Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Usia lanjut merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Secara biologis usia lanjut
mengalami proses penuaan secara terus menerus, yang ditandai dengan menurunnya daya tahan
fisik yaitu semakin rentannya terhadap serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian.
Hal ini disebabkan terjadinya perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sitem
organ. Ketergantungan lanjut usia disebabkan kondisi orang lanjut usia banyak mengalami
kemunduran fisik maupun psikis, artinya mereka mengalami perkembangan dalam bentuk
perubahan-perubahan yang mengarah pada perubahan yang negatif.

Secara umum kemunduran fisik lansia terlihat dari perubahan penampilannya, seperti
wajah keriput, kulit mengendur, pucat pasi, badan mulai membongkok , rambut beruban, dan
yang biasanya kita lihat adalah pipi pada lansia mulai mengempot, seiring jumlah gigi yang ada
di dalam mulutnya semakin habis.

Dalam makalah kami akan membahas lebih jauh mengenai gigi pada lansia, seperti struktur gigi
pada lansia, penyebab-penyebab penurunan fungsi pada gigi lansia dan cara perawatan gigi pada
lansia

B. TUJUAN

Makalah ini saya susun untuk memenuhi tugas dari mata kuliah psikologi perkembangan
dewasa dan lansia. Selain itu dengan pembuatan makalah ini, diharapkan dapat membantu saya
untuk mengerti lebih jauh perubahan- perubahan apa saja yang terjadi pada masa lansia
khususnya fisik. Sehingga makalah ini juga dapat saya pergunakan sebagai tambahan ilmu. Dari
proses pengumpulan bahan, saya jadi dapat mengetahui hal-hal apa saja yang berhubungan
dengan gigi lansia.
BAB II

PEMBAHASAN

A. DASAR TEORI LANSIA

a. Pengertian

Dalam mendefinisikan batasan penduduk lanjut usia menurut Badan Koordinasi Keluarga
Berencana Nasional ada tiga aspek yang perlu dipertimbangkan yaitu aspek biologi, aspek ekonomi dan
aspek sosial (BKKBN 1998). Menurut Bernice Neugarten (1968) masa tua adalah suatu masa dimana
orang dapat merasa puas dengan keberhasilannya. Hal ini tidak berlaku pada semua orang. Pada orang
lain, periode ini adalah permulaan kemunduran. Usia tua dipandang sebagai masa kemunduran, masa
kelemahan manusiawi dan sosial sangat tersebar luas dewasa ini. Pandangan ini tidak memperhitungkan
bahwa kelompok lanjut usia bukanlah kelompok orang yang homogen . Usia tua dialami dengan cara
yang berbeda-beda. Ada orang berusia lanjut yang mampu melihat arti penting usia tua dalam konteks
eksistensi manusia, yaitu sebagai masa hidup yang memberi mereka kesempatan-kesempatan untuk
tumbuh berkembang, bertekad, dan berbakti. Ada juga lanjut usia yang memandang usia tua dengan
sikap-sikap yang berkisar antara kepasrahan yang pasif, pemberontakan, penolakan, dan keputusasaan,

Disamping itu untuk mendefinisikan usia lanjut dapat ditinjau dari pendekatan kronologis. Usia
kronologis merupakan usia seseorang ditinjau dari hitungan umur dalam angka. Dari berbagai aspek
pengelompokan lanjut usia yang paling mudah digunakan adalah usia kronologis, karena batasan usia ini
mudah untuk diimplementasikan, karena informasi tentang usia hampir selalu tersedia pada berbagai
sumber data kependudukan.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggolongkan lanjut usia menjadi 4 yaitu : Usia pertengahan
(middle age) 45 -59 tahun, Lanjut usia (elderly) 60 -74 tahun, lanjut usia tua (old) 75 – 90 tahun dan usia
sangat tua (very old) diatas 90 tahun. Orang yang berhubungan dengan lanjut usia adalah orang yang
berusia 56 tahun ke atas, tidak mempunyai penghasilan dan tidak berdaya mencari nafkah untuk
keperluan pokok bagi kehidupannya sehari-hari. Saparinah ( 1983) berpendapat bahwa pada usia
55 sampai 65 tahun merupakan kelompok umur yang mencapai tahap praenisium pada tahap ini
akan mengalami berbagai penurunan daya tahan tubuh/kesehatan dan berbagai tekanan
psikologis. Dengan demikian akan timbul perubahan-perubahan dalam hidupnya. Demikian juga
batasan lanjut usia yang tercantum dalam Undang-Undang No.4 tahun 1965 tentang pemberian
bantuan penghidupan orang jompo, bahwa yang berhak mendapatkan bantuan adalah mereka
yang berusia 56 tahun ke atas. Dengan demikian dalam undang-undang tersebut menyatakan
bahwa lanjut usia adalah yang berumur 56 tahun ke atas.

b. PENUAAN

Menua, menjadi tua adalah proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan


jaringan untuk memperbaiki diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga
tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita.
Menurut teori Jam genetik (genetic clock), menua telah terprogram secara genetik untuk jenis
makhluk tertentu, di dalam inti selnya yang telah diputar menurut suatu siklus hidup sel. Secara
teoritis jam tersebut dapat diputar lebih lama, dengan pengaruh luar berupa peningkatan
kesehatan, pencegahan penyakit, obat-obatan atau tindakan-tindakan medis tertentu. Telah
diketahui rentang hidup banyak makhluk, diantaranya Bulus 170 tahun, Manusia 116 tahun,
Kucing 30 tahun, Anjing 27 tahun, Sapi 20 tahun, Lalat 70 hari, dan sebagainya.

Proses penuaan dipicu oleh laju peningkatan radikal bebas dan sistem penawar racun
yang semakin berubah seiring berjalannya usia. Faktor-faktor proses penuaan ;

 faktor genetik: penuaan diri, risiko penyakit, intelegensia, pharmakogenetik, warna kulit,
dan tipe atau kepribadian seseorang.

 faktor endogenik: perubahan struktural dan penurunan fungsional, kemampuan, daya


adaptasi, dan kapasitas kulit unuk mensintesis vitamin D.

 faktor eksogenik (faktor lingkungan dan gaya hidup) yang akan mempengaruhi kesepatan
proses penuaan: diet/asupan zat gizi, merokok, tingkat polusi, pendidikan, obat, dan
penyinaran sinar ultraviolet.
Penuaan diri dapat dikendalikan dengan cara berikut:

 meningkatkan kualitas hidup lansia, mencegah apa yang dapat dicegah, mengontrol,
menunda, dan memperbaiki apa yang tidak dapat dicegah.

 Memperbaiki gaya hidup dengan mengkombinasikan diet, aktivitas fisik, terapi medis,
dan farmakologis.

Kecanggihan tekhnologi kedokteran dalam mengendalikan proses penuaan seperti bedah


kosmetik, terapi hormon dan rekayasa genetika mempunyai nilai positif dan negatif yang harus
dipertimbangkan. Rahasia tetap muda dengan kesehatan fisik dan mental yang prima hanya
didapat dengan menerapkan gaya hidup sehat sedini mungkin. Faktor Kesehatan meliputi
keadaan fisik dan keadaan psikis lanjut usia. Faktor kesehatan fisik meliputi kondisi fisik lanjut
usia dan daya tahan fisik terhadap serangan penyakit. Faktor kesehatan psikis meliputi
penyesuaian terhadap kondisi lanjut usia.Faktor kesehatan meliputi keadaan fisik dan keadaan
psikis lanjut usia. Keadaan fisik merupakan faktor utama dari kegelisahan manusia. Kekuatan
fisik, pancaindera, potensi dan kapasitas intelektual mulai menurun pada tahap-tahap tertentu.
Dengan demikian orang lanjut usia harus menyesuaikan diri kembali dengan ketidak
berdayaannya.

Kemunduran fisik ditandai dengan beberapa serangan penyakit seperti gangguan pada
sirkulasi darah, persendian, sistem pernafasan, neurologik, metabolik, neoplasma dan mental.
Akibatnya keluhan yang sering terjadi adalah mudah letih, mudah lupa, gangguan saluran
pencernaan, saluran kencing, fungsi indra dan menurunnya konsentrasi. Hal ini sesuai dengan
pendapat Joseph J. Gallo (1998) mengatakan untuk mengkaji fisik pada orang lanjut usia harus
dipertimbangkan keberadaannya seperti menurunnya pendengaran, penglihatan, gerakan yang
terbatas, dan waktu respon yang lamban. Pada umumnya pada masa lanjut usia ini orang
mengalami penurunan fungsi kognitif dan psikomotorik. Fungsi kognitif meliputi proses belajar,
persepsi pemahaman, pengertian, perhatian dan lain-lain yang menyebabkan reaksi dan perilaku
lanjut usia menjadi semakin lambat. Fungsi psikomotorik meliputi hal-hal yang berhubungan
dengan dorongan kehendak seperti gerakan, tindakan, koordinasi yang berakibat bahwa lanjut
usia kurang cekatan.

PERMASALAHAN PADA LANSIA

Masalah kesehatan mental pada lansia dapat berasal dari 4 aspek yaitu fisik, psikologik,
sosial dan ekonomi. Masalah tersebut dapat berupa emosi labil, mudah tersinggung, gampang
merasa dilecehkan, kecewa, tidak bahagia, perasaan kehilangan, dan tidak berguna. Lansia
dengan problem tersebut menjadi rentan mengalami gangguan psikiatrik seperti depresi, ansietas
(kecemasan), psikosis (kegilaan) atau kecanduan obat. Pada umumnya masalah kesehatan mental
lansia adalah masalah penyesuaian. Penyesuaian tersebut karena adanya perubahan dari keadaan
sebelumnya (fisik masih kuat, bekerja dan berpenghasilan) menjadi kemunduran. Lansia juga
identik dengan menurunnya daya tahan tubuh dan mengalami berbagai macam penyakit.

Lansia akan memerlukan obat yang jumlah atau macamnya tergantung dari penyakit yang
diderita. Semakin banyak penyakit pada lansia, semakin banyak jenis obat yang diperlukan.
Banyaknya jenis obat akan menimbulkan masalah antara lain kemungkinan memerlukan ketaatan
atau menimbulkan kebingungan dalam menggunakan atau cara minum obat. Disamping itu dapat
meningkatkan resiko efek samping obat atau interaksi obat. Pemberian nutrisi yang baik dan
cukup sangat diperlukan lansia. Hal tersebut dilakukan dengan pertimbangan bahwa lansia
memerlukan nutrisi yang adekuat untuk mendukung dan mempertahankan kesehatan. Beberapa
faktor yang mempengaruhi kebutuhan gizi antara lain: berkurangnya kemampuan mencerna
makanan, berkurangnya cita rasa, dan faktor penyerapan makanan.

Dengan adanya penurunan kesehatan dan keterbatasan fisik maka diperlukan perawatan
sehari-hari yang cukup. Perawatan tersebut dimaksudkan agar lansia mampu mandiri atau
mendapat bantuan yang minimal. Perawatan yang diberikan berupa kebersihan perorangan
seperti kebersihan gigi dan mulut, kebersihan kulit dan badan serta rambut. Selain itu pemberian
informasi pelayanan kesehatan yang memadai juga sangat diperlukan bagi lansia agar dapat
mendapatkan pelayanan kesehatan yang memadai. Masalah kesehatan pada penduduk lanjut usia
bervariasi, baik dari segi proses fisiologis maupun patologi kerentanan terhadap penyakit kronis
dan infeksi akut akan meningkat sejalan dengan proses penuaan – keadaan ini diperparah oleh
menurunnya sistem pertahanan tubuh. Kesehatan dan fungsi rongga mulut umumnya mengalami
kemunduran dengan berlangsungnya penuaan. Meski demikian, faktor usia saja belum tentu
menimbulkan kondisi patologis pada rongga mulut ataupun kesehatan umum.

A. CONTOH KASUS

Seorang kakek, sebut saja namanya pak Kirman. Pak Kirman berusia 68 tahun. Kini
hidup dalam kondisi fisik yang sudah rapuh. Banyak penyakit yang bersarang dalam tubuhnya.
Selain dari penyakit yang bersarang di tubuhnya, salah satu hal yang paling mencolok dari
kondisi fisiknya adalah kondisi mulutnya. Kini gigi yang dimiliki beliau hanya tinggal dua dan
menyebabkan pipi nya terlihat kempot. Gigi-gigi beliau yang lainnya sudah tanggal. Ketanggalan
giginya tersebut disebabkan oleh berbagai faktor. Salah satu penyebabnya adalah karena pada
semasa mudanya, beliau suka merokok, sering memakan makanan yang manis-manis, jarang
sikat gigi, dll..

B. ANALISIS KASUS GIGI

 Identifikasi dan Klasifikasi Gigi

Gigi manusia pada umumnya terdiri dari 2 jenis:

 Gigi decidui/gigi susu/gigi sementara/temporary teeth

 Gigi permanen/tetap

Setiap manusia, pada umumnya mempunyai gigi permanen sebanyak 32 buah:

 16 gigi tertanam pada rahang atas (maxilla)

 16 gigi tertanam pada rahang bawah (mandibula)


Setiap rahang terdiri dari dua kelompok gigi yang dinamakan:

 Kelompok gigi depan (anterior), yang terdiri dari 2 gigi seri tengah = central

incisors = incisivius centralis; 2 gigi seri samping = lateral incisors = incisivius lateralis; dan 2
gigi taring = cuspids = caninus.

 Kelompok gigi belakang (posterior), yang terdiri dari 4 gigi geraham kecil = bicuspids =
premolar; dan 6 gigi geraham besar = molar.

 Fungsi Gigi

Fungsi gigi bermacam-macam, tergantung pada ukuran, serta lokasi dalam rahang. Tiga
fungsi dasar gigi adalah: memotong, memegang, serta memegang dan menggiling. Selain dari
tiga fungsi dasar tadi, masih ada beberapa fungsi gigi lainnya, yaitu untuk memproduksi dan
mempertahankan suara atau bunyi, untuk estetik, untuk melindungi jaringan-jaringan
penanamnya, untuk mempertahankan jaringan penyangga agar tetap dalam kondisi baik dan
terikat erat dalam lengkung gigi serta membantu dalam perkembangan dan perlindungan dari
jaringan-jaringan yang menyangganya.

 Struktur Susunan

Struktur susunan gigi manusia terdiri dari:

1. Enamel/email, yaitu permukaan luar dari anatomical crown. Enamel adalah jaringan
yang terpadat dan terkeras dari tubuh manusia. Enamel tidak mempunyai kemampuan
untuk menggantikan bagian-bagian yang rusak.

2. Dentin, merupakan bentuk pokok dari gigi. Pada crown, dentin diliputi oleh jaringan
enamel dan pada radix diliputi oleh jaringan cementum. Dentin merupakan bagian
terbesar dari gigi dan merupakan dinding yang membatasi dan melindungi rongga yang
berisi jaringan pulpa. Dentin lebih lunak dari enamel tetapi lebih keras dari cementum
atau tulang. Dentin dan cementum mempunyai hubungan dengan jaringan-jaringan yang
ada dalam rahang dan gusi sehingga bila rusak, mempunyai kemampuan untuk
tumbuh/memperbaiki sendiri. Dentin yang baru disebut secondary dentin.

3. Cementum, merupakan suatu zat yang menyerupai tulang. Cementum berfungsi sebagai
perlekatan antara gigi dan tulang alveolar. Tidak setebal atau sekeras enamel atau dentin
tetapi sepadat tulang.

4. Jaringan pulpa, jaringan lunak yang terdapat dalam rongga pulpa sampai foramen
apikal. Jaringan pulpa mengandung bahan dasar, bahan perekat, sel syaraf, jaringan ikat,
pembuluh limfe, vena, dan pembuluh darah. Jaringan pulpa terdapat dalam rongga pulpa
yang terdiri dari:

a. Pulpa horn/tanduk pulpa, yaitu ujung ruang pulpa

b. Pulpa chamber/pulpa kamar/ruang pulpa, yaitu ruang pulpa di dalam crown.

c. Pulpa canal/saluran pipa, yaitu saluran di akar gigi.

d. Foramen apikal, yaitu lubang di apex gigi tempat keluarnya jaringan pulpa yang ada di
akar ke tulang rahang.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Gangguan yang terjadi pada gigi lansia memanglah alamiah terjadi. Namun kita tidak
bisa meremehkan begitu saja. Semua dapat diatasi dengan baik apabila kita mau mencegah dan
merawat dari sejak dini. Agar kelak saat kita menginjak lanjut usia, kita dapat menjaga
penampilan kita agar tetap baik.

B. SARAN

Adapun saran-saran yang dapat kami beri agar dapat mencegah gigi ”ompong” adalah
sebagai berikut :

* Hindari terlalu banyak makanan manis yang mudah melekat pada gigi atau makanan asam.

*Kurangi kebiasaan ngemil di antara waktu makan. Sebaliknya, perbanyak mengonsumsi


makanan berserat.

*Berhenti merokok karena rokok akan memperburuk keadaan dan warna gigi. *Hentikan
kebiasaan menggunakan tusuk gigi.

*Gantikan dengan benang gigi (dental floss). Benang gigi lebih efektif membersihkan kotoran
atau sisa makanan di sela-sela gigi.
*Usahakan selalu mengunyah pada kedua sisi rahang agar pemakaian gigi seimbang. *Bersihkan
mulut dan gigi dengan berkumur. Adakalanya membuang kotoran pada gigi bisa dibantu dengan
menggerakkan otot lidah, bibir, dan pipi.

*Menggosok gigi sehabis makan dan sebelum tidur merupakan kebiasaan baik. *Kunjungi dokter
gigi setiap 3 - 6 bulan untuk mengontrolkan gigi.

*Tidak sembarangan minum obat untuk menyelesaikan/menghentikan masalah gigi.


Berkonsultasilah terlebih dahulu. Selain itu meminum obat tidak akan menyelesaikan masalah
karena penyebab utamanya belum diatasi sehingga sakinya kemingkinan akan timbul kembali
bahkan menjadi lebih parah.

Gangguan pada gigi memang tampak ringan dan sepele. Namun, hal-hal kecil bisa saja
menyebabkan gigi copot dan membuat gigi ompong. Maka dari itu, merawat gigi sebaik-baiknya
merupakan perilaku sehat yang perlu dipelihara.

Anda mungkin juga menyukai