Anda di halaman 1dari 4

STRATEGI DAN KEGIATAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Pasal 3
Strategi Pemberdayaan Masyarakat meliputi:

1. peningkatan pengetahuan dan kemampuan masyarakat dalam


mengenali dan mengatasi permasalahan kesehatan yang dihadapi;

2. peningkatan kesadaran masyarakat melalui penggerakan masyarakat;

3. pengembangan dan pengorganisasian masyarakat;

4. penguatan dan peningkatan advokasi kepada pemangku

kepentingan;

5. peningkatan kemitraan dan partisipasi lintas sektor,

lembaga kemasyarakatan, organisasi kemasyarakatan,

dan swasta;

6. peningkatan pemanfaatan potensi dan sumber daya

berbasis kearifan lokal; dan

7. pengintegrasian program, kegiatan, dan/atau

kelembagaan Pemberdayaan Masyarakat yang sudah ada sesuai


dengan kebutuhan dan kesepakatan masyarakat.

Pasal 4

(1) Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat meliputi:

1. kesehatan ibu, bayi dan balita;

2. kesehatan anak usia sekolah dan remaja;

3. kesehatan usia produktif;

4. kesehatan lanjut usia;

5. kesehatan kerja;

6. perbaikan gizi masyarakat;

7. penyehatan lingkungan;
8. penanggulangan penyakit menular dan tidak

menular;

9. kesehatan tradisional;

10. kesehatan jiwa;

11. kesiapsiagaan bencana dan krisis kesehatan; dan

-6-

l. kegiatan peningkatan kesehatan lainnya yang dibutuhkan oleh


masyarakat setempat.

(2) Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat


(1) dilaksanakan dengan mengutamakan pendekatan promotif dan
preventif.

BAB III
PENYELENGGARAAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Pasal 5
(1)Masyarakat menyelenggarakan Pemberdayaan

Masyarakat dengan didampingi oleh Tenaga Pendamping.

2. (2)  Tenaga Pendamping sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat


berasal dari Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, lembaga
kemasyarakatan, organisasi kemasyarakatan,

swasta, perguruan tinggi, dan/atau anggota masyarakat.

3. (3)  Tenaga Pendamping sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus


memiliki kemampuan sebagai Tenaga Pendamping

yang didapat melalui pelatihan.

4. (4)  Pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)

diselenggarakan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah atau


masyarakat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

Pasal 6

Tenaga pendamping sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5

ayat (1) berperan sebagai:


1. katalisator dalam proses Pemberdayaan Masyarakat;

2. pemberi dukungan dalam proses penyelenggaraan

Pemberdayaan Masyarakat;

3. penghubung dengan sumber daya yang dapat

dimanfaatkan;

4. pendamping dalam penyelesaian masalah kesehatan;

5. pendamping dalam pelaksanaan pemantauan dan

evaluasi; dan

6. pendamping masyarakat dan/atau melakukan

pendekatan kepada pemangku kepentingan terkait.

-7-

Pasal 7

1. (1)  Selain Tenaga Pendamping sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 5 ayat (1) dalam Pemberdayaan Masyarakat

diperlukan keterlibatan Kader.

2. (2)  Kader sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berperan

sebagai:

1. penggerak masyarakat untuk berperan serta dalam

upaya kesehatan sesuai kewenangannya;

2. penggerak masyarakat agar memanfaatkan UKBM

dan pelayanan kesehatan dasar;

3. pengelola UKBM;

4. penyuluh kesehatan kepada masyarakat;

5. pencatat kegiatan pemberdayaan masyarakat bidang

kesehatan; dan
6. pelapor jika ada permasalahan atau kasus

kesehatan setempat pada tenaga kesehatan.

Pasal 8

Penyelenggaraan Pemberdayaan Masyarakat dilakukan

dengan tahap:

1. pengenalan kondisi desa/kelurahan;

2. survei mawas diri;

3. musyawarah di desa/kelurahan;

4. perencanaan partisipatif;

5. pelaksanaan kegiatan; dan

6. pembinaan kelestarian.

Anda mungkin juga menyukai