Anda di halaman 1dari 7

JOURNAL READING

Reducing dyspeptic symptoms in children: proton pump inhibitor vs.


H2 receptor antagonist

Disusun oleh :

Monica Octafiani

1102015140

PEMBIMBING

dr. Christina K. Nugrahani, Sp. A

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK


RUMAH SAKIT MOH RIDWAN MEURAKSA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER UNIVERSITAS YARSI
2 SEPTEMBER – 9 NOVEMBER 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat dan berkah-Nya penulis
dapat menyelesaikan Jurnal Reading kepaniteraan klinik Ilmu Penyakit Anak di
RS. TK.II MOH.RIDWAN MEURAKSA yang berjudul“Reducing dyspeptic
symptoms in children: proton pump inhibitor vs. H2 receptor antagonist”.
Tujuan dari penyusunan jurnal reading adalah untuk memenuhi tugas yang
didapat saat kepaniteraan di RS. TK.II MOH.RIDWAN MEURAKSA. Dalam
menyusun jurnal reading ini tentunya tidak lepas dari pihak-pihak yang membantu
saya. Saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dr.
Christina K. Nugrahani, Sp.A atas bimbingan, saran, kritik dan masukannya
dalam menyusun jurnal reading ini. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada
orangtua yang selalu mendoakan dan teman-teman serta pihak-pihak yang telah
mendukung dan membantu dalam pembuatan jurnal reading ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan jurnal reading
ini, kesalahan dan kekurangan tidak dapat dihindari, baik dari segi materi maupun
tata bahasa yang disajikan. Untuk itu penulis memohon maaf atas segala
kekurangan dan kekhilafan yang dibuat. Semoga jurnal reading ini dapat
bermanfaat, khususnya bagi penulis dan pembaca dalam memberikan sumbang
pikir dan perkembangan ilmu pengetahuan di dunia kedokteran.
Akhir kata, dengan mengucapkan Alhamdulillah, semoga Allah SWT
selalu merahmati kita semua.

Jakarta, 13 September 2019

Penulis

2
Mengurangi gejala dispepsia pada anak-anak menggunakan Penghambat
Pompa Proton vs Antagonis Histamin 2 Receptor.

ABSTRAK
Latar Belakang
Dispepsia merupakan penyakit penyebab utama pada saluran pencernaan
bagian atas. Studi eksperimental telah menunjukkan bahwa omeprazole lebih
efektif dalam mengurangi panas pada dada daripada ranitidine pada orang dewasa.
Namun, ada beberapa penelitian yang membandingkan efek pompa proton
inhibitor dengan antagonis H2 reseptor untuk mengurangi gejala dispepsia pada
anak-anak.

Tujuan:
Untuk membandingkan efek omeprazole dengan ranitidine untuk
mengurangi gejala dispepsia.

Metode:
Dilakukan uji double – blind randomized controlled trial (RCT) di Rumah
Sakit Sardjito. Dengan kriteria inklusi anak-anak berusia 3-18 tahun dengan
diagnosis dispepsia. Dibuat menjadi dua kelompok: PPI (omeprazole) dan AH2R
(ranitidin). Dengan dosis omeprazole (0,4-0,8 mg / kg / dosis) atau ranitidine (2-4
mg / kg / dosis), obat diberikan dua kali sehari selama 5 hari. Diagnosis dispepsia
secara klinis menggunakan kriteria Roma III. Kedua kelompok dipantau selama 5
hari untuk menilai perbaikan pada gejala dispepsia.

Hasil
Secara signifikan lebih banyak subjek dalam kelompok omeprazole yang
pulih dari gejala dispepsia daripada pada kelompok ranitidin (RR = 4,87; 95% CI
1,5 hingga 15,3; P = 0,005).

Kesimpulan
Omeprazole lebih baik 4,87 (95% CI 1,5 hingga 15,3) kali daripada
ranitidine dalam mengurangi gejala dispepsia pada anak-anak berusia 3-18 tahun
dengan dispepsia.

Kata kunci:
Dispepsia, omeprazole, ranitidin.

3
PENDAHULUAN
Dispepsia pada anak-anak belum mendapat banyak perhatian terutama di
Indonesia. Selain itu, tidak ada konsensus pengobatan untuk anak, perawatan yang
diberikan kepada anak biasanya mengadopsi protokol dari penelitian yang
dilakukan pada pasien dewasa dengan infeksi Helicobacter pylori.
Mekanisme kerja obat antagonis histamine 2 reseptor bekerja dengan
mengurangi sekresi asam dengan memblokir reseptor histamin dalam sel parietal
lambung. Sedangkan, mekanisme kerja pompa proton inhibitor (PPI) dalam
mengendalikan sekresi asam lambung adalah dengan memblokir pompa proton (K
+ / H + adenosin trifosfatase) yang mengangkut ion H + keluar dari sel parietal
lambung. Inhibitor pompa proton (PPI) menghambat tiga jenis reseptor secara
bersamaan, yaitu reseptor histamin, muskarinik asetilkolin, dan gastrin . Oleh
karena itu, efeknya lebih cepat daripada antagonis H2 reseptor. Tujuan penelitian
ini adalah untuk membandingkan efek omeprazole dengan ranitidine untuk
mengurangi gejala dispepsia pada anak-anak.

Metode
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah double blind,
randomized controlled trial di Rumah Sakit Dr. Sardjito dan tiga pusat kesehatan
masyarakat di Sleman, Yogyakarta dari Juni hingga November 2012. Kriteria
inklusi adalah anak-anak berusia 3-18 tahun dengan diagnosis dispepsia. Faktor
eksklusi anak dengan diagnosis dyspepsia dengan riwayat operasi, penyakit
pankreas, keganasan atau gagal ginjal.
Setiap subjek penelitian menerima PPI (omeprazole) atau antagonis H2
receptor (ranitidine) yang dilakukan secara acak, dengan dosis omeprazole (0,4-
0,8 mg / kg BB / dosis) dan ranitidine (2-4 mg / kgBB / dosis) yang diberikan dua
kali sehari selama 5 hari. Selama uji coba 5 hari, para ibu mencatat obat yang
diminum oleh anak-anak setiap hari, dilakukan pengamatan berupa manifestasi
klinis dari dispepsia seperti mual, muntah, sakit kepala, urtikaria, ruam, dan diare
dengan dilakukan pemantauan oleh Dokter hingga kriteria Roma III tidak

4
terpenuhi. Pada hari ke 6 dilakukan pemeriksaan klinis pada 74 subjek penelitian
guna untuk evaluasi dispepsia.

HASIL
Terdiri dari 79 anak sebagai subjek penelitian, namun gugur 5 subjek
yang tidak dapat mengikuti penelitian (Gambar 1). Karakteristik dasar dari subyek
ditunjukkan pada (Tabel 1). Sebelum penelitian, gejala yang paling umum dialami
oleh subjek adalah nyeri epigastrik. Secara signifikan lebih banyak pasien yang
pulih dalam kelompok omeprazole dibandingkan dengan kelompok ranitidine
(Tabel2).

Gambar 1. Bagan Alur

Tabel 1. Karakteristik subjek

Tabel 2. Perbandingan penggunaan omeprazole dan ranitidin

5
DISKUSI
Kejadian dispepsia biasanya terjadi pada usia 10-18 tahun, dimana usia
yang paling sering adalah umur 10 tahun. Pada penelitian ini menunjukkan bahwa
omeprazole 4,87 kali lebih memiliki efek positif terhadap ranitidin. Penelitian ini
sesuai dengan menurut Armstrong et al. menemukan bahwa dalam sebuah
penelitian terhadap 390 dewasa pasien dispepsia dari 46 rumah sakit di Kanada,
terdapat lebih sedikit keluhan rasa terbakar pada dada pada kelompok omeprazole
dibandingkan pada kelompok ranitidine 14 hari setelah terapi. Mekanisme kerja
PPI untuk mengendalikan sekresi asam lambung dengan memblokir pompa proton
(K + / H + adenosin trifosfatase) yang mengangkut ion H + keluar dari sel parietal
pada lambung. Pompa proton inhibitor (PPI) menghambat tiga jenis reseptor
secara bersamaan, yaitu reseptor histamin, muskarinik asetilkolin, dan gastrin.
Oleh karena itu, efek penghambatan PPI lebih cepat daripada antagonis histamine
2 reseptor .
Sekresi asam dapat dirangsang oleh tiga recepetor utama yaitu, histamin,
asetilkolin, dan gastrin yang bekerja secara sinergis. Oleh karena itu, dosis kecil
dari satu zat memberikan potensi efek dosis kecil lainnya. Terdapat reseptor
spesifik pada basomembran lateral sel parietal. Aktivasi jalur cAMP untuk
histamin, jalur kalsium sensitive untuk reseptor muskarinik dan gastrin memicu
pompa K + / H + ATPase, melalui mekanisme transpor aktif, sehingga mampu
meningkatkan konsentrasi ion hidrogen di dalam lambung. Sehingga obat PPI
dengan secara selektif memblokir pompa K + / H + ATPase, dan menjadi obat
anti sekretori yang efisien.
Sebuah penelitian pada tahun 1993 membandingkan antagonis H2 reseptor
dengan omeprazole untuk mengurangi pepsin lambung dan pepsinogen pada
mukosa lambung. Pasien dengan ulkus duodenum aktif dievaluasi dengan

6
endoskopi setelah 4 minggu pemberian obat. Studi ini melaporkan tidak ada
penurunan signifikan pepsin lambung atau pepsinogen pada mukosa lambung. Hal
ini disebabkan oleh perbedaan tingkat keparahan penyakit dan sedikitnya jumlah
subjek pada penelitian, sehingga mempengaruhi hasil penelitian.
Efek samping penggunaan obat jangka pendek pada omeprazole dan
ranitidine tidak ditemukan pada subjek penelitian, namun efek jangka panjang
dapat terjadi. Efek samping dari PPI berupa: sakit kepala, mual, sakit perut,
sembelit, perut kembung, dan diare, serta dalam penelitian di Skotlandia terjadi
hipersekresi pada penggunaan omeprazole setelah 15 hari serta dikaitkan dengan
peningkatan pH lambung. Serta efek samping ranitidin termasuk sakit kepala,
gelisah, pusing, mengantuk, dan depresi. Hal ini biasanya ringan, dapat sembuh
sendiri dan tidak berkaitan terhadap dosis serta usia pasien.

KESIMPULAN
omeprazol mengurangi gejala dispepsia 4,87 (95% CI 1,5 hingga 15,3)
daripada penggunaan ranitidine.

Anda mungkin juga menyukai