Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

MAL PRAKTEK

DISUSUN OLEH KELOMPOK 5 :

 Indah Pitaloka

 Reni Lumora Pasaribu

 Rohadatul Aisy Rosyadi

 Rosdianty Marvia Dewi

 Shaula Adrea Nasution

 Shella Laila Permata Sari

Prodi : 2A Ilmu Keperawatan profesi Ners

STIKES MEDISTRA INDONESIA


FAKULTAS S1 ILMU KEPERAWATAN
TAHUN PELAJARAN 2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat
iman dan islam kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah untuk memenuhi
tugas tepat waktunya.
Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW,
keluarga, sahabat dan kami sebagai generasi penerusnya hingga akhir zaman.
Kami sebagai penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih
terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan kritik yang
membangun demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Makalah...................................................................
B. Rumusan masalah ............................................................................
C. Tujuan Makalah................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian malpraktek ......................................................................
B. Upaya pencegahan tuntutan malpraktek ...........................................
C. Upaya pencegahan dalam pelayanan kesehtan .................................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .....................................................................................
B. Saran.................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah                                                                                    


Meningkatnya kesadaran masyarakat akan hak-haknya merupakan salah satu indikator
positif meningkatnya kesadaran hukum dalam masyarakat. Sisi negatifnya adalah adanya
kecenderungan meningkatnya kasus malpraktek dikalangan kedokteran, diadukan atau
bahkan dituntut pasien yang akibatnya seringkali membekas bahkan mencekam para tenaga
kedokteran  yang pada gilirannya akan mempengaruhi proses pelayanan kesehatan dimasa
yang akan datang. Masalahnya tidak setiap upaya pelayanan kesehatan hasilnya selalu
memuaskan semua pihak terutama pasien, yang pada gilirannya dengan mudah menimpakan
beban kepada pasien bahwa telah terjadi malpraktek. Kasus malpraktek yang sering dipahami
sebagai kelalayan dokter juga harus dianalisis lebih dalam terkait alat-alat kedokteran yang
menjadi penunjang keberhasilan pada proses pelayanan kesehatan. Terkait kasus-kasus yang
muncul mengenai malpraktek, kasus yang baru-baru ini terjadi adalah dugaan kasus
malpraktek Mauren di Rumah Sakit Awal Bros Tangerang Banten. Mengingat semakin
maraknya kemunculan kasus-kasus malpraktek yang terjadi akhir-akhir ini bersamaan dengan
semakin meningkatnya kemajuan dalam pelayanan medis, maka kasus malpraktek ini  harus
dikaji sebagai sebuah kasus kriminalitas yang terjadi akibat suatu kelalayan dan
propesionalitas tenaga kedokteran.

B. Rumusan Masalah                                                                                              
Berdasarkan latar belakang diatas dapat dilihat masih adanya pelayanan kesehatan
oleh tenaga medis yang kurang memuaskan pada pasien. Maka permasalahan yang akan
dibahas dalam makalah ini adalah tentang permasalahan malpraktek tenaga medis dan upaya
pencegahannya.

C. Tujuan Penulisan                
1. Menjelaskan pengertian malpraktek
2. Menjelaskan jenis-jenis malpraktek kedokteran
3. Menjelaskan cara-cara pembuktian malpraktek
4. Menjelaskan tentang tanggung jawab secara hukum
5. Memahami upaya pencegahan malpraktek dan mengetahui cara menghadapi
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Malpraktek

Dari definisi malpraktek “adalah kelalaian dari seseorang dokter atau perawat untuk
mempergunakan tingkat kepandaian dan ilmu pengetahuan dalam mengobati dan merawat
pasien, yang lazim dipergunakan terhadap pasien atau orang yang terluka menurut ukuran
dilingkungan yang sama”.  (Valentin v. La Society de Bienfaisance Mutuelle de Los Angelos,
California, 1956). Dari definisi tersebut malpraktek harus dibuktikan bahwa apakah benar
telah terjadi kelalaian tenaga kesehatan dalam menerapkan ilmu pengetahuan dan
keterampilan yang ukurannya adalah lazim dipergunakan diwilayah tersebut. Andaikata
akibat yang tidak diinginkan tersebut terjadi apakah bukan merupakan resiko yang melekat
terhadap suatu tindakan medis tersebut (risk of treatment)  karena perikatan dalam transaksi
teraputik antara tenagakesehatan dengan pasien adalah perikatan/perjanjian jenis daya
upaya (inspaningverbintenis) dan bukan perjanjian/perjanjian akan hasil(resultaa verbintenis).

Apabila tenaga tenaga kesehatan didakwa telah melakukan kesalahan profesi, hal ini
bukanlah merupakan hal yang mudah bagi siapa saja yang tidak memahami profesi kesehatan
dalam membuktikan ada dan tidaknya kesalahan.

Dalam hal tenaga kesehatan didakwa telah melakukan criminal malpractice, harus


dibuktikan apakah perbuatan tenaga kesehatan tersebut telah memenuhi unsur tidak pidanya
yakni :

a. Apakah perbuatan (positif act atau negatif act) merupakan perbuatan yang tercela


b. Apakah perbuatan tersebut dilakukan dengan sikap batin (mens rea) yang salah
(sengaja, ceroboh atau adanya kealpaan). Selanjutnya apabila tenaga perawatan
dituduh telah melakukan kealpaan sehingga mengakibatkan pasien meninggal dunia,
menderita luka, maka yang harus dibuktikan adalah adanya unsur perbuatan tercela
(salah) yang dilakukan dengan sikap batin berupa alpa atau kurang hati-hati ataupun
kurang praduga.

Dalam kasus atau gugatan adanya civil malpractice  pembuktianya dapat dilakukan


dengan dua cara yakni :
1. Cara langsung
Oleh Taylor membuktikan adanya kelalaian memakai tolok ukur adanya 4 D
yakni :

a. Duty (kewajiban)

Dalam hubungan perjanjian tenaga perawatan dengan pasien, tenaga


perawatan haruslah bertindak berdasarkan

1) Adanya indikasi medis


2) Bertindak secara hati-hati dan teliti
3) Bekerja sesuai standar profesi
4) Sudah ada informed consent.

b. Dereliction of Duty  (penyimpangan dari kewajiban)

Jika seorang tenaga perawatan melakukan asuhan keperawatan menyimpang


dari apa yang seharusnya atau tidak melakukan apa yang seharusnya dilakukan
menurut standard profesinya, maka tenaga perawatan tersebut dapat dipersalahkan.

c. Direct Causation (penyebab langsung)


d.  Damage (kerugian)

Tenaga perawatan untuk dapat dipersalahkan haruslah ada hubungan kausal


(langsung) antara penyebab (causal) dan kerugian (damage) yang diderita oleh
karenanya dan tidak ada peristiwa atau tindakan sela diantaranya., dan hal ini haruslah
dibuktikan dengan jelas. Hasil (outcome) negatif tidak dapat sebagai dasar
menyalahkan tenaga perawatan.

Sebagai adagium dalam ilmu pengetahuan hukum, maka pembuktiannya


adanya kesalahan dibebankan/harus diberikan oleh si penggugat (pasien).
2. Cara tidak langsung
Cara tidak langsung merupakan cara pembuktian yang mudah bagi pasien, yakni
dengan mengajukan fakta-fakta yang diderita olehnya sebagai hasil layanan
perawatan (doktrin res ipsa loquitur). Doktrin res ipsa loquitur dapat diterapkan apabila
fakta-fakta yang ada memenuhi kriteria:

a. Fakta tidak mungkin ada/terjadi apabila tenaga perawatan tidak lalai


b. Fakta itu terjadi memang berada dalam tanggung jawab tenaga perawatan
c. Fakta itu terjadi tanpa ada kontribusi dari pasien dengan perkataan lain tidak
adacontributory negligence. gugatan pasien .

B.  Upaya pencegahan dalam menghadapi tuntutan malpraktek

Dengan adanya kecenderungan masyarakat untuk menggugat tenaga bidan karena


adanya malpraktek diharapkan para bidan dalam menjalankan tugasnya selalu bertindak hati-
hati, yakni:

1. Tidak menjanjikan atau memberi garansi akan keberhasilan upayanya, karena


perjanjian berbentuk daya upaya bukan perjanjian akan berhasil
2. Sebelum melakukan intervensi agar selalu dilakukan informed consent.
3. Mencatat semua tindakan yang dilakukan dalam rekam medis.
4. Apabila terjadi keragu-raguan, konsultasikan kepada senior atau dokter
5. Memperlakukan pasien secara manusiawi dengan memperhatikan segala
kebutuhannya.
6. Menjalin komunikasi yang baik dengan pasien, keluarga dan masyarakat sekitarnya.

C. Upaya pencegahan mal praktek dalam pelayanan kesehatan

Dengan adanya kecenderungan masyarakat untuk menggugat tenaga medis karena


adanya malpraktek diharapkan tenaga dalam menjalankan tugasnya selalu bertindak hati-
hati, yakni:
a. Tidak menjanjikan atau memberi garansi akan keberhasilan upayanya, karena
perjanjian berbentuk daya upaya (inspaning verbintenis) bukan perjanjian akan
berhasil (resultaat verbintenis).
b. Sebelum melakukan intervensi agar selalu dilakukan informed consent.
c. Mencatat semua tindakan yang dilakukan dalam rekam medis.
d. Apabila terjadi keragu-raguan, konsultasikan kepada senior atau dokter.
e. Memperlakukan pasien secara manusiawi dengan memperhatikan segala
kebutuhannya. 18
f. Menjalin komunikasi yang baik dengan pasien, keluarga dan masyarakat sekitarnya.

D. Upaya menghadapi tuntutan hukum

Apabila upaya kesehatan yang dilakukan kepada pasien tidak memuaskan sehingga
perawat menghadapi tuntutan hukum, maka tenaga kesehatan seharusnyalah bersifat pasif
dan pasien atau keluarganyalah yang aktif membuktikan kelalaian tenaga kesehatan.

Apabila tuduhan kepada kesehatan merupakan criminal malpractice, maka tenaga


kesehatan dapat melakukan :

a. Informal defence, dengan mengajukan bukti untuk menangkis/ menyangkal bahwa


tuduhan yang diajukan tidak berdasar atau tidak menunjuk pada doktrin-doktrin yang
ada, misalnya perawat mengajukan bukti bahwa yang terjadi bukan disengaja, akan
tetapi merupakan risiko medik (risk of treatment), atau mengajukan alasan bahwa
dirinya tidak mempunyai sikap batin (men rea) sebagaimana disyaratkan dalam
perumusan delik yang dituduhkan.
b. Formal/legal defence, yakni melakukan pembelaan dengan mengajukan atau
menunjuk pada doktrin-doktrin hukum, yakni dengan menyangkal tuntutan dengan
cara menolak unsur-unsur pertanggung jawaban atau melakukan pembelaan untuk
membebaskan diri dari pertanggung jawaban, dengan mengajukan bukti bahwa yang
dilakukan adalah pengaruh daya paksa.

Berbicara mengenai pembelaan, ada baiknya perawat menggunakan jasa penasehat


hukum, sehingga yang sifatnya teknis pembelaan diserahkan kepadanya.
Pada perkara perdata dalam tuduhan civil malpractice dimana perawat digugat
membayar ganti rugi sejumlah uang, yang dilakukan adalah mementahkan dalil-dalil
penggugat, karena dalam peradilan perdata, pihak yang mendalilkan harus membuktikan
di pengadilan, dengan per9kataan lain pasien atau pengacaranya harus membuktikan 19
dalil sebagai dasar gugatan bahwa tergugat (perawat) bertanggung jawab atas
derita (damage) yang dialami penggugat. Untuk membuktikan adanya civil
malpractice tidaklah mudah, utamanya tidak diketemukannya fakta yang dapat berbicara
sendiri (res ipsa loquitur),  apalagi untuk membuktikan adanya tindakan menterlantarkan
kewajiban (dereliction of duty)  dan adanya hubungan langsung antara menterlantarkan
kewajiban dengan adanya rusaknya kesehatan (damage),sedangkan yang harus
membuktikan adalah orang-orang awam dibidang kesehatan dan hal inilah yang
menguntungkan tenaga perawatan.

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

  Patient Safety atau keselamatan pasien adalah suatu system yang membuatasuhan pasien
di rumah sakit menjadi lebih aman. Sistem inimencegah terjadinyacedera yang disebabkan
oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil.

  Adverse Event atau Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) merupakan suatu kejadian yang
mengakibatkan cedera yang tidak diharapkan pada pasien karena suatutindakan (commission)
atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil(omission), dan bukan karena
³underlying disease´ atau kondisi pasien.Pada kasus Maureen ini merupakan salah satu kasus
yang berhubungandengan keselamatan pasien yang tergolong KTD (Kejadian tidak
Diharapkan) karena putusnya jari Maureen dikarenakan kesalahan dokter dalam memasukkan
obat kedalam infus Maureen. Tindakan dokter ini merupakan tindakan yang seharusnya
tidak dilakukan kepada pasien (C omission). Buruknya kondisi jari Maureen disebabkan
cairan bicnat  yang dimasukkan melalui infus.

Dalam kasus ini sangat berkesinambungan antara malpraktek yang dilakukan oleh
seorang dokter atau bisa dikatakan sebagai Kejadian Tidak Diharapkan, karena dampak yang
diakibatkan adalah sama yakni merugikan pihak klien/ pasien dikarenakan kelalaian seorang
ahli atau profesional dokter, hal ini dapat dikategorikan sebagai tindakkan malpraktek.
Kaitannya dengan Etika yakni kurangnya ketelitian atau kelalaian yang telah dilakukan oleh
dokter dikarenakan dokter tidak melaksanakan tugas yang sebagaimana mestinya, jelas hal ini
sangat melanggar aturan kode etik yang ada.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim.  2014. http://mixstoryaboutme.blogspot.com/2012/08/makalah-malpraktek-


dalam-dunia-kesehatan_28.html. diakses pada 19 Januari 2014

Anderson & Foster. 1986. “Antropologi Kesehatan” Universitas Indonesia Press, Jakarta.

Bertens, K.  2001. Dokumen Etika dan Hukum Kedokteran. Universitas Atmajaya , Jakarta.


Keselamatan Pasien di Rumah Sakit. Pada Marsenorhudy¶s Blog. Diakses pada 19 Januari
2014

Jari Maureen Sempat Nyaris Diamputasi.Padawww.Kompas.com. Diakses Pada 19 Januari


2014

http://www.fk.uwks.ac.id/elib/Arsip/Departemen/Forensik/MALPRAKTEK%20MEDIK.pdf

http://www.ilunifk83.com/peraturan-dan-perijinan-f16/uu-ri-no-29-tahun-2004-tentang-
praktik-kedokteran-t93.htm

SUMBER :  http://muhammadjabir.wordpress.com/2008/10/30/pembuktian-malpraktek-
dalam-pelayanan-kesehatan/

Anda mungkin juga menyukai