Anda di halaman 1dari 3

Term Of Reference

Manajemen Intervensi Gizi (MIG) Mandiri

A. LATAR BELAKANG
Gizi merupakan salah satu unsur penting sebagai penentu dalam peningkatan kualitas
hidup manusia. Kualitas hidup manusia terbagi atas kualitas fisik dan kualitas non fisik.
Kualitas fisik berkaitan dengan bidang kesehatan, gizi dan kesegaran jasmani sedangkan
kualitas non fisik berkaitan antara lain dengan bidang pendidikan dan agama. Kurang gizi
akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan, menurunkan
produktivitas, menurunkan daya tahan, meningkatkan kesakitan dan kematian (Mardawati,
Sabri, 2008)

Masa balita merupakan proses pertumbuhan yang pesat dimana memerlukan perhatian
dan kasih sayang dari orang tua dan lingkungannya. Disamping itu balita membutuhkan zat
gizi yang seimbang agar status gizinya baik, serta proses pertumbuhannya yang tidak
terhambat karena balita merupakan kelompok umur yang rawan dan perlu mendapat
perhatian (Syatriani, 2011). Pertumbuhan linear yang tidak sesuai dengan umur balita
merefleksikan masalah gizi kurang. Masalah gizi kurang jika tidak dilayani akan
menimbulkan masalah yang lebih besar, bangsa Indonesia dapat mengalami lost generation
(Hidayati, dkk, 2010).
Masalah status gizi pada anak balita disebabkan oleh berbagai hal, baik faktor langsung
maupun tidak langsung. Faktor langsung timbulnya masalah status gizi adalah adanya penyakit
infeksi dan parasit serta konsumsi makanan yang tidak mencukupi kebutuhannya. Penyebab
utama gizi kurang bukan hanya dari pangan, melainkan penyakit infeksi yang berulang-ulang
menimpa anak, diperberat lagi oleh faktor penyebab tidak langsung yang merupakan faktor
penunjang timbulnya kurang gizi antara lain pendidikan orang tua rendah, kondisi sosial
ekonomi (daya beli) keluarga rendah, ketersediaan pangan di tingkat keluarga yang tidak
mencukupi, pola konsumsi yang kurang baik, pola distribusi pangan yang kurang merata, ada
tidaknya pemeliharaan kesehatan termasuk kebersihan makanan, fenomena sosial dan keadaan
lingkungan, serta fasilitas kesehatan yang masih sulit terjangkau (Khomsan, 2004).
Upaya perbaikan gizi masyarakat bertujuan untuk meningkatkan mutu gizi perseorangan
dan masyarakat, serta dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan. Sasaran jangka
panjang yang akan dicapai adalah masalah gizi tidak menjadi masalah kesehatan masyarakat
(Kemenkes RI, 2010).

Prevalensi balita gizi buruk dan gizi kurang nasional pada tahun 2010 adalah 17,9%
yang terdiri dari 4,9% gizi buruk dan 13,0% gizi kurang. Target pencapaian sasaran MDGs
tahun 2015 yaitu 15,5% maka prevalensi gizi buruk dan gizi kurang secara nasional harus
diturunkan minimal sebesar 2,4 % dalam periode 2011 sampai 2015. (BPP Kemenkes RI,
2010).
Dari berbagai sumber data, perkembangan masalah gizi di Indonesia dapat
dikelompokkan menjadi 3 yaitu, masalah gizi yang secara public health sudah terkendal,
masalah yang belum dapat diselesaikan (un-finished) dan masalah gizi yang sudah meningkat
dan mengancam kesehatan masyarakat (emerging). Masalah gizi lain yang juga mulai
teridentifikasi dan perlu diperhatikan adalah defisiensi vitamin D. Demikian disampaikan
mantan Menkes RI dr.Nafsiah Mboi, Sp.A, MPH, saat memaparkan Arah Kebijakan
Pembagunan Gizi di Indonesia, pada kegiatan Widyakarya Nasional Pangan dan Ahli Gizi ke X
tahun 2012 di Jakarta.
Berdasarkan masalah dan data tersebut diatas, maka perlu dilakukan pengkajian
terhadap aspek gizi dan faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya status gizi baik pada balita,
ibu hamil serta ibu menyusui dan lain-lain yang berkaitan dengan gizi dan kesehatan dalam
suatu kegiatan pelaksanaan yang disebut sebagai Praktek Kerja Lapangan (PBL) melalui
kegiatan Managemen Intervensi Gizi (MIG).

B. TUJUAN

Untuk memberikan pengalaman belajar ketrampilan kepada mahasiswa. Setelah


melaksanakan praktik, mahasiswa mampu melaksanakan intervensi gizi dan evaluasi program
gizi dalam skala mikro di desa, serta memahami pengelolaan kegiatan program gizi dari
Puskesmas dalam skala mikro yang direncanakan baik program baru atau program yang sedang
dibina masyarakat desa.

C. OUTPUT KEGIATAN
Kegiatan ini dirancang untuk memberikan pengalaman praktik serta melibatkan
mahasiwa dengan masyarakat secara aktif dalam proses kegiatan lapangan yang bertujuan untuk
melihat masalah-masalah gizi pada khususnya dan masalah kesehatan pada umumnya sekaligus
memberikan kesempatan untuk melakukan intervensi dalam rangka memecahkan masalah gizi
dan kesehatan yang ada, sehingga diharapkan pada kegiatan ini yaitu, mampu memberikan
konstribusi bagi terselenggaranya gizi baik dan pelayanan kesehatan yang optimal serta
meningkatkan pengetahuan masyarakat terhadap masalah gizi dan kesehatan yang dihadapinya
dengan kegiatan yang lebih terencana dan terkoordinasi.
D. KEGIATAN

a. Bentuk Pelaksanaan Kegiatan

Praktek Kerja Lapangan (PKL) Mandiri, terdiri dari kegiatan screening gizi, MMD
(Musyawarah Mufakat Desa), asuhan gizi terpadu kelompok khusus, pelatihan kader gizi,
pemberdayaan masyarakat dalam bentuk pendampingan, teknologi tepat guna pangan dan
gizi, dan pameran gizi

b. Waktu & Tanggal Pelaksanaan


Praktek Kerja Lapangan (PKL) Mandiri di laksanakan pada tanggal 14 januari sampai
dengan tanggal 4 Februari

c. Tempat Pelaksanaan
Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Manajemen Intervensi Gizi (MIG)
kelompok Kabupaten Aceh Barat Daya dilakukan pada Gampong Keude Siblah, Kecamatan
Blangpidie.

d. Anggaran dan Rincian Anggaran

Sumber anggaran yaitu dana dari peserta PKL (Mahasiswa).

e. Peserta

1. Nurul Hawijah
2. Radifatun Nafi’ah

Anda mungkin juga menyukai