Anda di halaman 1dari 4

Nama : Ayudya Putri Ramadhanti

NIM : 1608010066

ANALISIS JURNAL DENGAN METODE STROBE

Komponen Checklist Keterangan


Judul dan abstrak   Judul yang terdapat pada jurnal adalah
“Comparison of the Effect of Single Dose
Omeprazole or Lansoprazole on intragastric pH
in Japanese Participants : Two-way Crossover
Study”
 Telah diketahui bahwa profil farmakokinetik
dari PPI setelah postprandial mungkin sedikit
berbeda dengan profil farmakokinetik PPI.
Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan
efek inhibitor sekresi asam lambung dari
pemberian PPI setelah makan, berdasarkan
monitoring pH lambung selama 24 jam. Dengan
peserta 10 orang laki-laki sehat yang berasal dari
Jepang, diberikan 20 mg omeprazole dan 30 mg
lansoprazole tablet yang disebar secara dua arah.
Hasilnya yaitu dibandingkan dengan
lansoprazole, omeprazole dengan dosis tunggal
setelah postprandial menunjukkan efek imhibitor
asam lambung yang lebih cepat. Studi ini
dilakukan sesuai dengan Declaration of Helsinki
an Genetic Analyses.
Pendahuluan
a. Latar belakang  Latar belakang penelitian : PPI adalah inhibitor
yang poten untuk sekresi asam lambung, dan
digunakan sebagai first line terapi pada pasien
dengan GERD dan gangguan asam lambung
lainnya. Karena PPI diaktivasi pada konsentrasi ion
hidogen yang tinggi, pemberian sebelum makan
direkomendasikan untuk PPI. Jadi konsentrasi
maksimal PPI dalam darah terjadi ketika asam
lambung aktif tersekresi oleh sel parietal mukosa
lambung setelah makan. Walaupun absorpsi
omeprazole tidak dipengaruhi pada waktu kapan
diberikan (sebelum atau sesudah makan), tetapi
absorpsi lansoprazole menurun ketika diberikan
setelah makan, yang berarti terdapat perbedaan
pada profil farmakokinetik PPI yang diberikan
setelah makan.

a. Tujuan  Tujuan penelitian adalah untuk membandingkan


efek inhibitor sekresi asam lambung pada golongan
PPI (omeprazole dan lansoprazole) yang diberikan
setelah postprandial.

Metode
a. Desain studi  Penelitian ini merupakan jenis prospertive, open-
label, dan menggunakan studi two-way crossover.

b. Tempat dan waktu  Penelitian dilakukan di negara Jepang sejak Juni


2010 hingga Juli 2011. Peserta tidak diperbolehkan
makan mulai pukul 21.00 satu hari sebelum tes.
Pada pukul 9.00 dilakukan pengukuran pH pada
peserta. Setelah pengukuran pH, peserta diberikan
makanan yang terstandar pada pukul 9.30. dari
waktu ini, selama 24 ke depan dilakukan
pengukuran pH pada peserta. Peserta tetap
disediakan makanan yang terstandar dan 200 mL air
pada waktu yang ditentukn yaitu 9.30, 13.30, dan
18.30). mereka juga harus meminum 200 mL air
pada pukul 15.00 dan 22.00

c. Responden penelitian  Peserta penelitian adalah 10 laki-laki sehat yang


berasal dari Jepang, dengan rentang usia 20-44
tahun.

Variabel  ▫ Hasil : efektivitas diantara omeprazole dan


lansoprazole
▫ Eksposure : 20 mg omeprazole dan 30 mg
lansoprazole
▫ Prediktor : penurunan pH lambung
▫ Perancu potensial : adanya makanan di saluran
pencernaan
▫ Efek pengubah : waktu pemberian obat

Sumber data/  Responden dengan omeprazole mengalami


pengukuran kenaikan pH lambung setelah 3 jam dimulainya
pengukuran pH lambung awal. Sedangkan
responden dengan lansoprazole mengalami
kenaikan pH lambung setelah 17 dan 18 jam
pengukuran pH lambung awal.

Bias  Dalam penelitian ini, bias yang dimaksud adalah


beberapa gangguan GI lain yang dimiliki
responden, diantaranya yaitu gejala upper
gastrointestinal, riwayat operasi upper
gastrointertinal, riwayat gangguan gastrointestinal
atau hepatobiliary, dan menggunakan obat yang
diketahui dapat menginduksi sekresi asam lambung.
Kriteria tersebut dimasukkan ke dalam kriteria
eksklusi.

Ukuran studi  Setelah diberikan PPI, pH lambung diukur 2 kali


pada satu responden yaitu pada saat menggunakan
omeprazole dan saat menggunakan lansoprazole.

Variabel kuantitatif  Persentase ph > 4 selama 24 jam dan rata-rata pH


asam lambung setiap jam pada setiap obat
dibandingkan dengan Wilcoxon signed-rank test.

Metode statistik  Analisis statistik ditampilkan menggunakan


StatView 4.54 (Abacus Concepts, Berkeley, CA,
USA). Nilai p<0,05 dipertimbangkan menjadi
signifikan statistik.
Hasil
a. Peserta  Peserta penelitian adalah 10 laki-laki sehat yang
berasal dari Jepang, dengan rentang usia 20-44
tahun dan indeks masa tubuh 20,2 – 23,6 kg/m2
serta tidak memiliki riwayat terapi eradikasi.

b. Deskriptif data  Karakteristik responden adalah laki-laki sehat


dengan rentang usia 20-44 tahun, memiliki indeks
masa tubuh antara 20,2 – 23,6 kg/m2, tidak
memiliki riwayat terapi eradikasi, tidak memiliki
gangguan gastrointertinal lain, diantaranya yaitu
gejala upper gastrointestinal, riwayat operasi upper
gastrointertinal, riwayat gangguan gastrointestinal
atau hepatobiliary, dan menggunakan obat yang
diketahui dapat menginduksi sekresi asam lambung.

c. Outcome data  Presentase pH lambung > 4 dengan omeprazole


yaitu median 29,3% dan rentang 19,3 – 50,0%.
Sedangkan pH lambung > 4 dengan lansoprazole
yaitu median 27,8% dan rentang 13,0 – 42,3%.
Dengan kenaikan yang signifikan dari penggunaan
omeprazole.

Hasil utama  Total 10 laki-laki sehat yang berasal dari Jepang,


dengan rentang usia 20-44 tahun dan indeks masa
tubuh 20,2 – 23,6 kg/m2 serta tidak memiliki
riwayat terapi eradikasi yang berpartisipasi dalam
penelitian. Infeksi H.pylori terdeteksi pada 2 di
antara 10 responden. Rasio PG I/II negatif pada
semua responden. Presentase pH lambung > 4
dengan omeprazole yaitu median 29,3% dan
rentang 19,3 – 50,0%. Sedangkan pH lambung > 4
dengan lansoprazole yaitu median 27,8% dan
rentang 13,0 – 42,3%. Dengan kenaikan yang
signifikan dari penggunaan omeprazole. Setelah
pengukuran pH lambung awal, pemberian
omeprazole menunjukkan peningkatan yang cepat
pada pH lambung. Responden dengan omeprazole
mengalami kenaikan pH lambung setelah 3 jam
dimulainya pengukuran pH lambung awal.
Sedangkan responden dengan lansoprazole
mengalami kenaikan pH lambung setelah 17 dan 18
jam pengukuran pH lambung awal.

Analisis lain -

Pembahasan
a. Hasil utama penelitian  Omeprazole memiliki efek inhibitor sekresi asam
lambung lebih baik setelah makan, dibandingkan
dengan lansoprazole. Dengan penurunan pH
lambung yang mencapai 29,3% pada penggunaan
omeprazole setelah makan, sedangkan pada
penggunaan lansoprazole setelah makan hanya
27,8%.

b. Keterbatasan  ▫ Tidak adanya data mengenai pH lambung pada


penggunaan PPI sebelum postpransial.
▫ Kurangnya data mengenai CYP2C19 genetic
polymorphisme, walaupun pada laporan
sebelumnya tidak terdapat perbedaan antara
omeprazole dan lansoprazole dalam profil
farmakokinetik.

c. Interpretasi  Tujuan penelitian adalah untuk membandingkan


efek inhibitor sekresi asam lambung pada golongan
PPI (omeprazole dan lansoprazole) yang diberikan
setelah postprandial. Omeprazole memiliki efek
inhibitor sekresi asam lambung lebih baik setelah
makan, dibandingkan dengan lansoprazole. Dengan
penurunan pH lambung yang mencapai 29,3% pada
penggunaan omeprazole setelah makan, sedangkan
pada penggunaan lansoprazole setelah makan hanya
27,8%.

d. Generalisasi -
Informasi lain
Pendanaan -

Anda mungkin juga menyukai