Anda di halaman 1dari 80

Seri Pemberdayaan Masyarakat

Tri Adi Sumbogo


Reney Aquino Lensun
Genhard Manurung
AIR BERSIH &
SANITASI

Tri Adi Sumbogo


Reney Aquino Lensun
Genhard Manurung
Perpustakaan Nasional : Katalog Dalam Terbitan (KDT)

AIR BERSIH DAN SANITASI : Seri Pemberdayaan Masyarakat


oleh: Tri Adi Sumbogo, Reney Aquino Lensun, Genhard Manurung
Jakarta : Amerta Publishing, 2014

viii, 70 hlm. ; ilus. ; 21cm

ISBN :

1.Air Bersih 2. Sanitasi 3. Pemberdayaan

Desain Sampul & Tata Letak: Y. Wahono

Diterbitkan pertama kali oleh :


Amerta Publishing,
Jalan Pulo Asem Utara A. 20, Jati, Pulogadung, Jakarta Timur
Telpon : 021-29833288, Faks : 021-4719005

Cetakan Pertama : Desember 2014

Dicetak oleh :
Holistik Artistika, Jalan Duri Raya. No. 59 Duri Kepa,
Kebon Jeruk, Jakarta Barat.
SAMBUTAN
DIREKTUR UTAMA
PT. SUMBAWA TIMUR MINING

P
T. Sumbawa Timur Mining (PT. STM) adalah perusahaan
Kontrak Karya (KK) Pertambangan Generasi VII yang
bergerak di bidang pertambangan emas dan mineral ikutannya
yang berada di wilayah Kabupaten Dompu dan Kabupaten Bima,
Provinsi Nusa Tenggara Barat. Perusahaan berkomitmen untuk
secara serius melaksanaan program-program pengembangan
masyarakat sebagai bentuk dukungan kepada pemerintah dalam
mewujudkan pembangunan berkelanjutan di Indonesia. Saat ini
kegiatan PT. STM masih dalam tahapan eksplorasi , namun hal
tersebut tidak mengurangi komitmen kami untuk berkontribusi
kepada pengembangan dan pemberdayaan masyarakat, khususnya
masyarakat seputar daerah kegiatan eksplorasi.
Program pelatihan dan pendampingan usaha Peternakan ayam
Buras serta pengolahan air bersih dan sanitasi kepada masyarakat di
Kecamatan Hu’u, Kabupaten Dompu merupakan salah satu wujud
implementasi dari komitmen kami guna melakukan pemberdayaan
masyarakat. Program pelatihan ini merupakan hal penting yang
perlu mendapatkan perhatian kita bersama. Karena melalui program
ini diharapkan akan muncul para wirausahawan yang mampu
menciptakan peluang-peluang kerja baru, menghasilkan produk
barang yang kreatif dan inovatif yang memiliki nilai ekonomis dan

iii
mampu memberdayakan potensi lokal, sehingga dapat meningkatkan
kualitas hidup masyarakat.
Kami berharap modul ini dapat memberikan gambaran tentang
berbagai peluang kerjasama program pemberdayaan masyarakat
yang dapat dimanfaatkan oleh Pemerintah Daerah dan Perusahaan
guna peningkatan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat
khususnya di Kabupaten Dompu.
Akhir kata, atas nama Direksi Perusahaan dan seluruh jajaran
PT.STM, saya ucapkan terima kasih kepada para pemangku
kepentingan atas peran sertanya dalam mendukung keberlangsungan
usaha Perusahaan dan mendukung upaya yang kami lakukan dalam
menyeimbangkan kinerja ekonomi, kinerja sosial dan kinerja
lingkungan secara berkesinambungan.

Dompu, November 2014

DR. Hadiyanto Sapardi


Presiden Direktur
PT. Sumbawa Timur Mining

iv
KATA PENGANTAR

K
esehatan adalah hak asasi bagi setiap anggota masyarakat.
Dengan mendapatkan kondisi hidup yang sehat, masyarakat
dalam beraktivitas secara produktif dan mendapatkan
kesejahteraan. Kondisi hidup yang sehat ini ditandai dengan beberapa
ciri yaitu ketersediaan air minum yang mencukupi, ketersediaan
sanitasi yang memadai dan kondisi lingkungan hidup yang bersih.
Pasal 5 Undang-Undang No 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya
Air menyatakan bahwa negara menjamin hak setiap orang untuk
mendapatkan air bagi kebutuhan pokok minimal sehari-hari guna
memenuhi kehidupannya yang sehat, bersih, dan produktif. Namun,
fakta menunjukkan bahwa tidak seluruh kalangan masyarakat
mendapatkan akses air bersih ini. Di antara masyarakat yang
belum terlayani, masyarakat berpenghasilan rendah di perdesaan
dan pinggiran kota termasuk kelompok yang rentan mengakses air
minum dan sanitasi yang layak tersebut.
Pada 2015, Pemerintah Indonesia ingin mencapai target no. 7 dari
Millenium Development Goals (MDGs). Ini berarti jumlah masyarakat
di kota dan desa yang tidak punya akses ke sarana sanitasi dasar
berkurang separuh, termasuk meningkatnya akses ke pembuangan
air limbah yang aman dan ramah lingkungan. Tujuannya adalah
mengurangi angka kemiskinan perkotaan dan perdesaan sebesar
50% serta mengurangi dua-pertiga angka kematian balita.
Untuk mencapai target MDGs tersebut tentu dibutuhkan aktivitas

v
konkret diantaranya penyediaan air minum dan sanitasi bagi
masyarakat. Masyarakat merupakan komponen utama dalam suatu
komunitas menempati posisi penting dalam pengelolaan sanitasi.
Namun sejauh ini partisipasi mereka belum mendapat perhatian
yang proporsional dari berbagai pihak.
PT Sumbawa Timur Mining (STM) saat ini tengah melakukan
aktivitas eksplorasi tambang di wilayah Kecamatan Parado, Kab.
Bima dan kecamatan Hu’u, Kab. Dompu. Sebagai sebuah perusahaan
yang memiliki tanggungjawab sosial, maka PT STM terpanggil
untuk dapat berkontribusi bagi pembangunan lokal. Karenanya, PT
Sumbawa Timur Mining melalui aktivitas community development
mengambil inisiatif untuk bermitra dengan masyarakat dan
stakeholder terkait melakukan peningkatkan kapasitas masyarakat
dalam pengelolaan air bersih dan sanitasi.
Buku ini ditulis sebagai materi dasar pelatihan water & sanitation.
Harapan kami buku ini dapat menjawab kebutuhan masyarakat
mengenai pengetahuan dan skill (hard skill maupun soft skill)
mengenai penyediaan air minum dan sanitasi. Di dalamnya
mencakup beberapa pokok bahasan yaitu (1) dasar-dasar kesehatan
keluarga dan komunitas, (2) penyediaan akses air bersih bagi rumah
tangga dan komunitas, (3) penyediaan sanitasi bagi rumah tangga
dan komunitas, serta (4) evaluasi infrastruktur yang telah ada dan
rencana revitalisasi.
Kami berharap buku ini dapat menambah wawasan baru bagi
setiap orang yang membacanya. Kami menyadari bahwa masih
terdapat kekurangan dalam penyusunan buku ini, saran dan kritik
guna perbaikan akan kami terima dengan senang hati.

Jakarta, November 2014

Penyusun

vi
DAFTAR ISI

SAMBUTAN DIREKTUR UTAMA


PT. SUMBAWA TIMUR MINING............................................. iii
KATA PENGANTAR .........................................................................v
DAFTAR ISI ..................................................................................... vii
A. DASAR-DASAR KESEHATAN KELUARGA DAN
MASYARAKAT ..............................................................................1
1. Kondisi kesehatan masyarakat pedesaan .................................1
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesehatan ........................2
3. Tugas kesehatan keluarga ...........................................................3

B. AKSES UNTUK AIR BERSIH UNTUK


RUMAH TANGGA DAN KOMUNITAS ...................................5
1. Persyaratan dalam Penyediaan Air Bersih ..............................5
2. Perencanaan penyediaan air bersih .........................................1
3. Sistem Pengaliran Air Bersih .................................................10
4. Rancangan masing-masing Komponen Sistem .....................11
5. Sumber Air Baku ......................................................................17
6. Penentuan jenis, dimensi pipa dan penempatan pipa .........18
7. Penentuan jumlah kebutuhan dan dimensi HU ...................19
8. Pembuatan gambar-gambar teknis sebagai pedoman
pelaksanaan...............................................................................19
9. Penentuan kebutuhan biaya pembangunan
sistim air bersih ........................................................................20

vii
10.Pelestarian Sumber Air Baku ..................................................20
11.Operasi dan Pemeliharaan (O & P) Sistem Penyediaan
Air Bersih ..................................................................................20

C. SANITASI UNTUK RUMAH TANGGA DAN


KOMUNITAS ..............................................................................22
1. Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) .........................22
2. Prinsip-prinsip STBM .............................................................23
3. Lima Pilar STBM ......................................................................24
a. Stop Buang air besar Sembarangan (SBS) ........................24
b. Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) .....................................27
c. Pengelolaan Air Minum dan Makanan Rumah Tangga
(PAMMRT) ..........................................................................28
d. Pengamanan Sampah Rumah Tangga ...............................34
e. Pengamanan Limbah Cair Rumah Tangga .......................36
D. EVALUASI INFRASTRUKTUR YANG ADA DAN
RENCANA REVITALISASI .......................................................38
1. Bangunan Penangkap dan Produksi ......................................38
2. Bangunan pelayanan dan distribusi .......................................46
3. Bangunan pelengkap dan penunjang .....................................54
4. Perpipaan ..................................................................................55
5. Sarana sanitasi ..........................................................................57
6. Program dan Layanan Sanitasi Berbasis Masyarakat
dengan Pelibatan Jender dan Kemiskinan .............................65
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................67

viii
A

KESEHATAN KELUARGA DAN


MASYARAKAT
1. KONDISI KESEHATAN MASYARAKAT PEDESAAN

Sanitasi dan perilaku kebersihan yang buruk serta air minum


yang tidak aman berkontribusi terhadap 88 persen kematian anak
akibat diare di seluruh dunia. Bagi anak-anak yang bertahan hidup,
seringnya menderita diare berkontribusi terhadap masalah gizi,
sehingga menghalangi anak-anak untuk dapat mencapai potensi
maksimal mereka. Kondisi ini selanjutnya menimbulkan implikasi
serius terhadap kualitas sumber daya manusia dan kemampuan
produktif suatu bangsa di masa yang akan datang.
Di Indonesia, diare masih merupakan penyebab utama kematian
anak berusia di bawah lima tahun. Laporan Riskesdas 2007
menunjukkan diare sebagai penyebab 31 persen kematian anak usia
antara 1 bulan hingga satu tahun, dan 25 persen kematian anak usia
antara satu sampai empat tahun. Angka diare pada anak-anak dari
rumah tangga yang menggunakan sumur terbuka untuk air minum
tercatat 34 persen lebih tinggi dibandingkan dengan anak-anak dari
rumah tangga yang menggunakan air ledeng, Selain itu, angka diare
lebih tinggi sebesar 66 persen pada anak-anak dari keluarga yang
melakukan buang air besar di sungai atau selokan dibandingkan
mereka pada rumah tangga dengan fasilitas toilet pribadi dan septik
tank.
Peran penting kebersihan sering diabaikan. Kematian dan
2 Air Bersih dan Sanitasi

penyakit yang disebabkan oleh diare pada umumnya dapat dicegah.


Bahkan tanpa perbaikan pada sistem pengairandan sanitasi, mencuci
tangan secara tepat dengan menggunakan sabun dapat mengurangi
resiko penyakit diare sebesar 42 sampai 47 persen.

2. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN

Kesehatan dalam suatu keluarga maupun masyarakat dipengaruhi


oleh beberapa faktor diantaranya :

a. Gizi
Saat ini gangguan kesehatan cenderung karena gizi salah
(malnutrition). Gizi salah adalah keadaan patologis akibat kekurangan
atau kelebihan secara alternatif maupun absolut satu atau lebih dari
zat gizi.

b. Penurunan Fungsi Fisiologis.


Penurunan fungsi fisiologis dapat terjadi karena faktor alamiah
(karena tua) maupun karena kejadian tertentu seperti kecelakaan.

c. Stress
Stress merupakan suatu keadaan seseorang di mana seseorang
bermasalah dengan kemampuan dalam menerima suatu kenyataan
yang dihadapi dan umumnya tidak sesuai dengan apa yang ia
harapkan. Munculnya stress dipengaruhi oleh pandangan hidup
seseorang dan akan berdampak buruk pada kesehatan mentalnya
dan pada kesehatan fisik.

d. Sanitasi dan Hygiene


Kurang terjaganya sanitasi dan hygiene dapat menimbulkan
gangguan pada kesehatan sejalan dengan mudahnya terjadi
infeksi karena pertumbuhan mikroorganisme pathogen yang
tidak dikendalikan. Penyakkit yang umum terjadi adalah system
pencernaan dan kulit.
Air Bersih dan Sanitasi 3
Sementara itu terdapat pula faktor-faktor yang Mempengaruhi
Derajat Kesehatan masyarakat yaitu :
a. Genetik (turunan)
b. Lingkungan
c. Perilaku (pilihan pola makan dan gaya hidup)
d. Pelayanan Kesehatan (aspek ketersediaan, baik fasilitas, perawatan,
produk pelayanan, dan program kesehatan secara memadai).

Jelas bahwa sanitasi sangat memberikan pengaruh terhadap


bagaimana suatu keluarga maupun masyarakat menjadi sehat dan
produktif.

3. TUGAS KESEHATAN KELUARGA


Dalam upaya penanggulangan masalah kesehatan, tugas keluarga
merupakan faktor utama untuk pengembangan pelayanan kesehatan
kepada masyarakat. Tugas kesehatan keluarga menurut Friedmann
1998 adalah sebagai berikut :
a. Mengenal gangguan perkembangan masalah kesehatan setiap
anggotanya.
b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan kesehatan yang
tepat.
c. Memberikan keperawatan kepada anggota keluarganya yang sakit
dan yang tidak dapat membantu dirinya sendiri.
d. Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan
kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarga.
e. Mempertahankan hubungan timbal-balik antara keluarga
lembaga- lembaga kesehatan yang menunjukkan manfaat fasilitas
kesehatan dengan baik

Keluarga sebagai unit pelayanan kesehatan paling utama. Artinya


keluarga sebagai unit utama masyarakat dan merupakan lembaga
yang menyangkut kehidupan masyarakat. Keluarga sebagai suatu
kelompok dapat menimbulkan, mencegah, mengabaikan atau
memperbaiki masalah-masalah kesehatan dalam kelompoknya.
Masalah - masalah dalam keluarga saling berkaitan, dan apabila
4 Air Bersih dan Sanitasi

salah satu anggota keluarga mempunyai masalah kesehatan akan


berpengaruh terhadap anggota keluarga yang lainnya. Dalam
memelihara anggota keluarga sebagai individu (pasien), keluarga
tetap berperan sebagai pengambil keputusan dalam memelihara
kesehatan anggota keluarganya. Keluarga merupakan perantara yang
efektif dan mudah untuk berbagai upaya kesehatan masyarakat.
B

AKSES AIR BERSIH UNTUK RUMAH


TANGGA DAN KOMUNITAS
Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari
dan akan menjadi air minum setelah dimasak terlebih dahulu. Sebagai
batasannya, air bersih adalah air yang memenuhi persyaratan bagi
sistem penyediaan airminum. Adapun persyaratan yang dimaksud
adalah persyaratan dari segikualitas air yang meliputi kualitas fisik,
kimia, biologi dan radiologis, sehinggaapabila dikonsumsi tidak
menimbulkan efek samping (Ketentuan Umum Permenkes No.416/
Menkes/PER/IX/1990.

1. PERSYARATAN DALAM PENYEDIAAN AIR BERSIH


Sistem penyedian air bersih harus memenuhi beberapa
persyarakat utama. Persyarakat tersebut meliputi persyaratan
kualitatif, persyaratan kuantitatif dan persyaratan kontinuitas.

a. Persyaratan Kualitatif.
Persyaratan kualitas menggambarkan mutu atau kualitas dari
air baku air bersih. Persyaratan ini meliputi persyaratan fisik,
persyaratan kimia, persyaratan biologis dan persyaratan radiologis.
Syarat-syarat tersebut berdasarkan Permenkes No.416/Menkes/PER/
IX/1990 dinyatakan bahwa persyaratan kualitas air bersih adalah
sebagai berikut:
6 Air Bersih dan Sanitasi

1). Syarat-syarat fisik.


Secara fisik air bersih harus jernih, tidak berbau dan tidak berasa.
Selain itu juga suhu air bersih sebaiknya sama dengan suhu udara
atau kurang lebih 25 0 C, dan apabila terjadi perbedaan maka batas
yang diperbolehkan adalah 25 0C ± 30 0 C.
2) Syarat-syaratKimia.
Air bersih tidak boleh mengandung bahan-bahan kimia dalam
jumlah yang melampaui batas. Beberapa persyaratan kimia antara
lain adalah : pH, total solid, zat organik, CO2agresif, kesadahan,
kalsium (Ca), besi (Fe), mangan (Mn), tembaga (Cu), seng (Zn),
chlorida (Cl), nitrit, flourida (F), serta logam berat.
3) Syarat-syaratbakteriologis danmikrobiologis.
Air bersih tidak boleh mengandung kuman patogen dan parasitik
yang mengganggu kesehatan. Persyaratan bakteriologis ini
ditandai dengan tidak adanya bakteri E. coli atau Fecal coli dalam
air.
4) Syarat-syarat Radiologis.
Persyaratan radiologis mensyaratkan bahwa air bersih tidak
boleh mengandung zat yang menghasilkan bahan-bahan yang
mengandung radioaktif, seperti sinar alfa, beta dan gamma.

b. Persyaratan Kuantitatif (Debit).


Persyaratan kuantitas dalam penyediaan air bersih adalah ditinjau
dari banyaknya air baku yang tersedia. Artinya air baku tersebut dapat
digunakan untuk memenuhi kebutuhan sesuai dengan kebutuhan
daerah dan jumlah penduduk yang akan dilayani. Persyaratan
kuantitas juga dapat ditinjau dari standar debit air bersih yang
dialirkan ke konsumen sesuai dengan jumlah kebutuhan air bersih.

c. Persyaratan Kontinuitas.
Air baku untuk air bersih harus dapat diambil terus menerus
dengan fluktuasi debit yang relatif tetap, baik pada saat musim
kemarau maupun musim hujan. Kontinuitas juga dapat diartikan
bahwa air bersih harus tersedia 24 jam per hari, atau setiap saat
diperlukan, kebutuhan air tersedia. Akan tetapi kondisiideal tersebut
Air Bersih dan Sanitasi 7
hampir tidak dapat dipenuhi pada setiap wilayah di Indonesia,
sehingga untuk menentukan tingkat kontinuitas pemakaian air dapat
dilakukan dengan cara pendekatan aktifitas konsumen terhadap
prioritas pemakaian air. Prioritas pemakaian air yaitu minimal
selama 12 jam per hari, yaitu pada jam-jam aktifitas kehidupan, yaitu
pada pukul 06.00 – 18.00 WIB.
Kontinuitas aliran sangat penting ditinjau dari dua aspek.
Pertama adalah kebutuhan konsumen. Sebagian besar konsumen
memerlukan air untuk kehidupan dan pekerjaannya, dalam jumlah
yang tidak ditentukan. Karena itu, diperlukan pada waktu yang tidak
ditentukan.Karena itu, diperlukan reservoir pelayanan dan fasilitas
energi yang siap setiap saat.

2. PERENCANAAN PENYEDIAAN AIR BERSIH


Untuk memperoleh akses air bersih bagi rumah tangga dan
komunitas, maka perlu dilakukan beberapa tahapan kegiatan
mulai dari perencanaan dan implementasi di lapangan. Berikut
adalah panduan Perencanaan Sistem Air Bersih Pedesaan Berbasis
Masyarakat diadaptasi dari pengalaman lapangan JRF – REKOMPAK.

a. Kondisi/Syarat Umum
1) Kegiatan ini adalah bersifat partisipatif, yang mendorong sebesar
besarnya keikutsertaan masyarakat desa setempat dalam proses
perencanaan air bersih untuk kebutuhan masyarakat sendiri
sebagai bagian dari upaya membangun rasa memiliki terhadap
prasarana air bersih yang akan dibangun.
2) Masyarakat di lokasi sasaran, yang diwakili oleh perwakilan
masyarakat setempat, dengan didampingi oleh fasilitator dan
pendamping teknis mengadakan musyawarah untuk memutuskan
usulan prasarana air bersih yang sesuai dengan kebutuhan, kondisi
setempat, dan ketersediaan dana yang tersedia (alokasi dana JRF
untuk desa setempat ditambah kontribusi masyarakat).
3) Standar, kriteria atau besaran yang ada dalam pedoman ini bersifat
minimum sedangkan yang lebih menentukan adalah kebutuhan
dan kondisi setempat serta ketersediaan dana yang dialokasikan
8 Air Bersih dan Sanitasi

oleh untuk desa tersebut beserta dana kontribusi masyarakat


sendiri.
4) Rancang bangun sistem penyediaan air bersih disini adalah sistem
komunal bukan individu dan menggunakan teknologi tepat guna.
Titik berat kajian disamping kehandalan kinerjanya, adalah
kemudahan serta berbiaya rendah dalam operasi dan pemeliharaan
sistem penyediaan air bersih untuk masyarakat desa, sehingga
diharapkan pemanfaatannya akan bisa berkesinambungan
(sustainable).

a) Survei awal
Survai yang dilakukan meliputi kegiatan pendataan didaerah desa
tujuan pelayanan. Dalam kegiatan yang menyertakan masyarakat
ini, dilakukan hal hal berikut:
⌂ Identifikasi daerah yang mendesak untuk dilayani karena suatu
sebab seperti kelangkaan sumber air bersih dan atau daerah
rawan air bersih, yaitu desa yang air tanah dangkalnya tidak laik
minum karena payau/asin atau langka dan selalu mengalami
kekeringan pada musim kemarau, pencemaran air tanah yang
tinggi dilingkungan tersebut sementara upaya pencegahannya
sangat sulit dilaksanakan, serta sebab lain lainnya.
⌂ Kumpulkan data-data dasar seperti peta desa, jumlah
penduduk desa dan sumber air bersih penduduk saat ini.
⌂ Identifikasi sumber air baku (Mata Air, Sumur Dangkal, Sumur
Dalam, Air Permukaan / Sungai, Telaga, Waduk, Air Hujan)
yang potensial.

b) Penentuan Daerah Pelayanan, Penduduk yang Terlayani dan


Kebutuhan Air
1)) Tentukan daerah yang akan dilayani melalui konsultasi dengan
warga untuk mendapatkan daerah yang sangat membutuhkan
pelayanan air bersih komunal. Daerah yang akan dilayani bisa
meliputi kurang dari 1 dusun, 2 dusun, atau bahkan mungkin
bisa lebih dari 1 desa. Dalam kasus daerah pelayanan sistem
meliputi 2 desa maka yang harus dipertimbangkan adalah:
Air Bersih dan Sanitasi 9
⌂ Kedua desa tersebut masuk dalam cakupan program
⌂ Pada situasi tersebut pelayanan 2 desa adalah lebih efisien
daripada hanya 1desa ditinjau dari sisi kajian sistem
penyediaan air bersih.
⌂ Komplikasi yang terjadi dalam kepengurusan pengelolaan
sistem yang akan berjalan.
⌂ Komplikasi pengambilan keputusan yang harus
dilaksanakan dalam musyawarah antar desa.
2)) Tentukan jumlah penduduk yang akan dilayani. Penduduk
terlayani adalah penduduk yang ada di daerah pelayanan
sebagaimana tersebut pada langkah ke 2 dan tingkat
pelayanannya 100% (semua penduduk didaerah tersebut
terlayani).
3)) Hitung jumlah kebutuhan air bersih daerah terlayani.
dengan asumsi kebutuhan air = 30 - 60 l/orang/hari, untuk
penampungan air hujan standarnya lebih kecil 15 l/orang/
hari)

c) Penentuan Komponen Sistem Air Bersih


Seleksi komponen sistem air bersih yang diperlukan untuk
melayani kebutuhan air bersih penduduk didaerah pelayanan,
dilakukan proses sebagaimana diagram di halaman berikut
Khusus untuk penentuan sumber air baku dilakukan dengan
pertimbangan dan urutan prioritas sebagai berikut:
⌂ Kecukupan kuantitas/debit airnya terutama dimusim kering.
⌂ Kualitasnya tidak memerlukan pengolahan untuk menjadi air
bersih atau hanya memerlukan pengolahan minimal.
⌂ Pengaliran dengan sistem gravitasi lebih diprioritaskan
daripada perpompaan (karena elevasi sumber lebih tinggi
daripada daerah pelayanan).
⌂ Tidak ada kompetisi dengan penggunaan yang lain (misal
untuk irigasi sawah) kecuali tidak ada sumber lain dan harus
ada kesepakatan dengan pihak terkait.
⌂ Jarak sumber terhadap daerah pelayanan diambil dari yang
paling dekat (lebih dekat lebih ekonomis).
10 Air Bersih dan Sanitasi

4) Pemilihan Alternatif Sistem Penyediaan Air Bersih


Melakukan pemilihan sistem penyediaan air minum didasarkan
pada:
⌂ Sumber air baku yang berupa mata air, air tanah, air permukaan
dan air hujan.
⌂ Pengolahan air, yaitu pengolahan lengkap (Koagulasi, Flokulasi,
Sedimentasi, Filtrasi dan Chlorinasi) atau tidak lengkap (Bak
Pengendap atau Filtrasi Lambat), yang berdasarkan dari hasil
pemeriksaan kualitas air baku.
⌂ Sistem pendistribusian, yaitu gravitasi atau pemompaan
⌂ Sistem pelayanan yang berupa sambungan hidran umum/kran
umum

3. SISTEM PENGALIRAN AIR BERSIH


Pendistribusian air minum kepada konsumen dengan kuantitas,
kualitas dan tekanan yang cukup memerlukan sistem perpipaan
yang baik, reservoir, pompa dan dan peralatan yang lain. Metode dari
pendistribusian air tergantung pada kondisi topografi dari sumber
air dan posisi para konsumen berada. Menurut Howard, S.P., et.al
(1985) sistem pengaliran yang dipakai adalah sebagai berikut:

a. Cara Gravitasi.
Cara pengaliran gravitasi digunakan apabila elevasi sumber
air mempunyai perbedaan cukup besar dengan elevasi daerah
pelayanan, sehingga tekanan yang diperlukan dapat dipertahankan.
Cara ini dianggap cukup ekonomis, karena hanya memanfaatkan
beda ketinggian lokasi.

b. Cara Pemompaan.
Pada cara ini pompa digunakan untuk meningkatkan tekanan
yang diperlukan untuk mendistribusikan air dari reservoir distribusi
ke konsumen. Sistem ini digunakan jika elevasi antara sumber air atau
instalasi pengolahan dan daerah pelayanan tidak dapat memberikan
tekanan yang cukup.
Air Bersih dan Sanitasi 11
c. Cara Gabungan.
Pada cara gabungan, reservoir digunakan untuk mempertahankan
tekanan yang diperlukan selama periode pemakaian tinggi dan pada
kondisi darurat,misalnya saat terjadi kebakaran, atau tidak adanya
energi. Selama periode pemakaian rendah, sisa air dipompakan
dan disimpan dalam reservoir distribusi. Karena reservoir distribusi
digunakan sebagai cadangan air selama periode pemakaian tinggi
atau pemakaian puncak, maka pompa dapat dioperasikan pada
kapasitas debit rata-rata.

4. RANCANGAN MASING-MASING KOMPONEN SISTEM


Menentukan jenis konstruksi, besarannya dan hal-hal detail
lainnya dari komponen sistem yang telah terseleksi sebagai berikut:

a. Bangunan Pengambilan Air Baku


Bangunan ini dimaksudkan untuk penyadapan air baku dengan
kapasitas yang diperlukan dan melakukan pengamanan dari potensi
pencemaran.

1) Pengambilan Air Baku dari Mata Air/ Penangkap Mata Air (PMA)
Perlu kehati-hatian dalam merencanakan bangunan penangkap
mata air agar tidak menimbulkan tekanan yang berlebihan
sehingga mata air hilang atau bergeser dan muncul di lain tempat
karena mendapatkan celah atau retakan tanah yang lebih mudah
diterobos. Mempertahankan ketinggian muka air mata air yang
ada, adalah cara paling aman dalam membangun bangunan
penangkap mata air. Konstruksi bangunan PMA tergantung jenis
mata air yang akan dimanfaatkan sebagai berikut:
⌂ Aliran artesis terpusat, gunakan tipe 1A
⌂ Aliran artesis tersebar, gunakan tipe 1D
⌂ Aliran artesis vertikal, gunakan tipe 1C
⌂ Aliran artesis kontak gravitasi, gunakan tipe 1B
Untuk sistem yang menggunakan perpompaan diperlukan bak
pengumpul / penampung setelah bangunan penangkap mata air.
12 Air Bersih dan Sanitasi

2) Pengambilan Air Baku dari Air Permukaan (Sungai, Danau,


Embung atau Rawa-Rawa)
⌂ Sistem infiltrasi
⌂ Pengambilan langsung dari sungai
⌂ Pengambilan langsung dengan intake terapung (untuk danau,
embung atau rawa)

3) Pengambilan Air Baku dari Air Tanah


a) Sumur dangkal
⌂ Survai kedalaman dan kualitas air pada sumur yang telah ada
disekitar lokasi,
⌂ Gunakan cincin sumur beton standard yang berdiameter 0,90
m dengan tinggi sekitar 0,50 m,
⌂ Perhitungkan kebutuhan cincin sumur dengan
mempertimbangkan ketinggian cincin diatas permukaan
tanah sekurang-kurangnya 0,80 m,
⌂ Berikan lapisan batu sungai yang berdiameter 5-10 cm pada
dasar sumur setebal 20-40 cm (jika air sumur keruh),
⌂ Buat lantai pada sekeliling area sumur dengan semen cor yang
diplester dan sumur dilengkapi dengan dinding,
⌂ Buatkan saluran air dari sumur ke saluran air terdekat.

b) Sumur dalam
Perencanaan sumur dalam meliputi pemilihan material dan
dimensi yang benar agar diperoleh kombinasi optimum dari kinerja
dan usia sumur serta biaya pembuatannya. Pemilihan material
pipa selubung maupun saringan harus mempertimbangkan
kandungan mineral dan biologis dari air tanah yang akan
dipompa serta besarnya gaya beban yang ditanggung pada saat
berada dalam tanah.

Untuk merencanakan suatu sumur dalam terdapat beberapa


faktor yang perlu menjadi bahan pertimbangan. Adapun faktor-
faktor tersebut adalah :
⌂ Jenis-jenis akifer daerah pemboran apakah memiliki
Air Bersih dan Sanitasi 13
permeabilitas rendah atau tinggi, kenaikan air dan tinggi muka
air tanah.
⌂ Jenis pompa, perlu diperhatikan untuk menentukan diameter
pipa jambang/casing.
⌂ Debit air yang dibutuhkan.

Konstruksi sumur dalam terdiri dari 3 (tiga) bagian utama :


1)) Pipa jambangan/casing.
2)) Pipa naik.
3)) Pipa saringan.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan suatu sumur


bor :
1. Diameter Sumur
Besaran diameter casing pipa yang digunakan sesuai dengan
keperluan. Pemilihan diameter pipa selubung dan saringan
adalah sangat penting karena keduanya berpengaruh besar pada
biaya dan efisiensi sumur. Pemilihan diameter selubung untuk
sumur dalam dengan diameter lebih besar dari 4 inchi (100 mm)
adalah untuk mengakomodasi ukuran pompa yang digunakan.
Jika yang digunakan adalah pompa benam (submersible) maka
diameter pipa selubung yang digunakan minimum 1,5 kali ukuran
pompa (misalnya ukuran pompa 4 inchi maka ukuran pipa
selubung adalah 6 inchi), hal ini dimaksudkan untuk kemudahan
pemasangan dan pengoperasian maupun pemeliharaan. Jika
jarak pompa dan saringan relatif cukup jauh, maka pipa selubung
setelah pompa bisa menggunakan ukuran lebih besar dari diameter
pompa. Jika permukaan air sumur tidak terlalu dalam, dimana
pompa yang digunakan adalah bukan pompa benam dan posisi
pompa berada diatas pipa casing, maka diameter pipa selubung
ditentukan berdasarkan diameter pipa sedot dari pompa.

Jenis casing yang digunakan biasanya PVC atau Low Carbon Steel,
atau Galvanized Iron Pipe (GIP) yang disesuaikan dengan kualitas
air tanah dan kedalamannya (PVC skedul 80 biasanya digunakan
14 Air Bersih dan Sanitasi

.untuk kedalaman sumur kurang dari 60 m).

2. Kedalaman Sumur
Tergantung pada kedalaman lapisan akifer yang akan digunakan
dan jenis akifernya. Secara umum kedalaman sumur harus
mencapai dasar akifer, dengan alasan semakin dalam sumur
maka semakin besar kapasitas pengambilan yang bisa dilakukan.
Akan tetapi jika dasar akifer terkandung air dengan kualitas yang
kurang baik maka sumur bor harus berhenti dikedalaman dimana
terdapat air dengan kualitas yang baik.

3. Penentuan Jenis Akifer (Tertekan atau tidak) berdasarkan data


log bor.
a. Saringan
Merupakan tempat masuknya air pada lubang bor dan
dianggap berfungsi baik jika mampu menyaring pasir dengan
kehilangan tekanan yang minimum.
b. Gravel Pack (kerikil)
⌂ Material kasar buatan yang ditempatkan disekitar saringan
yang berguna untuk mempermudah pemompaan air karena
material-material pada akifer akan tertahan pada gravelpack
tidak menutupi lubang-lubang saringan.
⌂ Mencegah agar lubang bor stabil atau tidak mudah runtuh.
⌂ Berfungsi sebagai filter.
⌂ Diisikan dalam ruang antara dinding lubang bor dan screen,
mulai screen paling atas hingga paling bawah
c. Pompa
Alat untuk menghisap air dari lubang bor ke atas permukaan
tanah. Pada pemboran air tanah dalam pompa yang lazim
digunakan adalah pompa benam (submersiblepump).
d. Piezometer
Adalah sebuah alat pengukur muka airtanah yang ditempatkan
di dalam sumur pantau. Sumur pantau ditempatkan disekitar
sumur pemompaan (tergantung dana yang tersedia).
Air Bersih dan Sanitasi 15
e. Grouting
Suatu lapisan buatan (berupa lapisan semen) yang berfungsi
untuk menahan konstruksi lubang bor (minimum 20 m atau
melihat kedalaman sumur dangkal di sekitarnya).

Perencanaan dan konstruksi sumur dalam termasuk kategori


pekerjaan dengan resiko kegagalan yang tinggi serta memerlukan
pengetahuan dan peralatan khusus, oleh karena itu tidak boleh
dilaksanakan oleh masyarakat sendiri dan harus dalam pengawasan
oleh Konsultan. Kontraktor sumur dalam harus mempunyai
kualifikasi keahlian di bidang pengeboran sumur dalam.

Pemilihan lokasi sumur dalam


Pemilihan lokasi sumur harus mempertimbangkan jarak dari
sumber pencemar potensial yang bisa menimbulkan pencemaran
pada sumur yang akan dibangun sebagaimana tabel dibawah ini :

Jarak (m) Sumber Pencemaran Potensial


Tempat pembuangan sampah, bengkel, pompa bensin,
100 kegiatan industri yang menghasilkan zat pencemar,
penyimpanan bahan B3 dll.
59 Sumur peresapan air limbah
WC cubluk, kandang ternak, sawah atau tegal yang diberi
30
pupuk buatan maupun kompos dll.
15 Tangki septik, badan air (sungai, rawa, danau atau embung)
7 Saluran drainase, selokan atau rumah.
Sumber: Drilling and Well Construction Manual, Life Water

Jika lokasi sumur berada pada daerah tidak datar (miring) maka
sumur tidak boleh terletak bagian bawah dari sumber pencemar.
c) Pengambilan Air Baku dari Air Hujan
Prinsip dasar
⌂ Desain bak penampung air hujan (PAH) harus memenuhi
16 Air Bersih dan Sanitasi

volume minimal 15 l/org/hari untuk kebutuhan maksimal


jumlah bulan musim kering dalam satu tahun. Bak penampung
dibuat sederhana terbuat dari bahan kedap air berupa pasangan
bata, beton atau fiberglass.
⌂ Menggunakan atap gabungan rumah-rumah penduduk,
masjid, kantor desa atau bangunan umum lainnya sebagai
penangkap air hujan.

1)) Penentuan dimensi bak pengumpul dan kebutuhan per-


pompaan (untuk sistem yang menggunakan pompa)
⌂ Tentukan bentuk dan hitung dimensi bak pengumpul
disesuaikan dengan debit mata air, kebutuhan pemompaan
dan pola distribusi air (jam pemompaan).
⌂ Rancangan perpompaan terkait dengan elevasi pompa
dan elevasi dimana air akan dipompakan (HU/KU),
perpipaan, ketersediaan air (debit) sumber air, kebutuhan
air, jenis sumber energi listrik yang digunakan, berbiaya
rendah dan mudah dalam pengoperasian & pemeliharaan
serta ketersediaan suku cadang,
⌂ Hitung besarnya kebutuhan enerji listrik dan tentukan
jenis sumber energi listrik yang akan digunakan dengan
mempertimbangkan : ketersediaannya, kemudahan
pengoperasian dan pemeliharaan, biaya operasi dan
pemeliharaannya, serta biaya pengadaannya, jenis sumber
energi listrik yang perlu dikaji selain sumber PLN adalah
penggunaan Genset dan sel surya.

2)) Penentuan Kebutuhan Pengolahan Air Baku.


⌂ Pada situasi tertentu, pengolahan air baku diperlukan untuk
mengolah air baku menjadi memenuhi persyaratan untuk
digunakan sebagai air bersih. Secara umum rancang bangun
pengolahan air baku menjadi air bersih harus menggunakan
teknologi tepat guna untuk masyarakat pedesaan, dengan
mempertimbangkan keberlangsungannya dalam jangka
panjang.
Air Bersih dan Sanitasi 17
⌂ Melaksanakan pengambilan contoh dan analisa air.
baku, selanjutnya tentukan komponen pengolahan yang
diperlukan berdasarkan hasil analisa air baku yang telah
dilaksanakan. Sebagai pedoman pemilihan komponen
pengolahan air baku menjadi air bersih lihat tabel dibawah
ini:

PROSES PENGOLAHAN
KONTA- Flokulasi, Saringan
Sedi- Koa- Des-
MINAN Sedimentasi, Pasir
mentasi gulasi infeksi
& Filtrasi Lambat
Bakteri 0 0 +++ ++++ ++++
Virus 0 0 +++ ++++ ++++
Kekeruhan 0 + ++++ ++++ 0
Padatan
0 +++ ++++ ++++ 0
tersuspensi
Bau dan rasa ++ 0 +++ +++ +
Besi dan
++ + +++ +++ ++
mangan
Fluor 0 0 + 0 0
Arsen 0 0 ++ + 0
Logam Berat ++ 0 ++ ++ +
Warna dan
0 0 ++ ++ +
zat organik
Keterangan :
0 : tidak berpengaruh
+ : bisa menurunkan

5. SUMBER AIR BAKU

a. Sumber Air Baku dari Mata Air


Dari sisi pengolahan, sumber air jenis ini biasanya hanya
memerlukan pengolahan sederhana, dengan melakukan penyaringan
sederhana (saringan pasir lambat).
18 Air Bersih dan Sanitasi

b. Sumber Air Baku dari Air Permukaan (Air Sungai, Danau, dan
Embung)
Dari sisi pengolahan, sumber air jenis ini umumnya memerlukan
pengolahan sederhana, dengan menggunakan Instalasi Pengolahan
Sederhana (saringan pasir lambat). Melakukan pengambilan contoh
air untuk diuji kualitas air di laboratorium yang disetujui

c. Sumber Air Baku dari Sumur Dangkal


Dari sisi pengolahan, sumber air jenis ini tidak memerlukan
pengolahan lebih lanjut. Penentuan lokasi sumur ini bisa dilakukan
dengan mengamati sumur yang sudah ada disekitar daerah pelayanan.

d. Sumber Air Baku dari Sumur Dalam


Dari sisi pengolahan, sumber air jenis ini tidak memerlukan
pengolahan lebih lanjut. Jika ada indikasi dari sumur yang sudah
beroperasi yang lokasinya relatif dekat mengandung Fe dan atau Mn
maka diperlukan pengolahan aerasi dan filtrasi.

e. Sumber Air Baku dari Air Hujan


Dari sisi pengolahan, sumber air jenis ini tidak memerlukan
pengolahan lebih lanjut, hanya diperlukan perbaikan pH air dengan
pembubuhan kapur dengan dosis rendah (pH normal air minum
adalah 6 – 7).

6. PENENTUAN JENIS, DIMENSI PIPA DAN PENEMPATAN


PIPA
a. Tentukan jenis pipa dengan memperhatikan jenis tanah dimana
pipa dipasang, pertimbangan kemudahan pemasangan dan
pemeliharaan, tekanan kerja, ketersediaan di pasaran lokal, serta
harga. Contoh untuk tanah berbatu dan curam digunakan pipa
GIP yang dipasang diatas permukaan tanah. Pipa PVC digunakan
untuk jalur pipa yang ditanam bukan yang diekspos (diatas
permukaan tanah).
b. Melakukan perhitungan hidrolis untuk menentukan dimensi
perpipaan dan kehilangan tekanan sehingga didapat tekanan yang
Air Bersih dan Sanitasi 19
diperlukan. Perhitungan hidrolis perpipaan dilakukan dengan
menggunakan metode “hardy cross” untuk jaringan perpipaan
yang membentuk “loop” dan dengan monogram “Hazen –
William” untuk sistem pipa lurus dan cabang. Tentukan jalur pipa
pada lokasi milik umum (misal: dibahu jalan atau di tanah milik
umum lainnya dimana tidak akan didirikan bangunan diatasnya),
diamankan dari kerusakan akibat aktifitas manusia (kebakaran,
pecah karena terlindas kendaraan, terkena cangkul dan lain-lain).

7. PENENTUAN JUMLAH KEBUTUHAN DAN DIMENSI HU


Hitung jumlah kebutuhan dan dimensi HU dengan asumsi sebagai
berikut:
a. Gunakan HU dengan volume 3000 liter – 5000 liter tergantung
kepadatan penduduk, jangkauan pengambilan dan kebutuhan air.
b. 1 HU melayani penduduk dalam radius 200 m
c. 1 (Satu) kran melayani 25 penduduk
d. HU ditempatkan pada tanah milik umum atau milik desa atau
milik pribadi yang dihibahkan. Proses pemilihan lokasi dengan
melibatkan musyawarah warga.

8. PEMBUATAN GAMBAR-GAMBAR TEKNIS SEBAGAI


PEDOMAN PELAKSANAAN.
Membuat gambar detail secukupnya untuk petunjuk terinci
pelaksanaan pekerjaan. yang meliputi:
a. Gambar situasi, atau lay-out perpipaan distribusi maupun
transmisi, bangunan intake, penangkap mata air, pengolah air,
reservoir, HU/KU, bak pengumpul, rumah pompa dll.
b. Gambar denah komponen yang disebut dalam gambar lay-out/
situasi diatas
c. Gambar potongan melintang maupun memanjang bangunan yang
tergambar denahnya.
d. Gambar detail yang dianggap perlu dan secukupnya sebagai
petunjuk yang jelas dan terinci bagi pelaksana pekerjaan.
20 Air Bersih dan Sanitasi

9. PENENTUAN KEBUTUHAN BIAYA PEMBANGUNAN


SISTIM AIR BERSIH
Melakukan perhitungan kuantitas pekerjaan dan biaya dengan
komponen pembiayaan sebagai berikut:
a. Pengadaan barang seperti pipa dan asesorisnya, tangki HU yang
selain dari beton atau pasangan batu bata yaitu terbuat dari fiber
atau plastic, pompa termasuk instalasi listriknya (jika ada).
b. Pekerjaan pemasangan pipa dan asesorisnya
c. Pekerjaan pemasangan HU
d. Pekerjaan konstruksi/ pembangunan atau pengadaan bangunan
penyadap air permukaan atau bangunan pelindung mata air atau
sumur dalam atau dangkal
e. Pekerjaan konstruksi/ pembangunan atau pengadaan pengolahan
sederhana jika ada.
f. Menghitung biaya pengadaan barang dan pelaksanaan pekerjaan
dengan menggunakan harga satuan yang terbaru yang berasal dari
survey harga pasar.

10. PELESTARIAN SUMBER AIR BAKU


a. Penanaman pemahaman mengenai pentingnya pelestarian sumber
air baku melalui program pelatihan masyarakat dan penyuluhan.
Pelestarian yang dilakukan melalui rekayasa teknis, seperti
pembangunan bangunan penahan sedimen, pembuatan terasiring
(sengkedan), dan/atau perkuatan tebing sumber air
b. Penanaman vegetasi merupakan upaya perlindungan dan
pelestarian yang sesuai pada daerah tangkapan air atau daerah
sempadan sumber air.
c. Semua upaya pelestarian yang dilaksanakan harus memperhatikan
budaya, sosial dan ekonomi masyarakat setempat.

11. Operasi dan Pemeliharaan (O & P) Sistem Penyediaan Air


Bersih
a. Memfasilitasi pembentukan panitia penyelenggara Operasi &
Pemeliharaan
b. Memfasilitasi penentuan perhitungan tarif sampai terjadi
Air Bersih dan Sanitasi 21
persetujuan mengenai besarnya tarif untuk biaya Operasi dan
Pemeliharaan.
c. Memberikan pelatihan Operasi & Pemeliharaan
C

SANITASI UNTUK RUMAH TANGGA


DAN KOMUNITAS
1. SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT (STBM)

Tantangan yang dihadapi Indonesia terkait pembangunan kesehatan,


khususnya bidang, higiene dan sanitasi masih sangat besar. Untuk itu
perlu dilakukan intervensi terpadu melalui pendekatan sanitasi total.
Pemerintah merubah pendekatan pembangunan sanitasi nasional dari
pendekatan sektoral dengan penyediaan subsidi perangkat keras yang
selama ini tidak memberi daya ungkit terjadinya perubahan perilaku
higienis dan peningkatan akses sanitasi, menjadi pendekatan sanitasi
total berbasis masyarakat yang menekankan pada 5 (lima) perubahan
perilaku higienis.
Pelaksanaan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) dengan
lima pilar akan mempermudah upaya meningkatkan akses sanitasi
masyarakat yang lebih baik serta mengubah dan mempertahankan
keberlanjutan budaya hidup bersih dan sehat.
Pelaksanaan STBM dalam jangka panjang dapat menurunkan
angka kesakitan dan kematian yang diakibatkan oleh sanitasi yang
kurang baik, dan dapat mendorong tewujudnya masyarakat sehat yang
mandiri dan berkeadilan.
Perubahan perilaku dalam STBM dilakukan melalui metode
pemicuan yang mendorong perubahan perilaku masyarakat sasaran
secara kolektif dan mampu membangun sarana sanitasi secara mandiri
sesuai kemampuan.
24 Air Bersih dan Sanitasi

2. PRINSIP-PRINSIP STBM
Prinsip-prinsip STBM adalah :
1) Tanpa subsidi.
Masyarakat tidak menerima bantuan dari pemerintah atau pihak
lain untuk menyediakan sarana sanitasi dasarnya. Penyediaan
sarana sanitasi dasar adalah tanggung jawab masyarakat. Sekiranya
individu masyarakat belum mampu menyediakan sanitasi dasar,
maka diharapkan adanya kepedulian dan kerjasama dengan
anggota masyarakat lain untuk membantu mencarikan solusi.
2) Masyarakat sebagai pemimpin
Inisiatif pembangunan sarana sanitasi hendaknya berasal
dari masyarakat. Fasilitator maupun wirausaha sanitasi hanya
membantu memberikan masukan dan pilihan-pilihan solusi
kepada masyarakat untuk meningkatkan akses dan kualitas higiene
dan sanitasinya. Semua kegiatan maupun pembangunan sarana
sanitasi dibuat oleh masyarakat. Sehingga ikut campur pihak luar
tidak diharapkan dan tidak diperbolehkan. Dalam praktiknya,
biasanya akan tercipta natural-natural leader di masyarakat.
3) Tidak menggurui/memaksa
STBM tidak boleh disampaikan kepada masyarakat dengan cara
menggurui dan memaksa mereka untuk mempraktikkan budaya
higiene dan sanitasi, apalagi dengan memaksa mereka membeli
jamban atau produk-produk STBM.
4) Totalitas seluruh komponen masyarakat
Seluruh komponen masyarakat terlibat dalam analisa permasalahan-
perencanaan-pelaksanaan serta pemanfaatan dan pemeliharaan.
Keputusan masyarakat dan pelaksanaan secara kolektif adalah
kunci keberhasilan STBM.

Secara lebih rinci, keempat prinsip diatas bisa dipahami dari


perbedaan antara sistem kejar target/ proyek dengan STBM yang dapat
dilihat pada tabel dibawah:
Air Bersih dan Sanitasi 25

Sistem Kejar Target


Kriteria STBM
(Proyek)
Input dari luar Subsidi benda-benda Pemberdayaan masyarakat
masyarakat untuk jamban
Model Model ditentukan Muncul inovasi lain dari
masyarakat.
Cakupan Sebagian Menyeluruh
Indikator Menghitung jamban Tidak ada lagi kebiasaan BAB di
keberhasilan sembarang tempat
Bahan yang Semen, porselen, batu Bisa dimulai dengan bambu,
digunakan bata, dan lain-lain kayu, dan lain-lain
Biaya Berkisar antara Rp. Relatif lebih murah
500.000-1.000.000 per
model
Pemanfaat Yang punya uang Masyarakat yang sangat miskin
Waktu yang Seperti yang ditargetkan Ditentukan oleh masyarakat
dibutuhkan oleh proyek
Motivasi Subsidi / bantuan Harga diri
utama
Model Oleh organisasi luar / Oleh masyarakat melalui
penyebaran formal hubungan persaudaraan,
perkawanan dan lain-lain
Keberlanjutan Sulit untuk dipastikan Dipastikan oleh masyarakat
Sanksi bila Tidak ada Disepakati oleh masyarakat.
melakukan Contoh denda Rp. 1.000.000
BAB di desa Jombe, kecamatan
sembarangan Turatea, kab. Jeneponto
Tipe Oleh proyek Oleh masyarakat (bisa harian,
monitoring bulanan, mingguan)

3. LIMA PILAR STBM


Lima Pilar STBM terdiri dari:

a. Stop Buang air besar Sembarangan (SBS)


Suatu kondisi ketika setiap individu dalam komunitas tidak buang
air besar sembarangan. Perilaku SBS diikuti dengan pemanfaatan
26 Air Bersih dan Sanitasi

sarana sanitasi yang saniter berupa jamban sehat. Saniter merupakan


kondisi fasilitas sanitasi yang memenuhi standar dan persyaratan
kesehatan yaitu:
1) tidak mengakibatkan terjadinya penyebaran langsung bahan-
bahan yang berbahaya bagi manusia akibat pembuangan kotoran
manusia; dan
2) dapat mencegah vektor pembawa untuk menyebar penyakit pada
pemakai dan lingkungan sekitarnya.

Jamban sehat efektif untuk memutus mata rantai penularan


penyakit. Jamban sehat harus dibangun, dimiliki, dan digunakan oleh
keluarga dengan penempatan (di dalam rumah atau di luar rumah)
yang mudah dijangkau oleh penghuni rumah.

Standar dan persyaratan kesehatan bangunan jamban terdiri dari :


a) Bangunan atas jamban (dinding dan/atau atap)
Bangunan atas jamban harus berfungsi untuk melindungi pemakai
dari gangguan cuaca dan gangguan lainnya.

b). Bangunan tengah jamban


Terdapat 2 (dua) bagian bangunan tengah jamban, yaitu:
⌂ Lubang tempat pembuangan kotoran (tinja dan urine) yang
saniter dilengkapi oleh konstruksi leher angsa. Pada konstruksi
sederhana (semi saniter), lubang dapat dibuat tanpa konstruksi
leher angsa, tetapi harus diberi tutup.
⌂ Lantai Jamban terbuat dari bahan kedap air, tidak licin, dan
mempunyai saluran untuk pembuangan air bekas ke Sistem
Pembuangan Air Limbah (SPAL).
Air Bersih dan Sanitasi 27

c) Bangunan Bawah
Merupakan bangunan penampungan, pengolah, dan pengurai
kotoran/tinja yang berfungsi mencegah terjadinya pencemaran
atau kontaminasi dari tinja melalui vektor pembawa penyakit, baik
secara langsung maupun tidak langsung.

Terdapat 2 (dua) macam bentuk bangunan bawah jamban, yaitu:


⌂ Tangki Septik, adalah suatu bak kedap air yang berfungsi sebagai
penampungan limbah kotoran manusia (tinja dan urine).
Bagian padat dari kotoran manusia akan tertinggal dalam
tangki septik, sedangkan bagian cairnya akan keluar dari tangki
septik dan diresapkan melalui bidang/sumur resapan. Jika tidak
memungkinkan dibuat resapan maka dibuat suatu filter untuk
mengelola cairan tersebut.

⌂ Cubluk, merupakan lubang galian yang akan menampung


limbah padat dan cair dari jamban yang masuk setiap harinya
dan akan meresapkan cairan limbah tersebut ke dalam tanah
dengan tidak mencemari air tanah, sedangkan bagian padat
dari limbah tersebut akan diuraikan secara biologis. Bentuk
cubluk dapat dibuat bundar atau segi empat, dindingnya harus
28 Air Bersih dan Sanitasi

aman dari longsoran, jika diperlukan dinding cubluk diperkuat


dengan pasangan bata, batu kali, buis beton, anyaman bambu,
penguat kayu, dan sebagainya.

b. Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS)


CTPS merupakan perilaku cuci tangan dengan menggunakan
sabun dan air bersih yang mengalir.
1) Langkah-langkah CTPS yang benar :
⌂ Basahi kedua tangan dengan air bersih yang mengalir.
⌂ Gosokkan sabun pada kedua telapak tangan sampai berbusa
lalu gosok kedua punggung tangan, jari jemari, kedua jempol,
sampai semua permukaan kena busa sabun.
⌂ Bersihkan ujung-ujung jari dan sela-sela di bawah kuku.
⌂ Bilas dengan air bersih sambil menggosok-gosok kedua tangan
sampai sisa sabun hilang.
⌂ Keringkan kedua tangan dengan memakai kain, handuk bersih,
atau kertas tisu, atau mengibas-ibaskan kedua tangan sampai
kering.

2) Waktu penting perlunya CTPS, antara lain:


⌂ sebelum makan
⌂ sebelum mengolah dan menghidangkan makanan
⌂ sebelum menyusui
⌂ sebelum memberi makan bayi/balita
⌂ sesudah buang air besar/kecil
⌂ sesudah memegang hewan/unggas
Air Bersih dan Sanitasi 29
3) Kriteria Utama Sarana CTPS
⌂ Air bersih yang dapat dialirkan
⌂ Sabun
⌂ Penampungan atau saluran air
limbah yang aman

c. Pengelolaan Air Minum dan Makanan Rumah Tangga (PAMMRT)


PAMM-RT merupakan suatu proses pengolahan, penyimpanan,
dan pemanfaatan air minum dan pengelolaan makanan yang aman di
rumah tangga.
Tahapan kegiatan dalam PAMM-RT, yaitu:
1) Pengelolaan Air Minum Rumah Tangga
a)) Pengolahan air baku
Apabila air baku keruh perlu dilakukan pengolahan awal:
⌂ Pengendapan dengan gravitasi alami
⌂ Penyaringan dengan kain
⌂ Pengendapan dengan bahan kimia/tawas
b)) Pengolahan air untuk minum

Pengolahan air minum di rumah tangga dilakukan untuk


mendapatkan air dengan kualitas air minum. Cara pengolahan
yang disarankan, yaitu:
Air untuk minum harus diolah terlebih dahulu untuk
menghilangkan kuman dan penyakit melalui :
30 Air Bersih dan Sanitasi

⌂ Filtrasi (penyaringan), contoh : biosand filter, keramik filter,


dan sebagainya.
⌂ Klorinasi, contoh : klorin cair, klorin tablet, dan sebagainya.
⌂ Koagulasi dan flokulasi (penggumpalan), contoh : bubuk
koagulan
⌂ Desinfeksi, contoh : merebus, sodis (Solar Water Disinfection)

c)) Wadah Penyimpanan Air Minum


Setelah pengolahan air, tahapan selanjutnya menyimpan air
minum dengan aman untuk keperluan sehari-hari, dengan cara:
⌂ Wadah bertutup, berleher sempit, dan lebih baik dilengkapi
dengan kran.
Air Bersih dan Sanitasi 31
⌂ Air minum sebaiknya disimpan di wadahpengolahannya.
⌂ Air yang sudah diolah sebaiknya disimpan dalam tempat yang
bersih dan selalu tertutup.
⌂ Minum air dengan menggunakan gelas yang bersih dan kering
atau tidak minum air langsung mengenai mulut/wadah kran.
⌂ Letakkan wadah penyimpanan air minum di tempat yang
bersih dan sulit terjangkau oleh binatang.
⌂ Wadah air minum dicuci setelah tiga hari atau saat air habis,
gunakan air yang sudah diolah sebagai air bilasan terakhir.

d)) Hal penting dalam PAMM-RT


⌂ Cucilah tangan sebelum menangani air minum dan mengolah
makanan siap santap.
⌂ Mengolah air minum secukupnya sesuai dengan kebutuhan
rumah tangga.
⌂ Gunakan air yang sudah diolah untuk mencuci sayur dan buah
siap santap serta untuk mengolah makanan siap santap.
⌂ Tidak mencelupkan tangan ke dalam air yang sudah diolah
menjadi air minum.
⌂ Secara periodik meminta petugas kesehatan untuk melakukan
pemeriksaan air guna pengujian laboratorium.

b) Pengelolaan Makanan Rumah Tangga


Makanan harus dikelola dengan baik dan benar agar tidak
menyebabkan gangguan kesehatan dan bermanfaat bagi tubuh.
Cara pengelolaan makanan yang baik yaitu dengan menerapkan
32 Air Bersih dan Sanitasi

prinsip higiene dan sanitasi makanan. Pengelolaan makanan di


rumah tangga, walaupun dalam jumlah kecil atau skala rumah
tangga juga harus menerapkan prinsip higiene sanitasi makanan.
Prinsip higiene sanitasi makanan :

1)) Pemilihan bahan makanan


Pemilihan bahan makanan harus memperhatikan mutu dan
kualitas serta memenuhi persyaratan yaitu untuk bahan makanan
tidak dikemas harus dalam keadaan segar, tidak busuk, tidak
rusak/berjamur, tidakmengandung bahan kimia berbahaya dan
beracun serta berasal dari sumber yang resmi atau jelas.
Untuk bahan makanan dalam kemasan atau hasil pabrikan,
mempunyai label dan merek, komposisi jelas, terdaftar dan tidak
kadaluwarsa.
2)) Penyimpanan bahan makanan
Menyimpan bahan makanan baik bahan makanan tidak
dikemas maupun dalam kemasan harus memperhatikan tempat
penyimpanan, cara penyimpanan, waktu/lama penyimpanan dan
suhu penyimpanan. Selama berada dalam penyimpanan harus
terhindar dari kemungkinan terjadinya kontaminasi oleh bakteri,
serangga, tikus dan hewan lainnya serta bahan kimia berbahaya
dan beracun.
Bahan makanan yang disimpan lebih dulu atau masa
kadaluwarsanya lebih awal dimanfaatkan terlebih dahulu.
3)) Pengolahan makanan
Empat aspek higiene sanitasi makanan sangat mempengaruhi
proses pengolahan makanan, oleh karena itu harus memenuhi
persyaratan, yaitu :
Air Bersih dan Sanitasi 33

⌂ Tempat pengolahan makanan atau dapur harus memenuhi


persyaratan teknis
higiene sanitasi untuk mencegah risiko pencemaran terhadap
makanan serta
dapat mencegah masuknya serangga, binatangpengerat, vektor
dan hewan lainnya.
⌂ Peralatan yang digunakan harus tara pangan (foodgrade) yaitu
aman dan tidak berbahaya bagi kesehatan (lapisan permukaan
peralatan tidak larut dalam suasana asam/basa dan tidak
mengeluarkan dan beracun) serta peralatan harus utuh, tidak
cacat, tidak retak, tidak gompel dan mudah dibersihkan.
⌂ Bahan makanan memenuhi persyaratan dan diolah sesuai
urutan prioritas Perlakukan makanan hasil olahan sesuai
persyaratan higiene dan sanitasi makanan, bebas cemaran fisik,
kimia dan bakteriologis.
⌂ Penjamah makanan/pengolah makanan berbadan sehat, tidak
menderita penyakit menular dan berperilaku hidup bersih dan
sehat.

4)) Penyimpanan makanan matang


Penyimpanan makanan yang telah matang harus memperhatikan
suhu, pewadahan, tempat penyimpanan
dan lama penyimpanan. Penyimpanan pada suhu yang tepat
baik suhu dingin, sangat dingin, beku maupun suhu hangat serta
lama penyimpanan sangat mempengaruhi kondisi dan cita rasa
makanan matang.
5)) Pengangkutan makanan
Dalam pengangkutan baik bahan makanan maupun makanan
matang harus memperhatikan beberapa hal yaitu alat angkut yang
digunakan, teknik/cara pengangkutan, lama pengangkutan, dan
petugas pengangkut. Hal ini untuk menghindari risiko terjadinya
pencemaran baik fisik, kimia maupun bakteriologis.
6)) Penyajian makanan
Makanan dinyatakan laik santap apabila telah dilakukan uji
organoleptik atau uji biologis atau uji laboratorium, hal ini
34 Air Bersih dan Sanitasi

dilakukan bila ada kecurigaan terhadap makanan tersebut.


Adapun yang dimaksud dengan:
⌂ Uji organoleptik yaitu memeriksa makanan dengan cara
meneliti dan menggunakan 5 (lima) indera manusia yaitu
dengan melihat (penampilan), meraba (tekstur, keempukan),
mencium (aroma), mendengar (bunyi misal telur) menjilat
(rasa). Apabila secara organoleptik baik maka makanan
dinyatakan laik santap.
⌂ Uji biologis yaitu dengan memakan makanan secara sempurna
dan apabila dalam waktu 2 (dua) jam tidak terjadi tanda-tanda
kesakitan, makanan tersebut dinyatakan aman.
⌂ Uji laboratorium dilakukan untuk mengetahui tingkat cemaran
makanan baik kimia maupun mikroba. Untuk pemeriksaan ini
diperlukan sampel makanan yang diambil mengikuti standar/
prosedur yang benar dan hasilnya dibandingkan dengan
standar yang telah baku.
Beberapa hal yang harus diperhatikan pada penyajian makanan
yaitu tempat penyajian, waktu penyajian, cara penyajian dan prinsip
penyajian. Lamanya waktu tunggu makanan mulai dari selesai proses
pengolahan dan menjadi makanan matang sampai dengan disajikan
dan dikonsumsi tidak boleh lebih dari 4 (empat) jam dan harus segera
dihangatkan kembali terutama makanan yang mengandung protein
tinggi, kecuali makanan yang disajikan tetap dalam keadaan suhu
hangat. Hal ini untuk menghindari tumbuh dan berkembang biaknya
bakteri pada makanan yang dapat menyebabkan gangguan pada
kesehatan.
Air Bersih dan Sanitasi 35
d. Pengamanan Sampah Rumah Tangga
Tujuan Pengamanan Sampah Rumah Tangga adalah untuk
menghindari penyimpanan sampah dalam rumah dengan segera
menangani sampah.
Pengamanan sampah yang aman adalah pengumpulan,
pengangkutan, pemrosesan, pendaur-ulangan atau pembuangan dari
material sampah dengan cara yang tidak membahayakan kesehatan
masyarakat dan lingkungan.
Prinsip-prinsip dalam Pengamanan sampah :
a) Reduce yaitu mengurangi sampah dengan mengurangi pemakaian
barang atau benda yang tidak terlalu dibutuhkan. Contoh:
⌂ Mengurangi pemakaian kantong plastik.
⌂ Mengatur dan merencanakan pembelian kebutuhanrumah
tangga secara rutin misalnya sekali sebulan atau sekali seminggu.
⌂ Mengutamakan membeli produk berwadah sehingga bisa diisi
ulang.
⌂ Memperbaiki barang-barang yang rusak (jika masih bisa
diperbaiki).
⌂ Membeli produk atau barang yang tahan lama.

b) Reuse yaitu memanfaatkan barang yang sudah tidak terpakai tanpa


mengubah bentuk. Contoh:
⌂ Sampah rumah tangga yang bisa dimanfaatkan seperti koran
bekas, kardus bekas, kaleng susu, wadah sabun lulur, dan
sebagainya. Barang-barang tersebut dapat dimanfaatkan sebaik
mungkin misalnya diolah menjadi tempat untuk menyimpan
tusuk gigi, perhiasan, dan sebagainya.
⌂ Memanfaatkan lembaran yang kosong pada kertas yang
sudah digunakan, memanfaatkan buku cetakan bekas untuk
perpustakaan mini di rumah dan untuk umum.
⌂ Menggunakan kembali kantong belanja untuk belanja
berikutnya.
c) Recycle yaitu mendaur ulang kembali barang lama menjadi barang
baru. Contoh:
⌂ Sampah organik bisa dimanfaatkan sebagai pupuk dengan cara
36 Air Bersih dan Sanitasi

pembuatan kompos atau dengan pembuatan lubang biopori.


⌂ Sampah anorganik bisa di daur ulang menjadi sesuatu yang
bisa digunakan kembali, contohnya mendaur ulang kertas yang
tidak digunakan menjadi kertas kembali, botol plastik bisa
menjadi tempat alat tulis, bungkus plastik detergen atau susu
bisa dijadikan tas, dompet, dan sebagainya.
⌂ Sampah yang sudah dipilah dapat disetorkan ke bank sampah
terdekat.

Kegiatan Pengamanan Sampah Rumah Tangga dapat dilakukan


dengan :
⌂ sampah tidak boleh ada dalam rumah dan harus dibuang setiap
hari
⌂ pemilahan dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan
sampah sesuai dengan jenis, jumlah, dan/atau sifat sampah.
⌂ pemilahan sampah dilakukan terhadap 2 (dua) jenis sampah,
yaitu organik dan nonorganik. Untuk itu perlu disediakan
tempat sampah yang berbeda untuk setiap jenis sampah tersebut.
Tempat sampah harus tertutup rapat.
⌂ pengumpulan sampah dilakukan melalui pengambilan dan
pemindahan sampah dari rumah tangga ke tempat penampungan
sementara atau tempat pengolahan sampah terpadu.
⌂ Sampah yang telah dikumpulkan di tempat penampungan
sementara atau tempat pengolahan sampah terpadu diangkut ke
tempat pemrosesan akhir.
Air Bersih dan Sanitasi 37
e. Pengamanan Limbah Cair Rumah Tangga
Proses pengamanan limbah cair yang aman pada tingkat rumah
tangga untuk menghindari terjadinya genangan air limbah yang
berpotensi menimbulkan penyakit berbasis lingkungan.
Untuk menyalurkan limbah cair rumah tangga diperlukan sarana
berupa sumur resapan dan saluran pembuangan air limbah rumah
tangga. Limbah cair rumah tangga yang berupa tinja dan urine ke
tangki septik yang dilengkapi dengan sumur resapan. Limbah cair
rumah tangga yang berupa air bekas yang dihasilkan dari buangan
dapur, kamar mandi, dan sarana cuci tangan disalurkan ke saluran
pembuangan air limbah.
Prinsip Pengamanan Limbah Cair Rumah Tangga adalah:
a) Air limbah kamar mandi dan dapur tidak boleh tercampur
dengan air dari jamban
b) Tidak boleh menjadi tempat perindukan vektor
c) Tidak boleh menimbulkan bau
d) Tidak boleh ada genangan yang menyebabkan lantai licin dan
rawan kecelakaan
e) Terhubung dengan saluran limbah umum/got atau sumur
f) Resapan.
38 Air Bersih dan Sanitasi

SUMBER AIR MINUM DAN SARANA SANITASI


YANG LAYAK (IMPROVED)
Kategori Improved/Layak Unimproved*)/Tidak layak
Sumber 1. Sumur terlindungi 1. Mata air tak terlindungi
Air Minum (berjarak minimal 10 m 2. Sumur gali tak terlindungi
dari sumber pencemar) 3. Air dari drum
2. Sambungan rumah (SR) 4. Air dari tanker truck
3. Kran Umum atau hidran 5. Air sungai/genangan
umum 6. Air kemasan
4. Sumur Bor
5. Sumur gali terlindungi
6. Mata air terlindung
7. Penampung Air hujan
Sarana Sanitasi 1. Toilet guyur 1. Cubluk tanpa slab
2. Sewer perpipaan 2. bucket latrines
3. Septic tank 3. Hanging toilet/hanging
4. WC gali latrine (WC gantung
5. Cubluk di laut/sungai dimana
6. Cubluk dengan ventilasi kotoran langsung
udara dibuang ke badan air)
7. Cubluk dengan slab 4. Bucket (kantong/
8. Toilet kompos penampungan sementara
yang secara periodic
dibuang)
Sumber: WHO/UNICEF Joint Monitoring Program for Water Supply and Sanitation 2003-2010
Air Bersih dan Sanitasi 39

EVALUASI INFRASTRUKTUR YANG ADA


DAN RENCANA REVITALISASI

Pemantauan dan Evaluasi perbaikan infraastruktur air bersih


dan sanitasi serta proses perbaikannya memungkinkan suatu desa
dapat mempertahankan kemajuan tetap pada jalurnya. Termasuk
pembelajaran terhadap pekerjaan yang dinilai tidak berhasil. Banyak
indikator yang dapat dimonitor, sebagai bagian dari pelaksanaan
strategi sanitasi dan hubungannya dengan rencana tindak lanjut.
Merujuk dari apa yang dilakukan oleh Program Pamsimas mengenai
evaluasi infrastruktur dan rencana revitalisasinya, berikut akan
dipelajari beberapa hal menyangkut aspek perencanaan, konstruksi
dan pemeliharaan infrastruktur air bersih dan sanitasi.

1. BANGUNAN PENANGKAP DAN PRODUKSI

a. Penangkap Mata Air (PMA)


Hal buruk yang
Bagaimana menjadi lebih baik?
sering terjadi
Aspek Perencanaan
Tekanan air di perpipaan Beda tinggi antara lokasi PMA dan daerah
tidak memadai pelayanan harus dihitung secara akurat (melalui
perhitungan hidrolika) untuk mendapatkan
tekanan yang memadai di jaringan pipa terjauh.
40 Air Bersih dan Sanitasi

Sumber mata air di PMA Dibutuhkan kesepakatan bersama dengan


cepat kering karena berbagai pihak dalam mencegah terjadinya
terjadi penggundulan penggundulan hutan di daerah tangkapan air
hutan dalam upaya mempertahankan kontinuitas
sumber mata air.
Volume air di PMA tidak Pemilihan lokasi untuk PMA sebaiknya dilakukan
mencukupi atau bahkan pada saat musim kemarau atau pada saat debit di
kering sumber mata air minim sehingga dapat menjamin
ketersediaan air secara terus menerus
Aspek Konstruksi
Bangunan PMA mudah Sebaiknya PMA dibuat di titik yang mempunyai
longsor kekuatan tanah / bagtuan yang dapat mendukung
beban bangunan PMA sehingga tidak mudah
longsor
Air di PMA mudah Perlu dipastikan bahwa PMA jauh dari
tercemar oleh aktivitas perkebunan yang dapat mencemari sumber air
perkebunan akibat pemupukan. PMA dapat juga berada di
sebelah atas perkebunan
PMA ambrol saat hujan PMA harus dilengkapi pelimpah untuk
lebat akibat jumlah membuang kelebihan air dalam PMA sehingga
air dalam PMA yang dapat mencegah tekanan besar saat banjir.
berlebih Pelimpah juga difungsikan untuk membagi air
untuk kehidupan lingkungan sekitar
Aspek Operasi dan Pemeliharaan
Sampah menumpuk dan Bangunan PMA perlu dilengkapi dengan penutup
tersumbat di PMA ataupun penyaring sampah untuk mencegah
masuknya sampah ke dapalam PMA

b. Bangunan pengambil air baku (intake)


Hal buruk yang
Bagaimana menjadi lebih baik?
sering terjadi
Aspek Perencanaan
Terjadi fluktuasi atau Bangunan intake harus dilengkapi dengan pintu
perbedaan level air air (gate) untuk mengatur level muka air pada
yang cukup besar saat musim kemarau dan musim hujan
Air Bersih dan Sanitasi 41

dalam bangunan intake


antara musim kemarau
dan musim hujan
Air yang dialirkan dari Bangunan pengendap sebaiknya dibuat dengan
bangunan intake masih fungsi sebagai bak pengendap juga sehingga
mengandung pasir dan air yang keluar atau dipompakan ke sistem
endapan lainnya distribusi atau pengolahan selanjutnya telah
bersih dari endapan dan pasir
Aspek Operasi dan Pemeliharaan
Sampah menumpuk di Bangunan intake harus dilengkapi dengan
dalam bangunan intake penyaring sampah (dapat berupa besi grill)
untuk menangkap kotoran yang masuk. Selain
itu, juga perlu disediakan alat penangkap atau
pembersih sampah sehingga kotoran dapat
dibuang.
Banyaknya sampah ini dimungkinkan juga
karena bangunan intake yang melawan arah
aliran air sehingga perlu diupayakan agar air
masuk ke dalam intake melalui samping atau
tidak melawan arah aliran air

c. Sumur gali
Hal buruk yang
Bagaimana menjadi lebih baik?
sering terjadi
Aspek Perencanaan
Terdapat rembesan air Sumur gali tidak boleh tercemari air dari luar,
dari lantai sumur terutama dari air kotor (bekas cucian) yang
masuk lewat celah di bagian atas cincin sumur
Sumur gali tidak Sumur gali perlu dilengkapi dengan lantai yang
dilengkapi dengan disemen (dicor) dengan perkerasan untuk
lantai sumur mencegah masuknya air kotor dari permukaan.
Lantai sumur perlu dibuat dengan kemiringan
42 Air Bersih dan Sanitasi

minimal 5% untuk mengalirkan dan mencegah


air genangan di sekitar sumur
Air sisa mengalir ke Bibir saluran atau penahan air dari pasangan
segala arah di sekitar bata perlu dipasang pada tepi luar lantai sumur
sumur sehingga air dari lantai sumur dapat diarahkan
menuju satu titik pembuangan (misal ke SPAL)
Aspek Konstruksi
Sambungan antar Sambungan antar cincin (buis) beton harus
cincin (buis) beton kedap untuk mencegah tidak adanya air
bocor atau tidak kedap rembesan dari air tanah dangkal (biasanya
air tercemar). Sambungan perlu disemen kedap air
Lingkungan sumur Sumur gali harus dilengkapi dengan SPAL
gali kotor dan becek untuk membuang air kotor hasil aktivitas rumah
karena tidak ada SPAL tangga agar tidak mencemari sumur dan
dan sumur resapan lingkungan sekitar.
Ketinggian buis beton Ketinggian bibir sumur harus aman dan tidak
dari permukaan tanah membahayakan anak-anak dan sebaiknya
kurang dan tidak ada dilengkapi dengan penutup sumur
penutup
Aspek Operasi dan Pemeliharaan
Sampah / kotoran Sebaiknya sumur dilengkapi dengan penutup
masuk ke dalam sumur untuk mencegah kemungkinan masuknya
kotoran dan menjadi sarang nyamuk

Kesulitan menimba Sebaiknya dilengkapi dengan kekeran / katrol


air karena tidak ada timba untuk memudahkan menimba air dari
kerekan / katrol timba dalam sumur

Pompa listrik di atas Sebaiknya pompa listrik tidak dipasang di


sumur dipasang tanpa atas sumur karena menimbulkan resiko arus
pelindung pendek (korsleting) akibat terkena percikan air.
Pompa dapat dipasang di dalam rumah dengan
memasang pipa dan kabel di tempat terlindung
dan aman.
Air Bersih dan Sanitasi 43

d. Sumur dalam (sumur bor)


Hal buruk yang
Bagaimana menjadi lebih baik?
sering terjadi
Aspek Perencanaan
Air dalam sumur bor Posisi sumur bor perlu ditentukan berdasarkan
kering atau minim observasi kondisi hidro geologi tanah melalui uji
geolistrik
Kualitas dan kuantitas Pengeboran sumur harus sesuai dengan hasil uji
air sumur bor tidak geolistrik dan menghasilkan debit dan kualitas
memadai yang memadai
Aspek Konstruksi
Pipa hisap mudah rusak Pipa hisap dan pompa submersible dalam tanah
akibat gerakan tanah harus dilindungi dengan pipa casing kualitas
tinggi untuk mencegah kerusakan akibat
pergerakan atau retakan tanah
Air tidak dapat Pada ujung pipa hisap harus dipasang saringan
dihisap oleh pompa untuk mencegah tersumbatnya pipa dari kotoran
(tersumbat). Tidak luar, seperti pasir atau kerikil
dipasang saringan
di dalam pipa hisap
sehingga air tersumbat
Aspek Operasi dan Pemeliharaan
Pompa cepat menga- Perawatan pompa secara rutin harus dilakukan
lami kerusakan sesuai dengan petunjuk pengoperasian dari
pabrik sehingga kinerja pompa dapat terjaga
dengan baik
Pompa cepat panas Kelebihan beban penyedotan akan menyebabkan
dan mudah rusak pompa cepat panas dan mengalami kerusakan.
Sebaiknya dipadang indikator otomatis untuk
mengontrol beban hisap pompa.
Kesulitan dalam Ruang yang cukup luas perlu disediakan di
pengangkatan pompa sekitar sumur bor sehingga memudahkan
submersible untuk pengangkatan pompa pada saat perawatan rutin
perawatan
44 Air Bersih dan Sanitasi

e. Penampung air hujan (PAH)


Hal buruk yang
Bagaimana menjadi lebih baik?
sering terjadi
Aspek Perencanaan
Volume air yang Kapasitas bak PAH harus dibuat dan dihitung
tertampung sesuai dengan kebutuhan pelayanan
tidak mencukupi
k e b u t u h a n
pelayanan
Jumlah tampungan Sedapat mungkin air hujan tertampung di talang
air dari atap dan dengan luasan atap yang memadai
talang kurang

Fungsi PAH Peletakan bak PAH di lokasi strategis untuk


tidak optimal mengoptimalkan fungsi PAH, sehingga mudah
dimanfaatkan dimanfaatkan dan dapat menampung air hujan
karena volume air dengan jumlah yang memadai
yang tertampung
tidak memadai
Aspek Operasi dan Pemeliharaan
Lingkungan sekitar SPAL harus dibuat di lokasi bak PAH, terutama
sarana PAH kotor apabila sekitar bak PAH digunakan untuk aktivitas
dan tergenang air bersih

Banyak sampah dan Saringan perlu dipasang di pipa inlet atau sekitar
kotoran dalam bak bak untuk mencegah masuknya kotoran ke dalam
PAH bak. Secara rutin kotoran di saringan harus
dibuang untuk mencegah tersumbatnya air.

Pemasangan Pemasangan pipa harus kokoh dan kuat untuk


perpipaan dan menghindari resiko kerusakan / bocor dari faktor
asessoris di bak luar. Kran yang dipilih dan dipasang harus kuat dan
sering rusak tahan lama
(contoh) : pipa, inlet
dan outlet)
Air Bersih dan Sanitasi 45
f. Galeri Infiltrasi
Hal buruk yang
Bagaimana menjadi lebih baik?
sering terjadi
Aspek Perencanaan
Tidak ada lapisan Perlu dipasang pipa pengumpul dari pipa
permeable (mudah berlubang yang lebih banyak dan dipasang di
tembus air) sehingga beberapa arah
debit air yang masuk
galeri dan atau sumuran
kecil
Air yang masuk keruh Perlu dipasang filter beruoa pasir dan kerikil
karena susunan dan terpilih yang disusun teratur sebagai penyaring
jarak antar material
di lapisan permeable
terlalu besar
Jarak antara sumber Jika jarak antara sumber air dan galeri / sumuran
air dengan galeri terlalu terlalu jauh, air yang dibawa pipa pengumpul
jauh / dekat sering hilang di tengah jalan dan tersumbat
kotoran sehingga air yang masuk kecil.
Sebaliknya, jika jarak antara keduanya terlalu
dekat, penyaringan harus dibuat seoptimal
mungkin agar air yang masuk menjadi jernih.
Aspek Konstruksi
Saringan pasir dan Sebaiknya dipilih pasir dan kerikil yang bergradasi
kerikil tidak terpasang baik (ukuran dan diameter rata) dan disusun
sempurna sedemikian rupa sehingga tidak tercampur.
Sebaiknya diberi penahan (bisa kawat, besi
grill, dll) untuk menahan material tersebut agar
susunannya tidak mudah rusak.
Sumuran / galeri tidak Bagian bawah sumuran dan galeri harus
terlindung sehingga dibangun cukup kuat dan kokoh agar tidak terjadi
mudah rusak (longsor, kerusakan. Adapun bagian atasnya sebaiknya
pecah dan bocor) dilindungi dengan penutup untuk mencegah
kotoran masuk. Perlu dilengkapi dengn SPAL
jika bangunan bagian atasnya digunakan untuk
pelayanan umum layaknya kran dan hidran
umum
46 Air Bersih dan Sanitasi

Aspek Operasi dan Pemeliharaan


Pipa hisap di galeri / Pipa hisap bagian bawah sebaiknya dipasang
sumuran bocor, buntu saringan yang mudah dilepas untuk mencegah
dan pecah masuknya kotoran. Untuk mencegah kerusakan
dini, sebaiknya digunakan pipa berkualitas tinggi
(SNI atau yang setara)

g. Saringan Pasir Lambat (SPL)


Hal buruk yang sering
Bagaimana menjadi lebih baik?
terjadi
Aspek Perencanaan
Air di dalam bak SPL Dimensi SPL harus dihitung sesuai dengan debit
seringkali meluap yang masuk dan masa retensi di dalam SPL
(overflow) agar tidak terjadi luapan (overflow) dan buntu
(clogging). Overflow mungkin terjadi karena
media filter telah kotor sehingga perlu dilakukan
pembersihan. Pemeliharaan dan pencucian
media di bak SPL harus dilakukan secara rutin
sesuai kebutuhan agar air tidak mampet.
Tidak dipasang pipa Pipa by pass sebaiknya dipasang sebagai
bypass dan distribusi antisipasi apabila dilakukan pemeliharaan dan
langsung ke konsumen perbaikan kerusakan di bak SPL serta sekaligus
dapat berfungsi untuk pencucian SPL.
Aspek Operasi dan Pemeliharaan
Tidak ada bak cadangan Bak SPL cadangan atau bak yang berfungsi
saringan pasir untuk sama seperti SPL perlu disediakan untuk
pemeliharaan mengantisipasi apabila SPL utama mengalami
kerusakan atau sedang dalam pemeliharaan.
Media filter mudah Ukuran dan jenis media filter harus sesuai
tergerus habis dan ketentuan serta perlu diperhatikan agar air
hilang terbawa air yang tetap dapat melewati media namun kotoran
menyebabkan fungsi dapat tertahan. Jenis media filter harus tahan
penyaringan menjadi terhadap gerusan air serta mudah untuk
rendah dibersihkan.
Air Bersih dan Sanitasi 47

Pipa inlet yang masuk Pemasangan pipa inlet harus dapat menyirami
ke bak SPL (biasanya seluruh media filter untuk mengoptimalkan
berupa springkler fungsi saringan. Lubang pada pipa inlet perlu
atau spray dari pipa dibersihkan secara rutin.
berlubang) tidak
berfungsi / mampet dan
tidak menyebar rata.
Peralatan elektrikal Perlu pemilihan pompa dan genset sesuai
(seperti pompa dan dengan kebutuhan dan desain kapasitas SPL.
genset) tidak beroperasi Daya listrik yang digunakan harus sesuai
dengan stabil dengan daya yang diperlukan oleh peralatan
elektrikal.

2. BANGUNAN PELAYANAN DAN DISTRIBUSI


a. Menara Air
Hal buruk yang
Bagaimana menjadi lebih baik?
sering terjadi
Aspek Perencanaan
Tekanan air di perpipaan Ketinggian menara air yang tidak memadai
kecil menyebabkan tekanan air di dalam pipa kecil.
Untuk meningkatkan tekanan air, peletakan
menara seharusnya di lokasi yang mempunyai
elevasi tinggi
Over design – tiang Perlu dilakukan perhitungan teknik sipil dan
dan bangunan menara menanyakan kepada ahli bangunan untuk
terlalu besar / kecil membuat tiang menara tidak terlalu kecil / besar
dibandingkan dengan dan sesuai dengan beban diatasnya
beban yang ditumpu di
atasnya
Tidak dilengkapi dengan Pemasangan pagar harus disesuaikan dengan
pagar pengaman di peruntukannya : dipasang dibawah untuk
bagian bawah dan atas melindungi pengoperasian sistem oleh pihak
yang tidak berwenang dan dipasang di bagian
atas untuk pengamanan agar tidak jatuh pada
saat pemeliharaan bak di atas.
48 Air Bersih dan Sanitasi

Tidak ada tangga Setiap menara harus dilengkapi dengan tangga


untuk memudahkan operasi dan pemeliharaan
Aspek Konstruksi
Sambungan las pada Untuk tiang menara dari besi “L”, perlu dicek
tiang menara dari besi mutu pengelasannya apakah telah tersambung
“L” tidak sempurna dan dengan baik sebelum dilakukan pengecatan.
ukuran besi tidak sesuai Ukuran besi harus sesuai dengan besarnya
beban yang ditumpu di atasnya. Tiang menara
perlu dilapisi dengan lapisan anti karat agar
tidak mudah rusak
Pengecoran pondasi Tata cara pengecoran harus sesuai dengan
menara tidak sempurna, spesifikasi teknis, seperti campuran yang
menara tampak miring sesuai, menggunakan peralatan standar
dan pemilihan besi cor (cangkul, sekop, cetok dan lain-lain) dan
tidak sesuai dengan menggunakan besi beton yang sesuai ukuran
ukuran beton
Bagian bawah menara Perlu diberi tambaha konstruksi pada bagian
digunakan untuk bawah untuk meletakkan pompa dan genset
meletakkan pompa dan berikut dengan pemasangan kabel. Adapun
genset, namun tidak ruang pompa dan genset ini sebaiknya dapat
dilengkapi pelindung dikunci untuk mencegah pencurian.
Tidak dipasang bibir Bibir saluran atau penahan air dari pasangan
saluran atau penahan bata dan floor-drain perlu dipasang untuk
air dari pasangan bata mengalirkan air sisa, air limpasan dan air
atau floor drain pada buangan (termasuk air hujan) pada saat air
dudukan atas menara melimpah atau saat pemeliharaan

b. Bak penampung
Hal buruk yang
Bagaimana menjadi lebih baik?
sering terjadi
Aspek Perencanaan
Konstruksi yang over Perlu dilakukan perhitungan sipil untuk
design (biasanya yang memastikan desain konstruksi bak penampung
model menara), tampak sesuai dengan kekuatan beban sehingga tidak
Air Bersih dan Sanitasi 49

dari ukuran yang terlalu terjadi pemborosan bahan, material dan tenaga
besar untuk menahan
beban bak penampung
di atasnya
Volume bak penampung Volume atau ukuran bak penampung harus
terlalu kecil / besar dihitung sesuai kebutuhan pelayanan dengan
(boros) mempertimbangkan faktor pemakaian puncak
Tidak ada pipa bypass Pipa bypass perlu dipasang untuk antisipasi
sehingga menyulitkan perbaikan atau pemeliharaan bak penampung
pemeliharaan dan per- dan sistem jaringan sehingga air tetap mengalir
baikan sistem
Tidak dipasang meter Meter air sebaiknya dipasang untuk mengontrol
air jumlah pemakaian air dan pengelolaan iuran
Aspek Konstruksi
Bak penampung Kualitas dinding beton bak penampung yang
seringkali mengalami tidak baik menyebabkan kebocoran pada titik-
kebocoran pada titik terlemahnya. Bak penampung harus tahan
dindingnya bocor, menggunakan kualitas beton yang sesuai
standar, serta dilapisi bahan kedap air
Pipa PVC terbuka PVC tidak boleh dipasang terbuka (exposed).
(exposed) pada pipa Jika tetap menggunakan pipa PVC, pipa harus
inlet, outlet dan terlindung (dicor atau diberi casing pipa besi /
pelimpah GIP). Sebaiknya pipa yang dipasang terbuka
menggunakan jenis GIP
Aspek Operasi dan Pemeliharaan
Adakalanya bak Apabila bak penampung difungsikan juga
penampung dilengkapi sebagai kran umum, lantai perlu dibuat dengan
kran umum, namun kemiringan yang cukup (5%) dan dilengkapi
tidak dilengkapi SPAL di dengan bibir saluran atau penahan air dari
sekitar lokasi sehingga pasangan bata untuk mengarahkan air buangan
area bak penampung ke SPAL
menjadi kotor dan
becek
50 Air Bersih dan Sanitasi

Air dari dalam bak Bak penampung perlu dilengkapi dengan


penampung meluber, pengontrol elevasi muka air yang akan
karena bak terlalu menghentikan aliran air saat penuh. Hal ini untuk
penuh menghemat air dan listrik. Perlu juga dilengkapi
dengan pipa pelimpah.

c. Hidran Umum
Hal buruk yang
Bagaimana menjadi lebih baik?
sering terjadi
Aspek Perencanaan
Kapasitas atau volume Ukuran HU harus dihitung sesuai dengan
HU tidak memadai kebutuhan dan mempertimbangkan faktor
kebutuhan hari maksimum
Ketinggian HU kurang, Ketinggian HU minimal 50 cm atau disesuaikan
tidak ada SPAL di sekitar dengan kebutuhan agar pengguna merasa
lokasi nyaman, termasuk anak-anak. SPAL harus
dibuat untuk mengalirkan dan membuang
air kotor di sekitar HU menuju pengolahan
atau pembuangan yang tidak mengganggu
lingkungan
Peletakan HU di lokasi Peletakan HU harus di lokasi strategis untuk
yang tidak strategis mengoptimalkan penggunaannya serta aman
dari gangguan dan potensi kerusakan
Terjadi antrian dalam Jumlah kran disesuaikan dengan jumlah
pengambilan air, karena pemakai dan harus dihindari pengambilan air
jumlah kran tidak dengan selang ke rumah-rumah
memadai
Tidak ada pelampung Pelampung atau kontrol elevasi sebaiknya
/ kontrol elevasi muka dipasang untuk menghemat air (jika sudah penu,
air jika bak penampung tidak luber) dan pemakaian energi listrik / genset
penuh (otomatis mati jika air penuh)
Tidak dilengkapi dengan Seluruh HU sebaiknya dipasang katup (gate
katup (gate valve), meter valve) dan meter air untuk mengontrol dan
air dan pipa bypass mencatat pemakaian air. Adapun pipa bypass
dipasang untuk pemeliharaan HU
Air Bersih dan Sanitasi 51

Aspek Konstruksi
Kran mudah lepas atau Kran dipilih yang kuat sehingga tidak mudah
rusak rusak dan bocor serta pemasangannya
mengikuti prosedur yang ada
Pemasangan pipa (inlet, Pipa inlet, pipa outlet, penguras dan pelimpah
outlet, dan pelimpah) sebaiknya menggunakan pipa GIP jika dipasang
terbuka (exposed) dan terbuka (exposed), namun jika menggunakan
tidak kokoh PVC, sebaiknya terlindung agar tahan lama
Dadakan HU rusak, Dudukan HU harus dibuat dengan kuat dan
retak dan pecah kokoh untuk menahan beban di atasnya (sesuai
volume bak)

d. Kran Umum
Hal buruk yang
Bagaimana menjadi lebih baik?
sering terjadi
Aspek Perencanaan
Jumlah KU terbatas Jumlah KU harus disesuaikan dengan kebutuhan
konsumsi di masyarakat. Satu unit KU melayani
10 – 20 KK dengan KU masing-masing terdiri dari
2 – 4 kran
Tekanan air di KU kecil Tekanan KU di titik terjauh minimal sebesar 2
meter (0,2 Atm). Tekanan air ini tergantung dari
jarak dan beda tinggi dari sumber air (mata
air atau menara) dan kemampuan / kapasitas
pompa
Ketinggian KU tidak Ketinggian KU sebaiknya dibuat senyaman
memadai mungkin dan aman bagi anak-anak. Ketinggian
KU rata-rata adalah 60-90 cm dari lantai
Peletakan KU di lokasi Peletakan KU sebaiknya di lokasi padat penduduk
yang tidak strategis untuk mengoptimalkan pemaikan, pengawasan,
kemudahan operasi dan pemeliharaan.
Peletakan KU sebaiknya tidak berada di lokasi
yang membahayakan, seperti perempatan jalan,
terlalu dekat dengan jalan dan sebagainya.
52 Air Bersih dan Sanitasi

Tidak ada lantai KU dan Lantai KU disgunakan untuk melakukan aktivitas


SPAL rumah tangga (mencuci dsb) sehingga perlu
dibuat lantai dan SPAL. Lantai KU sebaiknya
diplester atau dipasang keramik untuk mencegah
kerusakan akibat gerusan air. Sebaiknya
dilengkapi dengan SPAL untuk mengalirkan air
buangan / limbah ke lokasi semestinya
Aspek Konstruksi
Kran bocor Beberapa jenis kran berkualitas baik terbuat
dari logam dan plastik dapat dipilih sesuai
dengan kebutuhan. Sebaiknya menggunakan
kran yang mudah buka tutup agar tidak cepat
rusak. Frekuensi pemakaian dapat menjadi
pertimbangan untuk memilih jenis kran.
KU goyah dan tidak Bagian bawah KU harus dipasang pondasi yang
kokoh kokoh. Sebaiknya bagian atas KU disesuaikan
dengan model KU (tugu, kran wudhu, dll), namun
harus dibuat kokoh melindungi pipa dan kran
KU di dalamnya. Bangunan KU harus tahan
terhadap goncangan dan benturan
Aspek Operasi dan Pemeliharaan
Tidak dilengkapi denga Sebaiknya setiap KU dilengkapi dengan katup
katup (gate butterfly, dan meter air yang dipasang di pipa sebelum KU
ball valve) dan meter air untuk pemeliharaan dan kontrol pemakaian air.

e. Pipa transmisi dan distribusi


Hal buruk yang
Bagaimana menjadi lebih baik?
sering terjadi
Aspek Perencanaan
Diameter pipa transmisi hingga distribusi
cenderung sama, se- Diameter pipa ditentukan berdasarkan
hingga menyebabkan perhitungan hidrolika agar tekanan air memadai.
masalah di tekanan air Diameter pipa transmisi biasanya lebih besar
daripada pipa distribusi
Air Bersih dan Sanitasi 53

Tidak dipasang katup Pemasangan katup (valve) harus diletakkan


(valve) di beberapa di jaringan perpipaan untuk memudahkan
bagian percabangan pengaturan distribusi air berdasarkan
dan area pelayanan area pelayanan, kemudahan operasi dan
pemeliharaan.
Tidak dipasang thrust Thrust block harus dipasang di titik kritis dimana
block di titik-titik kritis terjadi tekanan tinggi yang menyebabkan
jaringan perpipaan terlepasnya sambungan pipa di jaringan
perpipaan seperti di belokan, reducer, tee
percabangan, dan sebagainya
Aspek Konstruksi
Pemasangan / peletak- Pemasangan / peletakan pipa harus dipilih di
an pipa di lokasi yang lokasi yang aman dan terlindung dari gangguan
berpotensi pipa mudah yang berpotensi merusak pipa, seperti di lokasi
rusak rawan longsor, banjir, sering tertimpa beban di
bawah jalan raya), gangguan akar tanaman,
keasaman tanah tinggi, dsb.
Kedalaman pemasang- Pemasangan pipa harus ditanam sesuai
an pipa dan peng- diameter dan kedalaman yang dipersyaratkan,
gunaan urugan tidak minimal 40 cm untuk pipa berdiameter 50 mm
sesuai spesifikasi dan 50 cm untuk pipa berdiameter 75 mm, dst.
teknik Penanaman pipa harus menggunakan pasir
(pasir urug) sebelum pengurugan tanah dan
pemadatan.
Tidak ada perlindungan Pipa perlu dipasang pipa pelindung (casing)
pipa di perlintasan jalan di perlintasan jalan untuk memudahkan
perawatan dan pemeliharaan. Pipa pelindung
juga berfungsi melindungi pipa dari tekanan di
atasnya

Aspek Operasi dan Pemeliharaan


Sering terjadi “ganggu- Perlu perencanaan dan pengaturan ketat
an” pengelolaan seperti mengenai pengelolaan jaringan perpipaan
pemasangan tapping agar tidak terjadi gangguan dan untuk optimasi
sambungan tekanan air dan pengembangan jaringan pipa di
54 Air Bersih dan Sanitasi

rumah di sembarang masa datang. Tidak boleh ada percabangan dan


pipa (terutama di pipa pemasangan sambungan tapping di jalur pipa
transmisi distribusi transmisi
primer dan sekunder)

f. Sambungan Rumah (SR)


Hal buruk yang sering
Bagaimana menjadi lebih baik?
terjadi
Aspek Perencanaan
Pemasangan SR tidak Pemasangan sambungan tapping dari pipa
menggunakan clamp distribusi harus menggunakan clamp saddle
saddle untuk mencegah kebocoran. Clamp saddle
dilengkapi dengan cap atau penutup bagian
atas untuk buka tutup saat pemasangan agar
tidak bocor. Untuk diameter < 50 cm dapat
menggunakan tee
Pipa SR tidak ditanam Pipa harus ditanam sesuai kedalaman yang
(tidak diklem) ditentukan untuk mencegah kerusakan
dan kebocoran. Pipa sebaiknya diklem di
dinding tembok jika penanaman pipa tidak
memungkinkan
Pipa SR terbuka (expos- Pipa SR yang melintasi saluran (biasanya di
ed) di atas saluran me- depan rumah) harus dilindungi atau diberi pipa
nuju halaman rumah pelindung (casing) untuk mencegah agar tidak
patah akibat diinjak atau tertimpa benda keras
Pemasangan Sr goyah Dudukan kran SR harus dicor dan diberi
atau tidak kokoh, duduk- penguat untuk mencegah agar tidak mudah
an lemah patah. Ketentuannya hampir sama dengan kran
umum (KU)
Tidak dilengkapi dengan SR harus dilengkapi dengan meter air untuk
meter air (termasuk kontrol pemakaian dan pembayaran iuran
kelengkapannya)
Meter air tidak disegel Seluruh jenis meter air harus bersegel resmi
dan tidak dilindungi box sebagai bagian legalitas meter air sebelum
meter dipasang untuk mencegah manipulasi
Air Bersih dan Sanitasi 55

pemakaian. Meter air dilengkapi dengan


box meter untuk mencegah kehilangan dan
kerusakan.
Pipa SR tidak ditanam Pipa harus ditanam sesuai kedalaman yang
(tidak diklem) ditentukan untuk mencegah kerusakan
dan kebocoran. Pipa sebaiknya diklem di
dinding tembok jika penanaman pipa tidak
memungkinkan

3. BANGUNAN PELENGKAP DAN PENUNJANG


a. Pompa dan rumah pompa
Hal buruk yang
Bagaimana menjadi lebih baik?
sering terjadi
Aspek Perencanaan
Spesifikasi pompa tidak Pemilihan pompa harus mempertimbangkan
sesuai kebutuhan tekanan (hisap dan dorong) dan
rencana kebutuhan. Lamanya pengoperasian
pompa per hari juga harus dipertimbangkan
agar pompa tahan lama.
Rumah pompa terletak Rumah pompa sebaiknya dibangun di lokasi yang
di lokasi terbuka dan mudah pengawasan dan pengoperasiannya,
tidak terlindung serta terlindung dari potensi mudah rusak dan
kehilangan
Kontrol otomatis tidak Penggunaan kontrol otomatis disarankan untuk
dipasang efisiensi kinerja pompa agar tidak mudah rusak.
Kontrol otomatis mengatur secara otomatis (on
dan off) pada saat pompa dioperasikan sesuai
level muka air di bak penampung.
Tidak ada ruang Dimensi pompa submersible yang panjang
atau tempat untuk mengharuskan tersedianya ruang / tempat
mengangkat pipa untuk mengangkat dan meletakkan pompa pada
pada saat perawatan, saat perawatan / pemeliharaan
terutama untuk pipa
celup (submersible)
Aspek Konstruksi
56 Air Bersih dan Sanitasi

Pemasangan kabel Kebel dan peralatan listrik harus terlindung


pompa, genset dan dari potensi terjadinya kerusakan dan
sambungan listrik tidak membahayakan pengguna, termasuk anak-
rapi anak.
Pipa inlet dan outlet Pemasangan pipa harus menggunakan fittings
pada pompa sering pipa yang sesuai dan dipasang sesuai dengan
bocor ketentuan teknis
Dudukan pompa tidak Dudukan pompa harus dibuat kokoh dan kuat
kokoh, pompa mudah agar tidak terjadi getaran di pompa yang akan
rusak mempercepat kerusakan pompa

4. PERPIPAAN
a. Sambungan pipa
Hal buruk yang
Bagaimana menjadi lebih baik?
sering terjadi
Aspek Perencanaan
Sambungan tidak meng- Semua sambungan pipa harus menggunakan
gunakan fittings yang fittings yang sesuai dengan jenis material,
sesuai diameter dan jenis sambungan pipa yang
mengikuti spesifikasi teknis. Beberapa jenis
fittings dan asesoris pipa meliputi : bend, tee,
reducer, coupling, collar, giboult, joint, dsb
Tidak dipasang Thrust Beberapa titik di jaringan pipa, terutama di
Block pada titik tertentu sambungan pipa, seperti di belokan (bend),
di sambungan pipa percabangan (tee), penurunan diameter
pipa (reducer), katup (valve), dan ujung pipa
(end cap) harus dipasang Thrust Block untuk
mencegah terlepas dan bergesernya pipa di
bagian sambungan pipa yang menyebabkan
bocor.
Aspek Konstruksi
Sambungan pipa PVC Sambungan pipa PVC tidak diperkenankan
dibakar dibakar, sebaiknya menggunakan lem pipa,
coupling, collar atau sejenisnya. Jika terpaksa
harus dibakar karena keterbatasan material,
Air Bersih dan Sanitasi 57

perlu teknik khusus untuk bisa melakukan


penyambungan secara baik.
Sambungan diikat Sambungan pipa dengan ban bekas (termasuk
dengan ban bekas mengikat pipa untuk mencegah kebocoran)
tidak diperkenankan. Sebaiknya pipa dipotong
dan diganti dengan pipa yang baru dan
disambung dengan menggunakan fittings
Tidak menggunakan Sambungan pipa yang berada di dalam dinding
wall pipe (pipa pendek atau beton bak sebaiknya menggunakan
yang dipasang di dalam wall pipe untuk mencegah kebocoran dan
dinding dengan jenis memudahkan pemeliharaan
sambungan flange)

b. Penggalian, penanaman dan pemasangan pipa


Hal buruk yang
Bagaimana menjadi lebih baik?
sering terjadi
Aspek Perencanaan
Pipa ditanam tidak di Jalur penanaman pipa sebaiknya di jalur aman
jalur semestinya yang tidak memungkinkan terjadinya potensi
merusak pipa, seperti di tengah jalan, di saluran
drainase, di jalur kabel listrik atau telepon,
dan sebagainya. Selain itu, sebaiknya pipa di
tanam di jalur yang memudahkan operasi dan
pemeliharaan
Aspek Konstruksi
Pipa tidak ditanam Seluruh pipa dari jenis plastik (PVC dan HDPE)
atau tidak ditanam harus ditanam dengan kedalaman sesuai
sesuai kedalaman yang spesifikasi teknis penanaman pipa.
diperkenankan
Tidak menggunakan Bagian atas dan bawah pipa harus ditimbun
sand bedding (bantalan dengan pasir / tanah urug terpilih (tidak ada
pasir) material pengotor / kasar / tajam) sebagai
bantalan pipa.
58 Air Bersih dan Sanitasi

Tidak ada pemadatan Pemadatan tanah harus dilakukan untuk


tanah setelah pengurug- memberi perkuatan pada lapisan tanah di bagian
an kembali atas pipa untuk mencegah penurunan tanah.
Pemadatan dilakukan dengan menggunakan
stamper atau alat yang diperkenankan
Kedalaman galian Kedalaman galian pipa mengikuti kontur pipa
pipa tidak rata dan dan sedapat mungkin dibuat dengan kedalaman
pemasangan pipa tidak yang sama. Jalur pipa yang lurus menghemat
lurus penggunaan fittings dan menghindari
kemungkinan kebocoran
Pipa PVC dipasang PVC tidak diperkenankan dipasang terbuka,
terbuka di beberapa baik di atas permukaan tanah maupun dipasang
bangunan pelengkap secara vertikal di beberapa bangunan sarana
air minum dan sanitasi. Jika terpaksa tidak bisa
ditanam, pipa PVC harus dilindungi dengan pipa
casing, dicor atau diganti dengan pipa GIP.

5. SARANA SANITASI
a. Jamban keluarga
Hal buruk yang
Bagaimana menjadi lebih baik?
sering terjadi
Aspek Perencanaan
Jarak antara septic tank Septic tank harus berjarak minimal 10 meter
dan sumur (gali dan dan berada lebih rendah daripada sumber air
sumur dalam) terlalu (sumur)
dekat
Tidak ada ventilasi udara Septic Tank harus dilengkapi dengan ventilasi,
di septic tank dipasang pipa udara (diujungnya dipasang pipa
T) untuk mengeluarkan gas di dalam septic tank
Posisi / peletakan Jamban jongkok dipasang “sedikit” lebih tinggi
jamban jongkok rata daripada lantai dan floor drain untuk mencegah
terhadap lantai se- masuknya kotoran (air sabun, deterjen, dll)
hingga memudahkan masuk ke dalam jamban
masuknya kotoran
(sabun, tanah, sampah)
ke dalam jamban
Air Bersih dan Sanitasi 59

Tidak dipasang floor Floor drain dipasang untuk membuang air di luar
drain air penggelontor tinja
Tidak ada penerangan Jamban perlu dilengkapi dengan lubang cahaya
dan ventilasi di dalam atau lampu untuk penerangan dan ventilasi
kamar jamban untuk sirkulasi udara.
Aspek Konstruksi
Pembuangan jamban Jamban hanya digunakan untuk penggelontoran
diperuntukkan sebagai tinja. Selain peruntukan tersebut akan
pembuangan limbah menyebabkan proses biologis di septic tank
rumah tangga (dapur, terganggu. Limbah dapur menyebabkan pipa
cucian baju, dsb) mudah mampet akibat banyaknya kandungan
lemak.
Pemasangan perpipaan Pipa pembuangan minimal berdiameter 4” (110
tidak rapi mm) dengan kemiringan yang cukup agar tidak
terjadi endapan di dalam pipa. Penggunaan pipa
harus sesuai standar. Pipa pembuangan harus
tertutup untuk mencegah kerusakan
Aspek Operasi dan Pemeliharaan
Bangunan atas (slab) Bagian atas septic tank harus ditutup /dicor
septic tank tidak ditutup yang kokoh dan kuat agar tidak mudah longsor,
/ dicor serta mencegah masuknya kotoran lain.

b. Jamban umum
Hal buruk yang
Bagaimana menjadi lebih baik?
sering terjadi
Aspek Perencanaan
Jarak antara septic tank Septic tank harus berjarak minimal 10 meter
dan sumur (gali dan dan berada lebih rendah daripada sumber air
sumur dalam) terlalu (sumur)
dekat
Tidak ada sekat Perlu dibuat sekat terpisah untuk membedakan
pembagian jamban pengguna laki-laki dan perempuan
perempuan dan laki-laki
Tidak ada ventilasi udara Septic Tank harus dilengkapi dengan ventilasi,
di septic tank dipasang pipa udara (diujungnya dipasang pipa
T) untuk mengeluarkan gas di dalam septic tank
60 Air Bersih dan Sanitasi

Posisi / peletakan Jamban jongkok dipasang “sedikit” lebih tinggi


jamban jongkok daripada lantai dan floor drain untuk mencegah
rata terhadap lantai masuknya kotoran (air sabun, deterjen, dll)
sehingga memudahkan masuk ke dalam jamban
masuknya kotoran
(sabun, tanah, sampah)
ke dalam jamban
Tidak dipasang floor Floor drain dipasang untuk membuang air di
drain luar air penggelontor tinja
Tidak ada penerangan Jamban perlu dilengkapi dengan lubang
dan ventilasi di dalam cahaya atau lampu untuk penerangan dan
kamar jamban ventilasi untuk sirkulasi udara.
Tidak ada SPAL yang SPAL harus terpisah agar tidak menuju
mengalirkan air dari septic tank karena air dari SPAL mempunyai
floor drain karakteristik berbeda (misal air sabun dan
deterjen), sehingga perlu saluran tersendiri
Aspek Konstruksi
Pintu jamban mudah Pintu jamban sebaiknya dibuat dari material
rusak (terutama pintu yang tahan lama (misal dari bahan plastik
plastik/PVC) model atau kayu yang dilapisi seng, dsb) dan
putar pencet. Seringkali dipasang handel pintu yang mudah digunakan
pengguna terkunci di masyarakat
dalamnya.
Pemasangan perpipaan Pipa pembuangan minimal berdiameter 4” (110
tidak rapi mm) dengan kemiringan yang cukup agar tidak
terjadi endapan di dalam pipa. Penggunaan
pipa harus sesuai standar. Pipa pembuangan
harus tertutup untuk mencegah kerusakan
Aspek Operasi dan Pemeliharaan
Tidak ada perawatan Pemakaian jamban yang tinggi perlu adanya
rutin jamban, seperti perawatan berkala, termasuk pengurasan
pengurasan septic tank septic tank, perbaikan floor drain dan
, dsb peresapan, dsb.
Air Bersih dan Sanitasi 61
c. Jamban sekolah
Hal buruk yang
Bagaimana menjadi lebih baik?
sering terjadi
Aspek Perencanaan
Jarak antara septic tank Septic tank harus berjarak minimal 10 meter
dan sumur (gali dan dan berada lebih rendah daripada sumber air
sumur dalam) terlalu (sumur)
dekat
Tidak ada sekat pem- Perlu dibuat sekat terpisah untuk membedakan
bagian jamban murid pengguna murid laki-laki dan perempuan
perempuan dan laki-laki
Tidak ada ventilasi Septic Tank harus dilengkapi dengan ventilasi,
udara di septic tank dipasang pipa udara (diujungnya dipasang pipa
T) untuk mengeluarkan gas di dalam septic tank
Posisi / peletakan Jamban jongkok dipasang “sedikit” lebih tinggi
jamban jongkok daripada lantai dan floor drain untuk mencegah
rata terhadap lantai masuknya kotoran (air sabun, deterjen, dll)
sehingga memudahkan masuk ke dalam jamban
masuknya kotoran
(sabun, tanah, sampah)
ke dalam jamban
Tidak dipasang floor Floor drain dipasang untuk membuang air di
drain luar air penggelontor tinja. Air kotor selain
penggelontoran tinja dapat menyebabkan
jamban mudah mampet (akibat lemak menempel
di pipa) dan mengganggu proses biologis di
septic tank
Tidak ada penerangan Jamban perlu dilengkapi dengan lubang cahaya
dan ventilasi di dalam atau lampu untuk penerangan dan ventilasi
kamar jamban untuk sirkulasi udara.
Tidak ada SPAL yang SPAL harus terpisah agar tidak menuju
mengalirkan air dari septic tank karena air dari SPAL mempunyai
floor drain karakteristik berbeda (misal air sabun dan
deterjen), sehingga perlu saluran tersendiri
Aspek Konstruksi
62 Air Bersih dan Sanitasi

Pintu jamban mudah Pintu jamban sebaiknya dibuat dari material yang
rusak (terutama pintu tahan lama (misal dari bahan plastik atau kayu
plastik/PVC) model yang dilapisi seng, dsb) dan dipasang handel
putar pencet. Seringkali pintu yang mudah digunakan murid-murid
pengguna terkunci di
dalamnya.
Pemasangan per- Pipa pembuangan minimal berdiameter 4” (110
pipaan tidak rapi, mm) dengan kemiringan yang cukup agar tidak
menyulitkan pengguna, terjadi endapan di dalam pipa. Penggunaan
dan membahayakan pipa harus sesuai standar. Pemasangan
(ketinggian, pemilihan asesoris jamban sebaiknya ramah anak (mudah
material dan jenisnya, dioperasikan dan aman)
dsb)
Aspek Operasi dan Pemeliharaan
Tidak ada perawatan Perlu dibuat pengaturan mengenai perawatan
rutin jamban yang jamban sekolah oleh pihak pengelola sekolah,
dilakukan petugas piket termasuk membentuk petugas piket siswa/siswi
(oleh siswa/siswi atau
pengelola sekolah)

d. Sarana Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS)


Hal buruk yang
Bagaimana menjadi lebih baik?
sering terjadi
Aspek Perencanaan
Tidak dilengkapi Sarana CTSP yang berbentuk tugu kran atau
dengan lantai dan yang sejenis sebaiknya dilengkapi dengan lantai
SPAL (termasuk pere- yang diplester dan SPAL (termasuk peresapan)
sapannya) untuk mencegah terjadinya genangan air dan
mudah dalam perawatan.
Tidak ada tempat Sebaiknya dilengkapi dengan peletakan sabun
meletakkan sabun pada salah satu sisi sarana CTPS. Peletakan
sabun hanya digunakan pada saat cuci tangan
dilakukan, sabun disimpan untuk penggunaan
selanjutnya agar tidak hilang
Air Bersih dan Sanitasi 63

Kontinuitas air rendah Selalu dicek ketersediaan air di bak penampung


(tendon) air dan dilakukan pengecekan pompa
secara rutin. Kegiatan cuci tangan akan
efektif manakala kontinuitas air stabil. Hal ini
disesuaikan dengan sistem perpipaan dan
kapasitas air yang tersedia.
Ketinggian sarana CTPS Ketinggian tugu kran untuk sarana CTPS
terlalu tinggi / rendah disesuaikan dengan kebutuhan pengguna oleh
siswa/siswi dengan mempertimbangkan usia
dan tinggi badan. Rata-rata ketinggia SCTPS
untuk siswa / siswi sekolah dasar adalah 60 –
90 cm
Aspek Operasi dan Pemeliharaan
Kran untuk sarana CTPS Kran yang dipasang sebaiknya memudahkan
mudah rusak / lepas siswa/siswi menggunakan agar tahan lama.
Kran jenis gate dan ball valve dari material
jenis plastik atau logam dengan kualitas bagus
dapat dipilih dan dipasang. Selalu dilakukan
perawatan kran agar mudah dibuka – tutup.
Dudukan sarana CTPS Dudukan sarana CTPS harus dibuat kokoh,
nonpermanen mudah kuat dan tahan lama agar tidak rusak karena
rusak seringnya dipindah-pindah. Dudukan dari
material besi, aluminium, kayu yang tahan
lama, dan berkualitas tinggi, dapat dipilih untuk
penggunaannya.

e. Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL)


Hal buruk yang sering
Bagaimana menjadi lebih baik?
terjadi
Aspek Perencanaan
Tidak ada pipa / saluran Untuk sarana yang jauh dari tempat pembuangan
pembuangan air limbah, sebaiknya dibuat saluran terbuka
atau dipasang pipa sepanjang sarana hingga
pembuangan akhir. Jika digunakan pipa, perlu
64 Air Bersih dan Sanitasi

dilengkapi dengan bak kontrol di beberapa


tempat untuk perawatan.
Pipa saluran / Pipa SPAL minimal berdiameter 4” (110 mm)
pembuangan terlalu yang dipasang dengan kemiringan tertentu
kecil menuju pembuangan akhir dan peresapan
atau saluran terdekat
Kemiringan / slope Kemiringan slope dibuat minimal 2-5 % ke arah
lantai SPAL kurang, pembuangan untuk menghindari terjadinya
sehingga menyebabkan endapan di saluran yang dapat menyumbat
aliran air tersumbat aliran air
dan terjadi akumulasi
endapan
Tidak ada peresapan di Jika disekitar sarana tidak ada lokasi
SPAL pengumpul air limbah (selokan, sungai, dsb).
SPAL harus dilengkapi dengan peresapan.
Tidak dipasang bibir Bibir saluran atau penahan air dari pasangan
saluran atau penahan bata harus dipasang untuk menahan aliran air
air dari pasangan bata tidak langsung terbuangg ke sekitar / samping
di lantai sarana. List plank membantu mengatur aliran
air buangan menuju satu arah (ke SPAL)
Aspek Operasi dan Pemeliharaan
Floor drain mampet Untuk kamar mandi dan WC (toilet), harus
atau tidak dipasang dipasang floor drain yang dilengkapi dengan
saringan. Pemasangan saringan penutup untuk mencegah masuknya
floor drain lebih tinggi kotoran (plastik, kertas, dsb). Air dari floor
daripada lantai drain dialirkan menuju pembuangan air limbah.
Air limbah tidak SPAL seharusnya dialirkan ke saluran / selokan
dialirkan ke lokasi terdekat yang terkumpul dengan air buangan
semestinya lainnya, namun tidak mencemari.
Air Bersih dan Sanitasi 65
f. Tempat / Bak Sampah
Hal buruk yang
Bagaimana menjadi lebih baik?
sering terjadi
Aspek Perencanaan
Peletakan tempat / bak Lokasi tempat atau bak sampah harus di
sampah tidak di lokasi tempat strategis dimana potensi buangan
yang strategis sampahnya tinggi, mudah pengelolaan, dan
tidak mencemari lingkungan
Tempat/bak sampah Perlu dipasang penutup untuk mencegah agar
terbuka (tidak ada sampah tidak kehujanan, mudah terbakar dan
penutup) dan tidak menyebarkan bau. Adapun pintu dibuat untuk
dipasang pintu kemudahan pembersihan dan pengangkutan.
Tidak dilengkapi Tempat/bak sampah bagian bawah sebaiknya
Saluran Pembuangan dilengkapi lubang pembuangan (semacam floor
Air Limbah (SPAL) drain) untuk mengalirkan lindi ke peresapan
atau pembuangan air limbah.
Tidak ada pemisahan Sebaiknya tempat/bak sampah dibedakan
jenis sampah : basah berdasarkan jenis sampah untuk memudahkan
dan kering atau organik pengelolaan dengan memberi tanda berupa
dan non-organik tulisan, warna, bentuk bak, dsb.
Tidak dilengkapi Tempat/bak sampah harus dilengkapi
dengan akses jalan dengan akses jalan atau jembatan kecil yang
untuk memudahkan memudahkan pembersihan dan pengangkutan
pembersihan dan
pengangkutan
Tidak ada ruang Beberapa tempat / bak sampah dilengkapi
pembakaran sampah dengan sekat berlubang di bagian bawah
(khusus tempat/bak untuk membuang abu dari sampah yang telah
sampah permanen) dibakar. Pembakaran sampah harus selektif
untuk menghindari bahaya kebakaran yang
bersifat ekstrim (meledak dan menghasilkan
racun)
66 Air Bersih dan Sanitasi

6. PROGRAM DAN LAYANAN SANITASI BERBASIS MASYARAKAT


DENGAN PELIBATAN JENDER DAN KEMISKINAN
Keterlibatan seluruh lapisan masyarakat menjadi faktor penentu
keberhasilan pelaksanaan program air minum dan sanitasi. Tentu yang
tidak kalah pentingnya adalah keterlibatan dari kaum perempuan. Berikut
adalah beberapa catatan penting mengenai bagaimana melakukan upaya
pemberdayaan masyarakat guna tersedianya akses air bersih dan sanitasi
dengan pelibatan kelompok perempuan dan masyarakat miskin.
Kombinasi empat indikator sederhana berikut ini memperlihatkan
bagaimana keberhasilan upaya pemberdayaan masyarakat dengan pelibatan
jender dan kemiskinan. Melalui peta sosial dan sanitasi, masyarakat dapat
memantau sendiri indikator akses terhadap sanitasi bagi semua.
Empat indikator Kunci untuk Program dan Layanan Sanitasi Berbasis
Masyarakat dengan Pelibatan Jender dan Kemiskinan

Layanan Sanitasi Berbasis


Kurangnya Pelibatan
Masyarakat Adanya Pelibatan PMJK
PMJK
Perencanaan Laki-laki kaya menyusun Perempuan dan laki-laki
dan agenda lokal dan termasuk Masyarakat
penentuan menentukan tipe proyek Berpenghasilan
proyek serta (sanitasi atau lainnya) Rendah (MBR) dapat
layanan serta manajemen memengaruhi pengambil-
pelayanan. an keputusan dalam
perencanaan lokal.
Akses ke Keluarga MBR tidak Semua rumah tangga
program punya atau kurang punya punya akses ke program/
dan layanan akses ke layanan dan/ layanan dan membayar
Higienis atau membayar lebih. dalam hubungan yang
Contoh tarif yang dipukul menguntungkan. Laki-
rata, sedangkan mereka laki dan perempuan
menghasilkan air limbah berpartisipasi dalam
lebih sedikit. program promosi higiene
Laki-laki/keluarga MBR masyarakat.
juga tidak punya akses ke
promosi higiene
Air Bersih dan Sanitasi 67

Organisasi Hanya laki-laki atau Komposisi dan partisipasi


Berbasis laki-laki dan perempuan dalampertemuan komite
Masyarakat kaya yang akan mem- sanitasi akan mewakili
bentuk manajemen kepentingan semua
organisasi lokal. Mereka kelompok masyarakat.
secara personal punya
kepentingan menentukan
keputusan untuk mereka
sendiri
Pertanggung- Manajemen lokal tidak Manajemen lokal
jawaban untuk ber-tanggung jawab pada bertanggungjawab untuk
manajemen pengelolaan layanan dan pengelolaan layanan
keuangan. Seringkali dan keuangan kepada
hanya mengurusi semua pasangan rumah
masyarakat tingkat atas tangga pemakai
dan urusan administrasi sarana.
Air Bersih dan Sanitasi 69

DAFTAR PUSTAKA

Al Djono, Trimo Pamudji & Hartmann, Ekart, Belajar Dari


Lapangan : Bagaimana Bisa Menjadi Lebih Baik, Sarana
Air Minum dan Sanitasi, The World Bank Office, Jakarta,
2012
Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan, Kurikulum dan Modul Pelatihan STBM bagi
Dosen Jurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik Kesehatan
di Indonesia, Kementerian Kesehatan RI, Jakarta, 2013
Farid, Muhammad, Lima Pilar STBM, Materi Penyuluhan Sanitasi,
Kabupaten Bima, Bima, 2014
Sekretariat CPMU Pamsimas, Pedoman Umum Pengelolaan
Program Pamsimas Edisi 2013, Jakarta, 2013
Tim Penyusun JFR-Rekompak, Pedoman Perencanaan Pengadaan
Air Bersih Pedesaan, JFR-REKOMPAK, Yogyakarta, 2010
Tim Teknis Pembangunan Sanitasi, Buku Panduan : Pemberdayaan
Masyarakat dengan Pelibatan Jender dan Kemiskinan
dalam Pembangunan Sanitasi, Jakarta, 2010.
Unicef Indonesia, Ringkasan Kajian : Air Bersih, Sanitasi dan
Kebersihan, Jakarta, 2012

Anda mungkin juga menyukai