Anda di halaman 1dari 26

Askep Bronkitis Lengkap Contoh Kasus

Tugas Akhir teman dulu tentang Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Bronchitis yang
dimintai oleh teman saya untuk di googlekan supaya dapat membantu teman-teman semua dalam
menyusun Tugas Akhir Kuliah Juga.

Dari Teman Untuk Teman juga

Jika berminat untuk mendapatkan Update dari Artikel-artikel Asuhan Keperawatan yang lengkap
dengan sumber daftar pustakanya, silakan Tekan Control+D untuk bookmark blog sederhana ini.

Berikut ini adalah


Contoh Karya Tulis Ilmiah Lengkap Tentang LP Asuhan
Keperawatan Pada Pasien Bronkitis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
bronkitis merupakan penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut yang sangat umum.
dapat menyertai flu atau kedinginan dan itu terjadi pada orang-orang dari segala usia.
dengan orang-orang lemah dan sistem kekebalan tubuh sangat berhubungan dengan
pengembangan bronchitis kronis dan dalam beberapa kasus asthmatic bronchitis. merokok
dianggap sebagai faktor risiko serius dalam pengembangan bronkitis dan dapat
menyebabkan komplikasi seperti radang paru-paru (Groshan, 2011).
Dinegara barat, kekerapan bronkitis diperkirakan sebanyak 1,3% diantara populasi.
Di Inggris dan Amerika penyakit paru kronik merupakan salah satu penyebab kematian
dan ketidak mampuan pasien untuk bekerja. Kekerapan setinggi itu ternyata
mengalami penurunan yang berarti dengan pengobatan memakai antibiotik (Aritonang,
2010).
Di Indonesia jumlah bronchitis menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga adalah
53% laki-laki dan 4% wanita. Diperkirakan didapatkan 30.000 kematian karena bronchitis
setiap tahun (Indrawati, 2010)
Berdasarkan data statistik yang penulis peroleh dari Medical Record Rumah Sakit
Umum Daerah Cut Meutia Kabupaten Aceh Utara, dapat dilaporkan bahwa jumlah pasien
dengan bronchitis akut yang dirawat terhitung dari Januari 2010 sampai Desember 2010
sebanyak 37 ( 0,37 %) dari 9.988 pasien yang dirawat. sedangkan di bulan Januari 2011
sampai dengan Desember 2011 terdapat 47 (0,42%) penderita bronchitis dari 11.089 klien
dan pada tahun 2012 terhitung dari bulan Januari sampai dengan Mei adalah sebanyak 33
(0,58%) dari 5683 klien yang dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah Cut Meutia
Kabupaten Aceh Utara.
Berdasarkan uraian yang telah penulis paparkan diatas, dapat disimpulkan bahwa
bronchitis masih merupakan suatu masalah kesehatan yang patut ditingkatkan perhatian
para tenaga medis dan para medis gunanya untuk mencapai angka kesehatan yang tinggi,
maka penulis merasa tertarik untuk mengenal lebih dalam lagi tentang tentang penedrita
bronchitis dan menerapkan asuhan keperawatan yang penulis wujudkan dalam bentuk
karya Tulis Ilmiah dengan judul :“ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN Ny. M
DENGAN BRONCHITIS AKUT DI RUANG PERAWATAN WANITA RUMAH SAKIT
UMUM DAERAH CUT MEUTIA KABUPATEN ACEH UTARA”
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk mendapatkan gambaran yang nyata dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada
klien Ny. M dengan Bronchitis Akut melalui pendekatan proses keperawatan.

2. Tujuan Khusus
a. Dapat melakukan pengkajian secara komperahensif pada klien Ny. M dengan Bronchitis
Akut.
b. Dapat menentukan dan mengidentifikasi masalah serta menentukan diagnosa keperawatan
baik aktual, resiko, potensial, sejahtera dan sindrom yang akan muncul pada klien Ny. M
dengan Bronchitis Akut.
c. Dapat merumuskan perencanaan asuhan keperawatan pada klien Ny. M dengan Bronchitis
Akut.
d. Dapat melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana asuahan keperawatan
yang telah direncanakan pada klien Ny. M dengan Bronchitis Akut.
e. Dapat melakukan evaluasi terhadap asuhan keperawatan yang telah dilakukan pada klien
Ny. M dengan Bronchitis Akut.
f. Dapat melakukan pendokumentasiaan proses keperawatan pada klien dengan pada klien
Ny. M dengan Bronchitis Akut.

C. Metode penulisan
Dalam penyusunan karya tulis ini, penulis menggunakan metode deskriptif yaitu
menguraikan data secara nyata dan objektif dengan cara mengumpulkan data, menganalisa
data, mendiagnosa masalah, memecahkan masalah dan mengevaluasi masalah yang telah
diatasi. metode ini dilakukan penulis meliputi:

1. Study kepustakaan (Library research)


Study kepustakaan ini dilakukan dengan cara mempelajari dan memahami literatur-
literatur yang bersifat teoritis berdasarkan pendapat ahli yang ada kaitannya dengan judul
yang penulis bahas.

2. Study kasus (Field research)


Dalam kasus ini penulis langsung mengamati, mempelajari, dan melaksanakan asuhan
keperawatan terhadap pada klien Ny. M dengan Bronchitis Akut diruang perawatan Paru
Rumah Sakit Umum Daerah Cut Meutia Aceh Utara, dengan cara :
a. Wawancara
Mengadakan wawancara baik secara auto anamneses maupun allowanamnese pada
klien, keluarga, perawat ruangan dan tenaga medis lainnya yang ikut berpartisipasi dalam
proses perawatan pada klien.
b. Pengamatan
Pengamatan terhadap pelaksanaan keperawatan pada klien Ny. M dengan Bronchitis
Akut selama masa perawatan.
c. Pemeriksaan fisik dan penunjang
Pada tahap pengkajian dilakukan pemeriksaan fisik yang mengacu pada format
pengkajian sesuai standart akademik, sedangkan untuk mendapatkan data pemeriksaan
penunjang berupa hasil pemeriksaan laboratorium dan foto rontgen, penulis menggunakan
catatan yang ada dalam status klien.
d. Dokumentasi
Pendokumentasian setiap tahap dari proses keperawatan yang dilakukan dalam
melaksanakan asuhan keperawatan menggunakan format sesuai standard akademik dalam
karya tulis ini.
D. Sitematika penulisan
Karya tulis ini penulis susun secara sistematis dalam 5 bab sebagai berikut :
Bab I :Pendahuluan, Bab ini terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan, dan
sistematika penulisan.
Bab II :Tinjauan teoristis, Bab ini menjelaskan tentang konsep dasar, meliputi pengertian, etiologi,
patofisiologi, gambaran klinis, penatalaksanaan, komplikasi, serta asuhan keperawatan
yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan asuhan keperawatan,
pelaksanaan dan evaluasi.
Bab III :Tinjauan kasus, bab ini menjelaskan tentang pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien pada
klien Ny. M dengan Bronchitis Akut Di Ruang Perawatan Paru Rumah Sakit Umum
Daerah Cut Meutia Aceh Utara.
Bab IV : Pembahasan, berisi penjelasan tentang kesenjangan antara teori dan fakta.
Bab V : Penutup, merumuskan kesimpulan dan saran-saran yang dianggap relavan dalam rangka
pemecahan masalah.
Pada akhir karya tulis ini penulis mencantumkan juga daftar pustaka, biodata dan surat
izin pengambilan kasus.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Dasar
1. Pengertian
Bronchitis akut adalah radang bronchus yang biasanya mengenai trachea dan laring,
sehingga sering dinamai juga dengan laringotraceobronchitis. Radang ini dapat timbul
sebagai kelainan jalan napas tersendiri atau sebagai bagian dari penyakit sistemik misalnya
pada morbili, pertusis, difteri, dan tipus abdominalis ( Somantri. 2007. Hal 49).
Bronchitis akut adalah infeksi saluran pernapasan bawah yang secara umum menyertai
infeksi saluran pernapasan bagian atas. Sebagai akibat dari infeksi virus (paling umum)
atau bakteri, jalan napas menjadi terinflamasi dan teriritasi, dan produksi mucus meningkat
(Nettina. 2001. Hal 68).
2. Etiologi
Penyebab yang paling sering adalah virus influenza, parainfluenza, adenovirus, serta
rhinovirus. Bakteri yang sering menjadi penyebab adalah mycoplasma pneumonia, tetapi
biasanya bukan merupakan infeksi primer. Penyakit ini biasanya sembuh dengan
sendirinya, namun jika dilatarbelakangi oleh penyakit kronik seperti enfisema, bronchitis
kronik, serta bronkiektasis, infeksi bakteri ini harus mendapat perhatian serius
(Djojodibroto. 2009. Hal 132).

3. Patofisiologi
Serangan bronchitis akut dapat timbul dalam serangan tunggal atau dapat timbul
kembali sebagai eksaserbasi akut dari bronchitis kronis. Pada umumnya, virus merupakan
awal dari serangan bronchitis akut pada infeksi saluran napas bagian atas. Dokter akan
mendiagnosis bronchitis kronik jika pasien mengalami produksi sputum selama kuramg
lebih tiga bulan dalam satu tahun atau paling sedikit dalam dua tahun berturut turut.
Serangan bronchitis disebabkan karena tubuh terpapar maupun noninfeksi (terutama
rokok). Iritan (zat yang menyebabkan iritasi) akan menyebabkan timbulnya respon
inflamasi yang akan menyebabkan vasodilatasi, kongesti, edema mukosa, dan
bronkospasme. Tidak seperti enfisema, bronchitis lebih memengaruhi jalan napas kecil dan
besar dibandingkan alveoli. Dalam keadaan bronchitis, aliran udara masih memungkinkan
tidak mengalami hambatan (Somantri. 2007. Hal 50).
4. Gambaran klinis
Menurut Corwin (2009. Hal 571) gambaran klinis pada pasien dengan bronchitis akut
ialah sebagai berikut :
a. Batuk, biasanya produktif dengan mucus kental dan sputum prulen
b. Dispnea
c. Demam
d. Suara serak
e. Ronki (bunyi paru diskontinu yang halus atau kasar), terutama saat inspirasi.
f. Nyeri dada yang kadang timbul
5. Penatalaksanaan
Menurut Corwin (2009. Hal 571) penata laksanaan pada pasien dengan bronchitis akut
ialah sebagai berikut
a. Antibiotik untuk mengobati bakteri primer dan skunder.
b. Peningkatan asupan cairan dan ekspektoran untuk mengencerkan sputum.
c. Istirahat untuk mengurangi kebutuhan oksigen.
6. Komplikasi
Corwin (2009. Hal 571) menyatakan Episode bronchitis akut yang berulang dapat
mengakibatkan perubahan patologis menjadi bronchitis kronis.
B. Asuhan Keperawatan
Menurut Doengoes (2000. Hal 152) Asuhan keperawatan pada klien dengan
Bronchitis dilaksanakan melalui pendekatan proses perawatan terdiri dari : pengkajian,
diagnosa, perencanaan, tindakan, dan evaluasi.
1. Pengkajian
Dasar data pengkajian pasien
a. Aktivitas/Istirahat
Gejala : keletihan, kelelahan, malaise, ketidakmapuan untuk melakukan aktivitas sehari-
hari karena sulit bernafas. Ketidakmampuan untuk tidur, perlu tidur dalam posisi duduk
tinggi. Dispnea pada saat istirahat atau respon terhadap aktifitas atau latihan, tanda :
keleithan, gelisah, insomnia, kelemahan umum/kehilangan massa otot.
b. Sirkulasi
Gejala : pembengkakan pada ekstremita bawah. Tanda : peningkatan TD. Peningkatan
frekuensi jantung/takikardia berat, disritmia. Distensi vena leher (penyakit berat). Edema
dependen, tidak berhubungan dengan penyakit jantung. Bunyi jantung reduk (yang
berhubungan dengan peningkatan diameter AP dada). Warna kulit/membrane glukosa :
normal atau abu-abu/sianosis : kuku tabuh dan sianosis perifer. Pucat dapat menunjukkan
anemia.
c. Integritas ego
Gejala : peningkatanfaktor resiko. Perubahan pola hidup. Tanda : ansietas, ketakutan,
peka rangsang.
d. Makanan/Cairan
Gejala : mual/muntah. Nafsu makan buruk/anoreksia (emfisema). Ketidakmampuan untuk
makan karena distress pernafasan. Penurunan berat badan menetap (empfisema),
peningkatan berat badan menunjukkan edema (bronchitis). Tanda : turgor kulit buruk,
edema dependen, berkeringat, penurunan berat badan, penurunan massa otot/lemak
subkutan (emfisema). Palpitasi abdominal dapat menyatakan hepatomegali (bronchitis).
e. Higiene
Gejala : penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan melakukan aktivitas sehari-hari.
Tanda : kebersihan buruk, bau badan.
f. Pernafasan
Gejala : nafas pendek (timbulnya tersembunyi dengan dispnea sebagai gejala menonjol
pada emfisema) khususnya pada kerja : cuaca atau episode berulang sulit napas: rasa
tertekan dada, ketidakmampuan untuk bernafas “Lapar udara’ kronis. Batuk menetap
dengan produksi sputum setiap hari (terutama pada saat bangun) selama minimum 3 bulan
berturut-turut tiap tahun sedikitnya 2 tahun, produksi sputum (hijau, putih, atau kuning)
dapat banyak sekali. Episode batuk hilang-timbul, biasanya tidak produktif pada tahap dini
meskipun dapat memproduktif. Riwayat pneumonia berulang, terpajan pada polusi
kimia/asap mis : abses, debu batu bara, ramikatun, serbuk gerg faktor keluarga dan oksigen
pada malam hari atau terus menerus. Tanda : pernafasan biasanya cepat, dapat lambat :
fase ekspirasi memanjang, dengan mendekungr, nafas bibir. Lebih memilih posisi tiga titik
(tripot) untuk bernapas . Penggunaan otot bantu pernapasan, mis : meninggikan bahu,
retraksi fosa supraklafikula, melebarkan hidung. Dada dapat terlihat hiperinflasi dengan
peninggian diam AP (bentuk-barel) : gerakan diafragma minimal. Bunyi napas : mungkin
reduk dengan ekspirasi mengi : menyebar, lembut atau krekels lembab kasar (bronchitis) :
ronki, mengi sepanjang area paru pada ekspirasi dan kemungkinan selama inspirasi berlajut
sampai penurunan atau tak adanya bunyi napas. Perkusi : hiperresonan pada area paru (mis
: jebakan udara dengan emfisema) : bunyi pekak pada area (mis : konsulidasi, cairan,
mukosa). Kesulitan bicara kalimat atau lebih dari 4 atau 5 sekaligus. Warna : pucat dengan
sianosis bibir dan dasar kuku : abu-abu keseluruhan : warna mera (bronchitis kronis “biru
mengembung’). Pasien dengan empisema sedang sering disebut “pink fuffer” karena warna
kulit normal meskipun pertukaran gas tak normal dan frekuensi pernapasan cepat. Tabuh
pada jari-jari.
g. Keamanan
Gejala : Riwayat reaksi alergi tau sensitive terhadap zat/factor lingkungan.
Adanya/berulang infeksi. Kemerahan/berkeringat (asma).
h. Seksualitas
Gejala : Penurunan libido
i. Interaksi sosial
Gejala : hubungan ketegantungan, kuman system pendukung, kegagalan dukungan
dari/terhadap pasangan/orang terdekat, penyakit lama atau ketidakmampuan membaik.
Tanda : ktidakmampuan untuk membuat/mempertahankan suara karena distress
pernafasan. Keterbatasan mobilitas fisik, kelainan hubungan dengan anggota keluarga lain.
j. Penyuluhan/Pembelajaran
Gejala : Penggunaan/penyalahgunaan obat pernapasan, kesulitan menghentikan merokok,
penggunaan alcohol secara teratur, kegagalan untuk membaik, pertimbangan rencana
pemulangan : DRG menunjukkan rerata lama dirawat : 5,9 hari bantuan dalam berjalan,
trasnportasi, kebutuhan keperawatan gigi, perawatan rumah/mempertahankan tugas rumah,
perubahan pengobatan/program terapetik.
k. Pemeriksaan diagnostic
Sinar X : dilakukan untuk menyatakan hiperinflasi paru-paru : mendatarnya diafragma :
peningkatan area udara retrosternal : penuruna tanda vaskularisasi/bula (enfisema),
peningkatan tanda bronkovaskuler (bronkitis) : hasil normal selama periode remisi (asma).
Tes fungsi paru : dilakukan untuk menentukan penyebab dispnea, untuk memperkirakan
derajat disfungsi dan untuk mengevaluasi efek terapi, mis. Memperkirakan derajat
disfungsi dan untu mengevaluasi efek terapi, bronkodilator. TCL : peningkatan pada
luasnya bronchitis dan kadang-kadang pada asma : penurunan emfisemia. Kapasitas
isnpirasi : menurun pada emfisema. Volume residu : meningkatkan pada emfisema,
bronchitis kronis, dan asma. FEV/FFVC : rasio volume ekspirasi kuat dengan kapasitas
vital kuat menurun pada bronchitis dan asma. GDA : memperkirakan progresi proses
penyakit kronis, is, paling sering PaO2 menurun, dan PaCO2 normal atau meningkat
(bronchitis kronis dan emfisema) tetapi sering menurun pada asma : pH normal atau
asidotik, alkalis respiratorik ringan sekunder terhadap hiperventilasi. Bronkogram : dapat
menunjukkan dilatasi silindris bronkus pada inspirasi : kolaps bronchial pada ekspirasi
kuat pembesaran duktus mukosa yang terlihat pada bronchitis. JDL dan diferensial :
Hemoglobin meningkat, peningkatan eosinofil. Kimia darah : 1-antitripsin dilakukan untuk
meyakinkan defisiensi dan diagnose emfisema primer. Sputum : kultur untuk menentukan
adanya infeksi, mengidentifikasi pathogen : pemeriksaan sistolik untuk mengetahui
keganasan atau gangguan alergi. EKG : Deviasi aksis kanan, peninggian gelombang P
(asma berat) : disritmia atrial (bronchitis) ; peninggian gelombang P pada lead II, III, AVF
(bronkitis, emfisema) : aksis vertical QRS (emfisema). EKG latihan, tes stress : membantu
dalam mengkaji derajat disfungsi paru, mengevaluasi keefektifan terapi bronkodilator,
perencanaan/evaluasi program latihan.
l. Prioritas keperawatan
1. Mempertahankan potensi jalan nafas
2. Membantu tindakan untuk mempermudah pertukaran gas
3. Meningkatkan masukan nutrisi
4. Mencegah komplikasi, memperlambat memeburuknya kondisi
5. Memberikan informasi tentang proses penyakit/prognosis dan program pengobatan
m. Tujuan pemulangan
1. Ventilasi/oksigensi adekuat untuk memnuhi kebutuhan perawatan diri
2. Masukan nutrisi memnuhi kebutuhan kalori
3. Bebas infeksi
4. Proses penyakit/prognosis dan program terapi dipahami.
2. Diagnosa Keperawatan
Adapun diagnosa keperawatan yang dapat dirumuskan pada klien bronchitis adalah
sebagai berikut:
a. Takefektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi sekret,
bronkospasme, sekresi tertahan, tebal, kelemahan.
b. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai oksigen (obstruksi jalan
napas oleh sekresi, spasme kerusakan alveoli) ditandai dengan dispnea, bingung, gelisah,
ketidakmampuan membuang sekret.
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan efek samping obat,
anoreksia, mual/muntah, ditandai dengan penurunan berat badan.
d. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tidakadekuatnya pertahan utama, tidak
adekuatnya imunitas.
e. Kurang pengetahuan, kondisi tindakan berhubungan dengan kurang informasi/tidak
mengenal sumber informasi.

3. Perencanaan keperawatan
a. Takefektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi secret,
bronkospasme, sekresi tertahan, tebal, kelemahan. Tujuan : Mempertahankan jalan nafas
pasien. Mengeluarkan secret tanpa bantuan. Kriteria hasil : mempertahankan jalan nafas
paten dengan bunyi napas. Mis : batuk efektif dan mengeluarkan sekret.
Intervensi/Rasional
Auskultasi bunyi napas. Catat adanya bunyi napas, mis mengi, krekels, ronki. Rasional :
beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan nafas dan dapat/tak
dimanifestasikan adanya bunyi napas adventisius, mis . penyebaran, krekels basah
(bronchitis). Kaji/pantau frekuensi pernapasan, catat rasio inspirasi ekspirasi. Rasional :
takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan pada penerimaan atau
selama stres/adanya dproses infeksi akut. Pernapasan dapat melambat dan frekuensi
ekpirasi memanjang dibanding inspirasi. Catat adanya/derajat dispnea, mis. Keluhan ”lapar
udara” gelisah, ansietas, distres pernapasan, penggunaan otot bantu. Rasional : disfungsi
pernapasan adalah variabel yang tergantung pada tahap proses kronis selain proses akut
yang menimbulkan perawatan di rumah sakit, mis infeksi, reaksi alergi. Kaji pasien untuk
posisi yang nyaman, mis. Peninggian kepala tempat tidur, duduk pada sandaran tempat
tidur. Rasional : peninggian kepala tempat tidur mempermudah fungsi pernapasan dengan
menggunakan gravitasi. Pertahankan polusi lingkungan minimum, mis : debu, asap dan
bulu bantal yang berhubungan dengan kondisi individu. Rasional : pencetus tipe reaksi
alergi pernapasan yang dapat mentriger episode akut. Dorong/bantu latihan nafas abdomen
atau bibir. Rasional : memberikan pasien beberapa cara untuk mengatasi dan mengontrol
dispnea dan menurunkan jebakan udara. Obsevasi karakteristik batuk, mis : menetap, batuk
pendek, basah. Rasional : batuk dapat menetap tetapi efektif, khususnya bila pasien lansia,
sakit akut, atau kelemahan. Tingkatkan masukan cairan sampai 3000 ml/hari sesuai
toleransi jantung. Memberikan air hangat. Rasional : Hidrasi membantu menurunkan
kekentalan sekret, mempermudah pengeluaran.
b. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai oksigen (obstruksi jalan
napas oleh sekresi, spasme kerusakan alveoli) ditandai dengan dispnea, bingung, gelisah,
ketidakmampuan membuang secret. Tujuan : tanda-tanda vital normal. Kriteria hasil :
menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan adekuat dengan GDA dalam
rentang normal dan bebas dari geja distre pernapasan.
Intervensi/Rasional
Kaji frekuensi, kedalaman pernapasan. Rasional : berguna dalam evaluasi derajat distress
pernapasan dan kronisnya proses penyakit. tinggikan kepala tempat tidur, bantu pasien
untuk memilih posisi yang mudah untuk bernapas, dorong napas dalam perlahan atau
napas bibir sesuai kebutuhanindividu. Rasional : pengiriman oksigen dapat diperbaiki
dengan posisi duduk tinggi dan latihan napas untuk menurunkan kolaps jalan napas,
dispnea, dan kerja napas. Kaji/awasi secara rutin kulit dan warna membrane mukosa.
Rasional : sianosis mungkin perifer (terlihat pada kuku) atau sentral (terlihat sekitar
bibir/atau daun telinga), keabu-abuan dan diagnosis sentral mengindikasikan beratnya
hipoksemia. Dorong mengeluarkan sputum : penghisapan bila diindikasikan. Rasional :
kental. Tebal, dan banyaknya sekresi adalah sumber utama gangguan pertukaran gas pada
jalan napas kecil. Auskultasi bunyi napas, catat area penurunan aliran udara dan/atau bunyi
napas tambahan. Rasional : bunyi napas mungkin reduk karena penurunan aliran udara
atau konsolidasi. Palpasi fremitus. Rasional : penurunan getaran fibrasi diduga ada
opengumpulan cairan atau udara terjebak. Awasi tingkat kesadaran/status mental, selidiki
adanya perubahan. Rasional : gelisah dan ansietas adalah manifestasi klinis umum pada
hipoksemia, GDA memburuk disertai bingung. Evaluasi tingkat toleransi aktifitas, berikan
lingkungan tenang dan kalem, batasi aktivitas pasien atau dorong untuk tidur dikursi
selama fase akut. Rasional : selama distress pernapasan berat/akut/refraktori pasien secara
total tak mampu melakukan aktivitas. Awasi tanda-tanda vital dan irama jantung. Rasional
: takikardia, disritmia, dan perubahan TD dapat menunjukkan efek hipoksemia, disritmia
dan perubahan TD dapat menunjukkan efek hipoksemia sistemik pada fungsi jantung.
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan efek samping obat,
anoreksia, mual/muntah. Ditandai dengan penurunan berat badan. Tujuan : berat badan
dalam rentang normal. Menunjukkan perubahan perilaku pola hidup. Kriteria hasil:
menunjukkan peningkatan berat badan menuju tujuan yang tepat. Menunjukkan
perilaku/perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan atau mempertahankan berat yang
tepat.
Intervensi/Rasional :
Kaji kebiasaan diet, masukan makanan saat ini. Catat derajat kesulitan makan, evaluasi
berat badan dan ukur tubuh. Rasional : pasien distress pernapasan akut sering anoreksia
karena dispnea, produksi sputum,, dan obat. Auskultasi bunyi usus. Rasional :
penurunan/hipoaktif bising usus menunjukkan penurunan motilitas gaster dan konstipasi.
Berikan perawatan oral aktifitas, dan hipoksemia. Rasional : rasa tak enak, baud an
penampilan adalah pencegah utama nafsu makan dan dapat membuat mual dan muntah
istirahat semalam 1 jam sebelum makan. Hindari makanan penghasil gas dan minum
karbonat. Rasional : dapat menghasilkan dispense abdomen yang menggangu napas
abdomen dan gerakan diafragma, dan dapat meningkatkan dispnea. Hibdari makan yang
sangat panas atau sangat dingin. Rasional : timbang berat badan sesuai indikasi. Rasional
: berguna untuk menentukan kebutuhan kalori, menyusun tujuan berat badan, dan evauasi
keadekuatan rencana nutrisi.
d. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tidakadekuatnya pertahan utama, tidak
adekuatnya imunitas. Tujuan : mengerti pemahamn penyebab/factor resiko infeksi,
melakukan perubahan pola hidup untuk meningkatkan lingkungan yang aman.
Intervensi/Rasional
Awasi suhu. Rasional : demam dapat terjadi karena dan/atau dehidrasi. Kaji pentingnya
latihan jalan napas, abtuk efektif, perubahan posisi sering dan masukan adekuat. Rasional
: aktifitas ini meningkatkan pengeluaran secret untuk menurnukan resiko terjadinya infeksi
peru. Observasi warna, karakter, bau sputum. Rasional : secret berbau, kuning atau
kehijauan menunjukkan adanya infeksi paru. dapat menunjukan dan bantu pasien tentang
pembuangan tisu dan sputum. Rasional : mencegah penyebaran pathogen melalu cairan.
Awasi pengungjung berikan masker sesuai dengan indikasi. Rasional : menurunkan
potensial terpajan pada penyakit infeksius. Dorong keseimbangan antara aktifitas dengan
istirahat. Rasional : menurut konsumsi/kebutuhan keseimbangan oksigen dan
memperbaiki pertahanan pasien terhadap infeksi. Diskusikan kebutuhan masukan aktivitas
nutrisi adekuat. Rasional : malnutrisi dapat mempengaruhi kesehatan umum dan
menurunkan tahanan terhadap infeksi.
e. Kurang pengetahuan, kondisitindakan berhubungan dengan kurang informasi/tidak
mengenal sumber informasi. Tujuan : mampu pemahaman kondisi/proses penyakit dan
tindakan. Kriteria hasil : menyatakan pemahaman kondisi/proses penyakit dan tindakan.
Intervensi/Rasional
Jelaskan penjelasan proses penyakit individu, dorong orang terdekat untuk menyatakan
pertanyaan. Rasional : menurunkan ansietas dan dapat menimbulkan perbaikan partisipasi
pada rencana pengobatan. Instruksikan rasional untuk latihan napas, batuk efektif dan
latihan kondisi umum. Rasional : napas bibir dan napas abdominal/disfragmatik individu
arti untuk mengontrol dispnea, altihan kondisi umu meningkat toleransi akitivtas.
Diskusikan obat pernapasan, efek samping , dan reaksi yang tak diinginkan. Rasional :
pasien ini sering mendapat obat pernapasan banyak sekaligus yang mempunyai efek
samping hamper sama dan potensial interaksi obat. Tinjukkan tehnik penggunaan dosis
inhaler seperti bagaimana memegang, interval semprotan 2-5 menit, bersihkan inhalel.
Rasional : pemberin yang tepat obat meningkatkan penggunaan dan keefektifan. System
alat untuk mencatat obat interminten/penggunaan dosis dari obat kalau perlu. Anjurkan
menghindari agen sedative antiansieta kecuali diresepkan diberikan oleh dokter mengobati
kondisi pernapasan. Rasional : meskipun pasien mungkin gugup dan merasa perlu sedative
ini. Tekankan pentingnya perawatan oral/kebersihan gigi. Rasional : menurunkan
pertumbuhan bakteri pada mulut. Diskusikan pentingnya menghindari orang yang sedang
infeksi pernapasan aktif. Rasional : menurunkan pemajan dan insiden mendapatkan
infeksi saluran napas atas. Diskusikan factor individu yang meningkatkan kondisi mis.
Udara terlalu kering, angin, lingkungan dengan suhu ekstrem serbuk. Rasional : factor
lingkungan ini dapat menimbulkan iritasi bronchial, produksi secret dan tambahan jalan
napas. Kaji efek bahaya meroko dan nesehatkan menghentikan merokok pada pasien dan
atau orang terdekat. Rasional : penghentian merokok dapat memperlambat kemajuan
PPOM. Berikan informasi tentang pembatasan aktivitas dan aktivitas pilihan dengan
periode istirahat untuk mencegah kelemahan. Rasional : mempunyai pengetahuan ini
dapat memampukan pasien untuk membuat pilihan/keputusan informasi untuk menurunkan
dispnea. Diskusikan pentingnya mengikuti perawatan medic, foto dada periodic. Rasional
: pengawasan proses penyakit untuk membuat program terapi untuk memenuhi perubahan
kebutuhan dan dapat membantu mencegah komplikasi. Kaji kebutuhan oksigen untuk
pasien yang pulang dengan oksigen tambahan. Rasional : menurnkan resiko kesalahan
penggunaan dan komplikasi lanjut. Anjurkan pasien terdekat dalam penggunaan oksigen
aman. Rasional : pasien ini dan orang terdekatnya dapat mengalami ansietas, depresi, dan
reaksi lain sesuai dengan penerimaan dengan penyakit kronis yang mempunyai dampak
pada pola hidup mereka. Rujuk untuk evaluasi keperawatan dirumah bila diindikasikan,
berikan rencana pengkajian detail dasar fisik untuk perawatan dirumah sesuai kebutuhan
pulang dari perawatan akut. Rasional : memberikan kelanjutan perawatan, dapat
membantu menurnukan frekuensi perawatan dirumah sakit.

BAB III
TINJAUAN KASUS
Pada tinjauan kasus ini, penulis melakukan pengkajian klien Ny. M dengan
bronchitis yang dirawat di Ruang Perawatan Wanita Rumah Sakit Umum daerah Cut Mutia
Kabupaten Aceh Utara. Dalam tinjauan kasus ini, penulis akan menguraikan tentang
Asuhan Keperawatan yang dilakukan terhadap klien bronchitis selama tiga hari mulai dari
tanggal 20 sampai dengan 22 Juni 2012 melalui pendekatan proses keperawatan.
A. Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama Ny. M, umur : 63 tahun, jenis kelamin perempuan, agama Islam, suku/bangsa Aceh,
pendidikan -, pekerjaan IRT, alamat Jambo mesjid, tanggal masuk 19 Juni 2012 No. CM
21 47 24. Ruagan perawatan Wanita, dengan diagnosa medis bronchitis.

2. Data Riwayat masuk


Keluhan masuk : kien mengatakan batuk-batuk yang disetai skret berwarna putih dan
kental dan sesak (sulit bernapas).
Riwayat Keluhan : klien mengatakan serangan awal penyakitnya batuk berdahak yang
lebih sering pada pgi hari dan disertai dengan sesak (kesulitan bernapas), dan klien juga
mengatakan setelah klien mengalami sesak (kesulitan benapas) klien tidak dapat
melakukan aktivitas yang agak berat bila terlalu dipaksakan sesak yang dialaminya akan
bertambah, riwayat kesehatan klien tersebut sudah dirasakannya sejak satu bulan yang lalu,
klien belum pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya hanya saja klien berobat ke
puskesmas kemudian setelah 2 kali berobat dipuskesmas tidak kunjung sembuh dan
kemudian klien mengambil keputusan untuk berobat ke rumah sakit umum cut meutia.

3. Alergi dan reaksi


Klien mengatakan alergi terhadap udara dingin dan debu.
4. Obat/Pengobatan
Klien mengatakan pernah berobat ke puskesmas pada bulan mei 2012. Klien mengatakan
tidak ingat lagi nama obat-obatan yang pernah diminum dan cara mendapatkan obat
tersebut melalui resep.

5. Riwayat penyakit
Klien mengatakan sebelumnya tidak pernah mengalmi sakit seperti ini. Klien mengatakan
tidak pernah mengalami tindakan/prosedur pembedahan.

6. Riwayat Penyakit Keluarga


Klien mengatakan tidak pernah ada anggota keluarga yang menderita penyakit seperti
klien.

7. Alat Perlengkapan/Bantuan yang Digunakan Special


Klien hanya menggunakan O2.

8. Riwayat psikososial
Stress yang baru dialami klien mengatakan sedikit stress memikirkan penyakit yang
dirasakan sekarang. Klien menerima dengan sabar, mekanisme koping pasrah menyadari
penyakitnya, support system suami, dan anak-anaknya, menenangkan diri/rilek, tidak
mengkonsumsi alkohol, tidak menggunakan napza, klien beragama islam.

9. Neurologis
Orientasi selama dirawat di rumah sakit masih mengenal orang-orang disekitarnya baik
keluarganya, perawat yang merawatnya dan orang-orang yang datang membesuknya dan
pasien mengetahui tempat ia sedang dirawat, penggantian siang dan malam, dan pasien
kelihatan tenang dan resah, kesadaran compos mentis, pupil isokor, ada reaksi, kekuatan
ekstremitas tidak sama karena terpasang infus pada tangan kanan. Berbicara jelas, sensor
normal, persepsi penglihatan masih dapat melihat dengan jelas mata kiri maupun mata
kanan serta klien dapat mendengar jelas telinga kiri maupun telingan kanan.
10. Respirasi
Pola napas cepat dan pendek(dispnea) dengan frekuensi 32x/menit, dari suara pernafasan
didapatkan suara wheezing (mengi), Sesekali batuk produktif dengan sekresi berwarna
putih dan kental, dan menggunakan otot bantu (bahu) untuk bernapasan.

11. Kardiovaskuler.
Polsus apical rate regular (teratur) dengan nadi kiri 90x/menit, auskultasi jantung normal,
perfusi kulit normal.

12. Gastrointestinal
Mukosa mulut normal, suara peristaltik usus normal (5-7 x/menit), kemampuan menelan
baik atau normal, klien sebelum dirawat di rumah sakit buang air besar 1xsehari dengan
karaktersitik lunak dan BAB lancar, tidak disertai dengan nyeri perut atau dengan hal-hal
lain. konstipasi tidak ada.

13. Genitourianrius
Pasien BAK 5x sehari dan tidak ada keluhan.

14. Self care


Selama pasien dirawat di rumah sakit sebagian kebutuhan pasien dibantu oleh perawat dan
keluarga sperti mandi.

15. Nutrisi
Penampilan umum sedang, berat badan 40 kg, TB : 142 cm, nafsu makan baik, diet MB,
pola makan 3xhari, makan sendiri.

16. Pengkajian kulit


Warna normal, penampilan secara umum : kelebabam kulit kering, temperature hangat,
(suhu 370C) tektur kulit halus. Pengkajian bahaya tekanan “resiko dekubitus”. Status
mental sadar siaga (1), continence (BAB/BAK) kontrol sepenuhnya (1), mobilitas sedikit
terbatas (2), aktivitas berjalan dengan bantuan orang/alat (2), nutrisi sedang/cukup (2).
Scor total 8 tidak ada resiko dekubitus .

17. Musculoskeletal
Klien menunjukan ROM ekstremitas normal, tidak ada odema, klien tampak cepat lelah
bila beraktivitas.

18. Pendidikan Rencana Pulang


Apa yang anda ketahui tentang penyakit anda sekarang. Klien mengatakan hanya
mengalami sesak. Informasi yang anda butuhkan atau perlu tentang pnyakit anda. Klien
ingin lebih mengetahui cara mengatasi sesak dan mencegah penyebab timbulnya serangan.
Siapakah anggota keluarga anda, yang disenangi terlibat dalam perawatan. Kelurga.
Berapa lama anda mengharapkan dirawat dirumah sakit. Sampai klien sembuh. Apakah
klien memerlukan bantuan setelah pulang, berkaitan dengan ADL/fungsi fisik. ada.
Apakah klien mempunyai anggota keluarga yang cakap/mampu dan mau bersedia. Ada,
suami klien. Sebelumnya masuk rumah sakit/enam bulan yang lalu. Tidak. Klien tinggal
bersama suami dan anak-anaknya.

19. Pemeriksaan fisik


Keadaan umum lemah
Tanda tanda vital : RR 32 x/menit, tekanan darah 110/80mmHg, temp 370C, pols
90x/menit.
Kepala : bentuk simetris, warna rambut hitam bersih dan distribusi rambut lebat dengan
keutuhan utuh. Mata : posisi bola mata simetris, fungsi penglihatan baik. Hidung : fungsi
penciuman baik, tidak ada pembengkakan. Telinga : simetris, fungsi pendengaran baik.
Mulut dan faring : bau mulut khas, mengeluarkan skret kental dan berwana putih saat
batuk, gigi dan gusi bersih. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar getah bening, tidak
pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada peningkatan tekanan vena jugularis. Dada : inspeksi
dada bentuk simetris terlihat dari empat sisi, menggunakan otot bantu (bahu) saat bernapas,
auskultasi suara pernapasan wheezing (mengi), pola napas cepat dan pendek (dispnea).
palpasi gerakan dinding paru cepat dan sama kiri dan kanan, perkusi adanya bunyi redup
pada ruang interkosta ke 9 sisi kanan dan kiri sama. Jantung : bunyi jantung 1 dan 2 ada,
tidak ada oedema. Abdomen : bentuk simetris, tidak ada nyeri tekan, hepar tidak teraba,
ginjal tidak teraba, bising usus 5 x/menit. Sistem reprodksi : sitrus menstruasi teratur, tidak
ada kelainan. Ekstremitas atas bawah : terbatas karena terpasang infus.

Pengkajian/Pemeriksaan Diagnostik Khusus.


Pemeriksaan laboratorium pada tanggal 30 juli 2012
HB : 11,2. LED :41, Eritrosit : 4,2, lekosit : 8,4, hematrokit : 36,8 MCV : 87, MCH : 26,5,
MCHC : 30,4, RDW : 13,8, trombosit : 224, gol darah:B.

Pola kebiasaan dan gaya hidup


Diet makanan dan minuman kesukaan kuah plik dan the manis. Klien tidak merokok.
Waktu tidur siang dari jam 14.00 wib sampai dengan 15.00 wib waktu tidur malam dari
jam 21.30 sampai dengan 05.30 wib. Kegiatan sebelum tidur istirahat dirumah.

Penatalaksanaan
RL 20 tetes/menit, Metronidazol 1 fls/12 jam, Cefotaksim 1 grm/12 jam, Ranitidine 1
amp/8 jam. Asam mefenamat 3x1/hari, Metoclopamin 1 ampul/8 jam, Deksamethason 1
amp/8 jam, Ambroxol 3x1/hari, Oksigen terpasang 1-2 liter/menit.

Catatan Cerita
Data subjektif : klien mengatakan batuk berdahak berwarna putih kental, sesak (sulit
bernafas), klien mengatakan laregi terhadap udara dingin dan debu, klien mengatakan sulit
beraktivitas dan cepat lelah, Klien mengatakan betambah sesak jika melakukan aktivitas
yang agak berat. Klien mengatakan belum mengerti tentang penyakit yang sedang
dialaminya, Klien mengatakan belum pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya.
Data Objektif : selama penulis melakukan pengkajian pada klien Ny. M dengan bronchitis
selama 3 hari berturut-turut mulai tanggal 20 Juni 2012 sampai dengan 22 juni 2012, maka
data yang penulis dapatkan antara lain sebagai berikut :
keadaan umum lemah, napas cepat dan pendek (dispnea), menggunakan otot bantu (bahu)
saat bernapas, bunyi napas wheezing (mengi), secret berwarna putih dan kental, Respirasi
32x/menit, tekanan darah 110/80mmHg, nadi 90x/menit, temperature 370C, keadaan umum
lemah klien tampak cepat lelah jika melakukan aktifitas yang agak berat, aktifitas dibantu
oleh keluarga dan perawat, klien tampak bertanya tentang penyakitnya, klien belum pernah
dirawat sebelumnya.

B. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan hasil pengkajian maka penulis mengumpulkan data-data sebagai berikut :
1. Analisa Data
a. Data Subjektif : Klien mengatakan batuk berdahak berwarna putih dan kental, rasa
tertekan pada dada dan sulit bernapas (sesak). Data Objektif : klien tampak kesulitan
bernapas, napas cepat dan pendek, menggunakan otot bantu (bahu) saat bernapas, secret
berwarna putih dan kental, bunyi napas tidak normal (mengi), RR 32x/menit, nadi
90x/menit. Temperature 370C, tekanan darah 110/80 mmHg, Klien menggunakan oksigen
(1-2 liter), Masalah : tak efektif bersihan jalan nafas. Penyebab : Peningkatan produksi
secret
b. Data Subjektif : Klien mengatakan sulit beraktivtas. Data Objektif : keadaan umum
lemah, aktivitas dibantu keluarga seperti mandi, tampak cepat lelah dalam melakukan
aktifitas, klien menggunakan otot bantu (bahu) saat bernapas, klien sesak, infus terpasang
RL 20 tt/menit, oksigen terpasang 1-2 liter/menit. Masalah : Intoleransi aktivitas
Penyebab : sesak napas
c. Data Subjektif : klien mengatakan belum mengerti tentang penyakit yang dialaminya,
Data Objektif : klien tampak bertanya Tanya tentang penyakitnya, klien belum pernah
dirawat dirumah sakit sebelumnya. Masalah : kurang pengetahuan mengenai kondisi,
tindakan. Penyebab : keterbatasan kognitif dan kurang informasi.
d. Data subjektif : klien mengatakan batuk berdahak berwarna putih kental. Data Objektif :
secret berwarna putih dan kental, bunyi napas wheezing (mengi),klien alrgi udara dingin,
Klien menggunakan oksigen (1-2 liter), RR 32x/menit, nadi 90x/menit, temperature 370C,
tekanan darah 110/80 mmHg. Masalah : resiko tinggi infeksi. Penyebab : tidak
adekuatnya pertahanan utama.
2. Prioritas diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan pada klien dengan bronchitis pada kasus yang penulis rawat
antara lain :
a. Tak efektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan secret, sekresi kental
dan tertahan yang ditandai dengan klien sulit bernafas dan sering batuk.
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan sesak napas
c. Kurang pengetahuan mengenai kondisi tindakan berhubungan dengan keterbatasan
kognitif.
d. resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan utama, tidak
adekuatnya imunitas.

C. Perencanaan Asuhan Keperawatan


1. Tak efektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan secret.
Tujuan : Mempertahankan jalan nafas pasien. Mengeluarkan secret tanpa bantuan.
Kriteria hasil : mempertahankan jalan nafas paten dengan bunyi napas. Mis : batuk efektif
dan mengeluarkan sekret.

Intervensi/Rasional
Auskultasi bunyi napas. Catat adanya bunyi napas, mis mengi, krekels, ronki. Rasional :
beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan nafas dan dapat/tak
dimanifestasikan adanya bunyi napas adventisius, mis . penyebaran, krekels basah
(bronkitis) : bunyi napas redup dengan ekspirasi mengi. Kaji/pantau frekuensi pernapasan,
catat rasio inspirasi ekspirasi. Rasional : takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan
dapat ditemukan pada penerimaan atau selama stres/adanya proses infeksi akut.
Pernapasan dapat melambat dan frekuensi ekpirasi memanjang dibanding inspirasi. Catat
adanya/derajat dispnea, mis. Keluhan ”lapar udara” gelisah, ansietas, distres pernapasan,
penggunaan otot bantu. Rasional : disfungsi pernapasan adalah variabel yang tergantung
pada tahap proses kronis selain proses akut yang menimbulkan perawatan di rumah sakit,
mis infeksi, reaksi alergi. Kaji pasien untuk posisi yang nyaman, mis. Peninggian kepala
tempat tidur, duduk pada sandaran tempat tidur. Rasional : peninggian kepala tempat tidur
mempermudah fungsi pernapasan dengan menggunakan gravitasi. Pertahankan polusi
lingkungan minimum, mis : debu, asap dan bulu bantal yang berhubungan dengan kondisi
individu. Rasional : pencetus tipe reaksi alergi pernapasan yang dapat mentriger episode
akut. Dorong/bantu latihan nafas abdomen atau bibir. Rasional : memberikan pasien
beberapa cara untuk mengatasi dan mengontrol dispnea dan menurunkan jebakan udara.
Obsevasi karakteristik batuk, mis : menetap, batuk pendek, basah. Rasional : batuk dapat
menetap tetapi efektif, khususnya bila pasien lansia, sakit akut, atau kelemahan.
Tingkatkan masukan cairan sampai 3000 ml/hari sesuai toleransi jantung. Memberikan air
hangat. Rasional : Hidrasi membantu menurunkan kekentalan sekret, mempermudah
pengeluaran.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengansesak napas.
Tujuan : aktivitas klien terpenuhi. Kriteria Hasil : klien dapat beraktifitas seperti
biasanya.

Intervensi/Rasional
Tingkatkan tirah baring/duduk. Rasional : agar klien lebih mudah dalam beraktifitas.
Berikan lingkungan yang tenang pad aklien. Rasional : klien lebih mudah dalam
beristirahat. Gunakan perlengkapan khusus sesuai kebutuhan. Rasional : untuk
meningkatkan kemampuan dalam beraktifitas dengan aman. Bantu klien dalam melakukan
aktifitas sehar-hari. Rasional : untuk memudahkan klien beraktifitas.

Kolaborasi
Dalam pemberian obat-obatan/terapi medis. Rasional : memperbaiki keadaan umum.
3. Kurang pengetahuan mengenai kondisi tindakan berhubungan dengan keterbatasan
kognitif.
Tujuan : mampu pemahaman kondisi/proses penyakit dan tindakan. Kriteria Hasil :
menyatakan pemahaman kondisi/proses penyakit dan tindakan.

Intervensi/Rasional
Jelaskan penjelasan proses penyakit individu, dorong orang terdekat untuk menyatakan
pertanyaan. Rasional : menurunkan ansietas dan dapat menimbulkan perbaikan partisipasi
pada rencana pengobatan. Instruksikan rasional untuk latihan napas, batuk efektif dan
latihan kondisi umum. Rasional : napas bibir dan napas abdominal/disfragmatik individu
arti untuk mengontrol dispnea, altihan kondisi umu meningkat toleransi akitivtas.
Diskusikan obat pernapasan, efek samping , dan reaksi yang tak diinginkan. Rasional :
pasien ini sering mendapat obat pernapasan banyak sekaligus yang mempunyai efek
samping hamper sama dan potensial interaksi obat. Tinjukkan tehnik penggunaan dosis
inhaler seperti bagaimana memegang, interval semprotan 2-5 menit, bersihkan inhalel.
Rasional : pemberin yang tepat obat meningkatkan penggunaan dan keefektifan. Sistem
alat untuk mencatat obat interminten/penggunaan dosis dari obat kalau perlu. Anjurkan
menghindari agen sedative antiansieta kecuali diresepkan diberikan oleh dokter mengobati
kondisi pernapasan. Rasional : meskipun pasien mungkin gugup dan merasa perlu sedative
ini. Tekankan pentingnya perawatan oral/kebersihan gigi. Rasional : menurunkan
pertumbuhan bakteri pada mulut. Diskusikan pentingnya menghindari orang yang sedang
infeksi pernapasan aktif. Rasional : menurunkan pemajan dan insiden mendapatkan
infeksi saluran napas atas. Diskusikan factor individu yang meningkatkan kondisi mis.
Udara terlalu kering, angin, lingkungan dengan suhu ekstrem serbuk. Rasional : faktor
lingkungan ini dapat menimbulkan iritasi bronchial, produksi secret dan tambahan jalan
napas. Kaji efek bahaya meroko dan nesehatkan menghentikan merokok pada pasien dan
atau orang terdekat. Rasional : penghentian merokok dapat memperlambat kemajuan
PPOM. Berikan informasi tentang pembatasan aktivitas dan aktivitas pilihan dengan
periode istirahat untuk mencegah kelemahan. Rasional : mempunyai pengetahuan ini
dapat memampukan pasien untuk membuat pilihan/keputusan informasi untuk menurunkan
dispnea. Diskusikan pentingnya mengikuti perawatan medik, foto dada periodik. Rasional
: pengawasan proses penyakit untuk membuat program terapi untuk memenuhi perubahan
kebutuhan dan dapat membantu mencegah komplikasi. Kaji kebutuhan oksigen untuk
pasien yang pulang dengan oksigen tambahan. Rasional : menurnkan resiko kesalahan
penggunaan dan komplikasi lanjut. Anjurkan pasien terdekat dalam penggunaan oksigen
aman. Rasional : pasien ini dan orang terdekatnya dapat mengalami ansietas, depresi, dan
reaksi lain sesuai dengan penerimaan dengan penyakit kronis yang mempunyai dampak
pada pola hidup mereka. Rujuk untuk evaluasi keperawatan dirumah bila diindikasikan,
berikan rencana pengkajian detail dasar fisik untuk perawatan dirumah sesuai kebutuhan
pulang dari perawatan akut. Rasional : memberikan kelanjutan perawatan, dapat
membantu menurnukan frekuensi perawatan dirumah sakit.
4. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tidakadekuatnya pertahan utama
Tujuan : mengerti pemahamn penyebab/factor resiko infeksi, melakukan perubahan pola
hidup untuk meningkatkan lingkungan yang aman.

Intervensi/Rasional
Awasi suhu. Rasional : demam dapat terjadi karena dan/atau dehidrasi. Kaji pentingnya
latihan jalan napas, batuk efektif, perubahan posisi sering dan masukan adekuat. Rasional
: aktifitas ini meningkatkan pengeluaran secret untuk menurnukan resiko terjadinya infeksi
peru. Observasi warna, karakter, bau sputum. Rasional : secret berbau, kuning atau
kehijauan menunjukkan adanya infeksi paru. dapat menunjukan dan bantu pasien tentang
pembuangan tisu dan sputum. Rasional : mencegah penyebaran pathogen melalu cairan.
Awasi pengungjung berikan masker sesuai dengan indikasi. Rasional : menurunkan
potensial terpajan pada penyakit infeksius. Dorong keseimbangan antara aktifitas dengan
istirahat. Rasional : menurut konsumsi/kebutuhan keseimbangan oksigen dan
memperbaiki pertahanan pasien terhadap infeksi. Diskusikan kebutuhan masukan aktivitas
nutrisi adekuat. Rasional : malnutrisi dapat mempengaruhi kesehatan umum dan
menurunkan tahanan terhadap infeksi.

D. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan


1. Pelaksanaan tanggal 20 juni 2012
DX 1 Tak efektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan secret.

Implementasi Jam 10.00 WIB


Mengauskultasi bunyi napas. Mencatat adanya bunyi napas tambahan, Mengkaji frekuensi
pernapasan, Mencatat adanya/derajat dispnea, meninggikan kepala tempat tidur, mengatur
posisi semi fowler, Mempertahankan polusi lingkungan minimum, mis : debu, asap dan
bulu bantal, Mendorong/membantu latihan nafas abdomen atau bibir mengobsevasi
karakteristik batuk
Evaluasi
S : klien mengatakan batuk berdahak dan sesak. O : bunyi nafas wheezing, skret warna
putih dan kental, RR 32x/menit. Temperature 370C. tekanan darah 110/80 mmHg. Klien
mengikuti intrusi latihan napas dalam, karakteristik batuk berdahak A : Masalah belum
teratasi. P : perencanaan tidakan dilanjutkan.
DX 2 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan sesak napas

Implementasi Jam 11.30 WIB


Meningkatkan tirah baring/duduk, Memberikan lingkungan yang tenang pada klien.
Menggunakan perlengkapan khusus sesuai kebutuhan. Membantu klien dalam melakukan
aktifitas sehari-hari

Evaluasi
S : Klien mengatakan sulit beraktifitas. O : Aktifitas dibantu keluarga dan perawat,
keadaan umum lemah, klien sesak. A : masalah belum teratasi. P : perencanaan
dilanjutkan.
DX 3 Kurang pengetahuan mengenai kondisi tindakan berhubungan dengan keterbatasan
kognitif.

Implementasi Jam 13.00 WIB


Menjelaskan penjelasan proses penyakit individu, Menginstruksikan rasional untuk latihan
napas, batuk efektif dan latihan kondisi umum. Menekankan pentingnya perawatan
oral/kebersihan gigi. Mendiskusikan pentingnya menghindari orang yang sedang infeksi
pernapasan aktif. Mendiskusikan factor individu yang meningkatkan kondisi mis. Udara
terlalu kering, angin, lingkungan dengan suhu ekstrem serbuk.

Evaluasi
S : klien mengatakan belum mengerti tentang penyakitnya. O : klien dan keluarga tampak
masih bertanya tentang penyakitnya. A : masalah belum teratasi. P : intervensi dilanjutkan.
DX 4 Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tidakadekuatnya pertahan utama, tidak
adekuatnya imunitas.

Implementasi 14.30 WIB


Mengawasi suhu tubuh klien, mengobservasi warna karakter dan bau sputum, mengawasi
pengunjung yang mengunjung klien, mendorong klien untuk beraktivitas sesuai toleransi.

Evaluasi
S : klien mengatakan batuk berdahak. O : secret berwarna putih kental, Klien
menggunakan oksigen (1-2 liter), auskultasi paru : wheezing (mengi), RR 32x/menit, nadi
90x/menit. Temperature 370C, tekanan darah 110/80 mmHg. A : masalah belum teratasi. P
: intervensi dilanjutkan.
2. Implementasi Tanggal 21 Juni 2012
DX 1 Tak efektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan secret.

Implementasi 08.30 Wib


Mengauskultasi bunyi napas. Mencatat adanya bunyi napas tambahan, Mengkaji frekuensi
pernapasan, Mencatat adanya/derajat dispnea, meninggikan kepala tempat tidur, mengatur
posisi semi fowler, Mempertahankan polusi lingkungan minimum, mis : debu, asap dan
bulu bantal, Mendorong/membantu latihan nafas abdomen atau bibir mengobsevasi
karakteristik batuk.

Evaluasi
S : klien mengatakan batuk berkurang namun masih sesak (sulit bernapas). O : bunyi nafas
wheezing, skret warna putih dan kental, RR 28x/menit. Temperature 370C. tekanan darah
110/80 mmHg. A : Masalah belum teratasi. P : perencanaan tidakan dilanjutkan.
DX 2 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan sesak napas

Implementasi Jam 10.00 WIB


Meningkatkan tirah baring/duduk, Memberikan lingkungan yang tenang pada klien.
Menggunakan perlengkapan khusus sesuai kebutuhan. Membantu klien dalam melakukan
aktifitas sehari-hari.

Evaluasi
S : Klien mengatakan masih sulit beraktifitas. O : aktifitas dibantu keluarga dan perawat,
keadaan umum lemah, klien sesak. A : masalah belum teratasi. P : intervensi dilanjutkan.
DX 3 Kurang pengetahuan mengenai kondisi tindakan berhubungan dengan keterbatasan
kognitif.
Implementasi Jam 11.30 WIB
Menjelaskan penjelasan proses penyakit individu, Menginstruksikan rasional untuk latihan
napas, batuk efektif dan latihan kondisi umum. Menekankan pentingnya perawatan
oral/kebersihan gigi. Mendiskusikan pentingnya menghindari orang yang sedang infeksi
pernapasan aktif. Mendiskusikan factor individu yang meningkatkan kondisi mis. Udara
terlalu kering, angin, lingkungan dengan suhu ekstrem serbuk.

Evaluasi
S : klien mengatakan sudah mengerti tentang penyakitnya. O : klien bertanya dan
mendengarkan penjelasan tentang penyakitnya, klien dapat menjawab pertanyaan yang
diajukan setelah diberikan tindakan penyuluhan. A : masalah teratasi. P : intervensi
dihentikan.
DX 4 Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tidakadekuatnya pertahan utama, tidak
adekuatnya imunitas.

Implementasi Jam 13.00 WIB


Mengawasi suhu tubuh klien, mengobservasi warna karakterdan bau sputum, mengawasi
pengunjung yang mengunjung klien, mendorong klien untuk beraktivitas sesuai toleransi.

Evaluasi
S : klien mengatakan batuk berkurang dan sesak napas. O : secret berwarna putih kental,
Klien menggunakan oksigen (1-2 liter), auskultasi paru : mengi, RR 32x/menit, nadi
90x/menit. Temperature 370C, tekanan darah 110/80 mmHg. A : masalah belum teratasi. P
: intervensi dilanjutkan.

3. Implementasi Tanggal 22 Juni 2012


Tak efektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan secret.

Implementasi 08.30 Wib


Mengauskultasi bunyi napas. Mencatat adanya bunyi napas tambahan, Mengkaji frekuensi
pernapasan, Mencatat adanya/derajat dispnea, meninggikan kepala tempat tidur, mengatur
posisi semi fowler, Mempertahankan polusi lingkungan minimum, mis : debu, asap dan
bulu bantal, Mendorong/membantu latihan nafas abdomen atau bibir mengobsevasi
karakteristik batuk

Evaluasi
S : klien mengatakan batuk dan sesak dan sesak berkurang. O : dahak warna putih dan
kental, bunyi napas wheezing (mengi), RR 26x/menit. Temperature 370C. tekanan darah
110/80 mmHg. A : Masalah teratasi sebagian. P : perencanaan tidakan dilanjutkan.
DX 2 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan sesak napas.

Implementasi Jam 09.45 WIB


meningkatkan tirah baring/duduk. memberikan lingkungan yang tenang pad aklien.
menggunakan perlengkapan khusus sesuai kebutuhan. membantu klien dalam melakukan
aktifitas sehar-hari. Dalam pemberian obat-obatan/terapi medis.

Evaluasi
S : Klien mengatakan sudah mampu beraktifitas sedikit. O : aktifitas dibantu keluarga dan
perawat, keadaan umum lemah, sesak berkurang. A : masalah terasi sebagian. P :
perencanaan dilanjutkan.
DX 4 Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tidaka dekuatnya pertahan utama, tidak
adekuatnya imunitas.
Implementasi Jam 11.00 WIB
Mengawasi suhu tubuh klien, mengobservasi warna karakterdan bau sputum, mengawasi
pengunjung yang mengunjung klien, mendorong klien untuk beraktivitas sesuai toleransi.

Evaluasi
S : klien mengatakan batuk dan sesak napas berkurang . O : secret berwarna putih kental,
Klien menggunakan oksigen (1-2 liter), auskultasi paru : mengi, RR 26x/menit, nadi
90x/menit. Temperature 370C, tekanan darah 110/80 mmHg. A : resiko tidak terjadi. P :
intervensi dipertahankan.

BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis membahas tentang kesenjangan-kesenjangan yang penulis
dapat antara tinjauan teoritis dengan tinjaun kasus melalui proses asuhan keperawatan yang
diberikan kepada Ny. M dengan bronchitis selama 3 tiga hari yang penulis uraikan
berdasarkan pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi

A. Pengkajian
Pengkajian pada tinjauan teoristis didapatkan data-data pada klien bronchitis
sebagai berikut : keleithan, gelisah, insomnia, kelemahan umum/kehilangan massa otot,
peningkatan TD. Peningkatan frekuensi jantung/takikardia berat, disritmia. Distensi vena
leher (penyakit berat). Edema dependen, tidak berhubungan dengan penyakit jantung.
Bunyi jantung reduk, Warna kulit/membrane glukosa : normal atau abu-abu/sianosis : kuku
tabuh dan sianosis perifer. Pucat dapat menunjukkan anemia, ansietas, ketakutan, peka
rangsang, mual/muntah. Nafsu makan buruk/anoreksia, Ketidakmampuan untuk makan
karena distress pernafasan, Penurunan berat badan, turgor kulit buruk, edema dependen,
berkeringat, penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan melakukan aktivitas sehari-
hari, nafas pendek, rasa tertekan dada, ketidakmampuan untuk bernafas, Batuk menetap
dengan produksi sputum setiap hari, selama minimum 3 bulan berturut-turut tiap tahun
sedikitnya 2 tahun, produksi sputum, Lebih memilih posisi tiga titik (tripot) untuk bernapas
(khususnya dengan eksaserbasi akut bronchitis kronis). Penggunaan otot bantu pernapasan,
Bunyi napas mengi, Kesulitan bicara kalimat atau lebih dari 4 atau 5 sekaligus, Warna :
pucat dengan sianosis bibir dan dasar kuku, Riwayat reaksi alergi atau sensitive terhadap
zat/factor lingkungan, Penurunan libido, Keterbatasan mobilitas fisik, kesulitan
menghentikan merokok, penggunaan alkohol secara teratur.
Sedangkan pada tinjauan kasus berdasarkan pengkajian yang dilakukan pada Ny. M
dengan bronchitis penulis mendapakan beberapa data baik data subjektif maupun data
objektif yaitu Klien mengatakan batuk berdahak berwarna putih dan kental, rasa tertekan
pada dada dan sulit bernapas (sesak). Klien mengatakan sulit beraktivtas, klien mengatakan
belum mengerti tentang penyakit yang dialaminya. klien tampak kesulitan bernapas, napas
cepat dan pendek, menggunakan otot bantu (bahu) saat bernapas, secret berwarna putih dan
kental, bunyi napas tidak normal (mengi), RR 32x/menit, nadi 90x/menit. Temperature
370C, tekanan darah 110/80 mmHg, Klien menggunakan oksigen (1-2 liter). keadaan
umum lemah, aktivitas dibantu keluarga seperti mandi, tampak cepat lelah dalam
melakukan aktifitas, klien menggunakan otot bantu (bahu) saat bernapas, klien sesak, klien
alrgi udara dingin, klien tampak bertanya Tanya tentang penyakitnya, klien belum pernah
dirawat dirumah sakit sebelumnya.
Perbedaan antara pengkajian tinjauan pada tinjauan teoritis yang dikemukakan oleh
doengoes (2000) dan tinjuan kasus pada klien Ny. M dengan bronchitis adalah tidak
didapatkan data pada Ny. M dengan bronchitis seperti cemas tetapi hanya didapatkan data
yang menunjukkan bahwa klien kurang pengetahuan yang ditandai dengan keluhan Klien
dan keluarga belum mengerti tentang penyakit yang sedang dialaminya. Dan tidak
ditemukan data Kesulitan bicara kalimat atau lebih dari 4 atau 5 sekaligus pada tinjauan
kasus karena penulis menilai klien dapat berbicara dengan menggabungkan beberapa
kalimat untuk menjawab beberapa pertanyaan mengenai gejala-gejala klinis yang di alami
oleh klien. peningkatan TD dan peningkatan frekuensi jantung tidak penulis temukan pada
tinjauan kasus Ny. M dengan bronchitis hal ini dibuktikan oleh pada pemeriksaan umum
penulis menemukan bahwa tekanan darah klien adalah 110/80mmHg dan pada
pemeriksaan jantung penulis menemukan Polsus apical rate regular (teratur) dengan nadi
kiri 90x/menit, auskultasi jantung tidak ada oedema, perfusi kulit hangat Dan kesulitan
menghentikan merokok, penggunaan alkohol secara teratur pada riwayat penyakit klien
justru didapakan data bahwa klien sama sekali tidak pernah merokok dan minum alkohol
akan tetapi klien tinggal dilingkungan yang mayoritas penduduknya adalah perokok dan
hal ini mempunyai pengaruh yang sangat buruk terhadap kesehatan klien seperti yang kita
ketahui bahwa perokok pasif lebih rentan menderita penyakit akibat dari pada rokok
tersebut.

B. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang terdapat pada tinjauan teoritis adalah Takefektif
bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi secret, bronkospasme,
sekresi tertahan, tebal, kelemahan. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan
gangguan suplai oksigen (obstruksi jalan napas oleh sekresi, spasme kerusakan alveoli)
ditandai dengan dispnea, bingung, gelisah, ketidakmampuan membuang secret. Perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan efek samping obat, anoreksia,
mual/muntah. Ditandai dengan penurunan berat badan. Resiko tinggi infeksi berhubungan
dengan tidakadekuatnya pertahan utama, tidak adekuatnya imunitas. Kurang pengetahuan,
kondisi tindakan berhubungan dengan kurang informasi/tidak mengenal sumber informasi.
Diagnosa keperawatan yang muncul atau penulis tegakkan pada tinjauan kasus klien
Ny. M adalah Tak efektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan sekret,
sekresi kental dan tertahan yang ditandai dengan klien sulit bernafas dan sering batuk.
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik yang ditandai dengan klien sulit
beraktivitas, aktivitas dibantu. Kurang pengetahuan mengenai kondisi tindakan
berhubungan dengan keterbatasan kognitif. resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tidak
adekuatnya pertahanan utama, tidak adekuatnya imunitas.
Perbedaan antara tinjauan teoritis yang dkemukakan oleh Doengoes (2000) dan
tinjauan kasus pada Ny. M dengan bronchitis yaitu tidak timbul/tidak penulis angkat salah
satu diagnosa yang dikemukakan oleh Doengoes (2000) pada tinjauan kasus pada Ny. M
dengan bronchitis yaitu diagnosa Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan
suplai oksigen (obstruksi jalan napas oleh sekresi, spasme kerusakan alveoli). Diagnosa
tersebut tidak penulis tegakkan karena penulis tidak menemukan data pemeriksaan
penunjang laboratorium yang mendukung yaitu pemeriksaan AGD atau tidak dilakukan
pemeriksaan tersebut karena terbatasnya alat dan fasilitas laboratorium di rumah sakit
umum cut meutia atau lokasi tempat penulis lakukan penelitian tersebut.

C. Perencanaan asuhan keperawatan


Secara umum perencanaan keperawatan pada tinjauan kasus dengan tinjauan teoritis
adalah sama. Dimana perencanaan asuhan keperawatan bertujuan untuk mengembalikan
bersihan nafas, aktivitas dapat dipenuhi, menyatakan pemahaman kondisi/proses penyakit
dan tindakan dan infeksi tidak terjadi.
Perencanaan asuhan keperawatan tersebut telah disesuaikan dengan prioritas masalah
untuk memenuhi kebutuhan klien Ny. M dengan bronchitis selama dirawat di Rumah Sakit
Umum Daerah Cut Mutia Kabupaten Aceh Utara yang dilakukan selama 3 hari berturut-
turut oleh penulis.
Adapun intervensi yang telah penulis rencanakan pada klien Ny. M untuk diagnosa
Tak efektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan secret, sekresi kental dan
tertahan yang ditandai dengan klien sulit bernafas dan sering batuk. Bertujuan untuk
Mempertahankan jalan nafas pasien. Mengeluarkan secret tanpa bantuan dan
mengharapkan klien mampu mempertahankan jalan nafas paten dengan bunyi napas. Mis :
batuk efektif dan mengeluarkan sekret. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
kelemahan fisik yang ditandai dengan klien sulit beraktivitas, aktivitas dibantu bertujuan
untuk memenuhi aktivitas klien Dengan kriteria setelah pelaksanaan klien sudah dapat
beraktifitas seprti biasanya. Kurang pengetahuan mengenai kondisi tindakan berhubungan
dengan keterbatasan kognitif dengan tujuan klien mampu memahami kondisi/proses
penyakit dan tindakan yang diberikan dan mengharapkan stelah pelaksanaan klien
menyatakan pemahaman kondisi/proses penyakit dan tindakan. Resiko tinggi infeksi
berhubungan dengan tidakadekuatnya pertahan utama Bertujuan agar pasien mengerti
pemahaman penyebab/factor resiko infeksi, melakukan perubahan pola hidup untuk
meningkatkan lingkungan yang aman.

D. Pelaksanaan keperawatan
Pelaksanaan tindakan perawatan pada klien Ny. M dengan bronchitis terutama
ditujukan untuk mengatasi. Diagnosa keperawatan 1 : takefektif bersihan jalan nafas.
Menginstruksikan klien agar nafas dalam dan perlahan sambil duduk setegak mungkin,
menginstruksikan klien agar tarik nafas dan tahan selama 3-5 setik dan hembuskan secara
perlahan melalui mulut, menganjurkan klien untuk menggunakan nafas diafragmatik,
mengajarkan klien untuk batuk efektif. Diagnosa keperawatan 2 : Intoleransi aktivitas
berhubungan dengan sesak napas. Menciptakan suasana/lingkungan yang tenang,
membantu klien dalam melakukan aktifitas yaitu membantu klien berjalan kekamar mandi,
menganjurkan klien untuk menggunakan perlengkapan khusus sesuai kebutuhan. Diagnosa
keperawatan 3 : kurang pengetahuan mengenai kondisi, tindakan, menjelaskan proses
penyakit individu, mengintruksikan untuk latihan nafas dalam, mendiskusikan obat
pernafasan, efek samping dan reaksi yang tak di inginkan. Diagnosa keperawatan 4 : resiko
tinggi infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan utama, tidak adekuatnya
imunitas, Mengawasi suhu tubuh klien, mengobservasi warna karakterdan bau sputum,
mengawasi pengunjung yang mengunjung klien, mendorong klien untuk beraktivitas sesuai
toleransi.

E. Evaluasi
Dari hasil evaluasi yang dialkukan setiap hari untuk mengetahui berhasil tidaknya
pemecahan masalah, ternyata hasilnya semua masalah pada klien Ny. M dengan bronchitis
tidak teratasi atau teratasi sebagaian. Adapun masalah yang telah teratasi seperti Kurang
pengetahuan mengenai kondisi tindakan berhubungan dengan keterbatasan kognitif dengan
kriteria hasil klien dan keluarga menyatakan pemahamannya terhadap penyakit yang
diderita klien.
Masalah yang belum teratasi atau pun tertasi sebagian adalah Tak efektif bersihan
jalan nafas berhubungan dengan peningkatan secret, sekresi kental dan tertahan yang
ditandai dengan klien sulit bernafas dan sering batuk. Intoleransi aktivitas berhubungan
dengan kelemahan fisik yang ditandai dengan klien sulit beraktivitas, aktivitas dibantu.
Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tidakadekuatnya pertahan utama, tidak
adekuatnya imunitas. Hal yang menyebabkan beberapa diagnosa belum teratasi atau
teratasi sebagian karena terbatasnya waktu bagi penulis dan kemudian penulis
menunjukkan perawat ruangan wanita di rumah sakit umum cut meutia untuk melanjutkan
rencana keperawatan yang telah penulis susun berdasarkan prioritas masalah klien.

Baca Juga Askep Asma lengkap Contoh Kasus

BAB V
PENUTUP
Pada bab ini penulis akan meringkaskan berupa kesimpulan dari keseluruhan isi
Bab I sampai dengan Bab IV dan memberikan saran kepada semua pihak yang terlibat
dalam proses asuhan keperawatan yang penulis berikan pada klien Ny. M dengan
bronchitis diruang perawatan wanita Rumah Sakit Umum Daerah Cut Mutia selama 3 hari
mulai tanggal 20 sampai dengan 22 Juni 2012.

A. Kesimpulan
1. Pengkajian pada klien Ny. M dengan bronchitis jika dibandingkan dengan pengkajian pada
tinjaun teoritis penulis mendapatkan hasil yang sedikit berbeda antara tinjauan teoritis dan
tinjauan kasus.
2. Diagnosa keperawatan yang muncul pada tinjauan kasus klien Ny. M dengan bronchitis
terdapat satu diagnosa pada tinjauan teori yang tidak ditegakkan pada tinjauan kasus klien
Ny. M dengan bronchitis.
3. Intervensi yang penulis rencanakan kepada Ny. M dengan bronchitis berdasarkan prioritas
masalah keperawatan, dimana masalah aktual yang lebih diprioritaskan dan berpodoman
kepada tinjauan teoritis.
4. Implementasi keperawatan yang penulis lakukan terhadap Ny. M dengan bronchitis
berdasarkan rencana tindakan yang telah penulis intervensikan namun tidak semua dapat
terlaksanakan karena faktor eksternal dan faktor internal seperti kurang atau terbatasnya
waktu dan instrument di rumah sakit tersebut.
5. Evaluasi tahap akhir pada klien Ny. M dengan bronchitis terdapat satu masalah yang
teratasi dan tiga masalah yang belum teratasi sepenuhnya atau teratasi sebagian.

B. Saran-saran
1 Bagi klien dengan masalah kesehatan bronchitis hendaknya untuk meningktkan perhatian
terhadap kondisi lingkungan yang aman bagi klien seperti kebersihan lingkungan terhadap
debu.
2 Penulis hendaknya meningkatkan kulitas literatur Bab I dan Bab II dengan referensi buku
terbaru.
3 Profesi perawat dan Perawat pemberi asuhan keperawatan khususnya masalah kesehatan
klien dengan bronkitis hendakanya sangat memperhatikan kondisi lingkungan klien,
sterilisasi instrument dan tindakan untuk menghindari resiko terjadinya komplikasi yang
serius.
4 Pihak rumah sakit khususnya Rumah Sakit Umum Daerah Cut Mutia untuk meningkatkan
fasilitas kebutuhan klien dan kebutuhan tenaga medis dan para medis seperti kelengkapan
ruangan rawat inap, instrument laboratorium dan fisioterapi.
5 Pihak Akademi Kesehatan Pemerintah kabupaten aceh utara untuk menigkatkan fasilitas
pada laboratorium dan perpustakaan dengan memperhatikan buku-buku yang terdapat pada
perpustakaan tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Aritonang, S. (2010). Bronchitis. www.scribd.com/doc. Diakses tanggal 08 Agustus 2012.

Corwin, E.J. (2008). Buku Saku Patofisiologi. Alih bahasa : Nike, B. Editor edisi bahasa
indonesia : Yuda, E.K, et All.Edisi 3 EGC. Jakarta.

Djojodibroto, D. (2009). Respirologi, respirstory medicine. Editor Istia & Diana. Jakarta :
EGC .
Doengoes, E.M. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi ke tiga. Jakarta : EGC.

Groshan, F. (2011). Bronchitis dan efek. www.gold3ds.org/id. Di akses tanggal 25 Juli


2012.

Indrawati (2010). Penatalaksanaan terapi pada bronchitis akut. Jurnal ilmiah di persentasikan
pada tahun 2010.

Netinna, S.M. (2001). Pedoman praktik keperawatan, Alih Bahasa Monica, E. Jakarta
:EGC.

Rekam Medis RSCM . (2012). Prevalensi penderita brokitis tahun 2010, 2011 dan 2012.

Somantri, I. (2007)keperawatan medikal bedah; asuhan keperawatan pada pasien dengan


gangguan sistem pernapasan.

Anda mungkin juga menyukai