1 PB
1 PB
ABSTRACT
Warfarin is the most commonly used oral anticoagulant to treat thromboembolism-
related illnesses. Warfarin is a drug with narrow therapeutic index. Herbal and dietary are
most commonly cited as the lead cause of adverse drug reaction (ADR) events in therapy with
warfarin. This review is conduct to identify the interaction between warfarin and some
commonly used herbs by the public in an effort to minimize the incidence of ADR in warfarin
therapy. As a result, there are seven herbs identified about their interactions with warfarin in
this article. There is one herb classified as Level I (highly probable) that is St. John's Worth,
two herbs in the level II (probable) that is Danshen and Soya, two herbs in the level III
(Possible) that is Ginseng and Garlic and two other herbs in the category level IV (Doubtful)
that is Ginger and Green Tea. Herbs that identified in this articel have a range of major to
moderate severity. Preferably, herbs in the levels I and II especially those with major and
moderate severity are avoided in patients with warfarin theraphy while herbs at levels III and
IV should be closely monitored in the INR value.
Obat herbal dan makanan paling P450s, terutama pada CYP2C9, CYP1A2,
banyak disebut sebagai penyebab utama CYP3A4, or CYP2C19, sehingga adanya
kejadian Adverse drug reaction (ADR) perubahan metabolisme warfarin oleh
pada terapi dengan warfarin. Pada sebuah enzim tersebut akan mempengaruhi
literature disebutkan bahwa inteaksi herbal konsentrasi obat dalam plasma dan efek
dan warfarin terjadi pada 34 pada 133 farmakologi dari warfarin (Greenblatt &
kasus interaksi herbal dengan obat, Moltke, 2005).
menjadikan warfarin sebagai obat yang
Herbal yang secara klinis
paling sering berinteraksi dengan herbal
berinteraksi dengan warfarin diidentifikasi
(Gohil & Patel, 2007). Oleh karena itu,
berdasarkan tiga kategori berdasarkan studi
dilakukan penggalian informasi terkait
yang telah dilakukan oleh Holbrook et.al
interaksi antara warfarin dengan obat
pata tahun 2005 yang pertama apakah
herbal yang sering digunakan oleh
interaksi obat meningkatkan atau
masyarakat yang telah dipelajari secara
menghambat efek farmakologi warfarin.
klinis untuk menghindari kejadian Adverse
Kedua, berdasarkan tingkat kejadian (level
drug reaction (ADR).
of causation) yang dikategorikan dari level
POKOK BAHASAN I (Highly Probable), level II (Probable),
level III (Possible) hingga IV (Doubtful)
Mekanime interaksi warfarin dengan
dimana semakin tinggi level menandakan
herbal dibagi menjadi dua kategori yaitu
bahwa tingkat kejadian atau kemungkinan
interaksi farmakokinetik warfarin atau
herbal akan berinteraksi dengan warfarin
farmakodinamik warfarin. Interaksi yang
akan semakin rendah. Untuk pembuktian
sering terjadi antara warfarin dan herbal
pada level I bukti kuat didasarkan pada
adalah pada proses metabolisme warfarin
studi terhadap volunteer yang sehat serta
oleh cytochrome P450s (Beikang, et al.,
laporan kasus yang terjadi pada pasien.
2014).
Kemudian, yang ketiga berdasarkan tingkat
Warfarin terutama dimetabolisme keparahan efek yang dihasilkan yang
oleh enzim cytochrome P450s (CYPs). kategorikan menjadi efek major, moderate,
Dari semua isoenzim, CYP2C9 merupakan minor, dan non clinical (Holbrook, et al.,
enzim yang paling banyak memetabolisme 2005). Pengelompokan tingkat keparahan
S-warfarin yang merupakan bentuk yang dan tingkat kejadian (level of causation)
lebih poten dibadingkan dengan 𝑅- didasarkan pada kriteria standar yang
enantiomernya. Obat herbal terutama disajikan dalam tabel berikut.
memberikan efek terhadap cytochrome
Farmaka
Suplemen Volume 16 Nomor 2 236
Tabel 1. Scoring tingkat keparahan interaksi Herbal – Warfarin (Holbrook, et al., 2005)
Tingkat Keparahan Potensiasi Inhibisi
Mayor Kematian, pendarahan mayor, Terjadinya thrombosis
entailing entire cease of warfarin
therapy
Moderate Kenaikan INR, dibutuhkan Penurunan INR, dibutuhkan
penyesuaian dosis penyesuaian dosis
INR naik hingga lebih dari 5 INR turun lebih dari 1,5
INR naik lebih dari 1,5 unit INR turun lebih dari 1,5 unit
Minor INR naik tidak dibutuhkan Penurunan INR, tidak dibutuhkan
penyesuaian dosis penyesuaian dosis
INR naik tidak lebih dari 5 INR turun tidak lebih dari 1,5
INR naik tidak lebih dari 1,5 unit INR turun tidak lebih dari 1,5 unit
Non Clinical Tidak terjadi perubahan INR Tidak terjadi perubahan INR
Tabel 2. Kriteria tingkat kejadian interaksi Herbal – Warfarin (Holbrook, et al., 2005)
Tingkat Kejadian Kriteria
I ( Highly Probable) A, B, C dan satu atau lebih D – G
II (Probable) A, B, dan satu atau lebih C – G
III (Possible) A dan satu atau lebih B – G
IV (Doubtful) A saja atau kombinasi B – G
A : Apakah waktu pemberian memungkinkan interaksi farmakologis?
B : Dilakukan tes laboratorium (INR, Waktu Prothrombin, trombotest)?
C : Apakah faktor potensial yang akan mempegaruhi farmakokinetik atau farmakodinamik
dijelaskan dengan baik?
D : Apakah respon yang sama terjadi pada penggunaan herbal sebelumnya?
E : Apakah terdapat hubungan antara dosis terhadap interaksi herbal?
F : Apakah dilakukan percobaan berulang pada subjek dan kejadian sama terulang?
G : Apakah terdapat bukti objektif ?
Notes:
A : Pada studi pasien harus mengkonsumsi warfarin pada dosis stabil, herbal dikonsumsi
secara rutin pada dosis yang biasa digunakan. Untuk studi pada voluteer, subjek harus
menerima warfarin saja dan kombinasi warfarin – herbal untuk periode yang sama.
B : Pada pasien, perubahan variabel koagulasi harus diluar terapeutik range. Sedangkan studi
pada volunteer perubahan minimal 20% dibutuhkan pada parameter koagulasi. Untuk
simpulan “tidak terdapat interaksi” tidak boleh terjadi perubahan variabel yang signifikan
secara statistik.
C : Faktor seperti makanan, obat – obatan atau kondisi kesehatan tertentu terutama penyakit
liver harus dipertimbangkan sebagai faktor yang mempengaruhi efek.
D : Pada studi pasien, hasil yang sama harus didapatkan pada waktu sama ketika interaksi
dilaporkan.
E : Perubahan dosis herbal yang dikonsumsi berhubungan dengan perubahan variabel
koagulasi.
Farmaka
Suplemen Volume 16 Nomor 2 237
F : Herbal yang berinteraksi harus dikonsumsi secara simultan dengan warfarin pada dua
atau lebih percobaan dan efek yang dihasilkan harus sama.
G : Bukti objektif lain yang menyebabkan perubahan kadar warfarin atau dependen faktor
pembekuan vitamin K (II, VII, IX, atau X).
jauh perlu dilakukan untuk mengetahui steady-state plasma dari warfarin (Wu &
mekanisme interaksi herbal-warfain ini. Yeung, 2010). Tanshinones menginhibisi
Karena terdapat penyataan yang berbeda metabolisme warfarin baik secara in vitro
pada beberapa studi, interaksi ini dan in vivo pada tikus. Meskipun, pada
dikategorikan possible (level III) dengan suatu studi disebutkan bahwa ekstrak air
efek major yang perlu diwaspadai. danshen pada dosis normal tidak
mengubah farmakokinetik dan
Danshen (Salvia miltiorrhiza)
farmakodinamik warfarin pada tikus sehat
Danshen merupakan obat herbal (Chu, et al., 2011).
tradisional yang digunakan untuk
Sementara itu, pada studi klinis
meningkatkan sirkulasi darah dan banyak
terdapat tiga kasus over-antikoagulasi dan
digunakan sebagai obat untuk penyakit
pendarahan dilaporkan akibat penggunaan
kardiovaskular seperti jantung koroner,
bersama warfarin dan danshen. Pada suatu
hyperlipidemia dan cerebrovascular (Zhou,
kasus INR pasien yang mengkonsumsi
et al., 2005).
warfarin dan danshen secara bersamaan
Efek Danshen terhadap meningkat secara siginifikan. Seorang
farmakokinetik dan farmakodinamik pasien berusia 62 tahun yang secara rutin
warfarin pada tikus telah dilaporkan secara mengkonsumsi warfarin memiliki
ekstensif. Danshen dilaporkan menaikan peningkatan INR hingga lebih dari 8,4
konstanta laju absorpsi, AUC maksimum, setelah mengkonsumsi ekstrak danshen
dan waktu paruh eliminasi namun selama dua minggu. Pada kasus lain
menurunkan eksresi dan volume distribusi setelah konsumsi danshen selama tiga hari
baik R dan S warfarin. Sehingga, respon seorang pasien berusia 66 tahun yang
antikoagulan dari warfarin akan naik ketika sudah setahun mengkonsumsi warfarin 2 –
dikonsumsi bersama dengan danshen. 2,5mg/hari mengalami pendarahan hingga
Selain itu, Danshen akan meningkatkan harus dilarikan ke rumah sakit dengan
efek farmakologi warfarin dengan kenaikan INR dari 2 menjadi 5,5 (Beikang,
memperpanjang waktu prothrombin et al., 2014).
sebagai indikator antikoagulasi (Chan, et
Hingga saat ini belum terdapat studi
al., 1995).
yang meneliti bagaimana interaksi danshen
Studi terbaru menunjukan bahwa dan warfarin pada orang sehat. Sehingga,
senyawa tanshinones dari Danshen interaski warfarin dan danshen ini dapat
menginhibisi hidroksilasi warfarin dikategorikan probable dengan tingkat
hydroxylation dan menaikan konsentrasi keparahan major.
Farmaka
Suplemen Volume 16 Nomor 2 239
Pada sebuah studi pada 12 volunteer susu kedelai. Tidak dilakukan pengujian
sehat yang diberikan 25mg warfarin ulang pada kasus ini dikarenakan adanya
selama 7 hari kemudian diberikan herbal resiko iskemik dan penolakan dari pasien
jahe pada dosis yang direkomendasikan (Cambria-Kiely, 2002).
selama 7 hari. Hasilnya tidak terdapat
Pada kasus ini telah dilakukan
interkasi yang signifikan antara warfarin
eliminasi terhadap faktor yang memiliki
dengan jahe yang menyebabkan perubahan
kemungkinan mempengaruhi nilai INR
farmakodinamik maupun farmakokinetik
seperti dosis warfarin, penyimpanan obat,
dari warfarin (Jiang, et al., 2005). Laporan
resep yang baru, peningkatan konsumsi
kasus interaksi antara jahe dan warfarin
vitamin K, konsumsi alkohol dan
masih terbatas. Interaksi yang mungkin
perubahan aktivitas fisik. Namun, tes
terjadi antara jahe dan warfarin dapat
terhadap parameter farmakokinetiknya
dikategorikan doubtful dengan tingkat
belum dilakukan (Cambria-Kiely, 2002).
keparahan moderate.
Berdasarkan studi yang ada soya
Soya (Gylcine max)
dapat dikategorikan probable dengan
Meskipun kedelai tidak digunakan tingkat keparahan moderate. Sehingga
sebagai obat herbal. Namun, kedelai konsumsinya dengan terapi warfarin
banyak dikonsumsi sebagai suplemen yang sebaiknya dihindari.
bermanfaat untuk kesehatan
kardiovaskular, mencegah peningkatan
arterosklerosis, termasuk menurunkan St John’s Worth (Hypericum perforatum)
kadar kolesterol, LDL dan Trigliserida.
St John’s Worth (SJW) telah banyak
Dalam sebuah kasus disebutkan digunakan sebagai obat untuk mengobati
terdapat penurunan nilai INR pada pasien anxietas dan depressi (Rey & WalterG,
hypertriglyceridemia yang sedang 1998). Interaksi antara St John’s Worth
menjalankan terapi dengan warfarin dan (SJW) dengan warfarin telah dilaporkan
mengkonsumsi protein kedelai dalam pada empat kasus secara spontan. Keempat
bentuk susu kedelai. Meskipun tidak kasus menunjukan penurunan efek
terdapat studi pada hewan maupun farmakologis dari warfarin pada
manusia sehat kejadian adverse reaction pemakaian bersama warfarin dengan SJW .
berupa penurunan nilai INR terjadi pada Kemudian, terdapat 22 kasus yang juga
pasien yang menkonsumsi susu kedelai dilaporkan memiliki interaksi sehingga
secara kontinu selain itu, nilai INR ini akan menghasilkan perubahan nilai INR dengan
meningkat setelah penghentian konsumsi penurunan INR sebagai efek yang paling
Farmaka
Suplemen Volume 16 Nomor 2 241
sering dihasilkan (Greenblatt & Moltke, Teh Hijau telah dilaporkan memiliki
2005). kandungan vitamin K yang tinggi (Booth,
et al., 1993). Dalam 100 gram daun kering
Secara farmakologi bentuk S-
teh hijau mengandung sebanyak 1428 𝜇g
enantiomer dari warfarin merupakan
vitamin K. Sedangkan dalam seduhan teh
bentuk aktif yang memiliki efek
nya mengandung sekitar 0.03 𝜇g vitamin K
farmakologi dan dimetabolisme oleh
tiap 100 g seduhan teh (Booth, et al.,
CYP2C9. Konsumsi SJW ini disebutkan
1995).
dapat menginduksi metabolism warfarin
oleh CYP2C9 sehingga efek farmakologi Efek antagonis dari teh hijau
yang berkurang yang ditandai dengan terhadap warfarin dilaporkan berdasarkan
penurunan nilai INR pasien (Gurley, et al., kandungan vitamin K nya yang tinggi
2008). Dalam sebuh studi pada 12 orang berlawanan dengan mekanisme warfarin
volunteer sehat disebutkan bahwa SJW yang menginhibisi vitamin K yang
menaikan eksresi warfarin dan terdapat merupakan precursor pembekuan darah
penurunkan AUC sebesar 20% pada (Werba , et al., 2018).
pemberian warfarin secara single dose.
Bagaimapun juga sampai sekarang
Interaksi yang ada bersifat menurunkan
hanya terdapat satu kasus yang
INR dan dapat menurunkan efektivitas
menyakatan terdapat interaksi antara teh
warfarin sehingga penyesuai dosis perlu
hijau dengan warfarin yang menyebutkan
dilakukan (Henderson, et al., 2002; Jjang,
pada seorang pasien laki-laki berusia 44
et al., 2004). Oleh karena itu SJW
tahun yang mengkonsumsi warfarin 7,5 mg
berdasarkan tingkat kejadian dikategorikan
setiap hari kemudian menkonsumsi 0,5 -1
highly probable dengan tingkat keparahan
galon teh hijau mengalami penurunan INR
minor ke moderate. Sehingga penggunaan
secara signifikan dari 3.79 menjadi 1.37
bersamaan dengan warfarin perlu
dan nilai INR nya naik kembali menjadi
dihindari.
2,55 setelah penghentian konsumsi teh
Teh Hijau (Camellia sinensis) hijau ini, data farmakokinetik dari studi ini
tidak dilakukan (Taylor & Wilt , 1999).
Teh hijau (Camellia sinensis) yang
kaya akan antioksidan dipercaya dapat Meskipun kasus ini sudah banyak
mencegah beberapa penyakit seperti disitasi belum ada penelitian lebih lanjut
kanker dan menurunkan tekanan darah, yang mendukung hasil observasi pada studi
manajemen berat badan dan menjaga ini (Cheng, 2007). Berdasarkan studi yang
kesehatan kardiovasluar (Kuriyama, et al., telah dilakukan interaksi antara teh hijau
2006). dan warfarin ini dapat dikategorikan
Farmaka
Suplemen Volume 16 Nomor 2 242
Doubtful dengan efek moderate dan untuk mengetahui interaksi yang terjadi.
sebaiknya dilakukan studi lebih lanjut
Tabel 3. Rangkuman Interaksi Herbal – Warfarin berdasarkan bukti klinis
Cambria-Kiely, J. A., 2002. Effect of Soy Henderson, L., Yue, . Q. Y., Bergquist , C.
Milk on Warfarin Efficacy. Ann & Gerden , B., 2002. St John’s wort
Pharmacother, Volume 36, pp. (Hypericum perforatum): drug
1893 - 1896. interactions and clinical outcomes.
Blackwell Science Ltd Br J Clin
Chan, K., Lo, A., Yeung, J. & Woo, K., Pharmacol., Volume 54, p. 349–
1995. The effects of Danshen 356.
(Salvia miltiorrhiza) on Warfarin
Pharmacodynamics and Hirsh J, D. J., 2001. Oral antikoagulant :
Pharmacokinetics of Warfarin Mecanism of action, Clinical
Enantiomers in Rats. Journal effectiveness and optimal
Farmaka
Suplemen Volume 16 Nomor 2 244