkan
kecepatan metabolisme 20 – 30%. Hal ini
terjadi karena di dalam sel tidak ada zat
makanan yang dibutuhkan untuk mengadakan
metabolisme. Dengan demikian, orang yang
mengalami malnutrisi mudah mengalami
penurunan suhu tubuh (hipotermia). Selain itu,
individu dengan lapisan lemak tebal cenderung
tidak mudah mengalami hipotermia karena
lemak merupakan isolator yang cukup baik,
dalam arti lemak menyalurkan panas dengan
kecepatan sepertiga kecepatan jaringan yang
lain.
8. Aktivitas
Aktivitas selain merangsang peningkatan laju
metabolisme, mengakibatkan gesekan antar
6
Buku Saku DEMAM
9. Gangguan organ
Kerusakan organ seperti trauma atau
keganasan pada hipotalamus, dapat
menyebabkan mekanisme regulasi suhu tubuh
mengalami gangguan. Berbagai zat pirogen
yang dikeluarkan pada saat terjadi infeksi
dapat merangsang peningkatan suhu tubuh.
Kelainan kulit berupa jumlah kelenjar keringat
yang sedikit juga dapat menyebabkan
mekanisme pengaturan suhu tubuh terganggu.
10. Lingkungan
Suhu tubuh dapat mengalami pertukaran
dengan lingkungan, artinya panas tubuh dapat
hilang atau berkurang akibat lingkungan yang
lebih dingin. Begitu juga sebaliknya, lingkungan
yang panas dapat memengaruhi suhu tubuh
manusia. Perpindahan suhu antara manusia
dan lingkungan terjadi sebagian besar melalui
kulit.
7
I. Pendahuluan
8
Buku Saku DEMAM
9
I. Pendahuluan
10
Buku Saku DEMAM
11
I. Pendahuluan
2. Konduksi
Konduksi adalah perpindahan panas akibat
paparan langsung kulit dengan benda-benda
yang ada di sekitar tubuh. Biasanya proses
kehilangan panas dengan mekanisme konduksi
sangat kecil. Sentuhan dengan benda umumnya
memberi dampak kehilangan suhu yang kecil
karena dua mekanisme, yaitu kecenderungan
tubuh untuk terpapar langsung dengan benda
relatif jauh lebih kecil dari pada paparan dengan
udara, dan sifat isolator benda menyebabkan
proses perpindahan panas tidak dapat terjadi
secara efektif terus menerus.
3. Evaporasi
Evaporasi (penguapan air dari kulit) dapat
memfasilitasi perpindahan panas tubuh. Setiap
satu gram air yang mengalami evaporasi akan
menyebabkan kehilangan panas tubuh sebesar
0,58 kilokalori. Pada kondisi individu tidak
12
Buku Saku DEMAM
13
I. Pendahuluan
b. Berkeringat
Pengeluaran keringat melalui kulit terjadi
sebagai efek peningkatan suhu yang melewati
batas kritis, yaitu 37°C. Pengeluaran keringat
menyebabkan peningkatan pengeluaran panas
melalui evaporasi. Peningkatan suhu tubuh
sebesar 1°C akan menyebabkan pengeluaran
keringat yang cukup banyak sehingga mampu
membuang panas tubuh yang dihasilkan dari
metabolisme basal 10 kali lebih besar.
Pengeluaran keringat merupakan salah satu
mekanisme tubuh ketika suhu meningkat
melampaui ambang kritis. Pengeluaran keringat
dirangsang oleh pengeluaran impuls di area
preoptik anterior hipotalamus melalui jaras saraf
simpatis ke seluruh kulit tubuh kemudian
menyebabkan rangsangan pada saraf kolinergik
kelenjar keringat, yang merangsang produksi
keringat. Kelenjar keringat juga dapat
mengeluarkan keringat karena rangsangan dari
epinefrin dan norefineprin.
14
Buku Saku DEMAM
15
I. Pendahuluan
16
Buku Saku DEMAM
17
I. Pendahuluan
Termometer
Alat untuk mengukur suhu tubuh disebut
Termometer. Saat ini berbagai jenis termometer
sudah bisa diciptakan untuk lebih memudahkan
dan mempercepat cara pemeriksaan. Beberapa
jenis Termometer yang dikenal dan dapat
digunakan saat ini adalah:
1. Termometer air raksa, yang terdiri dari
termometer aksila (pengukuran di ketiak),
termometer oral (pengukuran di mulut), dan
termometer anal (pengukuran di dubur pada
bayi/anak). Alat ini menggunakan air raksa
pada ujungnya, dan air raksa ini akan bergerak
bila terkena panas tubuh sampai batas
temperatur yang ditunjukkannya. Untuk
mengukur dengan alat ini dibutuhkan waktu
minimal 5 menit.
2. Termometer digital, dengan menggunakan
baterai. Dengan alat ini pengukuran akan lebih
cepat dan dilengkapi dengan alarm bila suhu
tubuh sudah terukur.
3. Termometer tympani. Alat ini juga
menggunakan baterai, dan pengukuran
dilakukan dengan memasukkan ujung alat ke
liang telinga. Waktu yang diperlukan hanya
beberapa detik, dan tingginya suhu tubuh
sudah dapat dibaca di monitornya.
18
Buku Saku DEMAM
II
Demam
19
II. Demam
20
Buku Saku DEMAM
21
II. Demam
22
Buku Saku DEMAM
Patogenesis Demam
Berdasarkan pengaturan suhu tubuh oleh pusat
pengaturan suhu tubuh di hipotalamus, maka
dikenal dengan beberapa jenis demam:
1. Demam dengan set poit hipoptalamus normal.
Disini suhu tubuh meningkat dan pasien
merasa tubuhnya panas. Tidak ada rasa
menggigil. Dalam keadaan demam ini, pasien
membutuhkan kompres dengan air dingin
untuk menurunkan suhu tubuhnya. Demam
dengan set point hipotalamus normal dapat
berupa:
a. Pembentukan panas bertambah dan
pembuangan panas normal, seperti pada:
Malignant hyperthermia, Hypertyhroidi,
Hypernatremia, keracunan Aspirin,
Feokromasitoma dan udara sekitar panas
(heat stroke). Secara klinis pasien
kepanasan, keringat banyak, ekstremitas
panas, tidak ada menggigil dan tidak ada
pilo erection.
b. Pembentukan panas normal, pembuangan
panas terganggu, seperti pada: luka bakar,
Ectodermal dysplasia, keracunan akut
antikolinergik (Sulfas Atropin). Secara klinis
Pasien merasa kepanasan. Tidak ada
keringat, dan ekstremitas panas. Terapi
dengan surface cooling/kompres dingin.
23
II. Demam
24
Buku Saku DEMAM
25
II. Demam
Infeksi, toksin
mikroba, mediator Toksin mikroba Demam
inflamasi, rekasi
imun
Konservasi panas
Produksi panas
Monosit/makrofag,
sel endotel, dll
cAMP
Peningkatan set
point termoregulator
PG2
sirkulasi
Penyebab Demam
Peningkatan suhu tubuh ini disebabkan oleh
beredarnya suatu molekul kecil di dalam tubuh kita
yang disebut dengan Pirogen, yaitu zat pencetus
panas. Biasanya penyebab demam sudah bisa
diketahui dalam waktu satu atau dua hari dengan
pemeriksaan medis yang terarah.
26
Buku Saku DEMAM
1. Penyakit Infeksi
2. Penyakit kolagen
3. Keganasan
4. Dehidrasi
5. Penyakit Iatrogenik
6. Gangguan di Susunan Saraf Pusat
7. Penyakit darah
8. Kerusakan jaringan
9. Penyakit Spesifik
10. Hipertermia
11. Tak terdiagnosis (Fever of Unknown Origin
= FUO)
12. Demam dibuat-buat
13. Demam karena obat (Drug Fever)
Tipe Demam
Setiap pasien yang mengalami demam
menunjukkan karakteristik tertentu yang dapat
diketahui bila diamati dengan seksama secara terus
menerus. Ada 5 tipe demam yang tergantung pada
penyebabnya.
1. Demam Kontinua
Pada demam tipe ini suhu tubuh tetap diatas
normal sepanjang hari dan tidak ada fluktuasi suhu
lebih dari 10C dalam 24 jam. Tipe demam ini dapat
disebabkan oleh infeksi saluran kemih, demam
tifoid, brucellosis, infective endocarditis,
pneumonia lobaris, demam tifus, dan lain-lain.
27
II. Demam
2. Demam Intermiten
Pada demam tipe ini kenaikan suhu tubuh hanya
beberapa jam dalam sehari dan kembali ke normal
dalam beberapa jam. Puncak kenaikan suhu tubuh
dan kembali ke normal bisa beragam. Bila puncak
kenaikan suhu dan kembali normal terjadi setiap
hari, disebut quotidian, jika berkelang sehari
disebut tertian dan jika terjadi setiap 3 hari disebut
quartan intermittent fever. Tipe demam seperti ini
acap ditemukan pada penyakit malaria, kala azar,
pyemia, sepsis dan lain-lain.
3. Demam Remiten
Pada demam remiten, suhu tubuh naik diatas
normal sepanjang hari dengan fluktuasinya lebih
dari 10C. Jenis demam ini banyak ditemukan di
klinik, seperti pada tifoid, endokarditis, dan
sebagainya.
4. Demam Septik
Pada tipe ini fluktuasi suhu tubuh antara puncak
dan nadir sangat tinggi dan biasanya lebih dari 5 0C.
Keadaan ini dapat dijumpai pada keadaan sepsis.
28
Buku Saku DEMAM
7. Prolonged fever
Demam yang berlangsung lebih dari 14 hari
8. Chronic Fever
Demam yang berlangsung lebih dari satu bulan
sampai setahun.
29
II. Demam
30
Buku Saku DEMAM
31
II. Demam
2. Infeksi Bakteri
32
Buku Saku DEMAM
33
II. Demam
34
Buku Saku DEMAM
5. Travelers' fever
(Demam Pada Orang Bepergian)
35
II. Demam
6. Drug fever
(Demam Akibat Obat)
36
Buku Saku DEMAM
37
II. Demam
9. Environmental fever
Perubahan suhu lingkungan dapat meningkatkan
suhu tubuh, bahkan bisa terjadi hipertermia.
Exercise yang berlebihan juga dapat menimbulkan
peningkatan suhu tubuh. Pada kondisi ini, bisa
terjadi gangguan kesadaran dan letargi (Heat
stroke). Penanganannya dengan memindahkan
pasien ke ruangan dengan suhu yang dingin dan
kompres dingin seluruh tubuh atau menyiram
pasien dengan air, bila pasien tengah berada di
lapangan.
38
Buku Saku DEMAM
FUO
FUO adalah keadaan demam pada pasien dengan
suhu tubuh lebih dari 1010 F (38,30 C) yang
berlangsung lebih dari 3 minggu dan belum dapat
ditegakkan diagnosanya meskipun telah dilakukan
beberapa pemeriksaan yang berkaitan. Beberapa
ahli menetapkan waktunya 1 minggu dengan
pemeriksaan intensif di rumah sakit. Kenyataannya,
pada kasus FUO ditemukan infeksi sebesar 30%-
40%, kanker 20%-30%, collagen vascular diseases
10%-20%, dan beberapa miscellaneous diseases
15%-20% seperti abses organ, infeksi parasit yang
tak jelas dan kanker yang tersembunyi. Sayangnya,
39
II. Demam
40
Buku Saku DEMAM
41
II. Demam
42
Buku Saku DEMAM
III
Anamnesis
pada Pasien Demam
43
III. Anamnesis pada Pasien Demam
44
Buku Saku DEMAM
45
III. Anamnesis pada Pasien Demam
46
Buku Saku DEMAM
47
IV. Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Demam
IV
Pemeriksaan Fisik
dan Penunjang Demam
48
Buku Saku DEMAM
Demam O’nyong-nyong
49
IV. Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Demam
50
Buku Saku DEMAM
Sarcoidosis
Connective tissue disesase
51
IV. Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Demam
Pneumococcal pneumonia
Hepatitis alkoholik
Relapsing fever
Bartonella bacilliformis
Yellow fever
G6PD defisiensi (drug induced crisis)
52
Buku Saku DEMAM
Brucellosis
Viceral leishmaniasis
Trypanosomiasis
Pemeriksaan Laboratorium
1. Darah dan urine rutin merupakan pemeriksaan
dasar untuk penjajakan demam. Kalau dari
darah dan urine rutin sudah dapat menemukan
penyebab demam, maka pemeriksaan lainnya
hanya untuk konfirmasi diagnostik atau untuk
melihat kemungkinan komplikasi. Banyak
penyakit infeksi sudah bisa diketahui atau sudah
dapat diduga dengan pemeriksaan darah dan
urine rutin dan dikonfirmasi dengan anamnesis
dan pemeriksaan fisik yang cermat. Pada Tabel 1
beberapa penyakit infeksi yang umum di
Indonesia dengan manifestasi demam dapat
dibedakan dengan pemeriksaan darah rutine
dan mengenali jenis demamnya. Beberapa
petunjuk penting pada kasus demam akibat
penyakit infeksi dan non infeksi yang lazim
ditemukan pada pemeriksaan darah rutin antara
lain:
a. Anemia sering dijumpai pada malaria,
leptospirosis, demam tifoid, tuberkulosis,
infeksi saluran kemih dengan batu (biasanya
disertai dengan hematuria), SLE, ITP, dan
malignansi.
53
IV. Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Demam
54
Buku Saku DEMAM
Sifat/jenis Akut/ pelana kuda Intermittent Gradual/stepladder Terus menerus Naik turun Naik turun,
Terus bisa
Suhu Fase febril bisa > 400C Naik turun bisa Naik turun diatas menerus, bisa hiperpireksia
Fase`kritis: suhu turun hiperpireksia suhu normal hiperpireksia
– normal (hr ke3 – 5)
Fase recovery hr ke 6 –
7
Gejala/ Mual/muntah, nyeri Sakit kepala, sakit Mencret atau Nyeri sendi Sakit Nyeri otot
tanda lain oto/sendi pinggang, pada konstipasi, dan pinggang tenggorokan, paha dan betis,
yang berat: gangguan hebat pilek, batuk icterus, ciliary
icterus, kejang, kesadaran injection,
koma perdarahan
55
IV. Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Demam
Vektor Aedes agypti Anopheles Tidak ada Aedes Tidak ada Rodent
albopictus
Penularan Gigitan nyamuk aedes Gigitan nyamuk Makanan/minuman Gigitan aedes Langsung Melalui urine
terinfeksi anopheles /wadah/tangan terinfeksi melalui tikus yang
terinfeksi yang terkontaminasi udara/droplet terinfeksi
Leukosit Menurun bisa sangat Bisa normal, Bisa normal, tapi Normal atau Normal atau Normal atau
rendah pada fase awal, menurun atau selalu menurun menurun menurun meningkat
dan meningkat setelah meningkat
recovery
Trombosit Menurun setelah hr ke Sering menurun Sering menurun Menurun tapi Normal Sering
3 tidak serendah menurun
DBD
Hb Sering menurun Sering menurun Sering menurun Normal Normal Sering
sampai anemia menurun
berat sampai anemia
berat
56
Buku Saku DEMAM
57
IV. Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Demam
58
Buku Saku DEMAM
59
IV. Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Demam
60
Buku Saku DEMAM
61
V. Pengobatan Demam
V
Pengobatan Demam
62
Buku Saku DEMAM
Penggunaan Antipiretik
Pasien dapat mendiagnosis kondisi demamnya
dengan merasakan panas badan dan mengukur
sendiri dengan termometer, dan mengobati sendiri
secara simtomatik. Obat antipiretik sebagai obat
bebas dapat digunakan seperti parasetamol dan
Ibuprofen. Aspirin bukan pilihan untuk demam,
karena efek sampingnya pada dosis besar. Pada
anak-anak dengan infeksi virus, dapat menimbulkan
Reye syndrome.
63
V. Pengobatan Demam
64
Buku Saku DEMAM
Jenis-jenis Antipiretik
1. Para-Amino-Fenol.
Derivat para amino fenol yaitu fenasetin dan
asetaminofen. Asetaminofen (parasetamol)
merupakan metabolit fenasetin dengan efek
antipiretik yang sama dan telah digunakan sejak
tahun 1893. Efek antipiretik ditimbulkan oleh gugus
aminobenzen. Fenazetin tidak digunakan lagi dalam
pengobatan demam karena efek samping dapat
terjadi gangguan ginjal yang disebut dengan
analgesik nefropati, anemia hemolitik dan mungkin
kanker kandung kemih. Asetaminofen di Indonesia
lebih dikenal dengan nama parasetamol, dan
tersedia sebagai obat bebas. Walau demikian,
laporan kerusakan fatal hepar akibat keracunan
akut perlu diwaspadai. Tetapi perlu diketahui
bahwa efek anti-inflamasi parasetamol hampir
tidak ada.
Farmakodinamik/farmakokinetik
Parasetamol diabsorpsi cepat dan sempurna
melalui saluran cerna. Konsentrasi tertinggi dalam
plasma dicapai dalam waktu ½ jam dan masa paruh
plasma antara 1-3 jam. Obat ini tersebar ke seluruh
cairan tubuh. Dalam plasma, 25% parasetamol
terikat protein plasma. Dimetabolisme oleh enzim
mikrosom hati. Sebagian asetaminofen (80%)
dikonjugasi dengan asam glukoronat dan sebagian
kecil lainnya dengan asam sulfat. Selain itu, obat ini
65
V. Pengobatan Demam
Indikasi
Di Indonesia penggunaan parasetamol sebagai
antipiretik dan analgesik telah menggantikan
penggunaan salisilat. Sebagai analgesik sebaiknya
tidak diberikan terlalu lama karena kemungkinan
menimbulkan nefropati analgesik. Jika dosis terapi
tidak memberi manfaat, biasanya dosis lebih besar
tidak menolong. Karena hampir tidak mengiritasi
lambung, parasetamol sering dikombinasi dengan
NSIAD untuk efek analgesik.
Efek Samping
Reaksi alergi terhadap derivat para-aminofenol
jarang terjadi. Bila timbul alergi, manifestasinya
berupa eritema atau urtikaria dan gejala yang lebih
berat berupa demam dan lesi pada mukosa.
66
Buku Saku DEMAM
Dosis Antipiretik
Parasetamol tersedia sebagai obat tunggal,
berbentuk tablet 500 mg dan 650 mg, serta sirup
yang mengandung 120 mg/5 mL. Selain itu
parasetamol terdapat sebagai sediaan kombinasi
tetap dengan dekongestan dan antihistamin dalam
bentuk tablet maupun sirup. Dosis parasetamol
untuk dewasa 300 – 1.000 mg per kali, dengan
maksimum 4 g per hari. Parasetamol infus drips
dengan sediaan 1.000 mg/vial juga dapat diberikan
bila dibutuhkan penurunan suhu yang cepat.
2. Pirazolon
Dalam kelompok ini termasuk dipiron, fenil-
butazon, oksifenbutazon, antipirin dan aminopirin.
Antipirin (fenazon) adalah 5-okso-1-fenil-2, 3-
dimetilpirazolidin. Aminopirin (amidopirin) adalah
derivat 4-dimetilamino dari antipirin. Dipiron
adalah derivat metansulfonat dari aminopirin yang
67
V. Pengobatan Demam
Efek Samping
Semua derivat pirazolon dapat menyebabkan
agranulositosis, anemia aplastik dan
trombositopenia. Di beberapa negara misalnya
Amerika Serikat, efek samping ini banyak terjadi
dan bersifat fatal, sehingga pemakaiannya sangat
dibatasi atau dilarang sama sekali. Di Indonesia
frekuensi pemakaian dipiron cukup tinggi dan
agranulositosis telah dilaporkan pada pemakaian
obat ini, tetapi belum ada data tentang angka
68
Buku Saku DEMAM
3. Salisilat
Asam asetil salisilat yang lebih dikenal sebagai
asetosal atau aspirin adalah analgesik antipiretik
dan anti-inflamasi yang luas digunakan dan
digolongkan dalam obat bebas. Selain sebagai
prototip, obat ini merupakan standar dalam menilai
efek obat sejenis.
Farmakokinetik/farmakodinamik
Pada pemberian oral, sebagian salisilat diabsorpsi
dengan cepat dalam bentuk utuh di lambung, tetapi
sebagian besar di usus halus bagian atas. Kadar
tertinggi dicapai kira-kira 2 jam setelah pemberian.
Kecepatan absorpsinya tergantung dari kecepatan
disintegrasi dan disolusi tablet, pH permukaan
mukosa dan waktu pengosongan lambung. Absorpsi
pada pemberian secara rektal, lebih lambat dan
tidak sempurna sehingga cara ini tidak dianjurkan.
Asam salisilat diabsorpsi cepat dari kulit sehat,
69
V. Pengobatan Demam
Dosis
Dosis salisilat untuk dewasa ialah 325 mg - 650 mg,
diberikan secara oral tiap 3 atau 4 jam. Berdasarkan
asosiasi penggunaaan aspirin dengan Sindrome
70
Buku Saku DEMAM
Efek samping
Keracunan salisilat yang berat dapat menyebabkan
kematian, tetapi umumnya keracunan salisilat
bersifat ringan. Metil-salisilat jauh lebih toksik
daripada natrium salisilat dan intoksikasinya sering
terjadi pada anak-anak.
71
V. Pengobatan Demam
72
Buku Saku DEMAM
73
V. Pengobatan Demam
74
Buku Saku DEMAM
75
V. Pengobatan Demam
76
Buku Saku DEMAM
VI
Penelitian Demam
Hasil Penelitian
Selama periode 1 Mei s/d 30 Juni 2003 tercatat 20
orang pasien demam, yang terdiri dari 3 laki-laki
dan 17 perempuan dengan pengelompokan umur
77
VI. Penelitian Demam
78
Buku Saku DEMAM
Demam Jumlah
(hari)
< 3 hari 8
4-7 hari 10
> 7 hari 2
Total 20
Diagnosa Jumlah
ISPA 7
DHF 4
Demam Tifoid 4
Diare Akut 1
Encephalitis 1
TB paru 1
ISK 2
Total 20
79
VI. Penelitian Demam
Diskusi
Pada penelitian ini kelompok umur terbanyak
adalah usia dibawah 40 tahun sebanyak 18 orang.
Hal ini oleh karena pada usia dibawah 40 tahun
daya tahan tubuh pasien masih cukup kuat/baik
sehingga bila ada infeksi dari luar segera timbul
reaksi tubuh berupa demam. Berbeda dengan
pasien yang usianya diatas 60 tahun, bila ada
infeksi dari luar tidak timbul demam, oleh karena
daya tahan tubuh rendah dan tubuh membentuk
80
Buku Saku DEMAM
81
VI. Penelitian Demam
82
Buku Saku DEMAM
Kesimpulan Penelitian
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pasien
yang mengalami demam terbanyak usia dibawah 40
tahun, lama demam yang terbanyak adalah 4-7
hari. Jenis penyakit yang paling banyak adalah
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA).
Pemeriksaan laboratorium yang paling banyak
pasien bersedia adalah jenis pemeriksaan darah
dan urin rutin.
83
VII. Pembahasan Skenario
VII
Pembahasan Skenario
lxxxiv
Buku Saku DEMAM
89
Kepustakaan
86
Buku Saku DEMAM
89
Kepustakaan
Kepustakaan
Benyamin,A, Lipsky, Jan van Hirschmann : JAMA, 27
Feb.1981 : 851-54)
Berkow R, Fletcher AJ, 1999, Manifestasi Infeksi
Demam. Dalam The Merk Manual edisi 16 jilid
I Edisi Bahasa Indonesia, Jakarta: Bina
Aksara;11-14.
Buzaid AC, 1996, Neutropenia and Fever. In Greene
HL, Johnson WP, Maricic MJ(eds). Decision
Making in Medicine. St Louis Missouri: Mosby
year books Inc; 220-21
Dale CD, 1996, The Febrile Patient. In Bennet JC,
Plum F, (eds). Cecil Text Book of Medicine,
20ed, New York: WB Saunders Company; 1532-
37.
Davis C, Stöppler MC. Fever in Adults, Available
from:
http://www.emedicinehealth.com/fever_in_a
dults/article_emhtm, September, 16, 2011.
Dinarello CA, Gelfand JA, 2001, Fever and
Hyperthermia. In CD-Room : Braunwald E,
Fauci AS, Isselbacher KJ (eds). Harrison's
Principle of Internal Medicine, 15th ed,
International Edition. New York: McGraw-Hill;
84-90.
Homeostasis, Available From
http://www.biologymad.com/resources/A2
Homeostasis.pdf, 20 April 2012
88
Buku Saku DEMAM
89