Idoc - Pub Modul Model Arus Mike 21
Idoc - Pub Modul Model Arus Mike 21
Tim asisten
Hendry Syahputra R. S
Trika Agnestasia
Nugraha Syahfutra
1.1Tujuan Praktikum
a. Praktikan dapat melakukan pemodelan hidrodinamika sederhana dengan
software MIKE 21 Flow model module
b. Praktikan dapat mengalikasikan penggunaan model pada fenomena arus laut
c. Praktikan dapat mendeskripsikan pola arus hasil model
1.2Dasar Teori
1.2.1 Pengertian Arus Laut
Arus merupakan gerakan air yang sangat luas terjadi pada seluruh lautan di dunia
sehingga digambarkan lengkap kecepatan dan arahnya (Hutabarat dan Evans, 1985). Arus
utamanya dibangkitkan oleh angin atau termohalin. Arus laut juga dapat didefinisikan pula
sebagai proses pergerakan massa air laut secara vertikal dan horizontal dari suatu tempat
ke tempat lain untuk mencapai keseimbangannya.
Arus juga merupakan gerakan mengalir suatu massa air yang dikarenakan tiupan
angin atau perbedaan densitas atau pergerakan gelombang panjang. Pergerakan arus
dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain arah angin, perbedaan tekanan air, perbedaan
densitas air, gaya Coriolis dan arus Ekman, topografi dasar laut, arus permukaan, upwellng
, downwelling.
secara umum untuk memodelkan simulasi muka air dan aliran di estuari, teluk dan pantai.
Model ini dapat mensimulasikan aliran dua dimensi tidak langgeng di dalam fluida satu
lapisan (secara vertikal homogen) maupun dalam aliran tiga dimensi. Modul hidrodinamika
MIKE 21 (MIKE 21 HD) merupakan modul dasar dalam program MIKE 21 model aliran
(flow model). Persamaan konversi massa dan momentum dapat ditulis dalam persamaan
(DHI Software, 2007): persamaan dalam kasus 2D pada aliran perairan dangkal didapatkan
𝜕ℎ ⃗
𝜕ℎ𝑢 ⃗
𝜕ℎ𝑣
+ + =0
𝜕𝑡 𝜕𝑥 𝜕𝑦
⃗
𝜕ℎ𝑢 ⃗
𝜕𝑢 ⃗
𝜕𝑢 𝜕𝜂 ℎ 𝜕𝜌 𝑔ℎ2 𝜕𝜌 𝜏𝑠𝑥 𝜏𝑏𝑥 1 𝜕𝑠𝑥𝑥 𝜕𝑠𝑥𝑦
+ 𝑢 𝜕𝑥 + 𝑣 𝜕𝑦 = 𝐹𝑣⃗ℎ − 𝑔ℎ 𝜕𝑥 − − 2𝜌 + − +𝜌 ( + )+
𝜕𝑡 𝜌0 𝜕𝑥 0 𝜕𝑥 𝜌0 𝜌0 0 𝜕𝑥 𝜕𝑦
𝜕 𝜕
(ℎ𝑇𝑥𝑥 ) + 𝜕𝑦 (ℎ𝑇𝑥𝑦 ) ℎ𝑢𝑠 𝑠
𝜕𝑥
pada penyelesaian 2D/3D. Diskritasi persamaan dasar menggunakan sebuah cell centered
Pada penyelesaian kasus 2D elemen yang digunakan merupakan bentuk segitiga tidak
segitiga tidak berstruktur dan penyelesaian vertikal mesh dibentuk sistem koordinat sigma
Gambar 3. Ilustrasi perbedaan bentuk grid vertikal pada koordinat sigma dan kombinasi
koordinat sigma dan –z , konfigurasi dengan koordinat sigma dapat mempresentasikan
batimetri
(Sumber : DHI Water and Enviroment, 2012)
kemampuan akurat dalam mepresentasikan batimetri dan resolusi dekat dengan dasar,
namun masih memiliki kemunkinan menghasilkan error dari aliran yang tidak riil. Pada
Gambar 4. Konfigurasi desain pesisir pada sistem grid teratur (POM) dan sistem grid
segitiga tidak teratur (FVCOM)
(Sumber : Chen et. al, 2006)
pantai yang lebih akurat, namun sering terjadi eror dengan timbulnya bias aliran yang tidak
rill. Hasilnya bias menjadi aplikasi batas yang tidak slip, dan masalah dengan cairan
sepanjang lereng pantai. Dengan menyelaraskan mesh masalah ini dapat diselesaikan
(Marshall, 1998)
Daerah spasial didiskritasi menjadi beberapa bagian yang kontinyu dan tidak
tumpang tindih dari masing – masing elemen. Bidang horizontal unstructtured triangular
mesh terdiri dari elemen segitiga untuk integrasi waktu pada skema eksplisit. (DHI Water
Penggunaan grid teratur tidak dapat merepresentasikan bentuk garis pantai secara
akurat, namun kemudahan dalam kalkulasi dalam perhitungan. (Chen et al, 2006)
2. Pada lembar pengerjaan (working area) dilanjutkan dengan memasukkan data garis
pantai (.xyz) dan data kedalaman perairan (.xyz) dengan langkah WorkArea –
Background Management – Import.
Gambar 5. Hasil Keluaran Garis Pantai dan Kedalam Perairan Area Model
Grid Spacing adalah luas setiap grid dalam domain model, sedangkan grid dimensions
adalah jumlah grid yang berada dalam domain model.
4. Grid batimetri Model di interpolasi dengan langkah Pick Mode – Import from
Background and drag, maka tanda titik (points) akan mengalami perubahan warna,
dan pada langkah akhir tekan Import from Background sekali lagi.
6. Simpan file batimetri yang telah dikerjakan dengan langkah File – Save (.dfs2)
Gambar 2. Contoh Format Data Garis Pantai dan format data batimetri
Tahapan Pembuatan Mesh :
1. Untuk memulai membuat grid batimetri dengan Mesh Generator maka pada menu
toolbox MIKE ZERO pilih mesh Generator (.mdf)
Gambar 12. Hasil akhir pemotongan arc pada masing – masing garis pantai
10. Membuat Polygon daerah domain model, caranya yang dilakukan adalah
menghubungkan kedua arc dari masing – masing ujung garis pantai, sehingga
terbentuk suatu bidang tertutup.
Dari menu toolbar pilih Draw arc, klik pada bagian node yang ingin dihubungkan
kemudian tarik garis hingga sampai pada node yang akan diubungkan, sehingga akan
terbentuk 2 arc baru seperti gambar berikut.
Gambar 14. Hasil akhir pembuatan vertices pada arc di daerah domain model
12. Selanjutnya melakukan pendefinisian pada setiap arc yang menjadi batas domain
model, dilakukan dengan cara pilih select arc pada menubars klik kanan mouse lalu
pilih properties. Isi arc properties pada arc atribute. Pendefinisian ini dilakukan
untuk memisahkan mana yang menjadi batas laut dan mana yang menjadi batas main
land.
Gambar 20. Hasil akhir data batimetri pada masing – masing mesh
17. Tahapan terakhir melakukan exporting mesh , dengan cara Mesh -> Export mesh.
I.Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan Praktikum
II.Dasar Teori
2.1 Arus Laut
2.2 Hidrodinamika
2.3 MIKE 21
III. Metodelogi
3.1 Hasil Print Screen Pembuatan Batimetri
3.2 Hasil Print Screen Peramalan Data Pasang Surut
3.3 Hasil Print Screen Pengolahan Data Angin
3.4 Hasil Print Screen Model Set-Up Hidrodinamika
V. Penutup
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Lampiran
1. Hasil simulasi model (.Avi) diburn di CD-R
2. Hasil Batimetri diburn di CD-R
3. Model Control Modul Hidrodinamika dan Batimetri diburn di CD-R