Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

PANDANGAN FILOSOFIS TENTANG METAFISIKA

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Filsafat Umum


Dosen Pengampu: Indah Purwanti, MT

JURUSAN AKUNTANSI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
PEKALONGAN TAHUN 2020
PRAKATA

Alhamdulilahirobbil Alamin, puji syukur atas kehadirat Allah SWT, atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga dapat menyelesaikan tugas makalah ini yang berjudul
“Beberapa Pandangan Filosofis tentang Metafisika” dapat tersusun hingga selesai.

Penyusun mengucapkan terimakasih kepada Ibu Indah Purwanti, . selaku dosen


mata kuliah Filsafat Umum, serta kami juga mengucapkan banyak terimakasih kepada
pihak lain yang telah membantu.

Semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para
pembaca, untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah
agar menjadi lebih baik

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih


banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran
dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Pekalongan, November 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

PRAKATA.......................................................................................................................i

DAFTAR ISI..................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang..................................................................................................1

B. Rumusan Masalah.............................................................................................1

C. Tujuan Penulisan..............................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Metafisika.......................................................................................2

B. Pandangan Filosofis tentang Metafisika...........................................................3

C. Klasifikasi Metafisika.......................................................................................6

BAB III PENUTUP

A. Simpulan.............................................................................................................7

B. Saran...................................................................................................................7

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................8

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Metafisika adalah cabang filsafat yang mempelajari penjelasan asal atau hakikat
objek (fisik) di dunia. Belajar dasar-dasar metafisika mengarahkan manusia untuk
berupaya mengerti lebih dalam keberadaannya. Dengan berfikir metafisis sebagai
pengaruh dari belajar dasar-dasar metafisika dapat meredam hedonisme dan
materialisme. Hal ini selaras dengan karakteristik metafisika yang menekankan pada
pengetahuan akal budi, dimana isi dari pengetahuan inderawi yang senantiasa dalam
perubahan yang justru metafisika jika dipelajari mendorong orang untuk
mempergunakan akal budi dalam proses mencapai realitas rohani sebagai realitas
mutlak sang pengatur seluruh alam dan memang realitas mutlak ini dapat dicapai oleh
akal budi sehingga memposisikan realitas material tidak penting manakala
menghambatnya.

Metafisika mempunyai objek kajian yang mengatasi pengalaman inderawi yang


bersifat individual. Metafisika bertugas mencari kedudukan yang individual itu dalam
konteks keseluruhan. Metafisika mengajak orang untuk tidak terpaku pada pohon ini
atau itu, atau masalah kesehatan manusia dan lain-lain yang tertentu, tetapi melihat
semuanya itu dalam konteks bahwa semua itu ada.
Metafisika pada masa sekarang menjadi bidang filsafat yang memikirkan dan
mempelajari hal-hal yang ‘mengatasi’ atau ‘diluar’ pembahasan tentang hal-hal yang
fisik dan empiris, dimana sudut pandang metafisika mengatasi fisika (metaphysica).
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Pengertian Metafisika?

2. Bagaimana Pandangan Filosofis tentang Metafisika?

3. Bagaimana Klasifikasi Metafisika?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui Pengertian Metafisika

2. Untuk mengetahui Pandangan Filosofis tentang Metafisika

3. Untuk mengetahui Klasifikasi Metafisika

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Metafisika


Metafisika dalam bahasa Yunani yaitu meta artinya setelah atau dibalik, dan
physika yang artinya hal-hal di alam. Metafisika adalah salah satu cabang filsafat yang
mempelajari penjelasan dan pemahaman mengenai asal atau hakekat objek (fisik) di dunia
sehingga hal tertentu menjadi ada.1
Metafisika yaitu bagian filsafat tentang hakikat yang ada di sebalik fisika. 2
Hakikat yang bersifat abstrak dan diluar jangkauan pengalaman manusia. Metafisika
secara prinsip mengandung konsep kajian tentang sesuatu yang bersifat rohani dan yang
tidak dapat diterangkan dengan kaedah penjelasan yang ditemukan dalam ilmu yang lain.
Menurut Aristoteles, metafisika disebut sebagai filsafat pertama atau thelogia, dalam
pandangan Aristoteles, metafisika belum begitu jelas dibedakan dengan fisika. Secara
etimologis metafisika berasal dari bahasa Yunani yang menurut Lois O. Katsiff adalah
hal-hal yang terdapat sesudah fisika. Aristoteles mendefinisikannya sebagai ilmu
pengetahuan mengenai yang ada sebagai yang ada, yang dilawankan misalnya dengan
yang ada sebagai yang digerakan atau yang ada sebagai yang jumlahkan.
Cabang utama metafisika adalah ontology, studi tentang kategorisasi benda-benda di alam
dan hubungan antara satu dan lainnya. Ahli metafisika juga berupaya memperjelas
pemikiran-pemikiran manusia mengenai dunia, termasuk keberadaan, kebendaan, sifat,
ruang, waktu, hubungan sebab akibat dan kemungkinan.3
Seperti sudah disinggung sebelumnya, metafisika adalah cabang filsafat yang hendak
menyelidiki kenyataan dari sudut yang paling mendasar, paling mendalam, sekaligus
paling menyeluruh. Oleh karena itu, metafisika sering juga disebut sebagai filsafat
dasariah atau seperti yang dikatakan oleh aristoteles, filsafat pertama.
Yang harus dimengerti adalah bahwa metafisika tidaklah mengacu pada suatu objek
tertentu yang bersifat konkret, melainkan lebih bersifat formal. Artinya, segala sesuatu di
dalam realitas diselidiki dari sudutnya paling mendalam dan paling mendasar. Olehkarena
itu, metafisika dapatlah dikatakan sebagai suatu refleksi filosofis sebagai suatu refleksi
filosofis tentang realitas yang paling dalam dan paling akhir secara total.
1
Kees dan Bertens, Sejarah Filsafat Yunani, (Jakarta: Kanisius, 1989), hlm. 76.
2
Lorens Bagus, Metafisika, Suwandi (ed), (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1991) hlm. 1
3
Kathleen, Robert C, dkk, Sejarah Filsafat, (Jogjakarta: Yayasan Bentang Budaya, 2002), hlm. 125.
2
Dengan kata lain, metafisika hendak mengungkapkan realitas dalam satu konsep
dasariah yang paling total. 4
Pada masa sekarang, metafisika dipahami sebagai bagian dari filsafat yang
mempelajari dan berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan terdalam tentang hakikat
segala sesuatu. Pertanyaan-pertanyaan filosofis tersebut membahas dan tertuju pada
beberapa konsep metafisik, dengan kata lain yang lebih tepat yaitu konsep diluar hal-hal
yang bersifat fisik. Jadi dapat disimpulkan bahwa metafisika adalah suatu studi tentang
sifat dan fungsi teori tentang realita.5

2.2 Pandangan Filosofis Tentang Metafisika


1. David Hume
Merupakan filosof yang paling brutal. Filsuf Skotlandia ini mengatakan bahwa
manusia hanya mendapatkan pengetahuannya dari segenap inderanya saja. Apa yang
tidak ia serap dengan indera itu hanya omong kosong.
David Hume merupakan filosof yang menentang metafisika. Ia berpendapat
bahwa metafisika itu cara berfikir yang menyesatkan dan khayalan yang sebaiknya karya-
karya metafisika dimusnahkan saja karena tidak mengandung isi apa-apa. Metafisika juga
bukanlah sesuatu yang dapat dipersepsi oleh indera manusia, sehingga merupakan sesuatu
yang senseless.6
2. Immanuel Kant
Tokoh ini sedikit memiliki toleransi terhadap metafisika. Ia membaginya menjadi
dua, yaitu fenomena dan nomena. Fenomena adalah apa yang terserap indera, misalnya
yang dapat diperdebatkan, teliti, observasi dan eksperimentasi. Sedangkan nomena yaitu
apa yang diluar dari fenomena, kita tidak mempunyai pengetahuan apapun tentangnya.
Kant memang toleransi terhadap metafisika, namun sekaligus menegaskan bahwa hal-hal
yang metafisik mustahil bisa ditelaah oleh sebab pengetahuan tentangnya adalah tidak
ada.7

4
Reza AA Wattimena, Filsafat dan Sains, (Jakarta:Grasindo), hlm. 32-33
5
Ibid, hlm. 127.
6
Kumara Ari Yuana, 100 Tokoh Filsuf Barat dari Abad 6SM- Abad 21 yang Menginspirasi Dunia Bisnis,
(Yogyakarta: C.V ANDI OFFSET, 2010), hlm. 100.
7
Ibid, hlm. 103.
3
3. Alfred Jules Ayer
Alfred termasuk filosof yang menentang metafisika. Ia mengatakan bahwa
metafisika adalah parasite dalam kehidupan ilmiah yang dapat menghalangi kemajuan
ilmu pengetahuan. Problem yang diajukan dalam bidang metafisika yaitu problem semu
yang artinya permasalahan yang tidak memungkinkan untuk dijawab.8
4. Karl Jaspers
Karl termasuk filsuf pembela metafisika. Ia mengemukakan pendapatnya bahwa
metafisika merupakan upaya memahami chiffer : symbol yang mengantarai eksistensi dan
transendensi. Chiffer adalah jejak, cermin, gema atau bayangan transendensi.9
5. Al-Kindi
Metafisika alam menurut Al-Kindi yaitu bahwa alam ini adalah illat-Nya. Alam
itu tidak mempunyai asal, kemudian menjadi ada karena diciptakan Tuhan. Al-Kindi juga
menegaskan mengenai hakikat Tuhan, Tuhan adalah wujud yang hak (benar) yang bukan
asalnya tidak ada menjadi ada, ia selalu mustahil tidak ada, jadi Tuhan adalah wujud yang
sempurna yang tidak didahului oleh wujud yang lain.10
6. Al-Razi
Metafisika yang dibahas oleh Al-Razi seperti halnya pada filsafat yunani kuno
yaitu tentang adanya lima prinsip yang kekal yaitu: Tuhan, jiwa universal, materi
pertama, ruang absolut dan zaman absolut.
Secara prinsip tentang metafisika dikatakan bahwa Tuhan menciptakan manusia
dengan substansi ketuhanan_Nya kemudian akal, akal berfungsi menyadarkan manusia
bahwa dunia yang dihadapi sekarang ini bukanlah dunia yang sebenarnya, dunia yang
sebenarnya itu dapat dicapai dengan berfilsafat. Dalam karya tulis Al-Razi, al-Tibb al-
Ruhani (kedokteran jiwa) tampak jelas bahwa ia sangat tinggi menghargai akal, dikatakan
bahwa akal adalah karya terbesar dari Tuhan bagi manusia.11

8
Ibid, hlm. 105.
9
Ibid, hlm. 109.
10
Ahmad Hanafi, Pengantar Filsafat Islam, Cet. Kelima, (Jakarta: PT. Bulan Bintang. 1991), hlm. 77.
11
Sidi Gazalba. Sistematika Filsafat, cet 3, (Jakarta: Bulan Bintang, 1981), hlm. 34.
4
7. Ibnu sina
Ibnu sina berpendapat bahwa metafisika adalah ilmu yang memberikan
pengetahuan tentang prinsip-prinsip filsafat teoritis, yang dilakukan dengan cara
mendemontrasikan perolehan sempurna prinsip-prinsip tersebut melalui intelek.
Metafisika berhubungan dengan maujud sepanjang ia ada. Oleh karenanya ia diterapkan
pada sesuatu dan bukan karena sesuatu yang partikular dilekatkan padanya, melainkan
karena ia diterapkan pada prinsip wujud.
8. Charles Sanders Peirce
Peirce membedakan metafisika dengan ilmu pengetahuan metafisika. Metafisika
adalah proposisi yang tidak melibatkan indra sebagai alat penangkap fenomena sehingga
praktis tidak dapat dianggap sebagai hal penting. Pengetahuan metafisika menurutnya
tetap bersiat disiplin observasional atau mendasarkan pada pengamatan yang mempelajari
awal mula dan dasar-dasar unsur alam semesta melalui pengalaman yang mungkin sangat
fudamental sehingga sulit diteliti. Metafisika ilmiah dan ilmu pengetahuan menurutnya,
bukan satu rangkaian kesatuan disiplin, tetapi lebih sebagai urutan hierarkis. Metafisika
ilmiah merupakan fondasi, sedangkan bangunan ilmu pengetahuan ada di atasnya. 12
9. A.R.Lacey
Metafisika pada dasarnya dipersoalkan mengenai substansi atau hakikat alam
semesta. Apakah alam semesta ini berhakikat monistik atau pluralistik, bersifat tetap atau
berubah-ubah, dan apakah alam semesta ini merupakan kesungguhan (actual) atau berupa
kemungkinan (potency). 13
10. Al-Farabi
Metafisika (al-‘ilm al-ilahi) terbagi pada tiga bagian yaitu ; (1) wujud-wujud dan
sifat-sifat esensialnya sejauh mereka adalah wujud, (2) prinsip-prinsip demonstarsi
(mabadi al-barahin) dalam ilmu-ilmu teoriti tertentu dan (3) wujud-wujud non fisik
mutlak.
Metafisika al-Farabi dibagi menjadi tiga: pertama, bagian ontologi, yakni ilmu
yang berhubungan dengan wujud sera sifat-sifatnya, sepanjang berupa wujud-wujud.
Kedua, bagian yang menetapkan prinsip-prinsip demonstrasi dalam ilmu logika, ilmu
matematis dan kealaman. Ketiga, bagian wujud-wujud yang bukan merupakan benda dan
tidak berada dalam benda, yakni ilmu tentang malaikat, kosmologi dan kosmogoni.14

12
Kumara Ari Yuana, 100 Tokoh Filsuf Barat dari Abad 6 SM-Abad 21 yang Menginspirasi Dunia Bisnis,
(Yogyakarta: CV ANDI OFFSET), Hlm. 244-245
13
Nunu Burhanudin, Filsafat Ilmu, (Jakarta: Prenadamedia Group), Hlm, 52
14
Ibid, Hlm, 91
5
2.3 Klasifikasi Metafisika
Menurut Christian wolf metafisika terbagi menjadi dua jenis, yaitu Metaphysica
Generalis, yaitu ilmu yang membahas mengenai hal yang ada atau pengadaan yang dikenal
sebagai ontology. Kedua Metaphysica specialis , yaitu:
1. Antropologi yang menelaaah tentang hakikat manusia, terutama hubungan jiwa dan raga.
2. Kosmologi yang menelaah tentang asal-usul dan hakikat alam semesta
3. Theologi yaitu kajian tentang Tuhan secara rasional
Sementara itu Driyakara menyamakan metafisika dengan ontology, ia menyatakan
bahwa filsafat tentang ada dan sebab-sebab pertama adalah metafisika atau ontologi, yang
juga membahas mengenai apakah kesempurnaan itu menjadi tujuan inti dan hakikat dari
segala sesuatu. 15

15
Hatta, Mohammad, Alam Pikiran Yunani, (Jakarta: PT. Tintamas Indonesia), Hlm.67
6
BAB III
PENUTUP

3.1 SIMPULAN
Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa metafisika merupakan
salah satu cabang ilmu filsafat yang mempelajari penyebab segala sesuatu. Sehingga,
sesuatu hal menjadi ada dan dijelaskan keberadaannya. Metafisika mengajak manusia
untuk memahami diri sendiri secara psikis. Sedangkan kajian metafisika membawa
pengaruh langsung maupun tidak langsung dalam kehidupan manusia.

3.2 SARAN
Mengingat manusia tidak luput dari kesalahan, makalah yang kami susun inipun
masih banyak kesalahan dan kekeliruan. Oleh karena itu, kami mengaharap saran dari
pembaca yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.

7
DAFTAR PUSTAKA

Kees, Bertens. 1989. Sejarah Filsafat Yunani. Jakarta: Kanisius.


Bagus, Lorens, Suwandi (ed).. 1991 Metafisika. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Kathleen, Robert C, dkk. 2002. Sejarah Filsafat. Jogjakarta: Yayasan Bentang Budaya.
Wattimena,Reza AA. 2008. Filsafat dan Sains. Jakarta:Grasindo
Yuana, Kumara Ari. 2010. 100 Tokoh Filsuf Barat dari Abad 6SM- Abad 21 yang Menginspirasi
Dunia Bisnis. Yogyakarta: C.V ANDI OFFSET.
Hanafi, Ahmad. 1991 Pengantar Filsafat Islam. Cet. Kelima. Jakarta: PT. Bulan Bintang. 1991
Sidi Gazalba. 1981. Sistematika Filsafat, cet 3. Jakarta: Bulan Bintang.
Burhanudin, Nunu. 2018. Filsafat Ilmu. Jakarta: Prenadamedia Group.
Hatta, Mohammad.1981. Alam Pikiran Yunani. Jakarta: PT. Tintamas Indonesia,

Anda mungkin juga menyukai