Anda di halaman 1dari 100

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Asma adalah penyakit inflamasi kronis pada saluran napas yang ditandai

serangan berulang berupa sesak napas dan mengi, keadaan tersebut bervariasi

dalam tingkat keparahan dan frekuensi dari orang ke orang. Gejala dapat terjadi

beberapa kali dalam satu hari atau minggu pada individu yang terkena dan bagi

sebagian orang menjadi lebih buruk pada malam hari atau selama aktivitas

fisik (WHO, 2013). Gejala asma berulang sering menyebabkan gangguan sulit

tidur, rasa lelah keesokan hari, tingkat aktivitas berkurang, prestasi sekolah dan

absensi kerja buruk (Fitriani et al, 2011).

Asma masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang serius di seluruh

dunia.Prevalensi asma menurut laporan Word Health Organization (WHO)

tahun 2013, saat ini sekitar 235 juta penduduk dunia terkena penyakit asma.

Behavioral Risk Factor Surveillance Survey (BRFSS) tahun 2002 – 2007

melaporkan di Florida prevalensi asma dewasa sebanyak 10,7% (BRFSS, 2008).

Cochrane dan Clark pada tahun 1971 melaporkan bahwa 68% dari kematian

disebabkan oleh asma di rumah sakit London terjadi antara tengah malam

sampai jam 08.00 (Wang, 2010). Turner-Warwick mensurvei 7729 pasien

asma pada tahun 1988 dan melaporkan bahwa 74% penderita asma terbangun

setidaknya sekali seminggu karena bronkokonstriksi, dyspnea, apnea dan batuk.

Enam puluh empat persen memiliki gejala nokturnal setidaknya tiga kali per

1
minggu. Tahun 1994 dilaporkan bahwa 67% dari 325 subjek memiliki gejala

nokturnal dengan 11% bangun setiap malam dan 16% bangun pada pukul 05.57

per minggu (Wang, 2010). Aktivitas parasimpatis cenderung dominan dibanding

simpatis pada malam hari, efek dari parasimpatis yang dominan menyebabkan

konstriksi otot polos bronkus sehingga orang yang memiliki asma terjadi serangan

ditengah tidur malam (Corwin, 2008).

Asma menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1986 menduduki

urutan ke lima dari 10 penyebab kesakitan (PDPI, 2006). Penderita asma

Indonesia sebesar 7,7% dengan rincian laki-laki 9,2% dan perempuan 6,6%

(PDPI, 2006). Kasus asma di Sulawesi Tenggara pada tahun 2016 menduduki

urutan ke dua dari 10 penyakit tidak menular terbesar dengan jumlah

3.081 kasus (0,00118%) dengan prevalensi tertinggi kedua (DINKES

SULTRA, 2016).

Asma menurut buku kunjungan di klinik PSTW Minaula Kendari menduduki

urutan ke tujuh dari 10 penyebab kesakitan, sebanyak 9 kasus asma terjadi dari

bulan Mei 2017 hingga 20 Desember 2017.

Penderita asma banyak mengeluhkan gejala pada malam hari dan kualitas

tidur menurun. Beberapa penelitian pada populasi umum menemukan bahwa

pasien asma memiliki penurunan kualitas tidur dibanding bukan asma, serta

kejadian mengantuk pada siang hari meningkat (Astuti, 2011). Asma yang

kambuh dimalam hari sering disebut sebagai Nocturnal Asthmatic Response

(NAR) ditandai dengan bronkokonstriksi, radang saluran napas, dyspnea, mengi,

batuk, kualitas tidur menurun dan dapat menyebabkan kematian pada malam hari.

2
Serangan asma dimalam hari sering dikaitkan dengan ritme sirkadian, yaitu

proses fisiologis dan perilaku berosilasi dengan periodisitas selama 24 jam.

Ritme sirkadian diatur oleh waktu sirkadian internal dan dipengaruhi oleh

isyarat lingkungan (seperti cahaya dan suhu) (Wang, 2010).

Berhubungan dengan keterangan diatas, penulis tertarik untuk melakukan

studi kasus dengan judul “Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Tn. K dengan

Gangguan Sistem Pernafasan : ASMA di Wisma Adil Panti Sosial Tresna Wherda
1
‘Minaula’ Kendari Sulawesi Tenggara”.

B. Ruang Lingkup

Dalam karya tulis ini, penulis membatasi bahasan masalah pada asuhan

keperawatan pada Tn. K dengan masalah asma; di Wisma Adil Pantai Sosial

Tresna Wherda ‘Minaula’ Kendari Propinsi Sulawesi Tenggara selama 3 hari dari

tanggal 19-21 Desember 2017

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan umum

Memperoleh gambaran pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien dengan

penyakit asma.

2. Tujuan khusus :

a. Mampu melakukan pengkajian (pengumpulan data dan analisa data) pada

klien Tn. K dengan masalah asma;

b. Mampu menegakkan diagnosa keperawatan sesuai prioritas pada klien Tn.

K dengan masalah asma;

3
c. Mampu menyusun rencana asuhan keperawatan pada klien Tn. K dengan

masalah asma;

d. Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada klien Tn. K dengan

masalah asma;

e. Mampu melaksanakan evaluasi hasil asuhan keperawatan pada klien Tn. K

dengan masalah asma;

f. Mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan yang diberikan pada klien

Tn. K dengan masalah asma;

g. Mampu mengidentifikasi kesenjangan yang terdapat antara teori dan praktek

dalam melakukan asuhan keperawatan pada klien Tn. K dengan masalah

asma;

h. Mampu mengidentifikasi faktor-faktor pendukung, faktor penghambat serta

mencari solusi/ alternatif penyelesaian masalah.

D. Manfaat Penulisan

1. Bagi Penulis

Sebagai tambahan pengetahuan dan pengalaman bagi penulis dalam

mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama pendidikan.

2. Pihak Panti Sosial dan Perawat

a. Sebagai bahan referensi bagi perawat dalam melakukan studi kasus lebih

lanjut dengan masalah asma .

b. Sebagai bahan perbandingan bagi perawat dalam bertugas melaksanakan

pelayanan asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah asma.

4
3. Bagi Institusi Akper Pemkab Konawe

Sebagai bahan bacaan ilmiah ataupun kerangka perbandingan dalam

mengembangkan ilmu keperawatan dan usaha penyempurnaan asuhan

keperawatan yang telah ada saat ini.

4. Masyarakat, Klien dan Keluarga

Sebagai pedoman bagi masyarakat, klien dan keluarga khususnya dalam

memberikan perawatan pada klien dengan penyakit asma.

E. Metode Penulisan

Metode yang digunakan dalam penulisan karya tulis ilmiah ini adalah:

1. Studi kepustakaan

Mempelajari literatur-literatur atau buku-buku yang terkait dengan konsep

dasar medis asuhan keperawatan penyakit asma.

2. Studi kasus

Mempelajari kasus klien penyakit asma dengan menggunakan pendekatan

proses keperawatan: melakukan pengumpulan data dengan menggunakan

metode wawancara, observasi, dan pemeriksaan fisik; serta melakukan

demonstrasi tindakan keperawatan yang sesuai dengan kasus klien asma.

3. Studi dokumentasi

Mempelajari dokumen yang relevan dengan kasus penyakit asma.

5
F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan laporan studi kasus ini, terdiri atas 5 (lima) bab, yaitu:

BAB I :

Pendahuluan yang terdiri atas latar belakang masalah, ruang lingkup bahasan,

tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan.

BAB II :

Tinjauan teoritis, terdiri atas konsep dasar medis penyakit asma yang meliputi

pengertian, penyebab, tanda dan gejala, rentang respon sosial, dan konsep dasar

keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan dan

evaluasi asuhan keperawatan.

BAB III :

Tinjauan kasus yang merupakan laporan hasil studi kasus yang menggunakan

pendekatan proses keperawatan.

BAB IV :

Pembahasan, bab ini menguraikan tentang kesenjangan yang ditemukan dari

fakta dan teori yang dibahas secara komprehensif, faktor pendukung dan faktor

penghambat serta alternatif penyelesaian masalah pada setiap tahapan proses

keperawatan

BAB V :

Kesimpulan dan saran, bab ini merupakan bab terakhir yang disimpulkan dari

hasil pelaksanaan studi kasus dan saran-saran yang berkaitan dengan kesimpulan.

6
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. KONSEP DASAR MEDIS

1. Definisi

Asma adalah penyakit yang terjadi akibat adanya penyempitan saluran

pernafasan sementara waktu sehingga sulit bernafas (Hasdianah, 2014).

Asma bronchial adalah penyempitan bronkus yang bersifat reversible yang

terjadi oleh karena bronkus yang bersifat hiperaktif mengalami kontaminasi

dengan antigen (Rab, 2010).

Asma bronchial adalah suatu keadaan dimana saluran pernafasan

mengalami penyempitan karena hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu,

yang menyebabkan peradangan, penyempian ini bersifat berulang namun

reversible, dan diantara episode penyempitan bronkus tersebut terdapat keadaan

ventilasi yang lebih normal (Price, 2006).

7
B. Etiologi

Menurut Hasdianah, 2014 penyebab penyakit asma ini dibagi menjadi 2

yaitu :

1. Faktor Intrinsik

a. Psikologis

Rangsangan psikologis dapat mencetuskan suatu serangan asma,

karena rangsangan tersubut dapat mengaktivasi sistem parasimpatis yang

diaktifkan oleh emosi, rasa takut dan cemas. Karena rangsangan

parasimpatis ini juga dapat mengaktifkan otot polos bronkious, maka

apapun yang meningkatkan aktivitas parasimpatis dapat mencetuskkan

asma. Dengan demikian individu yang mengalami asma mungkin

mendapat serangan akkibat gangguan emosinya.

b. Kegiatan jasmani

Asma yang timbul karna bergerak badan atau olahraga terjadi bila

seseorang mengalami gejala-gejala asma selama atau setelah

berolahragaatau melakukan gerak badan. Pada saat penderita sedang

istirahat, ia bernafas melalui hidung. Sewaktu udara masuk  melalui

hidung udara dipanaskan dan menjadi lembab. Saat melakukan gerak

badan, pernafasan terjadi melalui mulut, nafasnya semakin cepat dan

volume udara yang dihirup semakin banyak, hal ini lah yang

8
menyebabkan otot yang peka disaluran pernafasan mengencang sehingga

sauran udara menjadi lebih sempit, yang menyebabkan bernafas menjadi

lebih sulit sehingga terjadilah gejala asma.

2. Faktor Ekstrinsik

a. Alergen

Merupakan factor pencetus asma yang sering dijumpai. debu,

bulu, polusi udara dan sebagainya yang dapat menimbukan serangan

asma pada penderita yang peka.

b. Obat-obatan

Obat-obatan yang sering mencetuskan serangan asma adalah

reseptor beta, atau biasanya disebut dengan beta-blocker.

c. Factor Lingkungan

Cuaca lembab serta hawa gunung sering mempengaruhi asma.

Atmosfir yang mendadak menjadi dingin sering merupakan factor

provokatif untuk serangan. Kadang-kadang asma berhubungan dengan

satu musim. Lingkungan lembab, apalagi disertai banyaknya debu

rumah atau berkembangnya virus infeksi saluran pernafasan, merupakan

pencetus serangan asmayang perlu diwaspadai.

C. Anatomi fisiologi

1. Hidung

Hidung atau naso atau nasal merupakan saluran udara yang pertama,

mempunyai dua lubang (kavum nasi), dipisahkan oleh sekat hidung (septum

9
nasi). Di dalamnya terdapat bulu-bulu yang berguna untuk menyaring udara,

debu dan kotoran yang masuk ke dalam lubang hidung.

2. Faring

Tekak atau faring merupakan tempat persimpangan antara jalan

pernafasan dan jalan makanan, terdapat didasar bawah tengkorak, dibelakang

rongga hidung dan mulut sebelah depan ruas tulang leher.

3. Laring

Laring atau pangkal tenggorok merupakan saluran udara yang

bertindak sebagai pembentukan suara, terletak di depan bagian faring sampai

ketinggian vertebra servikalis dan masuk ke dalam trakea di bawahnya.

4. Trakea

Trakea atau batang tenggorok merupakan lanjutan dari laring yang

dibentuk oleh 16 sampai 20 cincin yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang

berbentuk seperti kuku kuda (huruf C).

5. Bronkus

Bronkus atau cabang tenggorok merupakan lanjutan dari trakea,

bronkus ini sendiri merupakan saluran pernafasan yang terdapat dirongga

dada. Saluran ini merupakan hasil percabangan primer saluran utama

pernafasan yaitu trakea ( tenggorokan ).

6. Bronkiolus

10
Bronkiolus adalah percabangan dari bronkus. Saluran ini lebih halus

dan dindingnya lebih tipis. Bronkiolus kiri berjumlah 2, sedangkan

bronkiolus kanan berjumlah 3. Percabangan ini membentuk cabang yang

lebih halus seperti pembuluh darah.

7. Alveolus

Alveolus berupa saluran udara buntu membentuk gelembung-

gelembung udara. Dindingnya tipis setebal selapis sel, lembab, dan

berlekatan dengan kapiler darah. Alveolus berfungsi sebagai permukaan

respirasi. Luas total mencapai 100 m² (50 x luas permukaan tubuh) cukup

untuk melakukan pertukaran gas keseluruh tubuh.

8. Paru

Adalah organ utama dari sistem pernafasan yang ada. Udara dari

atmosfer masuk ke hidung lalu disaring dan dilembabkan oleh bulu” hidung

dilanjutkan ke faring, laring, treake, bronkus, alveli dan alveolus , lalu terjadi

lah pertukaran gas dari CO2 menjadi O2 dan diangkut oleh darah untuk

diantarkan ke seluruh sel tubuh yang membutuhkan.

D. Patofisiologi

Menurut Naga, 2012 Secara umum, allergen menimbulkan reaksi yang

hebat pada mukosa bronkus yang mengakibatkan kontriksi otot polos,

hyperemia, serta sekresi lender putih yang tebal. Mekanisme reaksi ini telah

diketahui dengan baik, tetapi sangat rumit. Penderita yang telah disensitisasi

terhadap satu bentuk allergen yang spesifik, akan membuat antibody terhadap

11
allergen yang dihirup tersebut. Antibodi yang merupakan imunoglobin jenis IgE

ini kemudian melekat dipermukaan sel mast pada mukosa bronkus. Sel mast

tersebut tidak lain adalah basofil yang kita gunakan pada saat menghitung

leukosit.

Bila satu molekul IgE terdapat pada permukaan sel mast menangkap satu

permukaan allergen, maka sel mast tersebut akan memisahkan diri dan

melepaskan sejumlah bahan yang menyebabkan kontriksi bronkus. Salah satu

contohnya adalah histamine dan prostaglandin. Pada permukaan sel mast juga

terdapat reseptor beta-2 adrenergik, sedangkan pada jantung mempunyai

reseptor beta-1.

Apabila reseptor beta-2 dirangsang dengan obat antiasma salbutamol,

maka pelepasan histamine akan terhalang. Tidak hanya itu, aminofilin obat

antiasma yang sudah terkenal, juga menghalangi pembebasan histamine. Pada

mukosa bronkus dan dalam darah tepi, terdapat banyak eosinofil. Adanya

eosinofil dalam sputum dapat dengan mudah terlihat.

Pada mulanya fungsi eosinofil di dalam sputum tidak dikenal, tetapi baru-

baru ini diketahui bahwa dalam butir-butir granula eosinofil terdapat enzim yang

dapat menghancurkan histamine dan prostaglandin. Jadi eosinofil ini

memberikan perlindungan terhadap serangan asma.

E. Tanda dan gejala klinis

Gejala klinis asma bronchial yang khas adalah sesak napas yang berulang

dan suara mengi (wheezing). Gejala ini bervariasi pada tiap-tiap orang

berdasarkan tingkat keparahan dan frekuensi (WHO, 2014).

12
1. Intermintten, yaitu sering tanpa gejala atau munculnya kurang dari 1 kali

dalam seminggu dan gejala asma bronchial malam berkurang dari 2 kali

dalam sebulan.Jika seperti itu yang terjadi,berarti faal paru masih baik.

2. Persisten ringan, yaitu gejala asma bronchial lebih dari 1 kali dalam

seminggu dan serangannya sampai mengganggu aktivitas,termasuk

tidur.Gejala asma malam lebih dari 2 kali dalam sebulan,semua ini membuat

faal paru relatif menurun.

3. Persisten sedang, yaitu gejala asma bronchial terjadi setiap hari dan

serangan sudah mengganggu aktivitas,serta terjadinya 1-2 kali

seminggu.Gejala asma malam lebih dari 1 kali dalam seminggu.Faal paru

menurun.

4. Persisten berat, yaitu gejala asma bronchial terjadi terus menerus.Gejala

asma malam dapat terjadi hampir setiap malam akibatnya faal paru sangat

menurun.

F. Pemeriksaan penunjang

1. Spirometer: Dilakukan sebelum dan sesudah bronkodilator hirup

(neibulizer/inhaler), positif jika peningkatan VEP/KVP > 20%

2. Sputum : eosinofil meningkat

3. Uji kulit

4. RO dada yaitu patologis paru/komplikasi asma

5. AGD : terjadi pada asma berat pada fase awal terjadi hipoksemia dan

hipokapnia (PCO2 turun) kemudian fase lanjut normokapnia dan

hiperkapnia (PCO2 naik).

13
6. Foto dada AP dan laterai. Hiperinflasi paru, diameter anterioposterior

membesar pada foto lateral, dapat terlihat bercak konsolidasi yang tersebar.

G. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan asma bertujuan untuk  meningkatkan dan

mempertahankan kualitas hidup agar penderita asma dapat hidup normal tanpa

hambatan dalam melakukan aktivitas ssehari-hari. Program penatalaksaan asma

meliputi 7 komponen, yaitu : (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia)

1. Edukasi

Edukasi yang baik akan menurunkan morbiliti dan mortali. Edukasi

tidak hanya ditujukan untuk penderita dan keluarga tetapi juga pihak lain

yang membutuhkan seperti pemegang keputusan, pembuat perencanaan

bidang kesehatan/ asma, profesi kesehatan.

2. Menilai dan monitor berat badan seseorang yang mengalami penyakit

asma secara berkala. Hal tersebut disebabkan oleh berbagai faktor antara lain

a. Gejala dan berat asma berubah, sehingga membutuhkan perubahan terapi

b. Pejanan pencetus menyebabkan penderita mengalami perubahan pada

asmanya

c. Daya ingat (memori) dan motivasi penderita yang harus direview,

sehingga sehingga membantu penanganan asma terutama asma mandiri.

14
3. Identifikasi dan mengendalikan faktor pencetus

a. asma

1) Menetapkan pengobatan pada serangan segera

Rencana pengobatan serangan asma berdasarkan berat asma

penderita.

a) Kontrol secara teratur

 Tindak lanjut (follow-up) teratur

 Rujuk keahli paru untuk konsultasi dan penanganan lanjut

bila diperlukan

b) Pola hidup sehat

 Meningkatkan kebugaran fisik

 Berhenti atau tidak pernah merokok

 Linkungan kerja (pencetus asma)

4. Pengobatan pada asma bronkhial terbagi 2, yaitu:

1. Pengobatan non farmakologik:

a. Memberikan penyuluhan

b. Menghindari faktor pencetus

c. Pemberian cairan

d. Fisiotherapy

15
e. Beri O2 bila perlu.

2.  Pengobatan farmakologik :

a. Bronkodilator : obat yang melebarkan saluran nafas. Terbagi dalam

2 golongan :

1) Simpatomimetik / andrenergik (Adrenalin dan efedrin).

Nama obat :

a) Orsiprenalin (Alupent)

b) Fenoterol (berotec)

c) Terbutalin (bricasma)

Obat-obat golongan simpatomimetik tersedia dalam

bentuk tablet, sirup, suntikan dan semprotan. Yang berupa

semprotan: MDI (Metered dose inhaler). Ada juga yang

berbentuk bubuk halus yang dihirup (Ventolin Diskhaler dan

Bricasma Turbuhaler) atau cairan broncodilator (Alupent,

Berotec, brivasma serts Ventolin) yang oleh alat khusus diubah

menjadi aerosol (partikel-partikel yang sangat halus ) untuk

selanjutnya dihirup.

2) Santin (teofilin)

Nama obat :

a) Aminofilin (Amicam supp)

16
b) Aminofilin (Euphilin Retard)

c) Teofilin (Amilex)

Efek dari teofilin sama dengan obat golongan

simpatomimetik, tetapi cara kerjanya berbeda.

Sehingga bila kedua obat ini dikombinasikan efeknya

saling memperkuat. Cara pemakaian : Bentuk suntikan

teofillin / aminofilin dipakai pada serangan asma akut, dan

disuntikan perlahan-lahan langsung ke pembuluh darah. Karena

sering merangsang lambung bentuk tablet atau sirupnya

sebaiknya diminum sesudah makan. Itulah sebabnya penderita

yang mempunyai sakit lambung sebaiknya berhati-hati bila

minum obat ini. Teofilin ada juga dalam bentuk supositoria

yang cara pemakaiannya dimasukkan ke dalam anus.

Supositoria ini digunakan jika penderita karena sesuatu hal

tidak dapat minum teofilin (misalnya muntah atau lambungnya

kering).

b. Kromalin

Kromalin bukan bronkodilator tetapi merupakan obat pencegah

serangan asma. Manfaatnya adalah untuk penderita asma alergi

terutama anak-anak. Kromalin biasanya diberikan bersama-sama

obat anti asma yang lain, dan efeknya baru terlihat setelah

pemakaian satu bulan.

c. Ketolifen

17
Mempunyai efek pencegahan terhadap asma seperti kromalin.

Biasanya diberikan dengan dosis dua kali 1mg / hari. Keuntungan

obat ini adalah dapat diberika secara oral (Evelin dan joyce L. kee,

1994 ; Karnen baratawijaja, 1994 )

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

I. PENGKAJIAN

1. Identitas/Biodata

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin :

Status Perkawinan :

Agama :

Suku :

Pendidikan Terakhir :

Sumber nformasi :

Keluarga yg dpt dihubungi

(Bila ada) :

Diagnosis medis (bila ada) :

2. Riwayat Kesehatan

Riwayat kesehatan sekarang

1) Keluhan utana :

2) Kronologi keluhan

18
a. factor ppencetus :

b. timbulnya keluhan :

( ) mendadak ( ) bertahap

c. lamanya :

d. upaya mengatasi :

3) alasan masuk panti :

4) tanggal masuk panti :

3. Riwayat kesehatan masa lalu

1) riwayat imunisasi :

2) riwayat alergi (obat, makanan, binatang, lingkungan,dll)

3) riwayat kecelakaan :

4) riwayat dirawat di RS :

5) riwayat pemakaian obat :

4. Riwayat Kesehatan Kleuarga

Riwayat Psikososial dan Spritual

1) orang terdekat dengan klien :

2) masalah yang mempengaruhi klien :

3) Mekanisme koping terhadap stress

( ) pemecahan masalah ( ) minum obat ( ) tidur

( ) makan ( ) cari pertolongan ( ) lain-lain,

4) persepsi klien tentang penyakitnya

a. hal yang sangat dipikirkan saat ini

b. harapan setelah mnejalani pembinaan dip anti

19
c. perubahan yang dirasakan setelah masuk panti

5) Sistem nilai kepercayaan

a. aktivitas agama/kepercayaan yang dilakukan (macam dan frekuensi)

b. kegiatan agama/kepercayaan yang mirip dilakukan selama di panti

c. percaya adanya kematian

Pola Kebiasaan Sehari-hari

1. Nutrisi

a. frekuensi makan d. makanan yang tidakdisukai/alergi/pantangan

b. nafsu makan e. kebiasaan sebelum makan

c. jenis makanan f. berat badan/tinggi badan

2. Eliminasi

a. berkemih

1) frekuensi

2) warna

3) keluhan yang berhubungan dengan BAK

b. Defekasi

1) frekuensi

2) waktu

3) warna

4) bau

5) konsistensi

6) keluhan yang berhubungan dengan defekasi

7) pengalaman memakai laktasif

20
3. Higiene personal

a. mandi

1) frekuensi

2) pemakaian sabun (ya/tidak)

b. Higiene oral

1) frekuensi

2) waktu

c. cuci rambut

1) frekuensi

2) penggunaan sampo (ya/tidak)

d. gunting kuku

frekuensi

4. Istirahat dan tidur

a. lama tidur (jam/hari)

b. tidur siang (ya/tidak)

5. Aktivitas dan latihan

a. olahraga (ya/tidak)

1) jenis dan frekuensi

b. kegiatan waktu luang

c. keluhan dalam beraktivitas

( ) pergerakan tubuh ( ) sesak nafas setelah aktivitas

( ) mengenakan pakaian ( ) mandi

21
( ) bersolek ( ) lain-lain

6. kebiasaan

a. merokok (ya/tidak)

1) frekuensi/jumlah/lama pakai

b. minuman keras (ya/tidak)

1) frekuensi/jumlah/lama pakai

c. ketergantungan obat (ya/tidak)

1) jenis/frekuensi/lama pakai

5. Pemeriksaan Fisik

1) Keadaan umum (tanda vital) ……………………..

2) Rambut …………

3) Mata …………….

4) Hidung …………….

5) Telinga …………………..

6) Mulut dan bibir ………………

7) Leher ……………………

8) Dada ……………..

9) Abdomen ……………………

10) Genitalia …………

11) Eksteremitas ………………….

Pengkajian Status Mental

1) Daya orientasi (waktu, orang, tempat) ………………………….

22
2) Daya ingat …………………………

3) Kontak mata …………………………….

4) Afek …………………………………….

PENGKAJIAN KHUSUS

1. Masalah Kesehatan Kronis

Keluhan kesehatan atau gejala yang dirasakan


Selalu Sering Jarang T.Pernah
No. klien dalam waktu 3 bulan terakhir berkaitan
(3) (2) (1) (0)
dengan fungsi-fungsi
A. Fungsi Penglihatan

1. Penglihatan kabur

2. Mata berair

3. Nyeri pada mata


B. Fungsi Pendengaran

1. Pendengaran berkurang

2. Telinga berdenging
C. Fungsi Paru

1. Batuk darah disertai keringat

2. sesak nafas

3. berdahak/sputum
D. Fungsi Jantung

1. Cepat lelah

2. Nyeri dada
E. Fungsi Penceernaan

1. Mual/muntah

23
2. Nyeri ulu hati

3. Makan dan minum banyak

4. Perubahan kebiasaan BAB (mencret/sembelit)


G. Fungsi Pergerakan

1. Nyeri kaki saat berjalan

2. Nyeri pinggang/tulang belakang

3. Nyeri persendian/bengkak
H. Fungsi Persyarafan

1. Lumpuh/kelemahan pada kaki atau tangan

2. Kehilangan rasa

3. Gemetar/tremor

Nyeri/pegal pada daerah tengkuk


I. Fungsi Saluran Perkemihan

1. BAK banyak

2. Sering BAK malam hari

3. Tidak mampu mengontrol pengeluaran air

kemih (ngompol)
Jumlah

Analisa Hasil :

Skor : ≤25 : tidak ada masalah kesehatan kronis s/d masalah kesehatan kronis

ringan

Skor : 26 – 50 : masalah kesehatan krois sedang

Skor : ≥ 51: masalah kesehatan krobis berat

Kesimpulan : karena jumlah skor …………………………………..

24
2. Fungsi Kognitif

Pengkajian fungsi kognitif dilakukan dalam rangka mengkaji kemampuan

klien berdasarkan daya orientasi terhadap waktu, orang, tempat serta daya ingat.

Petunjuk : Isilah pertanyaan dibawah ini sesuai dengan respons pasien

No. Item Pertanyaan Benar Salah


1. Jam berapa sekarang ?

Jawab :
2. Tahun berapa sekarang ?

Jawab :
3. Kapab bapak/ibu lahir ?

Jawab :
4. Berapa umur bapak/ibu sekarang ?

Jawab :
5. Dimana alamat bapak/ibu sekarang ?

Jawab :
6. Bepara jumlah anggota keluarga yang tinggal bersama

bapak/ibu ?

Jawab :
7. Siapa nama anggota keluarga yang tinggal bersama

bapak/ibu ?

Jawab :
8. Tahun berapa hari kemerdekaan Indonesia ?

Jawab :
9. Siapa nama presiden RI sekarang ?

Jawab :
10. Coba hitung terbalik dari angka 20 ke 1 ?

Jawab :
Analisis Hasil :

25
Skor benar : 8 – 10 : tidak ada gangguan

Skor benar : 0 – 7 : ada gangguan

Kesimpulan : klien mengalami : …………………………………………….

3. Status Fungsional

Modifikasi indeks kemandirian Katz

Pengkajian status fungsional didasarkan pada kemandirian klien dalam

menjalankan aktivitas kehidupan sehari-hari. Kemandirian berarti tanpa

pengawasan, pengarahan atau bantuan orang lain. Pengkajian ini didasarkan pada

kondisi actual klien dan bukan pada kemampuan, artinya jika klien menolak untuk

melakukan suatu fungsi, dianggap sebagai tidak melakukan fungsi meskipun ia

sebenarnya mampu.

Mandiri Tergantung
No. Aktivitas
(Nilai 1) (Nilai 0)
Mandi di kamar mandi (menggosok, membersihkan dan
1.
mengeringkan badan
2. Menyiapkan pakaian, mmebuka dan mengenakanyya
3. Memakan makanan yang telah disiapkan
Memelihara kebersihan diri untuk penampilan diri

4. (menyisir rambut, mencuci rambut, menggosok gigi,

mencukur kumis)
BAB di WC (membersihkan dan mengeringkan daerah
5.
bokong)
6. Dapat mengontrol pengeluaran feses (tinja)
BAK dikamar mandi (membersihkan dan mengeringkan
7.
daerah kemaluan)
8. Dapat mengontrol pengeluaran air kemih
Berjalan dilingkungan tempat tinggal atau keluar
9.
ruangan tanpa alat bantu, seperti tongkat

26
Menjalankan ibadah sesuai agama dan kepercayaan yang
10.
dianut
Melakukan pekerjaan rumah seperti merapikan tempat

11. tidur, mencuci pakaian, memasak dan membersihkan

ruangan
12. Belanja untuk kebutuhan sendiri dan kebutuhan keluarga
Mengelola keuangan (menyimpan dan menggunakan
13.
uang sendiri)
14. Menggunakan sarana transportasi umum untuk bepergian
Menyiapkan obat dan minum obat sesuai dengan aturan
15.
(takaran obat dan waktu minum tepat)
Merencanakan dan mengambil keputusan untuk

kepentingan keluarga dalam hal penggunaan uang,


16.
aktivitas social yang dilakukan dan kebutuhan akan

pelayanan kesehatan
Melakukan aktivitas diwaktu luang (kegiatan

17. keagamaan, social, rekreasi, olahraga dan menyalurkan

hobi)
Analisa hasil :

Point : 13 – 17 mandiri

Point : 0 – 12 ketergantungan

Kesimpulan : karena nilai point ………………………………

4. Status Psikologi (Skala Depresi Geriatric Yesavage, 1983)

No. Apakah Bapak/Ibu dalam satu minggu terakhir Ya Tidak


1. Merasa puas dengan kehidupan yang dijalani ?
2. Banyak meninggalkan kesenangan/minat dan aktivitas anda ?
3. Merasa bahwa kehidupan anda mampu ?
4. Sering merasa bosan ?

27
5. Penuh pengharapan akan masa depan ?
6. Mempunyai semangat yang baik setiap waktu ?
7. Diganggu oleh pikiran-pikiran yang tidak dapat diungkapkan ?
8. Merasa bahagia disebahagian besar waktu ?
9. Merasa takut sesuatu akan terjadi pada anda ?
10. Sering kali merasa tidak berdaya ?
11. Sering merasa gelisah dan gugup ?
12. Memilih tinggal dirumah daripada pergi melakukan sesuatu

yang bermanfaat ?
13. Sering kali merasa khawatir akan masa depan ?
14. Merasa mempunyai lebih banyak masalah dengan daya ingat

dibandingkan orang lain ?


15. Berpikir bahwa hidup ini sangat menyenangkan sekarang ?
16. Seringkali merasa merana ?
17. Merasa kurang bahagia ?
18. Sangat khawatir dengan masa lalu ?
19. Merasa bahwa hidup ini sangat menggairahkan ?
20. Merasa berat untuk memulai sesuatu hal yang baru ?
21. Merasa dalam keadaan penuh semangat ?
22. Berpikir bahwa keadaan anda tidak ada harapan ?
23. Berpikir bahwa banyak orang yang lebih baik daripada anda ?
24. Sering kali menjadi kesal dengan hal yang sepele ?
25. Sering kali merasa ingin menangis ?
26. Merasa sulit untuk berkonsentrasi ?
27. Menikmati tidur ?
28. Memilih menghindar dari perkumpulan social ?
29. Mudah mengambil keputusan ?
30 Mempunyai pikiran yang jernih
Jumlah item yang terganggu
Kesimpulan : karena nilainya : …………………….

28
II. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b/d spasme jalan nafas.

2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan perubahan kedalaman

pernafasan

3. Intoleransi aktivitasIntoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan

antara suplai dan kebutuhan oksigen (hipoksia) kelemahan

4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

tidak nafsu makan

5. Resiko Jatuh dengan faktor resiko gangguan mobilitas fisik.

6. Ansietas b.d perubahan status kesehatan

29
III. Intervensi keperawatan

Tujuan Dan Kriteria


NO Diagnosa Keperawatan Intervensi Rasional
Hasil
1. Ketidakefektifan NOC : NIC : 1. Membantu pasien

bersihan jalan nafas b/d - Respiratory status : Airway Management mempermudah jalan nafas

spasme jalan nafas. VentilatioN 1. Buka jalan nafas, 2. Posisi yang nyaman

- Respiratory status : mengunakan teknik chin lift atau jaw dapat membantu

Airway patency thrust bila perlu mempermudah dalam

- Aspiration Control 2. Posisikan pasien semi bernafas

Kriteria Hasil : fowler untuk memaksimalkan 3. Untuk menentukan

1. Mendemon ventilasi tindakan yang tepat pada

strasikan batuk efektif 3. Identifikasi pasien perlunya jalan nafas pasien

dan suara nafas yang pemasangan alat jalan nafas buatan 4. Agar jalan nafas pasien

bersih, tidak ada 4. Keluarkan sekret dengan efektif

sianosis dan dyspneu batuk atau suction 5. Suara tambahan

(mampu mengeluarkan 5. Auskultasi suara nafas, mengidentifikasi adanya

31
sputum, mampu catat adanya suara tambahan kelain pada pernafasan

bernafas dengan 6. Atur intake cairan 6. untuk mengoptimalkan

mudah, tidak ada 7. Monitor respirasi dan status keseimbangan cairan

pursed lips) O2 7. mengetahui

2. Menunjukk perkembangan pola nafas

an jalan nafas yang pasien

paten (klien tidak

merasa tercekik, irama

nafas,frekuensi

pernafasan dalam

rentang normal, tidak

ada suara nafas

abnormal)

3. Mampu

mengidentifikasikan

32
dan mencegah factor

yang dapat

menghambat jalan

nafas
2. Ketidakefektifan pola NOC : NIC:

nafas berhubungan - Respiratory status : Airway management

dengan perubahan Ventilation 1. Posisikan pasien untuk 1. Membantu pasien

kedalaman pernafasan - Respiratory status : memaksimalkan ventilasi mempermudah jalan

Airway patency 2. Buka jalan nafas gunakan tehnik nafas.

- Aspiration Control chin lift atau jaw thrust bila perlu 2. Posisi yang nyaman

Kriteria Hasil : 3. Identifikasi pasien perlunya dapat membantu

1. Mendemonstrasikan pemasangan alat jalan nafaSs. mempermudah dalam

batuk efektif dan suara 4. Pasang mayo bila perlu bernafas.

nafas yang bersih, tidak 5. Lakukan fisioterapi dada jika perlu 3. Untuk menentukan

ada sianosis dan 6. Keluarkan sekret dengan batuk tindakan yang tepat pada

dyspneu (mampu atau suction jalan nafas pasien.

33
mengeluarkan sputum, 7. Auskultasi suara nafas, catat 4. Agar jalan nafas pasien

mampu bernafas adanya suara tambahan efektif.

dengan mudah, tidak 8. Berikan bronkodilator : 5. Suara tambahan

ada pursed lips) 9. Berikan pelembab udara Kassa mengidentifikasi adanya

2. Menunjukan jalan basah NaCl Lembab kelain pada pernafasan

nafas yang paten (klien 10. Atur intake untuk cairan 6. Untuk mengoptimalkan

tidak merasa tercekik,  mengoptimalkan keseimbangan. keseimbangan cairan.

irama nafas, frekuensi 11. Monitor respirasi dan status O2 7. Mengetahui

pernafasan dalam 12. Bersihkan mulut, hidung dan secret perkembangan pola

rentang normal, tidak trakea nafas pasien.

ada suara nafas 13. Pertahankan jalan nafas yang paten 8. Untuk membebaskan

abnormal) 14. Observasi adanya tanda tanda jalan nafas

3. Tanda-tanda vital hipoventilasi 9. Membantu memperbaiki

rentang normal 15. Monitor adanya kecemasan pasien pola pernafasan

(tekanan darah, nadi, terhadap oksigenasi 10. Peralatan oksigen yang

34
pernafasan) 16. Monitor vital sign tepat dapat membantu

17. Informasikan pada pasien dan memperlancar pola nafas

keluarga tentang tehnik relaksasi 11. Aliran oksigen yang

untuk memperbaiki pola nafas. adekuat dapat mencegah

18. Ajarkan bagaimana batuk efektif terjadinya hipoksia

19. Monitor pola nafas 12. Mengetahui tindak lanjut

yang tepat

13. Mengetahui

perkembangan pasien

14. Aktivitas dapat

mempengaruhi

perubahan fungsi jantung

15. Pernafasan abnormal

dapat

mengidentifikasikan

35
adanya kelainan
3. Intoleransi aktivitas NOC : NIC Activity Therapy

berhubungan dengan Activity Tolerance Activity Therapy 1. Mengkaji setiap

 Saturasi O2 saat 1. Kolaborasi dengan tim kesehatan aspek klien terhadap

aktivitas dalam lain untuk merencanakan , terapi latihan yang

batas normal (95- monitoring program aktivitasi dierencanakan.

100%) klien. 2. Aktivitas yang

 Nadi saat aktivitas 2. Bantu klien memilih aktivitas yang teralau berat dan

dalam batas sesuai dengan kondisi. tidak sesuai dengan

normal (60- 3. Bantu klien untuk melakukan kondisi klian dapat

100x/mnt) aktivitas/latihan fisik secara teratur. memperburuk

 RR saat aktivitas 4. Monitor status emosional, fisik dan toleransi terhadap

dalam batas social serta spiritual klien terhadap latihan.

normal (12- latihan/aktivitas. 3. Melatih kekuatan dan

20x/mnt) 5. Monitor hasil pemeriksaan EKG irama jantung selama

 Tekanan darah klien saat istirahat dan aktivitas aktivitas.

36
systole saat (bila memungkinkan dengan tes 4. Mengetahui setiap

aktivitas dalam toleransi latihan). perkembangan yang

batas normal (100- 6. Kolaborasi pemberian obat muncul segera

120mmHg) antihipertensi, obat-obatan setelah terapi

 Tekanan darah digitalis, diuretic dan vasodilator. aktivitas.

diastole saat Energy Management 5. EKG memberikan

aktivitas dalam 1. Tentukan pembatasan aktivitas gambaran yang

batas normal (60- fisik pada klien akurat mengenai

80mmHg) 2. Tentukan persepsi klien dan konduksi jantung

 Hasil EKG dalam perawat mengenai kelelahan. selama istirahat

batas normal 3. Tentukan penyebab kelelahan maupun aktivitas.

Fatigue Level (perawatan, nyeri, pengobatan) 6. Pemberian obat

 Tidak nampak 4. Monitor efek dari pengobatan antihipertensi

kelelahan klien. digunakan untuk

 Tidak nampak lesu 5. Monitor intake nutrisi yang mengembalikan TD

37
 Tidak ada adekuat sebagai sumber energy. klien dbn, obat

penurunan nafsu 6. Anjurkan klien dan keluarga untuk digitalis untuk

makan mengenali tanda dan gejala mengkoreksi

 Tidak ada sakit kelelahan saat aktivitas. kegagalan kontraksi

kepala 7. Anjurkan klien untuk membatasi jantung pada

 Kualitas tidur dan aktivitas yang cukup berat seperti gambaran EKG,

istirahat dalam berjalan jauh, berlari, mengangkat diuretic dan

batas normal beban berat, dll. vasodilator

8. Monitor respon terapi oksigen digunakan untuk

klien. mengeluarkan

9. Batasi stimuli lingkungan untuk kelebihan cairan.

relaksasi klien. Energy Management

10. Batasi jumlah pengunjung. 8. Mencegah

penggunaan energy

yang berlebihan

38
karena dapat

menimbulkan

kelelahan.

9. Memudahkan klien

untuk mengenali

kelelahan dan waktu

untuk istirahat.

10. Mengetahui sumber

asupan energy klien.

11.  Mengetahui etiologi

kelelahan, apakah

mungkin efek

samping obat atau

tidak.

12. Mengidentifikasi

39
pencetus klelahan.

13. Menyamakan

persepsi perawat-

klien mengenai

tanda-tanda

kelelahan dan

menentukan kapan

aktivitas klien

dihentikan.

14. Mencegah timbulnya

sesak akibat aktivitas

fisik yang terlalu

berat.

15. Mengetahui

efektifitas terapi O2

40
terhadap keluhan

sesak selama

aktivitas.

16. Menciptakan

lingkungan yang

kondusif untuk klien

beristirahat.

17. Menciptakan

lingkungan yang

kondusif untuk klien

beristirahat.

18. Memfasilitasi waktu

istirahat klien untuk

memperbaiki kondisi

klien.
4. Ketidakseimbangan NOC : NIC : 1. Agar dapat menentukan

41
nutrisi kurang dari - Nutritional Status : food Nutrition Management makanan yang tepat

kebutuhan tubuh and Fluid Intake. 1. Kaji adanya alergi untuk pasien.

berhubungan dengan - Nutritional Status : makanan. 2. Untuk menentukan diet

tidak nafsu makan nutrient Intake. 2. Kolaborasi dengan ahli gizi yang tepat.

- Weight control untuk menentukan jumlah kalori dan 3. Agar keseimbangan

Kriteria Hasil : nutrisi yang dibutuhkan pasien.. nutrisi kembali normal.

1. Adanya peningkatan 3. Anjurkan pasien untuk 4. Diet tinggi serat dapat

berat badan sesuai meningkatkan protein dan vitamin C. mencegah konstipasi.

dengan tujuan. 4. Yakinkan diet yang 5. Mempercepat

2. Berat badan ideal dimakan mengandung tinggi serat kembalinya

sesuai dengan tinggi 5. Berikan makanan yang keseimbangan nutrisi.

badan. terpilih ( sudah dikonsultasikan 6. Meningkatkan

3. Mampu dengan ahli gizi). pengetahuan dalam

mengidentifikasi 6. informasi tentang kebutuhan nutrisi.

kebutuhan nutrisi. kebutuhan nutrisi. 7. Mengetahui tingkat

42
7. Kaji kemampuan pasien pemahaman pasien.

untuk mendapatkan nutrisi yang 8. Mengetahui

4. Tidk ada tanda tanda dibutuhkan perkembangan

malnutrisi. Nutrition Monitoring kesehatan.

5. Menunjukkan 1. Monitoring BB pasien 9. Agar dapat dilakukan

peningkatan fungsi dalam batas normal. tindakan secara cepat.

pengecapan dari 2. Monitor adanya penurunan 10. Untuk mengetahui tanda

menelan. berat badan. kekurangan nutrisi.

6. Tidak terjadi penurunan 3. Monitor kulit kering dan 11. Output yang berlebih

berat badan yang perubahan pigmentasi. dapat menggangu

berarti 4. Monitor mual dan muntah. keseimbangan nutrisi.

5. Monitor kalori dan intake 12. Agar keseimbangan

nutrisi nutrisi tetap terpenuhi


5. Resiko Jatuh dengan NOC : NIC : 1. Untuk

faktor resiko gangguan - Balance. 1. Menggunakan aktivitas dan mengurangi resiko jatuh

mobilitas fisik - Coordinated pergerakan tertentu untuk dan cedera fisik pada

43
klien.
movements. mempertahankan, meningkatkan, dan
2. Agar klien
- Prevention behaviors mengembalikan keseimbangan tubuh.
selalu berhati-hati dalam
fall 2. Menerapkan tindakan
beraktivitas / berpindah
Kriteria Hasil : kewaspadaan terhadap hal-hal yang
tempat.
1. Resiko jatuh akan mengakibatkan resiko jatuh.
3. Agar klien
menurun. 3. Bantu menganalisa keadaan
ingat tempat resiko
2. Dapat mencegah lingkungan sekitar
cedera
terjadinya resiko jatuh.

3. Pengetahuan sudah

terpenuhi

6. Ansietas b.d keadaan NOC : NIC : Anxiety Reduction

perubahan status  Anxiety self- Anxiety Reduction 1. Rasional : Klien

kesehatan control 1. Mendengarkan penyebab dapat

 Anxiety level kecemasan klien dengan penuh mengungkapkan

 Coping perhatian penyebab

44
Kriteria Hasil : 2. Observasi tanda verbal dan non kecemasannya

 Klien mampu verbal dari kecemasan klien sehingga perawat

mengidentifikasi dan Calming Technique dapat menentukan

mengungkapkan 1. Menganjurkan keluarga untuk tetap tingkat kecemasan

gejala cemas. mendampingi klien klien dan

 Mengidentifikasi, 2. Mengurangi atau menghilangkan menentukan

mengungkapkan dan rangsangan yang menyebabkan intervensi untuk

menunjukkan tehnik kecemasan pada klien klien selanjutnya.

untuk mengontol Coping enhancement 2. Rasional :

cemas. 1. Meningkatkan pengetahuan klien mengobservasi tanda

 Vital sign dalam mengenai glaucoma. verbal dan non

batas normal. 2. Menginstruksikan klien untuk verbal dari

 Postur tubuh, menggunakan tekhnik relaksasi kecemasan klien

ekspresi wajah, dapat mengetahui

bahasa tubuh dan tingkat kecemasan

45
tingkat aktivfitas yang klien alami.

menunjukkan Calming Technique

berkurangnya 1. Rasional : Dukungan

kecemasan. keluarga dapat

memperkuat

mekanisme koping

klien sehingga

tingkat ansietasnya

berkurang

2. Rasional :

Pengurangan atau

penghilangan

rangsang penyebab

kecemasan dapat

meningkatkan

46
ketenangan pada

klien dan

mengurangi tingkat

kecemasannya

Coping enhancement

1. Rasional:Peningkata

n pengetahuan

tentang penyakit

yang dialami klien

dapat membangun

mekanisme koping

klien terhadap

kecemasan yang

dialaminya

2. Rasional : tekhnik

47
relaksasi yang

diberikan pada klien

dapat mengurangi

ansietas

48
IV. Implementasi

Setelah rencana keperawatan ditetapkan maka langkah selanjutnya diterapkan

dalam bentuk tindakan nyata.Implementasi merupakan pelaksanaan perencanaan

keperawatan oleh perawat dan klien.hal-hal yang harus diperhatikan ketika

melakukan implementasi adalah intervensi yang dilakukan sesuai dengan rencana

setelah dilakukan validasi,  penguasaan keterampilan interpersonal, intelektual dan

teknikal. Intervensi harus dilakukan dengan cermat dan efisien pada waktu dan

situasi yang tepat.Keamanan fisik dan psikologis harus dilindungi dan

didokumentasikan dalam dokumentasi keperawatan berupa pencatatan dan

pelaporan ( Nurarif, 2015 )

V. Evaluasi

Evaluasi merupakan tahap akhir proses keperawatan yang digunakan sebagai

alat ukur keberhasilan suatu asuhan keperawatan yang telah dibuat meskipun

evaluasi diangap tahap akhir dari proses keperawatan. Eveluasi ini berguna untuk

menilai setiap langkah dalam perencanaan, mengukur kemajuan klien dalam

mencapai tujuan akhir.

Evaluasi terdiri dari : evaluasi proses dilakukan pada setiap akhir melakukan

tindakan keperawatan, evaluaasi hasil memberikan arah apakah rencana tindakan

dihentikan dimodifikasi atau dilanjutkan. Evaluasi hasil dicatat dan dapat dilihat

pada catatan perkembangan yang meliputi aspek subyektif, obyektif, analisa dan

palnning, evaluasi akhir yang menggambarkan apakah tujuan tercapai, tercapai

sebagian atau tidak sesuai dengan rencana atau timbul masalah baru. (Nurarif,

2015).

49
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN TN. K

DENGAN GANGGUAN SISTEM PERNAFASAN : ASMA BRONKHIAL

DI WISMA MAKMUR PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA

A. PENGKAJIAN GERONTIK

1. Identias/Biodata

Nama : Tn.K

Umur : 67 th

Alamat : PSTW Minaula Kendari

Jenis Kelamin : Laki-laki

Status Perkawinan : Menikah

Agama : Islam

Pendidikan terkhir : SR (Sekolah Rakyat)

Pekerjaan : PM PSTW Minaula Kendari

Suku/Bangsa : Tolaki

Sumber informasi : Klien dan medical record

Keluarga yang dapat dihubungi :-

Diagnosis medis : Asma Bronkhial

2. Riwayat Kesehatan

Riwayat kesehatan sekarang :

a. Keluhan utama : Klien mengatakan sesak napas.

b. Keluhan yang menyertai : Di sertai batuk berdahak dan nyeri dada,

50
c. Kronologi keluhan

1) Faktor pencetus :

- Klien mengatakan sesak mulai terasa ketika sedang melakukan

aktivitas ;

2) Timbulnya keluhan

( ) mendadak ( √ ) bertahap

3) Lamanya

Klien mengatakan sejak 10 tahun yang lalu sudah mulai merasakan

sesak nafas.

4) Upaya mengatasi

Klien mengatakan ketika dada mulai terasa sesak klien memposiskan

kepala lebih tinggi daripada kaki. Klien meminum air hangat untuk

mengurangi produksi lendir. Klien menggunakan balsam sebagai pereda

nyeri daerah tengkuk dan leher.

d. Alasan masuk panti :

Klien mengatakan alasan masuk panti karena klien merasa telah

memasuki usia lanjut dan tidak adanya anak yang merawat sehingga klien

dan istri klien lebih memilih tinggal dipanti social.

e. Tanggal masuk panti :19 Juli 2014

3. Riwayat Kesehatan Masa Lalu

a. Riwayat Imunisasi : Klien mengatakan tidak mengingat nya .

51
b. Riwayat alergi :

Klien mengatakan tidak memiliki riwayat alergi pada makanan, obat-

obatan, binatang, lingkungan dan lain-lain

c. Riwayat kecelakaan :

Klien mengatakan tidak pernah mengalami kecelakaan sebelumnya.

d. Riwayat di rawat di RS:

Klien mengatakan pernah dirawat di rumah sakit tahun 2016 karena

menderita penyakit asma.

e. Riwayat pemakaian obat :

Klien mengatakan meminum obat Salbutamol.

4. Riwayat Kesehatan Keluarga

a. Riwayat psikososial dan spiritual

a) Orang terdekat dengan klien :

Klien mengatakan orang terdekat dengan klien ialah istri klien.

b) Masalah yang mempengaruhi klien :

Klien mengatakan masalah yang mempengaruhinya saat ini ialah

penyakit yang diderita.

c) Mekanisme koping terhadap stress

( √ ) pemecahan masalah ( ) minum obat

( ) makan ( ) cari pertolongan

( ) tidur ( ) lain-lain

52
d) Persepsi klien tentang penyakitnya

a) Hal yang dipikirkan saat ini:

Klien mengeluh sesak sehingga aktivitas sehari-hari mulai berkurang.

b) Harapan setelah menjalani pembinaan dipanti:

Klien berharap penyakit sesak yang dialami cepat sembuh dan ingin

kembali sehat.

c) Perubahan yang dirasakan setelah masuk panti:

Klien mengatakan perubahan setelah ia masuk panti menjadi lebih

memahami perawatan pada saat sesak nafas.

e) Sistem nilai kepercayaan

a) Aktivitas agama/kepercayaan yang dilakukan :

Klien mengatakan setiap hari menjalankan ibadah shalat 5 waktu dan

setiap malam klien mengaji.

b) Kegiatan agama/kepercayaan yang mirip dilakukan selama dipanti:

Klien mengatakan berdoa setelah sholat agar penyakitnya cepat

sembuh

c) Percaya adanya kematian:

Klien meyakini bahwa seseorang yang bernyawa pasti akan

mengalami kematian.

53
5. Pola Kebiasaan sehari-hari

a. Nutrisi

1) Frekuensi makan : Klien mengatakan makan 3 kali dalam sehari.

2) Jenis makanan :

jenis makanan yang dikonsumsi klien berdasarkan menu yang telah

disiapkan oleh pihak panti.

3) Nafsu makan : Klien mengatakan nafsu makan klien baik.

4) Makanan yang tidak disukai :

Klien mengatakan semua jenis makanan disukai oleh klien

5) Kebiasaan sebelum makan :

Klien mencuci tangan terlebih dahulu, dan membaca doa.

6) Berat badan / Tinggi badan: 41 kg/ ± 156 cm

b. Eliminasi

1) Berkemih

a) Frekuensi : Klien mengatakan buang air kecil ± 5 kali dalam sehari.

b) Warna : Kuning

c) Bau : Amoniak

d) Keluhan yang berhubungan dengan BAK :

Klien mengatakan tidak ada keluhan saat buang air kecil.

2) Defekasi

a) Frekuensi : Klien mengatakan buang air besar 1 kali dalam sehari.

b) Waktu : Tidak menentu

c) Warna : Hitam kecoklatan

54
d) Bau : Normal

e) Konsistensi :Lunak

f) Keluhan yang berhubungan dengan defekasi :

Klien mengatakan tidak ada keluhan.

g) Pengalaman memakai laksatif :

Klien mengatakan pernah menggunakan laksatif saat susah buang air

besar.

3) Hygen Personal

a) Mandi

(1) Frekuensi : 3 x sehari

(2) Pemakaian sabun : ya/tidak

b) Hygen oral

(1) Frekuensi : 5x sehari

(2) Waktu : setiap memasuki waktu shalat 5 waktu

c) Cuci rambut

(1) Frekuensi : 3 x seminggu

(2) Penggunaan shampoo :ya / tidak

d) Gunting kuku

(1) Frekuensi :-

(2) Waktu :-

4) Istirahat dan tidur

a) Lama tidur (jam/hari) : ± 6 jam /hari

b) Tidur siang : ya, pukul 09.00 - 09.30 wita

55
c) Tidur malam : ya, pukul 21.00 - 03.00 wita

5) Aktivitas dan latihan

a) Olahraga

Klien mengatakan tidak pernah berolahraga karena sesak setelah

berolahraga.

b) Kegiatan waktu luang

Klien mengatakan kegiatan waktu luang digunakan hanya untuk

menonton tv dan bersantai dipanti.

c) Keluhan dalam beraktivitas

Klien mengatakan sesak nafas setelah beraktivitas.

6) Kebiasaan

a) Merokok :

Klien mengatakan sejak muda telah merokok dalam kurun waktu

yang lama sebelum mengidap penyakit asma bronchial .

b) Minuman keras :

Klien mengatakan sejak muda telah mengonsumsi alcohol berjenis

pongasi. Namun setelah mengalami asma bronchial klien berhenti

mengonsumsi minuman beralkohol tersebut.

c) Ketergantungan obat:

Klien mengatakan mengkonsumsi obat salbutamol.

56
6. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan umum : Klien nampak lemah

b. Kesadaran : Composmentis GCS: E:4 V: 5 M:6

c. Tanda-tanda vital :

TD : 110/70 mmhg HR : 80 x/menit

RR : 28 x/menit SB :36,50C

d. Kepala :

Inspeksi :

- Nampak beruban

- Tidak ada ketombe

- Adanya nodul pada bagian belakang kepala.

Palpasi :

- tidak ada pembengkakan

- tidak ada nyeri tekan

e. Mata

Inspeksi :

- Lensa nampak berkabut putih

- Adanya nodul pada bagian tepi mata

Palpasi :

- tidak ada pembengkakan

- tidak ada nyeri tekan

57
f. Hidung

Inspeksi :

- Tidak ada secret

- Normal, simetris kiri dan kanan,tidak ada kelainan

- Adanya nodul pada bagian hidung

Palpasi :

- Tidak ada pembengkakan

- Tidak ada nyeri tekan

g. Telinga

Inspeksi :

- Nampak adanya nodul pada bagian luar telinga

- Nampak adanya serum

- Simetris kiri dan kanan

Palpasi :

- Tidak ada pembengkakan

- Tidak ada nyeri tekan

h. Mulut dan bibir

Inspeksi :

- Gigi sudah tanggal

- Gigi nampak kuning

Palpasi :

- Tidak ada pembengkakan

- Tidak ada nyeri tekan

58
i. Leher

Inspeksi :

- Nampak adanya bekas luka riwayat operasi.

- Nampak adanya nodul pada bagian leher.

- Tidak adanya pembesaran kelenjar thyroid dan kelenjar limfe

Palpasi :

- Tidak adanya pembengkakan kelenjar thyroid

- Tidak ada nyeri tekan

j. Dada

1. Thorax

a) Inspeksi :

- Bentuk dada Barrel Chest

- Pengembangan dada Simetris antara kanan dan kiri

- Nampak adanya penggunaan otot aksesoris untuk bernafas,

ekspirasi memanjang

- Tidak ada lesi atau pun nodul pada area thorax

b) Palpasi :

- Tidak ada nyeri tekan

- Uji Ekspansi : fokal fremitus taktil teraba di daerah dextra

- Tidak ada pembesaran

c) Perkusi : Redup di bagian lobus anterior sinistra

d) Auskultasi : Wheezing

59
2. Jantung

a) Inspeksi : Tidak ada pembesaran jantung

b) Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

c) Perkusi : Redup

d) Auskultasi : S1 : Lub S2 : Dup

k. Abdomen

a) Inspeksi : Tidak ada kelainan pada abdomen

b) Auskultasi : Bising usus : 8 kali/ menit

c) Perkusi : Dullness pada Vesika urinaria, Pekak pada Hepar

d) Palpasi : Tidak ada pembengkakan dan tidak ada nyeri tekan

l. Urogenitalia : Tidak dilakukan pengkajian

m. Ekstremitas

a) Ekstremitas Atas :

- Adanya nodul pada bagian kulit tangan

b) Ekstremitas Bawah :

- Klien mengatakan nyeri pada bagian persendian lutut.

- Klien nampak meringis saat kakinya digerakkan

Inspeksi :

- Nampak adanya nodul pada bagian tangan dan kaki

- Klien nampak berjalan menggunakan krek

Palpasi :

- tidak ada pembengkakan 5 5

- tidak ada nyeri tekan 5 4

60
7. Pengkajian Status Mental

a. Daya orientasi :

Klien mengetahui waktu ,orang,dan tempat saat ditanyakan oleh perawat

b. Daya ingat :

Klien mengatakan saat ditanya oleh perawat klien lupa-lupa ingat.

c. Kontak mata :

Saat dilakukan pengkajian kontak mata klien nampak kurang

d. Afek :

Klien nampak kooperatif dan mengeksplorasikan keluhan yang dirasakan

kepada perawat.

PENGKAJIAN KHUSUS

1. Masalah Kesehatan Kronis

No. Keluhan kesehatan atau gejala yang Selal Sering Jarang T.Pernah

dirasakan klien dalam waktu 3 bulan u (2) (1) (0)

terakhir berkaitan dengan fungsi –fungsi (3)


A Fungsi Penglihatan

1.Penglihatan kabur √

2.Mata Berair √

3.Nyeri pada mata √


B Fungsi Pendengaran

1.Pendengaran berkurang √

2.Telinga berdenging √
C Fungsi Paru

1.Batuk darah disertai keringat √

61
2. Sesak nafas √

3.Berdahak /sputum √
D Fungsi Jantung

1.Cepat lelah √

2.Nyeri dada √
E Fungsi pencernaan

1.Mual/mntah √

2.Nyeri ulu hati √

3.makan dan minum banyak √

4.perubahan kebiasaan BAB (mencret / √

sembelit)
F Fungsi Pergerakan

1.Nyeri kaki saat berjalan √

2.Nyeri pinggang /tulang belakang √

3.Nyeri persendian/bengkak √
G Fungsi Persyarafan

1.Lumpuh /kelemahan pada kaki atau √

tangan

2.Kehilangan rasa √

3.Gemetar/tremor √

Nyeri / pegal pada daerah tengkuk √


H Fungsi Saluran perkemihan

1.BAK banyak √

2.sering BAK malam hari √

3.Tidak mampu mengontrol pengeluaran √

air kemih

62
(ngompol)
JUMLAH 6 10 7
Analisa hasil :

Skor : ≤25 :tidak ada masalah kesehatan kronis s/d masalah kesehatan

kronis ringan

Skor : 26-50 : masalah kesehatan kronis sedang

Skor : ≥ 51 : masalah kesehatan kronis berat

Kesimpulan :karena jumlah skor 23 ada masalah kesehatan kronis ringan

2. Fungsi Kognitif

Pengkajian fungsi kognitif dilakukan dalam rangka mengkaji kemampuan

klien berdasarkan daya orientasi terhadap waktu, orang, tempat serta daya ingat.

No Item pertanyaan Benar Salah


1 Jam berapa sekarang? √

Jawab:10.45 wita
2 Tahun Berapa sekarang? √

63
Jawab:2017
3 Kapan bapak/ibu lahir? √

Jawab:Tahun 1950
4 Berapa umur bapak/ibu √

sekarang?

Jawab:67 Tahun
5 Dimana alamat bapak / ibu √

sekarang?

Jawab:Ranomeeto
6 Berapa jumlah anggota keluarga √

yang tinggal bersama

bapak/ibu ?

Jawab:1
7 Siapa nama anggota keluarga √

yang tinggal bersama

bapak/ibu ?

Jawab:Ny.L
8 Tahun berapa sekarang? √

Jawab:2017
9 Siapa nama presiden RI √

sekarang?

Jawab:Bapak Jokowi
10 Coba hitung terbalikdari angka √

20 ke 1 ?

Jawab:20 19 18 17 16 15 14 13

12 11 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1
Analisa hasil:

64
Skor benar : 8- 10 :tidak ada gangguan

Skor benar : 0 -7 :ada gangguan

Kesimpulan: 10 klien tidak mengalami gangguan

3. Status Fungsional

Modifikasi Indeks kemandirian Katz :

No Aktivitas Mandiri Tergantung

(Nilai 1) ( Nilai 0)
1 Mandi dikamar mandi 1

(menggosok,membersihka

n dan mengeringkan

badan)
2 Menyiapkan pakaian 1

,membuka dan

65
mengenakannya.
3 Memakan makanan yang 1

telah disiapkan
4 Memelihara kebersihan diri 1

untuk penampilan diri

(menyisir rambut, mencuci

rambut, menggosok gigi,

mencukur kumis)
5 BAB di WC 1

( membersihkan dan

mengeringkan daerah

bokong)
6 Dapat mengontrol 1

pengeluaran feses (tinja)


7 BAK dikamar mandi 1

(membersihkan dan

mengeringkan daerah

kemaluan )
8 Dapat mengontrol 1

pengeluaran air kemih


9 Berjalan dilingkungan 1

tempat tinggal atau keluar

ruangan tanpa alat bantu

,seperti krek
10 Menjalankan ibadah sesuai 1

agama dan kepercayaan

yang dianut
11 Melakukan pekerjaan 1

66
rumah seperti merapikan

tempat tidur,mencuci

pakaian, memasak dan

membersihkan ruangan
12 Belanja untuk kebutuhan 1

sendiri dan dan kebutuhan

keluarga
13 Mengelola keuangan 1

(menyimpan dan

menggunakan uang

sendiri)
14 Menggunakan sarana 1

transportasi umum untuk

bepergian
15 Menyiapkan obat dan 1

minum obat sesuai dengan

aturan (takaran obat dan

waktu minum tepat )


16 Merencanakan dan 1

mengambil keputusan

untuk kepentingan

keluarga dalam hal

penggunaan uang,aktivitas

social yang dilakukan dan

kebutuhan akan pelayanan

kesehatan.

67
17 Melakukan aktivitas 1

diwaktu luang (kegiatan

keagamaan ,social

,rekreasi,olahraga dan

menyalurkan hobi).

Analisa hasil:

Point: 13 -17 :mandiri

Point:0 - 12 ketergantungan

Kesimpulan: karena nilai dapat 17 maka klien dapat melakukan status fungsional

secara mandiri.

3. Status Psikologi (skala depresi geriatric yesavage,1983)

No Apakah bapak /ibu dalam satu Ya Tidak

minggu terakhir
1 Merasa puas dengan kehidupan √

yang dijalani?
2 Banyak meninggalkan √

kesenangan /minat dan aktivitas

anda?
3 Merasa bahwa kehidupan anda √

mampu?
4 Sering merasa bosan? √
5 Penuh pengharapan akan masa √

depan?
6 Mempunyai semangat yang baik √

setiap waktu ?

68
7 Diganggu oleh pikiran – pikiran √

yang tidak dapat diungkapkan?


8 Merasa bahagia disebahagian √

besar waktu?
9 Merasa takut sesuatu akan terjadi √

pada anda?
10 Seringkali merasa tidak berdaya? √
11 Sering merasa gelisah dan √

gugup?
12 Memilih tinggal dirumah √

daripada pergi melakukan

sesuatu yang bermanfaat?


13 Sering kali merasa khawatir akan √

masa depan?
14 Merasa mempunyai lebih banyak √

masalah dengan daya ingat

dibandingkan orang lain?


15 Berpikir bahwa hidup ini sangat √

menyenangkan sekarang?
16 Seringkali merasa merana? √
17 Merasa kurang bahagia √
18 Sangat khawatir dengan masa √

lalu?
19 Merasa bahwa hidup ini sangat √

menggairahkan ?
20 Merasa berat untuk memulai √

sesuatu hal yang baru?


21 Merasa dalam keadaan penuh √

semangat?
22 Berpikir bahwa keadaan anda √

69
tidak ada harapan?
23 Berpikir bahwa banyak orang √

yang lebih baik daripada anda?


24 Seringkali menjadi kesal dengan √

dengan hal yang sepele?


25 Seringkali merasa ingin √

menangis?
26 Merasa sulit untuk √

berkonsentrasi?
27 Menikmati tidur? √
28 Memilih menghindar dari √

perkumpulan social?
29 Mudah mengambil keputusan ? √
30 Mempunyai pikiran yang jernih √
Jumlah item yang terganggu
Kesimpulan : Status psikologi pasien baik.

ANALISA DATA

DATA FOKUS DIAGNOSA KEPERAWATAN


DS :

1. Klien mengatakan sesak napas. Ketidakfektifan Pola Nafas berhubungan

2. Klien mengatakan sesak mulai terasa dengan keletihan otot pernafasan

ketika sedang melakukan aktivitas ;

3. Klien mengatakan sejak 10 tahun

yang lalu sudah mulai merasakan

sesak nafas.

4. Klien mengatakan meminum obat

Salbutamol.

70
5. Klien mengatakan tidak pernah

berolahraga karena sesak setelah

berolahraga.

DO :

1. Klien nampak lemah

2. TTV :

TD : 110/70 mmhg

HR : 80 x/menit

RR : 28 x/menit

SB : 36,50C

3. Tampak pasien Sesak.

4. Bentuk dada Barrel Chest

5. Nampak adanya penggunaan otot

aksesoris untuk bernafas, ekspirasi

memanjang.

6. Uji Ekspansi : fokal fremitus taktil

teraba di daerah dextra

7. Redup di bagian lobus anterior

sinistra

8. Auskultasi Pernafasan: Wheezing


DS :

1. Klien mengatakan sesak mulai terasa Intoleransi aktifitas berhubugan dengan

ketika sedang melakukan aktivitas ; ketidakseimbangan antara suplai dan

2. Klien mengatakan tidak pernah kebutuhan oksigen(hipoksia)kelemahan

71
berolahraga karena sesak setelah

berolahraga.

3. Klien mengeluh sesak sehingga

aktivitas sehari-hari mulai berkurang.

4. Klien mengatakan nyeri pada bagian

persendian lutut.

DO :

1. Klien nampak lemah

2. TTV :

TD : 110/70 mmhg

HR : 80 x/menit

RR : 28 x/menit

SB : 36,50C

3. Tampak pasien Sesak.

4. Nampak adanya penggunaan otot

aksesoris untuk bernafas, ekspirasi

memanjang.

5. Klien nampak meringis saat kakinya

digerakkan

6. Klien nampak berjalan menggunakan

krek
DS :

1. Klien mengatakan masalah yang Ansietas berhubungan perubahan dalam

mempengaruhinya saat ini ialah status kesehatan

72
penyakit yang diderita.

2. Klien berharap penyakit sesak yang

dialami cepat sembuh dan ingin

kembali sehat.

3. Klien mengatakan berdoa setelah

sholat agar penyakitnya cepat

sembuh

4. Klien meyakini bahwa seseorang

yang bernyawa pasti akan

mengalami kematian.

DO :

1. Klien nampak lemah

2. RR : 28 x/menit

3. Klien nampak sesak

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan keletihan otot pernafasan

2. Intoleransi aktivitas berhubugan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan

kebutuhan oksigen (hipoksia) kelemahan.

3. Ansietas berhubungan perubaha dalam status kesehatan.

73
C. INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Keperawatan

1 Ketidakefektifan NOC: Vital sign Monitoring

pola nafsas ❖ Respiratory status : 1. Monitor TD,

berhubungan Ventilation suhu, nadi, RR

dengan keletihan ❖ Respiratory status : 2. Monitor frekuensi

otot pernafasan Airway patency dan irama

❖ Vital sign Status pernafasan

Setelah dilakukan tindakan 3. Monitor pola

keperawatan selama pernafasan

………..pasien menunjukkan abnormal

keefektifan pola nafas, 4. Monitor suara

dibuktikan dengan kriteria paru

hasil: Airway management

❖ Mendemonstrasikan 5. Auskultasi suara

batuk efektif dan suara nafas catat adanya

nafas yang bersih, tidak ada suara tambahan

sianosis dan dyspneu 6. Lakukan

(mampu mengeluarkan fisioterapi dada

sputum, mampu bernafas dg jika perlu

mudah, tidakada pursed 7. Keluarkan secret

lips) dengan batuk atau

74
❖ Menunjukkan jalan suction

nafas yang paten (klien 8. Ajarkan batuk

tidak merasa tercekik, irama efektif

nafas, frekuensi pernafasan

dalam rentang normal, tidak

ada suara nafas abnormal)

Tanda Tanda vital dalam

rentang normal (tekanan

darah, nadi, pernafasan)


2 Intoleransi aktivitas NOC Activity Therapy

berhubungan  Energy conservation 1. Bantu klien untuk

dengan  Activity tolerance mengidentifikasi

ketidakseimbangan  Self care: ADLs aktivitas yang

antara suplai dan Kriteria Hasil mampu dilakukan

kebutuhan oksigen  Berpartisipasi dalam 2. Bantu untuk

(hipoksia) aktivitas fisik tanpa mendapatkan alat

kelemahan disertai peningkatan bantuan aktivitas

tekanan darah ,nadi seperti kursi roda

dan RR 3. Bantu untuk

 Mampu melakukan mengidentifikasi

aktivitas sehari hari aktivitas yang

ADLs secara mandiri disukai

 Tanda-tanda vital 4. Bantu klien untuk

normal membuat jadwal

75
 Energy psikomotor latihan diwaktu

 Level kelemahan luang

 Mampu berpindah 5. Bantu pasien

:dengan atau tanpa untuk

bantuan alat mengidentifikasi

 Status kardiopulmonari kekurangan dalam

adekuat beraktivitas

 Sirkulasi status baik 6. Sediakan

 Status penguatan positif

respirasi:pertukaran bagi yang aktif

gas dan ventilasi beraktivitas

adekuat 7. Bantu pasien

untuk

mengembangkan

motivasi diri dan

penguatan

8. Monitor respon

fisik,emosi,social

dan spiritual
3 Ansietas NOC : NIC :

berhubungan  Anxiety self control Anxiety Reduction

perubahan dalam  Anxiety level (penurunan

status kesehatan  Coping kecemasan)

Kriteria hasil : 1 Gunakan

76
 Klien mampu pendekatan yang

mengidentifikasi dan menenangkan

mengungkapkan gejala 2 Nyatakan dengan

cemas jelas harapan

 Mengidentifikasi, terhadap prilaku

mengungkapkan dan pasien

menunjukan tehnik 3 Pahami perspektif

untuk mengontrol pasien terhadap

cemas situasi stress

 Vital sign dalam batas 4 Temani pasien

normal untuk memberikan

Postur tubuh, ekspresi keamanan dan

wajah, mengurangi takut

Bahasa tubuh dan 5 Dengarkan dengan

tingkat aktivitas penuh perhatian

menunjukan 6 Identifikasi tingkat

berkurangnya kecemasan

kecemasan 7 Bantu pasien untuk

mengenal situasi

yang menimbulkan

kecemasan

77
D. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Hari /Tanggal
Implementasi No.DX
dan Jam
Selasa,19
Desember
2017
08.30 WITA 1. Memonitor TD,suhu,nadi,RR 1
h/ TD:110/70 mmhg
SB:36,50C
N: 82 x/m
RR:28 x/m
08.45 2. Memonitor frekuensi dan irama pernafasan 1
h/ Frek RR:28 x/m
Irama pernafasan :Irreguler
08.46 3. Memonitor pola pernafasan abnormal
h/ pola pernafasan klien abnormal 1
09.00 4. Memonitor suara paru
h/ Suara paru wheezing 1
5. Mengajarkaan batuk efektif
09.15 h/ klien belum mampu memprktekkan cara 1
batuk efektif
Activity Therapy
6. Membantu klien untuk mengidentifikasi 2
12.30 WITA
aktivitas yang mampu dilakukan
h/ Klien mengatakan hanya mampu melakukan
aktivitas ringan
7. Membantu untuk mendapatkan alat bantuan 2
12.40
aktivitas seperti krek
h/ Klien menggunakan alat bantu aktivitas
seperti krek.

80
13.00 WITA 8. Mengguunakan pendekatan yang 3
menenangkan
h/ klien menjalin bhsp kepada perawat
13.10 WITA
9. MengIdentifikasi tingkat kecemasan
h/ Klien nampak cemas saat dilakuka 3
pengkajian
10. Membantu pasien untuk mengenal situasi yang
13.15
menimbulkan kecemasan
h/ Klien mampu mengenali situasi yang
menimbulkan kecemasan
3
11. Menemani pasien untuk memberikan
13.25
keamanan dan mengurangi takut.
h/ perawat menemani klien diruangan

Hari /Tanggal
Implementasi No.DX
dan Jam
Rabu,20 1. Memonitor TD,suhu,nadi,RR 1
Desember h/ TD:110/70 mmhg
2017 SB:36,50C
08.30 WTA N: 82 x/m
RR:28 x/m
08.35 2. Memonitor frekuensi dan irama pernafasan 1
h/ Frek RR:28 x/m
Irama pernafasan :Irreguler
08.40 3. Memonitor pola pernafasan abnormal 1
h/ pola pernafasan klien abnormal
08.45 4. Memonitor suara paru 1
h/ Suara paru wheezing
08.55 5. Mengajarkaan cara batuk efektif 1
h/ klien belum mampu mempraktekkan cara
batuk efektif

81
Activity Therapy
6. Membantu klien untuk mengidentifikasi 2
10.35 WITA
aktivitas yang mampu dilakukan
h/ Klien mengatakan hanya mampu melakukan
aktivitas ringan.
7. Membantu untuk mendapatkan alat bantuan 2
10.45
aktivitas seperti krek
h/ Klien menggunakan alat bantu aktivitas
seperti krek.
8. Bantu pasien untuk mengidentifikasi 2
11.00
kekurangan dalam beraktivitas
h/ Klien mengatakan tidak mampu melakukan
aktivitas seperti berjalan jauh dan melakukan
aktivitas berat.
12.35 WITA 9. Mengguunakan pendekatan yang menenangkan 3
h/ klien menjalin bhsp kepada perawat
10. MengIdentifikasi tingkat kecemasan 3
12.40
h/ Klien nampak cemas saat dilakuka
pengkajian
11. Membantu pasien untuk mengenal situasi yang 3
12.55
menimbulkan kecemasan
h/ Klien mampu mengenali situasi yang
mmenimbulkan kecemasan

Hari /Tanggal
Implementasi No.DX

82
dan Jam

Kamis, 21 1. Memonitor TD, suhu, nadi, RR 1


Desember h/ TD:110/70 mmhg
2017 SB:36,50C
08.15 WITA N: 82 x/m
RR:27 x/m
08.25 WITA 2. Memonitor frekuensi dan irama pernafasan 1
h/ Frek RR:24 x/m
Irama pernafasan :reguler
08.35 3. Memonitor pola pernafasan abnormal 1
h/ pola pernafasan klien abnormal
08.45 4. Memonitor suara paru 1
h/ Suara paru wheezing
09.00 5. Mengajarkan cara batuk efektif 1
h/ klien mengatakan sudah mengerti cara batuk
efektif
Klien mempraktekan cara batuk efektif
Activity Therapy
6. Membantu klien untuk mengidentifikasi 2
09.10 WITA
aktivitas yang mampu dilakukan
h/ Klien mengatakan hanya mampu melakukan
aktivitas ringan.
7. Membantu untuk mendapatkan alat bantuan 2
09.25
aktivitas seperti krek,kursi roda
h/ Klien menggunakan alat bantu aktivitas
seperti krek
8. Bantu pasien untuk mengidentifikasi 2
09.40
kekurangan dalam beraktivitas
h/ Klien mengatakan tidak mampu melakukan
aktivitas seperti berjalan jauh dan melakukan

83
aktivitas berat.
9. Membantu klien untuk membuat jadwal latihan 2
09.50
diwaktu luang.
h/ klien membuat jadwal latihan diwaktu luang
seperti menonton tv dan bersantai bersama istri
10.35 10. Mengguunakan pendekatan yang menenangkan 3
h/ klien menjalin bhsp kepada perawat
11. Mengidentifikasi tingkat kecemasan 3
10.40
h/ Klien nampak cemas saat dilakuka
pengkajian
12. Membantu pasien untuk mengenal situasi yang 3
10.50
menimbulkan kecemasan
h/ Klien mampu mengenali situasi yang
mmenimbulkan kecemasan
13. Mendengarkan dengan penuh perhatian 3
11.00
h/ perawat mendengarkan keluhan klien

E. EVALUASI KEPERAWATAN

Hari/Tanggal
Evaluasi No.DX

84
dan Jam

Selasa,19 S: 1
Desember 2017 - Klien mengatakan masih terasa
sesak ketika sedang melakukan
aktivitas ;
O:
- KU:Lemah
- Kesadaran :CM
- TTV:
TD:110/70 mmhg
SB:36,50C
N: 82 x/m
RR:28 x/m
- Irama pernafasan :reguler
- Nampak penggunaan otot aksesoris
pernafasan
- Suara paru: wheezing
- Perkusi :Redup
- Irama nafas:Irreguler
A :Masalah belum teratasi
P : Intervensi 1,2,3,4,5,6,7,8 dilanjutkan
S: 2

- Klien mengatakan sesak jika

melakukan aktivitas sedang atau

berat .

- Klien mengatakan tidak mampu

berjalan jauh.

O:

85
- KU:Lemah

- Kesadaran :CM

- Klien nampak bernafas sesak

- Klien nampak menggunakan krek

saat berjalan jauh

A:Masalah belum teratasi

P :Intervensi 1,2,3,4,5,6,7,8 dilanjutkan


S: 3
- Klien mengatakan merasa cemas

saat penyakit nya kambuh lagi.

O:
- Klien nampak gelisah

- Klien nampak susah bernafas

- Frek.Pernafasan 28 x/m

A : Masalah belum teratasi


P : Intervensi 1,2,3,4,5,6,7 dilanjutkan

Hari/Tanggal
Evaluasi No.DX
dan Jam
Rabu,20 S: 1

86
Desember 2017 - Klien mengatakan masih terasa
sesak ketika sedang melakukan
aktivitas.
O:
- KU:Lemah
- Kesadaran :CM
- TTV:
TD:110/70 mmhg
SB:36,50C
N: 82 x/m
RR:28 x/m
- Irama pernafasan :reguler
- Nampak penggunaan otot aksesoris
pernafasan
- Suara paru : Wheezing
- Perkusi :Redup
- Irama nafas:regular
- klien belum mampu mempraktekaan
cara batuk efektif
A:Masalah belum teratasi
P: Intervensi 1,2,3,4,5,6,7,8 dilanjutkan
S: 2
- Klien mengatakan sesak jika
melakukan aktivitas sedang atau
berat .
- Klien mengatakan tidak mampu
berjalan jauh.
O:
- KU:Lemah
- Kesadaran :CM
- Klien nampak bernafas sesak

87
- Klien nampak menggunakan krek
saat berjalan jauh
A:Masalah belum teratasi
P :Intervensi 1,2,3,4,5,6,7,8 dilanjutkan
S: 3
- Klien mengatakan merasa cemas
saat penyakit nya kambuh lagi.
O:
- Klien nampak gelisah
Klien nampak susah bernafas
- Frek.Pernafasan 28 x/m
A:Masalah belum teratasi
P: Intervensi 1,2,3,4,5,6,7 dilanjutkan

Hari/Tanggal Evaluasi No.DX


dan Jam
Kamis,21 S: 1
Desember 2017 - Klien mengatakan
masih terasa sesak
ketika sedang
melakukan aktivitas.
O:
- KU:Lemah
- Kesadaran :CM
- TTV:
TD:110/70 mmhg
SB:36,50C
N: 82 x/m
RR:28 x/m
- Irama pernafasan
:reguler
- Nampak penggunaan

88
otot aksesoris
pernafasan
- Suara paru:wheezing
- Perkusi :Redup
- Irama nafas:reguler
- klien sudah mampu
mempraktekaan cara
batuk efektif

A:Masalah teratasi sebagian


P: Intervensi 8 teratasi
Intervensi 1,2,3,4,5,6,7,
dilanjutkan
S: 2
- Klien mengatakan
sesak jika melakukan
aktivitas sedang atau
berat .
- Klien mengatakan
tidak mampu berjalan
jauh.

O:
- KU:Lemah
- Kesadaran :CM
- Klien nampak bernafas
sesak
- Klien nampak
menggunakan krek saat
berjalan jauh
A:Masalah belum teratasi
P :Intervensi 1,2,3,4,5,6,7,8

89
dilanjutkan
S: 3
- Klien mengatakan
merasa cemas saat
penyakit nya kambuh
lagi.
O:
- Klien nampak gelisah
Klien nampak susah
bernafas
- Frek.Pernafasan 27 x/m
A:Masalah belum teratasi
P: Intervensi 1,2,3,4,5,6,7
dilanjutkan

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Pengkajian

90
Pada teori penyebab dari asma bronchial ada 2 faktor yang dapat

menyebabkan asma bronchial yaitu : Faktor intrinsik dimana dipengaruhi dengan

psikologis dan kegiatan jasmani kemudian Faktor kedua : Faktor ekstrinsik dimana

disebebkan oleh alergen, obat-obatan, dan factor lingkungan. Sedangkan pada kasus

ditemukan penyebab dari asma bronchial adalah kegiatan jasmani dan

mengkonsumsi obat-obatan itu berrati antara teori dan kasus tidak terdapat

kesenjangan. Dalam memcari penyebab asma bronchial klien tidak ada hambatan

karena pada saat melakukan pengkajian klien kooperatif sehingga penyusun mudah

untuk mendapatkan data-data di Wisma Makmur.

Manifestasi klinis pada klien yang mengalami asma bronchial secaa teori

yang khas adalah sesak napas yang berulang dan suara mengi (wheezing). Gejala

lain seperti Intermintten, Persisten ringan, Persisten sedang, Persisten berat.

Sedangkan pada kasus ditemukan data : Klien sesak napas, sesak mulai terasa

ketika sedang melakukan aktivitas, klien sesak sejak 10 tahun yang lalu, terdengar

bunyi mengi (Wheezing), nyeri pada bagian persendian lutut dan nampak lemah.

Jadi berdasarkan teori dan kasus yang kami temukan terdapat ada kesenjangan yaitu

didalam teori tidak ditemukan manifestasi klinis nyeri pada bagian persendian lutut

dan nampak lemah.

Pemeriksaan penunjang yang akan dilakukan pada pasien asma bronchial

secara teori antara lain : Spirometer : Dilakukan sebelum dan sesudah bronkodilator

hirup (neibulizer/inhaler), positif jika peningkatan VEP/KVP > 20%, Sputum :

eosinofil meningkat, Uji kulit, RO dada yaitu patologis paru/komplikasi asma,

AGD : terjadi pada asma berat pada fase awal terjadi hipoksemia dan hipokapnia

91
(PCO2 turun) kemudian fase lanjut normokapnia dan hiperkapnia (PCO2 naik).

Foto dada AP dan laterai. Hiperinflasi paru, diameter anterioposterior membesar

pada foto lateral, dapat terlihat bercak konsolidasi yang tersebar.

Sedangkan pada kasus tidak terdapat pemeriksaan penunjang yang dilakukan

pada klien sehingga terdapat kesenjangan antara teori dan kasus.

Penatalaksnaan kepada klien secara teori yang mengalami asma bronchial

terbagi 2 antara lain, yaitu :

1. Pengobatan non farmakologik:

a) Memberikan penyuluhan

b) Menghindari faktor pencetus

c) Pemberian cairan

d) Fisiotherapy

e) Beri O2 bila perlu.

2. Pengobatan farmakologik :

a. Bronkodilator : obat yang melebarkan saluran nafas. Terbagi dalam 2

golongan :

1) Simpatomimetik / andrenergik (Adrenalin dan efedrin)

Nama obat :

92
a) Orsiprenalin (Alupent)

b) Fenoterol (berotec)

c) Terbutalin (bricasma)

Obat-obat golongan simpatomimetik tersedia dalam bentuk tablet,

sirup, suntikan dan semprotan. Yang berupa semprotan: MDI (Metered

dose inhaler). Ada juga yang berbentuk bubuk halus yang dihirup

(Ventolin Diskhaler dan Bricasma Turbuhaler) atau cairan broncodilator

(Alupent, Berotec, brivasma serts Ventolin) yang oleh alat khusus diubah

menjadi aerosol (partikel-partikel yang sangat halus) untuk selanjutnya

dihirup.

2) Santin (teofilin)

Nama obat :

a) Aminofilin (Amicam supp)

b) Aminofilin (Euphilin Retard)

c) Teofilin (Amilex)

Efek dari teofilin sama dengan obat golongan simpatomimetik,

tetapi cara kerjanya berbeda. Sehingga bila kedua obat ini

dikombinasikan efeknya saling memperkuat. Cara pemakaian : Bentuk

suntikan teofillin / aminofilin dipakai pada serangan asma akut, dan

disuntikan perlahan-lahan langsung ke pembuluh darah. Karena sering

merangsang lambung bentuk tablet atau sirupnya sebaiknya diminum

sesudah makan. Itulah sebabnya penderita yang mempunyai sakit

lambung sebaiknya berhati-hati bila minum obat ini. Teofilin ada juga

93
dalam bentuk supositoria yang cara pemakaiannya dimasukkan ke dalam

anus. Supositoria ini digunakan jika penderita karena sesuatu hal tidak

dapat minum teofilin (misalnya muntah atau lambungnya kering).

b. Kromalin : Kromalin bukan bronkodilator tetapi merupakan obat pencegah

serangan asma. Manfaatnya adalah untuk penderita asma alergi terutama

anak-anak. Kromalin biasanya diberikan bersama-sama obat anti asma yang

lain, dan efeknya baru terlihat setelah pemakaian satu bulan.

c. Ketolifen : Mempunyai efek pencegahan terhadap asma seperti kromalin.

Biasanya diberikan dengan dosis dua kali 1mg / hari. Keuntungan obat ini

adalah dapat diberika secara oral (Evelin dan joyce L. kee, 1994 ; Karnen

baratawijaja, 1994 )

Sedangkan penatalaksanaan pada kasus antara lain, yaitu : Non farmakologi

batuk efektif dan farmakologi obat salbutamol. Jadi dari penatalaksanaan pada kasus

dan teori tidak terjadi kesenjangan.

B. Diagnosa Keperawatan

Dianogsa pada asma bronchial secara teori terdiri atas diagnose antara lain :

1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b/d spasme jalan nafas

2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan perubahan kedalaman

pernafasan

94
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan

kebutuhan oksigen (hipoksia) kelemahan

4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

tidak nafsu makan

5. Resiko Jatuh dengan faktor resiko gangguan mobilitas fisik

6. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan

Sedangkan pada kasus diagnose yang penulis angkat ada 3 antara lain, yakni :

1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan keletihan otot pernafasan

2. Intoleransi aktivitas berhubugan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan

kebutuhan oksigen (hipoksia) kelemahan.

3. Ansietas berhubungan perubahan dalam status kesehatan.

Tidak terdapatnya diagnose gangguan Ketidakefektifan bersihan jalan nafas,

Ketidakseimbangan nutrisi, Resiko Jatuh. Hal ini disebabkan karena pada saat

penyusun selesai melakukan pengkajian penulis tidak mendapatkan data yang

mengarah terhadap klien mengalami gangguan Ketidakefektifan bersihan jalan

nafas, Ketidakseimbangan nutrisi, dan Resiko Jatuh.

Adapun alasan penyusun memunculkan diagnosa Ketidakefektifan pola nafas

pada klien hal ini disebabkan pada saat penyusun melakukan pengkajian dan

klasifikasi data penyusun menemukan data yang menunjang untuk mengangkat

diagnosa tersebut seperti data subjektif Klien mengatakan sesak napas, Klien

mengatakan sesak mulai terasa ketika sedang melakukan aktivitas, Klien

mengatakan sejak 10 tahun yang lalu sudah mulai merasakan sesak nafas, Klien

95
mengatakan meminum obat Salbutamol, Klien mengatakan tidak pernah berolahraga

karena sesak setelah berolahraga. Data objektif Klien nampak lemah, TD : 110/70

mmHg, HR : 80 x/menit, RR : 28 x/menit, S : 36,50C. Tampak pasien Sesak,

Bentuk dada Barrel Chest, Nampak adanya penggunaan otot aksesoris untuk

bernafas, ekspirasi memanjang, Uji Ekspansi : fokal fremitus taktil teraba di daerah

dextra, Redup di bagian lobus anterior sinistra, Auskultasi Pernafasan :Wheezing.

Selain itu alas an penyusun memasukan diagnosa Intoleransi aktivitas karena adanya

data subjektif yang diperoleh

C. Intervensi

Penyusunan rencana keperawatan pada klien Tn.K telah sesuai dengan

rencana perawatan teoritis menurut Nanda NIC NOC , namun tetap disesuaikan

kembali dengan kondisi pasien sehingga tujuan dan kriteria hasil diharapkan dapat

tercapai. Perencanaan disusun mulai dari menentukan prioritas diagnosa, tujuan,

sampai kriteria hasil yang akan diharapkan. Penyusun merencanakan bagaimana

membantu klien untuk mengatasi ketidakefektifan pola nafas yang mampu

dilakukan, memonitor respirasi dan status O2,membantu klien untuk memilih

kegiatan yang sesuai dengan kemampuan fisik, pisikologi dan sosial, membantu

klien untuk mengembangkan motivasi diri dan mengatasi kecemasan.Mendiskusikan

bersama klien mengenai tindakan kesehatan yang tepat. Keterlibatan perawat dalam

merawat klien juga sangat diperlukan dalam proses penyembuhan klien. Oleh

karena itu, penyusun merencanakan beberapa tindakan terhadap sesuai diagnosa

yang muncul pada klien, penyusun tetap merencanakan intervensi terhadap keluarga

karena penyusun ingin mengantisipasi datangnya masalah kesehatan yang tak

96
terduga sehingga memudahkan penyusun dalam memberikan intervensi. Penyusun

akan mencoba menggali masalah kesehatann dalam merawat klien serta

merencanakan bagaimana cara merawat klien dengan atrhitis asma brokhial , akan

tetapi keterbatasan klien dalam mengatasi masalah kesehatannya..

Sebagaimana pada tahap sebelumnya, pada tahap ini penyusun tidak

merasakan adanya hambatan. Kesamaan antara konsep teoritis terhadap kondisi dan

kebutuhan klien merupakan faktor pendukung bagi penyusun serta tersedianya

literatur yang memudahkan penyusun dalam perumusan rencana keperawatan pada

Tn.K.

D. Implementasi

Penyusun melakukan implementasi keperawatan selama 3 (tiga) hari mulai dari

tanggal 19 Desember 2017 sampai dengan 21 Desember 2017. Secara umum semua

implementasi yang dilakukan sesuai dengan rencana keperawatan yang telah dibuat

pada tahap sebelumnya.

Penyusun melaksanakan implementasi keperawatan menggunakan tahapan

asuhan keperawatan gerontik. Tahapan ini digunakan agar mempermudah perawat

dalam memberikan terapi secara sistematis dan tetap memperhatikan kebutuhan

klien. Untuk mengatasi masalah keperawatan dengan asma bronchial, penyusun

terlebih dahulu berdiskusi dengan klien untuk mengatasi ketidakefektifan pola

nafas,intoleransi aktivitas dan ansietas pada klien..

Penyusun tidak hanya fokus terhadap masalah asma bronchial, melainkan juga

menggali sejauh mana klien mampu mendiskusikan masalah kesehatannya kepada

perawat, diharapkan apabila klien dapat dapat membuat keputusan yang tepat dalam

97
menangani masalah kesehatan, sehingga jika ada masalah klien dapat

menceritakannya kepada perawat dan tidak memendamnya lagi. Pada tahap

implementasi penyusun menemukan hambatan dalam pelaksanaannya, yaitu tidak

adanya sarana dan prasarana kesehatan yang menunjang dalam pemberian

implementasi, sehingga intervensi klien belum sepenuhnya bisa dilaksanakan

dengan maksimal. Faktor pendukung yang penyusun rasakan pada pada tahap ini

yaitu sikap pasien yang kooperatif, sehingga implementasi dapat dilaksanakan

sesuai perencanaan. Oleh karena itu, komunikasi terapeutik dan tindakan

keperawatan sangatlah dibutuhkan untuk membantu penyembuhan pasien.

E. Evaluasi

Tahap ini penyusun menilai sejauh mana keberhasilan yang dicapai dalam

pemberian asuhan keperawatan dan membandingkannya dengan tujuan dan kriteria

hasil yang telah dibuat. Penyusun menggunakan komponen proses evaluasi mulai

dari mengidentifikasi kriteria hasil, mengumpulkan data perkembangan pasien,

mengukur dan membandingkan perkembangan pasien dengan kriteria evaluasi.

Selain itu penyusun juga menggunakan dua metode evaluasi, yaitu evaluasi formatif

(evaluasi proses) dan evaluasi sumatif (evaluasi tahap akhir). Dari tiga diagnosa

yang didokumentasikan, diagnosa keperawatan belum bisa teratasi seluruhnya.

Diagnosa keperawatan pada klien Tn.K belum tercapai seluruhnya walaupun

semua tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah asma bronkhia telah

diimplementasikan semua kepada pasien. Penyusun menyadari bahwa proses

keperawatan tidak dapat berakhir dalam satu periode, melainkan membutuhkan

waktu yang lebih panjang dan tindakan yang berkelanjutan. Perkembangan yang

98
ditunjukan oleh Tn. K masih perlu dilakukan observasi lebih lanjut, karena evaluasi

yang diharapkan belum tercapai sepenuhnya. Maka diperlukan adanya modifikasi

secara khusus dalam menyusun rencana keperawatan agar tujuan dan kriteria hasil

yang telah disusun dapat tercapai serta kerja sama dengan klien untuk kelanjutan

asuhan keperawatan kepada pasien sampai pada tingkat kesehatan yang optimal.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Pengkajian

Pada pengkajian data yang di dapat yaitu :

99
DS :

a. Klien mengatakan sesak napas.

b. Klien mengatakan sesak mulai terasa ketika sedang melakukan aktivitas ;

c. Klien mengatakan sejak 10 tahun yang lalu sudah mulai merasakan sesak

nafas.

d. Klien mengatakan meminum obat Salbutamol.

e. Klien mengatakan tidak pernah berolahraga karena sesak setelah

berolahraga.

f. Klien mengatakan tidak pernah berolahraga karena sesak setelah

berolahraga.

g. Klien mengeluh sesak sehingga aktivitas sehari-hari mulai berkurang.

h. Klien mengatakan nyeri pada bagian persendian lutut.

i. Klien mengatakan masalah yang mempengaruhinya saat ini ialah penyakit

yang diderita.

j. Klien berharap penyakit sesak yang dialami cepat sembuh dan ingin kembali

sehat.

k. Klien mengatakan berdoa setelah sholat agar penyakitnya cepat sembuh.

l. Klien meyakini bahwa seseorang yang bernyawa pasti akan mengalami

kematian.

Do :

a. Klien nampak lemah

b. TTV :

100
TD : 110/70 mmhg

HR : 80 x/menit

RR : 28 x/menit

SB : 36,50C

c. Tampak pasien Sesak.

d. Bentuk dada Barrel Chest

e. Nampak adanya penggunaan otot aksesoris untuk bernafas, ekspirasi

memanjang.

f.   Uji Ekspansi : fokal fremitus taktil teraba di daerah dextra

g.   Redup di bagian lobus anterior sinistra

h.   Auskultasi Pernafasan: Wheezing

i.    Klien nampak meringis saat kakinya digerakkan

j.  Klien nampak berjalan menggunakan tongkat

101
2.  Diagnosa keperawatan

Diagnose keperawatan di tetapkan berdasarkan analisa dan interpretasi data

yang di peroleh dari pengkajian keperawatan klie. Pada kasus, diagnose

keperawatan yang di angkat yaitu ada empat diagnose yang di angkat, di

anataranya:

a.Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan keletihan otot pernafasan

b. Intoleransi aktivitas berhubugan dengan ketidakseimbangan antara suplai

dan kebutuhan oksigen (hipoksia) kelemahan.

c.Ansietas berhubungan perubaha dalam status kesehatan.

3. Rencana tindakan keperawatan

Rencana tindakan keperawatan yang telah di susun terdiri dari diagnose

keperawatan, tujuan dan criteria hasil, rencana tindakan keperawatan. Pada

diagnose pertama di susun 9 rencana tindakan keperawatan, diagnose kedua 8

rencana tindakan keperawatan, diagnose ketiga 8 tindakan keperawatan.

4. Pelaksanaan tindakan keperawatan

Pada pelaksanaan tindakan keperawatan. Sebanyak tujuh tindakan keperawatan di

lakukan pada diagnose pertama 5 intervensi di lakukan tindakan keperawatan,

pada diagnose kedua 4 intervesi di lakukan tindakan keperawatan, pada diagnose

ke tiga 4 intervensi di lakuakn tindakan keperawatan.

102
5. Evaluasi keperawatan

Pada tahap evaluasi , sebanyak 3 diagnosa keperawatan yaitu diagnose

keperawatan, Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan keletihan otot

pernafasan, Intoleransi aktivitas berhubugan dengan ketidakseimbangan antara

suplai dan kebutuhan oksigen (hipoksia) kelemahan., Ansietas berhubungan

perubaha dalam status kesehatan.

B. Saran

1. Bagi Penulis

Sebagai tambahan pengetahuan dan pengalaman bagi penulis dalam

mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama pendidikan.

2. Pihak Panti Sosial dan Perawat

c. Sebagai bahan referensi bagi perawat dalam melakukan studi kasus lebih

lanjut dengan masalah asma .

d. Sebagai bahan perbandingan bagi perawat dalam bertugas melaksanakan

pelayanan asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah asma .

3. Bagi Institusi Akper Pemkab Konawe

Sebagai bahan bacaan ilmiah ataupun kerangka perbandingan dalam

mengembangkan ilmu keperawatan dan usaha penyempurnaan asuhan

keperawatan yang telah ada saat ini.

4. Masyarakat, Klien dan Keluarga

Sebagai pedoman bagi masyarakat, klien dan keluarga khususnya dalam

memberikan perawatan pada klien dengan penyakit asma.

103

Anda mungkin juga menyukai