Anda di halaman 1dari 19

FERTILAS DAN MORTALITAS

OLEH :

KELOMPOK III

NURUL FADILAH
NOVITA BANUN
KRISTINA SIHOTANG

DOSEN PEMBINGBING : YANNA WARI HRP M.P.H

UNIVERSITAS AUFA ROYHAN


PASADANGSIDEMPUAN
T.A 2020-2021

i
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam. Atas izin
dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah tepat waktu tanpa kurang suatu apa
pun. Tak lupa pula penulis haturkan shalawat serta salam kepada junjungan Rasulullah
Muhammad SAW. Semoga syafaatnya mengalir pada kita di hari akhir kelak.

Penulisan makalah berjudul ‘Fertilas dan Mortalitas’ bertujuan untuk memenuhi tugas
mata kuliah,

Selama proses penyusunan makalah, penulis mendapatkan bantuan dan bimbingan


dari Dosen Pembingbing Ibu Yanna Wari Harahap, M.PH Oleh karena itu, penulis berterima
kasih banyak kepada Ibu Dosen Pembimbing.

Akhirul kalam, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Besar
harapan penulis agar pembaca berkenan memberikan umpan balik berupa kritik dan saran.
Semoga makalah ini bisa memberikan manfaat bagi berbagai pihak. Aamiin.

Wassalamualaikum wr.wb

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAM AN JUDUL ……………………………………………………………………… i


KATA PENGANTAR ……………………………………………………………………... ii
DAFTAR ISI ………………………………………………………………………………. iii
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………………………. 1
A. Latar Belakang ……………………………………………………………………... 1
B. Tujuan ……………………………………………………………………………… 1
C. Rumusan Masalah ………………………………………………………………….. 1

BAB II ……………………………………………………………………………………... 2
A. Pengertian Fertilas …………………………………………………………………. 2
B. Pengertian Ukuran Mortilitas ……………………………………………………… 2
C. Faktor yang Mempengaruhi Fertilas ………………………………………………. 3
D. Konsep ……………………………………………………………………………... 5
E. Sumber Data ……………………………………………………………………….. 6
F. Data Mortalitas …………………………………………………………………….. 7
G. Ukuran ukuran fertilitas dan mortalitas ……………………………………………. 8

BAB III PENUTUP ……………………………………………………………………….. 15


A. KESIMPULAN …………………………………………………………………… 15

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………………… 16

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Fertilitas adalah suatu istilah yang dipergunakan dalam bidang demografi untuk
menggambarkan jumlah anak yang benar-benar dilahirkan hidup (Pollard, 1989).
Sedangkan Mortalitas atau kematian merupakan salah satu di antara tiga komponen
demografi yang dapat mempengaruhi perubahan penduduk. Dua komponen demografi
lainnya adalah fertilitas (kelahiran) dan migrasi. Informasi tentang kematian penting, tidak
saja bagi pemerintah melainkan juga bagi pihak swasta, yang terutama berkecimpung dalam
bidang ekonomi dan kesehatan. Data kematian sangat di perlukan antara lain untuk proyeksi
penduduk guna perencanaan pembangunan.Misalnya, perencanaan fasilitas perumahan,
fasilitas pendidikan, dan jasa-jasa lainnya untuk kepentingan masyarakat.

Dengan kemajuan ilmu kedokteran, kadang-kadang sulit untuk membedakan keadaan


mati dan keadaan hidup secara klinik. Apabila pengertian mati tidak dikonsepkan,
dikhawatirkan bisa terjadi perbedaan penafsiran antara berbagai orang tentang kapan
seseorang dikatakan mati. Menurut konsepnya, terdapat 3 keadaan vital, yang masing-masing
saling bersifat mutually exclusive, artinya keadaan yang satu tidak mungkin terjadi bersama
dengan salah satu keadaan lainnya.

B. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian Fertilitas dan mortilitas


2. Untuk mengetahui sumber data jumlah bayi yang hidup dan kematian
3. Untuk mengetahui ukuran hidupdan kematian
4. Untuk mengetahui pengaruh fertilitas dan mortalitas terhadap kesehatan

C. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan ukuran mortilitas?


2. Bagaimana cara mengetahui sumber data kematian?
3. Bagaimana mengetahui ukuran kematian?
4. Apa pengaruh mortalitas terhadap kesehatan masyarakat?

1
BAB II
PEMBAHASAN

1. PENGERTIAN FERTILAS DAN MORBIDITAS


A. Pengertian Fertilas

Fertilitas adalah suatu istilah yang dipergunakan dalam bidang demografi untuk
menggambarkan jumlah anak yang benar-benar dilahirkan hidup (Pollard, 1989). Disamping
istilah fertilitas ada juga istilah fekunditas (fecundity) sebagai petunjuk kepada kemampuan
fisiologis dan biologis seorang perempuan untuk menghasilkan anak lahir hidup (Mantra,
2006). Fertilitas biasanya diukur sebagai frekuensi kelahiran yang terjadi di dalam sejumlah
penduduk tertentu. Disatu pihak mungkin akan lebih wajar bila fertilitas dipandang sebagai
jumlah kelahiran per orang atau per pasangan, selama masa kesuburan (Barcla, 1984).

B. Pengertian Ukuran Mortilitas

Ukuran kematian merupakan angka atau indeks, yang di pakai sebagai dasar untuk
menentukan tinggi rendahnya tingkat kematian suatu penduduk. Ada berbagai macam ukuran
kematian, mulai dari yang paling sederhana sampai yang cukup kompleks. Namun demukian
perlu di catat bahwa keadaan kematian suatu penduduk tidaklah dapat diwakili oleh hanya
suatu angka tunggal saja. Biasanya berbagai macam ukuran kematian di pakai sekaligus guna
mencerminkan keadaan kematian penduduk secara keseluruhan. Hampir semua ukuran
kematian merupakan suatu “rate” atau “ratio”.Rate merupakan suatu ukuran yang
menunjukkan terjadinya suatu kejadian (misalnya: kematian, kelahiran, sakit, dan
sebagainya) selama peroide waktu-waktu tertentu.Kematian (mortalitas) adalah peristiwa
hilangnya semua tanda-tanda kehidupan secara permanen yang bisa terjadi tiap saat setelah
kelahiran hidup. (Budi Utomo, 1985). Morbiditas (penyakit/kesakitan) adalah kondisi
penyimpangan dari keadaan yang normal, yang biasanya dibatasi pada kesehatan fisik dan
mental. Pada kasus tertentu morbiditas ini terjadi secara terus menerus (morbiditas kumulatif)
yang pada akhirnya dapat menyebabkan kematian pada penderitanya. Jenis kematian didalam
rahim (intra uterin)

2
C. FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT FERTILAS

Menurut Davis dan Blake (dalam Sri Harjati Hatmadji, 1981) terdapat tiga tahap
penting dari proses reproduksi, yaitu:
a) Tahap hubungan kelamin (intercrouse).
b) Tahap konsepsi (conseption) .
c) Tahap kehamilan (gestation) Faktor-faktor sosial, ekonomi, dan budaya yang
mempengaruhi fertilitas akan melalui faktor-faktor yang langsung ada kaitannya
dengan ketiga tahap reproduksi di atas.
2.1 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Fertilitas

Menurut Davis dan Blake (dalam Sri Harjati Hatmadji, 1981) terdapat tiga tahap
penting dari proses reproduksi, yaitu:

a) Tahap hubungan kelamin (intercrouse).


b) Tahap konsepsi (conseption) .
c) Tahap kehamilan (gestation) Faktor-faktor sosial, ekonomi, dan budaya yang
mempengaruhi fertilitas akan melalui faktor-faktor yang langsung ada kaitannya
dengan ketiga tahap reproduksi di atas.

Faktor yang langsung mempunyai kaitan dengan ketiga tahap tersebut disebut
“Variabel Antara”. Ada 11 variabel antara yang mempengaruhi fertilitas, yang masing-
masing dikelompokkan dalam tiga tahap proses reproduksi, yaitu:

a. Faktor-faktor yang mempengaruhi hubungan kelamin (intercrouse)


• Umur memulai hubungan kelamin .
• Selibat permanen, yaitu proporsi wanita yang tidak pernah mengadakan hubungan
kelamin.
• Lamanya berstatus kawin.
• Abstinensi sukarela .
• Berpantang (abstinensi) terpaksa (misal: sakit, berpisah sementara).
• Frekuensi hubungan seksual (senggama).

3
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi kemungkinan terjadinya konsepsi (conseption)
• Kesuburan (fekunditas) atau kemandulan (infekunditas) yang disebabkan hal-hal
yang tidak disengaja
• Menggunakan atau tidak menggunakan metode kontrasepsi:
• Menggunakan cara-cara mekanik dan bahan-bahan kimia.
• Menggunakan cara-cara lain.
• Kesuburan (fekunditas) atau kemandulan (infekunditas) yang disebabkan hal-hal
yang disengaja (misal, sterialisasi).
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi kehamilan
• Mortalitas janin yang disebabkan oleh faktor-faktor yang tidak disengaja
• Mortalitas janin oleh faktor-faktor yang disengaja

Menurut Davis dan Blake (dalam Mundiharno, 2010), variabel-variabel di atas terdapat
pada semua masyarakat, sebab masing-masing variabel memiliki pengaruh (nilai) positif dan
negatifnya sendiri-sendiri terhadap fertilitas. Misalnya, jika pengguguran tidak dipraktekkan
maka variabel nomor 11 tersebut bernilai positif terhadap fertilitas, artinya, fertilitas dapat
meningkat karena tidak ada pengguguran. Dengan demikian ketiadaan variabel tersebut 14
menimbulkan pengaruh terhadap fertilitas, hanya pengaruhnya bersifat positif. Karena di
suatu masyarakat masing-masing variabel bernilai negatif atau positif maka angka kelahiran
yang sebenarnya tergantung kepada neraca netto dari nilai semua variabel.

➢ Bongaarts (1980) mempersempit lagi menjadi 4 variabel antara, yaitu :


• Perkawinan
• Kontrasepsi
• Laktasi (menyusui)
• Pengguguran

➢ Menurut Fawcett (1984) yang mengutip pendapat Hill, Stycos, dan Back (1959), faktor-
faktor yang mempengaruhi fertilitas, yaitu :
• Tempat tinggal
• Pekerjaan
• Pendidikan
• Agama

4
• Status ekonomi (nilai sewa)
• Pola perkawinan
• Usia ketika kawin

D. KONSEP

➢ Lahir hidup (Live Birth)


Menurut UN & WHO: kelahiran bayi tanpa memperhitungkan lamanya di dalam
kandungan, dimana si bayi menunjukan tanda-tanda kehidupan, seperti bernafas, ada denyut
jantung atau denyut tali pusat atau gerakan-gerakan otot.

➢ Lahir Mati (Still Birth)


Kelahiran seorang bayi dari kandungan yang berumur minimal sedikit 28 minggu,
tanpa menunjukan tanda-tanda kehidupan.

➢ Abortus: kematian bayi dalam kandungan dengan umur kehamilan kurang dari 28
minggu.

✓ Jenis Abortus:

1. Tidak disengaja (spontaneus abortion) à keguguran


2. Disengaja (induced abortion):
• Alasan medis
• Bukan alasan medis

✓ Masa Reproduksi (Childbearing age) atau usia subur: masa dimana wanita
mampu melahirkan, yaitu usia 15-49 tahun

 Usia 15 tahun: menarche/menstruasi 1

 Usia 49 tahun: menopause

Wanita usia subur (WUS): wanita berusia 15-49 tahun

Pasangan Usia Subur (PUS): pasangan suami isteri, dimana isteri berusia 15-49
tahun.

5
E. SUMBER DATA
1. Data fertilitas
Registrasi Penduduk merupakan sumber data kependudukan yang sangat penting untuk
tujuan keamanan dan perencanaan pembangungan kependudukan. Data ini disamping
mencakup wilayah yang luas (lingkup Nasional), juga menyajikan data yang selalu baru dan
kontinue sehingga dapat memenuhi kebutuhan data pada suatu saat. Ketersediaan data dan
informasi kependudukan yang akurat dan tepat waktu merupakan unsur mutlak dalam
perencanaan pembangunan. Data penduduk dari sumber ini disamping dapat digunakan untuk
mengevaluasi program-program pembangunan yang telah berjalan, juga dapat digunakan
untuk analisis jangka panjang dan yang lebih penting untuk perencanaan pembangunan
kependudukan. Namun demikian, hingga kini sumber data tersebut belum dapat
dimanfaatkan secara optimal sebubungtm dengan kendala kualitas dan kekomplitannya.
Pemerintah telah berupaya meningkatkan kualitas data registrasi agar dapat dimanfaatkan
untuk kesejahteraan penduduk.

Statistik kelahiran seperti akte kelahiran

 Kelemahan:
 Ketepatan definisi yang dipakai
 Kelengkapan registrasi
 Ketepatan alokasi tempat
 Ketepatan alokasi waktu

 Penyebab:
 Penduduk tidak tahu
 Penduduk tidak memahami pentingnya registrasi penduduk.

 Data yang tersedia :


 Komposisi penduduk menurut umur & sex
 Jumlah anak yang pernah dilahirkan hidup
 Jumlah anak yang pernah dilahirkan dalam sutau periode yang lalu (misalnya: 1
tahun)

Data penduduk yang terkait dengan variabel fertilitas seperti usia kawin.

6
 Kelemahan:
• Keterangan jumlah anak tergantung daya ingat ibu
• Keterangan jumlah anak yang lahir setahun yang lalu tergantung
memperkirakan waktu satu tahun tersebut.
• Kesalahan pelaporan umur.

2. Survai

 Data tersedia sama dengan sensus tetapi lebih rinci, seperti:


 Riwayat kelahiran (birth history/pregnancy history) mulai anak pertama – anak
terakhir
 Status kehamilan (pregnancy status)
 Kelemahan: sama dengan sensus.

F. Data mortalitas

Cara mengetahui sumber data kematian dapat diperoleh dari berbagai macam sumber, antara
lain

1. Sistem registrasi fital

Apabila sistem ini bekerja dengan baik merupakan sumber data kematian yang ideal.
Di sini, kejadian kematian dilaporkan dan dicatat segera setelah peristiwa kematian tersebut
terjadi. Di Indonesia, belum ada sistem registrasi vital yang bersifat nasional, yang ada hanya
sistem registrasi vital yang bersifat bersifat lokal, dan inipun tidak sepenuhnya meliputi
semua kejadian kematian pada kota-kota itu sendiri. Dengan demikian di Indonesia tidak
mungkin memperoleh data kematian yang baik dari sistem registrasi vital.

.2. Sensus dan survei penduduk

Sensus dan survei penduduk merupakan kegiatan sesaat yang bertujuan untuk
mengumpulkan data penduduk, termasuk pula data kematian. Berbeda dengan sistem
registrasi vital, pada sensus atau survei kejadian kematian dicacat setelah sekian lama
peristiwa kejadian itu terjadi. Data ini diperoleh melalui sensus atau survei dapat digolongkan
menjadi dua bagian :

7
a) Bentuk lasungsung (Direct Mortality Data)

Data kematian bentuk langsung diperoleh dengan menanyakan kepada responden


tentang ada tidaknya kematian selama kurun waktu tertentu. Apabila ada tidaknya
kematian tersebut dibatasi selama satu tahun terakhir menjelang waktu sensus atau
survei dilakukan, data kematian yang diperoleh dikenal sebagai ‘Current mortality
Data’.

b) Bentuk tidak langsung (Indirect Mortalilty Data)

Data kematian bentuk tidak langsung diperoleh melalui pertanyaan tentang


‘Survivorship’ golonga penduduk tertentu misalnya anak, ibu, ayah dan sebagainya. Dalam
kenyatan data ini mempunyai kualitas lebih baik dibandingkan dengan data bentuk langsung.
Oleh sebab itu data kematian yang sering dipakai di Indonesia adalah data kematian bentuk
tidak langsung dan biasanya yaitu data ‘Survivorship’ anak. Selain sumber data di atas, data
kematian unutk penduduk golongan tertentu di suatu tempat, kemungkinan dapat diperoleh
dari rumah sakit, dinas pemakaman, kantor polisi lalu lintas dan sebagainya.

c) Penelitian

Penelitian kematian penduduk biasanya dilakukan bersamaan dengan penelitian


kelahiran yang disebut dengan penelitian statistik vital.

d) Perkiraan (estimasi)

Perkiraan tentang jumlah kematian dan kelahiran ini didapatkan dari sensus penduduk
yang dilakukan.

G. Ukuran ukuran fertilitas dan mortalitas

a. Pengukuran fertilitas
Pengukuran fertilitas memiliki dua macam pengukuran, yaitu pengukuran fertilitas
tahunan dan pengukuran fertilitas kumulatif. Pengukuran fertilitas tahunan (vital
rates) adalah mengukur jumlah kelahiran pada tahun tertentu yang dihubungkan dengan
jumlah penduduk yang mempunyai resiko untuk melahirkan pada tahun tersebut. Sedangkan

8
pengukuran fertilitas kumulatif adalah mengukur jumlah rata-rata anak yang dilahirkan oleh
seorang wanita hingga mengakhiri batas usia subur.

Ukuran-ukuran Fertilitas Tahunan


1. Tingkat Fertilitas Kasar (Crude Birth Rate)
Tingkat fertilitas kasar adalah banyaknya kelahiran hidup pada suatu tahun tertentu
tiap 1.000 penduduk pada pertengahan tahun. Dalam ukuran CBR, jumlah kelahiran tidak
dikaitkan secara langsung dengan penduduk wanita, melainkan dengan penduduk secara
keseluruhan.
CBR = BPm x k

dimana:
CBR = Tingkat Kelahiran Kasar
Pm = Penduduk pertengahan tahun
k = Bilangan konstan yang biasanya 1.000
B = Jumlah kelahiran pada tahun tertentu

Adapun kelemahan dalam perhitungan CBR yakni tidak memisahkan penduduk laki-
laki dan penduduk perempuan yang masih kanak-kanak dan yang berumur 50 tahun ke atas.
Jadi angka yang dihasilkan sangat kasar. Sedangkan kelebihan dalam penggunaan ukuran
CBR adalah perhitungan ini sederhana, karena hanya memerlukan keterangan tentang jumlah
anak yang dilahirkan dan jumlah penduduk pada pertengahan tahun.

2. Tingkat Fertilitas Umum (General Fertility Rate)


Tingkat fertilitas umum mengandung pengertian sebagai jumlah kelahiran (lahir
hidup) per 1.000 wanita usia produktif (15-49 tahun) pada tahun tertentu. Pada tingkat
fertilitas kasar masih terlalu kasar karena membandingkan jumlah kelahiran dengan jumlah
penduduk pertengahan tahun. Tetapi pada tingkat fertilitas umum ini pada penyebutnya sudah
tidak menggunakan jumlah penduduk pada pertengahan tahun lagi, tetapi jumlah penduduk
wanita pertengahan tahun umur 15-49 tahun.
GFR = BPf (15-49) x k
Atau

9
GFR = Jumlah kelahiran pada tahun tertentuJumlah penduduk wanita umur 15-49
pada pertengahan tahun x k
dimana:
GFR = Tingkat Fertilitas Umum
B = Jumlah kelahiran
Pf (15-49) = Jumlah penduduk wanita umur 15-49 tahun pada pertengahan tahun
k = Bilangan konstanta yang bernilai 1.000

Kelemahan dari penggunaan ukuran GFR adalah ukuran ini tidak membedakan kelompok
umur, sehingga wanita yang berumur 40 tahun dianggap mempunyai resiko melahirkan yang
sama besar dengan wanita yang berumur 25 tahun. Namun kelebihan dari penggunaan ukuran
ini ialah ukuran ini cermat daripada CBR karena hanya memasukkan wanita yang berumur
15-49 tahun atau sebagai penduduk yang “exposed to risk”.

3. Tingkat Fertilitas menurut Umur (Age Specific Fertility Rate)


Diantara kelompok wanita reproduksi (15-49 tahun) terdapat variasi kemampuan
melahirkan, karena itu perlu dihitung tingkat fertilitas wanita pada tiap-tiap kelompok umur.
Dengan mengetahui angka-angka ini dapat pula dilakukan perbandingan fertilitas antar
penduduk dari daerah yang berbeda.

ASFRi = BiPfi x k
atau
ASFRi = Jumlah kelahiran bayi pada kelompok umur iJumlah wanita kelompok umur i pada
pertengahan tahun x k
dimana:
ASFRi = Tingkat Fertilitas menurut Umur
Bi = Jumlah kelahiran bayi pada kelompok umur i
Pfi = Jumlah wanita kelompok umur i pada pertengahan tahun
K = Angka konstanta, yaitu 1.000

10
Berdasarkan dua kondisi di atas dapatlah disebutkan beberapa masalah (terkait dengan SDM)
sebagai berikut :
1) Jika fertilitas semakin meningkat maka akan menjadi beban pemerintah dalam hal
penyediaan aspek fisik misalnya fasilitas kesehatan ketimbang aspek intelektual.
2) Fertilitas meningkat maka pertumbuhan penduduk akan semakin meningkat tinggi
akibatnya bagi suatu negara berkembang akan menunjukan korelasi negatif dengan
tingkat kesejahteraan penduduknya.
3) Jika ASFR 20-24 terus meningkat maka akan berdampak kepada investasi SDM yang
semakin menurun.
Adapun kelebihan dari penggunaan ukuran ASFR antara lain :
• Ukuran lebih cermat dari GFR karena sudah membagi penduduk yang
“exposed to risk” ke dalam berbagai kelompok umur.
• Dengan ASFR dimungkinkan pembuatan analisa perbedaan fertilitas (current
fertility) menurut berbagai karakteristik wanita.
• Dengan ASFR dimungkinkan dilakukannya studi fertilitas menurut kohor.\
• ASFR ini merupakan dasar untuk perhitungan ukuran fertilitas dan reproduksi
selanjutnya (TFR, GRR, dan NRR).
Namun dalam pengukuran ASFR masih terdapat beberapa kelemahan diantaranya yaitu:
• Ukuran ini membutuhkan data yang terperinci yaitu banyaknya kelahiran
untuk tiap kelompok umur sedangkan data tersebut belum tentu ada di tiap
negara/daerah, terutama negara yang sedang berkembang. Jadi pada
kenyataannya sukar sekali mendapatkan ukuran ASFR.
• Tidak menunjukkan ukuran fertilitas untuk keseluruhan wanita umur 15-49
tahun.
4) Tingkat Fertilitas menurut Urutan Kelahiran (Birth Order Specific Fertility Rate)
Tingkat fertilitas menurut urutan kelahiran sangat penting untuk mengukur tinggi
rendahnya fertilitas suatu negara. Kemungkinan seorang istri menambah kelahiran
tergantung pada jumlah anak yang telah dilahirkannya. Seorang istri mungkin
menggunakan alat kontrasepsi setelah mempunyai jumlah anak tertentu dan juga umur
anak yang masih hidup.

11
b. Pengukuran mortalitas
Ada beberapa cara pengukuran angka kematian diantaranya adalah:
✓ Angka Kematian Penyebab khusus: (AKP) jumlah seluruh kematian karena penyebab
dalam satu jangka waktu tertentu dibagi dengan jumlah penduduk yang mungkin terkena
penyakit tersebutdalam persen atau permil.
Rumus:
AKPK = Pt/P x k
AKPK = jumlah seluruh kematian karena penyakit tertentu X 100%
P = Jumlah penduduk yang mungkin terkena
Pt = Penyakit tertentu pada pertengahan tahun

✓ Angka Kasus Fatal: jumlah seluruh kematian karena satu penyebab dalam jangka waktu
tertentu dibagi denganjumlah seluruh penderita pada waktu yang sama dalam persen atau
permil.
Rumus:
AKF = Pf/P x 100%
P = Jumlah seluruh kematian
Pf = Jumlah kematian karena penyakit tertentu
AKF = X 100%
.3. Angka Kematian Neonatal: (AKN) adalah jumlah angka kematian bayi usia dibawah
usia 28 hari pada jangka waktu (satu tahun) dibagi jumlah kelahiran hidup pada jangka
waktu tahun yang sama dalam persen atau permil.

4. Angka Kematian Ibu: jumlah kematian ibu karena kehamilan, persalinan, dan nifas
dalam satu tahun dibagi denganjumlah kelahiran hidup pada tahun yang sama dengan
persen atau permil.
Rumus:
AKI = Pf/P x 100
AKI = Jumlah kematian ibu karena kehamilan, kelahiran dan nifas X100
P = Jumlah kelahiran hidup pada tahun yang sama

12
5. Tingkat Kematian Kasar (Crude Death Rate)
adalah banyaknya kematian pada tahun tertentu, tiap 1000 penduduk pada pertengahan
tahun.
CDR = D/P x 100
Dimana :
D = jumlah kematian pada tahun X
Pm = jumlah penduduk pada pertengahan tahun x
k = konstanta 1000

6. Tingkat Kematian Menurut Umur ( Age Specific Death Rate )


adalah jumlah kematian penduduk pada tahun tertentu berdasarkan klasifikasi umur
tertentu.
Dimana :
ASDR = Di/Pmi x k
Di = Jumlah kematian pada kelompok umur (i)
Pmi = Jumlah penduduk pada pertengahan tahun pada kelompok umur (i)
k = Angka konstan (1000)

7. Tingkat Kematian Bayi { Infant Death Rate (IDR) /Infat Mortality Rate (IMR)
IMR = D0/B x 1000
Dimana :
Do = Jumlah kematian bayi pada tahun tertentu
B = Jumlah lahir hidup pada tahun tertentu
k = bilangan konstan (1000)
Karakter kelompok penduduk yang mempengaruhi Crude Death Rate (CDR) :
4. Antara penduduk daerah pedesaan dandaerah perkotaan.
5. Penduduk dengan lapangan pekerjaan yang berbeda.
6. Penduduk dengan perbedaan pendapatan.
7. Perbedaan jenis kelamin.
8. Penduduk dengan perbedaan status kawin.

13
6. Pengaruh Mortalitas dan fertilitas Terhadap Kesehatan Masyarakat
Di dalam studi ilmu kependudukan terdapat sebuah komponen yang ikut
mempengaruhi laju pertumbuhan penduduk di suatu wilayah yaitu kematian atau mortalitas.
Peristiwa kematian dapat disebabkan oleh banyak faktor salah satunya adalah kesehatan.
Suatu korelasi timbal balik antara mortalitas dengan kesehatan masyarakat ada dua macam,
yaitu korelasi yang bersifat positif atau menguntungkan maupun korelasi yang bersifat
negative atau merugikan.Korelasi yang bersifat positif atau menguntungkan antara mortalitas
dengan kesehatan masyarakat adalah dengan adanya mortalitas maka kelajuan pertumbuhan
penduduk yang tidak dapat terkendali dapat ditekan dan secara otomatis kepadatan penduduk
pun dapat berkurang sehingga terjadi pula perubahan fungsi lahan yang semula untuk
perumahan menjadi fungsi lain yang lebih bermanfaat misalnya pertanian, lahan perkebunan,
sumber lapangan pekerjaan, dan lain-lain. Dengan demikian kesejahteraan penduduk akan
semakin meningkat begitu pula derajat kesehatan masyarakat. Sebagai ilustrasi pada suatu
wilayah yang padat penduduknya maka letak bangunan yang satu dengan lainnya saling
berhimpitan sehingga menimbulkan banyak permasalahan kesehatan, seperti sanitasi yang
kurang memadai, kurangnya lahan sumber oksigen (tumbuh-tumbuhan), dan
sebagainya.Korelasi yang bersifat negative atau merugikan antara mortalitas dengan
kesehatan masyarakat adalah terkait penyebab kematian di suatu wilayah itu sendiri. Dalam
studi ilmu kesehatan masyarakat dipelajari berbagai faktor yang mempengaruhi derajat
kesehatan masyarakat atau lebih dikenal dengan teori H.L. Blum, diantaranya adalah karena
faktor perilaku individu atau masyarakat, pelayananan kesehatan, lingkungan, dan genetik.
Kematian dapat disebabkan karena perilaku dan pola hidup yang tidak bersih dan sehat
sehingga menimbulkan penyakit, apabila penyakit tersebut menyebar ke masyarakat maka
dapat terjadi kematian penduduk dalam jumlah yang banyak. Kedua, kematian dapat
disebabkan oleh pelayanan kesehatan yang kurang memadai, hal ini terkait dengan kebijakan
kesehatan yang dikeluarkan oleh pemerintah, seperti adanya penyelewengan dana penyediaan
alkes, pembagian jamkesmas yang tidak merata dan sesuai sasaran menyebabkan terjadinya
kematian penduduk terutama penduduk yang ada di bawah garis kemiskinan. Ketiga, banyak
penyakit yang bersumber dari lingkungan. Misalnya, lingkungan yang kumuh memiliki
sedikit sumber oksigen (tumbuh-tumbuhan), sedikitnya lahan untuk membuang sampah
rumah tangga sehingga mencemari tanah, air, dan udara. Keempat, banyaknya kematian juga
dipengaruhi oleh factor genetic, di mana seorang bayi yang lahir cacat bahkan meninggal
dunia dapat diakibatkan oleh gen orang tua yang mengandungnya.

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Ukuran kematian merupakan angka atau indeks, yang di pakai sebagai dasar
untuk menentukan tinggi rendahnya tingkat kematian suatu penduduk. Ada
berbagai macam ukuran kematian, mulai dari yang paling sederhana sampai yang
cukup kompleks.
2. Cara mengetahui sumber data kematian dapat diperoleh dari berbagai macam
sumber, antara lain registrasi fital dan sensus dan survey penduduk.
3. Ada beberapa cara pengukuran angka kematian diantaranya adalah Angka
Kematian Penyebab khusus (AKP), Angka Kasus Fatal, Angka Kematian
Neonatal (AKN), Angka Kematian Ibu, Tingkat Kematian Kasar (Crude Death
Rate), Tingkat Kematian Menurut Umur ( Age Specific Death Rate ), Tingkat
Kematian Bayi -Infant Death Rate (IDR) /Infat Mortality Rate (IMR).
4. Korelasi yang bersifat positif atau menguntungkan antara mortalitas dengan
kesehatan masyarakat adalah dengan adanya mortalitas maka kelajuan
pertumbuhan penduduk yang tidak dapat terkendali dapat ditekan dan secara
otomatis kepadatan penduduk pun dapat berkurang sehingga terjadi pula
perubahan fungsi lahan yang semula untuk perumahan menjadi fungsi lain yang
lebih bermanfaat.
5. Korelasi yang bersifat negative atau merugikan antara mortalitas dengan
kesehatan masyarakat adalah terkait penyebab kematian di suatu wilayah itu
sendiri. Dalam studi ilmu kesehatan masyarakat dipelajari berbagai faktor yang
mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat atau lebih dikenal dengan teori H.L.
Blum, diantaranya adalah karena faktor perilaku individu atau masyarakat,
pelayananan kesehatan, lingkungan, dan genetik.

15
DAFTAR PUSTAKA

Barclay, G.W. 1970. Techniques of population Analysis. John Wiley dan Sons, Inc. New
York, London, Sidney, Eight Printing.
Palmore, J.A. 1971. Measuring Mortality : a self teaching guide to elementary measures,
papers of the East – west population Institute No. 15. Honolulu, Hi.
Pollard, A.H. Yusuf, Fpollard, G.N. 1974. Demographic Techniques. pergamon press
Australia.Diakses
http://balatbangbengkulu.files.wordpress.com/2010/06/mortalitas_bkkbn07.pdf pada tanggal
12 April 2013.
Sembiring, DR.RK. : Demographic Fakultas Pasca Sarjana IKIP( Jakarta), 1985.
http://www.bps.go.id diakses pada tanggal 12 April 2013.
http://bkkbn.go.id diakses pada tanggal 12 Aprill 2013.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/58748/Chapter%20II.pdf?sequence=4
&isAllowed=y
http://digilib.unila.ac.id/14298/16/BAB%20II.pdf
http://journals.ums.ac.id/index.php/fg/article/view/4691
Ida Bagoes Mantra. 2009. Demografi Umum. Edisi kedua. Pustaka Pelajar. Yogyakarta Sri
Rahayu Sanusi,SKM,Mkes.

16

Anda mungkin juga menyukai