Anda di halaman 1dari 37

CRITICAL BOOK

REPORT
MEKANIKA BAHAN
PRODI S1 TEKNIK SIPIL

Mekanika Bahan

NILAI :

James M.Gere & Stephen P.Timoshenko,2000

Nama : Fatiyah Nabila

Nim : 5202650001

Dosen Pengampu ; Drs. Sempurna Perangin-angin,M.Pd.


Mata Kuliah : Mekanika Bahan

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK- UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Mekanika Bahan | 1
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat
dan karunia-Nya, saya dapat menyelesaikan tugas Critical Book Report. Dan saya
berterima kasih pada bapak Drs. Sempurna Perangin-angin,M.Pd. Selaku Dosen mata
kuliah Mekanika Bahan yang telah memberikan tugas ini kepada saya.
Saya sangat berharap tugas ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai mekanika teknik terlebih untuk materi pengetahuan dasar
tentang statika. Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saya berharap adanya kritik, saran
dan usulan demi perbaikan tugas yang telah saya buat di masa yang akan datang,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga tugas sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya tugas yang telah disusun ini dapat berguna bagi saya sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata- kata yang
kurang berkenan dan saya memohon kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
perbaikan tugas ini di waktu yang akan datang.

Medan, 18 Maret 2021

Fatiyah Nabila

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................. 2

DAFTAR ISI................................................................................................................ 3

BAB I. PENDAHULUAN
A. Rasionalisasi pentingnya CBR.............................................................. 4
B. Tujuan penulisan CBR.......................................................................... 4
C. Manfaat CBR........................................................................................ 4
D. Identitas buku....................................................................................... 5
E. Deskripsi isi buku....................................................................................... 5

BAB II. RINGKASAN ISI BUKU


A. Elemen Struktur yang Dibebani Secara Aksial.............................................. 6
B. Gaya Geser dan Momen ...................................................................... 7

Mekanika Bahan | 2
C. Tegangan di Balok ..................................................................................... 14
D. Tegangan Beban Aksial …….....………………………………………... 20
E. Gaya Aksial Geser dan Momen Lentur.......…………........……………... 22
F. Tegangan Geser Dalam Balok ....................................................................... 27
G. Lenturan Murni Balok.................................................................................... 30

BAB III. PEMBAHASAN


A. Kelebihan dan kekurangan buku........................................................ 34

BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan......................................................................................... 35
B. Saran.................................................................................................. 35

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 36


LAMPIRAN ..................................................................................................................37

BAB 1 PENDAHULUHAN
A. Rasionalisasi pentingnya CBR

CBR (Critical Book Report) sangat penting bagi kita dalam menilai isi dari buku
tersebut, serta untuk mengetahui perbandingan buku satu dengan buku yang lain.
Sering kali kita bingung memilih buku referensi untuk kita baca dan pahami. Terkadang
kita memilih satu buku, namun kurang memuaskan hati kita.Misalnya dari segi analisis
bahasa, pembahasan tentang analisis struktur dasar.
Oleh karena itu, penulis membuat Critical Book Report ini untuk mempermudah
pembaca dalam memilih buku referensi, terkhusus pada pokok bahasa tentang
Mekanika Bahan.
Mekanika Bahan | 3
B. Tujuan penulisan CBR
Mengkritisi atau membandingkan satu topik materi kuliah mekanika bahan dalam dua
buku yang berbeda.

C. Manfaat CBR

1. Memahami materi dari dua buku berbeda.


2. Menganalisa pembahasan materi dari dua buku yang berbeda.
3. Mengetahui kelebihan dan kekurangan dari buku yang di report.

D. Identitas Buku
Buku Utama
1. Judul : Mekanika Bahan
2. Edisi : Keempat
3. Pengarang : James M.Gere & Stephen P.Timoshenko
4. Penerbit : Erlangga
5. Kota terbit : Jakarta
6. Tahun terbit : 2000
7. ISBN : 979-688-056-3
Buku Pembanding
1. Judul : Mekanika Teknik
2. Edisi : Kedua
3. Pengarang : E.P.Popov
4. Penerbit : Erlangga
5. Kota terbit : Jakarta
6. Tahun terbit : 1983
7. ISBN : 32-21-007-2

E. Deskripsi Sub Isi Buku

Buku utama
Bab : Tarik Tekan dan Geser
1
Bab : Elemen Struktur yang Dibebani Secara
2 Aksial
Bab : Torsi

Mekanika Bahan | 4
3
Bab 4 : Gaya Geser dan Momen Lentur

Bab 5 : Tegangan Di Balok


Buku Pembanding

Bab 4 : Gaya Aksial Geser dan Momen


Lentur
Bab : Lenturan Murni Balok
5
Bab 6 : Tegangan Geser Dalam Balok

BAB II RINGKASAN ISI

BUKU UTAMA
1. Elemen Struktur yang Dibebani Secara Aksial
Komponen struktur yang hanya mengalami tarik atau tekan dikenal sebagai elemen struktur
yang dibebani secara aksial. Batang solid dengan sumbu longitudinal lurus adalah jenis yang
paling urnurn digunakan namun kabel dan pegas koil juga dapat memikul beban aksial.
Contohcontoh batang yang dibebani secara aksial adalah elemen pada rangka, batang
penghubung pada mesin, jeruji pada roda sepeda, kolom di gedung, dan batang tekan di
penopang mesin pesawat terbang.Persamaan untuk tegangan yang bekerja pada penampang (σ =
P/A) dan regangan di arah longitudinal (ε= δ/L).
Dalam menentukan perubahan panjang elemen struktur yang dibebani secara aksial, akan lebih
mudah kalau dimulai dengan pegas koil.Jenis pegas seperti ini banyak digunakan pada berbagai
jenis mesin dan peralatan-misalnya ada beberapa lusin pada sebuah mobil. Apabila beban
diterapkan di sepanjang sumbu pegas,pegas tersebut akan memanjang atau memendek
bergantung pada arah beban. Jika beban bekerja menjauhi pegas, maka pegas akan memanjang
dan kita katakan bahwa pegas mengalami beban tarik. Jika beban bekerja ke arah pegas, maka
pegas akan memendek dan kita katakan bahwa pegas tersebut mengalami tekan. Perlu diingat
bahwa dalam terrninologi ini, masing-masing koil dari pegas tidak mengalami tarik atau tekan
langsung, melainkan mengalami torsi (atau puntir) dan geser langsung. Sekalipun demikian,
perpanjangan atau perpendekan menyeluruh suatu pegas analog dengan perilaku batang yang
mengalami tarik atau tekan, sehingga terminologi yang sama kita gunakan. Perpanjangan suatu
pegas ditunjukkan di mana bagian atas dari gambar menunjukkan pegas pada saat panjangnya
merupakan panjang alami L (juga disebut panjang tak bertegangan, panjang rileks, atau panjang
bebas), dan bagian bawah dari gambar menunjukkan efek penerapan beban tarik. Akibat aksi
gaya P, pegas tersebut memanjang sebesar δ dan panjang akhirnya menjadi L + δ. Jika bahan
dari pegas tersebut elastis linier, maka beban dan perpanjangan akan sebanding:
P = kδ δ = fP

di mana k dan f adalah konstanta proporsionalitas. Konstanta k disebut kekakuan pegas dan
didefinisikan sebagai gaya yang menghasilkan perpanjangan satuan, artinya k = P/δ. Dengan
cara sama, konstanta f disebut fleksibilitas dandidefinisikan sebagai perpanjangan yang
dihasilkan oleh beban sebesar satu, artinya f= δ/P Fleksibilitas pegas dapat dengan mudah
ditentukan dengan mengukur perpanjangan yang dihasilkan dengan beban yang
diketahui,Sebutan lain untuk kekakuan dan fleksibilitas suatu pegas masing-masing adalah
konstanta pegas dan kesesuaian pegas.
Mekanika Bahan | 5
2. Gaya Geser dan Momen Lentur
Elemen struktural biasanya dikelompokkan menurut jenis-jenis be ban yang dipikulnya. Sebagai
contoh, batang yang dibebani secara aksial memikul gaya-gaya yang mempunyai vektor di
sepanjang sumbu batang dan batang dalam keadaan tarsi memikul torsi (atau kopel) yang
mempunyai vektor momen di sepanjang sumbu. Dalam bab ini, kita mulai mempelajari balok
(Gambar 4-l), yang merupakan elemen struktur yang mengalami beban lateral, yaitu gaya-gaya
atau momen yang vektomya tegak lurus sumbu batang. B alok yang terlihat dalam Gambar 4-1
dikelompokkan sebagai struktur planar karena terletak di satu bidang. Jika semua beban bekerja
di bidang yang sama, dan j ika semua defleksi (yang ditunjukkan dengan garis putus) terjadi di
bidang tersebut, maka kita menyebut bidang tersebut dengan bidang lentur (plane of bending).
Di dalam bab ini kita membahas gaya geser dan momen lentur di balok, dan kita akan
menunjukkan bagaimana besaran-besaran tersebut berkaitan satu sama lain dan dengan beban.
Mencari gaya geser dan momen lentur merupakan langkah penting dalam mendesain suatu
balok. Kita biasanya perlu mengetahui bukan hanya harga maksimum dari besaranbesaran terse
but, tetapi juga bagaimana besaran-besaran terse but bervariasi di sepanjang sumbu. Apabila
gaya geser dan momen lentur telah diketahui, maka kita dapat mencari tegangan, regangan, dan
defleksi, sebagaimana dibahas dalam Bab 5, 6, dan 9.

JENIS-JENIS BALOK, BEBAN, DAN REAKSI


Balok biasanya dideskripsikan berdasarkan bagaimana balok tersebut ditumpu. Sebagai contoh,
suatu balok dengan tumpuan sendi (pin support) di satu ujung dan tumpuan rol ( roller support)
di ujung lainnya (Gambar 4-2a) disebut balok bertumpuan sederhana atau balok sederhana. Ciri
penting pada tumpuan sendi adalah bahwa tumpuan ini mencegah translasi di ujung suatu balok
tetapi tidak mencegah rotasinya. Jadi, ujung A dari balok dalam Gambar 4-2a tidak dapat
bergerak dalam arah horizontal atau vertikal tetapi sumbu batang dapat herotasi dalam bidang
gambar. Karena itu, tumpuan sendi dapat memberikan reaksi berupa gaya dengan komponen
horizontal dan vertikal (HA dan H8), tetapi tidak dapat memberikan reaksi berupa momen. Di
ujung B dari balok (Gambar -1--2al. tumpuan rol mencegah translasi dalam arah vertikal tetapi
tidak dalam arah horizontal, sehingga tumpuan ini dapat menahan gay a vertikal (R 8 l tetapi
tidak gay a horizontal. Ten tu saja. sumbu balok bebas berputar di B seperti juga di A. Reaksi

Mekanika Bahan | 6
vertikal di tumpuan rol dan tumpuan sendi dapat beraksi ke atas atau ke bawah, dan reaksi di
tumpuan sendi dapat berarah ke kiri atau ke kanan. Di dalam gambar-gambar, reaksi ditunj
ukkan dengan panah yang dicoret untuk membedakannya dengan beban, sebagaimana telah
diterangkan sebelum ini di dalam Subbab 1 .8. B alok yang terlihat dalam Gambar 4-2b. yang
dijepit di satu ujung dan bebas di ujung lainnya, disebut balok kantilever I cantilever beam). Di
tumpuan jepit (clamped supprot) balok tidak dapat bertranslasi maupun berotasi, sedangkan di
ujung bebas balok tersebut dapat bertranslasi dan berotasi. Dengan demikian, baik reaksi gaya
maupun momen dapat ada di tumpuan jepit. Contoh ketiga dalam gambar adalah balok dengan
overhang (bagian overstek) (Gambar 4-2c). B alok ini ditumpu sederhana di titik A dan B
(artinya, balok mempunyai tumpuan sendi di A dan tumpuan rol di B) tetapi ada bagian yang
menerus (overstek) di atas tumpuan B. B agian overstek ini mirip dengan balok kantilever tetapi
dalam hal ini sumbu balok dapat berotasi di titik B. Dalam menggambar balok, kita
identifikasikan tumpuan dengan simbol konvensional, seperti terlihat dalam Gambar 4-2. Simbol
ini menunj ukkan bagaimana balok ditahan, sehingga simbol ini sekaligus juga menunjukkan
bagaimana perilaku reaksi yang berupa gaya dan momen. Sekalipun demikian, simbol tersebut
tidak menunjukkan konstruksifisik secara aktual. Sebagai contoh, tinjau struktur yang terlihat
dalam Gambar 4-3. Bagian (a) dari gambar tersebut menunjukkan sebuah balok sayap lebar yang
ditumpu oleh dinding beton dan ditahan oleh baut angkur yang menembus lubang slot di flens
hawah dari halok tersebut. Konstruksi ini menahan balok terhadap gerakan vertikal (baik ke atas
atau pun ke bawah) tetapi tidak mencegah gerakan horizontal. Juga, tahanan terhadap rotasi
sumbu longitudinal balok adalah kecil dan biasanya dapat diabaikan. Dengan demikian. tumpuan
seperti ini biasanya direpresentasikan sebagai rol, seperti terlihat dalam bagian (b) gambar terse
but. Contoh kedua (Gambar 4-3c) adalah sambungan balok ke kolom di mana balok terpasang di
flens kolom dengan menggunakan siku yang dibaut. Tumpuan seperti ini biasanya diasumsikan
menahan balok terhadap gerakan horizontal dan vcrtikal tetapi tidak menahan rotasi (tahanan
terhadap rotasi sangat kecil karena siku dan kolom dapat melentur). Jadi, sambungan ini
cenderung direpresentasikan schagai \mnpuan scndi pada balok (Gabar 4-3d). Contoh terakhir
(Gambar 43e) adalah tiang metal yang dilas ke plat landasan yang diangkur ke pir beton yang
tertanam di tanah. Karena dasar dari tiang ini dikckang penuh terhadap translasi dan rotasi, maka
ini dapat dipandang sebagai tumpuan jepit (Gambar 4-3f). Menyatakan struktur ril dengan model
yanfi diidealisasikan, sebagaimana diilustrasikan dengan balok dalam Gambar 4.2, merupakan
aspek penting dalam dunia teknik. Model hams cukup sederhana untuk menunjukkan perilaku
aktual struktur dengan ketelitian yang cukup memadai. Tentu saja, setiap model merupakan
pendekatan terhadap kenyataan. Sebagai contoh, tumpuan aktual suatu balok tidak pernah benar-
benar rigid karena selalu ada sedikit translasi di tumpuan sendi dan sedikit rotasi di tumpuan
jepit. Juga, tumpuan tidak pernah benar-benar bebas gesekan, sehingga selalu ada sedikit tahanan
terhadap rotasi di tumpuan rol. Pada umumnya, terutama pada balok statis tertentu,
penyimpangan dari kondisi ideal hanya berpengaruh sedikit terhadap aksi balok dan dapat
dengan aman diabaikan.
JENIS – JENIS BEBAN
Beberapa jenis beban yang bekerja di balok diilustrasikan dalam Gambar 4-2. Apabila suatu
beban bekeija pacta area yang sangat kecil, maka beban tersebut dapat diidealisasikan sebagai
beban terpusat, yang merupakan gaya tunggal. Contohnya adalah beban Pl' P2, P3' dan P4 dalam
gambar tersebut. Apabila suatu beban tersebar pada sumbu balok, maka ini merupakan beban
terdistribusi, seperti beban q dalam bagian (a) dari gambar tersebut. Beban terdistribusi
dinyatakan dengan intensitasnya, yang mempunyai satuan gaya per jarak satuan (sebagai contoh,
newton per meter atau pound per feet). Beban terdistribusi terbagi rata, atau beban terbagi rata
mempunyai intensitas konstan q per jarak satuan (Gambar 4-2a). Beban yang berubah
mempunyai intensitas yang berubah terhadap jarak di sepanjang sumbu balok; misalnya, beban
yang bervariasi secara linier dalam Gambar 4-2b mempunyai intensitas yang bervariasi secara
linier dari q1 ke q2 • Beban lain dari beban adalah kopel, yang diilustrasikan sebagai kopel dari
momen M1 yang bekeija di bagian overstek dari balok (Gambar 4-2c). Sebagaimana disebutkan
dalam Subbab 4. 1, kita asumsikan di dalam pembahasan ini bahwa beban bekerja di bidang
gambar, yang berarti bahwa semua gaya harus mempunyai vektor di dalam bidang gambar dan
semua kopel harus mempunyai vektor momen tegak lurus bidang gambar. Selain itu, balok
Mekanika Bahan | 7
tersebut harus simetris terhadap bidang tersebut, yang berarti bahwa setiap penampang balok
harus mempunyai sumbu simetri vertikal.
REAKSI
Mencari reaksi biasanya merupakan langkah pertama dalam analisis suatu balok. Apabila reaksi
telah diketahui, gaya geser dan momen lentur dapat diperoleh, seperti yang akan diuraikan dalam
bagian lain bab ini. Jika suatu balok ditumpu secara statis tertentu, maka semua reaksi dapat
diperoleh dari diagram benda bebas dan persamaan keseimbangan. Sebagai contoh, kita akan
menentukan reaksi balok sederhana AB dalam Gambar 4-2a. Balok ini dibebani oleh gaya
miring ?1 , gaya vertikal P2 , dan beban terdistribusi dengan intensitas q. Kita mulai dengan
memperhatikan bahwa balok tersebut mempunyai tiga reaksi anu: gaya horizontal H_4 di
tumpuan sendi, gay a vertikal RA di tumpuan sendi, dan gaya vertikal R8 di tumpuan rol. Untuk
suatu struktur planar (bidang), seperti balok ini, kita ketahui dari statika bahwa kita dapat
menulis tiga persamaan keseimbangan independen. Jadi, karena ada tiga reaksi anu dan tiga
persamaan, maka balok ini statis tertentu.
Persamaan Keseimbangan horizontal adalah

Yang menghasilkan

Hasil ini dapat saja diperoleh dengan pengamatan secara cepat tanpa harus menuliskan
persamaan keseimbangan. Untuk mencari reaksi vertikal RA dan RB, kita tulis persamaan
keseimbangan momen terhadap titik B dan A, dengan menggunakan perjanjian tanda positif
untuk momen berlawanan arah jarum jam.

Sebagai pengecekan apakah hasil ini benar, kita tulis persamaan keseimbangan dalam arah
vertikal dan akan terbukti bahwa hasil ini sudah benar. Sebagai contoh kedua, tinjau balok
kantilever dalam Gambar 4-2b. Bebannya terdiri atas gaya miring P 3 dan beban terdistribusi
secara linier. Beban terdistribusi ini mempunyai diagram trapesium dengan intensitas yang
bervariasi dari q1 ke q2• Reaksi di tumpuan jepit adalah gaya horizontal HA , gaya vertikal RA ,
dan kopel MA .
Keseimbangan gaya dalam arah horizontal menghasilkan

Dalam mencari reaksi ini kita perlu mengingat fakta bahwa resultan dari beban terdistribusi
sama dengan luas diagram beban trapesium. Reaksi momen MA di tumpuan jepit diperoleh dari
persamaan keseimbangan momen. Dalam contoh ini kita akan menjumlahkan momen terhadap
titik A untuk mengeliminasi HA dan RA dari persamaan momen. Juga, untuk mencari momen
akibat beban terdistribusi, kita membagi trapesium menjadi dua segitiga, seperti terlihat dengan
garis putus dalam Gambar 4-2b. Setiap segitiga beban dapat diganti dengan suatu resultan, yang
Mekanika Bahan | 8
merupakan gaya yang besamya sama dengan luas segitiga, dan mempunyai garis kerja yang
melalui pusat berat segitiga. Jadi, momen terhadap titik A akibat segitiga beban bagian bawah
adalah

di mana q1bl2 adalah gaya resultan (sama dengan luas diagram beban segitiga) dan L - 2b/3
adalah lengan momen (terhadap titik A) akibat resultan tersebut. Momen di bagian segitiga atas
diperoleh dengan prosedur yang sama, dan persamaan akhir keseimbangan m omen (berlawanan
jarum jam adalah positif) adalah

Karena persamaan ini memberikan hasil positif, maka momen reaksi MA bekerja dalam arah
sama dengan yang diasumsikan, yaitu berlawanan jarum jam. (Rumus untuk RA dan MA dapat
dicek dengan menjumlahkan momen terhadap titik B dan membuktikan bahwa persamaan
keseimbangan tersebut akan susut menjadi suatu identitas.) Balok dengan overstek (Gambar
42c) memikul gaya vertikal P4 dan kopel momen M1• Karena tidak ada gaya horizontal yang
bekerja di balok, maka reaksi horizontal di tumpuan sendi tidak ada dan kita tidak perlu
memunculkannya dalam diagram benda bebas. Dalam menarik kesimpulan ini, kita
menggunakan persamaan keseimbangan dalam arah horizontal. Dengan demikian, hanya ada
dua persamaan keseimbangan independen - yaitu dua persamaan momen, atau satu persamaan
momen plus persamaan untuk keseimbangan vertikal. Misalkan kita memilih untuk menulis dua
persamaan momen, yang pertama adalah momen terhadap titik B dan yang kedua adalah momen
terhadap titik A, sebagai berikut (momen berlawanan jarum jam adalah positif):

Sekali lagi, perjumlahan gaya-gaya dalam arah vertikal dapat digunakan untuk megecek
kebenaran hasil ini. Pembahasan di atas mengambarkan bagaimana reaksi pada balok statis
tertentu dihitung dari persamaan keseimbangan. Kita sengaja menggunakan contoh-contoh
dengan simbol, bukannya contoh numerik, agar terlihat jelas bagaimana masing-masing .
langkah dilakukan. (Di dalam contohcontoh lain kita kadang-kadang mengabaikan perhitungan
reaksi karena langkahnya pada dasarnya sama dengan yang telah dijelaskan di sini).
GAYA GESER DAN MOMEN LENTUR
Pada saat suatu balok dibebani oleh gaya atau kopel, tegangan dan regangan akan terjadi di
seluruh bagian interior balok. Untuk menentukan tegangan dan regangan ini, mula-mula kita
harus mencari gaya internal dan kopel internal yang bekerja pada balok. Sebagai ilustrasi
bagaimana besaran internal ini diperoleh, tinjau balok kantilever AB yang dibebani oleh gaya P
di ujung bebas (Gambar 4-4a). Kita memotong balok tersebut di potongan melintang mn yang
terletak pada jarak x dari ujung bebas dan mengisolasi bagian kiri dari balok sebagai benda
bebas (Gambar 4-4b). Benda bebas ini dipertahankan berada dalam keseimbangan oleh gaya P
dan tegangan yang bekerja di penampang. Tegangan-tegangan ini mewakili aksi bagian sebelah
kanan balok pada bagian kirinya: yang kita ketahui adalah bahwa resultan dari tegangan ini
harus sedemikian hingga mempertahankan keseimbangan benda bebas. Dari statika, kita ketahui

Mekanika Bahan | 9
bahwa resultan dari tegangan yang bekerja di penampang adalah gaya geser V dan m omen
lentur M (Gambar 4-4b ). Karena beban P berarah transversal terhadap sumbu balok, maka tidak
ada gaya aksial di penampang. Baik gaya geser maupun momen lentur bekerja di bidang balok,
artinya vektor gaya geser terletak di bidang gambar dan vektor momen lentur adalah tegak lurus
bidang gambar. Gaya geser dan momen lentur, seperti gaya aksial di batang dan torsi intenal di
batang, merupakan resultan dari tegangan yang terdistribusi di suatu penampang. Dengan
demikian, besaran-besaran ini dapat disebut resultan tegangan. Resultan tegangan pada balok
statis tertentu dapat dihitung dari persamaan keseimbangan. Dalam hal balok kantilever dalam
Gambar 4- 4a, kita menggunakan diagram benda bebas dalam Gambar 4-4b. Dengan
menjumlahkan gaya-gaya dalam arah vertikal dan mengambil momen terhadap potongan, kita
dapatkan

Perjanjian Tanda Sekarang kita tinjau perjanjian tanda untuk gaya geser dan momen lentur.
Gaya geser dan momen lentur biasa diasumsikan bertanda positif jika bekerja dalam arah seperti
terlihat dalam Gambar 4-4b. Perhatikan bahwa gaya geser tersebut cenderung untuk memutar
bahan searah jarum jam dan momen lentur cenderung menekan bagian atas balok dan menarik
bagian bawahnya. Juga, untuk di potongan tersebut, gaya geser bekerja ke bawah dan momen
lentur bekerja berlawanan jarum jam. Aksi resultan tegangan yang sama terhadap bagian kanan
balok ditunjukkan dalam Gambar 4-4c. Arah kedua besaran sekarang kebalikannya - gaya geser
bekerja ke atas dan momen lentur bekerja searah jarum jam. Sekalipun demikian, gaya geser
cenderung memutarkan bahan searah j arum jam dan momen lentur tetap menyebabkan tekan di
bagian atas dan tarik di bagian bawah balok. Dengan demikian, kita harus mengingat bahwa
tanda aljabar resultan tegangan ditentukan dengan bagaimana resultan tersebut mengubah
bentuk bahan di mana resultan tersebut bekerja, bukan dengan arahnya di dalam ruang. Dalam
hal balok, gaya geser positif bekerja searah jarum jam terhadap bahan (Gambar 4-4b dan c) dan
gaya geser negatif bekerja berlawanan jarum jam terhadap bahan. Juga, momen lentur positif
menekan bagian atas balok (Gambar 4-4b dan c) dan momen lentur negatif menekan bagian
bawah. Untuk memperjelas perjanjian tanda ini, gaya geser positif dan negatif maupun momen
lentur positif dan negatif ditunjukkan dalam Gambar 4-5. Gaya dan momen seperti terlihat
bekerja pada elemen balok yang dipotong antara dua penampang yang jaraknya berdekatan satu
sama lain. Deformasi suatu elemen yang diakibatkan oleh gaya geser positif dan negatif maupun
momen lentur positif dan negatif terlihat dalam Gambar 4-6. Kita lihat bahwa gaya geser positif
cenderung mengubah bentuk elemen dengan muka kanan bergerak ke bawah relatif terhadap
muka kiri, dan seperti telah disebutkan, m omen lentur positif menekan ( dan memperpendek)
bagian atas dan menarik bagian bawah balok. Perjanjian tanda untuk resultan tegangan disebut
perjanjian tanda deformasi karena didasarkan atas bagaimana bahan berdeformasi. Sebagai
contoh, kita telah menggunakan perjanjian tanda deformasi pada kasus gaya aksial di suatu
batang. Kita telah menyatakan bahwa gaya aksial yang menyebabkan perpanjangan (yaitu tarik)
di suatu batang adalah positif dan gaya aksial yang menyebabkan perpendekan (yaitu tekan)
adalah negatif. Jadi, tanda untuk gaya aksial bergantung pada bagaimana bahan berdeformasi,
bukan bergantung pada arahnya di dalam ruang. Sebaliknya, dalam menuliskan persamaan
keseimbangan kita menggunakan perjanjian tanda statika di mana gaya-gaya adalah positif atau
negatif bergantung pada arahnya di sepanjang sumbu koordinat. Sebagai contoh, jika kita
menjumlahkan gaya-gaya dalam arah y, maka gaya-gaya yang bekerja dalam arah positif sumbu
y dianggap positif dan gaya-gaya yang bekerja dalam arah negatif dianggap negatif. Sebagai
contoh, tinjau Gambar 4-4b, yang merupakan diagram benda bebas bagian dari bagian balok
kantilever. Bayangkan bahwa kita akan menjumlahkan gaya-gaya dalam arah vertikal dan
bahwa sumbu y adalah positif ke atas. Dengan demikian, beban P diberi tanda positif dalam
persamaan keseimbangan karena beraksi ke atas. Namun, gaya geser V (yang merupakan gaya
geser positif) diberi tanda negatif karena bekerja ke bawah (yaitu dalam arah negatif sumbu y).
Contoh ini menunjukkan perbedaan antara perjanjian tanda deformasi yang digunakan untuk
gaya geser dan perjanjian tanda statika yang digunakan dalam persamaan keseimbangan. Contoh
Mekanika Bahan | 10
berikut mengilustrasikan cara-cara menangani perjanjian tanda dan menentukan gaya geser serta
momen lentur di balok. Prosedur umumnya terdiri atas pembuatan diagram benda bebas dan
pemecahan persamaan keseimbangan.

dua persamaan keseimbangan, sehingga

Gaya geser dan momen lentur di sebelah kiri titik tengah. Kita potong balok di potongan
melintang sedikit di kiri titik tengah dan menggambar diagram benda bebas salah satu bagian
balok. Dalam contoh ini, kita pilih setengah kiri balok sebagai bcnda bcbas (Gambar 4-7b ).
Benda bcbas ini ditahan dalam kcseimbangan oleh beban P, reaksi RA , dan dua resultan
tegangan anu yaitu gaya geser V dan momen lentur M, yang kcduanya ditunjukkan dalam arah
positif (lihat Gambar 4- 5). Kopel M0 tidak bekerja di benda beba-, ini karena balok ini dipotong
sedikit di kiri lokasi kopel tersebut. Dengan menjumlahkan gaya-gaya dalam arah vertikal kita

peroleh
Hasil ini membuktikan bahwa apabila P dan M0 bekerja dalam arah seperti terlihat dalam
Gambar 4-7a, maka gaya geser (di lokasi yang dipilih) adalah negatif dan bekcrja dalam arah
berlawanan dengan arah positif yang diasumsikan dalam Gambar 4-7b. Dcngan mcngambil
momen terhadap sumbu yang melalui penampang di mana balok dipotong (lihat Gambar 4-7b)
maka

Momen lentur M dapat positif atau ncgatif, bergantung pada besar bcban P dan M0. Jika positiL
maka momen tersebut bckerja dalam arah seperti terlihat dalam gambar; jika negatif, momen
terscbut bekerja dalam arah kebalikannya. (b) Gaya geser dan momen lentur di sebelah kanan
titik tengah. Dalam hal ini kita potong balok di penampang sedikit di sebclah kanan titik tengah
dan menggambar diagram benda bebas bagian balok ke kiri (Gambar 4-7c). Perbcdaan antara
diagram ini dan yang tadi adalah bahwa kopel M0 sekarang bckerja di benda bcbas. Dari dua
persamaan keseimbangan, yang pertama untuk gaya dalam arah vertikal dan yang kcdua untuk
momen tcrhadap sumbu yang melalui potongan, kita pcroleh

Hasil ini mcnunjukkan bahwa apabila potongan digeser dari kiri ke kanan kopel M0, maka gaya
geser tidak berubah (karena gaya vertikal yang bekerja di benda bebas tidak bcrubah) tetapi
momcn lemur bcrtambah sccara aljabar sebesar M0 (bandingkan Pcrsamaan c dan c).

Mekanika Bahan | 11
Gaya geser. Kita potong halok pada j arak x dari ujung kiri dan isolasi bagian halok tersehut
sehagai henda hehas (Gamhar 4-8b). Pada benda hebas ini bekerja hehan terdistribusi q, gaya
geser V. dan momen lentur M. Bcsaran anu (V dan Ml diasumsikan positif)

yang secara numerik sama dengan beban ke bawah total pada balok. Tanda ncgatif dalam
Persamaan (4-2a) dan (4-2b) mcnunj ukkan bahwa ga; a geser hekcrja dalam arah berlawanan
dengan yang terlihat dalam Gambar 4-Sb. Momen lentur. Untuk mencari momen lentur M di
balok (Gamhar 4-8b), kita tulis persamaan keseimbangan momen terhadap sumbu yang melalui
penampang. Dengan mengingat bahwa momen dari beban segitiga sama dengan luas diagram be
ban dikalikan jarak dari pusat beratnya kc sumbu momen, maka kita mendapatkan persamaan
keseimbangan berikut (momen yang berlawanan dengan arah putaran j arum jam adalah positif)

HUBUNGAN ANTARA BEBAN, GAYA GESER, DAN MOMEN LENTUR

Kita akan mendapatkan hubungan penting antara beban, gaya geser, dan momen lentur di balok.
Hubungan ini cukup berguna dalam menyelidiki gaya geser dan momen lentur di seluruh
panjang balok dan khususnya berguna dalam membuat diagram gaya geser dan momen lentur
Mekanika Bahan | 12
(Subbab 4.5). Sebagai suatu cara untuk mendapatkan hubungan tersebut, kita tinjau elemen
balok yang dipotong antara dua penampang yang terletak sejauh dx satu sama lain (Gambar 4-
10). Beban yang bekerja di permukaan atas dari elemen dapat berupa beban terbagi rata, beban
terpusat, atau kopel, seperti terlihat masing-masing dalam Gambar 4-1 Oa, b, dan c. Perjanjian
tanda untuk beban tersebut adalah sebagal berikut. Beban terdistribusi dan beban terpusat adalah
positif apabila bekerja ke bawah di balok dan negatif jika bekerja ke atas. Kopel yang bekerja
sebagai beban di balok adalah positif jika berlawanan arah jarum jam dan negatifjika searah
jarum jam. Jika perjanjian tanda lain digunakan, perubahan yang harus dilakukan hanyalah tanda
dari suku-suku yang muncul dalam persamaan yang diturunkan berikut ini. Gaya geser dan
momen lentur yang bekerja di sisi-sisi elemen ditunjukkan dalam arah positif dalam Gambar 4-1
0. Pada umumnya, gay a geser dan momen lentur bervariasi di sepanjang sumbu balok. Dengan
demikian, harganya di muka kanan elemen dapat berbeda dengan harga di muka kiri. Dalam hal
beban terdistribusi (Gambar 4-lOa), pertambahan V dan M kecil sekali sehingga dapat kita tulis
sebagai dV dan dM. Resultan tegangan di muka kanan adalah V + dV dan M + dM. Dalam hal
beban terpusat (Gambar 4- lOb) atau kopel (Gambar 4-l Oc) pertambahan mungkin terhingga
sehingga diberi notasi V1 dan lv/1 . Resultan tegangan untuk ini di muka kanan adalah V + V1
dan M + M1 . Untuk setiap jenis pembebanan kita dapat menulis dua persamaan keseimbangan
untuk elemen-satu untuk persamaan keseimbangan gaya dalam arah vertikal dan satu untuk
keseimbangan momen. Persamaan pertama memberikan hubungan antara beban dan gaya geser,
dan persamaan kedua memberikan hubungan antara gaya geser dan momen lentur.

DIAGRAM GAYA GESER DAN MOMEN LENTUR


Dalam mendesain suatu balok, kita biasanya perlu mengetahui bagaimana gaya geser dan
momen lentur bervariasi di seluruh panjang balok. Salah satu yang penting adalah harga
maksimum dan minimum dari besaranbesaran ini. lnformasi seperti ini diberikan dengan grafik
di mana gaya geser dan momen lentur diplot sebagai ordinat dan jarak x di sepanjang sumbu
balok diplot sebagai absis. Grafik seperti ini disebut diagram gaya geser dan momen lentur.
Untuk lebih menjelaskan diagram tersebut, kita akan membahas secara rinci bagaimana diagram
tersebut dibuat dan diinterpretasikan untuk ketiga kondisi pembebanan dasar-beban terpusat,
beban terbagi rata, dan beberapa beban terpusat.

3. Tegangan di Balok

Di dalam bab ini kita melangkah lebih jauh dan menyelidiki tegangan dan regangan yang
berkaitan dengan gaya geser dan momen lentur. Dengan mengetahui tegangan dan regangan,
kita akan dapat menganalisis dan merancang balok yang mengalami berbagai kondisi
pembebanan. Pembebanan yang bekerja pada balok menyebabkan balok melentur sehingga
sumbunya yang terdeformasi berbentuk lengkungan. Sebagai contoh, tinjaulah balok kantilever
AB yang mengalami beban P di ujung bebas (Gambar 5-l a). Sumbu yang semula lurus akan
melentur membentuk lengkungan (Gambar 5-lb), yang disebut kurva defleksi (lendutan) balok
terse but. Sebagai acuan, kita membuat sistem sumbu koordinat (Gambar 5-l b) dengan pusatnya
terletak di titik yang cocok di sumbu longitudinal balok. Di dalam ilustrasi ini, kita meletakkan
Mekanika Bahan | 13
pusat di tumpuan jepit. Sumbu x positif mempunyai arah ke kanan, dan sumbu y positif berarah
ke atas. Sumbu z, yang tidak ditunjukkan dalam gambar, mengarah ke luar (artinya, menuju
orang yang mclihat), sehingga ketiga sumbu ini membentuk sistem koordinat tangan kanan. B
alok yang ditinjau dalam bab ini (seperti yang dibahas di dalam Bab 4) diasumsikan simetris
terhadap bidang xy, yang berarti bahwa sumbu y merupakan sumbu simetri penampang. Selain
itu, semua beban harus bekerja di bidang xy. Dengan demikian, def1eksi lentur terj adi di bidang
ini juga, yang disebut dengan bidang lentur (plane of bending). Jadi, kurva def1eksi yang terlihat
dalam Gambar 5-l b merupakan kurva bidang yang terletak pada bidang lentur. Defleksi suatu
balok di sembarang titik di sepanjang sumbunya merupakan peralihan titik tersebut dari posisi
semula, diukur dalam arah y. Kita beri def1eksi ini notasi v untuk membedakannya dengan
koordinat y itu sendiri (lihat Gambar 5-lb)

LENTUR MURNI DAN LENTUR TAK SERAGAM

Dalam menganalisis suatu balok, seringkali dibutuhkan pembedaan antara lentur mumi dan
lentur tak seragam. Lentur murni (pure bending) mengandung arti lentur pada suatu balok akibat
momen lentur konstan. Dengan demikian, lentur mumi terjadi hanya di daerah balok di mana
gaya geser adalah no! (karena V= dMMc lihat Persamaan 4-6). Sebaliknya, lentur tak seragam
(nonuniform bending I mengandung arti lentur yang disertai dengan adanya gaya geser, yang
berani bahwa momen lentur berubah pada saat kita menyusuri sepanjang sumbu balok. Sebagai
contoh lentur mumi, tinjaulah balok sederhana AB yang dibebani dua kopel M1 yang
mempunyai besar sama dan bekerja dalam arah yang berlawanan (Gambar 5-2a). Beban ini
menghasilkan momen lentur konstan M = M1 di seluruh panjang balok. seperti terlihat pada
diagram momen lentur di bagian (b) dalam gambar tersebut. Perhatikan bahwa gaya geser V
adalah nol di semua penampang balok. Ilustrasi lain untuk momen lentur ditunjukkan dalan1
Gambar 5-3a, di mana balok kantilever AB mengalami kopel searah jarum jam M2 di ujung
bebas. Tidak ada gaya geser di balok ini dan momen lentur M adalah konstan di seluruh
panjangnya. Momen lentur adalah negatif (M = -M2), seperti terlihat dengan diagram momen
lentur di bagian (b) gambar terse but. B alok yang dibebani secara simetris dalam Gambar 5-4a
merupakan contoh balok yang sebagian mengalami lentur mumi dan sebagian lainnya
mengalami lentur tak seragam (Gambar 5-4b dan c). Daerah tengah balok mengalami lentur
mumi karena gaya geser adalah nol dan momen lentur adalah konstan. B agian-bagian balok di
dekat ujung mengalami lentur tak seragam karena gaya geser ada dan momen lentur bervariasi.
Di dalam dua subbab berikut ini kita akan menyelidiki regangan dan tegangan di balok yang
mengalami hanya momen mumi. Untungnya, kita sering dapat menggunakan hasil-hasil yang
diperoleh untuk lentur murni bahkan apabila gaya geser ada.

Mekanika Bahan | 14
KELENGKUNGAN BALOK
Ketika beban bekerja di suatu balok, sumbu longitudinal balok tersebut akan berubah bentuk
menjadi lengkungan seperti telah digambarkan sebelum ini dalam Gambar 5-l. Regangan dan
tegangan di balok ini sebanding dengan kelengkungan (curvature) dari kurva defleksi. Untuk
menggambarkan konsep kelengkungan, tinjau lagi balok kantilever yang mengalami beban P
yang bekerja di ujung bebas (Gambar 5-5a). Kurva deformasi balok ini ditunjukkan dalam
Gambar 5-5b. Untuk tujuan analisis, kita identifikasikan dua titik m1 dan m2 pada kurva
defleksi. Titik m1 dipilih di jarak sembarang x dari sumbu y dan titik m2 terletak pada jarak
kecil ds lebih jauh di kurva tersebut. Di masing-masing titik tersebut kita menarik garis yang
tegak lurus garis singgung kurva defleksi, artinya tegak lurus (normal) kurva itu sendiri. Kedua
garis normal ini berpotongan di titik 0', yang merupakan pusat kelengkungan dari kurva defleksi
Karena balok pada umumnya mempunyai defleksi sangat kecil dan kurva defleksinya hampir
mendatar, maka titik 0' biasanya terletak sang at jauh dari balok dibandingkan dengan yang
terlihat dalam gambar tersebut. Jarak m1 0' dari kurva tersebut ke pusat kelengkungan disebut
radius kelengkungan p (huruf Yunani rho), dan kelengkungan K (huruf Yunani kappa)
didefinisikan sebagai kebalikan dari radius kelengkungan. Jadi,

Kelengkungan adalah ukuran seberapa tajam suatu balok melentur. Jika beban di balok kecil,
maka balok akan hampir lurus, radius kelengkungan akan sangat besar, dan kelengkungan akan
kecil. Jika beban ditingkatkan, besar lentur akan meningkat. radius kelengkungan akan menjadi
lebih kecil, dan kelengkungan akan menjadi lebih besar. Dari geometri segitiga O ln1m2
(Gambar 5-5b) kita peroleh

Persamaan ini diturunkan dalam buku-buku kalkulus dasar dan berlaku untuk sembarang kurva,
tidak peduli seberapa besar kelengkungannya. Jika kelengkungan konstan di sepanjang kurva,
maka radius kelengkungan juga akan konstan dan kurva tersebut akan merupakan busur
lingkaran. Defleksi suatu balok biasanya sangat kecil dibandingkan dengan panjangnya (tinjau,
sebagai contoh, defleksi rangka struktural dari sebuah mobil atau balok di sebuah gedung.
Defleksi kecil berarti bahwa kurva defleksi harnpir datar. Karena itu, jarak ds di sepanjang kurva
dapat ditetapkan sama dengan proyeksi horizontal dx (lihat Gambar 5-5b ). Pada kondisi khusus
seperti ini persamaan kelengkungan menjadi

Baik kelengkungan maupun radius kelengkungan merupakan fungsi dari jarak x yang diukur di
sepanjang sumbu x. Posisi 0' yang merupakan pusat kelengkungan juga bergantung pada jarak x.
Dalarn Subbab 5.5 kita akan melihat bahwa kelengkungan di suatu titik pada sumbu balok
bergantung pada lentur murni di titik tersebut dan besaran balok itu sendiri (bentuk penampang
dan jenis bahan). Dengan demikian, jika balok tersebut prismatis dan bahan adalah homogen,
maka kelengkungan akan bervariasi terhadap momen Jentur. Dengan demikian, suatu balok
yang mengalami lentur mumi akan mempunyai kelengkungan konstan dan suatu balok yang
mengalami lentur tak seragam akan mempunyai kelengkungan yang ber\'ariasi. Perjanjian tanda
untuk kelengkungan bergantung pada orientasi sumbu koordinat. Jika sumbu x ad::tlah positif kc
kanan dan sumbu y adalah positif ke atas, seperti terlihat dalam Gambar 5 -6, maka
kelengkungan adalah positif apabila balok tersebut cekung ke atas (atau cembung ke bawah) dan
Mekanika Bahan | 15
pusat kelengkungan ada di atas balok. Sebaliknya, kelengkungan adalah negatif jika balok
cekung ke bawah (atau cembung ke atas) dan pusat kelengkungan ada di bJ\\ ah balok. Di dalam
subbab berikut ini kita akan melihat bagaimana regangan longitudinal di suatu balok yang
melentur ditentukan dari kelengkungan, dan di dalam Bab 9 kita akan melihat bagaimam
kelengkungan herkaitan dengan defleksi balok.
TEGANGAN NORMAL Dl BALOK (BAHAN ELASTIS LINIER)
Di dalam subbab sebelum ini kita telah menyelidiki regangan longitudinal E< pada suatu balok
yang mengalami lentur mumi (lihat Persamaan 5-4 dan Gambar 5-7). Karena elemen
longitudinal dari suatu balok hanya mengalami tarik atau tekan, maka kita dapat menggunakan
kurva tegangan-regangan bahan tersebut untuk menentukan tegangan kalau kita mengetahui
regangan. Tegangan bekerja di seluruh bagian penampang dari suatu balok dan intensitasnya
bervariasi bergantung pacta bentuk diagram teganganregangan dan dimensi penampang. Karena
arah x adalah longitudinal (Gambar 5-7a), maka kita menggunakan simbol ()x untuk
menunjukkan tegangan tersebut. Hubungan tegangan-regangan yang paling umum dijumpai
dalam teknik adalah persamaan untuk bahan elastis linier. Untuk bahan seperti ini, kita
substitusikan hukum Hooke untuk tegangan uniaksial ( () = Et:) ke dalam Persamaan (5-4) dan

mendapatkan
Persamaan ini menunjukkan bahwa tegangan normal yang bekerja di penampang bervariasi
secara linier terhadap jarak y dari permukaan netral. Distribusi tegangan ini terlihat dalam
Gambar 5-9a untuk kasus di mana momen lentur M adalah positif dan balok melentur dengan
kelengkungan positif. Apabila kelengkungan adalah positif, maka tegangan {)< adalah negatif
(tekan) di atas permukaan netral dan positif (tarik) di bawahnya. Di dalam gambar, tegangan
tekan ditunjukkan dengan panah yang menunjuk ke arah penampang dan tegangan tarik
ditunjukkan dengan panah yang menjauhi penampang

Agar Persamaan (5-7) mempunyai nilai praktis, maka kita harus meletakkan pusat koordinat
sedemikian rupa sehingga kita dapat menentukan jarak y. Dengan perkataan lain kita harus
menentukan lokasi sumbu netral penampang. Kita juga harus memperoleh hubungan antara
kelengkungan dan momen lentur - agar kita dapat memasukkannya ke dalam Persamaan (5-7)
dan memperoleh persamaan yang menghubungkan antara tegangan dan momen lentur. Kedua
tujuan ini dapat dicapai dengan menentukan resultan tegangan ()x yang bekerja pacta
penampang. Pacta umumnya, resultan tegangan normal terdiri atas dua resultan tegangan: ( 1)
gaya yang bekerja dalam arah x, dan (2) kopel lentur yang bekerja terhadap sumbu z. Namun,
gaya aksial adalah nol apabila suatu balok mengalami lentur mumi. Dengan demikian, kita dapat
menuliskan persamaan-persamaan statika berikut: (1) gaya resultan dalam arah x sama dengan
nol, dan (2) momen resultan sama dengan momen lentur M. Persamaan pertama menghasilkan
lokasi sumbu netral dan yang kedua memberikan hubungan momen-kelengkungan

LOKASI SUMBU NETRAL

Mekanika Bahan | 16
Untuk mendapatkan persamaan statika yang pertama, kita tinjau elemen dengan area dA di
dalam penampang (Gambar 5-9b). Elemen ini terletak pada jarak y dari sumbu netral, sehingga
tegangan crx yang bekerja di elemen dapat dinyatakan dengan Persamaan (5-7). Gaya yang
bekerja di elemen sama dengan crx dA dan merupakan gaya tekan untuk y positif. Karena tidak
ada gaya resultan yang bekerja pada penampang, maka integral crx dA di seluruh luas
penampang A harus sama dengan nol; jadi, persamaan statika yang pertama adalah

Persamaan statika ini menyatakan bahwa momen pertama dari suatu luas penampang yang
dievaluasi terhadap sumbu z, adalah not. Dengan perkataan lain, sumbu z harus melalui pusat
berat penampang.* Karena sumbu z juga merupakan sumbu netral, maka kita dapat menarik
kesimpulan sebagai berikut. Sumbu netral selalu melewati pusat be rat suatu penampang apabila
bahannya mengikuti hukum Hooke dan tidak ada gaya aksial yang bekerja di penampang
tersebut. Kesimpulan ini membuat kita mudah menentukan posisi sumbu netral. Sebagaimana
telah diuraikan dalam Subbab 5.1, pembahasan kita terbatas pada balok dengan sumbu y adalah
sumbu simetri. Karena itu, sumbu y juga melewati pusat berat. Dengan demikian, kita
mempunyai kesimpulan tambahan sebagai berikut: pusat sumbu koordinat 0 (Gambar 5-9b)
terletak di pusat berat penampang. Karena sumbu y adalah sumbu simetri penampang, maka
sumbu y merupakan sumbu utama (lihat Bab 12, Subbab 12.9, untuk pembahasan tentang sumbu
utama). Karena sumbu z tegak lurus sumbu y, maka sumbu tersebut juga merupakan sumbu
utama. Jadi, apabila suatu balok dari bahan elastis linier mengalami lentur murni, maka sumbu y
dan z merupakan sumbu berat.

TEGANGAN MAKSIMUM DI SUATU PENAMPANG


Tegangan lentur tarik dan tekan maksimum yang bekerja di suatu penampang terjadi c!i titik
yang terletak paling jauh dari surnbu netral. Kita tulis c1 dan c2 masing-masing ac!alah jarak c!
ari sumbu netral ke elernen ekstrirn dalam arah positif dan negatif (lihat Gambar 5-9b dan 5-
11 ). Kemudian tegangan normal maksimum cr1 Jan 0'2 (dari rumus lentur) adalah

Besaran SI dan s2 c!ikenal dengan sebutan modulus penampang. Dari Persarnaan (5- 1 5a dan b)
kita lihat bahwa modulus penampang mempunyai dimensi panjang pangkat tiga (sebagai contoh,
in.3 atau mm3 ). Perhatikan bahwa jarak c 1 dan c2 ke tepi atas dan bawah balok selalu
merupakan besaran positif. Keuntungan dari menyatakan tegangan rnaksimum dalam modulus
penampang ada1ah karena setiap bagian modulus penampang menggabungkan besaran-besaran
penampang yang relevan ke dalam besaran tunggal. Jadi besaran ini dapat dibuat tabelnya dan
dimasukkan dalam buku-buku pegangan, yang dapat memudahkan perancang dalam membuat
desain suatu balok. (Desain suatu ba1ok dengan menggunakan modulus penampang diuraikan
dalam subbab selanjutnya.) Jika suatu penampang balok adalah simetris terhadap sumbu z dan
terhadap sumbu y (penampang simetris ganda), maka c1 = c2 = c dan tegangan tarik dan tekan
maksimum secara numerik sama:

Mekanika Bahan | 17
adalah satu-satunya modulus potongan untuk penampang. Untuk suatu balok dengan penampang
persegi panjang dengan lebar h dan tinggi h (Gambar 5- 1 2a). momen inersia dan modul us
penampang adalah

Besaran penampang simetris ganda, sepeni penampang tabung. dapal diperoleh secara l angsung
dari rumus-rumus di ata'. Momen inersia untuk berbagai bidang datar dic:mtumkan dalam
Lampiran D sebagai rujukan yang memudahkan. C ntuk hentuk penampang lain. kita harus
menentukan lokasi sumbu netral. momen mer,ia. d:.m modulus penampang dengan perhitungan
langsung yang menggun ak an caracara yang diuraikan dalam Bab 1 2. (Prosedur umum ini
digambarb.n dalam Contoh 5-4.) Dimensi dan besaran profil baja standar dan balok kayu
dicantumkan dalam Lampiran E dan F dan dalam bany ak buku-buku teknik, sebagaimana
diterangkan secara lebih rinci dalam wbbab berikut

Mekanika Bahan | 18
BUKU PEMBANDING

1. Tegangan Beban Aksial


TEGANGAN (STRESS)
Umumnya, gaya dalam yang bekerja pada luas yang kecil takberhingga sebuah potongan, akan terdiri
dari bermacam-macam besaran dan arah, seperti yang diperlihatkan secara diagramatis dalam Gambar
1-l(b) dan (c). Gaya-gaya dalam ini merupakan vektor dalam alam dan bertahan dalam keseimbangan
terhadap gaya-gaya luar terpakai. Dalam mekanika bahan kita perlu menentukan intensitas dari
gaya:gaya ini dalam berbagai bagian dari potongan, sebagai perlawanan terhadap deformasi sedang
kemampuan bahan untuk menahan gaya tersebut tergantung pada intensitas ini. Pacta umumnya,
intensitas . gaya yang bekerja pada luas yang kecil takberhingga suatu potongan berubah-ubah dari
suatu titik ke titik lain, umumnya intensitas ini berarah miring pada bidang potongan. Dalam praktek
keteknikan biasanya intensitas gaya diuraikan menjadi tegaklurus dan sejajar dengan irisan yang
sedang disclidiki. Penguraian in.tensitas gaya ini pada luas kecil takherhingga diperlihatkan dalam
Gambar 1-2. lntensitas gaya yang tegaklurus atau normal terhadap irisan disebut tegangan normal
(nonnal stress) pada sebuah titik. Dalam buku ini ia akan dilambangkan dengan huruf Yunani a
(sigma). Suatu tegangan tertentu

yang dianggap benar-benar bertitiktangkap pada sebuah titik, secara matematis didefmisikan sebagai

di
mana F adalah sua tu gay a yang bekerja tegaklurus terhadap potongan, sedangkan A merupakan
luas yang bersangkutan. Tegilngan normal yang menghasilkan tarikan (traction atau tension) pada
permukaan sebuah potongan biasa kita sebut tegangan tarik (tensile stress). Di pihak lain, tegangan
normal yang mendorong potongan tersebut disebut tegangan tekan (compressive stress). Komponen
yang lain dari intensitas gaya yang bekerja sejajar dengan bidang' dari /uas elementer, adalah
seperti yang terlihat dalam Gambar I -2. Komponen intensitas gay a ini disebut tegangan geser

Mekanika Bahan | 19
(shearing stress). lni dilambangkan dengan abjad Yunani T (tau). Secara matematis ia didefinisikan
sebagai

di
mana A menyatakan luas sedangkan V adalah komponen gaya yang ~ejaja r dengan potongan. Perlu
kita perhatikan bahwa defmisi-defmisi dari tegangan-tegangail ini pada sebuah titik adalah mencakup
konsep pengambilan ~A -+ 0 dan akan dapat merupakan pertanyaan pula bila ditinjau dari segi atomik.
Bagaimana pun , model yang homogen yang ditunjukkan oleh persamaan-persamaan ini ielah
merupakan pendekatan yang baik tcrhadap keadaan yang bukan homogen dari tingkat makro~kopis.
Karena itu disebut juga sebagai menggunakan pendekatan yang fenomenologis Pembaca haruslah
dapat membayangkan gambar pemikiran yang jelas mengenai legangan-tegangan yang dlsebut normal
atau yang dinamakan geser. Untuk diulangi lagi. tegangan normal merupakan akibat
komponenkomponen gaya yang tegaklurus dengan bidang pl)tongan. sedang tegangan geser adalah
hasil komponen-komponen yang sejajar dcngan bidang potongan tersebut. Dari de tlnisi tegangan-
tegangan normal dan geser di atas. karcna mereka merupakan intensilas gaya pada sebuah luas, maka
kita mclihat bahwa tcgangan* diukur dalam satuan gaya dibagi dengan satuan luas. Karena gaya
adalah vektor sedang luas adalah suatu skalar maka hasil bagi dari keduanya yang dinyatakan sebagai
komponen-komponen gaya dalam arah tertentu, adalah sua tu besaran vektor

BE BAN AKSIAL; TEGANGAN NORMAL (AXIAL LOAD; NORMAL STRESS)


Dalam kebanyakan keadaan praktis, bila arah bidang khayal memotong sebuah bagian struktur yang
dipilih dengan bijaksana. maka tegangan yang bekerja pada potongan tersebut akan sangat penting dan
mudah menentukannya. Keadaan penting sep~ ti itu terdapat pada sua tu pcmbcbanan batang aksial
lurus dalam gaya tarik , asalkan bidang dibuat !Pgak/urus tnhadap sumbu batang. T t:gangan tarik
yang bekerja pad a polongan tcrsebu t merupakan tcgangan maksimum. sedangkan potongan yang lain
yang tidak tcgaklurus pada sumbu hatang akan mcmpunyai permukaan yang kbih luas untuk melawan
gaya terpakai. Tegangan maksimum merupakan yang paling penting karena cenderung akan
menyebabkan kegagalan bahan tersebut. * Untuk memperoleh ungkapan aljabar dari tegangan
maksimum ini, perhatikanlah keadaan yang dilukiskan dalam Gambar l-4(a). Bila batang dianggap
tidak mempunyai berat, dua gaya P yang sama dan berlawanan arah diperlukan masing-masing pada
tiap ujung batang untuk menjaga keseimbangan. Kemudian, sebagai dinyatakan dalam Pasal 1-2,
karena keseluruhan benda berada dalam keseimbangan, setiap bagian dari benda berada pula dalam
keadaan seimbang. Bagian batang yang berada sebelah menyebelah potongan x-x berada dalam
keseimbangan. Pada potongan tersebut, di mana luas penampang batang adalah A, gay a yang setara
dengan P haruslah dibentuk, seperti yang diperlihatkan dalam Gambar l-4(b) dan (c). Kemudian dari
defmisi tegangan, tegangan normal a tau tegangan yang berlaku tegaklurus pada potongan tersebut
adalah

Mekanika Bahan | 20
Tegangan normal ini didistribusikan dengan merata pada luas penampang A t. Hakekat besaran yang
dihitung oleh Persamaan 1-1 dapat dilihat dalam gambar-gambar 1-4( d) dan (e). Pada umumnya, gaya
P adalah resultante sejumlah gaya pada suatu sisi atau sisi yang satunya lagi dari potongan terse but. •
Beberapa bahan memiliki kekuatan yang jauh lebih besar pada tegangan normal daripada tegangan
geser. Untuk bahan tersebut kegagalan ditemui pada bidang miring. lni akan dibahas dalam Bab 9. t
Persamaan 1-1 digunakan hanya bila luas penampang konstan sepanjang batang. Untuk pembahasan
keadaan di mana terdapat diskontinuitas tajam pada luas penampang, lihatlah Pasal 2-11. Bila sebuah
potongan tambahan dibuat sejajar dengan bidang x-x, dalam Gambar 1-4(a), maka irisan yang terpisah
sendiri oleh kedua potongan ter"sebut dapat ditunjukkan seperti dalam Gambar 1-4(t), sedang bila
pemotongan yang seperti itu dilakukan terus mendekati bidang x-x dalam Gambar l-4(a), maka kita
memperoleh sebuah kubus yang kecil takberningga seperti yang terliliat dalam Gambar 1-4(g). Jenis
tegangan yang muncul di sini banyalah tegangan normal pada kedua permukaan kubus. Status
tegangan pada sebuah elemen seperti itu disebut sebagai tegangan sumbu-tunggal (uniaxial stress).
Dalam praktek, pandangan isometris yang terdapat dalam Gambar I-4(g) jarang dipergunakan; yang
sering dipakai adalah diagram yang disederhanakan seperti yang terlihat dalam Gambar J-4(h).
Meskipun demikian, mahasiswa tidak boleh melupakan keadaan tiga dirnensi dari masalah yang
dikeljakan. Pada sebuah potongan, sistem tegangan tarik yang dihitung oleh Persamaan 1-1
memberikan suatu pengimbang pada gaya luar terpakai. Bila tegangan-tegangan normal ini dikallkan
dengan luas kecil takberhingga yang bersangkutan dan kemudian dijumlahkan untuk seluruh luas
potongan, maka penjum1ahan ini sama dengan gaya P. Selanjutnya, resultante penjumlahan ini
haruslah bekerja melalui titik berat sebuah irisan. Sebaliknya, untuk mendapatkan distribusi tegangan
yang merata pada sebuah batang, gaya aksial terpakai haruslah bekerja pada titik berat luas penampang
yang diselidiki. Umpamanya, bagian mesin yang diperlihatkan dalam Garnbar 1-S(a), tegang:m tidak
dapat diperoleh hanya dari Persamaan 1-1 saja. Di sini pada irisan semacam A-A, suatu sistem gaya
yang setara dengan statis yang terbentuk dalam bahan haruslah tidak hanya terdiri dari gaya P, tetapi
juga dari momen lentur M yang harus menahan gaya luar terpakai berada dalam keseimbangan. Ini
mengakibatkan terjadinya distribusi tegangan yang tidak merata dalam bagian struktur tersebut. lni
akan kita lakukan dalam Bab 7.

Mekanika Bahan | 21
TEGANGAN GESER RATA-RATA (AVERAGE SHEARING STRESS)

Keadaan lain yang sering kita temui dalam praktek akan diperlihatkan oleh Gambar 1-?(a), (c) dan (e).
Dalam semua kasus ini gaya-gaya yang diantarkan dari sebuah bagian benda kepada yang lainnya
adalah dengan menimbulkan tegangan-tegangan dalam bidang yang sejajar dengan gaya terpakai.
Untuk mendapatkan tegangan dalam hal seperti itu, bidang-bidang pemotongan seperti A-A kita pilih
sedang diagram benda bebas* seperti yang terlihat dalam Gambar l-7(b), (d) dan (f) akan kita gunakan.
Gayagaya diantarkan melalui tiap Juas potongan yang bersangkutan. Jadi dengan menganggap bahwa
tegangan yang bekerja dalam bidang potongan-potongan ini akan didistribusikan secara merata. maka
kita akan memperoleh suatu hubungan tegangan.

2. Gaya Aksial Geser dan Momen Lentur


KLASIFIKASI BALOK
Balok diklasifikasikan ke dalam beberapa kelompok, terutama tergantung pada macam tumpuan yang
digunakan. Jadi bila tumpuan tersebut berada pada ujung-ujung dan pada pasak atau rol, maka balok
tersebut disebut tumpuan yang sederhana atau balok sederhana, lihat Gambar 4-9(a) dan (b). Balok
tersebut menjadi balok jepit a tau balok ujung jepit, Gambar 4-9( c), bila ujung-ujungnya mempunyai
tumpuanjepit. Balokbalok demikian disebut juga balok pengekang (restrained beams) bila ujungnya
"dikekang" untuk tidak berputar. Suatu balok terjepit pada salah sa tu ujung dan bebas sempurna pada
ujung yang lain, mempunyai nama khusus, yaitu balok kantilever, Gambar 4-9(e). Bila balok dibangun
melewati tumpuan, maka balok tersebut dikatakan tergantung. Jadi balok yang terlihat dalam Gambar
4-9{0 adalah balok yang tergantung. Bila tumpuan-tumpuan antara terdapat pada batang kontinu
secara fisis bekerja seperti balok, Gambar 4-9(g), maka balok tersebut dinamakan balok kontinu
(menerus). Untuk semua balok tersebut di atas jarak L antara tumpuan disebut bentang (span). Pada
balok kontinu terdapat beberapa bentang yang panjangnya mungkin berbeda-beda. Sebagai tambahan
terhadap pengklasifikasian balok berdasarkan kepada tumpuan, maka sering pula dipakai
ungkapanungkapan yang deskriptif mengenai macam pembebanan yang digunakan. Jadi balok yang
terlihat daia~ Gambar 4-9(a) adalah balok sederhana dengan beban terpusat, sedang yang terlihat
dalam Gambar 4-9(b) adalah balok sederhana dengan beban yang terdistribusi merata. Jenis balok
yang lain dapat pula dilukiskan secara yang sama.

Mekanika Bahan | 22
PERHITUNGAN REAKSI BALOK
Semua tugas dengan balok yang berikut akan diawali dengan penentuan gaya reaksi. Bila scmua
gayagaya bekerja dalam satu bidang, maka tiga persamaan keseimbangan statika harus tersedia untuk
tujuan ini. Yaitu L Fx = 0, L Fy = 0 dan L M2 = 0, yang telah kita bicarakan dalam Bab 1. Untuk
balok lurus dalam kedudukan yang horizontal, maka sumbu-x akan diambil sebagai arah yang
horizontal, sumbu y untuk arah yang vertikal dan sumbu z yang tcgaklurus terhadap bidang·kertas.
Penggunaan ketiga pcrsamaan pada beberapa persoalan balok dilukiskan di bawah dan dimaksudkan
untuk berlaku scbagai pcninjauan kcmbali dari prosedur yang penting ini. Deformasi dari balok, sangat
kecil, hingga dapat diabaikan bila persamaan-persamaan· di atas digunakan. Untuk balok-balok yang
stabil sejumlah kecil dari deformasi yang mengambil bagian dalam merl.lbah titik-titik tangkap gaya-
gaya tidaklah terlihat.

GESER DALAM BALOK


Untuk mempertahankan segmen balok seperti yang terlihat dalam Gambar 4-14(b) berada dalam
keseimbangan maka pada irisan harus ada sua tu gaya dalam vertikal V yang memenuhi persamaan L
Fy = 0. Gaya dalam V ini, yang bekerja tegaklurus pada sumbu balok, disebut geser atau gaya geser
(shearing force). Gaya geser secara numerik adalah sama dengan jumlah aljabar dari semua komponen
vertikal gaya-gaya luar yang bekerja pada segmen yang terisolasi, tetapi dengan arah yang berlawanan.
Dengan data kualitatif yang ditunjukkan oleh Gambar 4-14(b) maka V mempunyai arah yang
berlawanan dengan beban yang ke bawah di sebelah kiri irisan. Gaya geser pada irisan dapat pula
dihitung dengan meninjau segmen balok yang sebelah kanan seperti yang terlihat dalam Gambar
414(c). Geser ini secara numerik sama dan berlawanan arah dengan jumlah semua gaya vertikal,
termasuk komponen gaya-gaya reaksi yang terdapat di sebelah kanan irisan. Apakah segmen yang
sebelah kanan atau sebelah kiri yang dipergunakan untuk menentukan gaya geser pada irisan, tidaklah
penting, yang menentukan adalah kesederhanaan dalam perhitungan. Geser pada irisan yang lain dapat
pula dihitung dengan cara yang serupa. Pada waktu ini suatu pengamatan yang berarti haruslah kita
buat. Geser yang sama yang terlihat dalam Gambar-gambar 14(b) dan (c) pada irisan X-X dalam
kedua diagram mempunyai arah yang berlawanan. Untuk yang bagian beban W1 yang mengarah ke
bawah pada sebelah kiri irisan X-X, balok pada irisan tersebut mempunyai sebuah tumpuan ke atas
untuk membuat gaya vertikal berada dalam keseimbangan. Sebaliknya, bagian balok yang dibebani
tersebut menggunakan gaya arah ke bawah pada balok tersebut seperti yang terlihat dalam Gambar
414(c). Pada irisan geser "dua arah" haruslah dibedakan, tergantung kepada segmen balok yang mana
yang ditinjau. Ini

Mekanika Bahan | 23
mengikuti konsep statika aksi-reaksi yang telah kita kenal dan yang telah terjadi dahulu dalam kasus
batang be ban aksial, dan kemudian dalam masalah puntiran. Arah geser pada irisan X-X akan saling
terbalik pada kedua diagram bila beban terdistribusi W 1 bekerja ke atas. Acapkali keterbalikan yang
serupa dalam arah geser terdapat pada suatu irisan atau yang lain di sepanjang balok untuk
pertirnbangan yang akan menjadi jelas kelak. Pemakaian kaidah tanda adalah perlu untuk
membedakan antara kedua arah geser yang mungkin. Definisi dari geser positif digambarkan dalam
gambar 4-lS(a). * Sua tu gaya dalam ke bawah yang bekerja pada sebelah kiri dari suatu irisan atau
satu gaya ke atas di sebelah kanan dari irisan yang sama adalah suatu geser positif. Geser positif untuk
elemen yang diisolasi dari suatu balok oleh dua irisan diperlihatkan dalam Gambar 4-IS(b). Sedang
geser pada irisan X-X dari Gambar 4-14(a) adalah suatu geser negatif.

GAYA AKSIAL DALAM BALOK


Sebagai tambahan pada gaya geser V, maka suatu gaya mendatar seperti P pada · Gambar 4-16(b) dan
(c), mungkin diperlukan pada sebuah irisan sebuah balok untuk · m,emenuhi syarat keseirnbangan.
Besar dan arti dari gaya ini akan mengikuti jawab khusus dari persamaan ~ Fx = 0. Bila gaya
horisontal P terse but bekerja terhadap irisan

Definisi geser positif adalah berlawanan dengan penyelesaian matematis yang tepat yanj!;
berhubungan dengan sistem Cartesian empat persegi panjang sebelah kanan. Bagaimana pun hal ini
akan digunakan di seluruh buku ini karena kaidah ini sangat banyak dipakai dalam kepustakaan teknik
untuk penyelesaian yang benar-benar konsisten, lihat umpamanya E.P. Popov, Introduction to
Mechanics of Solids, Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice-Hall, 1968. maka ia disebut gaya dorong
Mekanika Bahan | 24
(thrust); bila gaya tersebut menjauhi irisan, dinamakan gaya tarik aksial (axial tension). Sehubungan
dengan pembedaan gaya-gaya ini maka digunakan pula sebutan gaya aksial. Pengaruh dari gaya aksial
pada irisan sebuah batang telah dibahas pula dalam Bab 1. Kita melihat bahwa penting untuk membuat
gaya ini melalui titik berat luas penampang untuk menghindari lenturan. Begitu pula bahwa garis aksi
gay a aksial selalu diarahkan melalui titik berat luas penampang dari balok. Kita boleh pula memeriksa
suatu irisan dari balok untuk menentukan besaran gaya aksial dengan cara tersebut di atas. Gaya tarik
pada sebuah irisan biasanya diambil positif. Gaya aksial ( dorong) pada irisan X-X dalam Gambar-
gambar 4-16(b) dan (c) adalah sama dengan gaya mendatar P2 •

MOMEN LENTUR DALAM BALOK


Penentuan gaya geser dan aksial pada sebuah irisan balok melengkapi dua syarat statika yang harus
dipenuhi oleh segmen. Gaya-gaya ini memenuhi persamaan ~ Fx = 0 dan ~ Fy = 0. Syarat
keseimbangan statis yang tinggal untuk persoalan planar adalah ~ Mz = 0. Pada umumnya, ini
dipenuhi hanya dengan membentuk sebuah kopel atau momen perlawanan dalam (internal resisting
moment) pada luas penampang dari irisan untuk menghadapi momen yang disebabkan oleh gaya-gaya
luar. Momen perlawanan dalam tersebut haruslah bekerja dalam arah yang berlawanan dengan momen
luar untuk memenuhi persamaan ~ Mz = 0. Demikian pula dari persamaan yang sama diperoleh bahwa
besar momen perlawanan dalam adalah sama dengan momen luar. Momenmomen ini cenderung untuk
melenturkan balok dalam bidang beban dan yang biasanya diartikan sebagai momen lentur (bending
moments). Momen lentur dalam M dapat ditunjukkan dalam Gambar 4-16(b ). Momen ini dapat
dibentuk hanya dalam daerah penampang balok dan setara dengan sebuah kopel. Untuk menentukan
momen ini perlu dijaga keseimbangan segmennya, jumlah momen yang disebabkan oleh gaya-gaya
dapat dibuat disekitar tiap titik dalam bidang; sudah tentu, semua gaya dikalikan dengan lengan harus
dimasukkan ke dalam penjumlahan ini. Tidak terkecuali gaya-gaya dalam V dan P. Untuk
mengeluarkan momen yang disebabkan oleh gaya-gaya ini dari penjumlahan, lebih baik dalam
persoalan-persoalan numerik ini untuk memilih titik potong kedua gaya dalam ini sebagai titik di
sekitar mana momen-momen tersebui dijumlahkan. Pada titik ini kedua gaya V dan P ini mempunyai
lengan yang panjangnya adalah nol, yang terletak pada titik berat daerah penampang dari balok. Di
samping meninjau segmen sebelah kiri irisan X-X, maka segmen sebelah kanan balok, seperti dalam
Gambar 4-16(c), dapat pula digunakan untuk menentukan momen lentur dalam. Sebagai diterangkan
di atas, momen dalam ini sama dengan momen luar gaya-gaya terpakai (termasuk gaya-gaya reaksi).
Penjumlahan momen lebih baik dibuat di sekitar titik be~at irisan pada potongan tersebut. Dalam
Gambar 4-16(b) momen perlawanan dapat ditafsirkan secara f1sis sebagai sua tu tarikan pada serat
atas dan dorongan kepada serat yang lebih bawah. Interpretasi yang sama dapat pula berlaku untuk
momen yang sama dalam Gambar 4-16(c).

Bila beban W1 da1am Gambar 4-16(a) bekerja dalam arah yang berlawanan, maka m omen
perlawanan dalam Gambar-gambar 4-16(b) dan (c) akan terbalik. Ha! ini dari keadaan yang serupa
memerlukan penggunaan kaidah tanda untuk momen lentur. Kaidah ini berhubungan dengan tindakan
fisis yang tertentu dari balok tersebut. Umpamanya, pada Gambar-gambar 4-16(b) dan (c)
momenmomen dalam tersebut menunjukkan tarik pada bagian atas dari balok dan menekan bagian
yang lebih bawah. Ini cenderung untuk memperbesar panjang permukaan atas dari balok dan
memperpendek bagian permukaan yang lebih rendah. Kejadian yang terus menerus dari momen-
momen seperti itu di sepanjang balok membuat balok tersebut berubah bentuk melengkung ke atas,

Mekanika Bahan | 25
yaitu "tahan air". Momen lentur yang demikian diberi tanda negatif Sebaliknya, momen yang positif
didefinisikan sebagai yang menghasilkan tekan di sebelah atas dan tarik di sebelah Jebih bawah dari
suatu penampang balok. Dalam keadaan demikian balok tersebut dianggap mempunyai bentuk
"menyimpan air". Umpamanya, sebuah balok sederhana yang mendukung suatu kelompok gaya ke
bawah akan melengkung ke bawah seperti yang diperlihatkan dalam bentuk yang berlebihan dalam
Gambar 417(a), suatu kenyataan yang dapat diduga secara langsung dengan intuisi. Pada balok seperti
itu, suatu pembahasan yang terperinci dari momen lentur sepanjang balok memperlihatkan bahwa
semua momen terscbut adalah positif. Pengertian momen lentur yang positif pada sua tu irisan
ditunjukkan dalam Gambar 4-17(b ).
DIAGRAM GESER, GAYA AKSIAL DAN MOMEN LENTUR
Dengan metoda yang dibahas di at as maka besaran dan arti dari gaya geser, gay a aksial dan momen
lentur dapat diperoleh pada berbagai irisan dari balok. Selanjutnya, dengan memakai kaidah tanda
untuk besaran-besaran ini, suatu plot dari harga-harganya dapat dibuat pada diagram-diagram yang
terpisah Pada diagram-diagram tersebut berdasarkan basis yang menyatakan panjang balok, maka
ordinat menunjukkan besaranbesaran yang dihitung. Bila titik-titik ordinat ini digambar dan
dihubungkan oleh garis, kita memperoleh pernyataan grafis dari fungsi-fungsi tersebut.
Diagramdiagram ini sesuai dengan macam besaran yang digambarkannya, yang berturut-turut disebut
diagram gaya geser, diagram gaya aksial, atau diagram momen lentur. Dengan bantuan diagram
demikian, maka besar dan letak berbagai besaran ini dengan segera menjadi jelas. Adalah Jebih baik
membuat plot ini langsung di bawah diagram benda bebas dari balok, dengan mempergunakan skala
horisontal yang sama untuk panjang balok tersebut. Dalam membuat diagram-diagram tersebut,
biasanya tidak diperlukan ketelitian seperti para juru gambar. Meskipun ordinat-ordinat yang penting
ditandai dengan harga numeriknya. Diagram gaya aksial tidak umum digunakan dalam sehari-hari
sebagaimana halnya diagram gaya geser dan momen lentur. Hal ini disebabkan oleh kebanyakan balok
yang dipelajari dalam praktek adalah yang dibebani oleh gaya-gaya yang bekerja tegaklurus terhadap
sumbu balok. Malahan pada pembebanan balok tersebut, gaya aksial tidak ada pada irisan-irisannya.
Diagramdiagram geser dan momen adalah yang amat penting. Dari diagram ini para perancang dapat
dengan sekilas melihat macam kemampuan yang dapat diharapkan dari balok pada setiap irisan. Pada
Bab 10 mengenai disain batang metoda untuk menggambar diagram-diagram ini secara cepat akan
dibahas kelak. Bagaimana pun, prosedur yang telah dibahas di atas mengenai pengirisan sebuah balok
serta mendapatkan sistem gaya-gaya yang terdapat pada irisan adalah merupakan pendekatan yang
sangat mendasar. I

PROSEDUR LANGKAH DEMI LANGKAH (STEP-BY-STEP PROCEDURE)


Dalam analisis balok adalah penting sekali untuk dapat menentukan gay a geser, gaya aksial dan
momen lentur pada setiap irisan. Teknik untuk mendapatkan besaranbesaran ini luar biasa jelasnya dan
sistematik. Untuk memberikan penekanan lebih lanjut, maka langkah-langkah yang digunakan untuk
menyelesaikan semua soal-soal yang sudah dibahas akan kita ringkas sekarang. Ikhtisar ini
dimaksudkan untuk membantu pada mahasiswa dalam melakukan analisis yang tertib mengenai
persoalan ini. Menghafal belaka prosedur ini adalah mengecewakan.
1. Buat1ah skets balok yang baik di mana semua gaya-gdya terpakai dengan jelas diperlihatkan
beserta letaknya terhadap tumpuan.
2. Dengan tegas tunjukkan gaya-gaya reaksi yang tidak diketahui (lebih baik menggunakan pensil
berwarna). lngatlah bahwa sebuah tumpuan rol mempunyai satu gaya reaksi yang tidak diketahui,
tumpuan berpasak mempunyai dua gaya reaksi yang tidak diketahui, sedang tumpuan jepit mempunyai
Tiga gaya reaksi yang tidak diketahui.
3. Gantilah semua gaya-gaya miring (yang diketahui dan tidak diketahui) dengan
komponenkomponen yang sejajar dan tegaklurus dengan balok.
4. Pergunakanlah persamaan-persamaan statika untuk memperoleh gaya-gaya reaksi tersebut.t
Pemeriksaan terhadap gaya-gaya reaksi yang dilakukan dengan cara yang sudah dikemukakan dalam
Contoh-contoh 4~1, 4-2 dan 4-3, adalah sangat diperlukan.

Mekanika Bahan | 26
5. Buatlah sua tu irisan pada letak yang dikehendaki dari balok yang tegaklurus pada sumbunya.
Irisan khayal ini memo tong balok tersebut saja dan isolasikan gaya-gaya yang bekerja pada segmen
tersebut.
6. Pilihlah suatu segmen di sebelah menyebelah irisan yang sudah dikemukakan dan gambarkan
kembali segmen ini, dengan menunjukkan semua gaya-gaya luar yang bekerja padanya. Ini harus
termasuk semua komponen gaya-gaya reaksi. ·
7. Tunjukkan ketiga besaran yang tidak diketahui yang mungkin ada pada irisan potongan, yaitu,
perlihatkanlah gaya-gaya P, V dan M, dengan mengandaikan araharah mereka.
8. Pergunakanlah persamaan-persamaan keseimbangan untuk segmen tersebut dan selesaikanlah
untuk besaran-besaran P, V dan M. Bila hasil penyelesaian tersebut menunjukkan bahwa besaran-
besaran ini berharga negatif, maka arah yang telah diandaikan semula pada irisan tersebut haruslah
dibalikkan.

3. Tegangan Geser Dalam Balok


Tegangan yang disebabkan oleh gaya aksial telah kita pelajari dalam Bab I. Dalam Bab 5 hakekat dari
tegangan yang disebabkan oleh momen lentur dalam sebuah balok telah pula kita bahas. Kemudian
tegangan dalam balok yang disebabkan oleh tegangan geser akan kita pelajari dalam bab ini. Dalam
pembahasan yang lalu mengenai distribusi tegangan dalam sebuah bagian konstruksi, rentetan alasan
yang sama telah kita lakukan. Pertama, suatu distribusi regangan diandaikan berlaku untuk irisan;
berikutnya, sifat-sifat bahan telah dibawa masuk ke dalam hubungan regangan dengan tegangan; dan
akhirnya persamaan-persamaan keseimbangan telah digunakan untuk memantapkan hubungan yang
dikehendaki. Tetapi, perkembangan ungkapan yang menghubungkan gaya geser dan daerah luas
penampang balok dengan tegangan menempuh jalan yang berbeda. Prosedur yang dilukiskan di atas
tidak dapat dilakukan, jadi tidak ada pengandaian sederhana yang dapat kita buat untuk distribusi
regangan yang disebabkan oleh gaya geser. Sebagai gantinya, kita gunakan suatu pendekatan tidak
langsung. Distribusi tegangan akibat lenturan, seperti diterangkan dalam bab terdahulu, bersama-sama
dengan syarat-syarat keseimbangan, diandaikan dapat menyelesaikan persoalan tegangan geser.
Pertama-tama adalah penting untuk menetapkan bahwa tegangan geser berhubungan secara tidak
terpisah dengan perubahan momen lentur pada irisan-irisan yang bersebelahan* pada balok. Jadi bila
geseran dan momen lentur terdapat dalam satu irisan pada balok, maka akan diperlihatkan bahwa suatu
momen lentur yang berlainan akan terjadi pada irisan yang bersebelahan, meskipun gaya geser masih
konstan. Ini akan menuju kepada penetapan tegangan geser pada bidang-bidang membujur khayal
melalui batang yang sejajar dengan sumbunya. Akhirnya, karena tegangan geser yang sama terjadi
pada bidang-bidang yang saling tegaklurus, maka tegangan geser yang arahnya berimpit dengan gaya
geser akan dapat ditentukan. Dafam bab ini penyelidikan mengenai tegangan akan terbatas pada balok
lurus. Penelaahan tegangan geser untuk balok lengkung berada di luar buku ini. Pada permulaan bab
ini yang akan kita tinjau hanyalah balok-balok yang dianggap mempunyai penampang simetris sedang
gaya-gaya terpakai dianggap pula bekerja dalam bidang-bidang yang mengandung sumbu simetri dan
sumbu balok. Suatu ilustrasi tentang distribusi tegangan geser dalam balok elastis-plastis akan kita
berikan pula. Untuk tambahan kepada tegangan geser, akan kita tinjau pula soal yang berhubungan
dengan syarat-syarat penggabungan untuk mengikat bersama beberapa elemen-elemen longitudinal
yang membangun balok-balok tersebut.

HUBUNGAN ANTARA GESER DAN MOMEN LENTUR

Mekanika Bahan | 27
Pertama-tama kita haruslah menetapkan lebih dahulu interaksi yang terdapat antara momen lentur dan
gaya geser. Kemudian barulah kita menuju kepada penetapan ungkapan untuk tegangan geser tersebut
dalam balok. Tinj~ulah suatu elemen sepanjang dx, isolasikanlah dari balok dengan dua irisan
berdampingan yang diambil tegaklurus. terhadap sumbu balok. Elemen tersebut diperlihatkan sebagai
sebuah benda bebas dalam Gambar 6-1. Pada irisan tersebut gaya-gaya geser dan momen lentur
bekerja pada elemen sebagai yang ditunjukkan dalam gambar tersebut. Unsur-unsur sistem gaya ini
diperlihatkan dengan sikap yang positif (untuk perjanjian tanda lihatlah Gambar-gambar 4-15 dan
417). Lebih lanjut karena geser dan momen lentur masing-masing dapat berubah dari irisan yang satu
ke irisan yang berikutnya, maka pada permukaan elemen yang sebelah kanan mereka berturut-turut
dapat di nyatakan sebagai V + dV dan M + dM. Gaya-gaya aksial tidak kita masukkan di sini karena
soal yang kita tinjau di sini tidak mengandung gaya-gaya ini. Be ban terdistribusi q(x) yang bekerja
pada balok dan elemen ditinjau positif bila bekerja dalam arah ke atas. Ukuran-ukuran beban ini
adalah gaya per satuan panjang (N/m atau kN/m). Arab positif yang dipilih untuk beban terpakai ini
mengakibatkan hubungan diferensial yang positif yang baik digunakan dalam tugas yang menyusul
(Bab-bab 10 dan 11 ). Tetapi, untuk beban-beban yang mengarah ke bawah, seperti berat balok itu
sendiri, w0 , maka beban-beban seperti ini kita nyatakan dengan tanda negatif, yaituq=-w0 . Unsur
dari balok yang diperlihatkan dalam Gambar 6-1 haruslah berada dalam keseimbangan. Jadi
penjumlahan momen sekitar sumbu yang melalui titik A yang tegaklurus terhadap bidang gambar
haruslah nol, yaitu ~MA = 0. Dengan memperhatikan bahwa dari titik A lengan gaya yang terdistribusi
adalah dx/2, maka

Persamaan 6-1 berarti bahwa bila suatu geser bekerja pada sebuah irisan, maka akan ada perbedaan
momen lentur pada irisan yang berdampingan. Jika terdapat geser, maka perbedaan antara momen
lentur pada irisan-irisan yang berdampingan adalah sama dengan V dx. Bila tidak ada geser yang
bekerja pada irisan-irisan berdampingan pada balok, maka tidak akan terjadi perbedaan momen lentur.
Sebaliknya, harga rata-rata perubahan momen lentur di sepanjang balok adalah sama dengan geser.
Jadi meskipun dalam bab ini geser diperlakukan sebagai tindakan yang bebas pada sebuah balok.

ALIRAN GESER (SHEAR FLOW)


Tinjaulah sebuah balok yang terbuat dari beberapa papan yang kontinu yang penampangnya terlihat
dalam Gambar 6-S(a). Untuk kesederhanaan balok tersebut mempunyai penampang sikuempat, tetapi
pembatasan yang demikian tidaklah penting. Untuk membuat balok ini berlaku sebagai anggota yang
terpadu, maka diandaikan bahwa papan-papan tersebut dipererat oleh baut-baut vertikal. Sebuah
elemen dari balok ini diisolasikan oleh dua irisan yang sejajar, yang mana keduanya tegaklurus pada
sumbu balok, diperlihatkan dalam Gambar 6-S(b ). Bila elemen yang terlihat dalam Gambar 6-S(b)
Mekanika Bahan | 28
dikenakan kepada momen lentur +MA pada ujung A dan +MB pada ujung B, maka terbentuklah
tegangan-tegangan lentur yang berlaku tegaklurus terhadap irisan. Tegangan lentur ini berubah secara
linier dari sumbu-sumbu netral masing-masing. Tegangan lentur tersebut pada setiap titik berjarak y
dari sumbu netral adalah -MByfl pada ujung B dan -MAyf/ pada ujung A. Dari elemen balok, Gambar
6-S(b ), isolasikanlah papan atas sebagai dalam Gambar 6-S(c). Serat-serat dari papan ini yang paling
dekat dengan sumbu netral terletak pada jarak y 1. Kemudian, karena tegangan kali luas adalah gaya,
maka gaya yang bekerja tegaklurus pada ujung-ujung A dan B dari papan ini dapat pula ditentukan.
Pada ujung B gaya yang bekerja pada daerah kecil takberhingga dA pada jarak :R dari sumbu netral
adalah ( -MByfl)dA. Gaya total yang bekerja pada daerah luas fghj (Afghi) merupakan penjumlahan,
atau integral, dari gaya-gaya elementer ini terhadap daerah luas tersebut. Dengan menunjuk gaya total
yang bekerja tegaklurus terhadap luas fghj terse but di at as dengan FB dan dengan mengingat bahwa
pada sebuah irisan, MB dan I adalah konstan,

Integral yang menentukan Q adalah momen pertama atau statis dari luas fghj terhadap sumbu netral.
Menurut definisi y adalah jarak dari sumbu netral ke titik berat ArghJ· * Gambaran mengenai cara
menentukan Q terdapat dalam Gambar 6-6. Persamaan 6-2 memberikan cara yang lebih baik untuk
menghitung gaya longitudinal yang bekerja tegaklurus terhadap setiap bagian yang terpilih dari daerah
luas penampang.
RUMUS TEGANGAN GESER BALOK
Rumus tegangan geser untuk balok dapat diperoleh dengan memodifikasi rumus aliran geser. Jadi
analog dengan prosedur yang lalu, sebuah elemen dari sebuah balok dapat diisolasikan antara dua
irisan yang berdampingan yang diambil tegaklurus terhadap sumbu balok. Kemudian dengan melalui
irisan khayal yang lainnya yang melalui elemen ini sejajar dengan sumbu balok, maka kita peroleh
suatu elemen baru, sesuai dengan elcmen sebuah "papan" yang kita pergunakan dalam
penurunanpenurunan rumus yang lalu. Pandangan samping dari elemen yang demikian dapat dilihat
dalam Garnbar 6-IO(a) di mana irisan longitudinal khayal dibuat pacta jarak y 1 dari sumbu netral.
Daerah penampang balok diperlihatkan dalam Gambar 6-IO(c). Bila gaya-gaya geser terdapat pacta
irisanirisan melalui balok, maka mo~n lentur yang berbeda terjadi pacta irisan A daripada B. Jadi lebih
Mekanika Bahan | 29
besar gaya dorong atau tarik yang terbentuk pacta satu sisi sebagian daerah fghj daripada yang lain,
dan seperti sehclumnya, gaya longitidunal ini pacta jarak dx adalah

Dalam sebuah balok padat gaya yang melawan dF dapat terbentuk hanya dalam bidang potongan
membujur yang diambil sejajar dengan sumbu balok. Karena itu, dengan menganggap bahwa tegangan
geser T adalah terdistribusi secara merata melalui potongan tersebut dengan lebar t, maka tegangan
geser dalam bidang lon~:itudinal tersebut dapat diperoleh dengan membagi dF dengan luas t dx. lni
menghasilkan tegangan geser mendatar r. Untuk suatu elemen kecil takberhingga, bagaimana pun,
tegangantegangan geser yang sama secara numerik bekerja pada bidang-bidang yang saling tegaklurus
sesamanya, Gambar 6-lO(b ). Jadi hubungan yang sama memberikan tegangantegangan membujur
secara serempak, sedang tegangan geser dalam bidang irisan vertikal pada potongan membujur adalah

Kita harus berhati-hati dalam mempersiapkan potongan-potongan membujur tersebut untuk


dipergunakan dalam Persamaan 6-6. Pengjrisan yang tepat beberapa daerah penampang balok
diperlihatkan dalam Gambar-gambar 6-ll(a), (b), (d) dan (e). Penggunaan dari bidang-bidang
pemotongan yang miring haruslah dihindarkan kecuali potongan yang dibuat dengan tebal yang kecil.
t Bila sumbu simetri daerah penampang balok adalah vertikal dan terletak pada bidang gaya-gaya
terpakai, maka potongan

potongan
membujur tersebut biasanya dibuat secara horisontal. Dalam hal-hal demikian penyelesaian Persamaan
6-6 memberikan harga-harga yang simultan untuk tegangantegangan horisontal dan vertika!,
sehubungan bidang-bidang tersebut adalah saling tegaklurus sesamanya. Tegangan vertikal bekerja
pada bidang irisan melintang yang terdapat pada balok tersebut. Secara bersama, tegangantegangan ini
memberikan perlawanan terhadap gay a geser yang terdapat pada irisan yang sama, jadi memenuhi
hubungan statika ~ Fy = 0. Berlakunya pernyataan ini untuk ha! khusus akan kita buktikan dalam
Contoh 6-3. Hanya untuk batang-batang yang tipis, Persamaan 6-6 boleh dipergunakan untuk
menentukan tegangan geser dengan potongan seperti fg dari Gambar 6-11 (b). Tegangan tegangan
geser ini berlaku dalam bidang vertikal dan diarahkan tegaklurus pada bidang kertas. Berhadapan
dengan tegangan geser secara horisontal. Gambar 6-11(c). Tegangan geser ini berlaku dalam arah yang
sangat berbeda daripada yang diperoleh dengan membuat irisan horisontaJ·, seperti f-g dalam Gambar
Mekanika Bahan | 30
6-1l(a) dan (d). Karena tegangantegangan geser ini tidak mempengaruhi langsung perlawanan dari
gaya geser vertikal V, maka keberartian tegangan-tegangan tersebut akan kita bahas dalam Pasal 6-6

3. Lenturan Balok Murni


Sistem gaya yang mungkin terdapat pada suatu irisan sebuah balok telah dibahas dalam bab yang lalu.
Sistem gaya ini terdiri dari gaya aksiai, gaya geser dan momen lentur. Pengaruh dari salah satu gaya
ini, yaitu gaya aksial, terhadap sebuah bagian struktur, telah dibahas dalam Bab-bab I dan 2. Dalam
bab ini kita akan meninjau unsur yang lain dari sistem gaya yang mungkin muncul dalam sebuah irisan
sebuah batang yaitu momen lentur dalam. Selanjutnya, karena dalam beberapa hal suatu segmen balok
mungkin berada dalam keseimbangan hanya di bawah pengaruh momen saja, suatu keadaan yang
disebut lenturan mumi (pure bending a tau flexure ), maka kejadian ini sendiri memberikan suatu
masalah yang lengkap. Hal ini merupakan tujuan dari bab ini untuk menghubungkan momen lentur
dalam dengan tegangan yang dihasilkannya dalam sebuah balok. Bila sebagai tambahan kepada
momen lentur dalam tersebut terdapat gaya aksial dan geser yang bekerja secara serentak maka
tegangan yang rumit akan muncul. Hal ini akan dibahas dalam Bab-bab 7, 8 dan 9. Defleksi dari balok
yang disebabkan oleh lenturan akan dibahas dalam Bab 11. Sebagian besar dari bab ini akan diisi
dengan metoda penentuan tegangan dalam balok yang homogen lurus yang disebabkan oleh m omen
lentur. Termasuk pula ke dalam bab ini pokok-pokok pembahasan mengenai balok-balok yang terbuat
dari dua a tau lebih jenis bahan, balok lengkung dan konsentrasi tegangan.
Untuk yang sekarang, kita mengandaikan bahwa hanya balok lurus yang mempunyai luas penampang
konstan dengan sebuah sumbu simetri yang akan disertakan ke dalam pembahasan ini. Selanjutnya
kita andaikan pula bahwa momen lentur terpakai terletak pada bidang yang mengandung sumbu
simetri dan sumbu balok. Seterusnya kita setujui pula bahwa demi kesederhanaan pembuatan
sketsasketsa, maka sumbu simetri akan diambil secara vertikal. Beberapa luas penampang balok yang
memenuhi syarat-syarat tersebut di atas

Sebuah segmen balok yang memenuhi persyaratan di atas diperlihatkan dalam Gambar 5-2(a) dan
penampangnya dalam Gambar 5-2(b ). Untuk balok demikian garis yang melalui titik berat semua
penampang akan diambil sebagai sumbu balok. Berikutnya, ambillah dua bidang melalui balok yang
tegaklurus terhadap sumbunya. Perpotongan kedua bidang ini dengan bidang longitudinal yang
melalui sumbu balok dan sumbu simetri ditunjukkan oleh garis-garis AB dan CD. Maka tidaklah sukar
untuk membayangkan bahwa bila segmen ini diberikan momen lentur M pada ujung-ujungnya seperti
yang terlihat dalam Gambar 5-2(c), maka balok tersebut akan melengkung dan bidang-bidang Pada
suatu balok yang mengalami lenturan, regangan-regangan dalam seratseratnya akan berubah secara
linier atau langsung dengan jaraknya dari permukaan netral. Keadaan ini adalah analog dengan yang
kita peroleh sebelumnya dalam masalah puntiran (torsi) di mana regangan-regangan geser berubah
secara linier terhadap jaraknya dari sumbu sua tu poros melingkar. Dalam sua tu balok, regangan
berubah secara linier dari permukaan netral. Perubahan ini diperlihatkan secara diagramatis dalam
Gambar 5-2(e). Regangan aksia/ ini berhubungan dengan tegangan yang bekerja tegaklurus pada irisan
balok. Akibat. yang wajar terhadap pengandaian asal di atas berlaku untuk si fat bahanbahan dalam
daerah elastis atau tak elastis.* Untuk tahap sekarang perluasan ini akan dibatasi dengan
memperkenalkan pengandaian dasar kedua dari teori lenturan: 2. Hukum Hooke berlaku untuk
masing-masing individu dari serat yaitu tegangan sebanding dengan regangan. Modulus kenyal E yang
sama dianggap berlaku untuk bahan yang mengalami tarik atau tekan (kompresi). Efek Poisson dan
interferensi antara serat-serat yang berdampingan dengan tegangan yang berbeda, diabaikan. Dengan
menggabungkan pengandaian-pengandaian yang terdahulu, kita memperoleh dasar untuk menetapkan
teori lenturan untuk bahan elastis yaitu: Dalam sua tu irisan suat14 ba/ok, tegangan normal yang
dihasilkan oleh lenturan berubah secara linier dengan jaraknya dari sumbu netral.

Mekanika Bahan | 31
Integral fAy2 dA hanya tergantung kepada sifat geometris daerah irisan penampang. Dalam mekanika
bahan integral ini disebut sebagai momen inersia dari daerah irisan penampang terhadap sumbu titik
berat, bila y diukur dari sumbu tersebut. Momen inersia ini adalah suatu tetapan untuk suatu luas
tertentu, dan dalam buku ini akan dilambangkan dengan I. Dengan penggunaan notasi ini maka
ungkapan yang terdllhulu dapat ditulis dengan rapi sebagai

Adalah biasa untuk membuang tanda tegangan normal tersebut karena sikap tegangan ini dapat
diperoleh lewat pemeriksaan. Pada setiap irisan tegangan normal haruslah bertindak dengan cara
seperti membangun sebuah kopel secara statis setara dengan perlawanan terhadap momen lentur, dan
sikap yang telah diketahui. Jadi persamaan di atas dapat ditulis dengan mudah sebagai

Persamaan 5-1 adalah rumus lenturan* dari balok. Rumus ini memberikan tegangan normal
maksimum dalam balok yang mendapatkan suatu momen lentur M. Selanjutnya karena tegangan a
pada setiap titik pada penampang adalah -(yfe )amax, maka ungkapan umum untuk tegangan normal
pada irisan diberikan sebagai

Rumus-rumus ini luar biasa pentingnya dalam mekanika bahan. Dalam rumus ini, M adalah momen
lentur dalam atau perlawanan, yang sama besarnya dengan momen luar pada irisan di mana tegangan
itu terdapat. Pada rumus ini momen lentur dinyatakan dalam satuan newton·meter(N·m). Jaraky antara
sumbu netral dengan titik pada irisan di mana terdapat tegangan normal a yang tegaklurus diukur
terhadap sumbu netral, haruslah dinyatakan dalam meter. Bila y mencapai harga maksimumnya, maka
ia sesuai dengan e dan bila harga y ini mendekati nilai maksimum, maka tcgangan normal a men·
dekati amax. Dalam persamaan ini I adalah momen inersia dari seluruh daerah irisan penampang balok
terhadap sumbu netral. Untuk menghindari keraguan dengan momen inersia kutub, maka I
kadangkadang disebut juga sebagai momen incrsia siku empat.

PENGHITUNGAN MOMEN INERSIA


Dalam menggunakan rumus-rumus lenturan, maka momen inersia I dari daerah irisan penampang
terhadap sumbu netral harus ditentukan dahulu. Harga momen inersia ditentukan dengan integrasi y
2dA terhadap seluruh luas irisan penampang batang dan harus ditekankan bahwa momen inersia untuk
rumus lenturan ini haruslah dihitung terhadap sumbu netral daerah irisan penampang. Sumbu ini,
menurut Pasal S-4, haruslah melalui titik berat daerah irisan penampang. Untuk irisan-irisan yang
simetris maka sumbu netral tersebut tegaklurus pada sumbu sirnetri. Sumbu seperti itu merupakan
salah satu sumbu-sumbu utama* (principal axes) dari daerah irisan penampang. Kebanyakan pembaca
harus sudah mengenal metoda penentuan momen inersia I tersebut. Tetapi meskipun demikian
prosedur penting dari metoda ini akan ditinjau kembati di bawah ini. Langkah pertama untuk
mengevaluasi momen inersia I untuk suatu daerah adalah mendapatkan titik berat dari daerah tersebut.
Mekanika Bahan | 32
Kemudian suatu integrasi y2 dA dapat dilakukan terhadap sumbu horisontal yang melalui titik berat
dari luas daerah tersebut.· lntegrasi yang sesungguhnya terhadap daerah luas hanya diperlukan untuk
beberapa bentuk dasar seperti empatpersegi panjang, segitiga dan seterusnya. S~telah hal ini dilakukan
maka kebanyakan luas irisan penampang yang dipergunakan dalam praktek dapat dapat dipecah-pecah
menjadi gabungan bentuk-bentuk sederhana di atas. Harga momen-momen inersia untuk beberapa
bentuk sederhana bisa ditemukan pada setiap handbook teknik sipil aan mesin (lihat pula Tabel 2 dari
I..ampiran). Untuk mendapatkan momen inersia I untuk suatu luas yang terdiri dari beberapa bentuk
sederhana, m aka diperlukan teorema sumbu sejajar (kadang-kadang disebut rumus perpindahan ).
Teorema tersebut dikembangkan sebagai berikut. Daerah yang diperlihatkan dalam Gambar 5-5
mempunyai momen inersia / 0 terhadap sumbu horisontal yang melalui titik beratnya yaitu: / 0 = f y 2
dA, di manay di· ukur dari sumbu titik berat. Momen inersia fzz dari daerah yang sama terhadap
sumbu horisontal z-z yang lain dedefinisikan sebagai

LENTURAN MURNI BALOK DENGAN IRISAN TAK SIMETRIS


Lenturan murni dari balok elastis yang mempunyai sumbu simetri telah dibahas dalam pasal yang lalu.
Momen terpakai diandaikan bekerja dalam bidang simetri. Batasan-batasan ini, meskipun berguna
sekali dalam membentuk teori lenturan, adalah ketat sekali tetapi bisa pu1a terla1u 1e1uasa.
Rumusrumus yang sama dapat dipergunakan untuk setiap ba1ok yang niendapat lenturan murni, asal
saja momen 1entur dilakukan pada bidang yang sejajar dengan sumbu utama daerah irisan penampang.
Penurunan rumus sebelumnya dapat diulangi lagi secara identik. Tegangan bervariasi secara linier dari
sumbu netral melalui titik berat. Seperti sebelumnya, tegangan pada setiap daerah elementer dA,
dalam Gambar 5-11, adalah a= -(yjc)amax· Jadi -(yfc)amax dA adalah suatu gaya kecil takberhingga
yang bekerja pada sebuah elemen. Penjumlahan momenmomen gaya dalam ini sekitar sumbu z
membentuk momen dalam. Tetapi karena simetri tidaklah cukup gaya-gaya dalam ini dapat
membentuk suatu momen sekitar sumbu y.

Lengan-lengan momen dari gaya-gaya yang bekerja pada daerah-daerah yang kecil takberhingga
sekitar sumbu y adalah sama dengan z. Jadi momen Myy yang mungkin sekitar sumbu y adalah

Integral yang terakhir menyatakan hasilkali inersia dari daerah irisan penampang. lni sama dengan nol
bila sumbu yang dipilih adalah sumbu utama dari daerah tersebut.* Karena sumbu-sumbu inilah yang
kita gunakan di sini dan dianggap merupakan sumbu utama, maka Myy = 0 hingga rumus-rumus yang
dibangun semula berlaku pula untuk balok dengan setiap bentuk irisan penampang
Mekanika Bahan | 33
BAB III PEMBAHASAN

KELEBIHAN :

1. Pada buku utama isi buku sangat menarik dengan disertainya gambar-gambar n
2. Pada buku pembanding isi buku ada banyak contoh contoh soal sehingga pembaca
dapat memahaminya tidak hanya dari teori saja namun dari contoh soal

KEKURANGAN :
1. Pada buku UTAMA mempunyai kelemahan yang terdapat pada isi buku
yang terlalu banyak sehingga pada tampak luar saja buku ini sudah tebal,
hal ini lah yang membuat pembaca menjadi malas membacanya.
2. Pada buku PEMBANDING menggunakan bahasa yang sulit dimengerti
bagi pemula, sehingga materi yang ada dalam buku pun sulit untuk
dipahami,namun didukung dengan adanya contoh soal

Mekanika Bahan | 34
BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN :

Dari hasil kritikan diatas dapat kita simpulkan bahwa buku utama ini masuk
dalam kategori buku yang belum cukup baik,karena hanya orang orang tertentu
yang dapat memahaminya karena memang buku ini ditujukan kepada orang orang
yang mengerti tentang bidang yang diteliti. Buku ini layak untuk dipelajari dan
memang penyampaian nya baik, namun setiap ada kelebihan pasti ada kekurangan
sama halnya seperti buku ini, dalam setiap pekerjaan pasti ada satu atau dua
kesalahan yang perlu di telaah lebih dalam lagi sehingga dapat menajdi lebih baik
lagi.

SARAN :

Besar harapan saya akan menjadi lengkapnya buku ini dikemudian hari
maka dari itu penulis diharapkan mampu menerima kritik dan saran dari para
pembaca. Saran saya adalah penulis diharapkan dapat mengembangkan buku ini
menjadi lebih baik sehingga lebih menarik minat pembaca. Kekurangan yang telah
disampaikan kiranya dapat diminimalisir Sehingga buku ini menjadi lebih baik.

Mekanika Bahan | 35
DAFTAR PUSTAKA

file:///C:/Users/ASUS/Downloads/Mekanika%20bahan%20jilid%201.pdf
file:///C:/Users/ASUS/Downloads/mekanika_teknik_E_P_POPOV_versi_SI_p
df.pdf

LAMPIRAN

Mekanika Bahan | 36
BUKU UTAMA

BUKU PEMBANDING

Mekanika Bahan | 37

Anda mungkin juga menyukai