Anda di halaman 1dari 9

Tugas Pemeriksaan Akuntansi

Nama Dosen : Dr. Nadirsyah, SE., M.Si., Ak., CA


Nama Mahasiswi : Qari Nur Islami
Nim : 2001203010007
Kelas 05, ( 14.00-16.30 )
Senin, 05 Oktober 2020

Tugas : Membuat ringkasan topik “Auditor’s Responsibilities and Reports”.

Tujuan Pembelajaran :

1. Memahami konsep dasar audit laporan keuangan


2. Memahami standar audit
3. Menjelaskan tanggung jawab auditor dan manajemen
4. Menjelaskan dan memahami laporan auditor atas audit laporan keuangan
5. Laporan auditor atas internal control
6. Mengidentifikasi variabel-variabel yang mungkin dilakukan riset
7. Memahami artikel-artikel yang terkait dengan topik

Sumber e-book : Arens, Alvin., Randal J. Elder, Mark S. Beasley, 2012, Auditing and.
Assurance Services: An Integrated Approach, 15th Edition, Pearson.
Prentice Hall.

Boynton, Wiliam C., Johnson, Raymond N & Walter G. Kell., 2006.


“Modern Auditing”,7th, Edition, New York : John Wiley & Sons, Inc.
Auditor’s Responsibilities and Reports

A. Tujuan Audit atas Laporan Keuangan


Tujuan dari audit atas laporan keuangan oleh auditor independen adalah untuk
menyatakan pendapat tentang kewajaran, dalam semua hal yang meterial, posisi
keuangan,hasil operasi serta arus kas sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang
berlaku umum (GAAP). Langkah-langkah untuk mengembangkan tujuan audit ialah
sebagai berikut ini.
1. Memahami tujuan dan tanggung jawab audit
2. Membagi laporan keuangan menjadi berbagai siklus
3. Mengetahui asersi manajemen tentang laporan keuangan
4. Mengetahui tujuan audit umum untuk kelas transaksi, akun, dan pengungkapan
5. Mengetahui tujuan audit khusus untuk kelas transaksi, akun, dan pengungkapan
B. Pembuktian dan Pertimbangan Profesional dalam Audit Laporan Keuangan
Audit dilakukan berdasarkan asumsi bahwa laporan keuangan dapat diteliti untuk
pembuktian. Data dikatakan verifiable jika dua atau lebih orang yang memiliki
kualifikasi dapat member kesimpulan yang serupa dari data yang serupa.
Auditing dan akuntansi secara signifikan memerlukan yang disebut pertimbangan
professional. Oleh karena itu, auditor hanya mencari dasar yang memadai untuk
menyatakan pendapatan atas kewajaran laporan keuangan. Dalam melakukan
pemeriksaan, audit memperoleh bukti-bukti untuk meyakinkan validity dan
ketepatan perlakuan akuntansi atas transaksi dan saldo, lalu ketepatan berarti sesuai
dengan aturan aturan akuntansi.
C. Standar Auditing : Generally Accepted Auditing Standards (GAAS)
Standar Auditing : Generally Accepted Auditing Standards (GAAS), terdapat
beberapa standar yaitu
1. Standar Umum
Standar Umum berkaitan dengan kualifikasi auditor dan mutu pekerjaan
auditor:
 Keahlian dan pelatihan teknis yang memadai
Dalam setiap profesi, terdapat sesuatu yang sangat berharga pada
kopetensi teknis. Kompetensi auditor ditentukan oleh tiga faktor, yaitu
pendidikan universitas formal untuk memasuki profesi, pelatihan praktik
dan pengalaman dalam auditing, dan mengikuti pendidikan profesi
berkelanjutan selama karier professional auditor
 Independensi dalam sikap mental
Auditor harus bebas dari pengaruh klien dalam melaksanakan audit serta
dalam melaporkan temuan-temuannya.
 Penggunaan kemahiran profesional.
Auditor diharapkan memiliki kesungguhan dan kecermatan dalam
melaksanakan audit serta menerbitkan laporan atas temuan.
2. Standar Pekerjaan Lapangan
Standar Pekerjaan Lapangan berkaitan dengan pelaksanaan audit ditempat atau
pada bisnis klien:
 Perencanaan dan supervisi yang memadai
Audit dapat dikatakan efektif dan efisien jika dilakukan perencanaan
dengan baik. Perencanaan ini meliputi pengembangan strategi audit serta
rencana program audit yang akan digunakan dalam melaksanakan
audit.supervisi yang benar merupakan hal yang penting pula.
 Pemahaman struktur pengendalian intern
Merupakan hal yang sangat mendasar bagi seorang auditor untuk
memahami struktur pengendalian intern sehingga dapat merencanakan
suatu audit yang efektif dan efisien.
 Mendapatkan bukti audit kompeten yang cukup
Untuk memenuhi standar diperlukan penggunaan pertimbangan
professional dalam menentukan jumlah dan mutu bukti audit yang
diperlukan untukmendukung pendapat auditor.
3. Standar Pelaporan
 Laporan Keuangan Disajikan Sesuai dengan GAAP
 Konsistensi dalam Penerapan GAAP
 Kecukupan Pengungkapan Informatif/Pengungkapan informatif yang
memadai
 Ekspresi Opini/Pernyataan Pendapat
D. Standar Pelaporan dalam Laporan Keuangan
Laporan audit adalah media formal yang digunakan oleh auditor dalam
mengkomunikasikan kepada pihak yang berkepentingan tentang kesimpulan atas
laporan keuangan yang di audit. Dalam menerbitkan laporan audit , auditor harus
memenuhi 4 standar pelaporan yang di terapkan dalam standar auditing yg berlaku
umum. Laporan standar memuat pendapat wajar tanpa pengecualian yang
menyatakan bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar. Kesimpulan ini
hanya di nyatakan bila auditor telah membentuk pendapat berdasarkan audit yang di
laksanakan sesuai dengan GAAS. Kemudian laporan standar memiliki tiga paragraf,
yang lazim disebut paragraf pendahuluan , paragraf lingkupan audit, dan paragraf
pendapat.
E. Laporan Standar Auditor tentang Pengendalian Internal
Laporan ini memuat beberapa komponen diantaranya sebagai berikut.
 Judul dan Alamat
 Paragraf Pengantar
 Scope Paragraph
 Paragraf Opini
 Tanda Tangan dan Tanggal Perusahaan
F. Tanggungjawab Manajemen dalam Penyajian Laporan Keuangan
Tanggung jawab manajemen atas kewajaran penyajian (asersi) laporan keuangan
berkaitan dengan privilege untuk menentukan penyajian dan pengungkapan apa yang
dianggap perlu. Sarbanes-Oxley Act memperberat tanggung jawab manajemen
terhadap laporan keuangan dengan mengharuskan CEO dan CFO perusahaan publik
untuk meyakinkan laporan keuangan kuartalan dan tahunan yang akan diserahkan
kepada SEC. Dalam menandatangani laporan-laporan tersebut, manajemen
menyatakan bahwa laporan keuangan tersebut telah sepenuhnya sesuai dengan
persyaratan Securities Exchange Act tahun 1934 dan informasi yang terkandung
dalam laporan keuangan itu menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material,
kondisi keuangan dan hasil operasinya.
G. Tanggungjawab Auditor
Tanggungjawab auditor untuk mendeteksi materi salah saji dalam laporan keuangan.
Ketika auditor juga melaporkan efektivitas pengendalian internal atas pelaporan
keuangan, auditor juga bertanggungjawab untuk mengidentifikasi kelemahan material
dalam pengendalian internal atas pelaporan keuangan tersebut. Tanggungjawab
auditor dalam mendeteksi salah saji material mencakup beberapa hal sebagai berikut
ini.
1. Salah saji yang material versus tidak material
Salah saji dianggap material bila kekeliruan dan kecurangan yang belum dikoreksi
dalam laporan keuangan kemungkinan akan mengubah/mempengaruhi keputusan
orang yang menggunakan laporan keuangan tersebut. Diperlukan biaya yang
sangat besar (dan mungkin mustahil) bagi auditor untuk bertanggung jawab
menemukan semua kekeliruan dan kecurangan yang tidak material.
2. Kepastian yang layak
Kepastian yang layak adalah tingkat kepastian yang tinggi, tapi tidak absolut,
bahwa laporan keuangan telah bebas dari salah saji yang material. Audit yang
dilaksanakan sesuai standar auditing dapat saja gagal mendeteksi salah saji yang
material. Auditor bertanggung jawab atas kepastian yang layak, tetapi tidak
absolut, karena beberapa alasan :
 Sebagian besar bukti audit diperoleh dari pengujian sampel populasi.
 Penyajian akuntansi mengandung estimasi yang kompleks, melibatkan
sejumlah ketidakpastian serta dapat dipengaruhi oleh peristiwa-peristiwa
di masa depan.
 Laporan keuangan yang disusun dengan penuh kecurangan seringkali
sangat sulit, bahkan tidak mungkin untuk dideteksi oleh auditor.
3. Kekeliruan versus kecurangan
Kekeliruan (eror) adalah salah saji dalam laporan keuangan yang tidak disengaja.
Kecurangan (fraud) adalah salah saji yang disengaja. Kecurangan dibedakan
menjadi : misapropiasi aktiva (misappropriation of assets) yang seringkali disebut
sebagai penyalahgunaan atau kecurangan karyawan ; pelaporan keuangan yang
curang (fraudulent financial reporting) seringkali disebut kecurangan manajemen.
4. Skeptisme profesional
Skeptisme profesional ini ialah sikap yang penuh dengan keingintahuan serta
penilaian kritis atas bukti audit. Auditor tidak boleh mengasumsikan bahwa
manajemen bersikap tidak jujur, tetapi kemungkinan mereka bersikap tidak jujur
harus tetap dipertimbangkan.
5. Tanggung jawab auditor untuk mendeteksi kekeliruan yang material
Auditor menemukan berbagai kesalahan atau kekeliruan yang berasal dari hal-hal
seperti kesalahan kalkulasi, penghilangan, kesalahpahaman dan misaplikasi
standar akuntansi, serta pengikhtisaran dan deskripsi yang tidak benar.
6. Kecurangan yang berasal dari pelaporan keuangan yang curang versus
misapropriasi aset.
Pelaporan keuangan yang curang akan merugikan para pemakai karena
menyediakan informasi laporan keuangan yang tidak benar untuk membuat
keputusan. Apabila aset disalahgunakan atau dimisapropriasi, para pemegang
saham, kreditor, serta pihak lainnya akan dirugikan karena aset tersebut tidak lagi
menjadi milik pemiliknya yang sah.
7. Tanggungjawab auditor untuk menemukan tindakan ilegal
Tanggungjawab ini sebagai pelanggaran terhadap hukum atau peraturan
pemerintah selain kecurangan. Tanggungjawab auditor untuk menemukan ilegal
terbagi menjadi dua, yaitu:
1) Tindakan ilegal yang berdampak langsung
Ialah tanggung jawab auditor atas tindakan ilegal yang berdampak langsung
ini sama dengan tanggung jawab auditor atas kekeliruan dan kecurangan
2) Tindakan ilegal yang berdampak tidak langsung
Ialah hanya mempengaruhi laporan keuangan secara tidak langsung. 3 tingkat
tanggung jawab auditor untuk menemukan dan melaporkan tindakan ilegal :
a). pengumpulan bukti jika tidak ada alasan untuk percaya bahwa ada
tindakan ilegal yang berdampak tidak langsung,
b) pengumpulan bukti dan tindakan lainnya apabila ada alasan untuk
mempercayai bahwa bahwa tindakan ilegal yang berdampak langsung atau
tidak langsung telah terjadi,
c) tindakan apabila auditor mengetahui suatu tindakan ilegal.
H. Pendekatan Siklus Laporan Keuangan Untuk Segmentasi Audit.
Ada berbagai cara dalam mensegmentasi audit. salah satu pendekatannya yaitu
memperlakukan setiap saldo akun dalam laporan keuangan sebagai segmen yang
terpisah. Tapi cara seperti ini tidak efisien. Cara yang umum untuk membagi audit
adalah dengan tetap mempertahankan hubungan yang erat antara jenis (atau kelas)
transaksi dan saldo akun dalam segmen yang sama. Cara ini disebut pendekatan
siklus (cycle approach). Berikut beberapa dari pendekatan siklus (cycle approach).
 Siklus penjualan dan penagihan
 Siklus akuisisi dan pembayaran
 Siklus penggajian dan personalia
 Siklus persediaan dan pergudangan
 Siklus akuisisi modal dan pembayaran kembali
I. Kategori Asersi Manajemen Tentang Laporan Keuangan.
Asersi manajemen (management assertions) adalah representasi pernyataan yang
tersirat atau diekspresikan oleh manajemen tentang kelas transaksi dan akun serta
pengungkapan yang terkait dalam laporan keuangan. Asersi manajemen berkaitan
langsung dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum (GAAP/PSAK),
karena asersi ini merupakan bagian dari kriteria yang digunakan manajemen untuk
mencatat dan mengungkapkan informasi akuntansi dalam laporan keuangan. 3
kategori klasifikasi asersi :
1. Asersi tentang kelas transaksi dan peristiwa selama periode yang diaudit, yang
terdiri dari beberapa komponen yaitu
 Keterjadian
 Kelengkapan
 Keakuratan
 Klasifikasi
 Cutoff
2. Asersi tentang saldo akun, yang terdiri dari beberapa komponen yaitu
 Eksistensi
 Kelengkapan
 Penilaian atau alokasi
 Hak dan kewajiban
3. Asersi tentang penyajian dan pengungkapan, yang terdiri dari beberapa komponen
yaitu
 Keterjadian serta hak dan kewajiban
 Kelengkapan
 Keakuratan dan penilaian
 Klasifikasi dan dapat dipahami
J. Tujuan Umum dan Khusus Audit Asersi Manajemen
a. Tujuan audit umum yang berkaitan dengan transaksi, sebagai berikut
1. Keterjadian-transaksi yang dicatat memang ada
2. Kelengkapan-transaksi yang terjadi telah dicatat
3. Keakuratan-transaksi yang dicatat dinyatakan pada jumlah yang benar
4. Posting dan pengikhtisaran-transaksi yang dicatat dimasukkan ke dalam file
induk dan diikhtisarkan dengan benar
5. Klasifikasi-transaksi yang dicatat dalam jurnal klien telah diklasifikasikan
secara tepat
6. Penetapan waktu-transaksi dicatat pada tanggal yang benar
b. Tujuan audit khusus yang berkaitan dengan tranaksi. Setidaknya satu tujuan audit
khusus yang berkaitan dengan transaksi harus disertakan pada setiap tujuan audit
umum yang berkaitan dengan transaksi, kecuali auditor yakin bahwa tujuan audit
umum yang berkaitan dengan transaksi tidak relevan atau tidak penting dalam
situasi tersebut.
c. Tujuan audit umum yang berkaitan dengan saldo, yang terdiri dari beberapa
komponen berikut ini.
1. Eksistensi-jumlah yang tercantum memang ada
2. Kelengkapan-jumlah yang ada telah dicantumkan
3. Keakuratan-jumlah yang tercantum telah dinyatakan dengan benar
4. Klasifikasi-jumlah yang tercantum dalam daftar klien telah diklasifikasikan
dengan tepat
5. Cutoff-transaksi yang mendekati tanggal Laporan Posisi Keuangan telah
dicatat pada periode yang tepat
6. Hubungan yang rinci (detail tie-in)-rincian saldo akun sesuai dengan jumlah
pada file induk yang berkaitan, sesuai dengan total saldo akun, dan sesuai
dengan total buku besar.
7. Nilai yang dapat direalisasi-aset yang telah dicantumkan dalam jumlah yang
diestimasi akan direalisasi
8. Hak dan kewajiban
d. Tujuan audit khusus yang berkaitan dengan saldo. Sedikitnya satu tujuan audit
spesifik yang berkaitan dengan saldo harus disertakan untuk masing-masing
tujuan audit umum yang berkaitan dengan saldo, kecuali auditor yakin bahwa
tujuan audit umum yang berkaitan dengan saldo tidak relevan atau tidak penting
bagi saldo akun yang sedang dipertimbangkan. Mungkin terdapat lebih dari satu
tujuan audit khusus yang berkaitan dengan saldo untuk suatu tujuan audit umum
yang berkaitan dengan saldo.
e. Tujuan audit yang berkaitan dengan penyajian dan pengungkapan. Biasanya
identik dengan asersi manajemen untuk penyajian dan pengungkapan yang telah
dibahas sebelumnya. Konsep yang sama, yang diterapkan pada tujuan audit yang
berkaitan dengan saldo, juga berlaku untuk tujuan audit yang berkaitan dengan
penyajian dan pengungkapan
K. Tujuan Audit Dicapai
Auditor harus memperoleh bukti audit yang mencukupi guna mendukung semua
asersi manajemen dalam laporan keuangan. Auditor harus memutuskan tujuan audit
yang tepat dan bukti yang harus dikumpulkan untuk memenuhi tujuan tersebut pada
setiap audit. Untuk melakukan hal ini, auditor mengikuti suatu proses audit. 4 fase
proses audit sebagai berikut ini.
1. Merencanakan dan merancang pendekatan audit, ada 2 pertimbangan utama yang
mempengaruhi pendekatan yang akan digunakan auditor :
2. Bukti audit yang mencukupi harus dikumpulkan agar dapat memenuhi tanggung
jawab professional auditor
3. Biaya pengumpulan bukti audit ini harus ditekan serendah mungkin
4. Melaksanakan pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi
5. Melaksanakan prosedur analitis dan pengujian rincian saldo
6. Menyelesaikan audit dan menerbitkan laporan audit

Anda mungkin juga menyukai