Laporan Ortho Kariem

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 28

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER GIGI
I. IDENTITAS
Operator : Siti Nur Aini ayu ningjanah
No. Mhs : J3A018017
Pembimbing : drg. Widodo Lestari, Sp. Ort.

No. RM : 3211
No. Model : 3211. 19. 0. 20
Nama pasien : Kariematuth Thoyibah
Umur : 20 tahun 1 bulan
Alamat : Karangawen, Demak
Suku : Jawa
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Mahasiswa
Telp. : 082138111976

Rujukan dari :-
Nama Orang Tua : Lilik Daryono (Ayah )
Suku : Jawa
Umur : 56 Tahun
Pekerjaan Orang Tua : Wiraswasta

II. WAKTU PERAWATAN


Pendaftaran : 3 Desember 2019
Pencetakan model studi : 19 Februari 2020
Pencetakan model kerja :-
Pemasangan alat :-
Retainer :-
III. PEMERIKSAAN KLINIS
A. Pemeriksaan Subyektif (Anamnesis) :
1. Keluhan utama :
Pasien datang atas mootivasi dari operator ke RSGM UNIMUS dengan
keluhan gigi depan rahang atas renggang dan gigi rahang bawah berjejal,
dan pasien merasa malu dan ingin dirapikan giginya
2. Riwayat Kesehatan
Kesehatan umum : Pasien tidak pernah menderita penyakit yang
mengganggu pertumbuhan dan perkembangan gigi
geligi.
3. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan Gigi geligi
Gigi Desidui : Pasien mengaku giginya rapih sewaktu kecil dan
tidak pernah menambal ke dokter gigi.
Gigi Bercampur : Menurut keterangan pasien, pasien belum pernah
melakukan perawatan gigi geraham ke dokter gigi sebelumnya.
Gigi Permanen : menurut keterangan pasien, pasien mulai
merasakan keluhan gigi renggang dan pasien mengaku belum pernah datang
ke dokter gigi sebelumnya
4. Kebiasaan jelek yang berkaitan dengan keluhan pasien : Tidak ada
5. Riwayat Keluarga yang berkaitan dengan keluhan pasien :
Ayah : Susunan gigi-geligi rapih, ukuran gigi kecil dan
rahang besar
Ibu : Susunan gigi-geligi rapih, ukuran gigi besar dan
rahang besar
Anak ke-1 (pasien) : Susunan gigi-geligi ada yang berjejal, ukuran gigi
kecil dan rahang besar
Keterangan : Susunan gigi yang terjadi pada pasien disebabkan
karena faktor keturunan.
B. Pemeriksaan Obyektif
1. Umum
 Jasmani : Baik (pasien cukup sehat untuk menerima perawatan
orthodontik)
 Mental : Baik (pasien mampu bekerjasama dengan operator dalam
menjalani perawatan orthodontik)
 Status Gizi :
Tinggi Badan ( TB ) : 1,63 m
Berat Badan ( BB ) : 52 kg
BB( kg)
Indeks Massa Tubuh : = 19,57
TB ²(m)
Status Gizi : Normal
Kategori : Normal

2. Lokal :
a. Ekstra Oral :
 Kepala : Lebar kepala : 11,5 cm
Panjang kepala : 15,63 cm
Lebar kepala/mm
Indeks Kepala : x 100 = 73,57
Panjang Kepala /mm
Bentuk kepala : Dolikosefalik

 Muka : Jarak N-Gn : 12,46 cm


Lebar Bizygomaticum : 134,7 cm
Jarak N−Gn
Indeks Muka : x 100 =
Lebar Bizygomatikum
83,14
Bentuk Muka : Euriprosop
 Profil Muka : Cembung (Convex)
 Garis Simon (bidang orbital) :
Kanan
RA: 1/3 distal C-P1
RB: Interdental C – P1
Kiri
RA: interdental C – P1
RB: 1/3 mesial P1
Keterangan: Garis simon normal
 Sendi Temporo Mandibular : Normal
 Tonus Otot Mastikasi : Normal
 Tonus Otot Bibir : Normal
 Bibir Posisi Istirahat : Tertutup

b. Intra Oral :
 Higiene Mulut : Baik
 Pola Atrisi : Normal
 Lingua : Normal
 Palatum : Normal
 Gingiva : Normal
 Mukosa : Normal
 Frekuensi Karies : Rendah
 Kebersihan Mulut : Baik
 Frenulum : Fren. Labii Superior : Sedang
Fren. Labii Inferior : Sedang
Fren. Lingualis : Rendah
 Tonsila : TAK
 Fase Geligi : Permanen

 Pemeriksaan gigi-gigi :
55 54 53 52 51 61 62 63 64 65
X X X X X X X X X X
18 17 16 15 14 13 12 11 21 22 23 24 25 26 27 28
une o-car une

une o-car o-car une


48 47 46 45 44 43 42 41 31 32 33 34 35 36 37 38
X X X X X X X X X X
85 84 83 82 81 71 72 73 74 75

3. Analisa Foto Muka :

b
c
d

Tampak Depan Tampak Samping


Bentuk muka : Euriprosopic Profil muka : Cembung ( Convex )
Simetris Keterangan : a. Glabella
b. Bibir Atas
c. Bibir Bawah
d. Pogonion
IV. ANALISIS FUNGSIONAL
1. Free Way Space : 3,7 mm (65,1 mm – 61,4 mm = 3,7, mm)
2. Path of closure : Normal
3. TMJ
Luas pergerakan : 35 mm (Normal)
Nyeri tekan pada TMJ : Tidak ada
Suara : Tidak ada
Locking : Tidak ada
Dislokasi : Tidak ada
4. Pola atrisi : Tidak ada

V. ANALISIS MODEL STUDI


1. Bentuk lengkung gigi
Rahang Atas : Parabola
Rahang Bawah : Parabola
2. Malposisi gigi individual
11 : labioversi 24 : distobuko torsiversi
13 : mesiolabio torsiversi 31 : mesiolinguo torsiversi
14 : distobuko torsiversi 33 : distolabio torsiversi
15 : mesiopalato torsiversi 35 : linguoversi
21 : labioversi 41 : mesiolinguo torsiversi
22 : distobuko torsiversi 45 : distolinguo torsiversi
23 : labioversi 46 : distolinguo torsiversi

3. Relasi gigi-gigi pada oklusi sentrik:


Anterior
Overjet : 2,4 mm ( gigi 11 terhadap
41)
Overbite : 3,1 mm
Palatal bite : Tidak ada
Deep bite : Tidak Ada
Open Bite : Tidak Ada
Edge to edge bite : Tidak Ada
Scissor bite : Tidak ada
Cross bite : Tidak Ada
Posterior
Cross bite : Tidak Ada
Open bite : Tidak Ada
Scissor bite : Tidak Ada
Cups to cups bite : Tidak Ada
Relasi Molar pertama kanan : Relasi molar klas I Angle.
Relasi Molar pertama kiri : Relasi molar klas I Angle.
Relasi kaninus kiri : Relasi kaninus klas I

Relasi kaninus kanan : Relasi kaninus kiri klas I


Garis tengah RB terhadap RA : Terdapat pergeseran midline
2 mm kiri
4. Kurva Spee : Positif
5. Lebar Mesiodistal gigi-gigi (mm)
Rahang Atas Rahang Bawah
No Kanan Kiri Normal Ket Kanan Kiri Normal Ket
.
1. 8,6 8,5 7,40-9,75 N-N 5,7 6,1 4,97-6,60 N-N
2. 6,6 6,5 6,05-8,10 N-N 6,2 6,1 5,45-6,85 N-N
3. 8,6 8,0 7,05-9,32 N-N 7,2 7,0 6,15-8,15 N-N
4. 8,7 8,4 6,75-9,00 N-N 8,3 8,3 6,35-8,75 N-N
5. 6,9 7,4 6,00-8,10 N-N 7,5 7,5 6,80-9,55 N-N
6. 11,1 10,6 9,95-12,10 N-N 11,0 11,5 10,62-13,05 N-N
7. 11,1 10,7 8,75-10,87 N-N 10,0 9,3 8,90-11,3 N-N
61,3 60,4 55,9 55,8

Kesimpulan : Ukuran gigi-geligi dalam kisaran ukuran normal


VI. SKEMA GIGI-GIGI DARI OKLUSAL
1. Rahang Atas

11 21
12 22
13 23
14 24
15 25

16 26

17 27

2. Rahang Bawah

37
47
36
46
45
34
44
33
43
42 32
41 31

VII. PERHITUNGAN-PERHITUNGAN
1. Metode Pont:
Jumlah mesio distal 12, 11, 21, 22 : 30,2 mm
Jarak P1 – P1 pengukuran : 40,5 mm

Jarak P1-P1 perhitungan :


∑ I x 100
80
: 37,75 mm
Diskrepansi : 2,74 mm  distraksi derajat ringan
Jarak M1 – M1 pengukuran : 56,1 mm

Jarak M1 – M1 perhitungan :
∑ I x 100
64
: 47,18 mm
Diskrepansi : 8,92 mm  distraksi derajat ringan
Keterangan : Pertumbuhan dan perkembangan lengkung gigi P1-P1
mengalami kontraksi ringan sebesar 0,8 mm, dan lengkung
gigi M1-M1 mengalami kontraksi ringan sebesar 2,1 mm.
2. Metode Korkhaus
Tabel Korkhaus : 17,8 mm
Jarak I –(P1- P1) pengukuran : 19,6 mm
Diskrepansi : 1,8 mm (protraksi)
Keterangan: Protraksi ringan sebesar 1,8 mm.
3. Metode Howes
Jumlah lebar mesiodistal M1 – M1 : 99,6 mm
Jarak P1 – P1 tonjol : 48,1 mm
jarak P 1−P 1
Indeks P x 100 : 48,2 %
md M 1−M 1
Lengkung gigi untuk menampung gigi – gigi : lebih karena lebih dari 43 %
Jarak interfossa canina : 46,4 mm
jarak FC
Indeks FC x 100 : 47,17 %
md M 1−M 1
Keterangan: Lengkung gigi dan lengkung basal dapat menampung gigi
dalam keadaan ideal dan stabil karena lebih dari 44 %.

VIII. DATA PENUNJANG


1) Pemeriksaan Ronsen Panoramik : -
2) Analisis Sefalometri (Steiner)
Analisis Skeletal
No. Pengukuran Normal Pasien Keterangan
1. SNA 80 +/- 20 87,50 >N
2. SNB 80 +/- 20 860 >N
3. ANB 20 1,50 <N
4. SN-Bidang oklusal 140 290 >N
5. Go Gn-Sn 320 130 <N

Keterangan:
1. SNA dalam angka normal, berarti posisi maksila normal.
2. SNB lebih dari normal, berarti posisi mandibula terhadap kranium
protrusif.
3. ANB kurang dari normal, berarti hubungan maksila terhadap mandibula
menunjukkan relasi skeletal klas III.
4. Bidang oklusal-SN lebih besar dari normal, berarti posisi gigi dalam oklusi
terhadap kranium lebih jauh dari normal (long face atau pertumbuhan
wajah secara vertikal).
5. Go Gn-SN kurang dari normal : posisi mandibula terhadap kranium lebih
dekat dari normal, pertumbuhan mandibular ke arah horizontal (ke arah
depan dan atas).
Analisis Dental
No. Pengukuran Normal Pasien Keterangan
1. I - NA (mm) 4 mm 12 mm >N
2. Sudut I - NA 220 390 >N
3. I - NB (mm) 4 mm 8 mm >N
4. Sudut I-NB 250 390 >N
5. Sudut Interincicivus 1310 1020 <N
bawah
6. NB-Pog 4 mm 1,2 mm <N
7. IMPA 930 1030 >N

Keterangan:
1. I - NA (mm) lebih dari normal : Insisivus rahang atas protrusif
2. Sudut I – NA lebih dari normal : Insisivus rahang atas proklinasi
3. I – NB (mm) lebih dari normal : Insisivus rahang bawah protrusif
4. Sudut I – NB lebih dari normal : Insisivus rahang bawah proklinasi
5. Sudut I – I kurang dari normal : Insisivus rahang atas dan bawah
proklinasi
6. Jarak NB-Pog kurang dari normal : menunjukkan bahwa tidak perlu
dikoreksi secara skeletal (cukup dikoreksi secara dental)
7. IMPA lebih besar dari normal berarti inklinasi gigi rahang bawah
terhadap basis gigi protrusif.
3) Analisis Jaringan Lunak
a) Bibir atas : tepat pada garis S
b) Bibir bawah : 1,4 mm di depan garis S
c) Pada pasien posisi bibir bawah lebih ke depan daripada S-line berarti bibir
bawah protrusif
Kesimpulan Analisis Steiner: Hubungan skeletal klas III dengan
bimaksilar protrusif dan bidental protrusif
IX. ARCH LENGTH DEFICIENCY (DETERMINASI LENGKUNG GIGI)
Hasil penapakan :
Keterangan:
Over jet awal : 4,7 mm
FIS awal : 134 °
Retraksi RA : 4,0
mm
FIS akhir :-
IMPA awal : 103°
Retraksi RB : 3,5 mm
IMPA akhir :-
Overjet akhir : 2,0 mm

RA (M1-M1)
Lebar mes-dis : 99,6 mm
Kanan: 50,2 mm Kiri: 49,4 mm
Keterangan : Pjg lengkung ideal : 101,4 mm
RA Kanan: 51,8 mm Kiri: 49,6 mm
: Lengkung awal RA Diskrepansi :
: Lengkung awal RB Kanan: - 1,6 mm Kiri: - 0,2 mm
RB
: Lengkung ideal RA RB (M1-M1)
: Lengkung ideal RB Lebar mes-dis : 92,4 mm
Kanan: 45,9 mm Kiri: 46,5 mm
Pjg lengkung ideal : 93,0 mm
Kanan: 46,4 mm Kiri: 46,6 mm
Diskrepansi :
Kanan: - 0,5 mm Kiri: -0,1
mm

X. DIAGNOSA SEMENTARA
Kasus maloklusi menyangkut masalah : estetik, dental, skeletal, malposisi
individual, protrusif, diastema.
Solusi masalah:
RA : ekspansi, koreksi malposisi gigi individual, retraksi
RB : Z- spring, koreksi malposisi gigi individual, retraksi

XI. DIAGNOSIS FINAL


Maloklusi Angle klas I tipe dentoskeletal, dengan hubungan skeletal klas III,
mandibula protrusif, dan bidental protrusif, disertai multipel diastema dan
malposisi gigi individual.
Malposisi gigi individual:
11 : labioversi 24 : distobuko torsiversi
13 : mesiolabio torsiversi 31 : mesiolinguo torsiversi
14 : distobuko torsiversi 33 : distolabio torsiversi
15 : mesiopalato torsiversi 35 : linguoversi
21 : labioversi 41 : mesiolinguo torsiversi
22 : distobuko torsiversi 45 : distolinguo torsiversi
23 : labioversi 46 : distolinguo torsiversi

XII. ANALISIS ETIOLOGI MALOKLUSI


Gigi berjejal merupakan sebuah ketidaksesuaian kuantitas antara panjang klinis
dari lengkung gigi dan jumlah lebar mesiodistal dari gigi-geligi. Gigi berjejal
menyebabkan terjadinya malposisi individual dari gigi-geligi, yaitu suatu
penyimpangan posisi gigi-geligi dari posisi normal. Genetik merupakan salah satu
faktor predisposisi dari gigi berjejal dan malposisi.
Pada kasus gigi berjejal dan malposisi gigi individual yang dialami pasien
disebabkan oleh faktor keturunan, karena ibu pasien memiliki susunan gigi yang
berjejal, seperti yang dialami oleh pasien.
Malposisi gigi individual, yaitu:
Rahang Atas
11 : labioversi
13 : mesiolabio torsiversi
14 : distobuko torsiversi
15 : mesiopalato torsiversi
21 : labioversi
22 : distobuko torsiversi
23 : labioversi
24 : distobuko torsiversi

Rahang Bawah
31 : mesiolinguotorsiversi
33 : distolabio torsiversi
35 : linguoversi
41 : mesiolinguo torsiversi
45 : distolinguo torsiversi
46 : distolinguo torsiversi
XIII. PROSEDUR PERAWATAN
A. Rencana Perawatan
1. Edukasi Pasien
2. Pencarian ruang
3. Koreksi malrelasi dan malposisi gigi-gigi individual rahang atas dan
rahang bawah
4. Penyesuaian oklusi
5. Pemakaian retainer
B. Jalannya Perawatan
1. Edukasi pasien
Memberi pengarahan kepada pasien mengenai jalannya perawatan, alat
yang digunakan untuk perawatan, dan kontrol perawatan.
a. Jalannya perawatan : memberi pengarahan mengenai berapa lama
perawatan berlangsung, aturan pemakaiannya, dan cara membersihkan
alat orthodontiknya.
b. Alat yang digunakan : memberi pengarahan mengenai alat orthodontik
yang digunakan serta pengaruhnya terhadap gigi geligi.
c. Kontrol rutin : memberi pengarahan mengenai ketersediaan pasien
untuk kontrol secara rutin dalam jangka waktu yang telah ditentukan
selama perawatan dan banyaknya kunjungan yang harus dilakukan
pasien.
d. Mengedukasi pasien untuk melakukan perawatan tumpatan gigi pada
karies superficial di gigi 16, 36 dan 37
e. Memberikan informasi terhadap pasien bahwa gigi 18, 28, 38, dan 48
terdapat benih giginya jika dilihat dari foto rongent, namun secara
klinis tidak erupsi. Jika terdapat keluhan terhadap gigi-gigi tersebut
bisa segera datang ke dokter gigi untuk dilakukan perawatan.
2. Analisis ruang
a. Berdasarkan perhitungan Pont : Pertumbuhan dan perkembangan
lengkung gigi regio P1-P1 mengalami distraksi ringan sebesar 2,75
mm, sedangkan pada regio M1-M1 mengalami distraksi sedang
sebesar 8,92 mm.
b. Berdasarkan perhitungan Korkhaus : Pertumbuhan dan perkembangan
lengkung gigi rahang atas ke arah anterior mengalami protraksi ringan
sebesar 1,8 mm.
c. Berdasarkan perhitungan Howes : Lengkung gigi untuk menampung
gigi-gigi cukup (Indeks P = 48,1 %), sedangkan lengkung basal untuk
menampung gigi-gigi ideal dan stabil (Indeks FC = 50,5 %).
d. Berdasarkan pemeriksaan sefalometri : pada pasien diperoleh SNA
yang normal (SNA : 87,50), dan SNB lebih dari normal (SNB : 860),
serta ANB (1,50) yang menunjukkan hubungan skeletal klas III.
e. Berdasarkan determinasi lengkung, untuk menyusun gigi geligi dalam
lengkung ideal, didapatkan kelebihan ruang pada rahang atas (kanan :
1,6 mm ; kiri : 0,2 mm) dan rahang bawah (kanan : 0,5 ; kiri : 0,1mm)
Pada rahang atas dilakukan koreksi diastema individual gigi 11,12 ,
21 dan 22 dan rahang bawah dilakukan koreksi pada malposisi gigi
31, 33, 35, 41, 45 dan 46 dan diastema gigi individu pada gigi 42, 43
dan 44. Dikarenakan adanya multiple diastema, maka pada rahang
atas dilakukan retraksi sebesar 1,8 mm. Rahang bawah dilakukan
retraksi sebesar 0,6 mm dikarenakan adanya diastema.
Kesimpulan : Berdasarkan pertimbangan dari hasil perhitungan ruang,
analisis sefalometri, dan determinasi lengkung, maka akan dilakukan
perawatan dengan alat orthodonti lepasan untuk meretraksi gigi-geligi
pada rahang atas dan rahang bawah.
3. Koreksi lengkung gigi, malposisi gigi individual
Tahap I
● Rahang atas
a. Labial arch dengan Ø (diameter kawat) 0,7 mm dengan U loop
pada 14 dan 24 untuk menjaga keteraturan lengkung gigi
b. Adam klamer dengan Ø (diameter kawat) 0,7 mm untuk retensi
dipasang pada gigi 16 dan 26
c. Elemen ekspansi berupa sekrup ekspansi
d. Button
e. Basis plat
● Rahang bawah
a. Labial arch dengan Ø (diameter kawat) 0,7 mm dengan U loop
pada 34 dan 44 untuk menjaga keteraturan lengkung gigi
b. Adam klamer dengan Ø (diameter kawat) 0,7 mm untuk retensi
dipasang pada gigi 36 dan 46
c. Elemen ekspansi berupa sekrup ekspansi
d. Z- spring
e. Button
f. Basis plat
Tahap II
● Rahang atas
- Aktivasi plat aktif dengan labial arch untuk mendorong keenam
gigi anterior ke palatal untuk menempati lengkung ideal. Plat
akrilik di bagian palatal gigi anterior digrinding secukupnya.
● Rahang bawah
- Aktivasi plat aktif dengan labial arch untuk mendorong keenam
gigi anterior ke lingual untuk menempati lengkung ideal dan Z-
spring untuk mendorong malposisi gigi 31, 41 ke labial agar gigi
menempati lengkung ideal. Plat akrilik di bagian palatal gigi
anterior digrinding secukupnya.
Catatan:
Setiap kontrol pasca aktivasi sekrup ekspansi, dilakukan pengukuran
pada cekung mesial interpremolar 1 rahang atas dan rahang bawah
dengan menggunakan sliding caliper.
4. Penyesuaian oklusi
Setelah dilakukan pengaturan gigi-gigi individual dan lengkung gigi,
dilanjutkan dengan penyesuaian oklusi dengan cara :
a. Pengecekan kontak oklusi dengan articulating paper, pasien disuruh
menggigit articulating paper dalam posisi sentrik, kemudian disuruh
untuk melakukan gerakan mengunyah. Cek tonjol oklusal dan tepi
incisal, jika ada warna yang spot tebal berarti ada traumatik oklusi.
b. Penggrindingan daerah traumatik. Daerah-daerah yang spot tebal
digrinding, kemudian dicek dan digrinding lagi sampai warna biru
seimbang pada semua tonjol.
c. Setelah itu diaplikasikan topikal aplikasi fluor untuk mencegah
terjadinya karies.
5. Pemakaian retainer
Dimaksudkan untuk mempertahankan lengkung gigi yang telah
terkoreksi sampai terjadi kestabilan dalam lengkung yang baru.
Pembuatan retainer:
Alat yang dipakai adalah Hawley Retainer yaitu : terdiri dari labial
arch Ø 0,8 mm yang tidak diaktifasi dan Adam’s klamer Ø 0,7 mm juga
plat akrilik disertai verkeilung untuk mempertahankan gigi-gigi dalam
posisinya.
Pemakaian retainer:
a. Retainer dipakai dalam keadaan pasif siang malam selama 3 bulan
dengan kontrol tiap bulan sekali untuk mengetahui derajat mobilitas
atau kegoyahan gigi yang telah digerakkan.
b. Jika selama 3 bulan tersebut masih terdapat kegoyahan gigi, maka
pemakaian diperpanjang 3 bulan lagi. Jika mobilitas gigi hilang,
untuk 3 bulan berikutnya retainer tidak perlu dipakai kalau keluar
rumah dan dipakai lagi kalau dalam rumah. Dicek apakah setiap
pemakaian alat terasa sesak atau tidak. Kontrol tiap 3 bulan sekali.
c. Jika dalam 3 bulan di atas alat masih terasa sulit jika dipakai,
pemakaian diteruskan lagi selama 3 bulan dengan kontrol tiap bulan
sekali. Jika sudah tidak sulit dipakai, untuk 3 bulan berikutnya alat
hanya dipakai pada malam hari dan selalu dicek (oleh pasien sendiri)
apakah setiap pemakaian kembali terasa sulit atau tidak. Kontrol
dilakukan tiap bulan sekali.
d. Jika sudah tidak sulit lagi pemakaian bisa dihentikan siang malam
dan kontrol 3 bulan berikutnya, jika tidak ada perubahan bisa
dihentikan untuk seterusnya. Jika ada perubahan pemakaian masih
diperpanjang 3 bulan berikutnya dengan kontrol 3 bulan sekali
XIV. GAMBAR / DESAIN ALAT
1. Plat aktif
Rahang Atas
Keterangan :

5. Labial Arch Ø
(diameter kawat) 0,7
mm
6. Plat akrilik
7. Adams klamer Ø
(diameter kawat) 0,7
mm
8. Sekrup ekspansi
9. Button
Rahang Bawah
Keterangan :

1. Labial Arch Ø
(diameter kawat) 0,7
mm
2. Plat akrilik
3. Adams klamer Ø
(diameter kawat) 0,7
mm
4. Sekrup ekspansi

2. Retainer
Rahang Atas
Keterangan :

1. Labial Arch Ø
(diameter kawat) 0,8
mm
2. Plat akrilik
3. Adams klamer Ø
(diameter kawat) 0,7
mm

Rahang Bawah

Keterangan :

4. Labial Arch Ø
(diameter kawat) 0,8
mm
5. Plat akrilik
6. Adams klamer Ø
(diameter kawat) 0,7
mm

XIV. PROGNOSIS
Perawatan ini mempunyai prognosis yang baik karena :
- Motivasi pasien tinggi
- Umur pasien masih memungkinkan untuk dilakukan perawatan
- Keadaan gigi dan jaringan periodontal baik
- Pasien dapat bekerjasama dengan baik dan kooperatif

XV. DATA PENDUKUNG


1. Foto Profil
2. Foto Intra Oral

3. Foto Rongent
a. Panoramik
-
b. Sefalometri
Semarang, 14 April 2021
Operator

Siti Nur Aini Ayu Ningjanah


J3A018017

Menyetujui

Dosen Pembimbing

drg. Widodo Lestari, Sp. Ort.

LEMBAR PENGESAHAN
Nama Pasien : Kariematuth Thoyyibah
No. Rekam Medis : 003211
No. Model : 3211.19.20
Foto Profil
Foto Intraoral

Foto Model Studi

1 2 3
1 1 1 2 4
1 22 74 37
13 2 3 22 36
14 4 64 35
15 52 54 4
16 2
6 44 4 4 3 3 3 Semarang, 16 April 2021
32 3
7 7 11 2 Operator

Siti Nur Aini Ayu Ningjanah


J3A018017

Menyetujui
Dosen Pembimbing

drg. Widodo Lestari, Sp. Ort.

3
4 7
7 3
4 6
35
54
44 34
4 4 3 3 3
3
2 1 1 2

LAPORAN PEMERIKSAAN DAN PERAWATAN ORTHODONTIK

PASIEN I
REMOVABLE APPLIANCES
NOMOR MODEL

3 2 1 1 9 0 2 0

NAMA PASIEN : Kariematuth Thoyyibah


OPERATOR : Siti Nur Aini Ayu Ningjanah (J3A018017)
PEMBIMBING : drg. Widodo Lestari, Sp. Ort.

PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2021

Anda mungkin juga menyukai