Anda di halaman 1dari 50

1

TIDAK BOLEH TANYA


1. Menderita
2. Kalau boleh tau
3. Dilakuin
4. Ingin bunuh diri

Gejala min dlm 2 minggu. Gangguan mood bisa – 2 thn/ seumur hidup.
Irritable, hampa, pesimis, putus asa, salahkan diri sendiri, ingin bunuh diri.
Jika berat dapat disertai gejala psikotik (halusinasi dan waham).

1. Episode depresif ringan: mood depresif kehilangan minat, mudah


lelah (min 2) + 2 gejala lain
2. Episode depresif Sedang: 2/3 gejala ringan + 3 gejala lain
3. Episode Depresif Berat: Tanpa Gejala Psikotik dan Dengan Gejala
Psikotik

ANAMNESIS PASIEN DEPRESI


1. Basmalah
A. Membina sambung rasa, menanyakan identitas dan menanyakan keluhan utama
2. Sikap menerima pasien yang datang
3. Perkenalkan diri, salam Islami, persilahkan duduk
4. Tanyakan nama, umur, agama, suku bangsa, pendidikan dan pekerjaan
5. Tanyakan keluhan pasien untuk berobat
Maaf pak, ada yang bisa saya bantu?
B. Menggali riwayat penyakit
 2 minggu terakhir
 Apakah pasien terus menerus merasa sedih, depresi atau murung, hampir
sepanjang hari, hampir setiap hari?
Perasaannya bagaimana pak? Akhir-akhir ini sering ada perasaan sedih
tidak pak? Sudah berapa lama? Tiap hari gak?
 Apakah hampir sepanjang waktu pasien kurang berminat terhadap banyak
hal atau kurang bias menikmati hal-hal yang biasa dinikmati?
Ada tidak hobi yang sekarang sudah tidak dilakukan?

 Jika ada 2 atau lebih:


 Apakah nafsu makan berubah mencolok, atau apakah berat badan pasien
meningkat atau menurun tanpa upaya yang disengaja?
Ada tidak perubahan berat badan belakangan ini?
 Apakah pasien mengalami kesulitan tidur hampir tiap malam (tidak bias tidur
atau sering terbangun)?
Tidurnya sekarang bagaimana pak? Apa sulit tidur atau kadang terbangun?
 Apakah pasien berbicara atau bergerak lebih lambat daripada biasanya,
gelisah, tidak tenang, atau mengalami kesulitan untuk tetap diam?
Sehari-hari bicaranya seperti ini atau jadi melambat pak? Kalau jalan
apakah jadi lebih lambat pak?
 Apakah pasien kehilangan percaya diri, merasa taak berharga atau lebih
rendah diri dari orang lain?

AIN FITRAH AULIA NUR – OSCE SEMESTER V


2

Kepercayaan diri bagaimana pak akhir-akhir ini?


 Apakah pasien merasa bersalah atau mempersalahkan diri sendiri?
Ada tidak perasaan bersalah?
 Apakah sulit konsentrasi atau sulit mengambil keputusan?
Kalo kerja/kuliah konsentrasi gak? Ada kesulitan berkonsentrasi gak?
 Apakah berniat untuk menyakiti diri sendiri, ingin bunuh diri atau berharap
pasien mati?
Apakah ada keinginan untuk mengakhiri hidup? Gimana ya caranya?

ADA 4 ITEM ATAU LEBIH: DEPRESI

C. Mengakhiri Wawancara
6. Memperlihatkan sikap empati pada pasien
Crosscheck. Saya mengerti apa yang Bapak rasakan
7. Menyimpulkan hasil wawancara
Berdasarkan wawancara, saya menyimpulkan bapak mengalami depresi.
8. Menjelaskan tindak lanjut terapi
Saya bantu dengan obat dan vitamin ya pak. Ada yang mau ditanyakan?

Tx:
Antidepresan:
 Trisiklik: Amitriptilin
 Tetrasiklik
 SSRI (Selective Serotonine Reuptake Inhibitor): Sertraline
 NDRI (Norepinephrine Dopamine Reuptake Inhibitor)
Masalah perkawinan: Marital therapy
Tidak berhasil/toleran obat: Terapi Kejang Listrik

9. Mengakhiri dengan hamdalah dan salam islami.

AIN FITRAH AULIA NUR – OSCE SEMESTER V


3

Gangguan Panik Gangguan Cemas Menyeluruh


Gejala Sama

Panik = periode rasa takut yang tak nyaman Cemas = Kekhawatiran berlebihan tentang
disertai 5 gejala: berdebar, gemetar, nafas berbagai kejadian atau aktifitas selama
pendek, berkeringat dan rasa tercekik. sedikitnya 6 bulan.

Onset 4’ – 10’ redam kembali Onset 6 Bulan, sepanjang hari

Anxiety anticipatory free floating anxiety

*temporary *menetap 6 bln

Nyeri dada (kadang salah diagnosis jantung)


Takut pergi sendiri (antisipasi lebih awal Tegang, irritable, sulit tidur
karena takut kambuh) = Agoraphobia

Apa yang difikirkan?


Apa yang dirasakan?

AIN FITRAH AULIA NUR – OSCE SEMESTER V


4

ANAMNESIS PASIEN GANGGUAN PANIK


Etiologi: Biologik (neurotransmitter) dan Psikososial

1. Basmalah
A. Membina sambung rasa, menanyakan identitas dan menanyakan keluhan utama
2. Sikap menerima pasien yang datang
3. Perkenalkan diri, salam Islami, persilahkan duduk
4. Tanyakan nama, umur, agama, suku bangsa, pendidikan dan pekerjaan
5. Tanyakan keluhan pasien untuk berobat
B. Menggali riwayat penyakit
 Menanyakan apakah pasien sering mendapat serangan mendadak merasa cemas,
takut, tidak tenang atau tidak nyaman dalam situasi yang orang lain tidak merasa
demikian.
Jika YA:
 Apakah serangan tersebut datang secara tidak terduga?

Jika YA:

 Menanyakan apakah selama serangan terburuk yang pasien bisa ingat, apakah
pasien:
a. Denyut jantung tidak teratur, cepat atau berdebar keras
b. Berkeringat
c. Gemetar atau bergetar
d. Merasa mulut kering

Jika min. 1 YA:

a. Sulit bernafas
b. Merasa tercekik
c. Nyeri, tertekan atau tidak enak di dada
d. Mual atau gangguan perut
e. Kepala pusing, sempoyongan, melayang atau pingsan
f. Merasa asing dengan sekeliling pasien atau bagian tubuh pasien
g. Takut menjadi gila, kehilangan kendali atau pingsan
h. Takut pasien akan mati
i. Mengalami kilatan panas atau kedinginan
j. Kesemutan atau baal pada tubuh

Jika ada 4 item atau lebih YA: GANGGUAN PANIK

C. Mengakhiri Wawancara
6. Memperlihatkan sikap empati pada pasien
7. Menyimpulkan hasil wawancara
8. Menjelaskan tindak lanjut terapi
Crosscheck. Saya mengerti apa yang Bapak rasakan
Berdasarkan wawancara, saya menyimpulkan bapak mengalami depresi.
Saya bantu dengan obat dan vitamin ya pak. Ada yang mau ditanyakan?

Tx:

AIN FITRAH AULIA NUR – OSCE SEMESTER V


5

Farmakoterapi:
 Alprazolam, Sertraline dan Paroksetin, Lorazepam
 Trisiklik
 Tetrasiklik
 SSRI (Selective Serotonine Reuptake Inhibitor)
Terapi Kognitif Behavior

9. Mengakhiri dengan hamdalah dan salam islami.

ANAMNESIS PASIEN GANGGUAN CEMAS

AIN FITRAH AULIA NUR – OSCE SEMESTER V


6

Etiologi: belum sepenuhnya diketahui

1. Basmalah
A. Membina sambung rasa, menanyakan identitas dan menanyakan keluhan utama
2. Sikap menerima pasien yang datang
3. Perkenalkan diri, salam Islami, persilahkan duduk
4. Tanyakan nama, umur, agama, suku bangsa, pendidikan dan pekerjaan
5. Tanyakan keluhan pasien untuk berobat
B. Menggali riwayat penyakit
 Menanyakan apakah pasien khawatir berlebihan atau cemas terhadap perihal 2
atau lebih masalah hidup sehari-hari (mis. Keuangan, kesehatan anak, nasib
buruk) selama 6 bulan terahir? Lebih daripada orang lain? Apakah kekhawatiran
muncul hampir setiap hari? Atau apakah orang orang mengatakan kepada pasien
bahwa pasien khawatir berlebihan?

Jika YA:
 Menanyakan apakah pasien sering:
a. Denyut jantung tidak teratur, cepat atau berdebar keras
b. Berkeringat
c. Gemetar atau bergetar
d. Merasa mulut kering

Jika min. 1 YA:

e. Sulit bernafas
f. Merasa tercekik
g. Nyeri, tertekan atau tidak enak di dada
h. Mual atau gangguan perut
i. Kepala pusing, sempoyongan, melayang atau pingsan
j. Merasa asing dengan sekeliling pasien atau bagian tubuh pasien
k. Takut menjadi gila, kehilangan kendali atau pingsan
l. Takut pasien akan mati
m. Mengalami kilatan panas atau kedinginan
n. Kesemutan atau baal pada tubuh
o. Merasa sakit, nyeri otot atau tegang
p. Merasa gelisah tidak bisa santai
q. Tegang
r. Sulit menelan, kerongkongan tersumbat
s. Mudah kaget atau terkejut
t. Sulit konsentrasi/ pikiran kosong
u. Mudah tersinggung
v. Sulit tidur karena kekhawatiran pasien

Jika ada 4 item atau lebih YA: GANGGUAN ANXIETAS/CEMAS MENYELURUH

C. Mengakhiri Wawancara
6. Memperlihatkan sikap empati pada pasien
7. Menyimpulkan hasil wawancara
8. Menjelaskan tindak lanjut terapi

AIN FITRAH AULIA NUR – OSCE SEMESTER V


7

Crosscheck. Saya mengerti apa yang Bapak rasakan

Berdasarkan wawancara, saya menyimpulkan bapak mengalami Gangguan Cemas


Menyeluruh.

Saya bantu dengan obat dan vitamin ya pak. Ada yang mau ditanyakan?

Tx:
Farmakoterapi:
 Buspiron, Benzodiazepin
 SSRI (Selective Serotonine Reuptake Inhibitor)
 Trisiklik : Amitriptilin
 Antihistamin
 Beta Adrenergik Antagonis: Propanolol
Pengobatan mungkin seumur hidup

9. Mengakhiri dengan hamdalah dan salam islami.

AIN FITRAH AULIA NUR – OSCE SEMESTER V


8

ANAMNESIS PASIEN GANGGUAN PSIKOTIK


Gangguan jiwa yang ditandai adanya gangguan kemampuan menilai realita (reality testing ability)
yang ditandai adanya halusinasi dan/atau delusi. Terdapat kehilangan batas ego (ego boundaries,
membedakan diri dan lingkungan, pembicaraan atau perilaku kacau dan katatonik.

Halusinasi: gangguan persepsi yang ditangkap panca indra


Waham: keyakinan diri sendiri (gangguan isi pikir. Contoh: mengaku nabi)

Pasien tidak goyah, jangan tanyakan merasa tapi PERCAYA

Gangguan Jiwa

Organik Napza Non Organik/ Fungsional

Meracau
karena factor Psikotik Non Psikotik
fisik:
Reality Testing
Kehilangan Ability
kesadaran, Bukan
(+) Halusinasi Gangguan
delirium, lansia Gangguan
Mood
Waham (+) Delusi/ Mood
waham

Bizarre
Non
Tdk masuk akal:
Bizarre Gangguan Bukan Gangguan
Mengaku nabi, Neurotik Neurotik
tumbuh pohon Kenyataannya
di badan bisa tapi bukan: Anxietas, Stress
mengaku
presiden

 Gejala Positif
 Halusinasi
 Inkoherensi: tdk nyambung
 Katatonik: Posisi tidak berubah, diam
 Gejala Negatif ( jg ada pada org normal) : tdk inisiatif dsb

ANAMNESIS PASIEN GANGGUAN PSIKOTIK


AIN FITRAH AULIA NUR – OSCE SEMESTER V
9

1. Basmalah

A. Membina sambung rasa, menanyakan identitas dan menanyakan keluhan utama

2. Sikap menerima pasien yang datang


3. Perkenalkan diri, salam Islami, persilahkan duduk
4. Tanyakan nama, umur, agama, suku bangsa, pendidikan dan pekerjaan
5. Tanyakan keluhan pasien untuk berobat

B. Menggali riwayat penyakit

“APAKAH BAPAK PERCAYA BAHWA….”

 Menjelaskan bahwa akan menanyai pasien perihal pengalaman yang tidak lazim
yang mungkin dialami seseorang
 Menanyakan apakah keluarga atau kerabat menganggap keyakinan pasien aneh
dan tidak lazim (Hanya diberi kode ya jika contoh yang diberikan jelas merupakan
ide-ide kebesaran, hipokondriasis, kehancuran, bersalah)
 Menanyakan apakah pasien percaya ada yang memata-matai pasien, atau
berkomplot melawan pasien, atau mencoba mencederai pasien
Apa pernah ada orang yang berniat tidak baik pada bapak?
 Menanyakan apakah pasien percaya bahwa seseorang atau sesuatu kekuatan di
luar pasien, atau bisa mendengar pikiran pasien, atau bahwa pasien sungguh bisa
membaca atau mendengar apa yang difikirkan orang lain
 Menanyakan apakah pasien percaya bahwa sesorang atau suatu kekuatan di luar
pasien memasukkan buah pikiran yang bukan milik pasien ke dalam pikiran pasien,
atau menyebabkan pasien bertindak yang bukan lazimnya pasien
 Menanyakan apakah pasien percaya bahwa pasien sedang dikirimi pesan khusus
melalui TV, Radio, Koran, atau bahwa sesorang yang tidak pasien kenal secara
pribadi tertarik pada pasien
 Menanyakan apakah pasien mendapatkan penampakan atau bisa melihat yang
tidak bisa dilihat orang lain
 Menanyakan apakah pasien mendengar sesuatu yang tak dapat didengar orang
lain seperti suara-suara

Jika min 1 gejala YA:


 Apakah pasien mengalami hal ttersebut akhir-akhir ini? Jelaskan (misal bulan lalu)

C. Mengakhiri Wawancara

6. Memperlihatkan sikap empati pada pasien


7. Menyimpulkan hasil wawancara
8. Menjelaskan tindak lanjut terapi

Crosscheck. Saya mengerti apa yang Bapak rasakan

Berdasarkan wawancara, saya menyimpulkan bapak mengalami Gangguan Psikotik.

Saya bantu dengan obat dan vitamin ya pak. Ada yang mau ditanyakan?

AIN FITRAH AULIA NUR – OSCE SEMESTER V


10

Tx:
Farmakoterapi:
 Dopamin Reseptor Antagonis: CPZ, Haloperidol, Sulpirid
 Dopamin Serotonin Antagonis: Risperidon, Clozapin
Terapi Psikososial:
 Terapi perilaku: latihan keterampilan dan komunikasi
 Terapi kelompok: mengurangi isolasi social dan tingkatkan
kebersamaan
 Terapi orientasi keluarga: perbaiki hubungan keluarga
 Psikoterapi individual:
o Suportif: dorongan moral dan harga diri
o Orientasi tilikan: melatih kemampuan menyadari
gangguan yang dialami

9. Mengakhiri dengan hamdalah dan salam islami.

AIN FITRAH AULIA NUR – OSCE SEMESTER V


11

ANAMNESIS TERFOKUS

1. Basmalah
2. Salam, perkenalkan diri
3. Tanyakan identitas
4. Keluhan utama
Jenis? Karakteristik? Onset (sejak kapan? berapa lama?)
Sakitnya disebelah mana? (minta pasien menunjuk)
Untuk meringankan ngapain? Yang memperberat apa?
Mengganggu aktivitas? Tidur?
Nafsu makan? BB?
Pernah coba minum obat apa?
5. Keluhan yang relevan
6. Keluhan Tambahan
Ada gejala …. jg tdk? Ada demam/batuk/dahak/menggigil/Sulit BAB/Sulit BAK/ BAK
bercabang/ BAK lampias?
7. Keluhan tambahan yang relevan
8. Riwayat penyakit dahulu serta riwayat pengobatan yang relevan
Ada riwayat? Pernah mengalami hal serupa? Kapan? Dulu berobat? Obat apa? Ada
alergi obat tidak?
9. Riwayat penyakit keluarga
Anggota keluarga ada yang sakitnya serupa? Tetangga? Yg serumah? Satu lingkungan?
Kapan?
10. Factor risiko
Adar riwayat ke daerah endemis? Merokok? Makanan diperoleh darimana? Menu
seimbang?
11. Pertanyaan terarah
12. Pertanyaan terbuka dan tertutup seimbang
13. Menentukan diagnosis kerja
14. Menentukan diagnosis banding
15. Menjelaskan alasan diagnosis
16. Melakukan komunikasi verbal dan non verbal secara efektif
17. Menunjukan profesionalitas dokter
18. Hamdalah, salam islami.

AIN FITRAH AULIA NUR – OSCE SEMESTER V


12

GERD Gastroenteritis akut


- rasa nyeri / rasa tidak enak di - Diare, peningkatan jumlah feses
epigastrium atau retrosternal bagian dengan konsistensi yang
bawah (khas) menurun/encer
- Demam
- rasa nyeri nya seperti panas/
- Muntah, merupakan tanda adanya
terbakar (heartburn)
obstruksi usus
- Heartburn dapat terjadi mulai dari - Nyeri perut, berkaitan dengan lokasi
perut bagian atas hingga leher. infeksi karena kolonisasi bakteri
- kadang disertai disfagia (kesulitan - Kram, berkaitan dengan
menelan makanan), mual atau ketidakseimbangan elektrolit
regurgitasi, rasa pahit di lidah (electrolic imbalance)
- Tenesmus & Fecal urgency,
- bisa disertai suara serak, laringitis,
dorongan konstan untuk defekasi
batuk karena aspirasi sampai
timbulnya bronkiektasis atau asma

Kolesistitis akut Kolitis


- Khas: kolik perut di sebelah kanan
- Diare berdarah, nyeri abdomen,
atas epigastrium dan nyeri tekan
demam, penurunan berat badan,
- takikardia serta kenaikan suhu
Ulkus peptikum
tubuh
- Nyeri abdomen
- Kadang – kadang rasa sakit menjalar spigastrik, hilang dengan makan (du
odenum) atau memburuk dengan
ke pundak atau skapula kanan dan
makan (gastrikum), perdarahan
dapat berlangsung sampai 60 menit saluran cerna bagian atas
Dispepsia
tanpa reda.
- Ulcer like dyspepsia
- anoreksia dan sering mual
Nyeri ulu hati dominan, disertai
- Muntah relatif sering
nyeri pada malam hari
DD: pankreatitis akut, pielonefritis
- Dismolity like dyspepsia
dan infark miokard. Pada wanita
Kembung, mual, cepet kenyang
hamil kemungkinannya dapat
preeklampsia, appendisitis dan
kolelitiasis
Amebiasis Kolelitiasis
- Amebiasis kolon akut mungkin asimtomatik (gejala pada ∼ 2%
tahun) “kolik” biliaris serangan di kuadran
o Nyeri perut
kanan atas atau nyeri di epigastrium yang

AIN FITRAH AULIA NUR – OSCE SEMESTER V


13

o Diare yang berupa tinja cair, mulainya mendadak, terus-menerus,


menghilang perlahan, dan berlangsung
berlendir, berdarah dengan
selama 30menit hingga 3 jam.
frekuensi 10x perhari Berhubungan dengan nausea. Bisa
dicetuskan oleh makanan berlemak.
o Demam pada 1/3 penderita
o Tidak nafsu makan  bb Apendisitis
menurun drastis
- Amebiasis kolon menahun 1. Nyeri abdominal -> mula2 nyeri
dirasakan samar-samar dan tumpul
o Gejala usus ringan  rasa yang merupakan nyeri viseral di
tidak enak di perut daerah epigastrium atau sekitar
umbilicus. Setelah beberapa jam
o Diare yang diselingi obstipasi
nyeri berpindah dan menetap di
(sembelit) abdomen kanan bawah (titik Mc.
Burney). Nyeri akan bersifat tajam
o Diikuti gejala akut secara
dan lebih jelas letaknya sehingga
periodik berupa nyeri somatik setempat. Bila
terjadi perangsangan peritoneum
biasanya penderita akan mengeluh
nyeri di perut pada saat berjalan
atau batuk.

2. Mual-muntah biasanya pada fase


awal.

3. Nafsu makan menurun.

4. Obstipasi dan diare pada anak-anak.

5. Demam, terjadi bila sudah ada


komplikasi, bila belum ada
komplikasi biasanya tubuh belum
panas. Suhu biasanya berkisar
37,7°-38,3° C.

DD: gastroenteritis, infeksi panggul,


kehamilan ektopik, urolitiasis

AIN FITRAH AULIA NUR – OSCE SEMESTER V


14

ATRITIS REUMATOID LUPUS ERITEMATOSUS SISTEMIK


Kriteria ACR (1987) Kriteria Diagnosis ACR 1982. diagnosis ditegakkan
1. Kaku pagi, sekurangnya 1 jam bila didapatkan 4 dari 11 kriteria di bawah ini :
2. Atritis pada sendi sekurangnya 3 sendi 1. Ruam Malar
3. Atritis pada sendi pergelangan tangan, 2. ruam diskoid
metacorkophalanx (MCP) dan poximal 3. fotosensivitas
Interphalanx (PIP) 4. ulserasi di mulut atau nasofaring
4. Atritis yang sistematis. 5. artritis
5. nodul Reumatoid. 6. serositis (pleuritis atau perikarditis)
6. Faktor Reumatoid serum positif. 7. kelainan ginjal (proteinuri >0,5 g/hr, atau silinder
7. gambaran radiologik yang spesifik. sel)
untuk diagnosis AR, diperlukan 4 dari 7 kriteria 8. kelainan neurologi, kejang-kejang atau psikosis
tersebut diatas, untuk Kriteria 1-4 harus minimal 9. kelainan hematologi, anemia hemolitik, atau
diderita selama 6 minggu. lekopenia, limfopenia, atau trombopenia.
10. kelainan imunologik, sel LE positif atau anti DNA
DD: Spondiloartropati seronegatif, sindrom positif, atau anti Sm positif, tes serologis untuk
Sjogren. sifilis positif palsu.
11. antibodi antinuklear (ANA) positif.
DD: Mixed connecive tissue, sindrom vaskulitis

OSTEOARTRITIS GOUT ARTHRITIS


Osteoartritis        - Adanya tofus yang berisi kristal urat, atau
1. Nyeri lutut
2. Salah satu dari 3 kriteria berikut : Terdapat 6 dari 12 kriteria
i. Usia > 50 tahun 1)    Terdapat lebih dari satu kali serangan arthritis
ii. Kaku sendi < 30 menit
iii. Krepitasi + osteofit akut
2)  Inflamasi maksimal terjadi dalam waktu satu hari
Osteoartritis sendi tangan
3)  Arthritis monoartikuler
1. Nyeri tangan atau kaku
4)  Kemerahan pada sendi
2. Tiga dari 4 kriteria berikut :
a. pembesaran jaringan keras dari 2 5)  Bengkak dan nyeri pada MTP-1
atau lebih dari 10 sendi tulang tangan
6)  Artritis unilateral yang melibatkan MTP-1
tertentu (DIP II dan III ki&ka, CMC I ki &ka)
b. perbesaran jaringan keras dari 2 7)   Artritis unilateral yang melibatkan sendi tarsal
atau lebih sendi DIP
8)  Kecurigaan adanya tofus
c. pembengkakan pada < 3 sendi
MCP 9)  Pembengkakan sendi yang asimetris (radiologis)
d. deformitas pada minimal 1 dari 1o
10)   Kista subkortikal tanpa erosi (radiologis)
sendi tangan tertentu.
11)  Kultur mikroorganisme negative pada cairan
Osteoartritis sendi pinggul
sendi
1. Nyeri pinggul dan
2. minimal 2dari 3 keriteria dibawah ini :
a. LED < 20 mm/jam
b. Radiologi, terdapat osteofit pada

AIN FITRAH AULIA NUR – OSCE SEMESTER V


15

femur atau asetabulum


c. Radiologi; terdapat penyempitan
celah sendi (superior, axial, dan / atau
medial)
DD: Artritis reumatoid, atritis gout, artritis
spetic, spondilitis ankilosa

Bronchitis TB
Pegawai gudang Salesman
- Batuk 4 hari - Batuk 3 minggu
- Dahak hijau - Dahak hijau merah
kental - Demam 7 hari
- Dada nyeri - Dada nyeri
- Merokok 1 - Orang tua sakit batuk
bungkus - Merokok
- BAK BAB (-) - Nafsu makan dan bb turun
- Tdk nafsu - Baru kali ini
makan - Berkeringat malam
- Minum OBH - BAK kuning
- Pernah batuk, - BAB lancer
OBH: sembuh - Tetangga batuk menahun

Anemia Malaria
Tukang sampah Supir luar kota

AIN FITRAH AULIA NUR – OSCE SEMESTER V


16

- Badan lemas 3 - Demam + menggigil


hari - 4 hari
- Mata kunang- - Demam terus menerus
kunang - Mual
- Bb menurun, - Sudah minum Paracetamol
bdan kurus - Baru pulang dari Kalimantan
- Makan tempe
tahu

DBD Leptospirosis
Karyawan Tukang sampah/ SAR Banjir
- Demam panas 3 hari - Demam 3 hari
- Demam naik turun - Kepala pusing
- Hari pertama tinggi - Mual
- Mual, muntah - Badan ngilu terutama betis
- Kepala pusing - Tidak pakai alas kaki
- BAK normal, BAB mencret - Mata takut kena sinar
- Nyeri otot - BAK kuning keruh
- Sudah minum obat warung - Ke daerah banjir
- Bitnik merah di tangan
- Tetangga penyakit serupa

Typhoid Batu Empedu/ Kolelithiasis


Pegawai kantor - Sakit perut kanan bawah
- Demam 7 hari - 3 hari, menjalar ke punggung
- Demam meningkat di malam hari - Demam
- Perut mual, muntah - BAK kuning the
- Sakit di perut tengah (ulu hati) - Habis makan soto mie
- BAB mencret - Pernah operasi usus
- Sering makan di jalan - Minum obat maag
- Teman kantor ada yang dirawat - Belum BAB
- Minum obat maag sembuh

Angina Pektoris
Karyawan
- Dada kiri sakit 4 hari
- Menetap seperti di tusuk
- Menjalar ke belakang
- Ringan dengan istirahat
- Rokok 1 bungkus

1. Bronkitis adalah infeksi pada saluran pernapasan utama dari paru-paru


atau bronkus yang menyebabkan terjadinya peradangan atau inflamasi pada saluran

AIN FITRAH AULIA NUR – OSCE SEMESTER V


17

tersebut. Kondisi ini termasuk sebagai salah satu penyakit pernapasan. Bronkitis akut
berasal dari infeksi paru-paru yang kebanyakan disebabkan oleh virus. Iritasi dan
peradangan menyebabkan bronkus menghasilkan mukosa atau lendir lebih banyak. Dan
tubuh berusaha mengeluarkan lendir atau mukosa yang berlebihan dengan cara batuk.
Penyebab bronkitis kronis yang paling umum adalah kebiasaan merokok. Tiap isapan
rokok berpotensi merusak bulu-bulu kecil di dalam paru-paru yang disebut rambut silia.
Rambut silia berfungsi menghalau dan menyapu keluar debu, iritasi, dan mukosa atau
lendir yang berlebihan.

AIN FITRAH AULIA NUR – OSCE SEMESTER V


18

REUMATOLOGI

ATRITIS REUMATOID

No.Dokumen : No. Revisi : Hal. 2

Pengertian Penyakit inflamasi sistemik kronik yang terutama mengenai sendi diartrodial.
Termasuk penyakit autoimun dengan etiologi yang tidak diketahui.

Diagnosis Kriteria ACR (1987)

8. Kaku pagi, sekurangnya 1 jam


9. Atritis pada sendi sekurangnya 3 sendi
10. Atritis pada sendi pergelangan tangan, metacorkophalanx (MCP) dan
poximal Interphalanx (PIP)
11. Atritis yang sistematis.
12. nodul Reumatoid.
13. Faktor Reumatoid serum positif.
14. gambaran radiologik yang spesifik.
untuk diagnosis AR, diperlukan 4 dari 7 kriteria tersebut diatas, untuk Kriteria 1-4
harus minimal diderita selama 6 minggu.

AIN FITRAH AULIA NUR – OSCE SEMESTER V


19

Diagnosis Banding Spondiloartropati seronegatif, sindrom Sjogren.

LUPUS ERITEMATOSUS SISTEMIK

No.Dokumen : No. Revisi : Hal.

Pengertian Penyakit Autoimun yang ditandai produksi antibodi terhadap komponen-komponen


inti sel yang berhubungan dengan manifestasi klinis yang luas.

Kriteria Diagnosis ACR 1982. diagnosis ditegakkan bila didapatkan 4 dari 11 kriteria
di bawah ini :

12. Ruam Malar


13. ruam diskoid
14. fotosensivitas
15. ulserasi di mulut atau nasofaring
16. artritis
Diagnosis 17. serositis (pleuritis atau perikarditis)
18. kelainan ginjal (proteinuri >0,5 g/hr, atau silinder sel)
19. kelainan neurologi, kejang-kejang atau psikosis
20. kelainan hematologi, anemia hemolitik, atau lekopenia, limfopenia, atau
trombopenia.
21. kelainan imunologik, sel LE positif atau anti DNA positif, atau anti Sm positif, tes
serologis untuk sifilis positif palsu.
22. antibodi antinuklear (ANA) positif.

Diagnosis Banding Mixed connecive tissue, sindrom vaskulitis

AIN FITRAH AULIA NUR – OSCE SEMESTER V


20

OSTEOARTRITIS

No.Dokumen : No. Revisi : Hal.

Pengertian OA merupakan penyakit degeneratif yang mengenai rawan sendi. Penyakit


ini ditandai oleh kehilangan rawan sendi progresif dan tebentuknya tulang
baru pada tebekula subkondral dan tepi tulang (osteofit)

Osteoartritis

3. Nyeri lutut
4. Salah satu dari 3 kriteria berikut :
iv. Usia > 50 tahun
v. Kaku sendi < 30 menit
vi. Krepitasi + osteofit

Osteoartritis sendi tangan

3. Nyeri tangan atau kaku


4. Tiga dari 4 kriteria berikut :
Diagnosis a. pembesaran jaringan keras dari 2 atau lebih dari 10 sendi
tulang tangan tertentu (DIP II dan III ki&ka, CMC I ki &ka)
b. perbesaran jaringan keras dari 2 atau lebih sendi DIP
c. pembengkakan pada < 3 sendi MCP
d. deformitas pada minimal 1 dari 1o sendi tangan tertentu.

Osteoartritis sendi pinggul

3. Nyeri pinggul dan


4. minimal 2dari 3 keriteria dibawah ini :
a. LED < 20 mm/jam
b. Radiologi, terdapat osteofit pada femur atau asetabulum
c. Radiologi; terdapat penyempitan celah sendi (superior,
axial, dan / atau medial)
Diagnosis Banding Artritis reumatoid, atritis gout, artritis spetic, spondilitis ankilosa

SPONDILITIS ANKILOSA

No.Dokumen : No. Revisi : Hal.

Pengertian Spondilitas ankilosa (SA) merupakan penyakit inflamasi sistemik kronik,


yang terutama mengenai tulang-tulang aksial. Dikenal dua bentuk yaitu
spondilitas ankilosa primer, (idiopatik) dan sekunder yang berkaitan dengan
artritis reaktif, psoriasis, atau penyakit kolon inflamatif.

Kriteri New York

1. Nyeri pada Vertebra lumbal, atau dorsolumbal


2. Keterbatasan gerak fleksi anterior, fleksi lateral, dan ekstensi lumbal
3. Keterbatasan ekspansi, dada sebesar > 2,5 cm pad sela iga IV
Diagnosis
Diagnosis definitive ditegakkan berdasarkan :

1. Gambaran radiografi sakroilitis bilateral derajat 3-4 ditambah 1 atau


lebih criteria di atas, atau
2. Gambaran radiografi sakroilitis bilateral derajat 3-4 atau saktorilitis
bilateral derajat 2, ditambah criteria 1 atau criteria 2 + 3

AIN FITRAH AULIA NUR – OSCE SEMESTER V


21

Diagnosis Banding Penyakti reiter, spondiloartropati junrvile, arthritis psoraitic

SIROSIS HATI

No.Dokumen : No. Revisi : Hal.

Pengertian Penyakit hati menahun yang difus ditandai dengan adanya nekrosis,
pembentukan jaringan ikat disertai nodul.

Pemeriksaan fisik stigma sirosis (palmar eritema, spider nevi) vena kolateral
Diagnosis
dinding perut, ikterus, ederma pretibial, asites, splenomegali.

Diagnosis Banding Hepatitis kronik aktif

HEPATOMA

No.Dokumen : No. Revisi : Hal.

Pengertian Tumor ganas hati prima

Anamnesis : penurunan BB, nyeri perut kanan atas, anoreksia, malaise,


benjolan perut kanan atas,

Diagnosis Pemeriksaan fisik : hepatomegali berbenjol-benjol, stigma penyakit hati


kronik.

Laboratorium : peningkatan AFP, PIVKA II, ALP, USG, lesi fokal/difus dihati.

Diagnosis Banding Abses hati

Unit terkait Departemen Bedah Digestif

HEPATITIS VIRUS AKUT

No.Dokumen : No. Revisi : Hal.

Pengertian Inflamasi hati akibat infeksi hepatitis yang berlangsung


KOLESISTITIS AKUT selama < 6 bulan

No.Dokumen
Anamnesis: : malaise, anoreksia,
mual, No. Revisiurin
: berwarna gelap,
Hal.

Diagnosis Pemeriksaan fisik : ikterus, hepatomegali


Pengertian Reaksi inflamasi kandungan empedu akibat infeksi bekterial akut yang
Laboratorium : ALTnyeri
disertai keluhan dan AST meningkat
perut > 3nyeri
kanan atas, x N tekan dan panas badan.

Diagnosis Hepatitis akibat


Anamnesis: obat,
nyeri hepatitis alkoholik,
epigastrium atau perutpenyakit saluran
kanan atas, empedu,
dapat menjalar ke
Diagnosis Banding
leptospirosis
daerah scapula kanan, demam

Pemeriksaan fisik teraba massa kandung empedu, nyeri tekan disertai


tanda-tanda peritonitis local, tanda murphy (+), ikterik bisanya
menunjukkan adanya batu di saluran empedu ekstrahepatik.

Laboratorium : luekositosis,

USG : penebalan dinding kandung empudu, seringkali ditemukan pula hati :

AIN FITRAH AULIA NUR – OSCE SEMESTER V


22

pus (+)

Angina prekotis, infark miokard akut, apendisitis akut retroseaekal, tukak


Diagnosis Banding
peptik perforasi, pankreatitis akut, obstruksi intestinal.

TROPIK INFEKSI

DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)

No.Dokumen : No. Revisi : Hal.

Pengertian Penyakit demam akut yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan
melalui gigitan nyamuk aedes aegypty dan Aedes albopictus serta memenuhi
kriteria WHO untuk DBD

Diagnosis Kriteria diagnosis WHO 1997 untuk DBD harus memenuhi :

- Demam atau riwayat demam akut antara


2-7 hari, biasanya bifasik
- Terdapat minimal satu dari manifestasi
pendarahan berikut ini :
o Uji troniquet positif (> 20 petekie
dalam 2,54 cm2)
o Petekie, ekimosis, atau purpura
o Pendaharan mukosa, saluran
cerna, bekas suntikan, atau tempat lain
o Hematemesis atau melena
- Trombositopenia (< 100.000/mm3)
- Terdapat minimal satu tanda-tanda plasma
leakage :
o Hematokrit meningkat > 20 %
dibanding hematokrit rata-rata pada usia, jenis kelamin dan populasi
yang sama.
o Hematokrit turun hingga > 20 %
dari hematokrit awal, setelah pemberian cairan
o Terdapat efusi pleura, efusi
perikard, asites dan hipoproteimnemia

Derajat

I : Demam disertai gejala konstitusional yang tidak khas, manifestasi


pendarahan hanya berupa uji torniquet positif dan atau mudah memar

II : derajat 1 disertai pendarahan spontan

III : terdapat kegagalan sirkulasi : nadi cepat dan lemah atau hipotensi,
disertai kulit dingin dan lembab serta gelisah

IV : Renjatan : tekanan darah dan nadi tidak teratur

DBD derajat III dan IV digolongan dalam sindrom renjatan dengue

AIN FITRAH AULIA NUR – OSCE SEMESTER V


23

Diagnosis Banding Demam akut lain yang bermanifestasi trombositopenia

DEMAM TIFOID

No.Dokumen : No. Revisi : Hal.

Pengertian Penyakit sistemik akut yang disebabkan oleh infeksi kuman Salmonella Typi

Diagnosis Anamnesis : demam naik secara bertangga lalu menetap selama beberapa
hari, demam terutama sore/malam hari, sakit kepala nyeri otot, anoreksia,
mual, muntah, obstipasi atau diare.

PF: febris, kesadaran berkabut, bradikardia relatif (peningkatan suhu 1 o C tidak


diikuti peningkatan denyut nadi 8 x /menit), lidah yang berselaput (kotor di
tengah tepi dan ujung merah, serta termor) hepatomegali, splenomegali, nyeri
abdomen, roseolae (jarang ada orang indonesia)

Lab: dapat ditemukan lekopeni, lekositosis, atau lekosit normal, aneosinofilia,


limfopenia, peningkatan LED, anemia ringan, trombositopenia, gangguang
fungsi hati

Kultur darah (biakan empedu) positif atau peningkatan titet uji.

Widal > 4 kali lipat setelah 1 minggu memastikan diagnosis.

Kultur darah negatif tidak menyingkirkan diagnosis. Uji widal tunggal dengan
liter antibodi O 1/320 atau H 1/640 disertai gambaran klinis khas menyokongh
diagnosis.

Hepatitis tifosa bila memenuhi 3 atau lebih kriteria Khosla: hepatomegali,


ikterik, kelainan laboratorium (antara lainL bilirubin >30,6 umol/l, peningkatan
SGOT/SGPT, penurunan indeks, kelainan Histofatologi.

Tifoid Karier : ditemukannya kuman salmonella typhi dalam biakan feses atau
urin pada seseorang tanpa tanda klinis infeksi atau pada seseorang setelah 1
tahun pasca-demam tifoid.

Diagnosis Banding Infeksi virus, malaria

LEPTOSPIROSIS

No.Dokumen : No. Revisi : Hal.

Pengertian Penyakit zoonosis yang disebabkan oleh spirokaeta patogen dari famili
leptospiracese

Diagnosis Anamnesis: demam tinggi, menggigil, sakit kepala, nyeri otot, mual muntah,
diare,

PF : injeksi konjungtiva, ikterik, fotofobia, hepatomegali, splenomegali,

AIN FITRAH AULIA NUR – OSCE SEMESTER V


24

penurunan kesadaran

Lab: dapat ditemukan lekositosis, peningkatan amilase, lipase dan CK,


gangguan fungsi hati, gangguan fungsi ginjal

Serologi leptospira positif, (tiler, 1 > 100 atau terdapat peningkatan > kali
pada tiler ulangan).

Diagnosis Banding Hepatitis tifosa, ikterus obstruktifm malarie, kolangitis, hepatitis fulminan.

MALARIA

No.Dokumen : No. Revisi : Hal.

Pengertian Penyakit yang disebabkan oleh infeksi parasit Plasmodiurn falsiparum, Plasmodium vivax.
Plasmodium ovale, atau Plasmodium malariae dan ditularkan melatui gigitan nyamuk
anopheles

Anainnesis: riwayat demam intermiten atau terus menerus, riwayat dari atau pergi ke
daerah endemik malaria, trias malaria (keadaan menggigil yang dikuti dengan demarn
dan kemudian timbul keringat yang banyak; pada daerah endemik malaria, trias malaria
mungkir tidak ada, diare dapat merupakan gejala utama)

PF: konjungtiva pucat, sklera ikterik, splenomegali

Lab: sediaan darah tebal clan tipis ditemukan plasmodium, serologi malaria (+) [sebagai
penunjang]

Malaria berat: ditemukannya P. falsiparuni dalam stadium aseksual disertai satu atau
leb;h gejala berikut:

1. Malaria serebrai: koma dalam yang tak dapat/sulit


dibangunkan dan bukan disebabkan oleh penyakit lain

2. Anemia berat (normositik) pada keadaan hitung parasit


>10.0001ul. (Hb <5 g/dI atau hematokrit <1 5%)
3. Gagal ginial akut (urin <400 ml/24 j3m pada orang dewasa, atau <12 m]lkgBB
pada anak-anak setelah dila!-,ukan rehidrasi disertai kreatinin >3 mg/dl)
4. Edema parulacute respiratory distress syndrome (ARDS)
5. Hipoglikemia (gula darah < 40 g/dl)
6. Gagal sirkulasi atau syok (tekanan sistolik <70 mmHg, disertai kerimgat. dingin
atau perbedaan temperatur
Kulit-mukosa >1`C)

7. Perdarahan spontan dad hidung, gusi, saluran cerna, dan lateu disertai ganguan
koalgulasi intrevaskular
8. Kejarg berulang lebih dari 2 kali dalam 24 jam setelah pendinginan pada
hipertermia
9. Asidernia (pH 7,25) atau. asidesis (bikarbonatt plasma <15 mEq/1)
10. Hemogiobinuria makroskopik oleh karena infeksi. malaria akut (bukan karena
efek samping obat antimalaria pada pasien dengan defisierisi G6PD)
11. Diagnosis pasca-kematian dengan ditemukannya P.
falsiparurn yang padat pada pembuluh darah kapiler jaringan otak.

Beberapa keadaan yang juga digolongkan sebagai malaria berat sesuai dengan gambaran

AIN FITRAH AULIA NUR – OSCE SEMESTER V


25

kfinis daerah setempat

1. Gangguan kesadaran
2. Kelemahan otot tanpa kelainan neurologis (tak bIsa duduk/jalan)
3. hiperparasitemia >5% pada daerah hipoendemik atau
daerah tak stabil malaria.

4. Ikterus (bilirubin >3 mg/dl)


5. Hiperpireksia (temperatur rektal >40oC)
Diagnosis InfeKsi virus, dern.am tifoid toksk, hepatitis fulminan, leptospirosis, ensefalitis
Banding

PEDS

1. Basmalah
2. Siapkan alat dan bahan
3. Perkenalkan diri
4. Tujuan dan alasan
5. Meminta persetujuan
6. Menanyakan apakah orangtua akan mengisi sendiri atau dibantu
7. Mengisi lembar penanyaan, penilaian dan interpretasi

AIN FITRAH AULIA NUR – OSCE SEMESTER V


26

8. Memberi penjelasan pada orang tua


9. Mengakhiri dengan hamdalah dan salam islami.

Contoh Kasus:
 Bayu, yang sejak lahir selalu diperiksa secara rutin. Pada usia 3 tahun orang tua
mengeluhkan Bayu panas badan dan dari telinga kiri keluar cairan. Bayu diberi obat dan
disarankan untuk kontrol 5 hari kemudian.
 Pada saat kontrol, Bayu sudah tidak panas dan dari telinganya tidak keluar cairan lagi, tetapi
ditindak lanjuti.
 Bayu belum bisa lancar berbicara, anaknya pendiam dan pemalu, Anak mau bicara bila
ditanya, itupun hanya beberapa kata

AIN FITRAH AULIA NUR – OSCE SEMESTER V


27

AIN FITRAH AULIA NUR – OSCE SEMESTER V


28

AIN FITRAH AULIA NUR – OSCE SEMESTER V


29

AIN FITRAH AULIA NUR – OSCE SEMESTER V


30

AIN FITRAH AULIA NUR – OSCE SEMESTER V


31

Jenis respon Kategori aspek


perkembangan

Tampak terbelakang, tidak dapat mengerjakan sesuatu yang Global/kognitif


dapat dilakukan oleh anak lain, lamban, imatur, kemampuan
belajar lamnat, pelu waktu lama untuk mempelajari sesuatu,
kesulitan dalam mempelajari/mengerjakan sesuatu

Tidak dapat berbicara normal, menggunakan kalimat-kalimat Bahasa ekspresif dan


pendek, tidak selalu dapat mengatakan apa yang dimaksud, artikulasi
kadang-kadang tidak masuk akal, tidak dapat berbicara secara
terencana, tidak ada yang mengerti perkataannya kecuali
orangtuanya/pengasuh

Tidak mengerti apa yang anda katakan, tidak mendengar Bahasa reseptif
dengan baik

Jenis respon Kategori aspek


perkembangan

Tidak dapat membuat garis lururs, tidak dapat menulis nama, Motorik halus
tidak dapat menggambar suatu bentuk, tidak benar dalam
memegang pensil, belum dapat makan menggunakan
sendok/makan masih berantakan

Ceroboh, berjalan aneh, berjinjit, belum dapat naik sepeda, Motorik kasar
sering terjatuh, pincang, kurang keseimbangan, tidak mnyukai
menendang bola

Keras kepala, hiperaktif, gangguan pemusatan perhatian, Perilaku


manja, menjengkelkan, suka merengek, hanya melakukan apa
yang dia mau

Senang meyendiri, cengeng, tidak menyukai perubahan, Emosi sosial


pemarah, mudah frustasi, pemalu, ingin menang sendiri,
perasaan mudah berubah

Jenis respon Kategori aspek


perkembangan

Tidak mau melakukan sesuatu sendiri, tidak memberitahu bila Kemandirian


BAK atau BAB, belum bisa latihan kebersihan, masih minum

AIN FITRAH AULIA NUR – OSCE SEMESTER V


32

susu botol, tidak dapat berpakaian sendiri

Tidak bisa menulis nama (nilai sama seperti motorik halus) Sekolah
tidak tahu warna atau angka, tidak mau belajar membaca,
tidak dapat mengingat huruf, kadang-kadang tidak dapat
mengeja kata-kata

Infeksi telinga, asma, kecil untuk anak seusianya, sering sakit, Lain-lain
pendengaran kurang baik, penglihatan kurang baik

Anak normal, perkembangan perilaku normal Tidak ada kelainan

AIN FITRAH AULIA NUR – OSCE SEMESTER V


33

AIN FITRAH AULIA NUR – OSCE SEMESTER V


34

AIN FITRAH AULIA NUR – OSCE SEMESTER V


35

AIN FITRAH AULIA NUR – OSCE SEMESTER V


36

PEMERIKSAAN GINEKOLOGI

1. Basmalah
2. Salam, perkenalkan diri
3. Inform consent. Tujuan: Memeriksan kondisi genital interna dan eksterna; screening
4. Mempersiapkan alat (LAMPU nyalakan duluan!!)
Tidak steril: lampu, kursi atur dulu, cawan ginjal, kom alat dengan klorin 0,5%,
Povidone Iodine, Alkohol, Kasa steril dibantu asisten
Steril: (cuci tangan WHO, pakai glove) pinset, speculum cocor bebek
5. Meminta pasien membuka pakaian bawah dan pakaian dalam
(Laki2 minta ditemani perawat wanita atau suami pasien)

Inspeksi

1. Duduk menghadap genitalia pasien


2. Inspeksi: secret, darah, flour albus, laserasi, erosi (akibat garuk), pembengkakan KGB,
pembengkakan kelenjar Bartholin dan skene, massa, tanda inflamasi
3. Laporkan

Pemeriksaan Inspekulo
1. Jelaskan bahwa akan dilakukan prosedur pemasangan alat. Mohon merespon bila terdapat
rasa nyeri, dan meminta pasien agar tidak mengedan.
2. Asepsis dengan povidone iodine dan alcohol/NaCl
3. Pasang speculum
4. Lihat dinding vagina: Rugae baik, Atrophy (Menopause), ulkus, discharge
5. Lihat Porsio Vaginalis Servisis Uteri: Bulat, licin, merah muda homogeny, tdk hiperemis,
discharge, OUE tertutup
6. Lepas speculum, letakkan di kom.
7. Laporkan

Pemeriksaan Bimanual

1. Jelaskan prosedur, jangan mengedan, beritahu jika nyeri.


2. Buka vulva dengan tangan kiri, masukkan jari tengah dulu lalu dorong ke perineum, lalu
masukkan jari telunjuk.
3. Perabaan Vulva dan Perineum: palpasi 360 derajat.
Laporan: nyeri tekan, pembesaran kelenjar Bartholin dan skene, pembesaran KGB
4. Perabaan Vagina dan Dasar Panggul: 2 jari memutar. Raba cavum Douglasi (fornix posterior)
Laporan: Rugae vaginalis kasar bergaris-garis melintang, tdk teraba massa. Tidak ada
buldging (pembesaran cavum akibat perdarahan), tdk ada nyeri tekan.
5. Perabaan Servix:
Laporkan: Bulat, licin, Kenyal, posisi anteversiofleksi (lawan: retroversiofleksi), OUE tertutup
6. Perabaan Corpus Uteri: masukkan jari sedalam-dalamnya, tangan diluar menekan perut ke
bawah, agak ke simfisis, memegang fundus dan belakang corpus uteri. Tangan kiri diluar
mencekap dan mendorong corpus uteri ke depan.
Laporkan: letak anteversiofleksi, bentuk spt buah pir, sebesar telur ayam, konsistensi kenyal,
permukaan rata, gerakan mobile (tdk mobile: metastasis), tdk ada nyeri.

AIN FITRAH AULIA NUR – OSCE SEMESTER V


37

7. Perabaan Parametrium dan Adnexum: cek fornix lateral. Minta pasien menarik nafas dan
menghembuskan nafas. Raba saat ekspirasi. Raba parametrium, tuba, dan ovarium.
Laporkan: tdk ada massa dan nyeri tekan)
8. Pemeriksaan selesai. Persilahkan pasien memakai pakaian kembali. Terimakasih.
9. Buka sarung tangan, cuci tangan, MATIKAN LAMPU, laporkan hasil.
10. Hamdalah, salam.

AIN FITRAH AULIA NUR – OSCE SEMESTER V


38

PEMERIKSAAN ANTENATAL KEHAMILAN TRIMESTER II


(16-28 MINGGU)
1. Basmalah, salam islami
2. Perkenalkan diri, inform consent, silahkan membuka baju, kaki pasien tekuk
3. Membersihkan tangan dengan antiseptic
Inspeksi
Wajah : Kloasma gravidarum, konjungtiva.., sklera.., eksoftalmus
Leher : tdk ada perubahan bentuk, pembesaran tiroid
Dada : payudara membesar tegang, kelenjar Montgomery jelas, papilla
menonjol,
areola hiperpigmentasi
Abdomen : striae gravidarum, linea nigra, buncit simetris
Kaki : edema
4. Mengamati bentuk dan kesimetrisan dinding perut
Palpasi
5. (dari proc. Xyphoideus, hangatkan tangan) Tentukan fundus
uteri (1 tgn)
Setinggi…., Meteran… +/- 1 - … minggu
6. Meraba keadaan dinding perut (massa/ cairan bebas/ nyeri
tekan/ ballotemen in toto (+)
Auskultasi
7. Meletakkan stetoskop Laenec di bawah fundus/ subumbilikus.
Pegang nadi ibu untuk membandingkan dengan bising aorta.
8. Mendengarkan dan menghitung frekuensi bunyi jantung janin
(5’, istirahat, 5’, istirahat, 5’, istirahat, x4. Selisih>2 irreguler)
DJJ normal: 120-160 dpm
Laporkan:
Ibu: G..P..A..H.., Hamil.. minggu (Rumus Neagle: +7, -3, +1)
Janin: Tunggal, hidup, intrauterine
9. Bersihkan tangan dengan antiseptic
10. Akhiri dengan hamdalah dan salam Islami

NB:

Berat Janin = (tinggi fundus uteri-12) x 155 gram (jika kepala belum masuk PAP).

Berat Janin = (tinggi fundus uteri-11) x 155 gram ( Jika kepala sudah masuk PAP).

AIN FITRAH AULIA NUR – OSCE SEMESTER V


39

PEMERIKSAAN ANTENATAL KEHAMILAN TRIMESTER III


(>28 MINGGU)
1. Basmalah, salam islami
2. Perkenalkan diri, inform consent, pasien membuka baju, kaki pasien tekuk
3. Membersihkan tangan dengan antiseptic
Inspeksi
Wajah : Kloasma gravidarum, konjungtiva.., sklera.., eksoftalmus
Leher : tdk ada perubahan bentuk, pembesaran tiroid
Dada : payudara membesar tegang, kelenjar Montgomery jelas, papilla
menonjol,
areola hiperpigmentasi
Abdomen : striae gravidarum, linea nigra, buncit simetris
Kaki : edema
4. Mengamati bentuk dan kesimetrisan dinding perut
Palpasi
5. (dari umbilikus, hangatkan tangan)
Leopold 1
 Pemeriksa menghadap muka ibu.
 Kaki pasien ditekuk, paha dibuka.
 Pemeriksa di sebelah kanan.
 Membawa Rahim ke tengah dengan kedua tangan
di lateral, tekan ikuti kontur uterus kearah kranial
hingga tangan bertemu di tengah, disitulah tinggi
fundus uteri.
 Cek gambar disamping. Ukur juga dgn meteran.
Selama maneuver, rasakan bagian bulat lunak
(bokong) atau bulat keras (kepala).
Laporan: bulat lunak, bokong, usia
kehamilan..minggu

Leopold 2
 Letakkan tangan kiri pemeriksa di perut ibu sebelah kanan dekat fundus uteri.
 Tekan tekan kearah kaudal sambal merasakan lengkung kontinyu (vertebrae),
maka itu adalah punggung janin.
Laporan: Punggung kanan/kiri

Leopold 3
 Tangan kanan pemeriksa memegang bagian terbawah janin diantara ibu jari dan
jari lainnya. Tekan secara lembut untuk menentukan bagian terbawah janin. Keras
bulat dan hampir homogen adalah kepala, lunak kurang simetris adalah bokong.
 Coba digoyangkan. Jika bisa digoyangkan maka bagian bawah janin belum masuk
PAP. Jika terfiksir, maka sudah masuk PAP
Laporkan: presentasi kepala/bokong, msk PAP/belum.

Leopold 4
 Pemeriksa menghadap kaki pasien.

AIN FITRAH AULIA NUR – OSCE SEMESTER V


40

 Tangan kiri dan kanan di lateral setinggi umbilicus, ditekan-tekan kearah simfisis.
 Jika salah satu jari (jari tengah) menyentuh sinsiput maka gerakan dihentikan.
 Jika tangan kiri menyentuh sinsiput, ibu jari tangan kiri diletakkan di sebelah
kanan perut ibu. Tarik garis hayal, berapa jari dari PAP. 3 jari: 2/5
Laporkan: ../5

Auskultasi
6. Meletakkan stetoskop Laenec subumbilikus kearah punggung janin
7. Mendengarkan dan menghitung frekuensi bunyi jantung janin

(5’, istirahat, 5’, istirahat, 5’, istirahat, x4. Selisih>2 irreguler)


DJJ normal: 120-160 dpm

Laporkan:
Ibu: G..P..A..H.., Hamil.. minggu (Rumus Neagle: +7, -3, +1)
Janin: Tunggal, hidup, intrauterine, presentasi kepala/bokong/sungsang
8. Bersihkan tangan dengan antiseptic
9. Akhiri dengan hamdalah dan salam Islami

AIN FITRAH AULIA NUR – OSCE SEMESTER V


41

PEMERIKSAAN KEKUATAN OTOT


1. Basmalah, salam, perkenalkan diri, tujuan, inform consent
2. Mencuci tangan dengan antiseptic
3. Mempersilahkan pasien berbaring di tempat tidur
4. Pemeriksaan kekuatan otot dengan gerakan aktif lengan dan tungkai (pasien menggerakkan,
pemeriksa menahan)
5. Pemeriksaan kekuatan otot dengan gerakan pasif lengan dan tungkai (pasien menahan,
pemeriksa menggerakkan)
6. Menjelaskan derajat kekuatan otot
0= lumpuh total, tdk ada sama sekali kontraksi otot
1= sedikit kontraksi otot, tapi tdk ada gerakan persendian yg harus digerakkan otot tsb
2= ada gerakan tapi tdk bisa melawan gravitasi
3= ada gerakan, mampu melawan berat tapi tdk bisa mengatasi tahanan
4= mampu melawan berat tapi hanya mengatasi sedikit tahanan yg diberikan
5= normal
7. Laporkan
8. Cuci tangan
9. Hamdalah, salam

AIN FITRAH AULIA NUR – OSCE SEMESTER V


42

PEMERIKSAAN SISTEM SENSORIK


1. Basmalah, salam
2. Perkenalkan diri, tujuan, inform consent
3. Persilahkan pasien duduk atau berbaring di tempat tidur
4. Cuci tangan
PEMERIKSAAN SENSIBILITAS RASA RABA
 Minta pasien menutup mata
 Kapas berujung halus pada ekstremitas
 Membandingkan kiri dan kanan (lesi otak) atau atas bawah (lesi dermatomal)
 Terasa? Terasa seperti apa?

PEMERIKSAAN SENSIBILITAS RASA NYERI


 Minta pasien menutup mata dan membuka baju (jika memeriksa bag dada)
 Jarum tumpul pada ekstremitas. Atau pakai rader bergerigi pada torak dan
abdomen dengan memperhatikan ICS
 Membandingkan kiri dan kanan (lesi otak) atau atas bawah (lesi dermatomal)
 Terasa? Terasa seperti apa?

PEMERIKSAAN SENSIBILITAS RASA SUHU


 Minta pasien menutup mata
 Gunakan tabung reaksi
 Membandingkan kiri dan kanan (lesi otak) atau atas bawah (lesi dermatomal)
 Terasa? Terasa seperti apa?

PEMERIKSAAN SENSIBILITAS RASA GERAK DAN SIKAP


 Minta pasien menutup mata
 Lipat salah satu jari tangan. Minta pasien melakukan hal yg sama pada tangan yg
lain/
 Membandingkan kiri dan kanan (lesi otak) atau atas bawah (lesi dermatomal)
 Terasa? Terasa seperti apa?

PEMERIKSAAN SENSIBILITAS RASA GETAR


 Minta pasien menutup mata
 Garpu tala pada tonjolan di seluruh ekstremitas. Acromion, olecranon, caput ulna,
patella, malleolus lateralis
 Membandingkan kiri dan kanan (lesi otak) atau atas bawah (lesi dermatomal)
 Terasa? Terasa seperti apa?

INTERPRETASI HASIL
Cuci tngan, hamdalah, salam.

AIN FITRAH AULIA NUR – OSCE SEMESTER V


43

PEMERIKSAAN SARAF KRANIAL


1. Basmalah, salam
2. Perkenalkan diri, tujuan, inform consent
3. Persilahkan pasien duduk atau berbaring
4. Cuci tangan

PEMERIKSAAN N. I (N. OLFACTORIUS)

 Tanya ada pilek atau polip


 Tutup mata, tutup lubang hidung bergantian
 Stimulus bau

 Anosmia adalah hilangnya daya penghiduan.

 Hiposmia adalah bila daya ini kurang tajam.

 Hiperosmia adalah daya penghiduan yang terlalu peka.

PEMERIKSAAN N. II (N. OPTICUS)

 Redupkan ruangan
 Cek pupil dengan senter
 Tes hitung jari (makin mundur)
 Tes warna dengan bola
 Tes lapang pandang donder +/- 1 m

PEMERIKSAAN N. III (N. OCULOMOTORIUS), N. IV (N. TROCHLEARIS) DAN N. VI (N.


ABDUSCENS)

 Gerak Bola Mata dan Miosis Pupil:


 N. III
Medial (m. rectus medialis)
Atas luar (m. rectus superior)
Bawah luar (m. rectus inferior)
Atas dalam (m. obliquus inferior)
Membuka kelopak mata (m. levator palpebra)
Miosis pupil (m. sphingter pupil)
 N. IV
Oblik hingga nasal (m. obliquus superior)
 N. VI
Lateral (m. rectus lateral)
 Pemeriksaan miosis pupil dengan mendekat jauhkan jari, lalu menggunakan senter
pd salah satu mata.

- Direk/langsung : cahaya ditujukan seluruhnya kearah pupil. Normal, akibat


adanya cahaya maka pupil akan mengecil (miosis). Perhatikan juga apakah

AIN FITRAH AULIA NUR – OSCE SEMESTER V


44

pupil segera miosis, dan apakah ada pelebaran kembali yang tidak terjadi
dengan segera.

- Indirek/tidak langsung: refleks cahaya konsensuil. Cahaya ditujukan pada satu


pupil, dan perhatikan pupil sisi yang lain.

 Diplopia (melihat kembar)

 Strabismus (juling)

 Nistagmus (gerakan bola mata diluar kemauan pasien)

 Eksoftalmus (mata menonjol keluar)

PEMERIKSAAN N. V (N. TRIGEMINUS)

 Motorik
Mengunyah/menggigit dan relaksasi. Raba m. masseter dan m. temporalis
Pasien diminta merapatkan gigi sekuatnya, kemudian meraba M. masseter dan M.
temporalis. Normalnya kiri dan kanan kekuatan, besar dan tonus nya sama.
 Sensorik

- Dengan kapas lakukan pemeriksaan pada dahi, pipi dan rahang bawah.

- Refleks kornea : Mata ikuti tangan pemeriksa. Sentuhkan kapas pada putih
mata. Kornea disentuh dengan kapas, bila normal pasien akan menutup
matanya atau menanyakan apakah pasien dapat merasakan.

- Refleks masseter : Dengan menempatkan satu jari pemeriksa melintang


pada bagian tengah dagu, lalu pasien dalam keadaan mulut setengah
membuka dipukul dengan ”hammer reflex” normalnya didapatkan sedikit
saja gerakan, malah kadang kadang tidak ada. Bila ada gerakan hebat
yaitu kontraksi M. masseter, M. temporalis, M. pterygoideus medialis
yang menyebabkan mulut menutup ini disebut refleks meninggi.

PEMERIKSAAN N. VII (N. FASCIALIS)

 Pemeriksaan fungsi motorik :


Segmen atas
 Angkat alis kerutkan dahi (m. frontalis)
dibagian yang lumpuh lipatannya tidak dalam
 Tutup mata (m. orbicularis oris)
menutup mata dengan rapat dan coba buka dengan tangan
pemeriksa
Segmen bawah
 Menyeringai (labionasalis simetris)

AIN FITRAH AULIA NUR – OSCE SEMESTER V


45

 Gembungkan pipi (m. buccinators)  lumpuh: makanan


terkumpul
 Bersiul (m.orbicularis oris)
Moncongkan bibir atau menyengir, memperlihatkan gigi, bersiul (suruh pasien
bersiul, dalam keadaan pipi mengembung tekan kiri dan kanan apakah sama
kuat. Bila ada kelumpuhan maka angin akan keluar kebagian sisi yang
lumpuh)

 Pemeriksaan fungsi sensorik :

 Lidah : Pasien disuruh untuk menjulurkan lidah, kemudian


diletakkan gula, asam,garam atau sesuatu yang pahit. Pasien cukup
menuliskan apa yang terasa diatas secarik kertas. 

Lesi UMN/LMN?

PEMERIKSAAN N. IX ( N. GLOSSOPHARYNGEUS) DAN N. X (N. VAGUS)

 Motorik:
 Pasien bersuara (disfonia atau afonia)
 Pasien buka mulut, minta pasien mengucapkan aaaaa
Lihat palatum molle dan arkus faring. Uvula simetris/tdk
 Reflex muntah dengan spatel (jangan di depan pasien)

Cara 1 : Pasien diminta untuk membuka mulut dan mengatakan huruf


“a”. Jika ada gangguan maka otot stylopharyngeus tak dapat terangkat
dan menyempit dan akibatnya rongga hidung dan rongga mulut masih
berhubungan sehingga bocor. Jadi pada saat mengucapkan huruf “a”
dinding pharynx terangkat sedang yang lumpuh tertinggal, dan tampak
uvula tidak simetris tetapi tampak miring tertarik kesisi yang sehat

Cara 2 : Pemeriksa menggoreskan atau meraba pada dinding pharynx


kanan dan kiri dan bila ada gangguan sensibilitas maka tidak terjadi
refleks muntah.

PEMERIKSAAN N. XI (N. ACCESSORIUS)

 M. sternocleidomastoideus: Pasien diminta untuk menoleh kekanan dan kekiri dan


ditahan oleh pemeriksa, kemudian dilihat dan diraba tonus dari m.
sternocleidomastoideus
 M. trapezius: Dengan menekan pundak pasien dan pasien diminta untuk
mengangkat pundaknya.

PEMERIKSAAN N. XII (N. HYPOGLOSSUS)

 Dengan adanya gangguan pergerakan lidah, maka perkataan-perkataan tidak dapat


diucapkan dengan baik, hal demikian disebut: dysarthria.
 Julur dan gerak lidah.

AIN FITRAH AULIA NUR – OSCE SEMESTER V


46

Dysarthria: dalam keadaan diam lidah tidak simetris, biasanya tergeser kedaerah
lumpuh karena tonus disini menurun. Bila lidah dijulurkan maka lidah akan
membelok kesisi yang sakit.
 Melihat apakah ada atrofi atau fasikulasi pada otot lidah.
 Kekuatan otot lidah dapat diperiksa dengan menekan lidah kesamping pada pipi dan
dibandingkan kekuatannya pada kedua sisi pipi.

Lesi UMN/LMN?

Lesi UMN dan LMN


            UMN berasal dari korteks serebri dan menjulur ke bawah, satu bagian (traktus
kortikobulbaris) berakhir pada batang otak sedangkan bagian lainnya (traktus
kortikospinalis) menyilang bagian bawah modula oblongata dan terus turun ke dalam
medulla spinalis. Nuklei nervus kranialis merupakan ujung akhir traktus
kortikobulbaris. Traktus kortikospinalis berakhir di daerah kornu anterior medulla
spinalis servikal sampai sacral. Serabut-serabut spinalis yang melalui piramide
modula oblongata membentuk traktus piramidalis. Serabut-serabut saraf dalam traktus
kortikospinalis merupakan penyalur gerakan voluntary, terutama gerakan halus,
disadari, dan mempunyai ciri tersendiri.
            LMN mencakup sel-sel motorik nuclei nervus kranialis dan aksonnya serta
sel-sel kornu anterior medulla spinalis dan aksonnya. Serabut-serabut motorik keluar
melalui radiks anterior atau motorik medulla spinalis, dan mempersarafi otot-otot.
            Lesi pada UMN dan LMN menyebabkan perubahan-perubahan khas pada
respon otot. Pengetahuan  mengenai perbedaan kelemahan otot akan mempermudah
menentukan letak lesi neurologis tersebut.

Perbedaan antara  Kelemahan UMN dan LMN


Karakteristik UMN LMN
Jenis dan distribusi Lesi di otak : “distribusi Bergantung LMN yang
kelemahan piramidalis” yaitu bagian terkena yaitu sgmen
distal terutama otot-otot radiks, atau saraf tersebut.
tangan, ekstensor lengan
dan fleksor tungkai lebih
lemah.
Lesi di medulla spinalis
:bervariasi bergantung
lokasi lesi.
Tonus Spastisitas : lebih nyata Flaksid
pada fleksor lengan dan

AIN FITRAH AULIA NUR – OSCE SEMESTER V


47

ekstensor tungkai
Massa otot Hanya sedikit mengalami Atropi dapat sangat jelas
disuse atropi
Refleks Meninggi : Babinski Menurun atau tidak ada :
positif Babinski negatif
Fasikulasi Tidak Ada
Klonus Seringkali ada Tidak ada.

. Gangguan UMN menigkatkan tonus otot, sedangkan gangguan LMN menurunkan tonus
otot.

Kelumpuhan

Fisiologi dan patofisiologi


Setiap serabut otot yang mengatur gerakan disadari melalui dua kombinasi sel saraf ,
salah satunya terdapat pada korteks motorik, serabut – serabutnya berada tepat pada traktus
piramida yaitu penyilangan traktus piramida, dan serat lainnya berada pada ujung anterior
medula spinalis, serat – seratnya berjalan menuju otot.

Yang pertama disebut sebagai neuron motorik atas ( upper motor neuron ) dan yang

terakhir disebut neuron motorik batah ( lower motor neuron ). Setiap saraf motorik yang
menggerakkan setiap otot merupakan komposisi gabungan ribuan saraf – saraf motorik
bawah.

Jaras motorik dari otot ke medula spinalis dan juga dari serebrum ke batang otak
dibentuk oleh UMN. UMN mulai di dalam korteks pada sisi yang berlawanan di otak,
menurun melalui kapsul internal, menyilang ke sisi berlawanan di dalam batang otak,
menurun melalui traktus kortikospinal dan ujungnya berakhir pada sinaps LMN. LMN
menerima impuls di bagian ujung saraf posterior dan berjalan menuju sambungan mioneural.
Berbeda dengan UMN, LMN berakhir di dalam otot.

Ciri – ciri klinik pada lesi di UMN dan LMN adalah :

UMN    : kehilangan kontrol volunter, peningkatan tonus otot, spastisitas otot, tidak ada
atropi otot, reflek hiperaktif dan abnormal.

AIN FITRAH AULIA NUR – OSCE SEMESTER V


48

LMN    : kehilangan kontrol volunter, penurunan tonus otot, paralysis flaksid otot, atropi otot,
tidak ada atau penurunan reflek.

Rangkaian sel saraf berjalan dari otak melalui batang otak keluar menuju otot yang
disebut motor pathway. Fungsi otot yang normal membutuhkan hubungan yang lengkap
disepanjang semua motor pathway. Adanya kerusakan pada ujungnya menurunkan
kemampuan otak untuk mengontrol pergerakan – pergerakan otot.

Hal ini menurunkan efesiensi disebabkan kelemahan, juga disebut paresis.


Kehilangan hubungan yang komplit menghalangi adanya keinginan untuk bergerak lebih
banyak. Ketiadaan kontrol ini disebut paralisis. Batas antara kelemahan dan paralisis tidak
absolut. Keadaan yang menyebabkan kelemahan mungkin berkembang menjadi kelumpuhan.
Pada tangan yang lain, kekuatan mungkin memperbaiki lumpuhnya anggota badan.
Regenerasi saraf untuk tumbuh kembali melalui satu jalan yang mana kekuatan dapat kembali
untuk otot yang lumpuh. Paralisis lebih banyak disebabkan perubahan sifat otot. Lumpuh otot
mungkin mebuat ototo lemah, lembek dan tanpa kesehatan yang cukup, atau mungkin kejang,
mengetat, dan tanpa sifat yang normal ketika otot digerakkan.

Tipe paralisis :

1. monoplegia yaitu hanya mengenai satu anggota badan


2. diplegia yaitu mengenai bagian badan yang sama pada kedua sisi badan, contohnya :
kedua lengan atau kedua sisi wajah
3. hemiplegia yaitu mengenai satu sisi badan atau separuh badan
4. quadriplegia yaitu mengenai semua keempat anggota badan dan batang tubuh

AIN FITRAH AULIA NUR – OSCE SEMESTER V


49

Penyebab kelumpuhan

Kerusakan saraf yang dapat menyebabkan paralisis mungkin di dalam otak atau
batang otak ( pusat sistem saraf ) atau mungkin di luar batang otak ( sistem saraf perifer ).
Lebih sering penyebab kerusakan pada otak adalah  stroke, tumor, truma ( disebabkan jatuh
atau pukulan ), multiple sclerosis ( penyakit yang merusak bungkus pelindung yang menutupi
sel saraf ), serebral palsy ( keadaan yang disebabkan injuri pada otak yang terjadi sesaat
setelah lahir ), gangguan metabolik ( gangguan dalam penghambatan kemampuan tubuh
untuk mempertahankannya ).

Kerusakan pada batang otak lebih sering disebabkan trauma, seperti jatuh atau
kecelakaan mobil. Kondisi lainnya yang dapat menyebabkan kerusakan saraf dalam atau
dengan segera berdekatan pada tulang belakang termasuk : tumor, herniasi sendi ( juga
disebut ruptur sendi ), spondilosis, rematoid artrirtis pada tulang belakang atau multiple
sklerosis.

Kerusakan pada saraf tepi mungkin disebabkan trauma, carpal tunel sindrom, Gullain
Barre Syndrom, radiasi, toksin atau racun, CIDP, penyakit dimielinisasi.

Tanda dan gejala

Distribusi paralisis memberikan syarat yang penting untuk bagian saraf yang rusak.
Hemiplegia disebabkan kerusakan otak pada sisi berlawanan dengan paralysis, biasanya dari
stroke. Paraplegia terjadi setelah injuri pada bagian bawah batang otak , dan quadriplegia

AIN FITRAH AULIA NUR – OSCE SEMESTER V


50

terjadi setelah kerusakan bagian atas batang otak pada tingkat bahu atau lebih tinggi ( saraf
yang mengontrol lengan sejajar tulang belakang ). Diplegia biasanya mengindikasikan
kerusakan otak, lebih sering karena serebral palsy. Monoplegia mungkin disebabkan
pemisahan kerusakan diantara system saraf pusat atau saraf perifer. Kelemahan atau paralysis
hanya dapat terjadi pada lengan dan kaki dapat mengindikasikan penyakit diemelinisasi.

Gejala berfluktuasi dalam membedakan bagian tubuh mungkin disebabkan multiple


sclerosis. Kejadian paralysis lebih sering disebabkan injuri atau stroke. Penjalaran paralysis
mengindikasikan penyakit degeneratif, penyakit infeski seperti  GBS atau CIDP, gangguan
metabolisme . Gejala lain yang sering menyertai paralisis termasuk mati rasa dan perasaan

kesemutan, nyeri, perubahan penglihatan , kesulitan berbicara,atau masalah dengan


keseimbangan. Cedera pada batang otak sering menyebabkan menurunnya fungsi kandung
kemih, BAB dan organ sex. Injuri diatas batang otak dapat menyebabkan kesulitan dalam
bernafas.

Kelainan pada saraf bisa berupa kelainan pada:


1.      Korteks Cerebri: cirinya terjadi gangguan fungsi luhur yaitu gangguan dalam berbahasa,
gangguan fraksi, dan gangguan genosis.

2.      Capsula Interna: terdapat nervus VII dan XII yang bersifat kontralateral. bila ada kelainan
maka menyebabkan lesi pada otot-otot bicara yang mengakibatkan bicara pelo.

3.      Medulla Spinalis: bila lesi setinggi cervical terjadi kelumpuhan tangan dan kaki, bila lesi
setinggi thorakal terjadi kelumpuhan tungkai, bila lesi setinggi lumbosakral terjadi
kelumpuhan hanya tungkai. Perbedaan lesi pada thorakal dan lumbosakral yaitu pada letak
lesi motoriknya. kalo pada thorakal di upper motorneuron, sedangkan pada lumbosakral di
lower motorneuron.

4.      Batang otak: Lesi berupa kelumpuhan anggota gerak yang bersifat kontralateral (bila
lumpuh pada sebelah kanan maa lesi pada saraf sebelah kiri)

AIN FITRAH AULIA NUR – OSCE SEMESTER V

Anda mungkin juga menyukai