Anda di halaman 1dari 9

Kasus Psikiatri

Nama Peserta: dr. Rifna Febraini Asnawi


Nama Wahana: RSUD Latemmamala Soppeng
Topik: Gangguan Panik
Tanggal (Kasus): 08 Februari 2018
Nama Pasien: Tn. H No. RM: 181734
Tanggal Presentasi: Juli 2018 Pendamping: dr. Misdawaty / dr. Marlina Since
Tempat Presentasi: RSUD Latemmamala Soppeng
Objek Presentasi:
Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan pustaka
Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa
Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil
Deskripsi: : Laki-laki, 37 tahun, datang ke poli jiwa dengan keluhan cemas yang
sudah dialami sejak ±3 bulan yang lalu, cemas dialami seperti takut berkendara
sendiri, keluar rumah sendiri, takut jatuh, hingga takut jika tiba-tiba meninggal. Jika
penyakitnya datang pasien mengatakan jantungnya berdebar-debar, berkeringat dingin,
gemetaran, dan sulit bernapas. Ketika hal itu terjadi pasien merasakan seperti sebentar
lagi akan meninggal, sehingga ia pun lalu meminta maaf pada keluarganya. Pasien
mengaku sudah 5 kali mengalami hal demikian. Pasien juga mengeluh sering sakit
perut tiba-tiba, namun sakit perut itu sembuh sendiri. Pasien sekarang mengeluh sakit
perut tembus ke belakang disertai nyeri dada dan sering merasa pusing tiba-tiba.
Pasien sudah mengkonsumsi alprazolam selama beberapa minggu yang diberikan oleh
dokter dan dosis obat sudah perlahan diturunkan hingga pemberian alprazolam
dihentikan.
Pasien akhir-akhir ini memikirkan masalah pekerjaannya, pasien tidak mau kalah
bersaing dengan teman sekantornya.
Tujuan: Menegakkan diagnosis penyakit kejiwaan.
Bahan Tinjauan
Riset Kasus Audit
Bahasan: pustaka
Cara Presentasi dan
Diskusi e-mail Pos
Membahas: diskusi

Data Pasien: Nama: Tn.H No. Registrasi: 181734


Nama RS: RSUD Latemmamala Soppeng
Data Utama Untuk Bahan Diskusi:
1. Diagnosis/Gambaran Klinis:
Laki-laki, 37 tahun, datang ke poli jiwa dengan keluhan cemas yang sudah dialami
sejak ±3 bulan yang lalu, cemas dialami seperti takut berkendara sendiri, keluar rumah
sendiri, takut jatuh, hingga takut jika tiba-tiba meninggal. Jika penyakitnya datang
pasien mengatakan jantungnya berdebar-debar, berkeringat dingin, gemetaran, dan
sulit bernapas. Ketika hal itu terjadi pasien merasakan seperti sebentar lagi akan
meninggal, sehingga ia pun lalu meminta maaf pada keluarganya. Pasien mengaku
sudah 5 kali mengalami hal demikian. Pasien juga mengeluh sering sakit perut tiba-
tiba, namun sakit perut itu sembuh sendiri. Pasien sekarang mengeluh sakit perut

1
tembus ke belakang disertai nyeri dada dan sering merasa pusing tiba-tiba.
Pasien sudah mengkonsumsi alprazolam selama beberapa minggu yang diberikan oleh
dokter dan dosis obat sudah perlahan diturunkan hingga pemberian alprazolam
dihentikan. Pasien akhir-akhir ini memikirkan masalah pekerjaannya, pasien tidak mau
dikalah bersaing dengan teman sekantornya.
2. Riwayat Pengobatan: Pasien sudah mengkonsumsi alprazolam beberapa minggu yang
diberikan oleh dokter dan dosis obat sudah perlahan diturunkan hingga pemberian
alprazolam dihentikan.
3. Riwayat Kesehatan/Penyakit:
Status gizi baik, riwayat keluhan yang sama sebelumnya (-), riwayat trauma kepala (-)
4. Kondisi lingkungan sosial dan fisik:
-
Pasien adalah anak ke 5 dari 8 bersaudara
-
Hubungan dengan keluarga baik
-
Pasien telah menikah dan memiliki 2 anak (♂,♀)
-
Pasien tinggal dengan istri dan anak
-
Tidak ada riwayat keluarga yang menderita gangguan yang sama
Daftar Pustaka:
1. Kusumadewi I, Elvira SD. Gangguan Panik. Dalam: Buku Ajar Psikiatri Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Edisi Kedua. Badan Penerbit FKUI. Jakarta: 2013.
hal 258-63.
2. Sadock J Bejamin, Sadock A Virginia. Buku Ajar Psikiatri Klinis. Edisi kedua.ECG
Jakarta:2010.hal 230 -33.
3. Departeman Kesehatan RI. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di
Indonesia III, cetakan pertama. hal. 177-9.
4. Stein DJ, Hollander E et al. Textbook of Anxiety Disorders. American Psychiatric
Publishing. 2009. hal399-435.
5. Lydiard RB, Johnson RH. Assessment and Management of Treatment-Resistance in
Panic Disorder. Focus psychiatry guideline. June 1, 2011. Vol IX ; No. 3. Diunduh
tanggal 18 Juli 2014.
6. Stein MB et al. Practice Guideline For The Treatment of Patients With Panic Disorder.
Second Edition. American Psychiatric Association guideline. 2009. Diunduh tanggal
18 Juli 2014.
Hasil Pembelajaran:
1. Menegakkan diagnosis gangguan panik
2. Melakukan penanganan awal

2
Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio

3
1. Subjektif
Laki-laki, 37 tahun, datang ke poli jiwa dengan keluhan cemas yang sudah dialami
sejak ±3 bulan yang lalu, cemas dialami seperti takut berkendara sendiri, keluar rumah
sendiri, takut jatuh, hingga takut jika tiba-tiba meninggal. Jika penyakitnya datang
pasien mengatakan jantungnya berdebar-debar, berkeringat dingin, gemetaran, dan
sulit bernapas. Ketika hal itu terjadi pasien merasakan seperti sebentar lagi akan
meninggal, sehingga ia pun lalu meminta maaf pada keluarganya. Pasien mengaku
sudah 5 kali mengalami hal demikian. Pasien juga mengeluh sering sakit perut tiba-
tiba, namun sakit perut itu sembuh sendiri. Pasien sekarang mengeluh sakit perut
tembus ke belakang disertai nyeri dada dan sering merasa pusing tiba-tiba.
Pasien sudah mengkonsumsi alprazolam selama beberapa minggu yang diberikan oleh
dokter dan dosis obat sudah perlahan diturunkan hingga pemberian alprazolam
dihentikan. Pasien akhir-akhir ini memikirkan masalah pekerjaannya, pasien tidak mau
dikalah bersaing dengan teman sekantornya.

2. Objektif
STATUS MENTAL
A. Deskripsi Umum
Penampilan : 1. Penampilan : Seorang laki-laki umur 37 tahun, wajah sesuai umur, kulit sawo matang,
tinggi badan ±165 cm, proporsi badan normal, berpakaian rapi.
2. Kesadaran : Baik
3. Perilaku dan aktivitas psikomotor : Tenang
4. Pembicaraan : Spontan, lancar, intonasi sedang
5. Sikap terhadap pemeriksa : Kooperatif

B. Keadaan Afektif (mood), Perasaan, dan Empati, Perhatian :


1. Mood : cemas
2. Afek : normal,sesuai
3. Empati : dapat dirabarasakan

C. Fungsi Intelektual (kognitif) :


1. Taraf pendidikan, pengetahuan umum dan kecerdasan : Sesuai dengan taraf pendidikan
2. Daya konsentrasi : Baik
3. Orientasi (waktu, tempat, dan orang) : Baik
4. Daya ingat : Jangka panjang baik, jangka pendek baik, dan jangka segera baik.
5. Pikiran abstrak : Baik
6. Bakat kreatif : Tidak ditelusuri
7. Kemampuan menolong diri sendiri : Baik

D. Gangguan Persepsi :
1. Halusinasi : Tidak ada
2. Ilusi : Tidak ada
3. Depersonalisasi : Tidak ada
4. Derealisasi : Tidak ada

E. Proses Berpikir :
1. Arus pikiran :
a. Produktivitas : Cukup

4
b. Kontinuitas : Relevan, koheren
c. Hendaya berbahasa : Tidak ada
2. Isi pikiran :
a. Preokupasi : Masalah penyakit pasien dan pekerjaan
b. Waham : Tidak ada
c. Obsesi : Tidak ada
d. Fobia : Tidak ada
e. Fantasi : Tidak ada

F. Pengendalian Impuls : Cukup

G. Daya Nilai
1. Norma sosial : Baik
2. Uji daya nilai : Baik
3. Penilaian realitas : Baik

H. Tilikan (insight) : Derajat 6 (sadar kalau dirinya sakit dan perlu pengobatan)

I. Taraf dapat dipercaya : Dapat dipercaya

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan Fisik
Status internus: T = 140/80 mmHg, N = 71x/menit,
S = 36,7◦C, P = 17x/menit
 Pemeriksaan penunjang lainnya : -

3. Assessment
Dari autoanamnesis dan alloanamnesis didapatkan adanya gejala klinis yang
bermakna yaitu pasien jantungnya berdebar-debar, berkeringat dingin, gemetaran, sulit
bernapas, nyeri perut dan dada, serta pembatasan aktivitas karena kecemasan berlebihan,
keadaan ini menimbulkan penderitaan bagi pasien dan bisa digolongkan sebagai Gangguan
Jiwa. Dari status mental, tidak didapatkan hendaya dalam menilai realita, sehingga
digolongkan dalam Gangguan Jiwa Non-Psikotik. Pada pemeriksaan fisik tidak ditemukan
kelainan organobiologik sehingga digolongkan ke dalam Gangguan Jiwa Non-Organik.

Pemeriksaan Status Mental pada pasien ditemukan mood yang cemas. Ditemukan pula
gejala-gejala serangan panik berupa jantung berdebar-debar, berkeringat dingin, gemetaran,
sulit bernapas, takut mati, nyeri perut, nyeri dada, dan pusing. Dari gejala di atas, pasien telah
memenuhi 8 dari 3 gejala utama serangan panik sehingga dapat digolongkan ke
dalam Gangguan Panik (F.41.0). Disamping itu, ditemukan kecemasan persisten berdurasi
lebih dari 1 bulan terhadap: (1)serangan panik baru (2) konsekuensi serangan, atau (3) terjadi
perubahan perilaku yang signifikan berhubungan dengan serangan. Kecemasan berupa pasien
takut berpergian sendiri, takut jatuh di jalan karena pusing, dan takut apabila tiba-tiba
meninggal karena serangan panik yang dirasakan. Dari gejala tersebut pasien dapat
digolongkan ke dalam pembagian gangguan anxietas fobik yaitu Agorafobia (F.40.0).
DIAGNOSIS MULTIAKSIAL (Sesuai PPDGJ-III)
Aksis I : Gangguan panik (Anxietas Paroksismal Episodik) (F41.0)
Aksis II : Tidak cukup data untuk menentukan ciri kepribadian.
Aksis III : Tidak ada kelainan organik

5
Aksis IV : Persaingan kerja
Aksis V : GAF Scalae 70-61: beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan dalam fungsi,
secara umum masih baik.

DAFTAR PROBLEM
1. Organobiologik : Tidak ditemukan adanya gangguan, tetapi diduga terdapat
ketidakseimbangan neurotransmitter sehingga pasien memerlukan farmakoterapi.
2. Psikologik : Tidak ditemukan hendaya dalam menilai realita tapi tampak adanya gejala
panik sehingga pasien membutuhkan psikoterapi.
3. Sosiologik : Ditemukan adanya hendaya dalam bidang sosial sehingga pasien butuh
sosioterapi.

PROGNOSIS
1. Faktor
Penduku ng :Tidak adanya
kelainan organik, stresor
psikologik jelas,
adanya dukungan
keluarga, pasien sadar
kalau dirinya sakit dan
butuh pengobatan
2. Faktor
Penghambat : Pa
sien tidak teratur minum obat
Jadi dapat disimpulkan prognosis pasien tersebut adalah baik.

Gangguan anxietas adalah keadaan tegang yang berlebihan atau tidak pada tempatnya yang
ditandai oleh perasaan khawatir, tidak menentu atau takut. Gangguan anxietas mencakup
gangguan anxietas fobik, gangguan panik, gangguan anxietas menyeluruh, gangguan
campuran anxietas dan depresi serta gangguan obsesi kompulsif. 1

Gambar 1: Pembagian Gangguan Anxietas1

Gangguan panik merupakan salah satu jenis gangguan cemas kronik yang ditandai oleh
serangan panik parah yang berulang dan tak terduga, frekuensi serangannya bervariasi mulai
dari serangan terjadi lebih dari satu kali dalam setahun hingga serangan yang terjadi beberapa
kali dalam sehari. Serangan panik dapat pula terjadi pada jenis gangguan cemas yang lain,
namun hanya pada gangguan panik, serangan terjadi meskipun tidak terdapat faktor
presipitasi yang jelas. 2,3
Serangan panik dapat terjadi secara spontan ataupun sebagai respon terhadap situasi
tertentu.Variasi serangan sangat berfariasi, ada yang sering (setiap minggu), tetapi
berlangsung berbulan-bulan. Ada juga yang mengalami serangkaian serangan tetapi diikuti
periode tenang selama berminggu-minggu. 1
Menurut DSM-IV, gangguan panik adalah gangguan yang sekurang-kurangnya terdapat 3
serangan panik dalam waktu 3 minggu dan tidak dalam kondisi stres berat atau dalam situasi
yang mengancam kehidupan. Gangguan panik bersifat rekuren (kambuh) dan akan
mengakibatkan terjadinya serangan panik yang tidak diduga-duga dan mencapai puncaknya
kurang dari 10 menit. 2
Terdapat 3 model fenomenologi gangguan panik yaitu :
a. Serangan panik akut

6
Ditandai oleh timbulnya peningkatan aktifitas sistem saraf otonom secara mendadak dan
spontan disertai perasaan ketakutan. Serangan ini berakhir 10-30 menit dan dapat kembali
normal.1,2
b. Antisipasi kecemasan
Ditandai dengan perasaan takut bahwa serangan akan timbul kembali. Keadaan ini jarang
kembali normal karena sesudah serangan biasanya penderita sudah dalam kondisi kronis dan
selalu mengantisipasi terhadap onset serangan.1,2
c.Menghindari fobia
Adalah kondisi panik yang berkembang menjadi perilaku menghindar atau fobia. Penderita
menjadi ketakutan akan timbulnya serangan panik sehingga penderita menghindari situasi
tersebut. 2
A. Gambaran Klinis

Serangan panik pertama seringkali spontan, tanpa tanda akan terjadi serangan panik,
walaupun serangan panik kadang-kadang terjadi setelah luapan kegembiraan, kelelahan fisik,
aktivitas seksual atau trauma emosional. Serangan sering dimulai dengan periode gejala yang
meningkat dengan cepat selama 10 menit. Gejala mental utama adalah ketakutan yang kuat,
suatu perasaan ancaman kematian dan kiamat. Pasien biasanya tidak mampu menyebutkan
sumber ketakutannya. Pasien mungkin merasa kebingungan dan mengalami kesulitan dalam
memusatkan perhatian. Tanda fisik adalah takikardia, palpitasi, sesak nafas dan berkeringat.
Pasien seringkali mencoba untuk mencari bantuan. Serangan biasanya berlangsung 20 sampai
30 menit dan jarang lebih lama dari 1 jam.1,2
Gejala penyerta :
-
Gejala depresi seringkali ditemukan pada serangan panik dan agorafobia, pada
beberapa pasien suatu gangguan depresi ditemukan bersama-sama dengan gangguan
panik. Penelitian telah menemukan bahwa resiko bunuh diri selama hidup pada orang
dengan gangguan panik adalah lebih tinggi dibandingkan pada orang tanpa gangguan
mental.2
-
Disamping agorapobia, fobia lain dan gangguan obsesi kompulsif dapat terjadi
bersama dengan gangguan panik. Akibat psikologis dari gangguan panik dan
agorafobia selain pertengkaran perkawinan, dapat berupa waktu terbuang ditempat
kerja, kesulitan finansial yang berhubungan dengan hilangnya pekerjaan dan
penyalahgunaan alkohol dan zat lain.2

B. Diagnosis
Menurut DSM-IV, kriteria diagnosis gangguan panik harus dibuktikan dengan adanya
serangan panik yang berkaitan dengan kecemasan persisten berdurasi lebih dari 1 bulan
terhadap: (1)serangan panik baru (2) konsekuensi serangan, atau (3) terjadi perubahan
perilaku yang signifikan berhubungan dengan serangan. Selain itu untuk mendiagnosis
serangan panik, kita harus menemukan minimal 4 gejala dari 13 gejala berikut ini:
 Merasa pusing, tidak stabil berdiri, hingga pingsan
 Merasa kehilangan kontrol, seperti mau gila
 Takut mati
 Leher serasa dicekik
 Palpitasi, berdebar-debar, denyut jantung bertambah cepat
 Nyeri dada, rasa tidak nyaman di dada
 Merasa sesak, bernapas pendek
 Mual atau distress abdominal
 Gemetaran
 Berkeringat

7
 Rasa panas dikulit, menggigil
 Mati rasa, kesemutan
 Derealisasi, depersonalisasi (merasa seperti terlepas dari diri sendiri) 2
Selama serangan panik pasien senantiasa berkeinginan untuk kabur dan merasa ajalnya
hampir menjelang akibat perasaan terkecekik dan berdebar-debar. Gejala lain yang dapat
timbul pada serangan panik adalah sakit kepala, tangan terasa dingin, timbulnya pemikiran-
pemikiran yang mengganggu, dan merenung.2
Menurut PPDGJ-III gangguan panik baru ditegakkan sebagai diagnosis utama bila tidak
ditemukan adanya gangguan anxietas fobik.3
Untuk diagnosis pasti, harus ditemukan adanya beberapa kali serangan anxietas berat dalam
masa kira-kira satu bulan :
1. Pada keadaan dimana sebenarnya secara objektif tidak ada bahaya.
2. Tidak terbatas pada situasi yang telah diketahui atau yang dapat diduga sebelumnya
(unpredictable situation)
3. Dengan keadaan yang relatif dari gejala-gejala anxietas pada periode diantara serangan-
serangan panik (meskipun demikian umumnya dapat terjadi juga “anxietas antipsikotik” yaitu
anxietas yang terjadi setelah membayangkan sesuatu yang mengkhawatirkan akan terjadi. 3

D. Diagnosis Banding
Diagnosis banding untuk seorang pasien dengan gangguan panik adalah sejumlah gangguan
medis dan juga gangguan mental.1,2,3

Tabel 1 : diagnosis banding organik untuk gangguan panik1

Diagnosis banding psikiatrik untuk gangguan panik adalah pura-pura, gangguan buatan,
hiponkondriasis, gangguan depersonalisasi, fobia social dan spesifik, gangguan stress
pascatraumatik, gangguan depresif, dan skizofrenia.

RENCANA TERAPI
- Psikoterapi
Cognitive-behavioral therapy (CBT)
CBT, dengan atau tanpa farmakoterapi, merupakan terapi pilihan untuk gangguan panik, dan
terapi ini harus diberikan pada semua pasien.CBT memiliki efikasi yang lebih tinggi dalam
mengatasi gangguan panik dan biayanya lebih murah. Selain itu tingkat drop out dan relaps
juga lebih rendah jika dibandingkan dengan terapi farmakologi. Meskipun begitu, hasil yang
lebih superior dapat dihasilkan dari kombinasi CBT dan famakoterapi.4,5,6
- Farmakoterapi

8
Terdapat 3 golongan besar obat yang dianjurkan untuk mengatasi gangguan panik, yakni
golongan SSRI, trisiklik, dan MAOI (Monoamine oxidase inhibitor). Sedangkan golongan
benzodiazepin hingga saat ini masih dianggap kontoversial dalam terapi gangguan panik.4,5,6
4. Plan
Farmakologi :
Terapi yang diberikan pada pasien ini adalah terapi organobiologik yaitu Fluoxetin 10 mg 1-
0-0 dan Alprazolam 0,5 mg 1-0-0

Non farmakologi:
A.Psikoterapi
Ventilasi: memberi kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan isi hati dan
keinginannya sehingga pasien merasa lega
Konseling: memberikan pengertian kepada pasien tentang penyakitnya agar pasien
memahami kondisi dirinya.
B.Sosioterapi: memberi penjelasan kepada keluarga dan orang-orang terdekat pasien tentang
keadaan pasien dan menciptakan lingkungan yang kondusif agar dapat membantu proses
penyembuhan pasien.

Peserta Pendamping

dr. Rifna Febraini Asnawi dr. Misdawaty dr. Marlina Since

Anda mungkin juga menyukai