USULAN SKRIPSI
NIM 1810123310021
USULAN SKRIPSI
Oleh
NIM 1810123310021
Telah membaca secara keseluruhan dan secara cermat naskah usulan skripsi yang
disajikan oleh:
Jenjang : S1
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
Dosen Pembimbing
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah nomophobia pada siswa bisa diminimalisir dengan Layanan
Konseling Individual menggunakan Teknik Self-Management
2. Apakah teknik Sel-Management berpengaruh untuk mengurangi
nomophobia pada Siswa
C. Batasan Masalah
Untuk memperoleh kejelasan masalah yang diteliti dan agar tidak
terjadi perluasan masalah, maka peneliti memfokuskan penelitian pada
“Pengaruh Konseling Individual dengan Teknik Self-Management untuk
Mengurangi Nomophobia pada Siswa di Era Pandemi Covid-19”.
D. Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
dari konseling individual dengan teknik self-management untuk
mengurangi nomophobia pada siswa di era pandemi covid-19.
E. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Manfaat Secara Teoritis
Menambah khasanah pengetahuan bimbingan dan konseling
khususnya tentang permasalahan siswa yang berkaitan dengan
nomophobia.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Peneliti
Dapat digunakan sebagai bahan kajian dan masukan agar bisa
lebih dalam mendeteksi permasalahan-permasalahan akibat
penggunaan nomophobia pada siswa
b. Bagi Peneliti Selanjutnya
Dapat dijadikan bahan dalam mengembangkan penelitian yang
lebih luas mengenai pengaruh konseling individual untuk
mengurangi nomophobia pada siswa
c. Bagi Siswa
Siswa diharapkan dapat mengontrol dirinya dan mengurangi
kecenderungan nomophobia yang dialami siswa
b) Proses Konseling
1) Membangun relasi konseling
2) Melaksanakan tahapan dan menggunakan teknik
konseling sesuai teori yang dipilih baik secara tunggal,
maupun integratif
3) Mengakhiri proses konseling
c) Pasca Konseling
1) Membuat laporan konseling
2) Berdasarkan kesepakatan dengan peserta
didik/konseli, guru bimbingan dan konseling atau
konselor memonitoring dan mengevaluasi
tindakan/perilaku yang direncanakan peserta
didik/konseli.
c) Pasca konseling
1) Membuat laporan konseling
2) Berdasarkan kesepakatan dengan peserta
didik/konseli, guru bimbingan dan konseling atau
konselor memonitoring dan mengevaluasi
tindakan/perilaku yang direncanakan peserta
didik/konseli
3. Langkah-langkah e-counseling
a) Pra konseling
1) Mendesain menu e-counseling
2) Melakukan sosialisasi dan edukasi pada peserta didik/
konseli
b) Proses konseling
1) Membangun relasi konseling
2) Melaksanakan tahapan dan mengunakan teknik
konseling sesuai teori yang dipilih baik secara tunggal,
maupun integratif
3) Menutup proses konseling
c) Pasca konseling
1) Membuat laporan konseling
2) Berdasarkan kesepakatan, peserta didik/konseli
melakukan tindakan lanjutan proses konseling
d. Tahapan Self-Management
Miltenberger (2012) menjelaskan tentang beberapa tahapan
yang ada pada teknik self management. Berikut ini, adalah
beberapa tahapan tersebut:
1) Membuat Keputusan
Yaitu dengan menjelaskan mengenai keputusan yang
diambil oleh individu dalam mengikuti layanan self
management karena adanya ketidakpuasan individu mengenai
perilaku yang muncul dan ingin mengubahnya. Individu yang
memiliki ketidakpuasan dengan perilakunya akan lebih
bersemangat untuk melakukan beberapa tindakan atau
perubahan yang sesuai dengan target awalnya.
4) Memantau Diri
Individu diharuskan mencatat setiap perubahan target
perilaku yang timbul. Memantau diri dilakukan selama proses
self management berlangsung dengan tujuan menilai
keefektifan layanan self management tersebut.
7) Evaluasi Perubahan
Individu melakukan evaluasi terhadap perilaku yang
telah dimunculkan apakah sudah sesuai dengan target perilaku
yang diharapkan atau belum sesuai.
8) Mengevaluasi Kembali Strategi Self-Management Jika
Diperlukan
Individu melakukan evaluasi kembali jika tidak dapat
menunjukkan perubahan perilaku yang sesuai dengan
targetnya.
2. Nomophobia
a. Pengertian Nomophobia
Nomophobia adalah penyakit yang tidak bisa jauh jauh dari
smartphone, ketergantungan yang di alami individu jika jauh dari
smartphone nya yang akan mendatangkan kekhawatiran berlebihan
jika smartphone nya jauh dari dirinya. Nomophobia berasal dari bahasa
Inggris yaitu “No Mobile phone Phobia” yang dapat diartikan sebagai
fobia apabila tidak ada smartphone. Yildirim, (2014) menyatakan
bahwa nomopobia merupakan rasa takut atau cemas apabila individu
berada diluar jangkauan smartphone. Fobia ini merupakan kecemasan
modern akibat dari interaksi antara manusia dengan teknologi. Pavitra
dkk (2015) menyatakan bahwa nomophobia mengacu pada
ketidaknyamanan, kegelisahan serta kekhawatiran pada individu saat
tidak terhubung dengan smartphone.
Menurut King dalam Asih dan Fauziah (2017) menjelaskan
bahwa nomophobia dapat diartikan sebagai kecemasan modern karena
ketidaknyamanan atau kecemasan yang diakibatkan ketidaksediaan
smartphone, komputer atau perangkat komunikasi lainnya
disekitarmya. Menurut Hardianti dalam Asih dan Fauziah (2017)
menjelaskan bahwa nomophobia merupakan penyakit modern yang
mendatangkan kekhawatiran yang berlebihan apabila individu merasa
jauh dari smartphonenya.
Berdasarkan pengertian dari beberapa ahli diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa nomophobia merupakan sebuah rasa takut pada
individu yang berada diluar kontak gawainya dan merupakam
kecemasan modern sebagai efek samping dari interaksi antar manusia
dengan teknologi khususnya dengan smartphone.
1) Jenis kelamin
Perbedaan jenis kelamin akan mempengaruhi dalam
penyerapan teknologi khususnya smartphone karena laki-laki
akan lebih sedikit bermasalah dalam penggunaan teknologi.
2) Harga diri
Harga diri merupakan padangan diri dan identitas diri.
Individu yang memiliki pandangan diri buruk akan sibuk
mencari kepastian, smartphone memberikan kepastian akan
ketersediaan sesuatu yang dibutuhkan oleh individu. Oleh
karena itu banyak individu yang tidak tepat/berlebihan dalam
mengunakan gawainya.
3) Usia
Usia pengguna gawai didominali oleh remaja
dikarenakan orang tua kurang memungkinkan dalam
pengunaan teknologi baru khususnya smartphone. Sebagian
alasannya orang tua kurang positif pada berbagai teknologi dari
pada remaja dikarenakan gagap teknologi yang berarti orang
tua juga cenderung kurang dalam menggunakan produk
teknologi baru.
4) Extraversi
Ekstraversi yaitu individu yang lebih senang tantangan
untuk mengambil risiko dan sangat membutuhkan adrenalin di
hidupnya. Ekstraversi lebih rentan terjangkit masalah terutama
yang berkaitan dengan penggunaan smartphone karena
individu tersebut akan lebih cenderung mencari situasi sosial
yang menantang.
5) Neurotisme
Neurotisme yang tinggi dapat dilihat dari adanya
kecemasan, kekhawatiran, kemurungan, dan juga depresi.
Individu yang mengalami neurotisme mengakibatkan reaksi
terhadap banyak rangsangan yang ada disekitarnya.
2) Kurang Fokus
Ketertarikan yang sangat kuat terhadap gawai akan
menimbulkan indvidu hanya terfokus pada gawai saja yang
menyebabkan fokus terhadap lingkungan sekitar menjadi
berkurang.
3) Kurang Bersosialisasi
Individu yang mengalami nomophobia akan
menghabiskan waktu hanya untuk gawainya. Hal tersebut
membuat individu tidak mempunyai rasa simpati terhadap
orang di sekitarnya lebih mementingkan diri sendiri daripada
untuk bersosialisasi.
B. Kerangka Berpikir
1. Bagan Kerangka Berpikir
Strategi Self-Management
Tahapan Self-Management
C. Hipotesis
1. Hipotesis Alternatif (Ha)
Dalam penelitian ini peneliti mengemukakan adanya pengaruh
konseling individual dengan teknik self-management untuk
mengurangi nomophobia pada siswa di era pandemi covid-19.
2. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah korelasi. Menurut Wakke
(2019) Metode Korelasional ialah metode yang mencari hubungan atau
korelasi di antara variabel-variabel yang dicari. Korelasi antara dua
variable atau lebih dapat berupa, sebagai berikut:
1) Korelasi Positif, yaitu korelasi di mana jika salah satu
variabel meningkat, maka variabel lain cenderung
meningkat pula, atau sebaliknya bila salah satu variabel
turun, maka variabel yang lain cenderung turun.
2) Korelasi Negatif, yaitu korelasi di mana jika salah satu
variabel meningkat, maka variabel yang lain akan
cenderung menurun, begitu pula sebaliknya.
3) Tidak ada Korelasi, yaitu kedua variabel tidak
menunjukkan adanya hubungan antara keduanya.
4) Korelasi sempurna, yaitu korelasi di mana kenaikan dan
penurunan variabel yang satu berbanding seimbang dengan
yang lain.
Sehingga dalam penelitian ini peneliti memiliki tujuan untuk
mengetahui apakah ada pengaruh konseling individual dengan teknik
self-management untuk mengurangi nomophobia pada siswa di era
pandemi covid-19.
B. Variabel Penelitian
Variabel Penelitian adalah segala suatu yang berbentuk apa saja yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi
tentang hal tersebut kemudian ditarik kesimpulan. Penelitian ini akan
dilaksanakan ada dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat
1. Variabel bebas atau independen (X)
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah “Konseling Individual
dengan Teknik Self-Management”
2. Sumber data
Arikunto (2013: 172) memberikan pengertian sumber data
yaitu subyek darimana data itu diperoleh. Sumber data dalam
penelitian ini yaitu:
a. Responden
Responden dalam penelitian ini adalah siswa-siswi yang
mengalami kecenderungan nomophobia.
b. Dokumentasi
Dokumentasi dalam penelitian ini adalah foto-foto kegiatan saat
penelitian pada siswa sedang berlangsung.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi tersebut. Apa yang dipelajari dari sampel itu,
kesimpulannya akan diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel
yang diambil dari populasi harus benar-benar representatif atau
mewakili (Sugiyono. 2019: 146).
1. Jenis Instrumen
Teknik pengumpulan data kuisioner/angket dilakukan dengan cara
memberi seperangkat pertanyaan maupun pernyataan dilakukan secara
tertulis kepada responden untuk dijawab (Hikmawati, 2017: 83).
2. Definisi Konseptual
Agar istilah-istilah dalam penelitian ini tidak disalah artikan, berikut
definisi dari beberapa istilah yang penting dalam penelitian ini yakni
sebagai berikut.
a. Nomophobia adalah penyakit yang tidak bisa jauh jauh dari
smartphone, ketergantungan yang di alami individu jika jauh dari
smartphone nya yang akan mendatangkan kekhawatiran berlebihan
jika smartphone nya jauh dari dirinya. Nomophobia berasal dari
bahasa Inggris yaitu “No Mobile phone Phobia” yang dapat
diartikan sebagai fobia apabila tidak ada smartphone. Yildirim,
(2014) menyatakan bahwa nomopobia merupakan rasa takut atau
cemas apabila individu berada diluar jangkauan smartphone. Fobia
ini merupakan kecemasan modern akibat dari interaksi antara
manusia dengan teknologi. Pavitra dkk (2015) menyatakan bahwa
nomophobia mengacu pada ketidaknyamanan, kegelisahan serta
kekhawatiran pada individu saat tidak terhubung dengan
smartphone.
b. Manajemen diambil dari Bahasa Inggris manage yang berarti
mengurus, mengendalikan, mengelola, serta memimpin. Terry
(2010) menyatakan bahwa manajemen merupakan suatu proses
yang memiliki ciri khas yang menekankan pada keterlibatan
individu untuk menentukan target perilaku perubahan, memonior
perilaku, memilih prosdur yang akan digunakan, melaksanakan
prosedur, dan mengevaluasi prosedur yang telah digunakan. Selain
itu, individu juga akan dihadapkan pada kondisi bahwa individu
mengetahui apa saja faktor penyebab yang mengakibatkan perilaku
tersebut muncul dan bagaimana dampak yang akan dihadapi oleh
individu. Nursalim (2014) menyatakan bahwa self management
yaitu suatu proses yang memungkinkan konseli mengarahkan
perubahan perilakunya sendiri dengan memanfaatkan satu strategi
atau kombinasi strategi.
3. Definisi Operasional
a. Teknik Self-Management
Menurut Nursalim (2013: 149) bahwa “self-management
adalah suatu proses di mana konseli mengarahkan perubahan
tingkah laku mereka sendiri, dengan menggunakan satu strategi
atau kombinasi strategi”. Jadi dalam proses konseling walaupun
konselor yang mendorong dan melatih prosedur ini, tetapi
konselilah yang tetap mengontrol pelaksanaannya. Sehingga dari
sinilah konseli mendapat suatu ketrampilan untuk mengurus diri.
Strategi tersebut terdapat tiga macam yaitu self-monitoring
(memonitor diri), stimulus-control, dan self-reward (ganjar diri).
Pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa, self-
management merupakan suatu teknik yang mengarah kepada
pikiran dan perilaku individu untuk membantu konseli dalam
mengatur dan merubah perilaku ke arah yang lebih efektif melalui
proses belajar tingkah laku baru.
b. Nomophobia
Menurut King dalam Asih dan Fauziah (2017) menjelaskan
bahwa nomophobia dapat diartikan sebagai kecemasan modern
karena ketidaknyamanan atau kecemasan yang diakibatkan
ketidaksediaan smartphone, komputer atau perangkat komunikasi
lainnya disekitarmya. Menurut Hardianti dalam Asih dan Fauziah
(2017) menjelaskan bahwa nomophobia merupakan penyakit
modern yang mendatangkan kekhawatiran yang berlebihan apabila
individu merasa jauh dari smartphonenya.
Berdasarkan pengertian dari beberapa ahli diatas, maka
dapat disimpulkan bahwa nomophobia merupakan sebuah rasa
takut pada individu yang berada diluar kontak gawainya dan
merupakam kecemasan modern sebagai efek samping dari interaksi
antar manusia dengan teknologi khususnya dengan smartphone.
4. Kisi-kisi Instrumen
5. Uji Coba Instrumen
a. Uji Validitas
Sugiyono, (2015) menjelaskan bahwa instrumen dapat dinyatakan
valid apabila dapat digunakan untuk mengukur sesuatu yang
seharusnya diukur.
b. Uji Reabilitas
Menurut Arikunto, (2006) Instrumen yang reliabel dapat digunakan
beberapa kali untuk mengukur subyek yang sama dan
menghasilkan data yang sama, karena tidak ada perubahan yang
signifikan.
Khalisa (2015, Maret 17). Penyakit berbahaya itu Nomophobia Retieved March
17,2015, from https://justonyx.wordpress.com/2015/03/17/penyakit-
berbahaya-itu-bernama-Nomophobia
Pavithra MB, Madhujumar, S., TS., & MM. 2015. A Study On Nomophobia
Mobile Phone Dependance, Among Students Of A Medical Collage In
Bangalore: National. Jounal of Community Medicine, (6), 340-341.
Syifa & Nugraha Hanggara. 2015. Perkembangan Media Informasi dan Teknologi
Terhadap Anak dalam Era Globalisasi. Malang. Prosiding 5 International
Conference on Indonesia Studies “Etnicity and Globalization”.
Cormier, S., Nurius, P.S & Obsorn, C. (2009). Interviewing and change strategies
for helper: Fundamental skills and cognitive-behavioral interventions (6th
edition). United States of America: Brooks Cole Cengage Learning.
Permata Sari Intan, dkk. 2019. Penggunaan Bimbingan Kelompok Teknik Self-
Management untuk Menurunkan Kecenderungan Nomophobia pada Siswa
SMA. Jurnal Mahasiswa FKIP Universitas Lampung, Jl. Prof. Dr.
Soematri Brojonegoro No.1 Bandar Lampung.
Wakke, Ismail Suardi, dkk. 2019. Metode Penelitian Sosial. Yogyakarta: CV. Adi
Karya Mandiri
Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta.
Sugiyono. 2019. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Hikmawati, Fenti. 2017. Metodologi Penelitian. Depok: PT Raja Grafindo
Persada.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur penelitian : suatu pendekatan praktek.
Jakarta: Rineka Cipta.
Widodo. 2017. Metodologi Penelitian Populer & Praktis. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.