Anda di halaman 1dari 10

BAB 2

PENDAHULUAN

2.1 Tinjauan Pustaka

Suatu suspense dalam bidang farmasi adalah suatu dispersi kasar

antara partikel zat padat yang tidak larut terdispersi dalam suatu medium

cair. Menurut farmakope Indonesia edisi III suspense adalah sediaan yang

mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus dan tidak

larutterdispersi dalam cairan pembasanya (1).

Sistem disperse adalah sistem dimana suatu zat tersebar merata

(fase terdispersi) didalam zat lain (fase pendispersi atau medium). Larutan

adalah keadaan dimana zat terlarut (molekul atom ion) terdispersi secara

homogen dalam zat pelarut. Larutan bersifat stabil dan tidak dapat

disaring. Diameter partikel zat terlarut lebih kecil dari 10 -7 cm. contoh :

larutan gula, larutan garam, dalam larutan dikenal juga kelarutan

(Solubility) yaitu jumlah maksimum suatu zat yang dapat larut dalam

sejumlah tertentu pelarut/larutan pada suhu tertentu. Jadi jika suatu zat

dilarutkan pada suatu pelarut/larutan dan ternyata telah melewati batas

kelarutan tersebut maka sebagian zat akan terlarut dan sebagian lagi

akan mengendap (2).

Sistem terdispersi terdiri dari partikel-partikel kecil yang dikenal

sebagai fase terdispersi yang terdistribusi secara merata membentuk

medium kontinu atau medium disperse. Bahan-bahan yang terdispersi

bisa saja memiliki ukuran partikel terdispersi atau molekul sampai partikel
yang dapat diukur dengan millimeter. Oleh karena itu cara paling mudah

untuk menggolongkan sistem disperse adalah berdasarkan diameter dari

partikel rata-rata dari bahan yang terdispersi (2).

Umumnya sistem dispersi digolongkan menjadi tiga yaitu dispersi

molekuler atau biasa disebut larutan, dispersi koloid, dan dispersi kasar.

Tabel 2.1.1 Perbedaan dispersi molekuler, koloid, dan kasar


Larutan (Dispersi Suspensi (Dispersi
Koloid (Dispersi Koloid)
Molekuler ) Kasar)
1) Heterogen
1) Homogen tidak dapat 1) Secara mikroskopik
dibedakan walaupun hoogen, tetapi bersifat
menggunakan mikroskop heterogen ketika diamati
ultra dengan mikroskop ultra
2) Salah satu atau
2) Semua partikel 2) Partikel berdimensi
semua dimensi
berdimensi (Panjang, labar, antara 1 nm sampai 100
partikelnya lebih besar
dan tebal) kurang dari 1 nm nm
dari 100nm
3) Satu Fasa 3) Dua fasa 3) Dua fasa
4) Stabil 4) Pada umumnya stabil 4) Tidak stabil
5) Tidak dapat disaring,
5) Tidak dapapt disaring kecuali dengan 5) Dapat disaring
penyaringan ultra
Contoh Contoh contoh
larutan gula, larutan garam, Sabun, susu, santan jeli, Air sungai yang keruh,
spiritus, alkohol 70%, selai, mentega, dan campuran air dengan
larutan cuka, air laut, udara mayones pasir, campuran kopi
yang bersih, dan bensin. dengan air, dan
campuran minyak
dengan air
Sumber : Farmasi fisik oleh Martin Alfred

Suspensi dapat didefinisikan sebagai preparat yang mengandung

partikel obat yang terbagi secara halus disebarkan secara merata dalam

pembawa obat dimana obat tersebut menunjukkan kelarutan yang sangat

minimum. Beberapa suspense resmi diperdagangkan dalam bentuk siap

pakai, ada juga yang tersedia dalam bentuk serbuk kering (dry syrup)

untuk disuspensikan dalam cairan pembawa (umumnya berupa air) salah


satu contohnya adalah suspense antibiotika yang biasa ditemukan dalam

bentuk dry syrup.

Terdapat banyak pertimbangan dalam pembuatan dan

pegembangan suatu suspense farmasetik yang baik. Di samping khasiat

terapeutik, stabilitas kimia dari komponen-komponen formulasi,

kelanggengan sediaan dan bentuk estetik dari sediaan. Ada sifat lain yang

lebih spesifik untuk suspensi farmasi : (3)

a. Suatu suspensi farmasi yang dibuat dengan tepat mengendap secara

lambat dan harus rata kembali bila dikocok.

b. Zat yang tersuspensi (disuspensikan) tidak boleh cepat mengendap.

c. Partikel-partikel tersebut walaupun mengendap pada dasar wadah tidak

boleh membentuk suatu gumpalan padat tapi harus dengan cepat

terdispersi kembali menjadi suatu campuran homogeny bila wadahnya

dikocok.

d. Karakteristik suspense harus sedemikian rupa sehingga ukuran partikel

dari suspensoid tetap agak konstan untuk yang lama pada

penyimpanan.

e. Suspensi harus bisa dituang dari wadah dengan cepat dan homogeny

(3).

Terdapat beberapa point yang dapat menjadi penilai kestabilan

sediaan suspensi, yaitu : (4)


a. Volume sedimentasi

Adalah suatu rasio dari volume sedimentasi akhir (V u) terhadap

volume mula-mula dari suspensi (V0) sebelum mengendap.

Vu
F=
V0

Ket : F = Volume sedimentasi

Vu = Volume akhir suspensi

V0 = Volume awal suspensi

b. Derajat flokulasi

Adalah suatu rasio volume sedimentasi akhir dari suspensi flokuasi

(Vu) terhadap volume sedimentasi akhir suspensi deflokulasi (V 0c).

Volume suspensi flokulasi


β=
Volume suspensi deflokulasi

c. Metode reologi

Berhubungan dengan faktor sedimentasi dan redispersibilitas,

membantu menemukan perilaku pengendapan, mengatur pembawa

dan susunan partikel untuk tujuan perbandingan.

d. Perubahan ukuran partikel

Digunakan cara Freeze-thaw cycling yaitu temperatur diturunkan

sampai titk beku, lalu dinaikkan sampai mencair kembali. Dengan cara

ini dapat dilihat pertumbuhan Kristal, yang pokok menjaga tidak terjadi

perubahan ukuran partikel dan sifat Kristal.


Faktor-faktor yang mempengaruhi stabilitas suspensi ialah : (4)

a. Ukuran partikel

Hubungan antara ukuran partikel berbanding terbalik dengan luas

penampangnya. Semakin besar ukuran partikel semakin kecil luas

penampangnya, sedangkan semakin besar luas penampang partikel

daya tekan ke atas cairan akan semakin memperlambat gerakan

partikel untuk mengendap, sehingga untuk memperlambat gerakan

tersebut dapat dilakukan dengan memperkecil ukuran partikel.

b. Kekentalan (Viskositas)

Kekentalan suatu cairan dapat mempengaruhi pula kecepatan

aliran dari cairan tersebut, makin kental suatu cairan kecepatan

alirannya makin turun (kecil). Tapi perlu diingat bahwa kekentalan

suspensi tidak boleh terlalu tinggi agar mudah dikocok dan dituang.

c. Jenis dan jumlah zat pensuspensi

d. Sifat muatan partikel.

2.2 Uraian Bahan

a. Kaolin (5)

Nama lain : Kaolin

Rumus Molekul : Al2H4O9SL2

Berat Molekul : 258,156 g/mol

Pemerian : bubuk patih atau putih keabu-abuan tidak

berbahaya, bebas dari partikel berpijar, bau,

seperti tanah liat.


Kelarutan : praktis tidak larut dalam air dan pelarut

organic, tidak larut dalam asam mineral dan

larutan alkali hidroksida.

Sudut kontak :-

b. Trimetropin (5)

Nama lain : Trimetropin

Rumus molekul : C14H18N4O3

Berat molekul : 290,323 g/mol

Pemerian : bubuk Kristal putih, tidak berbau atau hamper

tidak berbau.

Kelarutan : sedikit larut dalam air, larut dalam methanol,

praktis tidak larut dalam eter.

Sudut kontak :-

c. Kalium Klorida (5)

Nama lain : Kalium klorida

Rumus molekul : CaCl

Berat Molekul : 110,978 g/mol

Pemerian : bubuk Kristal putih atau tidak warna butiran

atau massa Kristal dan bersifat higroskopik.

Kelarutan : bebas larurt dalam air dan etanol 95%, tidak

larut dalam dietel eter.


d. NaCMC (5)

Nama lain : NaCMC

Rumus molekul : COH16NaO8

Berat Molekul : 263,198 g/mol

Pemerian : serbuk atau granul, putih sampai krem,

higroskopik

Kelarutan : Mudah terdispersi dalam air membentuk

larutan koloida, tidak larut dalam eter, etanol,

dan pelarut organik lain.

e. Aluminium klorida (5)

Nama lain : Aluminium klorida

Rumus molekul : AlCl3

Berat molekul : 241,4 g/mol

Pemerian : Massa hablur, berasap dalam udara lembab,

abu-abu atau kuning.

Kelarutan : Larut dalam benzene, karbon tetraklorida,

kloroform, dalam banyak pelarut organic

seperti nitrobenzene, benzefenon.

Konsentrasi : Tidak kurang dari 98%

f. Metil selulosa (5)

Nama sampel : Metil selulosa

Rumus molekul : C6H3N3O

Berat molekul :-
Pemerian : Serbuk berserat atau granul, berwarna utih

suspensi, dalam air bereaksi netral tehadap

lakmus P. mengembang dalam air dan

membentuk suspensi yang jenih sehingga

opalesen, kental, dan koloidal.

Kelarutan : Tidak larut dalam etano, dalam eter, dan

dalam kloroform, larut dalam asam asetat

glacial dan dalam campuran volume sama

etanol dan kloroform.

Konsentrasi : 80,0% - 120,0% (100 cp)

g. Asiklovir (5)

Nama lain : Asiklovir

Rumus molekul : C8H11N5O3

Berat molekul : 225,21 g/mol

Pemerian : Serbuk hablur putih hingga hamper putih

melebur pada suhu rendah lebih dari 250 oC

disertai peruraian.

Kelarutan : Larut dalam asam klorida encer, sukar larut

dalam air, tidak larut dalam etanol.

Sudut kontak : 30-40

h. Tween 80 (5)

Nama lain : Tween 80

Rumus molekul : C32H60O10


Berat molekul : 604,8128 g/mol

Pemerian : Cairan seperti minyak, jernih berwarna kuning

hingga coklat muda, bau khas lemah, rasa

pahit dan hangat.

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, larutan tidak

berbau dan praktis tidak berwarna, larut dalam

etanol dalam etil asetat, tidak larut dalam

minyak mineral.

Sudut kontak : 24,1 – 25,1


DAFTAR PUSTAKA

1. Martin, Alfred. 1993. Farmasi Fisik Jilid I Edisi III. Jakarta : UI Press.

2. Martin, Alfred. Swarwick. Cammarata. 2008. Farmasi Fisik. Jakarta : UI


Press.

3. Ansel, Howard C. 2005. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta :


UI Press.

4. Anief, M. 1993. Farmasetika. Yogyakarta : Gadjah Mada University


Press.

5. Ditjen POM. 1195. Farmakope Indonesia edisi IV. Jakarta : Departemen


Kesehatan Republik Indonesia

Anda mungkin juga menyukai