Anda di halaman 1dari 39

MAKALAH KOMUNIKASI UMUM

Disusun oleh :

Hannan

010701042

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

NGUDI WALUYO UNGARAN

2012
KATA PENGANTAR

Dengan mengucap puji syukur kepada Allah SWT, akhirnya dapat

menyelesaikan tugas makalah tentang “manfaat komunikasi terhadap

keharmonisan keluarga”. Sholawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada

Nabi Muhammad SAW, sahabat dan umatnya sampai akhir zaman. Makalah ini

merupakan salah satu syarat tugas mata kuliah Komunikasi umum pada Program

Studi Ilmu Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran Semarang.

Bersamaan ini perkenankanlah saya mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada pihak yang telah membantu terselesainya makalah ini,

terima kasih atas kebersamaan, bantuan, dan dukungannya

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna, maka

kritik dan saran yang bersifat membangun sangat peneliti harapkan demi

penyempurnaan skripsi ini.

Ungaran, Desember 2011

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengembangan karakter manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan

manusia lainnya untuk berinteraksi. Untuk berhubungan dengan orang lain

dibutuhkan komunikasi yang baik. Komunikasi hanya bisa terjadi apabila

menggunakan sistem isyarat yang sama Komunikasi antar pribadi akan sering

terjadi dalam pembentukkan karakter seseorang. Menurut Verdeber (1990)

dan Rahkmat (2007) komunikasi antar pribadi merupakan suatu proses

interaksi dan pembagian makna yang terkandung dalam gagasan-gagasan

maupun perasaan.

Ketika orang berkomunikasi maka nampaknya yang terjadi adalah suatu

proses transaksional yang dapat diartikan bahwa; (1) siapa yang terlibat dalam

suatu proses komunikasi saling membutuhkan tanggapan demi suksesnya

komunikasi itu; (2) komunikasi melibatkan interaksi dari banyak unsur.

Beberapa unsur yang dimiliki secara tetap oleh setiap bentuk komunikasi

termasuk komunikasi antar pribadi adalah; (a) konteks, (b) komunikator-

komunikan, (c) pesan, (d) saluran, (e) gangguan, (f) umpan balik, dan (g)

model proses.

Konteks komunikasi antarpribadi menunjukkan bahwa yang melakukan

komunikasi adalah individu yang terlibat dalam interaksi sebagai pengirim

pesan atau sebagai penerima pesan. Sebagai pengirim pesan tentunya akan

terlibat dalam menyusun suatu pesan untuk dikomunikasikan dengan harapan


akan mendapat tanggapan dari individu yang dituju baik secara verbal maupun

secara nonverbal.

Komunikasi antarpribadi yang dilakukan dalam keluarga bertujuan untuk

mempererat hubungan sosial di antara individu yang ada dalam keluarga.

Komunikasi antar pribadi yang baik akan membawa kepada hubungan

interpersonal yang baik, sehingga terjadi pertukaran sosial yang baik pula.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Komunikasi 

1. Definisi 

Istilah komunikasi berasal dari kata Latin  Communicare atau

Communis yang berarti  sama  atau menjadikan milik bersama. Kalau kita

berkomunikasi dengan orang lain, berarti  kita berusaha agar  apa yang

disampaikan kepada orang lain tersebut menjadi miliknya (Roger, 1995)

Komunikasi adalah kegiatan pengoperan lambang yang

mengandung arti/makna yang perlu dipahami bersama oleh  pihak yang

terlibat dalam kegiatan komunikasi  (Astrid, 1998).

Komunikasi adalah proses pertukaran informasi antara dua fihak

untuk menyamakan persepsi dalam upaya mencapai tujuan bersama.

Komunikasi merupakan proses dua arah. Kesamaan persepsi hanya bisa

tercapai bila kedua pihak mendengar dan berbicara efektif (Widjono,

2006)

Komunikasi terjadi antara pengirim pesan dan yang menerima

pesan, bisa terjadi antara atasan dan bawahan atau dokter dengan

perawatnya. Penekanan berada pada kebutuhan untuk berkomunikasi dan

bekerjasama antara seluruh anggota dari organisasi, menjalankan fungsi

sebagai kelompok yang saling bergantung membentuk satu kesatuan.

(Perry & Potter,2000).


2. Sejarah komunikasi

Pada awal kehidupan di dunia, komunikasi digunakan untuk

mengungkapkan kebutuhan organis. Sinyal-sinyal kimiawi pada

organisme awal digunakan untuk reproduksi. Seiring dengan evolusi

kehidupan, maka sinyal-sinyal kimiawi primitif yang digunakan dalam

berkomunikasi juga ikut berevolusi dan membuka peluang terjadinya

perilaku yang lebih rumit seperti tarian kawin pada ikan.

Pada binatang, selain untuk seks, komunikasi juga dilakukan untuk

menunjukkan keunggulan, biasanya dengan sikap menyerang. Munurut

sejarah evolusi sekitar 250 juta tahun yang lalu munculnya "otak reptil"

menjadi penting karena otak memungkinkan reaksi-reaksi fisiologis

terhadap kejadian di dunia luar yang kita kenal sebagai emosi. Pada

manusia modern, otak reptil ini masih terdapat pada sistem limbik otak

manusia, dan hanya dilapisi oleh otak lain "tingkat tinggi".

Manusia berkomunikasi untuk membagi pengetahuan dan

pengalaman. Bentuk umum komunikasi manusia termasuk bahasa sinyal,

bicara, tulisan, gesture, dan broadcasting. Komunikasi dapat berupa

interaktif, transaktif, bertujuan, atau tak bertujuan.

Melalui komunikasi, sikap dan perasaan seseorang atau

sekelompok orang dapat dipahami oleh pihak lain. Akan tetapi,

komunikasi hanya akan efektif apabila pesan yang disampaikan dapat

ditafsirkan sama oleh penerima pesan tersebut

(www.wikipidia.com, 2006)
3. Tujuan Komunikasi 

Hewitt (1981) dalam Monica (1998), menjabarkan tujuan

penggunaan proses komunikasi secara spesifik sebagai berikut:

a. Mempelajari atau mengajarkan sesuatu

b. Mempengaruhi perilaku seseorang

c. Mengungkapkan perasaan

d. Menjelaskan perilaku sendiri atau perilaku orang lain

e. Berhubungan dengan orang lain

f. Menyelesaian sebuah masalah

g. Mencapai sebuah tujuan

h. Menurunkan ketegangan dan menyelesaian konflik

i. Menstimulasi minat pada diri sendiri atau orng lain

4. Proses Komunikasi 

Menurut Gates (1995) komunikasi merupakan suatu proses yang

mempunyai komponen dasar  sebagai berikut : 

a. Pengirim pesan (sender) dan isi pesan/materi

Pengirim pesan adalah orang yang mempunyai ide  untuk

disampaikan kepada seseorang dengan harapan   dapat dipahami oleh

orang yang menerima pesan sesuai dengan yang dimaksudkannya.

Pesan adalah informasi yang akan disampaikan  atau diekspresikan 

oleh pengirim pesan.  Pesan dapat verbal atau non verbal dan pesan

akan efektif bila diorganisir secara baik dan jelas. 


Materi pesan dapat berupa :

1) Informasi

2) Ajakan

3) Rencana kerja

4) Pertanyaan dan sebagainya

b. Simbol/ isyarat

Pada tahap ini pengirim pesan membuat kode atau simbol

sehingga pesannya dapat   dipahami oleh  orang lain. Biasanya

seorang manajer menyampaikan pesan dalam bentuk kata-kata,

gerakan anggota badan, (tangan, kepala, mata dan bagian muka

lainnya). Tujuan  penyampaian pesan adalah untuk mengajak,

membujuk, mengubah sikap, perilaku atau menunjukkan arah

tertentu. 

c. Media/penghubung

Adalah alat untuk penyampaian pesan seperti : TV, radio, surat

kabar,  papan pengumuman, telepon dan lainnya. Pemilihan media ini

dapat dipengaruhi oleh isi pesan  yang akan disampaikan, jumlah

penerima pesan, situasi dsb.

d. Mengartikan kode/isyarat

Setelah  pesan diterima  melalui indera (telinga, mata dan

seterusnya) maka  si penerima pesan  harus dapat mengartikan 

simbul/kode dari pesan tersebut, sehingga dapat dimengerti

/dipahaminya. 
e. Penerima pesan

Penerima pesan adalah orang yang dapat memahami pesan 

dari sipengirim  meskipun dalam bentuk code/isyarat  tanpa

mengurangi arti pesan  yang dimaksud oleh pengirim

f. Balikan (feedback)

Balikan adalah isyarat atau tanggapan yang berisi  kesan dari

penerima pesan dalam bentuk verbal maupun nonverbal. Tanpa

balikan seorang pengirim pesan tidak akan tahu dampak pesannya

terhadap sipenerima pesan. Hal ini penting  bagi manajer atau

pengirim pesan untuk mengetahui apakah pesan sudah diterima

dengan pemahaman yang benar dan tepat. Balikan dapat disampaikan

oleh penerima pesan atau orang lain yang bukan penerima pesan.

Balikan yang disampaikan oleh penerima pesan pada umumnya

merupakan balikan langsung  yang mengandung pemahaman atas

pesan tersebut dan sekaligus merupakan apakah pesan itu akan

dilaksanakan atau tidak

Balikan yang diberikan oleh orang lain  didapat dari

pengamatan pemberi balikan  terhadap perilaku maupun ucapan

penerima pesan. Pemberi balikan  menggambarkan perilaku penerima

pesan  sebagai reaksi  dari pesan  yang diterimanya. Balikan

bermanfaat untuk memberikan informasi, saran yang dapat menjadi

bahan pertimbangan dan membantu untuk menumbuhkan 

kepercayaan serta keterbukaan diantara komunikan, juga balikan dapat

memperjelas persepsi. 
g. Gangguan

Gangguan bukan merupakan bagian dari proses komunikasi 

akan tetapi mempunyai pengaruh dalam  proses komunikasi, karena

pada setiap situasi hampir selalu ada hal yang mengganggu kita.

Gangguan adalah  hal yang  merintangi atau menghambat 

komunikasi  sehingga penerima salah menafsirkan pesan  yang

diterimanya. 

5. Dasar Komunikasi

Menurut Gates (1995) komunikasi mempunyai  dasar sebagai

berikut: Niat, Minat,  Pandangan, Lekat, Libat.

a. Niat menyangkut :

1) Apa yang akan disampaikan

2) Siapa sasarannya

3) Apa yang akan dicapai

4) Kapan akan disampaikan

b. Minat, ada dua faktor yang mempengaruhi yaitu:

1) Faktor obyektif   : merupakan rangsang yang kita terima

2) Faktor subyektif : merupakan faktor yang menyangkut diri si

penerima   stimulus.

c. Pandangan, merupakan makna dari informasi yang disampaikan 

pada sasaran, menafsirkan informasi yang diterima tergantung pada

pendidikan, pekerjaan, pengalaman dan kerangka pikir seseorang.

d. Lekat, merupakan informasi yang disimpan oleh si penerima.

e. Libat, merupakan keterlibatan panca indera sebanyak-banyaknya. 


6. Jenis Komunikasi 

Menurut Potter dan Perry (1993), komunikasi terjadi pada tiga

tingkatan yaitu intrapersonal, interpersonal dan publik.

Komunikasi interpersonal adalah interaksi yang terjadi antara

sedikitnya dua orang atau dalam kelompok kecil, terutama dalam

keperawatan. Komunikasi interpersonal yang sehat memungkinkan

penyelesaian masalah, berbagai ide, pengambilan keputusan, dan

pertumbuhan personal.

Menurut Potter dan Perry (1993), Swansburg (1990), Szilagyi

(1984), dan Tappen (1995) ada dua jenis komunikasi yaitu verbal, dan

non-verbal.

a. Komunikasi verbal dengan kata-kata

Komunikasi verbal mencakup aspek-aspek berupa ;

1) Vocabulary (perbendaharaan kata-kata). Komunikasi tidak akan

efektif bila pesan disampaikan dengan kata-kata yang tidak

dimengerti, karena itu olah kata menjadi penting dalam

berkomunikasi.

2) Racing (kecepatan). Komunikasi akan lebih efektif  dan sukses

bila kecepatan bicara dapat diatur dengan baik, tidak terlalu cepat

atau terlalu lambat.

3) Intonasi suara: akan mempengaruhi arti pesan  secara dramatik

sehingga pesan akan menjadi lain artinya  bila diucapkan dengan

intonasi suara yang berbeda. Intonasi suara yang tidak proposional

merupakan hambatan dalam berkomunikasi.


4) Humor: dapat meningkatkan kehidupan yang bahagia. Dugan

(1989), memberikan catatan bahwa dengan tertawa dapat

membantu menghilangkan  stress dan nyeri. Tertawa mempunyai

hubungan fisik dan psikis dan harus diingat bahwa humor adalah

merupakan  satu-satunya selingan dalam berkomunikasi.

5) Singkat dan jelas. Komunikasi  akan efektif bila disampaikan

secara singkat dan jelas, langsung pada pokok permasalahannya

sehingga lebih mudah dimengerti.

6) Timing (waktu yang tepat) adalah hal kritis yang perlu

diperhatikan karena berkomunikasi akan berarti bila seseorang 

bersedia untuk berkomunikasi, artinya dapat menyediakan waktu

untuk mendengar atau memperhatikan apa yang disampaikan.

b. Komunikasi non verbal disebut dengan bahasa tubuh

Komunikasi non verbal adalah penyampaian pesan tanpa kata-

kata  dan komunikasi non verbal memberikan arti  pada komunikasi

verbal.

Yang termasuk komunikasi non verbal :

1) Ekspresi wajah  

Wajah merupakan sumber yang kaya dengan komunikasi, karena

ekspresi wajah cerminan suasana emosi seseorang.

2) Kontak mata, merupakan sinyal alamiah untuk berkomunikasi.

Dengan mengadakan kontak mata selama berinterakasi  atau tanya

jawab berarti orang tersebut terlibat dan menghargai lawan

bicaranya dengan kemauan untuk memperhatikan  bukan sekedar


mendengarkan. Melalui kontak mata  juga memberikan

kesempatan pada orang lain untuk mengobservasi yang lainnya

3) Sentuhan  adalah bentuk komunikasi personal  mengingat sentuhan

lebih bersifat spontan dari pada komunikasi verbal. Beberapa

pesan  seperti perhatian yang sungguh-sungguh, dukungan

emosional, kasih sayang  atau simpati dapat dilakukan melalui

sentuhan.

4) Postur tubuh dan gaya berjalan. Cara seseorang berjalan, duduk,

berdiri dan bergerak memperlihatkan ekspresi dirinya. Postur

tubuh dan gaya berjalan merefleksikan emosi, konsep diri, dan

tingkat kesehatannya.

5) Sound (Suara). Rintihan, menarik nafas panjang, tangisan  juga

salah satu ungkapan  perasaan  dan pikiran  seseorang yang dapat

dijadikan komunikasi. Bila dikombinasikan dengan semua bentuk

komunikasi  non verbal lainnya  sampai desis  atau suara  dapat

menjadi pesan yang sangat  jelas.

6) Gerak isyarat, adalah yang dapat mempertegas pembicaraan.

Menggunakan isyarat sebagai bagian total dari komunikasi  seperti

mengetuk-ngetukan kaki atau mengerakkan tangan  selama

berbicara menunjukkan seseorang dalam keadaan  stress  bingung

atau sebagai upaya untuk menghilangkan stress


7. Bentuk Komunikasi 

Menurut Roger (1995) komunikasi  sebagai proses memiliki bentuk : 

a. Bentuk Komunikasi berdasarkan cara penyampaian :

1) Komunikasi langsung

Komunikasi langsung tanpa mengguanakan alat, komunikasi

berbentuk kata-kata, gerakan-gerakan yang berarti khusus dan

penggunaan isyarat,misalnya kita berbicara langsung kepada

seseorang dihadapan kita. 

        A-------------------B  

2) Komunikasi tidak langsung

Biasanya menggunakan alat dan mekanisme untuk melipat

gandakan jumlah penerima  penerima pesan (sasaran) ataupun

untuk menghadapi hambatan geografis, waktu misalnya

menggunakan radio, buku, dll

b. Bentuk komunikasi berdasarkan  besarnya sasaran :

1) Komunikasi massa, yaitu komunikasi  dengan sasarannya

kelompok orang dalam jumlah yang besar, umumnya tidak

dikenal. Komunikasi masa yang baik  harus :

a) Pesan disusun  dengan jelas, tidak rumit  dan tidak

bertele-tele

b) Bahasa yang mudah dimengerti/dipahami

c) Bentuk gambar yang baik


d) Membentuk kelompok khusus, misalnya kelompok

pendengar (radio) 

2) Komunikasi kelompok

Adalah komunikasi yang sasarannya sekelompok orang yang

umumnya dapat dihitung dan dikenal dan merupakan komunikasi

langsung dan timbal balik. 

Perawat----- → ← ------Pengunjung puskesmas 

3) Komunikasi perorangan

Adalah  komunikasi dengan tatap muka dapat juga melalui

telepon. 

Perawat-----→ ←------Pasien 

c. Bentuk komunikasi berdasarkan arah pesan :

1) Komunikasi satu arah

Pesan  disampaikan oleh sumber kepada sasaran  dan sasaran tidak

dapat  atau tidak mempunyai kesempatan untuk memberikan

umpan balik atau bertanya, misalnya radio.

    A ------------------→B                                                            

2) Komunikasi timbal balik.

Pesan disampaikan kepada sasaran  dan sasaran memberikan

umpan balik. Biasanya  komunikasi kelompok atau perorangan

merupakan komunikasi timbal balik 


8. Hambatan Komunikasi 

Menurut Monica (1998), hambatan dalam proses komunikasi meliputi :

a. Hambatan dari Proses  Komunikasi

1) Hambatan dari pengirim pesan, misalnya pesan yang akan

disampaikan belum jelas bagi dirinya atau pengirim pesan, hal ini

dipengaruhi  oleh perasaan atau situasi emosional.

2) Hambatan dalam penyandian/symbol

Hal ini dapat terjadi karena bahasa yang dipergunakan tidak jelas

sehingga mempunyai arti  lebih dari satu, simbol yang

dipergunakan antara si pengirim dan penerima tidak sama atau

bahasa yang dipergunakan terlalu sulit.

3) Hambatan media, adalah hambatan yang terjadi dalam penggunaan

media komunikasi, misalnya gangguan suara radio dan aliran

listrik sehingga tidak dapat mendengarkan pesan.

4) Hambatan dalam bahasa sandi. Hambatan terjadi dalam

menafsirkan sandi oleh si penerima

5) Hambatan dari penerima pesan, misalnya kurangnya perhatian

pada  saat menerima, mendengarkan pesan, sikap prasangka

tanggapan yang keliru dan tidak mencari informasi lebih lanjut.

6) Hambatan dalam memberikan  balikan. Balikan yang diberikan

tidak menggambarkan apa adanya akan tetapi memberikan

interpretatif, tidak tepat waktu atau tidak jelas dan sebagainya.


b. Hambatan Fisik

Hambatan fisik dapat mengganggu komunikasi yang efektif, cuaca

gangguan alat komunikasi, dan lain lain, misalnya: gangguan

kesehatan, gangguan alat komunikasi dan sebagainya.  

c. Hambatan Semantik.

Kata-kata yang dipergunakan dalam komunikasi  kadang-kadang

mempunyai  arti mendua yang berbeda, tidak jelas atau berbelit-belit

antara pemberi pesan dan penerima  

d. Hambatan Psikologis 

Hambatan psikologis dan sosial kadang-kadang mengganggu

komunikasi, misalnya perbedaan nilai-nilai serta harapan yang

berbeda antara pengirim  dan penerima pesan. 

9. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Komunikasi

Proses komunikasi dipengaruhi oleh beberapa faktor menurut

Potter & Perry (2005) : Perkembangan. Agar dapat berkomunikasi efektif

dengan seseorang perawat harus mengerti pengaruh perkembangan usia

baik dari sisi bahasa, maupun proses berpikir dari orang tersebut. Adalah

berbeda cara berkomunikasi anak usia remaja dengan anak usia balita.

Kepada remaja, anda barangkali perlu belajar bahasa ”gaul” mereka

sehingga remaja yang kita ajak bicara akan merasa kita mengerti mereka

dan komunikasi diharapkan akan lancar.

Persepsi adalah pandangan pribadi seseorang terhadap suatu

kejadian atau peristiwa. Persepsi dibentuk oleh harapan atau

pengalaman.Perbedaan persepsi dapat mengakibatkan terhambatnya


komunikasi. Misalnya kata-kata virus mempunyai perbedaan persepsi pada

seorang ahli komputer dengan seorang dokter.

Nilai adalah standar yang mempengaruhi pengaruhi perilaku

sehingga penting bagi perawat untuk menyadari nilai seseorang. Perawat

perlu berusaha untuk mengetahui dan mengklarifikasi nilai sehingga dapat

membuat keputusan dan interaksi yang tepat dengan klien. Dalam

hubungan profesionalnya diharapkan perawat tidak terpengaruh oleh nilai

pribadinya.Perbedaan nilai tersebut dapat dicontohkan sebagai berikut,

klien memandang abortus tidak merupakan perbuatan dosa sementara

perawat memandang bahwa abortus merupakan tindakan dosa.Hal ini

dapat menyebabkan konflik antara perawat dan klien.

Latar belakang sosial budaya. Bahasa dan gaya komunikasi akan

sangat dipengaruhi oleh faktor budaya. Budaya juga akan membatasi cara

bertindak dan berkomunikasi. Seorang remaja putri ingin membeli

makanan khas disuatu daerah. Remaja tersebut berasal dari daerah lain.

Pada saat membeli makanan tersebut, si remaja tiba-tiba menjadi pucat

ketakutan karena si penjual menanyakan padanya berapa banyak cabe

merah yang dibutukan untuk campuran makanan yang akan diberikan.Apa

yang terjadi ? Si remaja tersebut merasa dimarahi oleh si penjual karena

cara menanyakan cabe itu seperti membentak bagi si remaja putri padahal

si penjual merasa tidak memarahi remaja tersebut. Hal ini dikarenakan

budaya dan logat bicara si penjual yang memang tegas dan keras sehingga

terkesan marah-marah bagi orang dengan latar budaya yang berbeda.


Emosi. Merupakan perasaan subyektif terhadap suatu

kejadian.Emosi seperti marah, sedih dan senang akan mempengaruhi

perawat dalam berkomunikasi dengan orang lain. Perawat perlu mengkaji

emosi klien dan keluarganya sehingga perawat mampu memberikan

asuhan keperawatan dengan tepat. Selain itu perawat juga perlu

mengevaluasi emosi yang ada pada dirinya agar dalam melakukan asuhan

keperawatan tidak terpengaruh oleh emosi bawah sadarnya.

Jenis kelamin. Setiap jenis kelamin mempunyai gaya komunikasi

yang berbeda. Tanned (1990) menyebutkan bahwa wanita dan laki-laki

mempunyai perbedaan gaya komunikasi. Dari usia tiga tahun wanita

bermain dengan teman baiknya atau dalam group kecil dan menggunakan

bahasa untuk mencari kejelasan, meminimalkan perbedaan, serta

membangun dan mendukung keintiman. Laki-laki dilain pihak,

menggunakan bahasa untuk mendapatkan kemandirian dari aktifitas dalam

group yang lebih besar,dimana jika mereka ingin berteman, maka mereka

melakukannya dengan bermain..

Pengetahuan. Tingkat pengetahuan akan mempengaruhi

komunikasi yang dilakukan. Seseorang yang tingkat pengetahuan rendah

akan sulit merespon pertanyaan yang mengandung bahasa verbal dengan

tingkat pengetahuan yang lebih tinggi. Perawat perlu mengetahui tingkat

pengetahuan klien sehingga perawat dapat berinteraksi dengan baik dan

akhirnya dapat memberikan asuhan keperawatan yang tepat kepada klien.

Peran dan hubungan. Gaya komunikasi sesuai dengan peran dan

hubungan antar orang yang berkomunikasi. Cara komunikasi seorang


perawat dengan koleganya, dengan cara komunikasi seorang perawat pada

klien akan berbeda tergantung perannya. Demikian juga antara guru

dengan murid.

Lingkungan. Lingkungan interaksi akan mempengaruhi

komunikasi yang efektif. Suasana yang bising, tidak ada privacy yang

tepat akan menimbulkan kerancuan, ketegangan dan ketidaknyamanan.

Misalnya berpacaran di pasar tentunya tidak nyaman. Untuk itulah perawat

perlu menyiapkan lingkungan yang tepat dan nyaman sebelum memulai

interaksi dengan klien.

Jarak. Jarak dapat mempengaruhi komunikasi. Jarak tertentu dapat

menyediakan rasa aman dan kontrol. Dapat dimisalkan dengan individu

yang merasa terancam ketika seseorang tiudak dikenal tiba-tiba berada

pada jarak yang sangat dekat dengan dirinya.Hal itu juga yang dialami

klien saat pertama kali berinteraksi dengan perawat.Untuk itu perawat

perlu memperhitungkan jarak yang tepat pada saat melakukan hubungan

dengan klien.

B. Konsep Keluarga

1. Keluarga

a. Definisi Keluarga

Menurut Depkes RI (1998) dalam Mubarak (2006 : 159)

keluarga dalam unit terkecil dan masyarakat yang terdiri atas kepala

keluarga dan beberapa orang yang berkumpul yang tinggal disuatu

tempat dibawah suatu atap dalam keadaan suatu ketergantungan.


Menurut Effendy (1998) dalam Mubarak (2006 : 255) keluarga

adalah dua atau lebih dari individu yang tergabung karena hubungan

darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup

dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain, dan didalam

perannya masing-masing menciptakan serta mepertahankan

kebudayaan.

Jadi dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah unit terkecil

dalam masyarakat yang terdiri dari dua atau lebih individu yang

mempunyai hubungan sarat satu sama lain dan mereka hidup dalam

satu rumah tangga dalam rangka mencapai tujuan tertentu.

b. Tipe keluarga

Menurut Effendy (1998) dalam Mubarak (2006 : 259) type keluarga

terdiri dari :

1) Keluarga inti (nuclear family), adalah keluarga yang terdiri dari

ayah, ibu dan anak

2) Keluarga besar (extended family), adalah keluarga inti ditambah

dengan sanak saudara, misalnya nenek, kakek, keponakan, saudara

sepupu, paman, bibi dan sebagainya.

3) Keluarga berantai (serial family) adalah keluarga yang terdiri dari

wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan

satu keluarga inti

4) Keluarga duda / janda (single family), adalah kelaurga yang terjadi

karena perceraian atau kematian


5) Keluarga komposisi (composite) adalah keluarga yang

perkawinannya berpoligami dan hidup secara bersama

6) Keluarga kabitas (cohabitation), adalah dua orang menjadi I tanpa

pernikahan terapi membentuk suatu keluarga

c. Peran Keluarga

Menurut Effendy (1998) dalam Mubarak (2006 : 259) berbagai

perasaan yang terdapat di dalam keluarga adalah sebagai berikut:

1) Peran ayah, ayah sebagai suami dari istri dan anak-anak

berperanan aman, sebagai pencari nafkah, pendidik, perlindungan

dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota

dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari

lingkungannya.

2) Peranan ibu sbagai istri dan ibu dari anak-anaknya ibu

mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga sebagai

pengasuh dan pendidik anak-anaknya, perlindungan dan sebagai

salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota

me\asyarakat dan lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat

berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarga

3) Peranan anak : anak-anak melaksanakan peranan

psikososial sesuai dengan tingkat perkembangan baik fisik, mental,

sosial dan spiritual.

d. Fungsi keluarga

Secara umum fungsi keluarga menurut Friedman (1998) dalam

Suprajitno (2004 : 13) adalah sebagi berikut :


1) Fungsi efektif (the affective function) adalah faktor

keluarga yang utama untuk mengajarkan segala sesuatu untuk

mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang lain.

Fugsi ini dibutuhkan untuk perkembangan individu dan psikososial

anggota keluarga

2) Fungsi sosialisasi dan tempat sosialisasi (sosialization

and social placement fungtion) adalah fungsi mengembangkan dan

tempat melatih anak untuk berkehidupan sosial sebelum

meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain di luar

rumah

3) Fungsi reproduksi (the reproductive function) adalah

fungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan

keluarga

4) Fungsi ekonomi (the economy funcional) yaitu keluarga

berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan

tempat untuk mengembangkan kemampuan individu meningkatkan

penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga

5) Fungsi perawatan/pemeliharaaan kesehatan (the health

care function), yaitu fungsi untuk mempertahankan keadaan

kesehatan anggota keluarga agar tetap memilki produktivitas tinggi

fungsi ini dikembangkan menjadi tugas keluarga di bidang

kesehatan.

e. Tahap-tahap kehidupan keluarga


1) Tahap pembentukan keluarga, tahap ini di mulai dari pernikahan,

yang dilanjutkan dalam membentuk rumah tangga

2) Tahap menjelang kelahiran anak; tugas keluarga yang utama untuk

mendapatkan keturunan sebagai generasi penerus, melahirkan anak

merupakan kebanggaan bagi keluarga yang merupakan saat-saat

yang sangat dinantikan

3) Tahap Menghadapi bayi; dalam hal ini keluarga mengasuh,

mendidik dan memberikan kasih sayang kepada anak, karena pada

tahap ini bayi kehidupannya sangat tergantung kepada kedua orang

tuanya, dan kondisinya masih sangat lemah

4) Tahap menghadapi anak pra sekolah; pada tahap ini anak sudah

mulai mengenal kehidupan sosialnya, sudah mulai bergaul dengan

teman sebayanya, tetapi sangat rawan dalam masalah kesehatan,

karena tidak mengetahui mana yang kotor dan mana yang bersih.

Dan fase ini anak sangat sensitif terhadap pengaruh lingkungan dan

tugas keluarga adalah mulai menenmkan budaya dan sebagainya

5) Tahap menghadapi anak sekolah; dalam tahap ini tugas keluarga

adalah bagaimana mendidik anak, mengajari anak untuk

mempersiapkan masa depannya membiasakan anak belajar secara

teratur, mengontrol tugas-tugas anak sekolah dan meningkatkan

pengetahuan umum anak

6) Tahap menghadapi anak remaja; tahap ini adalah tahap yang paling

rawan karena dalam tahap ini anak akan mencari identitas diri

dalam membentuk kepribadiannya, oleh karena itu suri tauladan


dan dari kedua orang tua sangat diperlukan komunikasi dan saling

pengertian antara kedua orang tua dengan anak perlu dipelihara

dan dikembangkan

7) Tahap melepaskan anak ke masyarakat; setelah melalui tahap

remaja dan anak telah dapat menyelesaikan pendidikannya, maka

tahap selanjutnya adalah melepaskan anak bemasyarakat dalam

memulai kehidupannya yang sesungguhnya, dalam tahap ini anak

akan memulai kehidupan berumah tangga

8) Tahap berdua kembali : setelah anak besar dan menmpuh

kehidupan keluarga sendiri-sendiri tinggalah suami istri berdua

saja. Dalam tahap ini keluarga akan merasa sepi, dan bila tidak

dapat menerima kenyataan akan dapat menimbulkan depresi dan

stress

9) Tahap masa tua; tahap ini masuk ke tahap lanjut usia, dan keluarga

orang tua mempersiapkan diri untuk meninggalkan dunia yang fana

ini.

C. Komunikasi bagi kehamrmonisa keluarga

Secara umum, komunikasi dalam keluarga ini biasanya berbentuk

komunikasi antar persona (face to face communication) yang pada intinya

merupakan komunikasi langsung dimana masing-masing peserta komunikasi

dapat beralih fungsi, baik sebagai komunikator dan komunikan. Selain itu,

yang lebih penting lagi adalah bahwa reaksi yang diberikan masing-masing

peserta komunikasi dapat diperoleh langsung. Karena itulah, keluarga dapat

dikategorikan sebagai satuan sosial terkecil dalam kehidupan manusia sebagai


makhluk sosial. Komunikasi memang menyentuh semua aspek kehidupan

bermasyarakat, atau sebaliknya semua aspek kehidupan masyarakat

menyentuh komunikasi. Justru itu orang melukiskan komunikasi sebagai

ubiquitous atau serba hadir. Artinya komunikasi berada di manapun dan

kapanpun juga. Memang komunikasi merupakan sesuatu yang serba ada.

Kajian komunikasi keluarga , apabila kita mengacu pada hakekat dasar

komunikasi yaitu kegiatan yang melibatkan komponen komunikator, pesan,

saluran dan komunikan, maka komunikasi keluarga adalah komunikasi dengan

komponen-komponennya yang terjadi didalam keluarga. Komunikasi

keluarga adalah komunikasi yang terjadi diantara orang tua dengan anak-

anaknya dan suami dengan istri, dalam berbagai hal sebagai sarana bertukar

pikiran,mensosialisasikan nilai-nilai kepribadian orang tua kepada anaknya,

dan penyampaian segala persoalan atau keluh kesah dari anak kepada kedua

orang tuanya. Jadi hakekat komunikasi keluarga dilaksanakan sebagai upaya

untuk menciptakan keluarga yang saling mengenal dan saling memahami

sesama anggota keluarga sehingga dari situ dapat tercipta suasana yang

harmonis dalam keluarga tersebut.

Untuk mencapai sasaran komunikasi seperti itu, kondisi keluarga yang

harmonis sangat berpengaruh dalam komunikasi keluarga. Sebagaimana

dikatakan Berger bahwa keluarga normal atau keluara harmonis dapat

berpengaruh terhadap proses komunikasi keluarga. Artinya, dalam keluarga

jarang terjadi sikap pertentangan antar anggota, tidak saling menyudutkan atau

mencari kambing hitam dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadap


Menurut Balswick dan Balswick (1990) dalam Rahmat (2007),

komunikasi yang terjadi dalam lingkungan keluarga merupakan jantung

kehidupan, guna menunjang interaksi dan komunikasi antar anggota keluarga,

di samping mengeksplorasi emosi. Sehingga masing-masing individu

mempunyai kesempatan mengekspresikan pendapat, keinginan, harapan. Jika

dihubungkan dengan penerapan fungsi sosialisasi dalam keluarga, komunikasi

dari orangtua kepada anak-anaknya bertujuan untuk memusatkan aktivitas

keluarga untuk mencapai kesejahteraan dan keharmonisan keluarga.

Tujuan komunikasi dalam sebuah keluarga yang akan dicapai dapat

dilihat dari sudut kepentingan sumber dan penerima, dari sudut kepentingan

social dan pribadi . Tujuan komunikasi dari sudut kepentingan sumber, yaitu

untuk memberikan informasi , mendidik, menghibur dan menganjurkan suatu

tindakan. Tujuan komunikasi dari sudut kepentingan penerima yaitu untuk

memahami in formasi, mempelajari sesuatu, menikmati dan menerima atau

menolak suatu anjuran. Tujuan komunikasi untuk kepentingan sosial adalah

untuk mengendalikan apa yang terjadi di lingkungan masyarakat dalam

mencegah keresahan, memelihara ketertiban dan keamanan; untuk fungsi

sosialisasi dalam upaya pendidikan dan pewarisan nilai-nilai budaya, norma-

norma ; memberikan hiburan pada warga masyarakat. Tujuan komunikasi

untuk kepentingan pribadi yaitu untuk menentukan keputusan dalam bertindak

sesuai aturan social , memperoleh pengetahuan dan keterampilan untuk hidup

bermasyarakat ; menikmati hiburan , rileks dari kesulitan hidup sehari-hari.

Tujuan komunikasi dalam interaksi keluarga ditinjau dari kepentingan orang

tua adalah untuk memberikan informasi, nasihat,mendidik dan menyenangkan


anak-anak. Anak berkomunikasi dengan orang tua adalah untuk mendapatkan

saran, nasihat, masukan atau dalam memberikan respon dari pertanyaan orang

tua. Komunikasi antar anggota keluarga dilakukan untuk terjadinya

keharmonisan dalam keluarga .

Hasil komunikasi atau akibat komunikasi dapat mencapai aspek kognitif

menyangkut kesadaran dan pengetahuan,aspek afektif menyangkut sikap dan

persaan dan aspek psikomotor menyangkut perilaku dan tindakan. Hasil

komunikasi di antara anggota keluarga yaitu terjadinya perubahan perilaku

anggota keluarga dalam menjaga keharmonisan hubungan keluarga

a.Model Komunikasi dalam Keluarga

Berdasarkan kasuistik perilaku orang tua dan anak yang sering

muncul dalam keluarga, maka pola komunikasi yang sering terjadi dalam

keluarga adalah berkisar di seputar Model Stimulus-Respons (S-R), Model

ABX, dan Model Interaksional.

1) Model Stimulus – Respons

Pola komunikasi yang biasanya terjadi dalam keluarga adalah

model stimulus – respons (S-R). Pola ini menunjukkan komunikasi

sebagai suatu proses aksi - reaksi yang sangat sederhana. Pola S – R

mengasumsikan bahwa kata-kata verbal (lisan – tulisan), isyarat-

isyarat non verbal, gambar-gambar, dan tindakan-tindakan tertentu

akan merangsang orang lain untuk memberikan respons dengan cara

tertentu. Oleh karena itu, proses ini dianggap sebagai pertukaran atau

pemindahan informasi atau gagasan. Proses ini dapat bersifat timbal-

balik dan mempunyai banyak efek. Setiap efek dapat mengubah


tindakan komunikasi berikutnya. Dalam realitas sosial pola ini dapat

pula berlangsung negatif.

Sampai pada batas-batas tertentu, perkataan orang tua dapat

dimengerti oleh anak. Oleh karena itu, perintah orang tua dengan

mempergunakan kalimat yang sederhana dapat dilaksana kan oleh

anak dengan baik.

2) Model ABX

Pola komunikasi lainnya yang juga sering terjadi dalam

komunikasi antara anggota keluarga adalah model ABX yang

dikemukakan oleh Newcomb dari perspektif psikologi sosial.

Newcomb menggambarkan bahwa seseorang (A) menyampaikan

informasi kepada seseorang lainnya (B) mengenai sesuatu (X). Model

tersebut mengasumsikan bahwa orientasi A (sikap) terhadap B dan

terhadap X saling bergantung, dan ketiganya merupakan suatu sistem

yang terdiri dari empat orientasi, yaitu: (1) Orientasi A terhadap X,

yang meliputi sikap terhadap X sebagai objek yang harus didekati atau

dihindari dan atribut kognitif (kepercayaan dan tatanan kognitif), (2)

Orientasi A terhadap B dalam pengertian yang sama, (3) Orientasi B

terhadap X, (4) Orientasi B terhadap A.

Dalam keluarga suami-istri sering membicarakan anaknya. Entah

soal sikap dan perilaku anak, masalah sandang atau pangan anak,

masalah pendidikan anak, dan sebagainya. Ketika pembicaraan kedua

orang tua itu berlangsung anak sama sekali tidak tahu. Anak tidak
terlibat dalam pembicaraan itu. Sebagai objek yang dibicarakan, anak

hanya menunggu hasilnya dan mungkin melaksanakannya sebatas

kemampuannya. Setiap orang tua berkeinginan untuk memiliki

sesuatu. Keinginan untuk memiliki sesuatu itu terkadang tidak selalu

sama, karena perbedaan pendapat dalam menilainya. Namun pada

akhirnya, salah seorang harus mengalah, bukan karena kalah, tapi demi

meredam konflik, demi kebersamaan, dan demi segalanya.

3) Model Interaksional

Model interaksional menganggap manusia jauh lebih aktif.

Komunikasi di sini digambarkan sebagai pembentukan makna, yaitu

penafsiran atas pesan atau perilaku orang lain oleh para peserta

komunikasi. Beberapa konsep penting yang digunakan adalah diri

sendiri, diri orang lain, simbol, makna, penafsiran, dan tindakan.

Dalam keluarga interaksi terjadi dalam macam-macam bentuk. Yang

mengawali interaksi tidak mesti dari orang tua kepada anak, tetapi bisa

juga sebaliknya, dari anak kepada orang tua, atau dari anak kepada

anak. Interaksi yang terjadi antar individu tidak sepihak. Antar

individu saling aktif, reflektif, dan kreatif dalam memaknai dan

menafsirkan pesan yang dikomunikasikan. Semakin cepat memberikan

pemaknaan dan penafsiran terhadap pesan yang disampaikan semakin

memperlancar kegiatan komunikasi.

b. Manfaat komunikasi bagi keharmonisan keluarga.

Keluarga merupakan satu organisasi sosial yang paling penting

dalam kelompok sosial dan keluarga merupakan lembaga di dalam


masyarakat yang paling utama bertanggung jawab untuk menjamin

kesejahteraan sosial dan kelestarian biologis anak manusia (Kartono,

1977). Sedangkan menurut Hawari (1997) keharmonisan keluarga itu akan

terwujud apabila masing-masing unsur dalam keluarga itu dapat berfungsi

dan berperan sebagimana mestinya dan tetap berpegang teguh pada nilai-

nilai agama kita, maka interaksi sosial yang harmonis antar unsur dalam

keluarga itu akan dapat diciptakan.

Dalam kehidupan berkeluarga antara suami istri dituntut adanya

hubungan yang baik dalam arti diperlukan suasana yang harmonis yaitu

dengan menciptakan saling pengertian, saling terbuka, saling menjaga,

saling menghargai dan saling memenuhi kebutuhan (Anonim, 1985)

Basri (1999) menyatakan bahwa setiap orangtua bertanggung jawab

juga memikirkan dan mengusahakan agar senantiasa terciptakan dan

terpelihara suatu hubungan antara orangtua dengan anak yang baik, efektif

dan menambah kebaikan dan keharmonisan hidup dalam keluarga, sebab

telah menjadi bahan kesadaran para orangtua bahwa hanya dengan

hubungan yang baik kegiatan pendidikan dapat dilaksanakan dengan

efektif dan dapat menunjang terciptanya kehidupan keluarga yang

harmonis. Selanjutnya Hurlock (1973) menyatakan bahwa anak yang

hubungan perkawinan orangtuanya bahagia akan mempersepsikan rumah

mereka sebagai tempat yang membahagiakan untuk hidup karena makin

sedikit masalah antar orangtua, semakin sedikit masalah yang dihadapi

anak, dan sebaliknya hubungan keluarga yang buruk akan berpengaruh

kepada seluruh anggota keluarga. Suasana keluarga ynag tercipta adalah


tidak menyenangkan, sehingga anak ingin keluar dari rumah sesering

mungkin karena secara emosional suasana tersebut akan mempengaruhi

masing-masing anggota keluarga untuk bertengkar dengan lainnya.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan persepsi

keharmonisan keluarga adalah persepsi terhadap situasi dan kondisi dalam

keluarga dimana di dalamnya tercipta kehidupan beragama yang kuat,

suasana yang hangat, saling menghargai, saling pengertian, saling terbuka,

saling menjaga dan diwarnai kasih sayang dan rasa saling percaya

sehingga memungkinkan anak untuk tumbuh dan berkembang secara

seimbang.

Komunikasi yang terjadi dalam keluarga bisa dipengaruhi oleh pola

hubungan antar peran di dalam keluarga. Hal ini disebabkan masing-

masing peran yang ada dalam keluarga dilaksanakan melalui komunikasi.

Komunikasi dalam keluarga jika dilihat dari segi fungsinya tidak jauh

berbeda dengan fungsi komunikasi pada umumnya. Paling tidak ada dua

fungsi komunikasi dalam keluarga, yaitu :

a. Fungsi Komunikasi Sosial

Fungsi komunikasi sebagai komunikasi sosial setidaknya

mengisyaratkan bahwa komunikasi itu penting untuk membangun

konsep diri, aktualisasi diri, untuk kelangsungan hidup, untuk

memperoleh kebahagiaan, untuk menghindarkan diri dari tekanan dan

ketegangan. Misalnya, via komunikasi yang menghibur dan memupuk

hubungan baik dengan orang lain. Selain itu, melalui komunikasi


seseorang dapat bekerja sama dengan anggota masyarakat terlebih

dalam keluarga untuk mencapai tujuan bersama.

b. Fungsi Komunikasi Kultural

Para sosiolog berpendapat bahwa komunikasi dan budaya

mempunyai hubungan timbal balik. Budaya menjadi bagian dari

komunikasi. Peranan komunikasi di sini adalah turut menentukan,

memelihara, mengembangkan atau mewariskan budaya. Pada satu sisi,

komunikasi merupakan suatu mekanisme untuk mengkomunikasikan

norma-norma buidaya masyarakat, baik secara horisontal (dari suatu

masyarakat kepada masyarakat lainnya) ataupun secara vertikal (dari

suatu generasi kepada generasi berikutnya). Pada sisi lain, budaya

menetapkan norma-norma (komunikasi) yang dianggap sesuai untuk

suatu kelompok tertentu.

Hawari (dalam Murni, 2004)) mengemukakan enam aspek sebagai

suatu pegangan hubungan perkawinan bahagia adalah:

a. Menciptakan kehidupan beragama dalam keluarga.

Sebuah keluarga yang harmonis ditandai dengan terciptanya

kehidupan beragama dalam rumah tersebut. Hal ini penting karena

dalam agama terdapat nilai-nilai moral dan etika kehidupan.

Berdasarkan beberapa penelitian ditemukan bahwa keluarga yang tidak

religius yang penanaman komitmennya rendah atau tanpa nilai agama

sama sekali cenderung terjadi pertentangan konflik dan percekcokan


dalam keluarga, dengan suasana yang seperti ini, maka anak akan

merasa tidak betah di rumah dan kemungkinan besar anak akan

mencari lingkungan lain yang dapat menerimanya.

b. Mempunyai waktu bersama keluarga

Keluarga yang harmonis selalu menyediakan waktu untuk

bersama keluarganya, baik itu hanya sekedar berkumpul, makan

bersama, menemani anak bermain dan mendengarkan masalah dan

keluhan-keluhan anak, dalam kebersamaan ini anak akan merasa

dirinya dibutuhkan dan diperhatikan oleh orangtuanya, sehingga anak

akan betah tinggal di rumah.

c. Mempunyai komunikasi yang baik antar anggota keluarga

Komunikasi interpersonal merupakan faktor yang sangat

mempengaruhi keharmonisan keluarga, karena menurut Hurlock

(2005) komunikasi akan menjadikan seseorang mampu

mengemukakan pendapat dan pandangannya, sehingga mudah untuk

memahami orang lain dan sebaliknya tanpa adanya komunikasi

kemungkinan besar dapat menyebabkan terjadinya kesalahpahaman

yang memicu terjadinya konflik.

Komunikasi merupakan dasar bagi terciptanya keharmonisan

dalam keluarga. Meichati (dalam Murni, 2004) mengatakan bahwa

remaja akan merasa aman apabila orangtuanya tampak rukun, karena

kerukunan tersebut akan memberikan rasa aman dan ketenangan bagi

anak, komunikasi yang baik dalam keluarga juga akan dapat


membantu remaja untuk memecahkan permasalahan yang dihadapinya

di luar rumah, dalam hal ini selain berperan sebagai orangtua, ibu dan

ayah juga harus berperan sebagai teman, agar anak lebih leluasa dan

terbuka dalam menyampaikan semua permasalahannya.

d. Saling menghargai antar sesama anggota keluarga

Furhmann (dalam Murni, 2004) mengatakan bahwa keluarga

yang harmonis adalah keluarga yang memberikan tempat bagi setiap

anggota keluarga menghargai perubahan yang terjadi dan mengajarkan

ketrampilan berinteraksi sedini mungkin pada anak dengan lingkungan

yang lebih luas.

e. Kualitas dan kuantitas konflik yang minim.

Faktor lain yang tidak kalah pentingnya dalam menciptakan

keharmonisan keluarga adalah kualitas dan kuantitas konflik yang

minim, jika dalam keluarga sering terjadi perselisihan dan

pertengkaran maka suasana dalam keluarga tidak lagi menyenangkan.

Dalam keluarga harmonis setiap anggota keluarga berusaha

menyelesaikan masalah dengan kepala dingin dan mencari

penyelesaian terbaik dari setiap permasalahan.

f. Adanya hubungan atau ikatan yang erat antar anggota keluarga.

Hubungan yang erat antar anggota keluarga juga menentukan

harmonisnya sebuah keluarga, apabila dalam suatu keluarga tidak

memiliki hubungan yang erat maka antar anggota keluarga tidak ada

lagi rasa saling memiliki dan rasa kebersamaan akan kurang.

Hubungan yang erat antar anggota keluarga ini dapat diwujudkan


dengan adanya kebersamaan, komunikasi yang baik antar anggota

keluarga dan saling menghargai.


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Hidup kita tak lepas dari komunikasi. Komunikasi merupakan hal yang

penting dalam hidup, kita tidak mungkin tidak berkomunikasi baik secara

sengaja maupun tidak sengaja. Komunikasi adalah penyampaian pesan dari

komunikator (pemberi pesan) kepada komunikan (penerima pesan), agar

dalam penyampaian pesan kita dapat dipahami dan dimengerti haruslah

tercapai "komunikasi efektif"

Dalam kehidupan rumah tangga, komunikasi merupakan faktor penting

dalam membina hubungan rumah tangga. Seorang istri harus mengerti cara

berkomunikasi dengan suami, begitu pun sebaliknya. Komunikasi dalam

rumah tangga tak hanya saat berbicara empat mata atau saat berkumpul

dengan keluarga, pakaian dan parfum yang dipakai pun merupakan salah satu

bentuk komunikasi, hal tersebut bisa menjadi pesan bagi sang suami, selain itu

pasangannya pun harus pandai dalam menangkap dan menerjemahkan pesan

yang diberikan.

Komunikasi keluarga tidak sama dengan komunikasi antar anggota

kelompok biasa.Komunikasi yang terrjadi dalam suatu keluarga tidak sama

dengan komunikasi keluarga yang lain.Setiap keluarga mempunyai pola

komunikasi tersendiri. Tujuan komunikasi dalam interaksi keluarga ditinjau

dari kepentingan orang tua adalah untuk memberikan informasi,

nasihat,mendidik dan menyenangkan anak-anak. Anak berkomunikasi dengan


orang tua adalah untuk mendapatkan saran, nasihat, masukan atau dalam

memberikan respon dari pertanyaan orang tua. Komunikasi antar anggota

keluarga dilakukan untuk terjadinya keharmonisan dalam keluarga .

Hasil komunikasi atau akibat komunikasi dapat mencapai aspek

kognitif menyangkut kesadaran dan pengetahuan,aspek afektif menyangkut

sikap dan persaan dan aspek psikomotor menyangkut perilaku dan tindakan.

Hasil komunikasi di antara anggota keluarga yaitu terjadinya perubahan

perilaku anggota keluarga dalam menjaga keharmonisan hubungan keluarga

B. Saran

1. Bagi keluarga

Diharapkan bagi anggota keluarga untuk membangun sebuah

komunikasi yang baik antar anggota kelurga sehingga akan tercipta sebuah

keluarga yang harmonis dan jauh dari berbagai konflik yang dapat

meretakkan pondasi sebuah keluarga.

2. Bagi penulis

Makalah ini diharapkan sebagai landasan kedepannya agar suatu

saat apabila berkeluarga dapat membina komunikasi yang baik sehingga

tercipta keharmonisan dalam sebuah keluarga.


DAFTAR PUSTAKA

Azwar, Saifuddin. 2000. Sikap Manusia : Teori dan Pengukurannya.


Yogyakarta :Pustaka Pelajar.

Hurlock,Elizabeth B.2005. Psikologi Perkembangan. Jakarta : Erlangga

Liliweri, Alo. 2004. Perspektif Teoritis, Komunikasi Antarpribadi (Suatu


Pendekatan Ke Arah Psikologi Sosial Komunikasi). Bandung : Citra Aditya
bakti.

Mulyana, Deddy. 2001 . Komunikasi Efektif : Suatu Pendekatan Lintas Budaya.


Bandung : PT Remaja Rosdakarya

Rakhmat, Jalaluddin. 2001. Metode Penelitian Komunikasi : Dilengkapi contoh


analisis statistik. Bandung : Remaja Rosdakary

Anda mungkin juga menyukai