Anda di halaman 1dari 16

INDONESIAN SCHOLARS JOURNAL – INSIGHT

DESAIN SISTEM PEMBELAJARAN BLENDED LEARNING : UPAYA


PENINGKATAN KUALITAS PENDIDIKAN DI INDONESIA

Ulfia Rahmi*

*Program Studi Teknologi Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri


Padang, Indonesia

ABSTRAK

Tujuan penulisan artikel ini adalah untuk menjelaskan pentingnya mendesain


sistem pembelajaran blended learning dengan mempertimbangkan komponen-komponen
pembelajaran. Pentingnya desain sistem pembelajaran dilakukan karena pembelajaran
merupakan inti pendidikan, ketika memperbaiki kualitas pendidikan maka tingkatkan
kualitas pembelajaran. Desain sistem pembelajaran inilah yang menjadi salah satu upaya
dalam meningkatkan kualitas pembelajaran. Pembelajaran saat ini yang sedang
digandrungi adalah pembelajaran berbasis teknologi menggunakan internet. Pembelajaran
yang menggunakan internet melahirkan sistem pembelajaran yang lebih fleksibel, dapat
dilakukan dimana saja dan kapan saja (online learning). Namun, di Indonesia belum dapat
dilakukan sepenuhnya karena keterbatasan sarana dan sumber daya untuk melakukan fully
online learning. Perlu mempertahankan pertemuan tatap muka dengan mengombinasikan
dengan online learning yaitu blended learning, sehingga potensi peserta didik dapat
dikembangkan. Oleh sebab itu, agar blended learning dapat diimplementasikan dibutuhkan
desain sistem pembelajaran. Sistem terdiri dari banyak bagian yang saling berhubungan
satu dengan yang lainnya. Ketika satu komponen tidak berjalan sesuai perannya maka
tujuan dari sistem juga akan terganggu, misalnya tujuan pembelajaran, materi, metode dan
media, peserta didik, pendidik dan evaluasi. Komponen pembelajaran inilah yang saling
melengkapi dalam mencapai tujuan desain sistem pembelajaran yaitu menciptakan suasana
belajar yang kondusif agar peserta didik secara optimal mengembangkan potensi diri.
Artinya, desain sistem pembelajaran blended learning yang dilakukan adalah mendesain
sebuah pembelajaran dengan mempertimbangkan komponen pembelajar, tidak hanya
terfokus pada salah satu komponen saja.

Kata kunci: blended learning, desain, sistem pembelajaran

A. PENDAHULUAN permasalahan besar, Menurut Nanang [1]


Selama ini kita selalu mengeluhkan pendidikan Indonesia pada dasarnya
rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia, terkover oleh tiga permasalahan yaitu;
tidak tersentuhnya setiap warga negara oleh kualitas, pemerataan dan relevansi. Ketiga
pendidikan dan semakin banyaknya jumlah permasalahan tersebut saling terkait, ketika
pengangguran. Beranjak dari isu Depdiknas fokus memecahkan masalah kualitas,
2005 untuk meningkatkan pendidikan, perlu pemerataan dan relevansi cenderung
dilakukan a) pemerataan dan perluasan, b) terabaikan, begitu pula sebaiknya.
peningkatan mutu, relevansi dan daya Sehingga, dibutuhkan upaya peningkatan
saing, c) penguatan tata kelola, kualitas sumber daya manusia untuk
akuntabilitas dan pencitraan publik. Jika meminimalisir permasalahan-permasalah
diklasifikasifikaskan menjadi tiga tersebut. Ternyata, dalam meminimalisir

122
INDONESIAN SCHOLARS JOURNAL – INSIGHT

permasalahan tersebut tidak semudah yang tinggal di daerah yang sulit dijangkau
membalikkan telapak tangan.. Contohnya mendapatkan hak mereka untuk menempuh
beberapa tahun yang lalu di Indonesia pendidikan. Upaya pemerataan tersebut
diselenggarakan pendidikan Sekolah patut diberi apresiasi karena ketika upaya
Berstandar Internasional (SBI) untuk tersebut tidak dilakukan maka sampai
meningkatkan mutu pendidikan Indonesia sekarang barangkali daerah-daerah terpencil
agar mampu bersaing di kancah dan sulit dijangkau belum memiliki
internasional. Masalah yang muncul saat itu sekolah. Namun di sisi lain, dalam
adalah tidak tersebar secara merata sarana pelaksanaan pendidikan di sekolah dasar
dan prasarana di sekolah-sekolah karena Inpres dan sekolah Satu Atap kualitas
terfokus pada SBI. Kritikan yang muncul jangan ditanya. Di sekolah Satu Atap
untuk SBI adalah terjadinya diskriminasi misalnya, berdasarkan survei di SMP satu
antara si kaya dan si miskin. Orang yang atap Kecamatan IV Koto Aua Malintang,
lebih mampu membiayai pendidikan Kabupaten Padang Pariaman, sekolah
anaknya di SBI lebih berkesempatan terdiri dari sekolah dasar dan sekolah
mendapatkan layanan pendidikan yang menengah pertama berada pada satu lokasi,
lebih baik. Sedangkan kalangan menengah ternyata pendidiknya juga satu untuk
ke bawah yang terkendala pada biaya semua. Terakhir, masalah ketiga adalah
terbatas kesempatannya untuk menikmati relevansi. Keluhan mengenai jumlah
fasilitas pendidikan seperti yang ada pada pengangguran yang semakin meningkat erat
SBI. Fasilitas SBI diatur dalam UU nomor kaitannya dengan relevansi pendidikan
20 tahun 2003 pasal 50 ayat 3 [2] bahwa yang dilalui oleh peserta didik.
sarana dan prasarana SBI wajib setiap Sesungguhnya, permasalahan relevansi ini
ruang kelas dilengkapi sarana pembelajaran sudah muncul sejak masa orde baru. Waktu
berbasis TIK, perpustakaan dilengkapi itu diminimalisir dengan program mix and
dengan sarana digital, memberikan akses ke match (Tilaar [3]). Program mix and match
sumber pembelajaran berbasis TIK di ini sebagai upaya untuk menyelaraskan
seluruh dunia, dilengkapi dengan ruang kompetensi yang dimiliki peserta didik
multimedia, ruang unjuk seni dan budaya, ketika menyelesaikan pendidikan dengan
fasilitas klinik, fasilitas olahraga dan lain- kompetensi yang dibutuhkan di dunia kerja.
lain. Namun pada sekolah biasa tidak ada Program tersebut tidak berjalan maksimal,
aturan yang mewajibkan sarana minimal. sehingga sampai sekarang permasalahan
Kelengkapan sarana inilah yang relevansi masih betah bertahan sebagai
menyebabkan biaya pendidikan pada SBI salah satu dari permasalahan pendidikan di
tinggi, sehingga berdampak pada biaya Indonesia. Buktinya,
tambahan yang harus dikeluarkan oleh Berbagai upaya lain sudah dilakukan
orang tua. pemerintah, masyarakat dan sekolah,
Sebaliknya, ketika mengupayakan namun karena beberapa faktor seperti
meminimalisir masalah pemerataan, pada pergantian pimpinan, arus politik,
saat yang sama juga muncul masalah keamanan, kesejahteraan sampai pada cara
kualitas. Kita masih ingat bahwa sekolah pandang masyarakat mempengaruhi
dasar Inpres dan sekolah Satu Atap permasalahan tersebut sehingga belum
diselenggarakan dalam upaya pemerataan tuntas sampai sekarang. Peningkatan
pendidikan di Indonesia, agar warna negara kualitas, pemerataan dan relevansi yang

123
INDONESIAN SCHOLARS JOURNAL – INSIGHT

menjadi permasalahan utama pendidikan di hutan secara ilegal namun mereka tidak
Indonesia sesungguhnya dapat diatasi melakukan yang mereka ucapkan. Mereka
dengan meningkatkan kualitas hanya mampu verbalisme tanpa memaknai
pembelajaran. Hal ini merujuk pada pesan dari menebang hutan secara ilegal.
pendapat Nanang [1] bahwa peningkatan Ketika pembelajaran menjadi inti dari
mutu, relevansi, dan daya saing dilakukan pendidikan, maka pembelajaran pada
dengan peningkatan kualitas pembelajaran intinya merupakan perwujudan suasana
melalui pengembangan kurikulum, metode belajar dalam upaya mengembangkan
pembelajaran dan sistem penilaian. potensi peserta didik dalam upaya
Meskipun sebuah kelas (dalam kegiatan meningkatkan kualitas sumber daya
pembelajaran) merupakan tataran mikro manusia. Transfer pengetahuan akan terjadi
dalam pendidikan yang begitu luas, namun dalam proses interaksi sosial antara peserta
pembelajaran menentukan proses dan hasil didik dan pendidik sehingga hasil interaksi
selanjutnya karena menurut Cloud [4] pendidikan tersebut akan membentuk
pendidikan dilakukan untuk masa depan tingkah laku yang berpendidikan pula. Cara
yang berkelanjutan. Hasil pembelajaran terbaik dalam membelajarkan itu dengan
pada tingkat dasar sebagai modal untuk mencontohkan melalui interaksi antara
pendidikan menengah, dan pendidikan pendidik dengan peserta didik, bukan
menengah untuk modal pendidikan tinggi. sekadar justifikasi. Hal ini sebenarnya juga
Hal inilah yang menyebabkan proses termaktub dalam UU nomor 20 tahun 2003
pendidikan harus terus menerus dan [2] tentang Sistem Pendidikan Nasional
berkelanjutan. Secara eksplisit, proses bahwa pendidikan merupakan usaha sadar
pendidikan itu dapat dilihat pada proses dan terencana untuk mewujudkan suasana
pembelajaran sehingga pembelajaran belajar dan proses pembelajaran agar
menjadi inti pendidikan. Oleh sebab itu, peserta didik secara aktif mengembangkan
ketika ingin meningkatkan kualitas potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
pendidikan hal utama yang harus dilakukan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
adalah meningkatkan kualitas kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta
pembelajaran. Sehingga dengan keterampilan yang diperlukan dirinya,
peningkatan kualitas pembelajaran, masyarakat, bangsa dan negara. Oleh sebab
relevansi dan pemerataan ikut serta itu, untuk memecahkan permasalahan
meningkat. Pendidikan yang berkualitas pendidikan, tersebut perlu peningkatan
dapat dilakukan dengan mewujudkan kualitas pembelajaran melalui sebuah
pembelajaran bermakna dan pembelajaran rancangan sistem pembelajaran. Sistem
yang dapat menanamkan nilai-nilai yang pembelajaran inilah yang membantu
peserta didik butuhkan di masa mendatang. pendidik menciptakan pembelajaran
Misalnya penanaman nilai-nilai dari berkualitas. Rancangan sistem
pembakaran hutan ilegal. Dalam proses pembelajaran yang sedang digandrungi saat
pembelajaran peserta didik tidak saja ini adalah rancangan sistem pembelajaran
dituntut mampu mengucapkan akibat dari yang berbasis teknologi karena relevan dan
menebang hutan sembarangan, tetapi sangat disukai oleh anak-anak usia sekolah.
mampu memaknai materi. Para penebang Kehadiran teknologi komputer dan
hutan sekarang mereka mampu jaringan di Indonesia, telah mempengaruhi
mengungkapkan akibat dari menebang proses belajar di ruang kelas. Dengan

124
INDONESIAN SCHOLARS JOURNAL – INSIGHT

munculnya teknologi ini belajar bisa saja menurut Seels [7] adalah proses untuk
dilakukan dimana saja. Jika sebelum menentukan kondisi belajar dengan tujuan
teknologi komputer dan jaringan digunakan agar tercipta strategi dan produk pada
di Indonesia, orang-orang mengirim modul tingkat makro, seperti program dan
pembelajaran untuk belajar mandiri dalam kurikulum, dan pada tingkat mikro, seperti
bentuk printout, maka pengoptimalan pelajaran dan modul. Dalam Teknologi
komputer dan internet dalam pembelajaran Pendidikan, ranah desain meliputi desain
dapat mempermudah distribusi modul sistem pembelajaran, desain pesan, strategi
menggunakan email atau dapat di- pembelajaran dan karakteristik pembelajar.
download pada website tertentu yang sudah Ranah desain pada Teknologi Pendidikan
disediakan. Menurut Smaldino [5], istilah ini memiliki kaitan erat dengan pendidikan
pembelajaran berbasis komputer yang yang dimaksud oleh UU Sisdiknas [2]
menggunakan jaringan internet disebut bahwa pendidikan sebagai usaha sadar dan
dengan online learning. Meskipun online terencana untuk menciptakan suasana
learning menawarkan media yang belajar dan proses pembelajaran. Untuk
bervariasi dan fleksibel waktu serta tempat, mencapai pendidikan seperti yang
ternyata pembelajaran ini memiliki disebutkan dalam UU tersebut, Teknologi
kelemahan-kelemahan tertentu (Bersin [6]). Pendidikan sangat berperan dalam
Hal ini melahirkan pembelajaran yang menciptakan suasana belajar dan proses
mencampurkan pembelajaran online dengan pembelajaran melalui ranah desain ini,
pembelajaran tatap muka yang disebut yaitu dengan mendesain sistem
dengan blended learning. Pencampuran pembelajaran melalui model pengembangan
tersebut dengan mengombinasikan 4D. Model ini mencakup Define, Design,
kelebihan pertemuan tatap muka dengan Develop and Disiminate (Thiagarajan [8]).
kelebihan online learning dan Menggunakan model inilah dikembangkan
meminimalisir kekurangan pertemuan tatap berbagai pembelajaran termasuk blended
muka dengan online learning. Berdasarkan learning
perkembangan tersebut, maka saat ini fokus Desain sistem pembelajaran sangat
pengembangan sistem pembelajaran adalah tepat karena sebagaimana yang dibahas
sistem pembelajaran yang berbasis blended sebelumnya, bahwa inti pendidikan itu
learning. Sistem pembelajaran blended terletak pada pembelajarannya. Dengan
learning seperti apa yang dapat mendesain sistem pembelajaran berarti
meningkatkan interaksi pendidikan antara berupaya meningkatkan interaksi peserta
peserta didik dan pendidik dalam upaya didik dan pendidik untuk mengembangkan
mengembangkan potensi peserta didik potensi mereka. Karena sistem merupakan
sehingga ketiga masalah pokok pendidikan suatu kesatuan yang utuh dan terstruktur,
di Indonesia terpecahkan. menurut Dewi Salma [9] desain sistem
pembelajaran juga dilengkapi oleh
B. PEMBAHASAN komponen-komponen pembelajaran dan
1. Desain Sistem Pembelajaran tersusun secara terstruktur. Desain sistem
Desain merupakan satu dari lima pembelajaran menurut Seels [7] merupakan
ranah keilmuan Teknologi Pendidikan di suatu prosedur yang terorganisir, meliputi:
samping pengembangan, pemanfaatan, langkah-langkah di antaranya: a)
pengelolaan dan evaluasi. Kawasan desain penganalisisan, yaitu proses perumusan apa

125
INDONESIAN SCHOLARS JOURNAL – INSIGHT

yang akan dipelajari; b) perancangan, yaitu pembelajaran, baik dengan pendidik,


proses penjabaran bagaimana cara dengan peserta didik lainnya, media
mempelajarinya; c) pengembangan, yaitu pembelajaran maupun dengan materi
proses penulisan atau produksi bahan-bahan pembelajaran. Artinya, untuk
pelajaran; d) pelaksanaan , yaitu mengembangkan potensi peserta didik,
pemanfaatan dan strategi; e) penilaian, yang mereka perlukan adalah interaksi.
yaitu proses penentuan ketepatan Seperti yang dikemukakan Shambaugh [13]
pembelajaran. Dalam desain sistem bahwa desain pembelajaran menangani
pembelajaran, proses sama pentingnya tentang kebutuhan manusia dalam konteks
dengan produk, sebab kepercayaan atas pembahasan ini kebutuhan belajar, dan
produk berlandaskan pada proses. Apapun manfaat kegiatan desain pembelajaran ini
model pembelajaran yang dipilih, lima hasil dari interaksi sosial peserta didik
langkah ini menjadi inti sistem desain dengan peserta didik lainnya. Seperti yang
pembelajarannya. Dengan mengikuti dikemukakan oleh Dewi Salma [9] tentang
prosedur tersebut, dapat tercipta suasana komponen pembelajaran, maka dalam
belajar dan proses pembelajaran seperti pembahasan mengenai sistem
yang termaktub dalam PP nomor 32 tahun pembelajaran, proses pengembangan
2013 [10] pembelajaran yang interaktif, potensi tersebut didukung oleh komponen-
inspiratif, menyenangkan, menantang, komponen sistem pembelajaran,
memotivasi peserta didik untuk diantaranya tujuan pembelajaran, materi,
berpartisipasi aktif, memberikan ruang metode dan media, peserta didik, pendidik
gerak yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan evaluasi. Jadi, ketika mengembangkan
dan kemandirian sesuai dengan bakat, desain sistem pembelajaran, tidak terlepas
minat dan perkembangan fisik serta dari mempertimbangkan komponen
psikologi peserta didik. Untuk tersebut. Karena sistem merupakan suatu
menyelenggarakan pembelajaran seperti kesatuan utuh yang terbentuk dari
yang disebutkan dalam PP tersebut, Richey, komponen pembangunnya, seperti yang
Klein dan Tracey [11] mengingatkan bahwa dikatakan oleh Richey, Klein dan Tracey
perlu beberapa pengetahuan dasar dalam [14] bahwa sebuah sistem itu terdiri dari
desain pembelajaran. banyak bagian yang saling berhubungan
Sistem pembelajaran sangat berperan satu dengan yang lainnya. Oleh sebab itu,
dalam mengembangkan potensi peserta ketika satu komponen tidak berjalan sesuai
didik. Proses tersebut berlangsung karena perannya maka tujuan dari sistem juga akan
terdapatnya interaksi antara peserta didik terganggu. Sistem pembelajaran ini jika
dan pendidik. Ketika interaksi tersebut dianalogikan ke dalam sistem lain seperti
terjadi dalam konteks pembelajaran- sebuah mobil. Meskipun sebuah pentil yang
pendidikan, maka akan terbentuk perilaku kecil sekalipun pada sebuah mobil tidak
peserta didik. Abizar [12] menjelaskan berfungsi atau tidak ada maka larinya mobil
bahwa skemata atau pengetahuan awal pada tidak optimal. Jika dijadwal ingin sampai
diri individu itu terbentuk dan berkembang pukul 8, maka tanpa pentil bisa sampai di
melalui kematangan, belajar dan tempat tujuan pukul 10.
pengalaman. Tiga hal tersebut dapat terjadi
ketika individu atau peserta didik tertentu
melakukan interaksi selama proses

126
INDONESIAN SCHOLARS JOURNAL – INSIGHT

2. Blended Learning sebelum ada pencampuran pembelajaran


Blended learning, menurut Smaldino online dan tatap muka, sudah ada
[5] merupakan pencampuran dan pencampuran pembelajaran tatap muka
pengaturan pembelajaran yang divariasikan dengan video langsung berbasis satelit,
agar sesuai dan tepat untuk memenuhi pencampuran pembelajaran tatap muka dan
kebutuhan belajar peserta didik. Sejalan Komputer Personal (PC) menggunakan
dengan itu, menurut Graham [15], blended CD-ROM dan baru beralih ke pencampuran
learning adalah sebuah sistem yang pembelajaran tatap muka dan online
mengombinasikan pembelajaran tatap muka learning ketika internet mulai dikenal
dan pembelajaran berbantuan komputer banyak orang. Di sini Bersin [6]
dengan mengintegrasikan penggunaan menegaskan bahwa pencampuran yang
media berbasis komputer untuk membantu dilakukan dalam kegiatan tatap muka
penyampaian materi ajar. Sedangkan adalah pencampuran dengan alat baru yang
Watson [16] merinci pengertian blended tersedia saat ini. Jika dilihat kekiniannya,
learning sebagai kegiatan pembelajaran alat terbaru berbantuan komputer yang ada
yang mengombinasikan komponen terbaik saat ini adalah online seperti yang
dari online learning dengan pendidikan diungkapkan oleh Watson [16]. Dengan
tatap muka. Secara garis besar, media begitu dapat dikatakan blended learning
berbantuan komputer sangat luas sedangkan merupakan pencampuran antara
online learning merupakan pembelajaran pembelajaran tatap muka dan pembelajaran
berbantuan komputer melalui jaringan. Dari berbantuan komputer yang ada pada saat itu
tiga pendapat ini dapat disimpulkan bahwa (today). Pada intinya, pembelajaran online
pembelajaran blended merupakan campuran merupakan pembelajaran yang didukung
tentang pembelajaran berdasarkan oleh infrastruktur pendukung dengan
kebutuhan peserta didik, pembelajaran memanfaatkan kemajuan teknologi
berbantuan komputer dan pembelajaran komputer dan jaringan internet. Ini adalah
online learning. sebuah sistem yang dapat memfasilitasi
Berbeda dengan apa yang peserta didik untuk belajar lebih luas, lebih
dikemukakan di atas, Rossette [17] banyak dan lebih bervariasi, sehingga
mengatakan bahwa blended learning itu peserta didik bisa belajar kapan saja dan
adalah mencampurkan pendekatan yang dimana saja.
berbeda, misalnya formal and informal Melalui blended learning, dengan
learning, face-to-face and online learning keleluasaan dan pilihan media yang
experience, directed paths and reliance on bervariasi dapat meningkatkan interaksi
self-direction or digital references and peserta didik untuk memberikan mereka
collegial connections. Pendapat Smaldino pengalaman belajar. Pandangan
[5], Graham [15], Watson [16] dan Rossette Behaviorisme (stimulus dan respons, S-R)
[17] mengandung satu makna mencampur yang dikemukakan Ivan P Pavlov, B. F.
untuk menjelaskan masing-masing Skinner, J. B. Watson, C. L Hull, Guthrie
pengertian blended. Namun Bersin [6] dan Thorndike dalam Gredler [18],
mengemukakan bahwa blended learning is menganggap bahwa pengalaman belajar
not a new concept, but the tools available to akan terjadi ketika peserta didik diberikan
us today are now. Artinya, blended stimulus melalui berbagai media
learning bukanlah konsep baru karena jauh pembelajaran berbasis online. Stimulus-

127
INDONESIAN SCHOLARS JOURNAL – INSIGHT

stimulus (S) dari media tersebut membantu praktik behaviorisme, pemberian tugas
dan mendorong peserta didik untuk merupakan stimulus dan tugas yang ditulis
memberikan respons (S) sehingga mereka merupakan respons. Sedangkan
terbiasa untuk belajar. Dalam desain sistem pembahasan dan diskusi merupakan proses
blended learning bagaimana mendesain kognitif karena selama proses itu
pembelajaran yang memberikan stimulus- berlangsung terjadi proses pemaknaan.
stimulus melalui komponen pembelajaran Misalnya, pemberian stimulus dalam
untuk meningkatkan respons peserta didik. blended learning melalui website
Sedangkan menurut pandangan pembelajaran yang dirancang khusus untuk
Kognitivisme yang dikemukakan oleh pembelajaran dengan konten materi ajar
Piaget, dan Jerome Bruner dalam Gredler yang sudah disusun sedemikian rupa, dan
[18] berpendapat bahwa peserta didik kemudian dengan wadah website
memiliki potensi yang bisa dikembangkan, pembelajaran dilengkapi dengan google
sehingga untuk membentuk pengalaman peserta didik dapat mengeksplor berbagai
belajar dilakukan dengan meningkatkan pengetahuan lain yang relevan dengan
insight (pemahaman) mereka. Aplikasinya tujuan pembelajaran.
dalam desain sistem blended learning Proses diskusi inilah yang
adalah bagaimana mendesain sistem membentuk interaksi sosial. Menurut
pembelajaran yang dapat mengembangkan Sudardja [19] interaksi sosial merupakan
kognisi peserta didik untuk meningkatkan kata kunci dalam proses pendidikan.
pemahaman mereka. Keberhasilan pendidikan ditentukan oleh
Dari dua pandangan teori belajar mutu interaksi tersebut, dengan siapa
Behaviorisme dan Kognitivisme tersebut, berinteraksi, pesan yang disampaikan,
pengalaman belajar melalui interaksi dapat bagaimana interaksi berlangsung, media
ditingkatkan melalui kegiatan dan sara prasarana yang digunakan serta
pembelajaran. Jika dalam Behaviorisme bagaimana dampak dari interaksi tersebut.
kegiatan pembelajaran dengan memberikan Oleh sebab itu, diskusi sebagai salah satu
stimulus-stimulus kepada peserta didik, bentuk kegiatan belajar (learning activity)
maka dalam Kognitivisme kegiatan menjadi penting dalam mengembangkan
pembelajaran dengan memberikan mereka potensi peserta didik karena melalui
kesempatan untuk mengeksplor sendiri kegiatan tersebut memberikan kesempatan
pengetahuan yang mereka butuhkan. Kedua kepada peserta didik untuk berinteraksi
hal ini dalam desain sistem blended dengan lingkungan sosial mereka. Maka,
learning bukan hal yang bertolak belakang, ketika kegiatan belajar terjadi, informasi
namun saling melengkapi. Artinya dengan yang mereka dapatkan di ruang kelas bukan
meningkatkan resonansi aplikasi dua sekadar menjadi catatan rapi bagi peserta
pandangan teori belajar yang berbeda didik dan disimpan di rumah, namun agar
tersebut, dapat mengoptimalkan mereka dapat secara aktif mengembangkan
pengalaman belajar itu sendiri. Kedua potensi diri. Dengan learning activity,
pandangan ini dapat mengoptimalkan informasi yang peserta didik terima di
pembelajaran blended, misalnya pemberian ruang kelas ataupun belajar di website
tugas melalui online learning dan dapat menjadi pengetahuan. Ketika peserta
pembahasan serta diskusinya pada didik yang sudah berbekal pengetahuan
pertemuan tatap muka. Hal yang demikian ditingkatkan lagi dengan learning activity,

128
INDONESIAN SCHOLARS JOURNAL – INSIGHT

maka pengetahuan tersebut akan menjadi memecahkan masalah di masa mendatang.


pengalaman belajar bagi mereka. Siklus transfer belajar seperti itu perlu
Selanjutnya, pengalaman yang mereka dipertahankan, sehingga ilustrasi siklus
miliki tersebut dikembangkan lagi melalui pembelajaran yang dilengkapi komponen
learning activity, maka akan terbentuk pembelajaran akan menjadi seperti ilustrasi
kompetensi pada diri individu. Proses berikut ini:
tersebut dapat diilustrasikan seperti gambar
di bawah ini:
Informasi pengetahuan

Informasi pengetahuan
Komponen
Pembelajaran

Pengalaman
kompetensi
belajar
Pengalaman
kompetensi
belajar

Gambar 2. Posisi Komponen Pembelajaran


Gambar 1. Siklus Kegiatan Belajar dalam Siklus Kegiatan Belajar

Berdasarkan ilustrasi tersebut dapat Gambar 2 dapat dimaknai bahwa


dimaknai bahwa dari informasi, dalam siklus pembelajaran melalui kegiatan
pengetahuan, pengalaman belajar sampai pembelajaran, untuk mengembangkan
kompetensi merupakan suatu siklus yang informasi menjadi pengetahuan,
terjadi akibat kegiatan belajar. Menjadi pengetahuan menjadi pengalaman belajar
sebuah siklus karena belajar itu tidak dan pengalaman belajar menjadi
pernah berakhir. Ketika peserta didik sudah kompetensi, untuk setiap kegiatan
mencapai kompetensi pada satu tujuan pembelajaran tidak mungkin tidak
pembelajaran, bukan berarti peserta didik melibatkan komponen pembelajaran di
berhenti sampai di situ. Namun kompetensi dalamnya. Menurut Richey, Klein dan
yang sudah dimiliki akan menjadi Tracey [14] sebuah sistem, desain sistem
pengetahuan awal untuk mencapai pembelajaran dari komponen penyusunnya
kompetensi-kompetensi selanjutnya. Agar saling berinteraksi, yaitu berhubungan
siklus tersebut berjalan sebagaimana secara aktif dan saling mempengaruhi.
mestinya, proses atau siklus dibantu oleh Misalnya menentukan metode pembelajaran
komponen-komponen pembelajaran pada merujuk pada tujuan pembelajaran,
setiap kegiatan belajar (learning activity). karakteristik peserta didik, materi, serta
Seperti yang dijelaskan Santrock [20] evaluasi yang akan digunakan. Begitu pula
bahwa seseorang ketika mengaplikasikan ketika menentukan evaluasi
pengalaman dan pengetahuan yang pembelajarannya merujuk pada tujuan
dimilikinya untuk mempelajari dan pembelajaran, materi pembelajaran, dan
memecahkan masalah dalam situasi baru. metode pembelajaran. Dalam konteks
Artinya, materi yang dipelajari peserta pembahasan ini, bagaimana interaksi
didik sebelumnya dan saat ini diharapkan komponen blended learning.
dapat menjadi modal awal mereka untuk

129
INDONESIAN SCHOLARS JOURNAL – INSIGHT

3. Penelitian dalam Desain Blended namun juga pada komunikasi pembelajaran.


Learning Artinya interaksi pembelajaran dipengaruhi
Berdasarkan pembahasan di atas, oleh perkembangan teknologi pada saat ini
maka sangat penting dilakukan riset dalam agar pembelajaran yang terjadi bersifat
bidang desain sistem blended learning. kontekstual. Anak usia sekolah sangat
Riset dalam desain sistem pembelajaran menyukai dan tertarik dengan
merupakan riset yang bergerak dalam perkembangan teknologi. Bagi seorang
bidang pendidikan, terkonsentrasi pada Teknolog Pendidikan, hal itu dipandang
bidang Teknologi Pendidikan. Yaitu riset- sebagai salah satu upaya untuk
riset yang memecahkan permasalahan menyelesaikan permasalahan belajar karena
pendidikan melalui sentuhan ilmu saat ini masalah belajar menjadi masalah
Teknologi Pendidikan. Dalam artian, yang cukup sulit dipecahkan. Masalah
memecahkan permasalahan belajar belajar yang dihadapi sekarang itu adalah
menggunakan teknologi. Teknologi bagi peserta didik bosan dengan suasana belajar
seorang Teknolog Pendidikan tidak sebatas dan proses pembelajaran yang biasa mereka
teknologi komputer, internet dan perangkat lakukan, dan peserta didik membutuhkan
mobile lainnya. Namun bagi seorang media pembelajaran yang bervariasi dan
Teknolog Pendidikan segala upaya untuk menarik seperti mereka membutuhkan
menyelesaikan masalah belajar (Yusufhadi sosial media.
[21]) dapat dilakukan melalui teknologi; Sehubungan dengan hal itu, riset
berupa perkembangan teknologi (alat) dalam desain sistem blended learning juga
untuk pengembangan media pembelajaran urgen dilakukan mengingat definisi
dan teknologi non alat untuk pendidikan yang disampaikan dalam UU
pengembangan metode-metode nomor 20 tahun 2003 [2] bahwa pendidik
pembelajaran. Riset mengenai desain sistem merupakan usaha sadar dan terencana untuk
blended learning berkenaan dengan mewujudkan suasana belajar dan proses
komponen yang membangun sistem pembelajaran. Kemudian urgensi riset ini
tersebut, artinya ketika melakukan riset dilakukan juga berkaitan erat dengan PP
yang berhubungan dengan desain sistem nomor 32 tahun 2013 [10] bahwa proses
pembelajaran akan melibatkan seluruh pembelajaran itu harus dilakukan secara
komponen pembelajaran, yaitu tujuan, interaktif, inspiratif, menyenangkan,
materi, media, metode/strategi, pendidik menantang, memotivasi peserta didik untuk
dan peserta didik serta evaluasi berpartisipasi aktif, memberikan ruang
pembelajaran. gerak yang cukup bagi prakarsa, kreativitas
Riset mengenai desain sistem blended dan kemandirian sesuai dengan bakat,
learning sangat penting dilakukan karena minat dan perkembangan fisik serta
kebutuhan akan blended learning itu psikologi peserta didik. Dan secara teoretis
sendiri. Berbagai penelitian yang dilakukan, seperti yang John Dewey katakan dalam
seperti Bersin [6], Kurniawati [22], Luhde Smaldino [5] bahwa peserta didik belajar
Irin Pradnyawati, I Nengah Suparta, dan banyak melalui learning by doing. Secara
Sariyasa [23], Alwen dan Ulfia [24]. Hasil yuridis dan teoretis pendidikan dapat
penelitian membuktikan bahwa saat ini, dilakukan melalui blended learning dan
dengan perkembangan teknologi bukan saja learning by doing untuk membentuk
berdampak pada komunikasi sosial saja, interaksi bermedia dan interaksi

130
INDONESIAN SCHOLARS JOURNAL – INSIGHT

interpesonal/ interaksi sosialnya. Ketika hal komunikasi pembelajaran selama itu pula
itu terjadi dalam kegiatan pembelajaran blended learning akan bertahan. Dari
maka akan dapat dikembangkan informasi perjalanan perkembangan teknologi,
menjadi pengetahuan, pengetahuan menjadi komunikasi dan pengaruhnya terhadap
pengalaman belajar dan pengalaman belajar pembelajaran, juga berdampak pada desain
menjadi kompetensi. Sehingga dari hal itu sistem pembelajaran di kelas. Artinya
diharapkan peserta didik belajar sesuai adalah bahwa pembelajaran yang terjadi di
dengan bakat, minat, perkembangan fisik kelas jangan terpisah dengan dunia realita
serta psikologi sesuai dengan tugas di mana peserta didik tinggal. Karena
perkembangan mereka dalam rangka peserta didik sangat jatuh cinta pada hal-hal
mengembangkan potensi diri. baru, maka ketika terjadi perkembangan
Selain urgensi dilakukannya riset teknologi maka di situ peserta didik
dalam desain sistem pembelajaran blended, mencoba menyatu dengan perkembangan
riset ini sesungguhnya sudah berkembang tersebut. Sebagai seorang Teknolog
jauh sebelum teknologi komputer dan Pendidikan yang ingin menciptakan
internet lahir. Pada masa munculnya suasana belajar dan proses pembelajaran
televisi, menurut Bersin [6] blended seperti yang disebutkan PP nomor 32 tahun
learning dilakukan dengan 2013 [10] maka tidak ada salahnya
mengombinasikan pembelajaran tatap muka mengadopsi teknologi komunikasi sosial
dengan belajar menggunakan televisi. dan menjadikannya menjadi teknologi
Kemudian muncul komputer, kombinasi untuk komunikasi pembelajaran.
pembelajaran berkembang menjadi Oleh sebab itu, agar mampu
kombinasi pembelajaran berbasis komputer melakukan riset dalam bidang desain sistem
(elearning) dengan pembelajaran tatap pembelajaran maka untuk menunjang riset
maka. Dan saat internet juga berpengaruh tersebut seorang peneliti harus memiliki
terhadap pendidikan, pengombinasian keahlian, diantaranya berpikir holistik,
pembelajaran terjadi antara pembelajaran memahami teori belajar, memahami teori
menggunakan jaringan internet (online motivasi, teori persepsi, teori pembelajaran,
learning) dengan pembelajaran tatap muka. memahami kurikulum, dan kreatif serta
Artinya bahwa blended learning merupakan inovatif dalam mengembangkan teknologi
pengombinasian pertemuan tatap muka dan rekayasa pembelajaran. Keahlian yang
dengan kemajuan teknologi yang ada pada harus dimiliki oleh seorang peneliti yang
saat itu. Berbeda dengan pendapat pertama adalah a) berpikir holistik dan
Smaldino [5] bahwa blended learning komprehensif karena akan terjun dalam
merupakan pengombinasian antara bidang yang terbentuk dari sebuah sistem
pembelajaran synchronous dengan yang terdiri dari komponen-komponennya.
asynchronous. Pada saat ini pembelajaran Jika berpikir sebagian-sebagian atau
asynchronous dibantu dengan layanan berpikir terpisah, maka dalam mendesain
internet. Penulis memprediksi bahwa sistem pembelajaran akan melupakan atau
internet akan bertahan lama dan belum ada mengabaikan komponen sistem
perkembangan yang akan mengalahkan pembelajaran itu sendiri. Karena bekerja
internet. Prediksi yang sama juga dilakukan dalam sistem berarti memberdayakan
terhadap desain sistem blended learning, komponen-komponen penyusunnya untuk
bahwa selama internet dioptimalkan dalam mencapai tujuan dari sistem itu sendiri. Hal

131
INDONESIAN SCHOLARS JOURNAL – INSIGHT

yang sama juga dikemukakan oleh Atwi seseorang dan proses belajar itu sendirilah
[25] bahwa pengembangan pembelajaran yang menjadi akar dari penerjemahan yang
merupakan salah satu wujud penerapan unik seseorang terhadap dunia. Pandangan
teori sistem dalam kegiatan pembelajaran. ini ditentukan oleh pengalaman seseorang
Maka ketika salah satu komponen dan penafsirannya terhadap pengalaman itu
pembelajaran tidak berperan sesuai sendiri. Orientasi Kognitivisme
fungsinya maka tujuan sistem pembelajaran menekankan pada peran konteks, baik
juga sulit untuk dicapai. oleh sebab itu, konteks pembelajaran maupun konteks
seorang peneliti dalam bidang desain sistem situasi berlangsung proses transfer lebih
pembelajaran harus memahami betul teori bersifat internal (Santrock) [20].
sistem itu sendiri. Kebalikannya dari pendekatan eksternal
Selanjutnya, keahlian yang harus pakar perilaku bahwa teori perilaku/
dimiliki peneliti yang kedua adalah b) Behaviorisme mempunyai perhatian khusus
memahami teori-teori belajar, karena desain pada kinerja peserta didik sebagai bukti
sistem pembelajaran berakar pada teori utama bahwa proses belajar sudah dilalui.
belajar. Teori belajar utama yang Terdapat kecenderungan dari hasil
mendukung desain sistem pembelajaran penelitian mengenai perilaku yang
adalah Behaviorisme dan Kongnitivisme menekankan pada pengaruh stimulus pada
(Richey, Klein dan Tracey [14]). pembelajaran peserta didik. Hal ini
Pandangan pakar perilaku seperti P Pavlov, mengisyaratkan bahwa dalam pembelajaran
B. F. Skinner, J. B. Watson, C. L Hull, yang perlu dilakukan oleh peserta didik itu
Guthrie dan Thorndike, secara tradisi adalah unjuk kerja karena ketika terjadi
sangat mendominasi dalam aplikasi desain perubahan dari tingkah laku peserta didik
sistem pembelajaran. Saat ini, desain sistem maka disitulah terjadi proses belajar bagi
pembelajaran menekankan pada Behaviorisme. Makanya Behaviorisme
Kognitivisme sehingga muncullah sering mendefinisikan pembelajaran
paradigma pembelajaran yang terpusat pada sebagai perubahan tingkah laku, dan
peserta didik dan banyak juga berdasarkan Kognivisme mendefinisikan pembelajaran
pada prinsip-prinsip konstruktivisme dalam sebagai sebuah pemahaman hasil dari
pengembangan selanjutnya (Seels [7]). proses kognisi (internal).
Pandangan konstruktivisme beranggapan Selain itu, keahlian yang harus
bahwa pengetahuan yang sudah dimiliki dimiliki oleh peneliti dalam bidang desain
peserta didik sebagai modal awal bagi sistem pembelajaran blended adalah
mereka untuk membangun pengetahuan memahami teori motivasi. Keller [27] juga
baru (Suparno [26]). Maka sangat tepat menyajikan model desain pembelajaran
sekali memberikan learning by doing untuk motivasi yang didasarkan pada
melalui blended learning untuk membentuk sejumlah teori lainnya. Modelnya
pengalaman belajar peserta didik. menunjukkan strategi desain yang
Kognitivisme lebih tertarik pada perubahan mencakup empat komponen motivasi:
pengetahuan peserta didik dan struktur membangkitkan minat, menciptakan
pengetahuannya (Gredler [18]). Mereka relevansi, mengembangkan harapan
lebih menekankan pada bagaimana peserta keberhasilan, dan memproduksi kepuasan
didik mengingat informasi. Kognitivisme melalui intrinsik/ imbalan ekstrinsik.
berpandangan bahwa pengetahuan Artinya, dalam mendesain sistem blended

132
INDONESIAN SCHOLARS JOURNAL – INSIGHT

learning juga mempertimbangkan teori persepsi) karena perasaan, kemampuan


motivasi ini karena untuk berpikir, pengalaman-pengalaman individu
mengimplementasikan rencana susunan tidak sama, persepsi itu bersifat individual,
suasana belajar dan proses pembelajaran maka dalam mempersepsi sesuatu stimulus,
yang kondusif dibutuhkan motivasi dari hasil persepsi mungkin akan berbeda antara
peserta didik. Motivasi tersebut dapat individu satu dengan individu lain.
dimunculkan dengan menimbulkan minat Keahlian yang tidak kalah pentingnya
peserta didik terhadap belajar, menciptakan yang harus dimiliki oleh peneliti adalah e)
relevansi dengan memfasilitasi dengan keahlian memahami teori pembelajaran.
media yang bervariasi dan menarik, Teori pembelajaran difokuskan pada
mengembangkan harapan keberhasilan bagaimana seseorang mempengaruhi orang
peserta didik dengan memberikan lain agar terjadi proses belajar. Hal ini juga
kesempatan melakukan (learning by doing) dikemukakan oleh Reigeluth [29] bahwa
banyak hal dalam pembelajaran. Misalnya teori desain pembelajaran secara eksplisit
menggunakan media yang bervariasi dan menjadi pedoman bagaimana membantu
relevan dengan peserta didik, pada online seseorang belajar dan berkembang. Artinya,
learning menggunakan website dalam desain sistem pembelajaran, teori
pembelajaran dan pada saat pertemuan di belajarlah yang berperan untuk
kelas menggunakan media presentasi dan menciptakan suasana belajar dan proses
multimedia interaktif. pembelajaran itu sendiri, karena teori
Keahlian berikutnya atau keahlian belajar ini merupakan kumpulan prinsip
keempat yang harus dimiliki peneliti dalam yang terintegrasi dan memberikan petunjuk
bidang desain sistem pembelajaran adalah untuk mengatur lingkungan belajar seperti
d) memahami teori persepsi. Dalam apa yang dapat meningkatkan aktivitas
persepsi stimulus dapat datang dari luar pembelajaran, meningkatkan motivasi,
(menurut pandangan Behaviorisme), tetapi membentuk persepsi dan mengembangkan
juga dapat datang dalam diri individu potensi diri peserta didik. Oleh sebab itu,
sendiri (Kognitivisme). Namun pada proses teori pembelajaran tidak berdiri sendiri,
pembelajaran, sebagian besar stimulus tetapi didasari oleh teori motivasi, persepsi
datang dari luar individu yang bersangkutan dan teori belajar. Teori pembelajaran
yaitu dari desain sistem pembelajaran yang merupakan teori yang memberikan arahan
reseacher rancang. Menurut Bimo [28], bagaimana meramu komponen-komponen
persepsi dilakukan melalui macam-macam sistem pembelajaran agar terwujud suasana
alat indra yang ada pada diri individu, belajar dan proses pembelajaran seperti
media dan metode pembelajaran, tetapi yang diharapkan. Dengan demikian, teori
sebagian besar persepsi melalui alat indra pembelajaran berhubungan dengan upaya
penglihatan. Karena itulah banyak riset mengontrol komponen sistem pembelajaran
mengenai persepsi berkaitan dengan alat untuk mencapai tujuan pembelajaran.
penglihatan. Persepsi merupakan aktivitas Berikutnya, keahlian yang harus
yang terintegrasi dalam diri individu, maka dimiliki oleh peneliti dalam bidang desain
apa yang ada dalam diri individu akan ikut sistem pembelajaran adalah f) memahami
aktif dalam persepsi. Berdasarkan hal teori kurikulum. Kurikulum dimaknai
tersebut, maka dalam persepsi dapat berbeda dari seorang orang yang mencoba
dikemukakan (faktor-faktor mempengaruhi memahami kurikulum, diantaranya sebagai

133
INDONESIAN SCHOLARS JOURNAL – INSIGHT

lapangan, sebagai dokumen, sebagai 4. Riset Tren


program studi, sebagai seperangkat Permasalahan yang sering dihadapi
rencana, dan sebagai pengalaman belajar. dalam riset desain sistem pembelajaran
Namun dari perdebatan ahli kurikulum, blended ini adalah memformulasikan
dapat dimaknai bahwa kurikulum adalah campuran antara online learning dan tatap
semua hal yang dirancang dan tidak muka, belum siapnya seluruh peserta didik
dirancang oleh sekolah yang harus diikuti belajar melalui online learning, kurang
oleh peserta didik selama ini menempuh memadainya fasilitas untuk online learning
jalur pendidikan tertentu dalam bentuk dan kurang termotivasinya peserta didik
sejumlah pengalaman belajar. Dalam dalam belajar. Beberapa masalah ini masih
mengembangkan pengalaman belajar menjadi kendala dalam mengaplikasikan
sebagai implementasi dari kurikulum atau blended learning. Penulis dengan tim
wujudnya dari sebuah kurikulum menurut peneliti masih berupaya dalam
Zais [30] dan Ornstein dan Hunkins [31] memecahkan masalah tersebut. Misalnya
perlu mempertimbangkan komponen penelitian Alwen dan Ulfia tahun 2014-
kurikulum, yaitu tujuan, materi/ konten/ 2015 [24] tentang formulasi strategi
organisasi dan evaluasi. penerapan blended learning, penelitian
Terakhir, menurut penulis keahlian survei penulis 2015-2016 [32] tentang
yang harus dimiliki oleh reseicher ataupun kesiapan peserta didik dan pendidik dalam
Teknolog Pendidikan dalam bidang desain melakukan online learning dan penelitian
sistem pembelajaran g) harus kreatif, mengenai motivasi peserta didik dalam
inovatif dalam mengembangkan teknologi belajar khususnya membahas desain pesan
dan rekayasa pembelajaran. Artinya dengan pembelajaran dalam blended learning untuk
pertimbangan komponen pembelajaran, meningkatkan motivasi dan pemaknaan
teori-teori pendukung yakni teori sistem, materi oleh peserta didik. Hal ini dapat
teori belajar, teori motivasi, teori persepsi, diatasi dengan mengaplikaskan berbagai
teori pembelajaran dan teori kurikulum, desain sistem pembelajaran seperti model
kemampuan yang tidak kalah pentingnya ADDIE [33], ASSURE [34], Dick dan
adalah bagaimana kreativitas dan inovasi Carey [35], Morison, Ross dan Kemp [36]
yang researcher ataupun Teknologi dan berbagai model sistem pembelajaran
Pendidikan miliki untuk mengembangkan lainnya. Semua model sistem pembelajaran
teknologi dalam pembelajaran dan rekayasa tersebut dimulai dengan melakukan analisis
pembelajaran untuk menwujudkan suasana kebutuhan yang mencakup analisis tujuan
belajar dan proses pembelajaran seperti pembelajaran, analisis materi ajar, analisis
yang disebutkan dalam PP nomor 32 tahun peserta didik dan analisis kelayakan. Hal
2013 [10]. Sehingga perkembangan yang sama pula dilakukan untuk blended
teknologi dapat memecahkan permasalahan learning pada satu mata kuliah atau mata
pembelajaran yang dihadapi. Artinya, pelajaran. Sehingga, dengan cara demikian
pengoptimalan teknologi dalam sistem blended learning dapat diterapkan di
pembelajaran tidak hanya membutuhkan Indonesia meskipun pada saat ini beberapa
kemajuan teknologi yang canggih, tetapi guru dalam ruang lingkup mikro dan
harus kreatif dan inovatif dalam memilih perguruan tinggi dalam ruang lingkup
teknologi untuk memecahkan masalah makro sudah melakukan sistem blended
belajar tertentu. learning.

134
INDONESIAN SCHOLARS JOURNAL – INSIGHT

Selanjutnya, prediksi penulis terhadap tidak berperan sesuai fungsinya maka


riset dalam bidang desain sistem tujuan dari sistem sulit untuk tercapai. Jika
pembelajaran ini akan terus berkembang ditarik ke pembelajaran, tujuan akhir dari
karena selama proses pembelajaran masih desain sistem pembelajaran adalah
terjadi maka persoalan belajar itu tidak menciptakan suasana belajar yang kondusif
akan pernah usai. Seorang Teknolog agar peserta didik secara optimal
Pembelajaran harus peka terhadap mengembangkan potensi diri. Artinya,
permasalahan belajar yang terjadi, harus ketika salah satu komponen pembelajaran
kreatif dan inovatif untuk mengembangkan tidak melakukan fungsinya maka tujuan
teknologi dalam pembelajaran dan pembelajaran tidak tercapai optimal.
melakukan rekayasa pembelajaran karena Sehubungan dengan upaya untuk
menurut Yusufhadi, objek Teknologi menciptakan suasana belajar, dengan
Pendidikan itu adalah masalah belajar. Jadi, perkembangan internet saat ini, sangat
dalam konteks blended learning, teknolog memungkinkan melakukan pembelajaran
pembelajaran harus peka dengan masalah yang lebih fleksibel, dilakukan dimana saja
belajar yang terjadi di kelas. Di masa dan kapan saja (online learning). Namun,
mendatang, ketika kemajuan lebih canggih belum dapat dilakukan sepenuhnya karena
muncul melebihi internet, blended learning keterbatasan dari online learning itu
tidak akan tertinggal. Karena seperti yang sendiri. Oleh sebab itu, untuk
Bersin [6] kemukakan bahwa blended mempertahankan pertemuan tatap muka
learning itu tidak saja pencampuran antara perlu dilakukan kombinasi dengan online
pertemuan tatap muka dan online learning learning yaitu blended learning, sehingga
saja, namun teknologi yang ada pada saat potensi peserta didik dapat dikembangkan.
itu (today). Saat ini, perkembangan Dan perlu dilakukan riset-riset yang
teknologi yang relevan adalah belajar berkenaan dengan desain sistem blended
menggunakan jaringan maka learning agar dapat memberdayakan
pencampurannya antara pertemuan tatap komponen pembelajaran dalam upaya
muka dan online learning, dan itu bersifat mewujudkan suasana belajar dan proses
relatif berubah selama teknologi terus pembelajaran seperti yang disebutkan UU
berkembang. Sehingga, dengan sistem nomor 20 tahun 2003 [2] dan
pembelajaran yang mengikuti arah menyelenggarakan pendidikan seperti yang
perkembangan teknologi komunikasi juga disebutkan PP nomor 32 tahun 2013 [10].
dapat meningkatkan interaksi peserta didik Untuk itu, periset atau researcher dalam
dalam interaksi pembelajaran. bidang desain sistem pembelajaran harus
memiliki keahlian dalam memahami
C. KESIMPULAN masalah secara komprehensif, menguasai
Desain sistem pembelajaran terdiri teori sistem umum, harus menguasai teori
dari komponen-komponen penyusunnya, belajar, menguasai teori motivasi,
yaitu tujuan pembelajaran, materi, metode menguasai teori persepsi, menguasai teori
dan media, peserta didik, pendidik dan pembelajaran dan teori kurikulum serta
evaluasi. Seperti pada teori sistem lainnya, memiliki kreativitas dan inovasi-inovasi
bahwa sistem itu terdiri dari komponen- dalam mengembangkan teknologi
komponen penyusunnya yang saling pembelajaran. Dengan tercapainya suasana
bersinergi. Ketika salah satu komponen belajar (UU nomor 20 tahun 2003) dan

135
INDONESIAN SCHOLARS JOURNAL – INSIGHT

penyelenggaraan pendidikan (PP nomor 32 [8] Thiagarajan. 1974. Instructional


tahun 2013) menjadi salah satu upaya untuk Development for Training Teachers of
menangani permasalahan pokok dalam ExceptionalChildren. Bloomington: Center
pendidikan, yaitu kualitas, pemerataan dan for Innovation in Teaching the
Handicapped
relevansi
[9] Dewi Salma Prawiradilaga. 2009. Prinsip-
prinsip Desain Pembelajaran. Jakarta:
D. UCAPAN TERIMA KASIH Kencana
Upaya untuk mewujudkan suasana [10] Peraturan Pemerintah nomor 32 tahun
belajar dan proses pembelajaran melalui 2013 tentang Standar Pendidikan Nasional
desain sistem blended learning merupakan [11] Richey, Rita C., Klein, James D., dan
pekerjaan yang cukup melelahkan, karena Tracey, Monica W. 2011. The
menyiapkan pembelajaran di dua dunia, Instructional Design Knowledge Base.
dunia nyata dan dunia maya. Dalam proses New York: Routledge
perumusan blended learning Penulis selalu [12] Abizar. 2008. Interaksi Komunikasi dan
melibatkan berbagai kalangan untuk Pendidikan. Padang. UNP Press
[13] Shambaugh, Neal dan Magliaro, Susan D.
melakukan diskusi. Atas waktu yang
2006. Instructional Design; a Systematic
mereka berikan tanpa menyebutkan satu-
Approache for Reflective Practice. New
persatu nama mereka penulis mengucapkan York: Pearson Education, Inc,
terima kasih. Penulis juga mengucapkan [14] Richey, Rita C.; Klein, James D dan
terima kasih kepada reviewer penulisan Tracet, Monika. 2011. The Instructional
artikel ini. Design Knowledge Base. New York:
*korespondensi : ulfia24@gmail.com Routledge
[15] Graham, Charles R. 2005. The Handbook
REFERENSI of Blended Learning. Bloomington:
[1] Nanang Fattah. 2012. Analisis Kebijakan Indiana University
Pendidikan. Bandung:Remaja Rosdakarya [16] Watson. John. 2008. Blended Learning:
[2] Undang-undang nomor 20 tahun 2013 The Convergence of Online and Face-to-
tentang Sistem Pendidikan Nasional Face Education. iNACOL Promising
[3] Tilaar. 2004. Paradigma Pendidikan Pravtices in Online Learning
Nasional. Jakarta: Rineka Cipta [17] Rossert, Allison. & Frazee, R.V. 2006.
[4] Cloud, Jaime P. 2010. ‖ Educating for a Blended Learning Oppurtunities.
Sustainable Future”. Curriculum 21 www.amanet.org. American Management
Essential Education for a Changing World. Assosiation
(Heidi. H Jacobs, Ed.). Alexandria, [18] Gredler, Margaret E. 2011. Learning and
Virginia USA: ASCD Instruction. Jakarta: Kencana
[5] Smaldino, Sharon E; Lowther, Deborah L; [19] Sudardja Adiwikarta. 2007. “Landasan
and Russel, James D. 2012. Instructional Sosiologi”. Rujukan Filsafat, Teori dan
Technology and Media for Learning. Praktis Ilmu Pendidikan. Bandung: UPI
Boston: Allyn & Bacon Press
[6] Bersin, Josh. 2004. The Blended Learning [20] Santrock, John W. 2007. Psikologi
Book; Best Practices, Proven Pendidikan. Ed2. Terjemahan. Jakarta:
Methodologies and Lessons Learned. Kencana
United Stated: John Wiley & Sona, Inc. [21] Yusufhadi Miarso. 2011. Menuai Benih
[7] Seels, Barbara B. dan Richey, Rita C. Teknologi Pendidikan. Jakarta: Kencana
1994. Instructional Technology. [22] Kurniawati, Rita. 2014. ―Pengembangan
Terjemahan. Washington DC: AECT Model Pembelajaran blended Learning

136
INDONESIAN SCHOLARS JOURNAL – INSIGHT

pada Mata Pelajaran Keterampilan [33] Branch, Robert Maribe. 2009.


Komputer dan Pengelolaan nformasi Instructional Design: The ADDIE
(KKPI) Kelas XI di SMK Negeri 2 Approach. London: Spinger
Purwodadi‖. Skipsi tidak diterbitkan. [35] Brown, Abbie & Green Timpthy. D. 2011.
Semarang: Kurikulum dan Teknologi The Essentials of Instructional Design;
Pendidikan FIP UNNES Connecting Fundamental Principles with
[23] Luhde Irin Pradnyawati, I Nengah Suparta, Process and Practice. Boston: Pearson
dan Sariyasa. 2014. Pengaruh Strategi Education, Inc.
Blended Learning dalam Pembelajaran [36] Morrison, Gari R,; Ross, Steven M,; and
Kooperatif terhadap Motivasi Belajar Kemp, Jerrold E. 2004. Designing
Matematika ditinjau dari Gaya Belajar Effevtive Instruction. 4th Edition. John
Siswa di SMP K 2 Harapan. Artikel Wiley & Sons, Inc
download
[24] Alwen dan Ulfia. 2015. Formulasi Strategi
Penerapan Blended Learning dalam
Mengimplementaskan Kurikulum di
Program Studi Teknologi Pendidikan FIP
Universitas Negeri Padang. Penelitian
Fundamental
[25] Atwi Suparman. 2005. Desain
Instructional. Jakarta: PAU-PPAI,
Universitas Terbuka
[26] Suparno. 1997. Filsafat Konstruktivisme
dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius
[27] Keller. 2013. Motivation.
http://www.instructionaldesign.org/concept
s/motivation.html. Diakses 25 Agustus
2015
[28] Bimo Walgito. 2010. Pengantar Psikologi
Umum. Yogyakarta: Andi
[29] Reigeluth, Charles M. 1999. Instructional-
Design Theories and Models: a new
paradigm of instructional theory Volume
II. New Jersey: Lawrance Erlbaum
Associates, Publishers
[30] Zais, R.S. 1976. Curriculum: Principles,
Foundations. New York: Harper & Row
Publishers
[31] Orntein, A.C. & Hunkins, F.P. 2013.
Curriculum: Principles, Foundations and
Issues. Englewood Cliffs, N.J.: Prentice
Hall
[32] Ulfia Rahmi. 2015. Survey Kesiapan
Peserta Didik dan Pendidik Dalam
Melakukan Online Learning. Penelitian
Mandiri

137

Anda mungkin juga menyukai