Anda di halaman 1dari 2

Etnosentrisme, prejudis, dan diskriminasi dapat menjadi sumber permasalahan

bagi bangsa Indonesia dikarenakan rangkaian tersebut merupakan penghancur


semangat kesatuan dalam perbedaan dan perbedaan dalam kesatuan yang telah
lama digunakan dalam ideologi bangsa Indonesia untuk bersatu melawan para
penjajah yang mengetahui kelemahan dari bangsa Indonesia yaitu banyaknya
perbedaan suku, adat istiadat, ras, bahasa, dan agama. Hal tersebut dapat
mudah dimanfaatkan oleh siapapun untuk mengadu domba berbagai pihak
seperti yang dilakukan saat penjajahan Belanda di Indonesia. Maka dari itu
lahirlah semboyan bhineka tunggal ika yang merupakan hasil pemikiran pendiri
bangsa Indonesia atas persetujuan rakyat dari segala penjuru daerah.
Etnosentris berasal dari kata etnik. Etnosentrisme adalah suatu presepsi yang
dimiliki kebudayaan yang mereka miliki tiap individu yang menganggap bahwa
kebudayaan yang mereka miliki lebih baik dari budaya lainnya atau dapat
dikatakan etnosentrisme itu adalah fanatisme suku bangsa. Karena kita
memandang nilai nilai dari sudut pandang kelompokmu, kita tak sanggup
memahami, mengerti, dan menerima nilai yang berbeda dari kelompok, suku,
bangsa, dan negara lain. Etnosentris ini membuat kita salah mengartikan
tindakan atau budaya orang lain. Contoh etnosentris yaitu orang beranggapan
bahwa orang beragama Hindu yang ada di Bali itu terbelakang, mereka
menyembah patung. Orang ibu kota seperti Jakarta isinya maksiat semua suka
hiburan malam, pesta minuman keras, dan menggunakan pakaian minim.
Prejudis berarti membuat keputusan sebelum mengetahui fakta yang relevan
mengenai objek tersebut. Awalnya istilah ini merujuk pada penilaian berdasar
ras seseorang sebelum memiliki informasi yang relevan yang bisa dijadikan dasar
penilaian tersebut. Selanjutnya prasangka juga diterapkan pada bidang lain
selain ras. Pengertiannya sekarang menjadi sikap yang tidak masuk akal yang
tidak terpengaruh oleh alasan rasional. Prejudis adalah sikap atas sesuatu hal
yang bias dan intoleran, serta tak berubah walaupun ada fakta yang
berkebalikan dengan prasangka tersebut. Dalam kerangka sosial, jelas
prasangka punya dampak yang tak boleh disepelekan. Misalnya saya punya
teman yang sangat benci Papua. Suatu hari saya memperkenalkan teman saya
dengan orang Papua tapi berkulit putih. Setelah menjadi teman, belakangan
baru saya beritahu bahwa ia adalah orang Papua. Apa reaksi dia? "ohh, yang
penting dia bukan orang Papua kebanyakan." Perhatikan bahwa tak ada
perubahan sikap dari yang 'pokoknya' gak suka orang Papua, kecuali satu
pengecualian itu.
Dan yang paling menakutkan dari sekedar etnosentris dan prejudis adalah pada
akhirnya (terutama prejudis) akan muncul yaitu diskriminasi. Diskriminasi
merujuk kepada pelayanan yang tidak adil terhadap individu tertentu, di mana
layanan ini dibuat berdasarkan karakteristik yang diwakili oleh individu tersebut.
Diskriminasi merupakan suatu kejadian yang biasa dijumpai dalam kehidupan
masyarakat, ini disebabkan karena kecenderungan sikap manusia yang lebih
suka membeda-bedakan yang lain. suatu tindakan nyata terhadap suatu
kelompok dalam memperlakukan dua (atau lebih) kelompok. Akhirnya, jika ada
orang yang lahir dari Papua, sudah lama tinggal di Jakarta, dan menganut agama
Hindu. Sedangkan orang tersebut baru saja pindah ke desa di Pulau Jawa yang
agama Hindu merupakan minoritas. Maka kemungkinan akan terjadi
diskriminasi sangatlah tinggi jika tidak diimbangi dengan pemikiran yang terbuka
dan pengamalan semboyan bhineka tunggal ika.

Sumber:
Rosnow, Ralph L.; Poultry and Prejudice. Psychology Today, (March, 1972): p. 53.

https://www.kompasiana.com/dallanta1009022451/5b935aa26ddcae6a9220a792/etnosen
trisme?page=all
https://id.wikipedia.org/wiki/Diskriminasi
https://www.kompasiana.com/ris.tan/551237a1a33311ed56ba7ff7/stop-prasangka-
stereotype-etnosentris-diskriminasi

Anda mungkin juga menyukai