1. KONJUNGTIVITIS VERNAL
Definisi : radang konjungtiva yang bersifat bilateral dan rekuren, akibat reaksi
hipersensitivtas tipe 1
Etiologi : riwayat atopi, riwayat asma, dipengaruhi musim tertentu, dermatitis
Klasifikasi : Tipe palpebral dan tipe limbus
Gejala :
o Mata merah / kecoklatan (hiperpigmentasi)
o Gatal
o Bilateral
o Discharge tebal
Tanda :
o Papil besar cabble stone di conjungtiva tarsalis, ada shield ulcer (membrane
bowman yang terlapisi mucus dan kalsium fosfat menyebabkan defek epitel)
o Horner trantas dots di limbus kornea (berisi eusinofil dan debris epitel)
1
Fotofobia - +
Pupil normal Miosis : keratitis, uveitis
anterior
Midriasis : glaucoma
Asal Konjungtiva posterior Cilliaris anterior
2
Flu like - - + -
syndrome
Hiperemi + + + +
Kemosis + - - +
Pseudomembran + - - -
Papil + - - +
Folikel - + + -
Pannus Pada - - -
trachoma
Terapi :
o Antihistamin : olopatadine 0,1 % ED, 2 dd gtt 1
o Mast cell stabilizer : Na kromolin 2 % ED, 4 dd gtt 1-2
o Steroid (ada ulkus) : prednisolone acetat 1 % ED, 4-6 dd gtt 1
o Topikal antibiotik : trimethoprim/polymyxin B ED, 4 dd gtt 1 (jika ada tanda-
tanda infeksi bakteri)
o Artifical tears ED, 4 dd gtt 1
o Kompres air dingin agar vasokonstriksi pembuluh darah
o Hindari allergen, pakai kacamata / topi jika alergi terhadap sinar matahari
o Edukasi pasien : bisa kambuh
2. KERATITIS
Definisi : peradangan pada kornea mata
Etiologi :
o Infeksi (bakteri, virus, jamur
o Non infeksi (trauma, alergi)
3
Patogenesis dan patofisiologi :
Trauma
Port d’entry
Pathogen masuk
ke epitel kornea
Membentuk
descemetocele lalu
terjadi perforasi
4
Tanda Infiltrate batas tegas, Infiltrate dendritic, sensitibilitas Infiltrate tidak
injeksi konjungtiva, kornea menurun, vesikel / papul jelas dan tertutup
edem kelopak, (tergantung etiologi) hifa (feather like),
sinekia posterior, lesi satelit, injeksi
hifema konjungtiva,
discharge
mukopurlen,
hipopion
Etiologi Staphylococcus, HSV, Herpes zoster, Varicella Fusarium,
Pseudomonas, zoster Aspergillus,
Streptococcus, Candida
Moraxella, and
Serratia
Pemeriksaan Bakteri gram - / + 1. Giemsa : multinucleat Hifa pada
scrapping giant cell pemeriksaan
kornea 2. Papanicolau : KOH
intranuclear eosinophilic
inclusion bodies
3. Immunochromatography
assay
4. PCR
Terapi :
o Antibiotik : Ringan fluoroquinolone ( Levofloxacin 0,5 % ED, 1 tetes/jam)
Berat fluoroquinolone ED + polymixin B ED, 1 tetes / 1-2 jam
5
o Antifungal: Natamycin 5 % ED, 1 tetes tiap 1-2 jam / Amphotericin B 0,15 %
ED, 1 tetes tiap 1-2 jam / ketoconazole tab 200 mg, 3dd tab 1
o Antiviral : Ganciclovir 0.15 % EO, 5 dd / acyclovir tab 400 mg, 5 dd tab 1
(HSV)
Acyclovir tab 800 mg, 5 dd tab 1 (Herpes zoster)
o Sikloplegik : atropine sulfat 1 % ED, 2-3 dd gtt 1 meredakan nyeri, menekan
inflamasi, cegah sinekia
3. ULKUS KORNEA
Definisi : hilangnya sebagia permukaan kornea sampai stroma
Etiologi : keratitis akibat bakteri, virus, jamur
Gejala dan tanda :
o Fotofobia
o Blefarospasme (mata berkedip berlebihan)
o Lakrimasi
o Visus menurun
o Nyeri
o Oedem kelopak
o Rasa benda asing
o Perforasi kornea : COA dangkal, TIO menurun karena COA keluar, bola mata
lunak, pthisis bulbi (fungsi mata menurun, mata mengecil)
Pemeriksaan penunjang :
o loupe binocular magnifier
o fluoresin test & fistel tes
o scrapping kornea
o sensibilitas kornea
Terapi :
o Rawat inap : ulkus pada 2 mata, ulkus > 5mm, hifema (darah di COA), 1 mata
tapi ulkus ditengah, descemetocele, perforasi, diakibatkan kuman N.
gonnorhoeae
o Ringan : fluorokuinolon (Levofloxacin 0,5% / Ciprofloxacin 0,3% ED, 1dd gtt
1). Jika ringan dapat hecting saja
o Berat : Gram + Cefazolin (dicampur artificial tears agar menjadi ED)
6
Gram - Gentamicin 0,3% ED
Diberikan untuk gram + dan gram -, diberikan selang 5 menit, tiap
jam.
Transplantasi kornea dengan metode penetrating atau famellar
o Sikloplegik : atropine sulfat 1 % ED, 2-3 dd 1 gtt
o Jika ada descemetocele : perban tekan 1-2 minggu, bandage contact lens,
amnion graft, conjunctival flap, edukasi (jangan valsava, jangan batuk keras,
kontrol THT, jangan angkat beban berat)
Komplikasi :
o Aktif non perforasi : iridosiklitis, glaucoma sekunder, descemetocele
o Perforasi : TIO menurun, endoftalmitis, iris prolapse, pthisis bulbi
o Jika sembuh : leukoma (jaringan parut warna putih), stafiloma (penonjolan
sklera / kornea)
Perbedaan keratitis dan ulkus kornea
Keratitis Ulkus kornea
Kehilangan jaringan Hanya sampai epitel Sampai stroma
Fluoresin Test Positif Positif
Cara membedakan Hanya defek epitel Kerusakan lebih dalam,
(dengan slit lamp) tampak dasar bergaung dan
memiliki dinding
7
Patogenesis dan patofisilogi
Kelainan
Idiopatik Infeksi
autoimun
Terjadi peradangan
pada uvea
Uveitis Anterior
Vasodilatasi
Injeksi silier Iris mengalami
pembuluh darah
radang oedem
iris
Blood aqueous
Miosis, sinekia
barrier rusak
posterior, nyeri
Fibrin keluar dari Sel radang keluar Limfosit, makrofag, sel plasma
Protein leakage ke
pembuluh darah dari pembuluh berkumpul :
COA COA keruh
menempel ke kornea darah Di tepi pupil Koeppe nodules
8
Gejala :
o Akut : mata merah, nyeri, fotofobia, mata berair, visus menurun
o Kronis : visus menurun, floaters
Tanda :
o Ada sel radang / cell di COA
Derajat 0 : < 1
Derajat 0,5+ : 1- 5
Derajat +1 : 6-15 sel
Derajat +2 : 16-25 sel
Derajat +3 : 26-50 sel
Derajat +4 : > 50 sel
o Ada flare di COA (pembuluh darah iris vasodilatasi protein leakage COA
keruh), derajat :
Derajat 0 : tidak ada
Derajat +1 : kekeruhan tipis
Derajat +2 : agak tebal, iris dan lensa masih dapat diamati
Derajat +3 : kekeruhan tebal, iris dan lensa tampak kabur
Derajat +4 : sangat tebal
o Ada keratic precipitate / KP (endapan fibrin pada permukaan endotel kornea)
o Injeksi silier
o Miosis (spasme m. ciliaris)
o TIO bisa tinggi / rendah, hipopion (pus di COA), atrofi iris, nodul di iris,
heterokromia iris (perbedaan warna iris), sinekia, band keratopati (ada
penumpukan kalsium di kornea)
9
Injeksi silier Miosis Hipopion
Terapi :
o Steroid topical : prednisolone acetat 1% ED, 4dd gtt 1
o Steroid sistemik & terapi imunosupresis jika sangat parah dan terjadi pada kedua
mata
o Siklopegik : siklopentolat 1 % ED, 3dd gtt 1 (inflamasi sedang) ATAU atropine
sulfat 1% ED, 2-4dd gtt 1(inflamasi berat)
Komplikasi :
o Glaucoma sekunder kontrol TIO
o Katarak karena ada iris yang menempel
10
5. HIFEMA
Definisi : terkumpulnya darah di COA
Etiologi : trauma tumpul
Grade :
o Mikrohifema : darah terlihat hanya pada slit lamp
o Grade I : memenuhi 1/3 COA
o Grade II : memenuhi 1/3 – ½ COA
o Grade III : memenuhi >½ COA
o Grade IV : total (blackball / 8 ball hifema)
TIO meningkat
Glaukoma
Pembuluh darah iris
dan badan silier ruptur
11
Gejala :
o Mata merah setelah terkena trauma tumpul
o Nyeri
o Pandangan kabur
o Epifora (volume air mata meningkat)
o Blefarospasme
Tanda :
o Darah cair / gumpalan darah di COA, biasa terlihat tanpa menggunakan slit
lamp
o Darah warna hitam (8 ball / black ball) darah teroksigenasi
o Iridoplegi (kelumpuham iris)
o Iridodialisis (sebagian dari iris lepas dari pangkalnya)
Terapi :
o Rawat inap jika hifema >5%, rawat selama 3-5 hari.
3 hari sudah tidak ada darah tunggu hari-5, waspada rebleeding pulang
hari ke-5 jika darah sudah tidak ada
5 hari darah masih ada darah lakukan paracentesal (darah diambil)
o Bedrest semifowler’s position 30o (agar tidak terjadi perdarahan sekunder post
trauma dan agar darah di COA tidak masuk ke vitreous)
o Tutup plastic bening untuk menghindari trauma
o Siklopegik : atropine sulfat 1% ED, 3dd gtt 1 ATAU skopolamin 0,25% ED,
2dd gtt 1
o Steroid topikal : prednisolone asetat 1% ED, 4dd gtt1
o Benzodiazepin : diazepam (jika gelisah)
o Analgesik : Paracetamol tab 500 mg, 3dd tab1
o Antibiotik
o β blocker : timolol 0,5% ED, 2dd gtt1 (jika TIO >30mmHg)
Indikasi paracentesal :
o Selama 7 hari TIO >35mmHg ATAU selama 5 hari TIO >50mmHg ATAU
terjadi Hemosiderosis (eritrosit lisis menjadi Fe3+ dan heme, lalu mewarnai
kornea menjadi coklat)
6. NEURITIS RETROBULBAR
12
Definisi : peradangan pada nervus opticus (N. II)
Klasifikasi neuritis :
o Papilitis
o Neuritis retrobulbar
Etiologi neuritis
o Idiopatik
o Infeksi : Toxoplasmosis, TB
o Trauma : Traumatic Optic Neuropathy
o Autoimun : multiple sclerosis, SLE
o Intoksikasi : alkohol, etambutol (pengobatan OAT lakukan pemeriksaan
lapang pandang tiap bulan), barbitural
Gejala :
o Penurunan visus mendadak
o Mata tenang
o Sering unilateral, bisa bilateral
o Nyeri mata terutama saat digerakan
o Bisa buta warna / persepsi warna menurun
o Persepsi cahaya menurun
o Defek lapang pandang (bisa ada scotoma sentral / perifer)
o Uthoff sign : gejala memburuk setelah olahraga atau saat suhu tubuh
meningkat
o Pulfrich phenomenon : perubahan persepsi terhadap objek yang bergerak
Tanda :
o Kelainan pada pupil aferen pada kasus unilateral
o Persepsi warna menurun
o Gangguan lapang pandang sentral, sekosentral, arkuata, altudinal
o 1/3 pasien mengalami papil oedem
13
o Peripaplary flame shaped hemorrhage
o Sel di vitreus posterior
Pemeriksaan
o Visus
o Lapang pandang
o Funduskopi
o Marcus Gunn
Terapi :
o Kortikosteroid :
Metilprednisolon 1 gram, IV (intravena) selama 3 hari
Lanjut oral metilprednisolon/prednison 0,8-1 mg/kgBB/hari selama 7-10
atau 10-14 hari, kemudian tapering off
Tapering off selama 4 hari (20mg pada hari-1, 10mg pada hari 2-4)
Oral diberikan kalau visus membaik setelah diberi IV, namun belum 6/6
Kalau dengan IV tidak membaik, tidak usah dilanjutkan oral
o PPI : omeprazole tab 20 mg per hari
o Antibiotik : jika ada infeksi di tempat lain
o Antagonis alcohol : naltrexone
o Vitamin Saraf : Vit. B12
Komplikasi : atrofi papil
7. PAPIL EDEMA
Definisi : pembengkakan discus opticus akibat peningkatan tekanan intrakranial
Etiologi :
o Tumor
o Hydrocephalus.
o Hipertensi intrakranial
o Subdural dan epidural hematom
o Perdarahan subarachnoid
o Malformasi arteri vena
o Abses otak
Fase :
o Insipient (early) : batas diskus kabur
14
o Establish (fully development) : mushroom shape, gejala transient visual
obscuration (penglihatan hilang timbul)
o Vintage/kronik/long standing
Patogenesis :
Gejala :
o Mata : visus menurun perlahan, diplopia, tajam visual sentral menurun
o Gejala TTIK : sakit kepala, nausea, vomitus, penurunan kesadaran, kejang
Tanda :
o Diskus oedem (batas kabur)
o Pembuluh darah terlihat kabur
o Hiperemis di awal oedem
o Flame shaped hemorrhage
o Dilatasi vena retina
o Pada kronis diskus yang awalnya hiperemis menjadi abu-abu
Pemeriksaan penunjang
o Cek tekanan darah
o MRI
o CT-scan
Terapi :
o Sesuai penyebab terjadinya papillaedema
8. PAPIL ATROFI
Definisi : Degenerasi pada papil yang menyebabkan penurunan visus dan
penyempitan lapang pandang akibat kelainan papil itu sendiri atau
akibat dari stadium akhir suatu penyakit
Klasifikasi :
15
o Primer : papil pucat, batas tegas kelainan pada tractus, misalnya akibat dari
trauma kepala berat, neuritis retrobulbar
1. Ascending atrophy : di ocular portion, depan lamina cribrosa, disebabkan
kelainan vascular, yaitu CRAO (Central Retinal Artery Occlusion) atau
AION (Anterior Ischemic Optic Neuropathy)
2. Descending atrophy : di retrobulbar, belakang lamina cribrosa, disebabkan
oleh tekanan (TTIK e.c. SOL / hydrosephalus) dan inflamasi (retrobulbar
optic neuritis)
o Sekunder : papil pucat, batas tidak tegas papilledema dan papilitis
Gejala :
o Penurunan visus perlahan
o Ada riwayat kelaianan vascular (CRAO/AION), riwayat trauma kepala/mata
(TTIK), neuritis
Pemeriksaan :
o Pemeriksaan visus : visus menurun hand movement
o Lapang pandang
o Marcus Gunn/RAPD (Relative Afferent Pupillary Defect)/Swinging Flash
Light
Tujuan : untuk mengetahui apakah serabut afferent penglihatan berfungsi
baik dengan melihat reaksi cahaya/reflex pupil direk-indirek
Memeriksa N. II melalui N.III
Prinsip : harus ada nervus yang menyampaikan impuls ke atas (otak)
Pada kasus unilateral Marcus Gunn (+)
Pada kasus bilateral : Marcus Gunn (+) jika salah satu serabut afferent
masih baik, sehingga masih bisa menyampaikan impuls ke atas
Cara : Arahkan penlight ke pupil kanan pasien, lihat ada reflex pupil direk
di kanan dan reflex pupil indirek di kiri kalo ada Marcus Gunn (-), lihat
reflex pupil direk dan indirek kalo reflex pupil /tidak ada, Marcus
Gunn (+), tandanya ada kerusakan N.II kiri sehingga tidak bisa
menyampaikan stimulus ke otak
o Funduskopi : papil bulat, pucat, batas tegas/tidak tegas
16
Perjalanan N. II
o Cahaya kornea COA pupil COP lensa corpus vitreus
retina N. II chiasma opticus tractus opticus corpus geniculatum
lateral colliculus superior radiatio optica area Broadmann 17,18,19
Perbedaan papil atrofi pada glaucoma dan buka glaucoma
Glaukoma Bukan Glaukoma
C/D ratio melebar Normal
Pembuluh darah Terdesak ke tepi Muncul dari tengah
Bayonetting sign
Papil Putih, batas tidak tegas
17
Patogenesis :
o NAION : akibat dari DM, hipertensi, dyslipidemia, arterosklerosis
Iskemik a. ciliaris
Ada thrombus / Infark parsial / Hemianopsia
posterior
emboli / arteritis total N.II altudinal
(memperdarahi
setengah bagian mata
Terapi :
o NAION : observasi, modifikasi gaya hidup, rujuk IPD
o AAION : Metilprednisolon 250 mg IV, tiap 6 jam sebanyak 12 kali
LANJUT prednison 80 ke 100 mg PO tiap hari
18
10. GLAUKOMA SIMPLEKS / SUDUT TERBUKA PRIMER
Definisi : penyakit yang bersifat progresif lambat dengan kerusakan syaraf
optik yang tampak pada diskus optikus dan defek lapang pandang,
yang ditandai dengan :
o TIO >21mmHg (20-30 mmHg)
o Kerusakan nervi optici glaukomatosa
o Sudut COA terbuka
o Kehilangan lapang pandang yang progresif
o Tidak ada tanda-tanda glaukoma sekunder atau penyebab kerusakan
nervi optici non-glaukoma
19
Penurunan aliran keluar
humor aqueous
Glaucomatous cupping,
bayoneting sign, pembuluh
darah nasalisasi
Gejala :
o Biasa asimptom hingga stadium lanjut
o Visus menurun perlahan, mata tenang
o Ada nyeri daerah mata tapi jarang
o Gangguan lapang pandang tunnel vision buta
Tanda :
o TIO : meningkat >21mmHg atau bisa normal (20-30 mmHg)
o Lapang pandang : nasal step, scotoma, defek arcuate dan altidunal
o Funduskopi : C/D ratio meningkat (>0,6) / glaucomatous cupping (Cup optic
membesar), bayoneting sign (angulasi tajam pembuluh darah saat keluar dari
N.II), pembuluh darah nasalisasi
20
o Gonioskopi : normal, sudut terbuka di COA
Pemeriksaan :
o TIO :
Palpatoar (merasakan fluktuasi)
Tonometry Schiotz (pemberian pantokain 0,5% ED, lihat table friden-wald
untuk menentukan tekanan)
Tonometer aplanasi Goldman (Imbert Fick law tekanan yang
dibutuhkan untuk mendatarkan kornea sentral. Alat tambahan dengan slit
lamp dan fluoresin)
NCT
o Gonioskopi :
Derajat 0 : struktur sudut terlihat, terdapat kontak kornea dan iris
Derajat 1 : ½ bagian trabekulum meshwork dan schwalbe’s line
terlihat
Derajat 2 : canalis schlemm terlihat
Derajat 3 : bagian belakang canalis schlemm dan scleral spur terlihat
Derajat 4 : corpus ciliaris terlihat
o Funduskopi
o Lapang pandang : subjekti dan objektif (Goldmann dan Humprey)
Terapi
o Hambat produksi humor aqueous
β blocker : levubonolol / timolol 0,25% - 0.5% ED, 1-2 dd gtt 1
α 2 agonis : brimonidin 0,1% / 0,15% / 0,2% ED, 2-3 dd gtt 1
Carbonic anhydrase inhibitor : asetasolamid tab 250 mg, 2-4 dd tab 1
o Meningkatkan aliran keluar humor aqueous
Analog prostaglandin : Latanopros 0,005% ED, sebelum tidur
Parasimpatomimetik : pilokarpin 1 % - 2% ED, 4 dd gtt 1. Tingkatkan
menjadi 4%
Bedah :
o Indikasi : TIO tidak turun dengan 3 macam obat, TIO menurun tapi lapang
pandang menurun progresif ATAU C/D ratio meningkat progresif,
compliance jelek, kontraindikasi obat anti glaukoma
21
o Argon laser trabekuloplasti
o Selective laser trabekulopasti
o Guarded filtration surgery
Komplikasi :
o Glaucoma absolut : light perception negative, reflex pupil hilang, stone like
appearance, sangat nyeri
Jika sudah glaucoma absolut, tapi TIO tetap naik enukleasi, injeksi alcohol 99%,
cyclocrioapplication (corpus ciliar dibekukan sampai mati produksi humor
aqueous menurun)
22
Sinekia (Non anterior, hifema/hipopion yang menyumbat,
blockade
kortikosteroid
pupillary)
Menekan iris ke
depan sinekia
anterior Fungsi pompa Menekan iris m. spinchter Cairan masuk ke
endotel kornea kedepan pupillae tertekan kapsul anterior
Sinekia posterior kalah paralisis lensa
dengan TIO
Trabecular yang tinggi
meshwork tertutup Pigmen iris
terlepas
Mid dilatasi pupil Glaucomatous
menempel ke
flecken
kornea dan atrofi
HA masuk ke iris
TIO meningkat
kornea oedem
kornea melihat
halo Kruckernberg
Spiral like
spindle (pigmen
configuration
iris yang di
(iris yang atrofi)
kornea)
Gejala :
o Nyeri kepala
o Mara merah
o Penurunan visus mendadak
23
o Nausea dan vomitus
o Melihat halo disekitar cahaya
Tanda :
o Sudut iridocorneal tertutup
o TIO meningkat mendadak (60-80 mmHg)
o Oedem kornea
o Injeksi silier
o Mid-dilated pupil
Terapi :
o Menurunkan TIO secepatnya dengen pemberian :
Carbonic anhydrase inhibitor : Asetasolamid tab 500 mg, 1 dd tab 1,
dilanjutkan 4 x 250 mg/hari
Preparat Kalium : KCl tab 0,5 gr, 3 dd tab 1 (mengatasi hipokalemi akibat
konsumsi asetasolamid) + makan pisang untuk atasi hipokalemi
β blocker : timolol 0.5% ED, 1-2 dd gtt 1
Tetes mata kombinasi : kortikosteroid + antibiotic, 4-6 dd gtt 1
Terapi simptomatik
o Rujuk ke spesialis mata
o Bedah :
Non blockade pupil : trabekulektomi
Blockade pupil : iridotomi
Beri mannitol 20% IV, 1 mg/kgBB mau dioprasi saat itu juga
Beri gliserin 50%, 50 mL PO, 2dd selama 3 hari jika rawat jalan
GLAUKOMA
Definisi : suatu neuropati optic yang bersifat kronis, progresif lambat, dan ireversibel.
Ditandai dengan kelainan : (minimal 2 dari 3)
o Peningkatan TIO
o Gangguan lapang pandang yang khas
o Kelainan pada discus opticus
Klasifikasi :
24
o RI senior
Glaukoma sudut terbuka primer dan sekunder (glaucoma kronik / silent killer)
Glaukoma sudut tertutup primer dan sekunder (glaucoma akut)
Faktor risiko
o TIO meningkat >21 mmHg yang diakibatkan oleh :
a. Meningkatnya produksi humor aqueous oleh corpus siliar
b. Hambatan aliran keluar humor aqueous dari COA
c. Peningkatan tekanan episklera
25
Infantil : 1-5 tahun
Juvenil : 5-13 tahun
Presenile : 13-35 tahun
Senil : >35 tahun
o Menurut morfologi anatomis
Kapsular (gambaran bunga karang): anterior, posterior, bipolar
- kongenital
- acquired/ didapat
Subkapsular:
- subkapsula anterior (biasanya akibat trauma)
- subkapsula posterior (biasanya akibat toxic)
Kortikal (bentuk baji)
- kongenital
- senile myopia gravior
Nuklear (bercak putih coklat)
- kongenital
- senile
Lamelar/ zonular
Sutural
Lain-lain
- blue-dot cataract (anterior polar cataract)
- membranous
- cataract pulveranta centralis
- reduplicated cataract
- coralliform cataract
o Menurut etiologi
Trauma
- penetrasi (sunflower cataract)
- kontusio (rosette cataract)
- radiasi sinar infra merah mengubah materi genetik pada pompa Na-
K proses hidrasi
- sengatan listrik
Metabolik
- Diabetes (Snow storm cataract): penumpukan sorbitol dan fruktosa pada
26
lensa peningkatan osmolalitas lensa lensa banyak menarik air proses
hidrasi
- Hipokalsemi kadar kalsium di lensa rendah kadar natrium di lensa
tinggi transport pasif klorida & H2O proses hidrasi
- Galatosemia (oil drop cataract)
- Defisiensi galaktokinase
- Mannosidosis
- Fabry’s disease
- Lowe’s syndrome
- Wilson’s disease (sunflower cataract)
- Hipokalemia
Toksik
- Kortikosteroid peningkatan sitokin dan growth factor pompa air
terganggu dan penumpukan glikosaminoglikan di lensa peningkatan
osmolalitas proses hidrasi
- Klopromazin
- Miotika: pilocarpine
- Busulfan: thalidomide
- Amiodarone
Katarak komplikata
- Anterior uveitis sinekia posterior subcapsular cataract
- Kelainan vitreus&retina herediter
- Miopia gravior: nuclear cataract
- Glaukoma fleken (kekeruhan subkapsula anterior)
- Neoplasma intraokular
Infeksi maternal
- TORCH
Toksisitas obat maternal
- Thalidomide
- Kortikosteroid
Katarak presenil
- Myotonic dystrophy
- Dermatitis atopic
- Defisiensi enzim
27
Sindroma tertentu
- Sindroma down
- Sindroma werner
- Sindrom rothmund
- Sindrom lowe
Herediter
Katarak sekunder
- Katarak subkapsular posterior yg muncul setelah operasi katarak (EKEK)
akibat terbentuknya jaringan fibrosis pada sisa lensa yg tertinggal
- Bisa ada mutiara Elsching (epitel subkapsular yg berproliferasi dan
membesar sehingga tampak sebagai busa sabun/ telur kodok)
- Bisa ada cincin Soemmering (gambaran cincin akibat kapsul anterior yg
pecah dan traksi ke arah pinggir dan melekat pada kapsula posterior
sehingga meninggalkan daerah yang jernih di tengah)
Stadium kekeruhan lensa
28
Sudut bilik Sempit Normal Terbuka
mata
Komplikasi Phacomorphic glaucoma Phacolytic glaucoma,
phacoanaphylactic
glaucoma
Tambahan Dibagi menjadi stadium Deposisi ion kalsium air Korteks lensa mencair
insipient (hanya keluar lensa tidak dan isinya keluar
dipinggir) dan intumesen cembung korteks mengkeurt
(lensa mencembung) (morgagnian katarak)
Gejala
29
o Mata tenang dengan penurunan visus perlahan
o Glare / silau terutama saat melihat sinar matahari atau cahaya pada malam
hari
o Visus warna terganggu
o Diplopia / polyopia (> 2) monokuler : jika mata yg katarak ditutup,
bayangan gandanya menghilang. Tapi jika kedua mata dibuka, terlihat
penglihatan ganda terdapat gangguan pembiasan cahaya, indeks bias
pada mata berbeda, cahaya menyebar di retina tdk merata
o Perubahan kebiasaan : sudah tidak pakai kacamata baca pada katarak
intumesen lensa jadi cembung (miopisasi), terlihat lebih jelas
o Bercak hitam pada pandangan (floater/ muscae volitantes)
o Melihat halo di sekitar sinar
o Leukoria : pupil tidak hitam (putih/abu)
o Refleks fundus akan makin kabur bila lensa makin keruh
Tanda
o Refleks fundus kabur jika lensa makin keruh
o Shadow tes (+)
Pemeriksaan penunjang (sebelum oprasi katarak)
o Tanda vital, darah rutin, gula darah, fungsi ginjal, EKG, X-ray
o Periksa visus dasar dan koreksi terbaik
o Periksa reflex pupil dan light projection dulu, kalau negative informed
consent terlebih dahulu walau dioperasi fungsi penglihatan tidak kembali
normal.
o TIO
o Funduskopi (direk, indirek), kalau gabisa USG
o USG B-scan untuk lihat kondisi posterior
o USG A-scan/biometri untuk ukur power IOL
Terapi
o Indikasi :
Social : untuk kepentingan pekerjaan
Medis : adanya komplikasi dan retinal disease (untuk mempermudah
diagnosis dan mempermudah terapi laser)
Optis : jika sudah pakai kacamata tapi visus tetap jelek. Buta katarak
30
visus koreksi terbaik 3/60 untuk 2 mata
Kosmetik
o Jenis operasi :
1. Intrakapsular ekstrasi katarak (IKEK)
- Seluruh lensa dikeluarkan, hanya tersisa membrane hyaloidea dan
corpus vitreus
- Insisi kornea dibuat sangat besar (1800 )
- Indikasi :
o Sublukasai / dislokasi lensa (hipermatur katarak) akibatnya
zonula zinii teregang
o Kerusakan zonula zinii (pada katarak morgagni)
- Kelebihan : Tidak akan terjadi katarak sekunder
- Kekurangan : Sayatan lebar prolaps vitreus, vitreus leakage,
astigmat
- Kontraindikasi : Usia < 40 tahun yang masih mempunyai
ligament hialoidea kapsular
31
Kelebihan (+) : Kontruksi keluar pada sclera kedap air sehingga
membuat system katup isi bola mata tidak mudah keluar, tidak
perlu dijahit resiko astigmat rendah
32
Komplikasi post oprasi (uveitis, endoftalmitis)
o Rehabilitasi visual :
- Normal total power mata +60 D (+40D kornea, +20D lensa)
- IOL :
Anterior teknik fiksasi iris S+18,00
Posterior teknik fiksasi sclera S+20,00
- Kacamata (afakia) S+10,00
- Contact lens (afakia) S+12,00 – S+15,00
- Katarak monokuler : IOL/contact lens tidak pakai kacamata (bisa
menjadi anisometrop >+3D pusing)
33
Komplikasi
1. Tanpa operasi
Lens induced glaucoma :
Phacomorphic (intumesen) lensa membengkak ec menyerap air
Katarak
lensa dan iris menempel (sinekia posterior) peningkatan
imatur
pupillary resistence glaucoma
Phacolytic pencairan lensa protein menyumbat trabecular
Katarak
hipermatur meshwork
Phacotoxic protein lensa (crystalline) dianggap benda asing
reaksi imun nyumbat trabecular meshwork.
Lens induces uveitis
Phacoanaphylatic uveitis reaksi antigen-antibodi reaksi
hipersensitivitas inflamasi uvea uveitis.
Subluksasi/dislokasi lensa ( depan : glaucoma akut, belakang : ke
vitreous retinal detachment)
Amblyopia pada anak-anak mata yang kena katarak tersupresi
penglihatannya
2. Intraoperasi
Kerusakan endotel kornea
Capsula posterior rupture
Dislokasi nucleus ke vitreous
Vitreous prolapse
Hifema
3. Postoperasi
Dini : corneal oedem, iris prolapse, COA dangkal, hifema, dislokasi
lensa, glaucoma
34
Lanjut : PCO (posterior capsular opacity; terapi YAG laser) PCO
akibat sel di anterior migrasi ke tengah, cystoid macular edema, vitreous
corneal adheren, bullous keratopathy, uveitis glaucoma hyfema
syndrome.
Dislokasi lensa ke vitreous menyebabkan tjdnya peradangan fibrosis
retinal detachment buta karena katarak.
35
Patogenesis
Permeabilitas
kapiler terganggu
36
Plasma bocor ke Darah bocor ke
intraretina vitreus
Neovaskularisasi
Gejala :
o Penurunan visus perlahan
o Mata tenang
o Trias DM : polidipsi, polifagi, poliuri
Tanda NPDR :
o Mikroaneurisma
o Venous beading
o IRMA (Intraretinal Mikrovaskular Abnormalities) / mikroangiopati
o Hard eksudat
o Soft eksudat / cotton wool spot
o Makula edema (cara periksa: stereoskopik biomikroskopik)
Terapi :
o Kontrol gula darah : diet rendah kalori, aktivitas fisik, konsumsi OAD
o Anti VEGF : bevacizumab, ranibizumab (agar tidak neovaskluarisasi)
o PDR :
37
Pan Retinopathy Photocoagulation : membunuh vascular agar tidak
menghasilkan VEGF
Anti VEGF
Komplikasi : kebutaan karena ablasio retina dan glaucoma sekunder karena
rubeosis iridis
38
Grade 2 : Perubahan pada AV crossing (Salus’s sign, Gunn’s sign,
Bonnet’s sign)
Grade 3 : cooper wire compression (akibat penebalan arteri)
Grade 4 : silver wire compression (akibat arteri semakin menebal
sehingga darah tidak terlihat)
Patogenesis :
Hipertensi
39
Gejala :
o Biasanya asimptomatik, kadang ada penurunan visus
Tanda :
o Penyempitan arteriol retina / arteriol narrowing
o AV crossing
o Copper wire dan silver wire
o Attenuasi
o Perdarahan
o Eksudat / cotton wool spot
o Media jernih, papil normal, retina datar
Pemeriksaan :
o Tekanan darah
o Pemeriksaan mata lengkap (angiografi fluoresin, oftalmoskopi indirek)
Terapi :
o Mengendalikan tekanan darah : lifestyle, konsumsi OAH, rujuk Sp.PD
Gunn’s sign : pada AV crossing, vena tampak lancip pada sisi lainnya
40
Bonnet’s sign : pada AV crossing, vena tampak lebih melebar
Salu’s sign : pada AV crossing, vena tampak lebih berkelok
Elevasi : vena terangkat oleh arteri
Deviasi : pergeseran vena terangkat oleh arteri
Kompresi : penekanan vena oleh arteri
II Hiperemis konjungiva +
hilangnya epitel kornea
IV Konjungtiva perilimbal
nekrosis 50%
Patogenesis
o Trauma asam
41
Merubah pH merusak
Ion hidrogen Luka di luar saja
permukaan okluar
o Trauma basa
Kerusakan sel
Gejala :
o Mata perih
o Mata merah
Tanda :
o Defek epitel kornea
o Kemosis
o Hiperemi
o Perdarahan
o Edema kelopak
o Luka bakar derajat 1-2 di sekitar mata
Pemeriksaan :
o Visus dasar
o Cek pH dengan lakmus (cek zat basa dengan lakmus merah, cek zat asam
dengan lakmus biru)
o Pemeriksaan eksterna
o Fluoresin test dan siedel test
42
o Cek TIO
Terapi :
o Irigasi NaCl 0,9% 2L selama 30 menit ATAU sampai pH normal kembali
o Derajat 1-2 :
Steroid : mengurangi inflamasi dan infiltrasi neutrofil ( dexamethason
0,1% ED setiap 2 jam 7-10 hari )
Siklopegik : atropine sulfat / scopolamin 0,25% ED, 2dd gtt1
Carbonic anhydrase inghibitor : asetazolamid tab 500 mg, 2dd tab1
Antibiotik : agar tidak infeksi sekunder
Asam askorbat : natrium askorbat 10% EO, setiap 1 jam
Artificial tears
o Derajat 3-4 :
Dirawat takut terjadi simblefaron (konjuntiva palpebra menempel dengan
konungtiva bulbi), indikasi lain bila mengenai 2 mata
o UNTUK TRAUMA BASA : diberi EDTA (ethylendiaminetetraasetat) ED, 4-
6 dd gtt 1 selama 1 minggu (saponifikasi membutuhkan ion kalsium. EDTA
akan berikatan dengan kalsium sehingga tidak terjadi saponifikasi)
o Lakukan double eversi kelopak mata :
Untuk ambil benda asing
Agar tidak terjadi simblefaron
Untuk melakukan debridemen (bersihkan daerah nekrotik)
o Untuk mencegah simblefaron selain dengan double eversi, bisa dengan
memberi obat mata salep atau dilapisi plastic antara konjungtiva bulbi dan
konjungtiva tarsal sehingga tidak terjadi penempelan
Simblefaron
43
16. XEROFTALMIA
Definisi : gangguan kekurangan vitamin A pada mata, termasuk terjadinya
kelainan anatomi bola mata dan gangguan fungsi sel retina yang
berakibat kebutaan.
Etiologi defisiensi Vitamin A :
o Primer : intake rendah, ekskresi meningkay
o Sekunder : gangguan absorbsi
o Penyakit TB, diare, malnutrisi
Fungsi vitamin A :
o Proliferasi sel goblet pada konjungtiva dan kornea
o Produksi rhodopsin
o Antioksidan
o Transkripsi genFungsi imunitas
o Perkembangan reproduksi
o Hematopoiesis
o Pertumbuhan tulang dan gigi
o Kesehatan kulit dan rambut
Klasifikasi WHO :
1. Xn : buta senja (niktalopia/hemeralopia)
Terdapat perubahan penglihatan saat maghrib
Saat maghrib/malam sering tersandung, jatuh; kalau nonton TV makin dekat
2. X1a : xerosis konjungtiva (konjungtiva bulbi kering, kusam, tidak
memancarkan cahaya)
Reversible 3. X1b : xerosis konjungtiva + bitot’s spot
Bitot spot : Bentuk segitiga menonjol, warna seperti mutiara, terdapat pada
konjungtiva bulbi, temporal, permukaan seperti busa, bisa juga seperti sisik.
Stadium akhir staphyloma
Seperti ada busa di atas akibat Corynebacterium xerosis
4. X2 : xerosis kornea (kornea kering kejernihan berkurang)
5. X3a : ulkus kornea < 1/3 kornea
6. X3b : ulkus kornea > 1/3 kornea
Ireversible
7. X4 : sikatriks kornea
8. XF :xeroftalmia fundus
44
Factor yang mempengaruhi kejadia xeroftalmia :
o Faktor sosial budaya dan lingkungan : ketersediaan pangan yang mengandung
vitamin. A, bencana alam, kondisi air bersih, kebudayaan warga setempat
o Faktor pelayanan kesehatan : imunisasi, letak puskesma ke rumah warga
o Faktor keluarga : Pendidikan orang tua, penghasilan keluarga, jumlah anggota
keluarga
o Faktor individu : berat badan lahir, ASI eksklusif, jenis P-ASI, status gizi anak
di KMS, banyaknya anak yang dibawa ke posyandu
Gejala :
o Mata kering (akibat sel goblet yang sedikit)
o Rabun senja (jumlah rhodopsin sedikit)
o Visus menurun perlaham
Terapi :
1. Perbaiki gizi : makanan TKTP
2. Obati penyakit pada mata (seperti ulkus kornea, bitot spot)
3. Obati underlying disease : TB, diare
4. Cukupi kebutuhan Vitamin A
- KI untuk ibu hamil, bersifat teratogenic; ibu menyusui dapat diberikan
- Kebutuhan vitamin A sesuai usia :
o < 1 tahun : 1500 o 7-9 tahun : 3500
o 1-3 tahun : 2000 o 10-12 tahun : 4500
o 4-6 tahun : 2500 o 13-19 tahun : 5000
- Dosis Vitamin A untuk pengobatan :
o < 6 bulan : 50.000 (½ tablet biru)
o 6-12 bulan : 100.000 (1 tablet biru)
o > 12 bulan : 200.000 (1 tablet merah)
- Prinsip pengobatan Xn-X1b : 1 kali pada hari dia datang
X1b-XF : hari 1, 2, dan minggu 2
- Dosis untuk pencegahan :
o Bulan Vit. A : Februari dan Agustus
o Dosis 6-11 bulan : 200.000 IU
o Dosis 1 tahun : 300.000 IU
45
Xerosis konjungtiva Bitot’s Spot
Xerosis kornea
46
47
48