IAI saat ini masih menggunakan Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan
(KDPPLK) yang merupakan terjemahan langsung dari Framework for the Preparation and
Presentation of Financial Statements (Framework) yang dirumuskan pada era IASC (pendahulu
IASB). Pada tahun 2010, IASB telah mengganti Framework dengan dokumen baru, yaitu
Conceptual Framework for Financial Reporting (Conceptual Framework) Dokumen tersebut
belum final, dan karena alasan itulah IAI sepertinya belum berniat mengadopsi Conceptual
Framework.
Apa sebenarnya yang dimaksud dengan KDPPLK? KDPPLK berisi konsep-konsep dasar
penyusunan dan penyajian laporan keuangan dengan menetapkan tujuan laporan keuangan;
menyatakan karakteristik-karakteristik kualitatif yang seharusnya terpenuhi agar informasi dalam
laporan keuangan bermanfaat; serta mendefinisikan dan menetapkan konsep-konsep pengakuan
dan pengukuran elemen-elemen dasar laporan keuangan. Melalui KDPPLK, profesi akuntansi
mendefinisikan peran dan fungsi keberadaannya agar pihak lain tidak berharap terlalu tinggi atau
terlalu rendah atas layanan yang diberikan oleh profesi akuntansi.
Penyusunan laporan keuangan bukan merupakan penggambaran pasti, tetapi didasarkan pada
estimasi, pertimbangan (judgments), dan model. Sebagai contoh, entitas bisa memilih model
biaya atau model nilai wajar untuk melaporkan aset tetap. Entitas juga memiliki cukup
keleluasaan dalam menentukan apakah gugatan hukum yang sedang berlangsung diakui sebagai
liabilitas atau hanya diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan, atau dalam menetapkan
masa manfaat paten yang dibeli dari pihak lain. KDPPLK menyediakan konsep-konsep yang
mendasari ketidakpastian-ketidakpastian terkait estimasi, pertimbangan, dan model yang
digunakan dalam penyusunan laporan keuangan.
Untuk dimasukkan dalam laporan keuangan, kejadian atau transaksi harus memenuhi syarat-
syarat definisi, pengakuan, dan pengukuran, yang dinyatakan dalam Kerangka Konseptual.
Model akuntansi. Laporan keuangan sebagian besar disusun sesuai dengan model akuntansi
berbasis biaya historis terpulihkan (recoverable historical cost) serta konsep pemeliharaan modal
keuangan nominal (nominal financial capital maintenance concept). Model dan konsep lain bisa
saja lebih tepat, tetapi saat ini belum ada konsensus untuk melakukan perubahan.
KDPPLK disusun untuk dapat diterapkan terhadap berbagai model akuntansi dan konsep modal
dan pemeliharaan modal. Tujuan dan karakteristik kualitatif dalam KDPPLK diharapkan bisa
digunakan untuk mengambil keputusan terkait model dan konsep yang tepat.
Menurut KDPPLK, tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi mengenai posisi
keuangan, kinerja keuangan, serta arus kas suatu entitas, untuk digunakan oleh beraneka ragam
pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi. KDPPLK memandang kebutuhan informasi
investor sebagai fokus utama. Meskipun demikian, laporan keuangan yang dirancang untuk
mememnuhi kebutuhan investor juga akan memenuhi kebutuhan pengguna-pengguna laporan
keuangan lainnya.
Menurut KDPPLK, sebagian besar pengguna laporan keuangan akan mengevaluasi kemampuan
entitas dalam menghasilkan kas serta waktu dan kepastian dihasilkannya kas. Posisi keuangan
dipengaruhi oleh sumber daya ekonomi yang dikendalikan oleh entitas, struktur keuangan,
likuiditas dan solvabilitas, serta kemampuan entitas dalam beradaptasi dengan perubahan
lingkungan tempat entitas beroperasi.
Karakteristik kualitatif
IAS 1 yang sebagian besar ketentuannya diadopsi di Indonesia menjadi PSAK 1 menyatakan
bahwa laporan keuangan merupakan “penggambaran terstruktur posisi keuangan dan kinerja
keuangan entitas…yang bertujuan…untuk menyediakan informasi mengenai posisi keuangan,
kinerja keuangan, dan arus kas entitas, yang bermanfaat bagi beraneka ragam pengguna dalam
pengambilan keputusan ekonomi.” Menurut IAS 1/PSAK 1, penyajian wajar mengharuskan
penggambaran jujur (apa adanya) pengaruh transaksi, kejadian, dan kondisi entitas sesuai dengan
definisi dan kriteria pengakuan…yang dinyatakan dalam KDPPLK….Penerapan IFRS/SAK,
dengan pengungkapan tambahan yang diperlukan, dianggap akan menghasilkan laporan
keuangan yang tersaji secara wajar.”
Sejak tahun 2005, IASB dan FASB meninjau kembali kerangka konseptual masing-masing.
Berdasarkan pada kerangka konseptual masing-masing, kedua penyusun standar utama dunia itu
bersepakat untuk menghaluskan dan memperbaharui serta mengembangkan satu kerangka
bersama yang bisa digunakan untuk mengembangkan standar akuntansi. Tujuan proyek kerangka
konseptual itu adalah untuk menciptakan fondasi yang kokoh bagi standar akuntansi masa depan
yang berbasis prinsip, memiliki konsistensi internal serta konvergensi internasional.
IASB dan FASB telah menuntaskan Fase A dari Proyek Pembaharuan Kerangka Konseptual
mereka, Tujuan dan Karakteristik Kualitatif, pada bulan September 2010. Dengan tuntasnya Fase
A tersebut, IASB telah menerbitkan Kerangka Konseptual Pelaporan Keuangan 2010
(Conceptual Framework for Financial Reporting 2010), yang berisi dua bab baru serta kerangka
konseptual lama yang belum direvisi. FASB menerbitkan Concepts Statement 8 yang
menggantikan Concepts Statements 1 dan 2.
Tujuan tersebut menegaskan orientasi manfaat keputusan yang menjadi dasar pelaporan
keuangan. Pelaporan keuangan tidak menyediakan informasi mengenai nilai entitas pelapor,
tetapi membantu dalam melakukan penilaian tersebut. Kebutuhan informasi investor, pemberi
pinjaman, dan kreditor lainnya menjadi fokus utama. Mereka adalah pengguna utama karena
mereka tidak bisa meminta informasi langsung dari entitas pelapor. Mereka mengambil
keputusan mengenai pembelian atau penjualan instrumen ekuitas dan instrumen utang atau
menyediakan dana bagi entitas.
Kerangka Konseptual memandang pengguna perlu mengevaluasi prospek arus kas bersih yang
akan masuk ke entitas pelapor di masa depan. Untuk menilai arus kas bersih, pengguna
membutuhkan informasi mengenai sumber daya entitas, klaim terhadap sumber daya itu, serta
kemampuan jajaran manajemen dan direksi dalam memikul tanggung jawab untuk menggunakan
sumber daya tersebut. Dengan demikian, penilaian kepengurusan (stewardship) tercakup dalam
kemampuan pengguna dalam menilai arus kas bersih entitas.
Laporan keuangan bertujuan umum menyediakan informasi mengenai posisi keuangan entitas,
sumber daya yang dikendalikannya, serta klaim atas sumber daya tersebut. Posisi keuangan
dipengaruhi oleh sumber daya ekonomi yang dikendalikan oleh entitas, struktur keuangan,
likuiditas dan solvabilitas, serta kapasitasnya dalam beradaptasi dengan perubahan lingkungan
tempat entitas beroperasi. Informasi disediakan mengenai kekuatan dan kelemahan entitas serta
kemampuannya untuk memperoleh dana.
Perubahan sumber daya dan klaim entitas merupakan akibat dari kinerja keuangan entitas serta
berasal dari transaksi-transaksi lain seperti penerbitan instrumen utang dan instrumen ekuitas.
Kinerja keuangan dinilai baik melalui proses akuntansi akrual maupun perubahan arus kas.
Proses tersebut membantu pengguna dalam memahami imbal hasil atas sumber daya entitas dan
sejauh mana manajemen memikul tanggung jawab kepengurusan sumber daya yang
dipercayakan kepada mereka. Baik perubahan maupun implikasi dari perubahan yang tercermin
dalam informasi historis membantu menilai kinerja masa depan.
Terbandingkan berarti bisa digunakan untuk menemukan adanya kesamaan dan perbedaan.
Konsistensi (penggunaan kebijakan dan prosedur akuntansi yang sama dalam satu entitas dari
periode ke periode, atau dalam satu periode antar-entitas) akan membantu dalam mencapai
karakteristik kualitatif terbandingkan.
Ketepatan waktu berarti informasi disediakan pada waktu informasi itu mampu mempengaruhi
keputusan. Semakin lampau informasi umumnya semakin berkurang manfaatnya bagi pengguna.
Biaya menjadi satu-satunya batasan yang diperhitungkan terkait penyediaan informasi yang
bermanfaat dalam laporan keuangan. Pertanyaannya adalah apakah manfaat penyediaan
informasi lebih besar daripada biaya penyediaan dan penggunaan informasi itu. Biaya tampaknya
menjadi kendala dibebankannya aturan-aturan baru. Seiring teknologi informasi yang terus
berkembang, biaya penyusunan dan publikasi informasi keuangan dan informasi lainnya akan
turun, yang juga berarti berkurangnya kendala penyediaan informasi.
Definisi elemen-elemen laporan keuangan, kriteria pengakuan, dan basis pengukuran yang
dipaparkan pada paragraf-paragraf berikut masih sama dengan yang tertuang dalam KDPPLK.
Elemen-elemen laporan keuangan yang secara langsung terkait dengan posisi keuangan adalah
aset, liabilitas, dan ekuitas. Elemen-elemen laporan keuangan yang secara langsung terkait
dengan kinerja keuangan adalah penghasilan dan beban. Laporan arus kas merefleksikan baik
elemen-elemen kinerja maupun perubahan elemen-elemen posisi keuangan tertentu.
Aset adalah sumber daya yang dikendalikan oleh entitas sebagai akibat dari kejadian yang sudah
lampau yang dari sumber daya itu manfaat ekonomi akan mengalir kepada entitas di masa depan.
Liabilitas adalah kewajiban entitas sekarang yang timbul dari kejadian yang sudah lampau yang
penyelesaiannya akan mengakibatkan arus keluar sumber daya (manfaat ekonomi) dari entitas di
masa depan. Ekuitas adalah kepentingan/klaim residual atas aset entitas setelah dikurangi seluruh
liabilitasnya.
Penghasilan adalah bertambahnya manfaat ekonomi selama periode akuntansi berupa arus masuk
atau peningkatan potensi jasa aset atau berkurangnya liabilitas yang mengakibatkan
bertambahnya ekuitas, selain yang terkait dengan kontribusi dari pemilik. Beban adalah
berkurangnya manfaat ekonomi selama periode akuntansi berupa arus keluar atau penurunan
potensi jasa aset atau timbulnya liabilitas yang mengakibatkan berkurangnya ekuitas, selain yang
terkait dengan distribusi kepada pemilik.
Definisi beban juga mencakup kerugian (losses). Beban pokok penjualan, upah, dan depresiasi
adalah contoh-contoh beban yang timbul dari aktivitas rutin. Beban terjadi dalam bentuk arus
keluar atau berkurangnya potensi jasa aset seperti kas dan setara kas, persediaan, dan aset tetap.
Kerugian merepresentasikan item-item lainnya yang memenuhi definisi beban dan berasal dari
aktivitas non-rutin, meskipun bisa saja dari aktivitas rutin entitas. Kerugian merepresentasikan
berkurangnya manfaat ekonomi, sehingga pada hakikatnya sama denganbeban. IFRS tidak
memandang beban dan kerugian masing-masing sebagai elemen terpisah.
Kriteria pengakuan
Pengakuan adalah proses dimasukkannya suatu item dalam laporan keuangan. Untuk dapat
diakui, item itu harus memenuhi definisi salah satu elemen laporan keuangan serta memenuhi
kriteria pengakuan berikut:
Manfaat ekonomi masa depan yang terkait dengan item itu hampir dapat dipastikan akan
mengalir kepada atau dari entitas.
Biaya atau nilai item itu bisa diukur dengan andal.
Aset diakui dalam laporan posisi keuangan ketika manfaat ekonomi terkait aset akan
mengalir kepada entitas di masa depan dan biaya atau nilai aset bisa diukur dengan andal.
Liabilitas diakui dalam laporan posisi keuangan ketika timbul kewajiban sekarang yang
penyelesaiannya di masa depan akan mengakibatkan arus keluar sumber daya (manfaat
ekonomi) dan jumlah penyelesaiannya bisa diukur dengan andal.
Penghasilan diakui dalam laporan laba-rugi dan penghasilan komprehensif lain ketika
manfaat ekonomi bertambah yang terkait dengan bertambahnya aset atau berkurangnya
liabilitas. Besarnya penambahan manfaat ekonomi itu dapat diukur dengan andal. Dengan
kata lain, pengakuan penghasilan terjadi secara simultan dengan pengakuan
bertambahnya aset atau berkurangnya liabilitas.
Beban diakui dalam laporan laba-rugi dan penghasilan komprehensif lain ketika manfaat
ekonomi berkurang yang terkait dengan berkurangnya aset atau bertambahnya liabilitas.
Besarnya pengurangan manfaat ekonomi itu dapat diukur dengan andal. Dengan kata
lain, pengakuan beban terjadi secara simultan dengan pengakuan bertambahnya liabilitas
atau berkurangnya aset.
Basis pengukuran
Pengukuran berarti menentukan jumlah rupiah elemen laporan keuangan yang akan disajikan
dalam laporan keuangan. Kerangka Konseptual menyatakan bahwa berbagai basis pengukuran
digunakan saat ini yang di antaranya adalah: