Anda di halaman 1dari 23

STUDI KASUS : Penerapan Supervisi Kepala

Ruang Berdasarkan Kelengkapan Pendokumentasian


Asuhan Keperawatan Di Ruang Cempaka 1 RSUD
Temanggung

Karya Ilmiah Ners (KIN)

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Profesi Ners

Oleh

Nurma Hudanatstsani

P1337420920115

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


JURUSAN KEPERAWATAN
POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
TAHUN 2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rumah sakit merupakan pusat pelayanan kesehatan yang terdiri dari

bebagai profesi yang saling berpengaruh satu sama lain. Untuk memberikan

pelayanan yang terbaik, rumah sakit membutuhkan adanya pengelolaan yang

baik membutuhkan manajemen dalam menjalankan fungsinya untuk

memberikan pelayanan yang terbaik. Manajemen keperawatan merupakan

suatu proses bekerja yang mengupayakan anggota staf perawat dalam

memberikan pelayanan keperawatan (Sutomo, 2019).

Pelayanan keperawatan sebagai komponen sentral untuk terwujudnya

pelayanan kesehatan yang bermutu. Upaya dalam meningkatkan mutu,

perawat harus mampu melaksanakan asuhan keperawatan sesuai standar, yaitu

dimulai dari pengkajian hingga diakhiri dengan evaluasi serta

pendokumentasiannya (Mahyar, 2010).

Pendokumentasian asuhan keperawatan yang baik menunjukkan salah

satu kemampuan perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan. Selain

itu, dokumentasi asuhan keperawatan juga dapat dimanfaatkan oleh semua

profesional kesehatan dan antar bidang pelayanan kesehatan dan antar bidang

pelayanan kesehatan (Hayrinena, 2010).

Dokumentasi asuhan keperawatan merupakan informasi tertulis yang

berkaitan dengan status pasien dan perkembangan kondisi pasien serta semua
kegiatan asuhan keperawatan yang telah dilakukan oleh perawat.

Pendokumentasian asuhan keperawatan sebagai bukti bahwa tindakan

keperawatan yang dilakukan secara profesional dan legal sehingga dapat

memberikan perlindungan bagi perawat dan pasien. Namun masih banyak

perawat yang menganggap kelengkapan dokumentasi asuhan keperawatan

tidak penting , hal ini merupakan ancaman berat bagi perawat apabila ada

tuntutan dari pihak keluarga pasien sehingga perawat tidak memiliki bukti

fisik yang membuktikan tidak bersalah dengan perkara yang dituntut oleh

keluarga pasien (Syafridayani, 2017).

Hasil penelitian Diyanto (2016) tentang Analisis Faktor – Faktor

Pelaksanaan Dokumentasi Asuhan Keperawatan menunjukkan bahwa

penatalaksanaan pengisian dokumentasi asuhan keperawatan di RSUD

Tugurejo Semarang dalam kategori kurang (48%), sedang (35%), dan baik

(17%). Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Etildawati (2012)

menunjukkan kelengkapan dokumentasi asuhan keperawatan di RSUD Kota

Pariaman terisi lengkap (42%), dan tidak diisi lengkap (58%). Penelitian

tentang Kelengkapan dokumentasi asuhan keperawatan telah dilakukan oleh

Nadia ( 2015) yang menunjukkan bahwa kelengkapan dokumentasi asuhan

keperawatan di RSI Ibnu Sina Padang pada tahap pengkajian (68%), diagnosis

keperawatan (70%), perencanaan (69%), implementasi (67%), evaluasi (73%),

dan catatan asuhan keperawatan (65%).

Gibson (1996) menjelaskan bahwa dalam pendokumentasian asuhan

keperawatan terdapat 3 variabel yang mempengaruhi yaitu individu, organiasi


dan psikologis. Menurut Ilyas (2002) menyatakan bahwa perlu adanya kontrol

dan supervisi pada variabel organisasi. Supervisi merupakan upaya untuk

membantu pembinaan dan meningkatkan kemampuan anggota yang

disupervisi agar melaksanakan tugas yang sudah diberikan secara efektif dan

efisien (Nursalam, 2011). Selain itu, supervisi juga digunakan untuk

memfasilitasi refleksi yang lebih mendalam dari praktik yang sudah dilakukan

, refleksi ini mampu mencapai, meningkatkan, mempertahankan dan kreatif

dalam meningkatkan kualitas dalam memberikan asuhan keperawatan

(Pitman, 2011).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Anggeria (2019) menyatakan

bahwa pentingnya hubungan supervisi dalam pendokumentasian keperawatan

yang dilakukan oleh perawata sehingga akan meningkatkan mutu pelayanan

keperawatan termasuk dalam pendokumentasian keperawatan. Hasil penelitian

Rezkiki (2018) menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dalam

kelengkapan dokumentasi asuhan keperawatan sebelum dan sesudah

dilakukan supervisi. Lebih lanjut Rezkiki menjelaskan bahwa kelengkapan

dokumentasi asuhan keperawatan sebelum dilakukan supervisi kepala ruang

yaitu 70,27%, sedangkan kelengkapan dokumetasi asuhan keperawatan setelah

dilakukan supervisi menjadi 82,27%.

RSUD Temanggung telah melaksanakan pendokumentasian asuhan

keperawatan yang diatur dalam SPO No. YM 00.03.2.6.7637. Hasil

wawancara yang dilakukan dengan Kepala Ruang di Ruang Cempaka 1 RSUD

Temanggung menyampaikan bahwa “ Pendokumentasian asuhan keperawatan


wajib dilakukan secara berkesinambungan dan saat ini masih menggunakan

model pendokumentasian secara manual ” (Maskur, wawancara, 16 Februari

2021). Lebih lanjut Maskur juga menyampaikan bahwa supervisi klinis

dilakukan oleh Kepala Ruang, Perawat Primer, dan tim akan tetapi akhir-akhir

ini jarang dilakukan secara rutin. Berdasarkan observer selama 3 hari yang

telah dilakukan di Ruang Cempaka 1 RSUD Temanggung didapatkan bahwa

masih adanya ketidak sesuaian antara keluhan klinis dengan diagnosis yang

muncul dan supervisi klinis sudah jarang dilakukan semenjak pandemi.

Berdasarkan uraian latar belakang diatas menggambarkan bahwa

kelengkapan pendokumentasian asuhan keperawatan masih perlu diperhatikan

(Abdi, 2016). Oleh karena itu, Peneliti tertarik untuk menyusun karya ilmiah

NERS dengan judul Penerapan Supervisi Kepala Ruang Berdasarkan

Kelengkapan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Di Ruang Rawat Inap.

1.2 Konteks dan Perbedaan

1.2.1 Analisis Konteks

Konteks dari karya tulis ilmiah ini adalah penerapan supervisi

Kepala Ruang berdasarkan pelengkapan pendokumentasian asuhan

keperawatan di Ruang Rawat .

Pendokumentasian asuhan keperawatan sering ditemukan masih

belum memenuhi standar, yaitu pengkajian sampai evaluasi belum

lengkap. Salah satu yang dapat mempengaruhi kelengkapan

pendokumentasian yaitu dengan supervisi (Asmawati, 2018).


Supervisi merupakan suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan

untuk membantu tenaga keperawatan dalam melakukan pekerjaan mereka

secara efektif (Marquis & Hutson, 2010).

Hasil penelitian (Rostiana, 2007) yang melakukan pengumpulan

data selama 10 hari dan dilaksanakan di 11 ruang rawat inap menunjukkan

bahwa setelah dilakukan supervisi kepala ruang kelengkapan dokumentasi

asuhan keperawatan menjadi 68,9% yang sebelumnya kelengkapan

dokumentasi 51,9%.

Penerapan supervisi sangat penting dilakukan oleh kepala ruang

dalam pendokumentasian yang dilakukan perawat sehingga akan

meningkatkan mutu pelayanankeperawatan termasuk pendokumentasian

keperawatan (Anggeria, 2018).

Instrument yang digunakan untuk mengetahui keberhasilan

supervisi kepala ruang berdasarkan kelengkapan dokumentasi asuhan

keperawatan menggunakan lembar kuesioner supervisi dan lembar

observasi kelengkapan dokumentasi asuhan keperawatan (Rezkiki, 2018).


Tabel 1.1 Analisa SWOT

Internal Strenght (Kekuatan) Weaknesses (Kelemahan)


1. Ketenagaan di ruang 1. Cukup menghabiskan
cempaka 1 ada 17 waktu hanya untuk
perawat yaitu 15 perawat mengecek kelengkapan
pendidikan D3 , 1 perawat pendokumentasian
pendidikan D4 dan 1 keperawatan
perawat pendidikan Profesi sedangkan tugas karu
Ners sehingga perawat masih banyak.
tersebut bisa melakukan 2. Perawat sibuk
Eksternal supervisi dan melengkapi memberikan tindakan
dokumentasi asuhan keperawatan kepada
keperawatan yang sesuai pasien.
2. Supervisi dapat 3. Banyaknya lembaran
meningkatkan motivasi dokumentasi asuhan
staff dalam bekerja dan keperawatan yang
mengembangkan rasa harus diisi
percaya dan keterbukaan
kepada staff.
Opportunities (Peluang) Strategi SO Strategi WO
Kelengkaan Dokumentasi Melakukan supervisi kepala Membuat jadwal supervisi
Keperawatan mampu ruang dengan teknik yang kepala ruang sehingga
meningkatkan mutu benar sehingga mampu waktu tidak terbuang
pelayanan keperawatan meningkatkan motivasi staff banyak untuk pengecekan
sehingga berpengaruh dalam bekerja termasuk kelengkapan dokumentasi
terhadap akreditasi rumah melengkapi dokumentasi asuhan keperawatan
sakit, selain itu sebagai asuhan keperawatan
acuan atau pertimbangan
dalam biaya keperawtan
Threats (Ancaman) Strategi ST Strategi WT
Pendokumentasian asuhan Meningkatkan loyalitas pasien Membagi tugas dan pasien
keperawatan yang tidak dengan cara memupuk rasa kelolaan sesuai
lengkap tidak bisa menjadi kekeluargaan dan kepercayaan kemampuan sehingga
bukti yang kuat apabila ada dengan memberikan perawat dapat fokus dalam
keluarga pasien yang pelayanan yang prima dan memberikan tindakan
menuntut tentang tindakan fasilitas yang memuaskan asuhan keperawatan dan
keperawatan dan membawa mampu melengkapi
masalahnya ke hukum pendokumentasian asuhan
keperawatan
1.2.2 Analisis Perbedaan

Supervisi kepala ruang dapat meningkatkan efektifitas dan efisiensi

kerja dengan cara memberikan bantuan baik berupa pengarahan, pelatihan,

maupun pembelajaran yang diberikan kepada bawahan secara langsung

sehingga meningkatkan motivasi dan kemampuan dalam melaksanakan

tugasnya memperoleh hasil kinerja yang baik (Suarli, 2010).

Supervisi secara langsung memungkinkan kepala ruang mampu

menemukan berbagai hambtan dalam melaksanakan asuhan keperawatan

dengan mencoba memndang dari berbagai aspek-aspek yang mampu

mempengaruhi dan bersama dengan staff mencari solusi pemecahan

masalah (Sukardjo, 2010).

1.3 Analisis Masalah

1.3.1 Tingkat Individu

Saat ini masih banyak perawat yang belum menyadari bahwa

tindakan yang mereka lakukan harus dipertanggungjawabkan. Bentuk

pertanggungjawaban dengan pendokumentasian asuhan keperawatan

secara lengkap dan sesuai.

1.3.2 Tingkat Tim

Kepala ruang harus memiliki kemampuan manajerial yaitu

perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), penggerakan dan

pelaksanaan, pengawasan serta pengendalian (controling) dan evaluasi

(Arwani dan Supriyatno, 2005). Dari beberapa funsgi diatas, salah satu

yang harus dijalankan oleh kepala ruang yaitu fungsi pengawasan dan
pengendalian berupa supervisi klinis (Goziyan, 2012). Namun supervisi

kepala ruang belum terlaksana secara rutin.

1.3.3 Tingkat Organisasi

Salah satu fungsi manajemen ialahh directing yang didalamnya ada

kegiatan supervisi keperawatan. Faktanya, pelaksanaan supervisi

keperawatan belum dilakukan secara maksimal. Kegiatan supervisi lebih

banyak pada kegiatan pengawasan, bukan pada kegiatan bimbingan,

observasi dan penilaian (Mularso, 2006).

1.4 Kebutuhan Penilaian

Hasil Observasi Hasil Yang Diharapkan


Supervisi kepala ruang sudah jarang Kepala ruang dapat melaksanakan
dilakukan dan perawat ruangan dalam supervisi secara rutin agar mampu
melakukan pendokumentasian asuhan memberi bantuan dan pengarahan
keperawatan masih belum lengkap, untuk kelengkapan
dalam perumusan diagnosa pendokumentasian asuhan
keperawatan belum sesuai dengan keperawatan
keluhan dan kondisi pasien.
Apa yang dibutuhkan?
Penerapan supervisi kepala ruang kepada perawat ruangan dengan prinsip
dan teknik supervisi sesuai dengan ketentuan

1.5 Sasaran

Sasaran dalam karya tulis ini yaitu perawat dan kepala ruang yang

diruangan cempaka 1 RSUD Temanggung

1.6 Definisi Masalah

Pendokumentasian keperawatan merupakan merupakan pencatatan

proses asuhan keperawatn pasien. Pendokumentasian keperawatan

merupakan tolak ukur disiplin perawat dalam mengisi kelengapan asuhan

keperawatan dan sebagai bukti untuk dipertanggungjawabkan kesehatan


pasien (Tajriyani, 2019). Pendokumentasian asuhan keperawatan meliputi

pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi hingga evaluasi (Haryanti,

2013).

Pendokumentasian asuhan keperawatan perlu adanya kontrol yang

dilakukan dalam manajemen keperawatan salah satunya supervisi.

Supervisi merupakan upaya untuk membantu pembinaan dan peningkatan

kemampuan pihak yang disupervisi agar mereka mampu melaksanakan

tugas secara efisien dan efektif (Nursalam, 2011).

Hasil penelitian Goziyan (2012) menunjukkan bahwa kelengkapan

dokumentasi asuhan keperawatan sebelum dilakukan supervisi kepala

ruang yaitu pengkajian (50,4%), Diagnosa (36,4%), Intervensi (37,2%),

Implementasi (29,6%) dan evaluasi (58,2%). Kelengkapan dokumentasi

asuhan keperawatan setelah dilakukan supervisi kepala ruang menjadi

pengkajian (58,8%), Diagnosa (45%), Intervensi (46%), Implementasi

(42,2%) dan evaluasi (64,4%).

Hasil penelitian Nindyanto (2013) menunjukkan bahwa supervisi

kepala ruangan berpengaruh terhadap kelengkapan pendokumentasian

asuhan keperawatan ( p = 0,027). Supervisi kepala ruang yang baik akan

meningkatkan peluang pendokumentasian asuhan keperawatan 3 kali lebih

baik (OR = 3,222).


1.7 Pertanyaan

Peneliti menggunakan PICOT dalam pencarian artikel meliputi

P (problem) : Pendokumetasian Asuhan Keprawatan yang

kurang lengkap

I (intervention) : Penerapan supervisi kepala ruang sesuia dengan

prinsip dan teknik yang benar

C (comparation) :-

O (outcome) : Hasil yang diharapkan adalah pendokumentasian

asuhan keperawatan lengkap

T (time) : Waktu pelaksaan 3 hari, hari pertama

dilaksanakannya supervisi kepala ruang, hari kedua dan ketiga

mengevaluasi apakah dokumetasi asuhan keperawatan sudah lengkap atau

belum

1.8 Tujuan

Tujuan dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah yaitu untuk

meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan dan kelengkapan

pendokumentasian asuhan keperawatan di Ruang Rawat Inap Bangsal

Cempaka RSUD Temanggung dalam menerapkan “Supervisi Kepala

Ruang berdasarkan Kelengkapan Pendokumentasian Asuhan

Keperawatan”.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Metode (Method)

Metode yang digunakan adalah melakukan tinjauan literature

melalui penelusuran artikel yang relevan yang dipublikasikan dalam

rentang waktu 5 tahun terakhir. Pencarian artikel dilakukan secara

komperehensif menggunakan database jurnal Google scholar, One search

dan PubMed. Kata kunci yang digunakan penulis dalam melakukan

penelusuran jurnal penelitian adalah supervisi kepala ruang , dokumentasi

asuhan keperawatan, clinical supervision dan nursing care documentation.

Data yang diperoleh disajikan dengan tabel yang meliputi judul, penulis,

tahun, metodologi dan hasil penelitian. Dalam menentukan jurnal

penelitian penulis menerapkan adannya kriteria inklusi dan ekslusi :

1. Kriteria Inklusi

a. Jurnal terpublikasi dalam kurun 5 tahun yaitu dari tahun 2016-2020

b. Jurnal terpublikasi dalam bentuk full text

c. Jurnal yang digunakan terindeks dan terdaftar pada jurnal nasional

maupun internasional

d. Jurnal berbahasa Indonesia atau Inggris

2. Kriteria Eksklusi

a. Jurnnal penelitian dipublikasi dalam bentuk abstrak atau literature

revie.
Dari pencarian menggunakan kriteria inklusi dan eksklusi penulis

menemukan 5 jurnal yang sesuai yaitu penerapan supervisi kepala ruang

terhadap kelengkapan pendokumentasian asuhan keperawatan.

Tabel 2.1

BAGAN PEMILIHAN ARTIKEL

142 Artikel

Google Scholar : 132

Pubmd : 1

Onesearch : 9

Artikel bedasarkan artikel type

104 artikel Dihilangkan 38 artikel

Artikel bedasarkan full text

Dihilangkan 8 artikel
96 artikel

Artikel bedasarkan 5 tahun


terakhir
57 artikel Dihilangkan 39 artikel
Artikel bedasarkan intervensi tidak
sama

10 artikel Dihilangkan 47 artikel

Artikel bedasarkan subyek

Dihilangkan 5 artikel
5 artikel
2.2 Hasil Tinjauan (Review Result)

Tabel 2.2

Hasil Penelusuran Artikel

No Judul Penulis Tahun Metode Sampel Hasil


1. Pengaruh Penerapan Julianto Mito 2016 Analitik 45 sampel Hasil penelitian didapatkan nilai t
Supervisi Terhadap dengan dokumentasi hitung sebesar 16,801 dengan taraf
Kelengkapan pendekatan asuhan signifikan sebesar 0,000 < 0,005,
Dokumentasi Asuhan cross sectional keperawatan sehingga dapat disimpulkan bahwa
Keperawatan di Lantai supervisi yang dilakukan oleh
2 Instalasi Rawat Inap kepala ruang memiliki pengaruh
Gedung Prof. Dr. terhadap kelengkapan
Soelarto RSUP pendokumentasian asuhan
Fatmawati keperawatan
2. Pengaruh Supervisi Asmawati, 2018 Pre- 12 orang dan Hasil penelitian menunjukan
Kepala Ruangan Ananda, Alkafi eksperimental 40 sampel sebelum dan sesudah dilakukan
Terhadap Pelaksanaan design dengan dokumentasi supevisi kepala ruang ada
Pendokumentasian rancangan One asuhan perbedaan, dimana rata-rata
Asuhan Keperawatan Group Pretest- keperawatan pendokumentasian asuhan
Di Ruang Rawat Inap Postest Design keperawatan sebelum dilakukan
Rsu Aisyiyah Padang supervisi 34,56 dengan standar
deviasi 4,912 yaitu tergolong tidak
lengkap. Sedangkan sesudah
dilakukan supervisi kepala ruang
rata-rata pendokumentasian asuhan
keperawatan menjadi 28,38 dengan
standar deviasi 4,773 atau tergolong
lengkap. Berdasarkan hasil uji
statistik didapatkan p value = 0,000
3. Pengaruh supervisi Rezkiki, F., 2018 Pre- 15 responden Hasil penelitian menunjukkan rata-
terhadap kelengkapan Ilfa, A. eksperimental rata kelengkapan dokumentasi
dokumentasi asuhan dengan asuhan keperawatan sebelum
keperawatan di ruangan rancangan One dilakukan supervisi yaitu 70,27%.
non bedah Group Pretest- Sedangkan sesudah dilakukan
Posttest supervisi menjadi 82,27%. Terdapat
Design pengaruh yang signifikan
pelaksanaan supervisi terhadap
kelengkapan dokumentasi asuhan
keperawatan dengan nilai mean
adalah -12.00 dan p=0,00.
4. Pendokumentasian Manuhutu, 2020 Pre- 40 responden Hasil penelitian menunjukkan
Asuhan Keperawatan Novita dan eksperimental pelatihan supervisi kepala ruang
Oleh Perawat Pelaksana Supardi one group pre dan pendampingan implementasi
Setelah Dilakukan test-post test supervisi selama 1 minggu dapat
Pelatihan Supervisi design meningkatkan skor
Kepala Ruang Dirumah pendokumentasian asuhan
Sakit X, Kota Ambon keperawatan secara bermakna
p<0,05.
5. Study Kualitatif Sutomo dan 2019 Kualitatif 13 responden Berdasarkan hasil wawancara
Supervisi Kepala Usman dengan metode kepada responden yaitu supervisi
Ruangan Dengan wawancara kepala ruangan sangat berpengaruh
Pelaksanaan terhadap pendokumentasian asuhan
Pendokumentasian keperawatan. Selain itu, sebagian
Asuhan Keperawatan responden berpendapat bahwa
Di Ruang Rawat Inap melakukan dokumentasi asuhan
RSUD Praya Kab. keperawatan karena adanya
Lombok Tengah dorongan dari kepala ruang.
2.3 Resume Tinjauan ( Review Conclusion )

Supervisi kepala ruang menurut Julianto (2016) dapat

mempengaruhi terhadap kelengkapan pendokumentasian asuhan

keperawatan Di Ruang Rawat Inap Rsu Aisyiyah Padang dengan hasil uji

statistik didapatkan p value = 0,000. Pelaksanaan supervisi bukan hanya

ditunjukkan untuk mengawasi apakah seluruh perawat menjalankan

tugasnya sesuai instruksi, tetapi juga bagaimana memperbaiki proses yang

sedang berlangsung dan memastikan seluruh proses keperawatan yang

sedang berlangsung dan seluruh proses keperawatan sudah terdokumentasi

dengan baik (Julianto, 2016).

Supervisi dilakukan oleh orang yang memiliki kemampuan yang

cakap dalam bidang yang disupervisi. Supervisi yang dilakukan dengan

dua cara, yaitu supersvisi secara langsung dan tidak langsung (Asmawati,

2019). Supervisi secara langsung memungkinkan kepala ruang

menemukan berbagai hambatan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan di

ruangan dan bersama dengan staf keperawatan mencari jalan

pemecahannya (Julianto, 2016).

Supervisi dilakukan dengan memberikan pengarahan dan

petunjuk yang jelas sehingga dapat dimengerti oleh staf dan perawat

pelaksana, memberikan saran, nasehat dan bantuan kepada staf,

memberikan motivasi untuk meningkatkan semnagat kerja, memberikan

latihan dan bimbingan yang diperlukan oleh pelaksanaan keperawatan

(Julianto, 2016).
Kegiatan supervisi yang baik tidak terlepas dari kemampuan

kepala ruang yang dapat dilihat dari kemampuan structure, skills, support

dan sustainability. Kepala ruang melakukan supervisi kepada staff dalam

pelayanan asuhan keperawatan mulai dari pengkajian, diagnosa

keperawatan, perencanaan, implementasi, evaluasi serta

pendokumentasian yang baik (Rezkiki, 2018).

Supervisi dilaksanakan dengan durasi 45 menit sampai 2 jam,

dengan frekuensi setidaknya satu kali dalam seminggu atau minimal satu

bulan sekali (Suryani, 2017).

Kegiatan audit dokumentasi asuhan keperawatan yang dilakukan

oleh Julianto (2016) selama 3 minggu setelah penerapan supervisi oleh

kepala ruang. Proses audit dilakukan pada 45 rekam medis pasien rawat

inap yang dipilih secara acak untuk selanjutnya dilakukan penilaian

terhadap kelengkapannya. Penilaian kelengkapan pendokumentasian

asuhan keperawatan meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan,

perencanaan, implementasi, dan evaluasi. Instrument yang digunakan yaitu

instrumen evaluasi dokumentasi keperawatan oleh tim pengembangan

MPKP FIK UI-RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. Hasil penilaian

sebelum dilakukan supervisi didapatkan kelengkapan dokumentasi asuhan

keperawatan yaitu pengkajian (79%), Diagnosa Keperawatan (87%),

Intervensi (79%), Implementasi (84%), Edukasi (64%), Evaluasi (78%).

Kelengkapan dokumentasi asuhan keperawatan setelah dilakukan supervisi


oleh kepala ruang menjadi pengkajian (95%), Diagnosa keperawtan

(98%), Intervensi (96%), Implementasi (93%), Edukasi (79%), Evaluasi

(91%). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan supervisi

oleh kepala ruang berpengaruh terhadap kelengkapan dokumentasi asuhan

keperawatan (p = 0,000<0,005).

Penelitian yang dilakukan (Asmawati 2018) dengan sampel

perawat pelaksana yang berdinas di Instalasi rawat inap sebanyak 12 orang

disimpulkan bahwa sebelum dilakukan supervisi rata-rata perkembangan

pendokumentasian asuhan keperawatan sebesar 34,56. Terlihat nilai

minimum 20 tergolong pendokumentasian tidak lengkap dan nilai

maximum 32 tergolong pendokumentasian lengkap. Setelah dilakukan

supervisi kepala ruang rata-rata perkembangan pendokumentasian asuhan

keperawatan sebesar 28,38. Telihat nilai minimum 21 tergolong

pendokumentasian tidak lengkap dan nilai maximum 38 tergolong

pendokumentasian lengkap. Dengan demikian terdapat perbedaan

pendokumentasian asuhan keperawatan sebelum dan sesudah dilakukan

supervisi oleh kepala ruang dengan nilai p=0,000.

Penelitian yang dilakukan Rezkiki dan ilfa (2018) yang

menggunakan sampel 15 orang perawat di ruang interne dengan

instrument menggunakan lembar observasi supervisi dan lembar observasi

kelengkapan dokumentasi asuhan keperawatan didapatkan kelengkapan

dokumentasi sebelum dilakukan supervisi yaitu 70,27%. Sedangkan

kelengkapan dokumentasi asuhan keperawatan setelah dilakukan supervisi


menggunakan metode klinis menjadi 82,27%. Terjadi peningkatan sesudah

dilakukan supervisi sebanyak 12% dari tahap tahap pengkajian sampai

catatan asuhan keperawatan.

Kelengkapn dokumentasi asuhan keperawatan yang dilakukan

oleh perawat karena adanya kontrol dan pengawasan dari kepala ruang

terhadap pendokumentasian asuhan keperawatan. Kegiatan supervisi dapat

membantu perawat dalam pendokumentasian asuhan keperawatan,

supervisi yang dilakukan secara berulang dapat mengurangi kesalahan

perawat dalam melakukan pendokumentsian dan supervisi yang dilakukan

denga baik akan meningkatkan pendokumentasian asuhan keperawatan

(Rezkiki dan ilfa, 2018).

Faktor mempengaruhi kelengkapan pendokumentasian

diantaranya perbandingan jumlah perawat dan pasien yang tidak seimbang,

faktor umur dari perawat itu sendiri, banyaknya dokter yang tidak

melengkapi dokumen catatan medis, dan model catatan askep yang terlalu

panjang, serta kurang fokus sehingga dapat menyita waktu untuk

mengatasinya (Julianto, 2016)

Sedangkan hasil penelitian rezkiki (2018) faktor penghambat

dalam pendokumentasian asuhan keperawataan selain supervisi kepala

ruang, yaitu tidak seimbangnya jumlah perawat dengan pekerjaan yang

ada, format dokumentasi asuhan keperawatan yang terlalu panjang.

Penelitian yang dilakukan oleh Sutomo (2019) menyebutkan

bahwa faktor yang mempengaruhi kelengkapan dokumentasi keperawatan


selain supervisi kepala ruang yaitu sebagian responden berpendapat karena

jumlah tenaga keperawatan yang tidak sesuai dengan jumlah pasien, bagi

perawat yang selalu melakukan penulisan dokumentasi asuhan

keperawatan secara lengkap tidak ada penghargaan hanya mendapatkan

pujian (Sutomo, 2019).

Penelitian yang dilakukan oleh Sutomo (2019) bahwa supervisi

kepala ruang dilakukan secara tidak langsung setiap sebulan sekali saat

operan jaga. Berdasarkan hasil wawancara kepada responden yaitu

supervisi kepala ruangan sangat berpengaruh terhadap pendokumentasian

asuhan keperawatan. Selain itu, sebagian responden berpendapat bahwa

melakukan dokumentasi asuhan keperawatan karena adanya dorongan dari

kepala ruang.

Penelitian yang dilakukan oleh Manuhutu, Novita dan Supardi

(2020) kepada semua perawat yang bekerja di Ruang rawat Inap Rumah

Sakit X Ambon sebanyak 40 orang responden menunjukan supervisi

kepala ruang efektif dalam pendokumentasuan asuhan keperawatan.

Prosedur pengumpulan data yang dilakukan oleh Manuhutu,

Novita dan Supardi (2020) yaitu minggu pertama penilaian terhadap

kelengkapan pendokumentasian asuhan keperawatan sebelum dilakukan

supervisi dengan menggunakan lembar observasi dokumentasi asuhan

keperawatan. Minggu kedua dilakukan intervensi pelatihan supervisi

kepala ruang untuk menerapkan pendokumentasian asuhan keperawatan.

Minggu ketiga kepala ruang mengimplementasikan supervisi terhadap


pendokumentasian asuhan keperawatan kepada perawat pelaksana.

Minggu keempat, kelima dan keenam melakukan observasi mingguan

untuk mengetahui apakah ada perubahan pada pndokumentasian asuhan

keperawatan oleh perawat pelaksana. Mingu ketujuh dilakukan pos test.

Bedasarkan penjelasan artikel diatas menunjukan adanya

peningkatan terhadap pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan

setelah dilakukan supervisi oleh kepala ruang. Dengan demikian

pelaksanaan supervisi oleh kepala ruang efektif terhadap pelaksanaan

pendokumentasian asuhan keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai