Anda di halaman 1dari 53

MATERI 1 LKMM-TP 2019

IMPORTANCE OF CRITICAL
THINKING AND CRITICAL
ATTITUDE IN 4.0 ERA

Prof. Rayandra Asyhar


Wakil Rektor I UMRAH

2019
MATERI

• HAKEKAT MANUSIA
• PERSEPSI & FALLASI
• BERPIKIR KRITIS
HAKEKAT MANUSIA
Tuhan
KHALIK

MAKHLUK
HAKEKAT MANUSIA

Manusia

Tumbuhan Hewan

MAKHLUK

Mati Halus
HAKEKAT MANUSIA

Manusia

Tumbuhan Hewan

MAKHLUK

Mati Halus
HAKEKAT MANUSIA

Manusia

Tumbuhan Hewan

MAKHLUK

Mati Halus
HAKEKAT MANUSIA

Berakal

Manusia
Berpikir

Menalar

Makhluk terpilih menjadi pemimpin


dan mewakili Tuhan dlm mengelola
Bumi

Hewan
Sosial

Religius MANUSIA Individu

Susila
APA ITU PERSEPSI??
DEFINISI PERSEPSI
• Etimologis ---- percetio/percipere
(bahasa latin) ---- menerima atau
mengambil
• Persepsi dalam arti luas adalah ----
penglihatan, bagaimana seseorang
melihat sesuatu dan
mengartikannya
• Dalam perkembangannya persepsi
tidak hanya menggunakan indra
penglihatan saja
• Persepsi dapat juga didefinisikan
sebagai proses menerima,
menyeleksi, mengorganisasikan,
mengartikan, menguji dan
memberikan reaksi terhadap panca
indra
Proses Terjadinya Persepsi

Stimulasi alat indera


terjadinya stimulasi Pengaturan stimulasi
dievaluasi
alat indera oleh alat indera
dan ditafsirkan
Faktor internal yang
mempengaruhi seleksi persepsi
• Kebutuhan psikologi
- dalam keadaan haus orang seringkali
melihat adanya air di padang gurun
(fatamorgana),
- saat jatuh cinta kita melihat orang yang
kita cintai dimanapun dan kapanpun.
• Latar belakang
- orang berpendidikan tinggi memandang
punk sebagai sebuah life style, sementara
masyarakat tidak berpendidikan
menganggap punk sebagai penyakit
masyarakat.
- seorang seniman menganggap tari
Jaipong sebagai pertunjukan seni,
sedangkan tokoh agama menganggap
sebagai porno aksi
• Pengalaman
orang yang pernah kecelakaan ditanjakan
Srondol akan mengalami trauma bila
datang ditempat itu, sebaliknya bila
mempunyai pengalaman indah akan terus
mengulangi datang ke tanjakan Srondol.

• Kepribadian
orang berkepribadian optimis akan
menganggap krisis global sebagai
kesempatan, sedangkan orang pesimistis
akan memandang sebagai kehancuran

• Kepercayaan
masyarakat umumnya memandang hari
raya Nyepi sebagai hari libur biasa, namun
masyarakat Hindu menganggap sebagai
hari yang sakral
Faktor Eksternal yang
mempengaruhi seleksi persepsi

• Intensitas
semakin banyak intensitas rangsangan
semakin banyak pula tanggapan yang
diberikan. Mis : iklan TV yang sering
ditayangkan akan mudah kita ingat,
pengunjuk rasa berteriak dengan intensitas
yang tinggi agar seruannya didengar oleh
perusahaan.

• Ukuran
pada umumnya benda yang besar akan lebih
menarik perhatian kita. Co : headline iklan
memiliki ukuran yang besar daripada unsur
lainnya
• Kontras/unik
hal yang unik atau tidak biasa akan menarik
perhatian kita. Co : remaja sering berdandan
aneh/nyentrik untuk menarik perhatian
lawan jenis, manusia menerkam harimau
lebih menarik perhatian daripada harimau
menerkam manusia.

• Gerakan/motion
semakin variatif sebuah gerakan akan
semakin merebut perhatian. Co : Hari Natal
dan Tahun baru dihias dengan lampu yang
memiliki gerakan/motion agar meriah
• Kebaharuan
sesuatu yang baru lebih banyak
diperhatikan daripada yang sudah usang.
Co : karyawan baru seringkali lebih banyak
diawasi daripada karyawan lama
Fungsi Persepsi
• Pengenalan
setiap stimulus yang diterima oleh indera akan
dikenali sebagai obyek data mis : garis, bentuk,
warna, dll
• Penempatan (lokalisasi)
stimulus yang diterima akan di kelompokkan
(pengorganisasian) dan ditempatkan di bagian
tertentu dalam otak

Co : saat masih bayi kita belum mengenal obyek


yang ada disekeliling kita, beranjak besar kita mulai
mengerti dan mengenal banyak hal dari nama
benda, keluarga, dll. Setelah kita semikin tua setiap
obyek tersebut kita tempatkan pada posisi yang
berbeda ada yang baik dan tidak baik, yang penting
dan yang tidak penting, yang akan kita lakukan dan
tidak lakukan
FALASI
BEBERAPA CONTOH FALASI
• Bandwagon: Sesat pikir menganggap
sesuatu benar karena melihat orang-
orang mengamini atau melakukannya
juga. Contoh, mengendarai motor tanpa
memakai helm dibenarkan karena orang
lain pun melakukannya.
• Ad hominem: Sesat pikir karena
menyerang hal-hal pribadi yang tidak ada
kaitannya dengan kasus yang sedang
dibahas. Contoh, “Halah, anak kemarin
sore kek kamu tahu apa soal aturan lalu
lintas. Urusin aja sekola yang bener,
jangan pacaran mulu!”
BEBERAPA CONTOH FALASI
• Anecdotal: Sesat pikir karena
mempercayai pengalaman pribadi atau
contoh yang sempit, alih-alih data yang
valid. Contoh, “Gak usah ngelarang-
larang papa ngerokok. Ngkong kamu
juga ngerokok matinya tabrakan kok—
bukan karena kanker.”
• To quoque (disebut juga appeal to
hypocrisy): Menghindari kritik dengan
membalikkan kritik tersebut kepada
pengkritik. Contoh, “Kalau seorang ayah
selalu lebih tahu dari anaknya, kenapa
Edison yang menemukan bola lampu—
bukan ayahnya?”
BEBERAPA CONTOH FALASI
• Ambiguity: Mencari-cari celah pada kata
atau kalimat yang bersifat ambigu atau
bisa diartikan lain. Contoh, “Isteri yang
pandai mencari uang akan menyulitkan
suami yang pandai menyimpan uang.”
Karena suami mau naro uang di mana
aja pasti ketemu sama isterinya.

• Strawman (orang-orangan sawah): Sesat


pikir karena menanggapi argumen orang
lain dengan representasi yang berbeda.
Contoh, “Sori Bro gue duluan, soalnya
isteri nungguin di rumah,” ditanggapi
keliru dengan, “Kok buru-buru, takut
amat si lo sama isteri.”
BEBERAPA CONTOH FALASI
• False cause: Menyimpulkan sebab suatu
peristiwa (causation) dari hal-hal yang
terjadi secara bersamaan atau berurutan
(correlation). Contoh, lagi liat Naruto di teve,
terus adekmu datang langsung iklan. “Gara-
gara lu dateng, jadi iklan deh noh!”
• Burden of proof: Meminta lawan untuk
membuktikan kalau klaim kita salah. Contoh,
“Semua cowok tuh sama aja, kalo gak
playboy ya gay. Iya kan?” Mana kita tahu. Lo
sendiri yang harusnya memperkuat klaim
dengan bukti-bukti, bukan
membebankannya ke orang lain.
• Circular reasoning: Argumen melingkar di
mana A dianggap benar karena B benar, dan
B adalah benar karena A benar. Contoh,
“Agama yang paling benar adalah agama
serbet, karena tertulis demikian pada
serbet.”
BEBERAPA CONTOH FALASI
• Association fallacy: Menerapkan citra bagi
suatu kelompok berdasarkan citra seseorang,
dan sebaliknya. Contoh, “Stalin seorang ateis
dan ia membunuh jutaan orang. Jadi ateis itu
buruk,” atau “Orang Tionghoa jago dagang,
kalau nggak dagang bukan Tionghoa.”
• Ad hominem circumstantial: Sedikit berbeda
dengan Ad hominem (tipe abuse, poin 2). Ad
hominem tipe sirkumstansial menyerang
pribadi lawan bicara dari keyakinan dan latar
belakangnya (SARA). Contoh, “Terang aja lu
bela Ahok, sama-sama sipit!”
• Ad baculum: Mengajukan argumen berupa
ancaman dan intimidasi kepada lawan bicara.
Contoh, “Kalau Saudara tidak mengakui
kebenaran yang saya paparkan, sama saja
Saudara menentang firman Tuhan. Karena
pendapat saya merujuk kepada ayat-ayat
Quran.”
MENGAPA BERPIKIR
KRITIS PERLU?
• Menghindari informasi bias,
distorsi, parsial, tak cermat, atau
prasangka.
• Menghindarkan dari pembuatan
keputusan tidak tepat yang
disebabkan oleh kesalahan
penggunaan informasi.
• Berpikir kritis membantu kita
mengarah kepada solusi-solusi
efektif dari masalah-masalah
yang kita hadapi
Asal kata ‘kritis’

• Kata 'critical' diturunkan secara


etimologis dari dua akar kata
Yunani: "kriticos" (meaning
discerning judgment) dan
"kriterion" (meaning standards).
• Secara etimologis, kata ‘critical’
berimplikasi pengembangan
"discerning judgment based on
standards."
Pengertian Berpikir Kritis

Inti Berpikir Kritis adalah:

• Tidak begitu saja menerima


atau menolak sesuatu.

• Tidak begitu saja menerima


apa yang ada.
DEFINISI CRITICAL THINKING

• Berfikir kritis adalah cara berfikir


yang reflektif, beralasan yang
difokuskan pada keputusan apa
yang dilakukan atau diyakini
(Jennicek,2006)
• Berpikir kritis adalah proses untuk
mengaplikasikan, menghubungkan,
menciptakan, atau mengevaluasi
informasi yang dikumpulkan secara
aktif dan trampil (Abraham,2004)
• Berpikir kritis merupakan proses
yang penuh makna untuk
mengarahkan dirinya sendiri
dalam membuat suatu keputusan.
Proses tersebut memberikan
berbagai alasan sebagai
pertimbangan dalam menentukan
bukti, konteks, konseptualisasi,
metode dan kriteria yang sesuai
(American Philosophical
Association, 1990)
• “...suatu usaha yang dilakukan
secara sistematis dan mengikuti
prinsip-prinsip logika serta
mempertimbangkan berbagai
sudut pandang untuk memahami
dan mengevaluasi informasi
dengan tujuan menentukan
apakah informasi itu diterima,
ditolak atau ditangguhkan
penilaiannya.”
(Takwin, 2007)
Jadi, Berpikir Kritis

• Berpikir kritis sebagai suatu usaha


• Berpikir kritis sebagai proses yang
aktif
• Berpikir kritis sebagai proses yang
sistematis
• Berpikir kritis didasarkan atas
penalaran dengan dasar ‘logika’
(prinsip,metode dan aturan
berpikir)
• Berpikir kritis menggunakan
berbagai sudut pandang.
• Berpikir kritis mencakup
pemahaman akan informasi yang
umumnya berwujud argumen.
• Berpikir kritis mencakup
pengevaluasian
informasi/argumen
• Berpikir kritis bertujuan membuat
keputusan
CRITICAL THINKING SKILLS

• Komponen dari berpikir kritis


adalah interpretation, analysis,
evaluation, inference,
explanation, dan self-regulation

• Halpern membuat taksonomi


ketrampilan berpikir kritis, yaitu:
verbal-reasoning skills, argument-
analysis skills, thinking skills,
decision-making and problem-
solving skills.
CRITICAL THINKING SKILLS

• Karakter individu yang


mendukung agar seseorang dapat
berpikir kritis seperti yang dikutip
oleh Duldt-Battey antara lain
truth seeking, open-mindness,
analyticity, systematicity, self-
confidence, inquisitiveness, dan
maturity
Analysis Kemampuan untuk
menguraikan suatu materi
menjadi komponen-
komponennya sehingga
struktur organisasinya mudah
untuk dipahami. Ketrampilan
ini antara lain mengidentifikasi
bagian-bagian suatu informasi,
menganalisis hubungan antar
bagian, dan mengenali prinsip
organisasi yang ada di
dalamnya.
Synthesis Kemampuan untuk
mengintegrasikan beberapa
informasi sehingga membentuk
sesuatu yang baru.
Evaluation Kemampuan untuk memberikan
penilaian terhadap suatu materi
sesuai tujuan yang telah
ditentukan. Penilaian dilakukan
dengan memberi batasan kriteria
yang digunakan, kriteria internal
atau ekternal yang sesuai dengan
tujuan.
CRITICAL THINKING DIDASARKAN
PADA NILAI INTELEKTUAL UNIVERSAL :

• Kejelasan (Clarity)
• Keakuratan (Accuracy)
• Ketepatan (Precision)
• Konsistensi (Consistency)
• Relevansi (Relevance)
• Bermakna (Significance)
• Alasan yang logis (Logicalness)
• Kedalaman (Depth)
• Keluasan (Breadth)
• Keadilan (Fairness)
Clarity

• mampu mengelaborasi
masalah
• mampu dengan cepat
menemukan jalan keluarnya
• mampu memberikan ilustrasi
• mampu memberikan contoh
Accuracy

• Apakah hal tersebut benar ?


• Bagaimana dapat melakukan /cek
bahwa itu akurat ?
• Bagaimana menentukan itu benar
Precision

• Mampu memberikan
informasi lebih detail.
• Mampu memebrikan
informasi lebih spesifik
Relevance

• Bagaimana menghubungkan
ide dengan pertanyaan yang
timbul ?
• Bagaimana menghubungkan
dengan issu ?
• Bagaimana relasinya satu ide
dengan ide lainnya
Depth

• Bagaimana menghitung
berapa jumlah problem yang
muncul dalam pertanyaan
• Bagaimana menguraikan
faktor-faktor yang bermakna
Breadth

• Bagaimana pandangan
terhadap hasil pengamatan
dari jawaban terhadap suatu
pertanyaan/masalah?
Logicalness

• Berpikir logis, membuat


pengertian, menemukan
fakta/bukti/petunjuk.
Significance
• Informasi apa yang dibutuhkan
lebih signifikan dalam isu
tersebut ?
• Bagaimana menentukan faktor
yang penting dalam suatu
konteks ?
• Pertanyaan yang mana yang
lebih signifikan ?
• Mana yang lebih penting dan
signifikan dalam ide atau
konsep ?
Fairness
• Ketika mahasiswa berpikir
terhadap problem dan berpikir
membenarkan suatu problem
harus wajar dalam konteks
memberikan alasan dengan
menggunakan standar
intelektual. Dibutuhkan suatu
informasi relevan dan
signifikan, akan menjadi tidak
wajar dan tidak benar bila
menghadapi suatu problem
berdasarkan assumsi.
Belajar aktif

• proses observasi,
pengalaman, mampu
merefleksikan, mampu
pemahaman dan mampu
mengkomunikasikan.
(Silberman Melvin,1996 )
Alternatif Langkah-langkah
Berpikir Kritis
1) Memperjelas pernyataan yang
diterima atau diajukan,
2) Mencari tambahan informasi,
3) Mencari yang tersirat dari yang
tersurat atau maksud-maksud yang
tersembunyi, dan
4) Mengevaluasi pernyataan
berdasarkan hasil ketiga kegiatan
sebelumnya
Hindari proses mengetahui
yang salah
• Mengasumsikan:
Berasumsi berarti menerima sesuatu
begitu saja; memegang satu ide atau opini
tanpa mencoba membuktikannya.
• Menebak:
Menebak adalah menjawab pertanyaan
atau sampai kepada kesimpulan
berdasarkan terkaan.
• Spekulasi
Bersepekulasi adalah menebak
berdasarkan sebagian bukti yang tidak
cukup ‘membuktikan’.

Anda mungkin juga menyukai