Oleh :
Wenny Sagita
19100707360803074
Preseptor :
SOLOK
ANAMNESA NEUROLOGI
A. Identitas Pasien
Nama
Jenis kelamin
Umur
Alamat
Status perkawinan
Pekerjaan
Agama
Suku bangsa
B. Keluhan Utama
Keluhan yang mendorong pasien datang berobat ke dokter.
Sejak kapan dimulai
Sifat serta beratnya
Lokasi serta penjalarannya
Hubungan dengan waktu (pagi, siang, malam, sedang tidur, waktu
haid, sehabis makan, dll)
Keluhan yang menyertai
Yang memperberat dan memperingan
Perjalanan keluhan, apakah menetap, bertambah berat, bertambah
ringan, dalam bentuk serangan, dan lain lain.
1. Nyeri kepala
Apakah menderita sakit kepala?
Bagaimana sifatnya, dalam bentuk serangan atau terus-menerus?
Dimana lokasinya?
Apakah progresif, makin lama makin berat atau makin sering?
Apakah sampai mengganggu aktivitas sehari-hari?
2. Muntah
Apakah disertai rasa mual atau tidak?
Apakah muntah ini tiba-tiba, mendadak, seolah-olah isi perut
dicampakkan keluar?
3. Vertigo
Pernahkah merasakan seolah sekeliling anda bergerak, berputar,
atau merasa diri yang bergerak atau berputar?
Apakah rasa tersebut ada hubungannya dengan perubahan sikap?
Apakah disertai mual dan muntah?
Apakah disertai telinga berdenging?
4. Gangguan penglihatan (visus)
Apakah ketajaman penglihatan menurut pada satu atau kedua
mata?
Apakah ada penglihatan ganda?
5. Pendegaran
Adakah perubahan pada pendegaran?
Adakah merasakan telinga berdenging?
6. Saraf otak lainnya
Adakah gangguan pada penciuman, pengecapan, salivasi,
lakrimasi, dan perasan di wajah?
Adakah kelemahan pada otot wajah?
Apakah bicara jadi cadel atau pelo?
Apakah suara berubah jadi serak, bindeng, atau mengecil atau
hilang?
Apakah sulit menelan?
7. Fungsi luhur
Apakah jadi pelupa?
Apakah jadi sukar mengemukakan isi pikiran atau memahami
pembicaraan orang lain?
Apakah menjadi sulit membaca dan sulit memahami apa yang
dibaca?
Apakah kemampuan menulis berubah?
8. Kesadaran
Pernahkah mendadak kehilangan kesadaran?
Pernahkah mendadak merasa lemah dan seperti mau pingsan?
9. Motorik
Adakah bagian tubuh yang menjadi lemah atau lumpuh?
Bagaimana sifatnya, hilang timbul, menetap, atau berkurang?
Apakah gerakan menjadi tidak cekatan?
Adakah gerakan pada bagian tubuh atau ekstremitas badan yang
abnormal dan tidak dapat dikendalikan?
10. Sensibilitas
Adakah perubahan atau gangguan perasaan pada bagian tubuh atau
ekstremitas?
Adakah rasa baal, semutan, seperti ditusuk, seperti dibakar?
Dimana tempatnya?
Adakah rasa tersebut mejalar?
11. Saraf otonom
Bagaimana buang air kecil, BAB, dan nafsu seks?
Adakah retensio atau inkontinensia urin?
12. Kelainan jantung, paru, tekanan darah tinggi dan DM.
ANAMNESA KHUSUS
1. Epilepsi
a. Riwayat Penyakit Sekarang
Kapan pasien mengalami serangan kejang yang pertama kali?
Apakah pasien mengalami semacam peringatan atau perasaan tidak
enak pada waktu serangan atau sebelum serangan kejang terjadi?
Apa yang terjadi selama serangan kejang berlangsung?
Apakah yang terjadi segera sesudah serangan kejang berlangsung?
Kapan kejang berlangsung selama siklus 24 jam sehari?
Apakah ada faktor pencetus?
Bagaimana frekuensi serangan kejang?
Apakah ada periode bebas kejang sejak awal serangan kejang?
Apakah ada jenis kejang lebih dari satu macam?
Apakah pasien mengalami luka ditubuh sehubungan dengan
serangan kejang?
Apakah sebelumnya pasien pernah ke IGD?
b. Riwayat Penyakit Dahulu
Apakah pasien lahir normal dengan kehamilan genap bulan
maupun proses persalinannya?
Apakah pasien setelah lahir mengalami asfiksia atau respiratori
distress?
Apakah tumbuh kembangnya normal sesuai usia?
Apakah ada riwayat kejang demam?
Apakah ada riwayat infeksi susunan saraf pusat seperti meningitis,
ensefalitis?
Apakah ada riwayat trauma kepala?
Apakah ada riwayat tumor otak?
Apakah ada riwayat stroke?
c. Riwayat Sosial
Apa latar belakang pendidikan pasien?
Apakah pasien bekerja?
Apakah pasien mengemudikan kendaraan bermotor?
Apakah pasien menggunakan kontrasepsi oral?
Apakah pasien peminum alkohol?
d. Riwayat Keluarga
Juvenile myoclonic epilepsy
Familial neonatal epilepsy
Benign rolandic epilepsy
e. Riwayat pengobatan
Bagaimana efektifitas obat yang pernah dikonsumsi?
Alergi obat?
Berapa lama diminum?
Berapa kali sehari?
Berapa dosis?
Ada atau tidak efek samping?
2. Nyeri Kepala
Kapan timbul pertama kali?
Jangka waktu serangan
Frekuensi, intensitas serangan
Sifat : terus-menerus, rasa ditikam, seakan kepala pecah, rasa
tergencet, berdenyut, rasa berat, pegal.
Dimulai dari mana, menyebar kemana : sebelah atau menyeluruh.
Gejala yang mendahului
Faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
Riwayat keluarga
Pengobatan sebelumnya
Alasan mencari pertolongan dokter
Riwayat penyakit sebelumnya
3. Nyeri
a. Berasal dari :
Saraf perifer
Radiks spinalis
Traktus spinotalamikus, talamus
b. Seringkali sangat sukar ditentukan :
Letak rasa nyeri
Faktor yang memperberat
Gambaran neurologis yang menyertai
c. Perlu ditanyakan :
Jenis nyeri : intensitas nyeri
Lokalisasi
Berlangsungnya
Yang memperberat dan memperingan rasa nyeri
Sebelumnya menderita penyakit kulit
A. Keadaan Umum
Tinggi badan
Berat badan
Tekanan darah
Nadi
Pernafasan
Suhu
Turgor kulit
Kulit kuku
B. Pemeriksaan Kesadaran
Secara kuantitatif
Secara kualitatif
1) Kompos mentis : bereaksi dengan adekuat
2) Delirium : pasien tampak gaduh gelisah, kacau, disorientasi,
berteriak, aktivitas motorik meningkat.
3) Somnolen : kesadaran mengantuk, dapat pulih penuh jika
dirangsang.
4) Stupor : penderita merasakan kantuk yang dalam dan masih dapat
dibangunkan dengan rangsangan yang kuat namun kesadarannya
menurun lagi.
5) Semi koma : tidak ada respon terhadap rangsangan verbal, nyeri,
namun reflek pupil dan kornea masih ada.
6) Koma : tidak ada gerakan spontan meskipun dengan rangsangan
nyeri dan verbal.
Orientasi Nilai
1. Sekarang (tahun, hari) apa? 5
2. Kita berada dimana? 5
Registrasi
3. Sebutkan 3 buah, benda, tiap satu detik pasien disuruh 3
mengulang ke 3 bnda tersebut, nilai 1 untuk setiap benda yang
benar. Ulangi sampai pasien dapat menyebutkan dengan benar
dan catat jumlah pengulangan.
Atensi dan Kalkulasi
4. Kurangi 100 dengan 7.Nilai 1 untuk tiap jawaban benar. 5
Hentikan setelah 5 jawaban atau minta mengeja terbalik kata
“WAHYU” (nilai diberi pada huruf yang benar sebelum
kesalahan, misal “NYAHWU” = 2 nilai.
Mengingat kembali
5. Pasien disuruh menyebut kembali 3 nama benda diatas 3
Bahasa
6. Pasien disuruh menyebut nama nemda yang ditunjukkan 2
(pensil, buku)
7. Pasien disuruh menyebut kata-kata “namun” 1
8. Pasien disuruh melakukan perintah : “ambil kertas ini dengan 3
tangan anda, lipat jadi 2, letak dilantai”.
9. Pasien disuruh membaca dan melakukan perintah 1
10 Pasien disuruh menulis dengan spontan 1
.
11 Pasien disuruh menggambarkan benda 1
.
Hasil :
Normal : 24-30
Probable gangguan kognitif : 17-23
Defenite gangguan kognitif : 0-16
Cara pemeriksaan :
Penilaian :
Fungsi : gerak bola mata (III, IV, VI), kontriksi pupil, pengatur akomodasi
(III).
1) Pemeriksaan pupil
Normal : bentuk bukat, isokor, diameter 2-4 mm (< 2 mm = miosis,
> 4 mm = midrosis).
Refleks pupil terhadap cahaya :
- Langsung (RCL) : terjadi miosis pada mata yang disenter.
- Tidak langsung atau refleks cahaya konsensual (RCTL) :
jatuhkan sinar pada salah satu mata terjadi miosis pada mata
yang tidak disenter.
Reflek pupil akomodatif atau konvergensi
- Pasien diminta menatap lurus kedepan, kemudian secara tiba-
tiba datangkan suatu benda dengan cepat kearah pangkal
hidung.
- Terjadi kontraksi otot rektus medialis dan kontraksi otot
siliaris.
2) Pemeriksaan gerakan bola mata
Pemeriksaan ini dapat memberikan info penting ada lesi mulai dari
koteks cerebri, mesenfalon, sampai di saraf otak dibedakan atas :
Gerakan volunter (diatur oleh korteks udem serebri) dilaksanakan
oleh otot-otot okular sinistra dan dextra.
Gerakan involunter, nistagmus dan gerakan okulogurik.
Fungsi :
- Sensorik : untuk sesnsibilitas wajah
- Motorik : untuk otot pengunyah
- Refleks : dagu, kornea
Cara pemeriksaan : gores sclera ke arah limbus kornea.
Respon normal : terjadi kedipan mata.
Fungsi :
Pemeriksaan :
MOTORIK
Perhatikan penutupan kelopak mata, elevasi asimetri dari sudut
bibir pendangkalan lipatan nasolabial. Untuk pemeriksaan motorik, minta
pasien untuk :
Sensorik : julurkan lidah, leringkan, lalu oleskan zat manis, asin, asam,
pahit.
Fungsi :
- Sensorik : pengecapan 1/3 posterior lidah
- Sekresi kelenjar parotis
Fungsi :
- Menelan : fonasi
- Parasimpatis untuk jantung dan viceral abdomen
PEMERIKSAAN MOTORIK
- Refleks biceps
- Refleks tricep
- Refleks brochioradialis
- Refleks patella / kuadrisep femoris
- Refleks achilles
- Refleks tromner
- Refleks hoffman
- Refleks babinski
- Refleks chaddock
- Refleks schaffer
- Refleks gardon
- Refleks snouting
- Refleks palmomental
- Refleks grosping
- Refleks glabella
PEMERIKSAAN SENSORIK
PROPTOPATIK
1. Rasa raba : gunakan ujung kapas. Sentuhkan pada kulit pasien apakah
dapat merasa atau tidak.
2. Rasa nyeri : gunakan ujung jarum/peniti, lakukan tusukan ringan di kulit.
3. Rasa suhu : sentuhkan tabung yang berisi air panas atau air dingin ke kulit
pasien.
PROPIOSEPTIK
DISKRIMINATIF
- Tes Romberg
- Tes hell to toe walking
2. Gangguan koordinasi non ekuilibrium
Gangguan pergerakan anggota gerak yang disengaja, terutama gerakan
halus. Terdiri dari :
A. Pemeriksaan Laboratorium
1) Pemeriksaan darah
Pemeriksaan ini dapat mendeteksi infeksi pada otak dan sumsum
tulang, perdarahan, kerusakan pembuluh darah, racun yang mempengaruhi
sistem saraf dan mengukur kadar obat pada pasien epilepsi.
2) Tes urine
Tes ini dilakukan untuk mendeteksi substansi abnormal pada urine
yang menyebabkan gangguan pada saraf.
3) Biopsi
Dilakukan dengan mengambil jaringan pada otot,saraf, atau otak untuk
kemudian di analisis di laboratorium.
B. Pemeriksaan Radiologi
1) Foto rontgen
Pemeriksaan menggunakan sinar X untuk melihat kondisi tubuh,
misalnya tulang tengkorak.
2) CT scan
Dalam pemeriksaan neurologi, CT scan dapat mendeteksi lokasi
kerusakan otak pada pasien cedera kepala, gumpalan darah atau
perdarahan pada pasien stroke atau tumor otak.
3) MRI
Untuk mendeteksi tumor otak dan saraf tulang belakang, multiple
sclerosis, stroke, dan stenosis spinal.
5) Mielografi
Untuk mendeteksi cedera, luka, dan tumor pada saraf tulang belakang.
6) Neurosonografi
Untuk menganalisis aliran darah pada otak dan mendiagnosis stroke,
tumor otak serta hidrosefalus.
2) Elektromigrafi (EMG)
EMG dapat mendeteksi lokasi dan tingkat keparahan saraf yang
terjepit.
3) Elektronistamografi (ENG)
Digunakan untuk mendiganosis gangguan keseimbangan (nistagmus).
4) Polisamnografi
Pengukuran terhadap aktivitas tubuh dan otak selama pasien tertidur.
Hasil tes digunakan untuk mengidentifikasi gangguan tidur, serta
gangguan gerak dan gangguan pernafasan selama tidur.\
D. Cerebral Angiography
Pemeriksaan untuk mendeteksi penyempitan atau penyumbatan arteri dan
pembuluh darah di otak, kepala, dan leher serta mendeteksi lokasi dan ukuran
aneurisma otak.
E. Fungsi Lumbal
Untuk mendeteksi perdarahan dan infeksi di otak dan saraf tulang
belakang serta mengukur tekanan intrakranial.
Hasil :
Tes garpu tala adalah suatu tes untuk mengevaluasi fungsi pendengaran
individu secara kualitatif dengan menggunakan alat berupa seperangkat garpu tala
frekuensi rendah sampai tinggi 128 HZ-2048 Hz. Satu perangkat garpu tala
memberikan skala pendengaran dari frekuensi rendah hingga tinggi akan
memudahkan survei kepekaan pendengaran. Cara menggunakan garpu tala yaitu
garpu tala di pegang pada tangkainya, dan salah satu tangan garpu tala dipukul
pada permukaan yang berpegas seperti punggung tangan atau siku. Ada berbagai
macam tes garpu tala , diantaranya:
1) Tes Rinne
Interpretasi :
2) Tes Weber
Cara Pemeriksaan :
3) Tes Schwabach
Cara pemeriksaan :
Interpretasi :
C. Tes Keseimbangan
1) Tes Romberg
A. STROKE ISKEMIK
a. Stroke emboli cerebri
Bekuan darah atau plak yang terbentuk didalam jantung atau pembuluh
arteri besar yang terangkut menuju otak.
B. STROKE HEMORAGIK
a. Perdarahan Intracerebral
Pecahnya pembuluh darah darah dan masuk kedalam jaringan yang
menyebabkan sel-sel otak mati sehingga berdampak pada kerja otak
berenti. Penyebab tersering adalah hipertensi.
b. Perdarahan Subarachnoid
Pecahnya pembuluh darah yang berdekatan dengan permukaan otak dan
darah bocor dan tulang tengkorak. Penyebabnya bisa berbeda-beda tetapi
biasanya karena pecahnya aneurisma.
Stroke hemoragik
PIS PSA
Usia 40 – 60th 20 – 40th
Tanda awal Sakit kepala menetap Sakit kepala sangat hebat
Serangan Saat melakukan aktivitas Saat melakukan aktivitas
Gangguan kesadaran Turun mendadak Ggn kesadaran yg
reversibel
Defisit neurologi Fokal, sangat akut Dijumpai tanda rangsang
disertai tanda ↑ TIK selaput otak (kaku
kuduk)
Tekanan darah Hipertensi berat (sering) Hipertensi (jarang)
Temuan khusus Penyakit jantung, Perdarahan subhyaloid
lainnya hipertensi, retinopati /preretinal, perdarahan pd
hipertensi. likuor serebrospinal
CT Scan kepala Area hiperdens Area hiperdens di
intraserebral/ Sistema basalis
intraventrikular
VAS merupakan suatu garis lurus atau horizontal sepanjang 10 cm, yang
mewakili intensitas nyeri yang terus-menerus dan pendeskripsi verbal pada setiap
ujungnya. Pasien diminta untuk membuat tanda pada garis tersebut dan nilai yang
didapat ialah jarak dalam mm atau cm dari tanda di sebelah kiri skala sampai
tanda yang dibuat.
VAS adalah skala yang paling sering digunakan untuk mengukur
intensitas nyeri. VAS dinilai dengan kata tidak nyeri di ujung kiri dan sangat nyeri
di ujung kanan. Dinilai tidak ada nyeri apabila nilai VAS 0-5mm, nyeri ringan
apabila panjang garis menunjukkan angka 5-44 mm, 45-74 mm dinyatakan
sebagai nyeri sedang, dan lebih dari 70 mm dinilai sebagai nyeri berat. VAS
sudah terbukti merupakan skala linear yang diterapkan pada pasien dengan nyeri
akut pasca operasi.
Alat bantu untuk mengukur intensitas nyeri sangat bervariatif dan sangat
subjektif penilaiannya tergantung dari pasien. VAS merupakan skala pengukuran
yang lebih sensitif terhadap intensitas nyeri dibandingkan skala pengukuran
lainnya. Secara statistik VAS paling kuat rasionya karena dapat menyajikan data
dalam bentuk rasio.
Selain mengumpulkan data subjektif mengenai nyeri, pengamatan
langsung terhadap perilaku non verbal dan verbal dapat memberikan petunjuk
tambahan mengenai pengalaman nyeri pasien. Signal verbal dan emosional seperti
meringis, 16 menangis, ayunan langkah dan postur yang abnormal bisa menjadi
indikator nyeri yang sering dijumpai, perilaku tersebut dipengaruhi oleh jenis
kelamin dan perbedaan budaya.