Anda di halaman 1dari 19

MANAJEMEN FT.

KOMPREHENSIF PRE-KLINIK
“ FIBROMYALGIA”

Di Susun Oleh:

1. Nur Milawati C13116004


2. Dendi Aswendi C13116009
3. Masfufah R021181704
4. Irfan. Z C13116020

JURUSAN FISIOTERAPI
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2019

1
BAB I
FIBROMYALGIA

A. Definisi Fibromyalgia
Fibromyalgia adalah sindrom yang ditandai dengan nyeri kronis yang
meluas di beberapa titik tender, kekakuan sendi, dan gejala sistemik (mis.,
Gangguan mood, kelelahan, disfungsi kognitif, dan insomnia).
Fibromyalgia adalah nyeri pada tulang dan otot yang menjalar ke bagian
dalam tubuh dari lokasi nyeri tersebut berasal. Kondisi ini dapat
menyerang berbagai bagian dari tubuh serta dapat berlangsung hingga
beberapa tahun. Seringkali kondisi ini disebut sebagai sindrom
kelelahan kronis (berkepanjangan) oleh ahli kesehatan. Meskipun
keduanya memiliki kemiripan dari berbagai aspek, ada perbedaan dari
segi sensasi umum yang dirasakan oleh pasien. Fibromyalgia dtandai
oleh nyeri dan kekakuan sedangkan sindrom kelelahan kronis ditandai
oleh kelelahan yang hebat. Kebanyakan pasien fibromyalgia memiliki
minimal 11 titik atau area pada tubuhnya yang sangat lembut dan dapat
menimbulkan nyeri ketika disentuh.
The American College of Rheumatology dan US National Institute of
Health mengakui fibromyalgia sebagai kelainan sistem saraf pusat yang
dapat didiagnosis dan disebabkan oleh kelainan biologis saraf yang
dapat menyebabkan gangguan pada fungsi kognitif serta nyeri fisiologis.
Namun sampai sekarang dokter masih belum dapat memastikan
penyebab utama dari kondisi ini meskipun sudah ada berbagai teori. Hal
ini menyebabkan diagnosis menjadi sulit dan memakan waktu.

B. Etiologi
Adapun etiologi dari fibromyalgia yaitu
1. Neuroendocrine System and Autonomic Nervous System
Disfungsi aksis hipotalamus-hipofisis-adrenal, termasuk respons
kortisol tumpul; regulasi hormon pertumbuhan abnormal.

2
2. Neurotransmitter
Penurunan serotonin pada sistem saraf pusat; peningkatan kadar
subtansi P dan faktor pertumbuhan saraf dalam cairan tulang
belakang.
3. Neurosensori
Amplifikasi nyeri sentral dan / atau penurunan antinosisepsi
(sensitisasi sentral, kelainan jalur nyeri penghambatan yang
menurun)
4. Sleep Disturbances
Pasien dengan fibromyalgia sering mengeluh gangguan tidur dan
ini mungkin terlibat dalam patogenesis nya. Seperti diungkapkan
oleh pemeriksaan electroencephalographic, tahap keempat tidur
adalah yang paling terganggu dan konsekuensi langsung harus
menjadi defisit GH dan insulin-like growth factor 1 (IGF-1).
Mengingat bahwa hormon ini terlibat dalam otot untuk perbaikan
microtrauma, penyembuhan jaringan ini bisa menjadi terpengaruh
oleh gangguan tidur.
5. Trigger Factors
Infeksi tampaknya dapat menginduksi fibromyalgia bahkan jika
hubungan sebab akibat langsung tidak didokumentasikan. Secara
khusus, virus seperti HCV, HIV, Coxsackie B, dan Parvovirus dan
bakteri seperti Borrelia dapat terlibat. Peran penting yang
berhubungan dengan hal ini bisa saja dimainkan oleh sitokin dan
oleh sel glial, yang misalnya, mengekspresikan reseptor untuk
bakteri dan viru. Trauma fisik , vaksinasi, dan zat kimia juga bisa
menjadi faktor pemicu. Namun, ada baiknya mengingat temuan oleh
Greenfield yang tidak menemukan faktor pencetus pada 72% pasien
yang termasuk dalam penelitiannya.
6. Genetic Factors

3
Agregasi keluarga yang kuat untuk FM; bukti untuk peran
polimorfisme gen dalam sistem serotoninergik, dopaminergik, dan
katekolaminergik dalam etiologi FM
7. Immune System
Fibromyalgia umum terjadi pada pasien dengan latar belakang
penyakit autoimun meskipun hasil penelitian sejauh ini
menunjukkan bahwa hal itu masih abstrak tapi banyak juga yang
mengatakan bahwa hal tersebut berpengaruh cukup signifikan.
8. Peripheral Tissues
Jaringan perifer seperti kulit, otot, dan pembuluh mikro sedang
diselidiki lebih dekat terkait hubungannya dengan fibromyalgia.
Disregulasi vaskular pada otot, respons yang tidak adekuat terhadap
stres oksidatif diperburuk oleh penurunan saturasi pada malam hari,
peningkatan IL-1 pada jaringan kulit, peningkatan substansi P pada
otot, dan fragmen DNA serat otot semua diduga diduga berperan
dalam kondisi ini.
9. Psychiatric Aspect
Masalah kejiwaan tampaknya berkontribusi cukup untuk
pengembangan fibromyalgia. Prevalensi kondisi kejiwaan di antara
pasien yang terkena oleh fibromyalgia adalah lebih tinggi daripada
di antara yang mengeluh penyakit rematik lainnya. Gangguan yang
paling umum yang terkait adalah kecemasan, somatisasi, dysthymia,
gangguan panik, stres pasca trauma, dan depresi. Depresi lebih
sering dikaitkan dengan fibromyalgia dibandingkan dengan penyakit
muskuloskeletal lain. Depresi dapat memperburuk keadaan pasien
fibromyalgia dan antidepresan merupakan landasan terapi
fibromyalgia fi
C. Epidemiologi
Prevalensi di dunia sekitar 4.1% pada wanita dan 1.4% pada pria.
Insidensinya mencapai 5.83% kasus baru untuk wanita & 6.88% kasus
baru pada pria yang diambil dari 1.000 orang sampel.

4
D. Sign and Symptoms
1. Sakit Kepala
2. Nyeri yang menyebar
3. Kekakuan Sendi
4. Hypersensitif
5. Kelelahan
6. Gangguan Tidur
7. Gangguan Kognitif
8. Depresi
9. Kecemasan
10. Numbness
11. Nyeri tertusuk
12. Sensasi Panas
13. Irritable Bowel Syndrome (IBW)

E. Gejala Somatisasi

5
• Nyeri/kelemahan • Pandangan • Ruam
otot kabur • Sensitif terhadap sinar
• Cepat lelah • Demam matahari
• Nyeri kepala • Mulut kering • Gangguan
• Nyeri/kram perut • Gatal pendengaran
• Kesemutan • Sesak nafas • Mudah memar
• Pusing • Tinitus • Rambut rontok
• Sulit tidur • Muntah • Nyeri d]saat kencing
• Depresi • Heartburn • Spasme kandung
• Konstipasi • Berat badan kemih
• Mual menurun • Hilang rasa
• Nervous • Kejang pengecapan
• Nyeri dada non • Mata kering
kardiak • IBS
• Sariawan • Nafsu makan
menurun

F. Diagnosis Banding
1. Sindrom Kelelahan Kronis
2. Artritis Reumatoid dan Penyaki Autoimun lainnya
3. Syndrome Nyeri Myofacial

BAB II
MANAJEMEN FISIOTERAPI

6
Assesment atau pemeriksaan fisioterapi dilakukan untuk menentukan
problematik dan menegakkan diagnostik fisioterapi sebagai dasar untuk
menyusun dan menentukan jenis intervensi yang akan dilakukan.
Pada kasus ini pasien mengalami ankle sprain, sebelum kita melakukan
pemeriksaan dengan CHARTS sebelumnya perlu diketahui terlebih dahulu data
umum pasien berupa :

Nama : Andi Faisal


Umur : 58 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Antang, Makassar
Hobby : Olahraga

A. Chief of complain
Nyeri di bagian punggung atas dan siku
B. History taking
Tabel 2.2. Anamnesis Khusus
No. Pertanyaan Informasi
1. Sejak kapan anda mengalami Sejak 3 minggu yang lalu
gangguan ini?
2 Kenapa Bisa Terjadi ? Nyerinya langsung muncul begitu
saja
3. Bisakah anda menceritakan Sejak 3 minggu yang lalu sering
kronologi kejadiannya? bawa motor jauh dan akhirnya nyeri
itu muncul
Dibagian punggung atas dan bagian
4. Dimana letak keluhan?
siku
5 Apakah anda merasakan nyeri? Ya

7
6 Bagaimana rasa nyeri yang anda Rasa nyerinya tertusuk
rasakan? Apaka seperti tusuk-
tusuk, tumpul, atau seperti
terbakar?
7 Apakah nyeri yang dirasakan Nyeri yang saya rasakan di bagian
hanya di bagian punggung saja punggung atas dan siku
atau menjalar?
8 Bagaimana keadaan tidur ? Keadaan tidur terganggu
9. Apakah anda mengalami Tidak
gangguan pernapasan?
10. Apakah anda sudah ke dokter? Sudah
11. Apakah sudah di foto roentgen Tidak
dan diperiksa lab ?
12. Apakah bapak pernah Vitamin
mengkomsumsi obat ?
13. Apakah punya riwayat penyakit Tidak ada
lain, seperti diabetes, tumor,
dll?
14. Apakah anda sering merasa Tidak
gelisah?
15. Apakah anda merasa lelah? Ya
16. Apakah masih ada keluhan lain Batuk
yang anda rasakan?
Sumber: Data Primer

C. Asimetric

8
1. Inspeksi
Inspeksi Statis
Inspeksi statis merupakan bentuk pemeriksaan dengan
memperhatikan ekspresi wajah pasien apakah terlihat menahan rasa
sakit, memperhatikan postur tubuh pasien apakah ada ketidak
simetrisan antara tubuh bagian dekstra dan bagian sinistra serta
memperhatikan ada atau tidaknya deformitas pada tubuh pasien, seperti
terjadi kecacatan pada bagian humerus karena tidak dapat melakukan
fungsi geraknya dengan seharusnya tanpa meminta pasien mengubah
posisinya.

Tabel 2.4. Data Inspeksi Statis


No Komponen yang Diinspeksi Hasil Inspeksi
1. Dari sisi anterior :
a. Mimik wajah Mimik wajah biasa saja tapi
terkadang menampakkan tanda
kecemasan
b. Elbow Agak sedikit semi fleksi

c. Shoulder Simetris

d. Tanda-tanda inflamasi Tidak ada tanda inflamasi

2. Dari sisi lateral : Agak sedikit fleksi dan lateral


a. Cervical fleksi kanan
b. Kurva vertebra Agak sedikit kifosis
3. Dari sisi Posterior: Agak sedikit fleksi dan lateral
a. Cervical fleksi kanan
b. Shoulder Agak condong ke depan

9
c. Tanda-tanda inflamasi Tidak ada tanda inflamasi pada
daerah punggung

Inspeksi Dinamis
Bisa dilihat ketika pasien berjalan masuk tampak wajah biasa saja
tapi pasien agak kesulitan saat mengangkat tangan dan saat menarik
pintu serta postur pasien agak sedikit kifosis pada saat berjalan
2. Orientasi Test
Melakukan gerakan mengambil pulpen yang dipegang oleh
fisioterapis. Hasil dari tes orientasi tersebut adalah pasien kesulitan saat
mengangkat tangan lebih dari 90 derajat
3. Palpasi
Palpasi adalah tindakan meraba dengan satu atau dua tangan.
Palapasi menegaskan apa yang kita lihat dan mengungkapkan hal-hal
yang tidak terlihat. Palpasi membedakan tekstur, dimensi, konsistensi,
suhu dan kejadian-kejadian lain (Burnside, 1995). Pada kasus ini
didapatkan adanya ketegangan pada otot bagian punggung atas
4. Pemeriksaan Fungsi Gerak Dasar
Pemeriksaan fungsi gerak dasar adalah pemeriksaan pada alat gerak
dengan melalukan gerakan fungsional dasar.Berfungsi untuk menilai
gerakan mana yang terganggu.Pemeriksaan ini meliputi
Gerakan aktif atau gerakan yang pasien lakukan sendiri pada sendi
servikal, shoulder dan elbow (perhatikan koordinasi gerak, pola gerak,
nyeri, dan ROM).
Tabel pemeriksaan gerakan aktif.
Regio Cervical
1. Fleksi Terbatas
2. Ekstensi Terbatas
3. Lateral Fleksi Sinistra Terbatas
4. Lateral Fleksi Dekstra Terbatas

10
5. Rotasi Dekstra Normal
6. Rotasi Sinistra Normal
Regio Shoulder
1. Fleksi Terbatas
2. Ekstensi Terbatas
3. Abduksi Terbatas
4. Adduksi Normal
5. Medial Rotasi Normal
6. Lateral Rotasi Normal
7. Retraksi Normal
8. Protraksi Normal
9. Elevasi Normal
10. Depresi Normal
Regio Elbow
1. Fleksi Terbatas
2. Ekstensi Normal
3. Pronasi Normal
4. Supinasi Normal

Gerakan pasif atau gerakan yang dilakukan dengan bantuan fisioterapis


pada sendi ankle yang perlu diperiksa sama dengan gerakan aktif.
Namun pada gerakan pasif yang dinilai adalah endfeel, ROM pasif,
nyeri, stabilitas sendi, dan pola kapsular.

Tabel hasil pemeriksaan gerakan pasif.


Regio Cervical
2. Fleksi Terbatas
1. Ekstensi Terbatas
2. Lateral Fleksi Sinistra Terbatas
3. Lateral Fleksi Dekstra Terbatas

11
4. Rotasi Dekstra Normal
5. Rotasi Sinistra Normal
Regio Shoulder
1. Fleksi Terbatas
2. Ekstensi Terbatas
3. Abduksi Terbatas
4. Adduksi Normal
5. Medial Rotasi Normal
6. Lateral Rotasi Normal
7. Retraksi Normal
8. Protraksi Normal
9. Elevasi Normal
10. Depresi Normal
Regio Elbow
1. Fleksi Terbatas
2. Ekstensi Normal
3. Pronasi Normal
4. Supinasi Normal

Test Isometric Melawan Tahanan (TIMT), fisioterapis membantu


pasien melakukan gerakan pasif serta berikan tahanan dan meminta
pasien melawan tahanan tersebut. Fisioterapi perlu memperhatikan
nyeri pada musculo-tendinogen, kekuatan otot secara isometric, dan
kualitas saraf motorik. Tidak terdapat nyeri pada saat pasien melakukan
gerakan isometrik.

Regio Cervical
D. Normal
1. Fleksi Normal
2. Ekstensi Normal

12
3. Lateral Fleksi Sinistra Normal
4. Lateral Fleksi Dekstra Normal
5. Rotasi Dekstra Normal
6. Rotasi Sinistra
Regio Shoulder
1. Fleksi Normal
2. Ekstensi Normal
3. Abduksi Normal
4. Adduksi Normal
5. Medial Rotasi Normal
6. Lateral Rotasi Normal
7. Retraksi Normal
8. Protraksi Normal
9. Elevasi Normal
10. Depresi
Regio Elbow
1. Fleksi Normal
2. Ekstensi Normal
3. Pronasi Normal
4. Supinasi Normal

5. Restrictive Limit
Restrictive dalam pemeriksaan fisioterapi digunakan untuk
mengetahui keterbatasan yang dialami oleh pasien. Keterbatasan yang
dialami oleh pasien fibromyalgia meliputi limitasi lingkup gerak sendi pada
elbow, shoulder dan keterbatasanADL (toileting & dressing). Pekerjaan
pasien sebagai wiraswasta tidak begitu terganggu begitupun dengan
rekreasinya.

13
6. Tissue Impairiment
Berdasarkan interpretasi C, H, A, dan R maka didapatkan indikasi
masalahnya sebagai berikut:
a. Osteoarthrogen : joint stiffness (shoulder joint & elbow joint)
b. Neurogen : -
c. Musculotendinogen : Spasme m. Supraspinatus, m.Upper Trapesius,
m. Levator Scapula, m. Bisep humeri, m. Sterno cleido mastoideus
dan m. Scaleni
d. Psikogenic : terdapat sedikit kecemasan kecemasan
7. Specific Test
Specific test dilakukan untuk mendapatkan diagnostik yang lebih
akurat. Adapun specific test yang dilakukan adalah sebagai berikut :
Vital sign
Tekanan darah : 110/70 mmHg.
Denyut nadi : 70 kali/menit.
Pernapasan : 18 kali/menit
VAS
Nyeri diam :0
Nyeri tekan :9
Nyeri gerak :7

Palpasi Tenderness
a. Terdapat Tenderness pada elbow joint
b. Terdapat Tenderness pada m. Upper Trapesiuz
c. Terdapat Tenderness pada m. Supraspinatus

ROM
Cervical
1. Fleksi 30
2. Ekstensi 50
3. Lateral Fleksi sinistra 20

14
4. Lateral Fleksi dekstra 20
Shoulder
1. Fleksi 120
2. Ekstensi 35
3. Abduksi 120
Elbow
1. Fleksi elbow 110
Hamilton Rating Scale :
Nilai 10 (kecemasan ringan)

Indeks Barthel:
Nilai 90 (ketergantungan ringan)

15
BAB III
INTERVENSI

A. Diagnosis
Adapun diagnosis yang dapat ditegakkan adalah “ Gangguan gerak
fungsional berupa limitasi ROM pada regio shoulder dan elbow e.c
fibromyalgia sejak 3 minggu yang lalu” .

B. Problem Fisioterapi
Primer : Spasme Otot (titik tenderness)
Sekunder : Nyeri & joint stiffness (shoulder & elbow)
Komples : ADL

C. Program Fisioterapi
Tujuan Jangka Pendek : untuk mengurangi nyeri dan memperbaiki lingkup
gerak sendi
Tujuan Jangka Panjang : memperbaiki ADL (Toiletting & Dressing)

D. Pelaksanaan Fisioterapi
Fase Kronik :
Tabel 3.1

No Problem Ft Modalitas Dosis


terpilih

1 Gangguan Komunikasi F : setiap kali terapi


kepercayaan Terapeutik I : pasien tetap
diridan fokus
kecemasan T : wawancara/
pendamping,
motivasi
T : 1- 2menit

16
2. Metabolic Sinar F : 3x dalam
reaction Infrared seminggu
(Pre- I : 30 cm
Eliminary T : direct
Exercise) T : 10 menit

3. Nyeri Manual F : 3x dalam


Terapi seminggu
I : sesuai batas nyeri
pasien
T : friction
T : 5-10 menit

4. Tenderness Manual F : 3x dalam


Terapi seminggu
I : sesuai batas nyeri
pasien
T : friction
T : 5-10 menit

5. Spasme Exercise F : 3x dalam


seminggu
I : 15 kali
Hitungan/3 kali
repetisi
T : Stretching Hold
relax
T : 10 menit

17
6. ROM 1. Manua F : 3x dalam
l terapi seminggu
I : 5-10 kali repetisi
T : Traksi Translasi
T : 2 menit

2. Exerci F : 3x dalam
se seminggu
I : 8 kali hitungan/ 3
repetisi
T : Hold relax
T : 2 menit

7. Gangguan Exercise F : 3x dalam


Postur seminggu
I : 15 hitungan/ 3
kali repetisi
T : Bugnet
T : 5 menit

8. Gangguan Exercise F : 3x dalam


ADL seminggu
I : 3 kali repetisi
T : Shoulder press
exercise,Back Press
to Ground & Pelvic
Bridging
T : 5 menit

18
E. Evaluasi
Evaluasi merupakan suatu tahapan yang digunakan untuk
membandingkan hasil pemeriksaan awal sebelum diberikan intervensi dengan
pemeriksaan setelah diberikan intervensi.
Tabel 3.2. Evaluasi Akhir
No. Problem/Tujuan Parameter Interval
Fisioterapi Sebelum Sesudah
1. Nyeri diam VAS 0 0
2. Nyeri tekan VAS 7 4
3. Nyeri gerak VAS 9 5
4. Gangguan HRS-A 10 5
kepercayaan diri
dan kecemasan
6. Limitasi ROM Goniometer
7. Gangguan Fungsi Indeks 90 95
ADL Barthel

Sumber : Data Primer

F. Dokumentasi
Data-data tentang riwayat medis klien, hasil-hasil pemeriksaan klinis,
program intervensi fisioterapi yang telah dilaksanakan pada klien dan
catatan penting tentang hasil perkembangan terapi, dapat dilihat dan
tercantum pada kartu kontrol pemeriksaan kesehatan klien.

G. Modifikasi
Dalam modifikasi, fisioterapis melakukan modifikasi pada program
intervensinya apabila tidak terdapat peningkatan kondisi yang baik pada pasien
dengan melihat hasil evaluasi.

19

Anda mungkin juga menyukai