Anda di halaman 1dari 98

1

BAB I

PENDAHULUAN

1. 1. Latar Belakang Masalah

Manusia di dalam hidupnya pasti memiliki kehidupan bersama manusia lain

dalam suatu pergaulan. Hal itu adalah suatu kehidupan sosial yang pasti dimiliki oleh

setiap manusia. Kehidupan sosial (Gunadi;2010;4) terdiri atas manusia-manusia yang

melakukan hubungan dengan berbagai kepentingan untuk mencapai tujuan tertentu

dan untuk mengorganisasikan perilaku dalam pola-pola tertentu.

Dengan penjelasan diatas jelaslah bahwa manusia hidup tidak mungkin sendiri.

Mereka membutuhkan manusia lain untuk mencapai tujuan tertentu. Suatu organisasi

pun demikian, mereka tidak akan bisa mencapai tujuan mereka tanpa pihak internal

maupun pihak eksternal dari perusahaan tersebut. Oleh karena itu, sudah menjadi

tugas seorang Humas dalam suatu organisasi untuk menjadi jembatan antara pihak

internal organisasi, maupun pihak eksternal organisasi tersebut.

Pada saat ini, peran Hubungan Masyarakat (Humas) dalam suatu organisasi

sangat penting keberadaannya. Karena Humas harus mampu menciptakan komunikasi

yang efektif antara sesama pihak internal suatu organisasi maupun antara pihak

internal dengan pihak eksternal suatu organisasi. Tujuannya adalah untuk menciptakan

kesamaan pengertian antara pihak internal organisasi dengan pihak ekternal


2

organisasi. Lebih jauh Humas juga harus mampu membina hubungan baik dengan

pihak internal maupun eksternal agar dapat mencapai tujuan organisasi.

Hal ini sejalan dengan pendapat Cuttlip dan Center yang menyatakan bahwa

Humas membantu masyarakat yang kompleks dan majemuk untuk mencapai

keputusan dan fungsi secara lebih efektif dengan menyumbangkan saling pengertian

antara kelompok (masyarakat) dan organisasi.

Untuk mencapai tujuan organisasi, mereka harus membangun hubungan yang

efektif dengan masyarakat, seperti karyawan, anggota, pelanggan, komunitas

setempat, pemegang saham, dan lembaga lainnya, serta dengan masyarakat secara

keseluruhan.

Manajemen organisasi perlu memahami sikap dan nilai masyarakat mereka agar

dapat mencapai tujuan organisasi. Praktisi Humas bertindak sebagai penasihat

manajemen, dan sebagai mediator yang membantu menerjemahkan tujuan pribadi

menjadi kebijaksanaan dan tindakan yang masuk akal serta dapat diterima oleh

masyarakat.

Humas juga merupakan fungsi manajemen yang membentuk dan memelihara

hubungan yang saling menguntungkan antara organisasi dan masyarakat, yang

menjadi sandaran keberhasilan atau kegagalannya.

Sebagai suatu fungsi manajemen, Humas mencakup beberapa hal berikut ini,

yaitu:
3

1. Mengantisipasi, menganalisa, dan menerjemahkan opini public, sikap, dan

masalah yang mungkin berdampak baik ataupun buruk terhadap jalan serta

rencana organisasi.

2. Memberi anjuran kepada manajemen pada semua jenjang di dalam organisasi,

dengan memperhatikan keputusan kebijaksanaan, rangkaian tindakan, dan

komunikasi, dengan memperhitungkan percabangan masyarakatnya dan

tanggung jawab sosial atau tanggung jawab kewarganegaraan.

3. Meneliti, melaksanakan, dan mengevaluasi program tindakan dan komunikasi

secara berkelanjutan, agar masyarakat yang yang diberi informasi memperoleh

pemahaman, sehingga tujuan organisasi tercapai.

Seperti yang telah dijelaskan diatas, praktisi Humas suatu organisasi harus

menerjemahkan opini publik dan masalah yang ada. Hal tersebut juga dilaksanakan

oleh Humas PT. Jasa Marga yang merupakan tempat dimana penulis melakukan

penelitian.

Pada saat ini, kemacetan sudah seperti menjadi budaya di Jakarta. Kemacetan

pun berdampak buruk seperti membuang waktu, membuang bahan bakar, stress,

kelelahan, dan lain-lain. Sudah banyak sekali kebijakan-kebijakan yang telah dibuat

oleh pemerintah untuk mengatasi kemacetan. Seperti salah satunya adalah

pembangunan jalan tol. Namun, jalan tol pun tidak luput dari kemacetan. Kemacetan di

Jalan Tol Dalam Kota Jakarta sudah hampir tiap hari dirasakan oleh masyarakat

Jakarta dan sekitarnya saat bepergian menuju Kantor, Sekolah maupun ke tujuan lain.

Keadaan ini terutama terjadi pada jam-jam sibuk atau pagi hari. Kemacetan tersebut
4

terjadi karena volume lalu lintas yang lewat sudah melampaui kapasitas jalan yang ada,

sementara jalan tol tak mungkin lagi dilebarkan karena tidak tersedianya lahan.

Jika berbicara jalan tol, mungkin mayoritas orang akan berfikir bahwa ini adalah

tanggung jawab dari PT. Jasa Marga untuk mengatasi kemacetan tersebut dan Jasa

Marga pun tidak tinggal diam. Dalam website resminya, yaitu www.jasamarga.com PT.

Jasa Marga menjelaskan berbagai upayanya untuk mengurangi kemacetan di jalan tol.

PT Jasa Marga sebagai operator Jalan Tol Dalam Kota Jakarta, khususnya ruas

Cawang-Tomang-Cengkareng, terus berupaya untuk mengurangi kemacetan tersebut.

Salah satu upaya yang telah dilakukan adalah memberlakukan Contra Flow (kontra

arus lalu lintas) mulai dari Cawang sampai dengan menjelang Semanggi pada pagi hari

pukul 06.00 s.d. 10.00 WIB dilaksanakan mulai tanggal 1 Mei 2012. Disamping itu saat

ini sedang dilakukan pelebaran jalan tol di sekitar Halim.

Tidak berhenti sampai di situ, Jasa Marga telah mengusulkan 7 (Tujuh) Solusi

untuk Mengurangi Simpul Kemacetan di Jalan Tol Dalam Kota Jakarta, yaitu sebagai

berikut:

1. Contra Flow dari Simpang Susun Cawang sampai dengan Rawamangun

2. Pemberlakuan Contra Flow lebih awal di Ruas Cawang sampai dengan

Semanggi

3. Penutupan Off Ramp Bukopin dan Tegal Parang pada jam tertentu

4. Contra Flow dari Grogol sampai dengan Slipi

5. Penambahan Lajur di Ruas Kapuk-Pluit dan Relokasi Gerbang Tol Pluit 1

6. Penambahan Lajur di Ruas Pluit-Kapuk


5

7. Larangan Truk melintas di Ruas Cikunir-Cawang setelah Ruas Jalan Tol

Cilincing- Tanjung Priok selesai.

Sudah banyak kebijakan demi kebijakan yang telah dibuat oleh Jasa Marga

selaku pengelola jalan tol dan yang terbaru adalah Jasa Marga membuat sayembara

berhadiah total 100 juta rupiah bagi orang-orang yang mampu memberikan ide untuk

mengurangi kemacetan di jalan tol. Kebijakan ini bisa dilihat di website resmi PT.Jasa

Marga, yaitu di www.jasamarga.com. Jadi apabila ada yang mampu memberikan ide

dan ide tersebut diterapkan oleh Jasa Marga, maka ia memenangkan sayembara

tersebut. Sayembara ini dimulai pada tanggal 12 Maret s.d. 12 April 2013.

Tema sayembara ini adalah “Solusi Mengatasi/Mengurangi Kemacetan di Jalan

Tol Dalam Kota Jakarta”, dengan harapan konsep, ide atau gagasan yang disampaikan

dalam bentuk tulisan tersebut dapat menjadi sumbangan pemikiran untuk membantu

mengurangi kemacetan yang terjadi di Jalan Tol Dalam Kota Jakarta dan tentunya akan

bermanfaat dalam meningkatkan kelancaran transportasi di Ibu Kota Jakarta.

Adapun kriteria, ide atau usulan solusi adalah sebagai berikut :

1. Selain dari 7 (tujuh) usulan yang telah disampaikan PT Jasa Marga (Persero)

Tbk pada Konferensi Pers tanggal 11 Maret 2013 sebagaimana tersebut di atas;

2. Dapat diimplementasikan dalam jangka pendek.

3. Dapat dilaksanakan oleh PT Jasa Marga (Persero) Tbk.


6

Maksud dan tujuan dari Sayembara ini adalah :

1. Memberikan kesempatan kepada Masyarakat untuk dapat menyumbangkan ide

dan gagasan dalam upaya mengurangi kemacetan di Tol Dalam Kota Jakarta.

2. Mendorong keterlibatan masyarakat dalam menyelesaikan persoalan-persoalan

publik.

3. Sarana untuk membudayakan sharing knowledge dimana setiap individu bebas

untuk berpikir dan menuangkan ide, gagasan dan pengalaman dalam bentuk

tulisan;

4. Merupakan apresiasi dan penghargaan dari PT Jasa Marga (Persero) Tbk.

terhadap upaya masyarakat dalam memberikan kontribusi positif bagi

penanganan kemacetan di Jalan Tol Dalam Kota Jakarta.

Sayembara itu pun juga merupakan salah satu cara untuk menjaring opini publik

dan itu merupakan tugas dari humas Jasa Marga. Humas harus memiliki strategi dalam

mengatasi kemacetan tersebut salah satunya adalah dengan menjaring opini dari publik

yang selama satu bulan memberikan opininya tentang bagaimana cara-cara mengatasi

kemacetan. Opini publik sendiri menurut Cutlip dan Center (Santoso; 1987;52)

menyatakan bahwa opini publik itu merupakan suatu hasil penyatuan dari pendapat

individu-individu tentang masalah umum.

Maka alasan saya mengambil judul skripsi ini adalah untuk mengamati

bagaimana pihak Jasa Marga dalam mengatasi kemacetan yang sudah menjadi

masalah yang sangat besar pada saat ini, khususnya kemacetan yang terjadi di jalan tol

melalui sayembara tersebut dan mengumpulkan opini publik.


7

1.2. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah digunakan oleh penulis untuk membatasi penelitian

sehingga dapat terhindar dari unsur-unsur yang tidak relevan dari tujuan penelitian ini

sendiri. Pembatasan masalah (Setiawan;1995;68) adalah langkah awal untuk

menentukan penelitian sekaligus memberikan batasan kepada peneliti untuk

mengadakan observasi. Pembatasan masalah ini akan menentukan ruang lingkup

wilayah komunikasi.

Sesuai dengan disiplin ilmu dari penulis yaitu Humas, maka ruang lingkup dan

garis besar materi yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah kegiatan Humas PT.

Jasa Marga, yaitu bagaimana strategi Humas PT. Jasa Marga dalam menjaring opini

publik melalui sayembara untuk mengatasi kemacetan di dalam jalan tol.

1.2.1. Pembatasan Istilah

1.2.1.1. Opini Publik

Opini publik menurut Cutlip dan Center (Santoso; 1987;52) menyatakan bahwa

opini publik itu merupakan suatu hasil penyatuan dari pendapat individu-individu

tentang masalah umum.

Seperti yang telah penulis jelaskan sebelumnya, masalah yang dihadapi adalah

mengenai kemacetan, khususnya kemacetan di dalam jalan tol. Karena ada masalah

kemacetan tersebut, maka masyarakat yang merupakan kumpulan dari individu-individu

mulai menyatukan pendapatnya tentang masalah tersebut. Humas PT. Jasa Marga
8

kemudian memberikan wadah bagi mereka untuk memberikan opini-opininya dalam

rangka mengurangi kemacetan di jalan tol melalui sebuah sayembara.

Jadi, pada penelitian ini yang menjadi opini publik adalah masukan-masukan dari

masyarakat yang diberikan kepada PT. Jasa Marga dalam rangka mengurangi

kemacetan di jalan tol.

1.2.1.2. Strategi

Suatu organisasi pastinya memiliki suatu tujuan. Tujuan tersebut pun tidak

secara instan dapat tercapai. Untuk mencapai suatu tujuannya, suatu organisasi harus

memikirkan strategi yang akan digunakan untuk dapat mencapai tujuan organisasi

tersebut.

Hal itu pula yang dilakukan oleh pihak PT. Jasa Marga. Mereka menggunakan

suatu sayembara untuk dapat mencapai tujuan mereka, yaitu dengan melakukan

sayembara dengan mengumpulkan opini-opini publik untuk mengatasi kemacetan

tersebut.

J.L Thompson (oliver;2001;2) mendefinisikan strategi sebagai cara untuk

mencapai sebuah hasil akhir: hasil akhir menyangkut tujuan dan sasaran organisasi.

Ada strategi yang luas untuk keseluruhan organisasi dan strategi kompetitif untuk

masing-masing aktivitas.
9

1. 3. Perumusan Masalah

Dalam melakukan penelitian diperlukan adanya suatu perumusan agar penulis

dapat tepat sasaran dalam memperoleh hasil yang maksimal. Menurut Renald Kasali

(Kasali;2008;163) perumusan masalah adalah usaha untuk menyatakan secara tersurat

pertanyaan-pertanyaan penelitian apa saja yang perlu dijawab atau dicarikan jalan

pemecahannya.

Berdasarkan uraian diatas tersebut, maka penulis menetapkan setidaknya ada

satu perumusan masalah dalam penelitian ini. Perumusan masalah tersebut adalah

bagaimana strategi yang digunakan Humas PT. Jasa Marga untuk mengatasi

kemacetan di jalan tol dengan memanfaatkan opini-opini publik yang berisi masukan

untuk mengatasi kemacetan di jalan tol?

1. 4. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian menurut Husnaini dan purnomo dalam bukunya

Metodologi Penelitian Sosial (2001;29) adalah pernyataan mengenai apa yang hendak

kita capai. Tujuan penelitian dicantumkan dengan maksud agar kita maupun pihak lain

yang membaca laporan penelitian dapat mengetahui dengan pasti tujuan penelitian kita

sesungguhnya.

Berititik tolak dari latar belakang masalah dan rumusan masalah, maka penelitian

ini dilakukan dengan tujuan untuk menganalisis strategi yang digunakan Humas PT.
10

Jasa Marga untuk mengatasi kemacetan di jalan tol menggunakan opini publik yang

berisi masukan untuk mengatasi kemacetan di jalan tol.

1. 5. Kegunaan Penelitian

Kegunaan hasil penelitian adalah hasil apa yang akan didapat oleh penulis untuk

sumbangan kemajuan ilmu pengetahuan. Sesuai dengan uraian tersebut, maka

diharapkan penelitian ini dapat memberikan kegunaan yang dapat dilihat dari dua sisi,

yaitu:

1. Kegunaan Teoretis

Maksud dari kegunaan teoritis adalah menunjukkan relevansi penelitian

dengan disiplin ilmu yang lebih luas. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan

sumbangan pemikiran dalam ilmu komunikasi khususnya pada bidang

kehumasan.

2. Kegunaan Praktis

Pada kegunaan praktis ini, penulis mencoba untuk mengaitkanantara

penelitian penulis dengan kepentingan organisasi dan masyarakat pada

umumnya. Maka pada penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan baik

langsung maupun tidak langsung dan dapat berguna untuk PT. `Jasa Marga

kedepannya.
11

1.6. Lokasi dan Waktu Penelitian

Pada penelitian ini, penulis mengumpulkan data-data dari kantor pusat PT. Jasa

Marga yang beralamat di Plaza Tol Taman Mini Indonesia Indah Jakarta, Jakarta Timur.

Penelitian ini berjalan sekitar tiga bulan, yaitu tepatnya sejak bulan Mei 2013 sampai

dengan bulan Juli 2013.


12

BAB II

Tinjauan Literatur dan Kerangka Pemikiran

2.1. Tinjauan Literatur

2.1.1. Strategi

J.L Thompson (oliver;2001;2) mendefinisikan strategi sebagai cara untuk

mencapai sebuah hasil akhir: hasil akhir menyangkut tujuan dan sasaran organisasi.

Ada strategi yang luas untuk keseluruhan organisasi dan strategi kompetitif untuk

masing-masing aktivitas.

Bennet menggambarkan strategi sebagai arah yang dipilih organisasi untuk

diikuti dalam mencapai misinya.

Mintzberg menawarkan lima kegunaan dari strategi, yaitu

1. Sebuah rencana – suatu arah tindakan yang diinginkan secara sadar

2. Sebuah cara – suatu maneuver yang spesifik yang dimaksudkan untuk

mengecoh lawan

3. Sebuah pola – dalam suatu rangkaian tindakan

4. Sebuah posisi – suatu cara menempatkan organisasi dalam sebuah lingkungan

5. Sebuah perspektif – suatu cara yang terintegrasi dalam memandang dunia


13

2.1.2. Hubungan Masyarakat

Menurut survey yang telah diadakan di Amerika Serikat (Saputra;2011;1), 2000

orang terkemuka dalam bidang public relations (humas) telah mengemukakan definisi

mereka tentang humas. Dari definisi-definisi yang mereka sampaikan diantaranya

terdapat anggapan-anggapan bahwa pyblic relations itu adalah sebuah ilmu, sistem,

seni, fungsi, proses, profesi, metoda, kegiatan, dan sebagainya.

Sebuah panitia yang anggotanya terdiri dari para ahli public relations yang

terkenal telah mengambil tiga definisi yang mereka anggap yang terbaik dari berbagai

definisi-definisi yang disampaikan itu:

1. Definisi J.C., Seidel

Public relations adalah proses yang kontinu dari usaha-usaha manajemen untuk

memperoleh goodwill langganannya, pegawai dan publik umumnya; ke dalam

dengan mengadakan analisa dan perbaikkan-perbaikan terhadap diri sendiri,

keluar dengan mengadakan pernyataan-pernyataan.

2. Definisi W. Emerson Reck

Public relations adalah kelanjutan dari proses penetapan kebijaksanaaan,

penentuan pelayanan-pelayanan dan sikap yang disesuaikan dengan

kepentingan orang-orang atau golongan agar orang atau lembaga itu

memperoleh kepercayaan dan goodwill dari mereka.

Kedua, pelaksaan kebijaksanaan, pelayanan dan sikap adalah untuk menjamin

adanya pengertian dan penghargaan yang sebaik-baiknya.


14

3. Definisi Howard Bonham

Public relations adalah suatu seni untuk menciptakan pengertian public yang

lebih baik, yang dapat memperdalam kepercayaan public terhadap seseorang

atau suatu organisasi, badan, lembaga, atau perusahaan.

Jadi berdasarkan definisi-definisi tersebut terdapat beberapa inti dari public

relations yakni: goodwill, kepercayaan, penghargaan, pada dan dari publik suatu badan

khususnya dan masyarakat pada umumnya. Dalam public relations terdapat suatu

usaha untuk mewujudkan hubungan yang harmonis antara suatu badan dengan

publiknya, usaha untuk memberikan atau menanamkan kesan yang menyenangkan,

sehingga akan timbul opini publik yang menguntungkan bagi kelangsungan hidup

badan tersebut.

Dalam konsepnya, fungsi public relations officer (PRO) ketika menjalankan tugas

dan operasionalnya, baik sebagai komunikator, mediator, ataupun organisator, menurut

Prof. Drs. Onong Uchjana Effendy, M.A. dalam bukunya, Hubungan Masyarakat Suatu

Komunikologis (1992) adalah sebagai berikut:

1. Untuk menunjang kegiatan manajemen dalam mencapai tujuan organisasi yang

telah ditetapkan

2. Membina hubungan harmonis antara organisasi dengan publik internal dan

publik eksternal

3. Menciptakan komunikasi dua arah dengan menyebarkan informasi dari

organisasi kepada publiknya dan menyalurkan opini publik kepada organisasi


15

4. Melayani publik dan menasehati pimpinan organisasi demi kepentingan

umum/kepentingan bersama

5. Operasional dan organisasi public relations adalah bagaimana membina

hubungan yang harmonis antara organisasi dengan publiknya, untuk mencegah

terjadinya rintangan psikologis, baik yang ditimbulkan dari pihak organisasi

maupun dari pihak publiknya

Dari uraian diatas, dapat ditarik kesimpulan mengenai peran utama dari public

relations yang pada intinya adalah sebagai berikut:

1. Sebagaimana komunikator atau penghubung antara organisasi atau lembaga

yang diawali dengan publiknya

2. Membina relationship, yaitu berupaya membina hubungan yang positif dan saling

menguntungkan dengan pihak publiknya

3. Peran back up manajemen, yakni sebagi pendukung dalam fungsi manajemen

organisasi atau perusahaan

4. Membentuk corporate image, artinya peranan public relations berupaya

menciptakan citra bagi organisasi atau lembaganya

Jika dipaparkan secara rinci, tiga fungsi utama public relations tersebut adalah

sebagai berikut:

1. Bertindak sebagai komunikator dalam kegiatan komunikasi pada organisasi

perusahaan, prosesnya berlangsung dalam dua arah timbal balik (two way traffic

reciprocalncommunication). Dalam hal ini, di satu pihak melakukan fungsi


16

komunikasi berlangsung dalam sebuah bentukpenyampaian pesan dan

menciptakan opini publik

2. Membangun atau membina hubungan yang positifbdan baik dengan pihak publik

sebagai target sasaran, yaitu publik internal dan juga publik eksternal.

Khususnya dalam menciptakan saling mempercayai dan saling memperoleh

manfaat bersama antara lembaga/organisasi perusahaan dan publiknya

3. Peranan back up management dan sebelumnya dijelaskan bahwa fungsi fungsi

public relations melekat pada fungsi manajemen, berarti ia tidak dapat

dipisahkan dari manajemen, menurut teori bahwa proses tersebut melalui

tahapan yang dikenal sebagai POAC. POAC itu sendiri merupakan sebuah

singkatan dari:

 Planning (perencanaan)

 Organizing (pengorganisasian)

 Actuating (penggiatan)

 Controlling (pengawasan)

4. Menciptakan citra perusahaan yang merupakan tujuan akhir dari suatu aktivitas

program kampanye PR, baik untuk keperluan publikasi maupun promosi.

Peranan public relations mencakup bidang yang luas menyangkut hubungan

dengan berbagai pihak dan tidak hanya sekedar berbentuk hubungan yang

sempit, karena personal relations mempunyai peranan yang cukup besar dalam

melakukan kampanya public relations. Bagaimana meningkatkan kesadaran,

pengertian dan pemahaman tentang aktivitas perusahaan atau lembaga,

termasuk membentuk sikap yang menyenangkan, itikad baik, toleransi, saling


17

pengertian, saling mempercayai, saling menghargai, dan pada akhirnya

menciptakan citra yang baik.

Public relations juga sangat erat hubungannya dengan perkembangan sosial,

ekonomi, maupun politik yang muncul di Negara tempat organisasi/perusahaan muncul

karena hal-hal berikut:

1. Adanya kebutuhan untuk memperbaiki hubungan baik dengan publik sehingga

terdapat saling pengertian, public bisa mengerti bagaimana organisasi tersebut,

publik bisa lebih mengenal dan mengerti lebih jelas, muncul saling mempercayai

demi keuntungan kedua belah pihak, membawa kemajuan, kontinuitas

organisasi, dan kebutuhan publik.

2. Adanya keinginan untuk semakin bersikap terbuka terhadap public dengan

menggunakan komunikasi dua arah. Juga dengan menciptakan opini publik yang

sangat diperlukan untuk pengembangan dan kelangsungan suatu

organisasi/perusahaan.

3. Adanya kebutuhan untuk semakin memasyarakat yang merupakan proses

mencapai kemenangan dalam mempengaruhi hal-hal penting bagi kepentingan

umum sehingga membuatr publik semakin mengenal organisasi/perusahaan

dengan lebih baik, dan public semakin terbuka mengenai kebutuhan, keinginan,

dan keluhan.

4. Adanya kebutuhan untuk berkomunikasi dua arah dalam menghadapi

permasalahan sosial yang kompleks, dan semakin berkembang. Untuk itu,

dibutuhkan hubungan sosial yang sehat dan etis untuk menghadapi

permasalahan tersebut.
18

2.1.3. Opini Publik

Pengertian dan bentuk dari opini publik (Saputra;2011;63) itu telah berkembang

sejak abad ke-18 dari istilah opini umum. Pada tahun 1781, istilah opini publik muncul

dalam Oxford Dictionary. Dalam pengertian bebas pada abad 18 dan 19, opini publik itu

masih berhubungan dengan perbedaan publik umum dan yang bersifat pribadi. Artinya,

opini publik membatasi diri terhadap sesuatu yang bersifat umum.

Adanya pendekatan dari bidang sosial dalam komunikasi massa, khususnya

komunikasi interpersonal. Pesan dari komunikasi massa itu disampaikan kemudian

diterima oleh publik. Adapun yang dimaksud dengan publik disini ialah publik yang

heterogen. Dalam hal ini dibutuhkan seorang opini leader, yaitu pribadi yang

berkemampuan mempengaruhi dan menciptakan opini publik, pemikir elite,memiliki

kemampuan memimpin, pandai dan terampil dalam membawakan pembicaraan secara

pribadi maupun pendapat umum untuk tujuan-tujuan tertentu.

Disamping itu, orang tersebut juga mempunyai waktu untuk mendiskusikan

secara bersama. Pada umumnya ide-ide disampaikan lewat media massa kepada opini

leader. Demikianlah tercipta opini publik yang didasarkan kepada saling percaya dan

adanya kesadaran akan kebutuhan bersama. Tugas PR adalah mengadakan kegiatan

komunikasi secara tepat dan etis. Maka, opini publik yang muncul tentunya juga

haruslah berkualitas.

Opini publik itu identik dengan pengertian kebebasan, keterbukaan dalam

mengungkapkan berbagai ide-ide, pendapat, keinginan, kebutuhan, keluhan, kritik yang

membangun, dan juga kebebasan di dalam penulisan. Dengan kata lain, dapat
19

disimpulkan bahwa opini publik itu merupakan efek dari kebebasan dalam

mengungkapkan ide-ide dan pendapat.

Memang bagi organisasi atau instasi apapun yang menginginkan untuk

berkembang, akan secara berkesinambungan menciptakan opini yang memang tidak

bisa untuk dihindari. Memang opini publik merupakan salah satu aspek dari PR yang

ditekankan oleh Ivy Ledbetter Lee lewat komunikasi yang dilaksanakan secara tepat,

etis, dan opini publik sebagai efek yang nantinya akan diolah dan kemudian

diintegrasikan dengan peraturan, kebijakan organisasi yang nantinya akan dapat

menguntungkan bagi kedua belah pihak.

Adanya saling percaya dan keterbukaan sangat penting bagi terciptanya opini

publik yang benar-benar berkualitas. Dengan adanya sikap terbuka terhadap publik,

akan memudahkan orang untuk membentuk dan mengembangkan opini publik, orang

akan lebih bebas, berani mengungkapkan idenya, pemikiran, usulan,pendapat,

gagasannya, sekalipun hal itu bersifat negative. Kemungkinan adanya kepercayaan,

akan bisa mengubah opini publik yang sebelumnya.

Jadi, jika menginginkan adanya opini publik yang benar-benar berkualitas,

tanamkan dulu kepercayaan pada publik yang kuat dan bersikaplah terbuka untuk

menerima segala masukan. Kita harus merasa yakin bahwa karena opini publik itu,

organisasi akan mengalami perbaikan dan perubahan demi kepentingan bersama, yang

berarti pula pengembangan bagi kelangsungan hidup organisasi tersebut.


20

Menurut Noelle B. Neumann dan Stapper, 1983. Hal-hal berikut perlu untuk

diperhatikan:

1. Pembentukan atau perubahan opini publik memerlukan keterbukaan yang akan

mempermudah dan menguatkan opini publik tersebut.

2. Public relations di dalam fungsinya bertujuan untuk mencapai sikap terbuka dan

sikap saling mengembangkan keterbukaan. Public relations itu sendiri

merupakan bagian dari keterbukaan suatu kehidupan manusia atau kelompok

publik.

3. Public relations berusaha untuk mempengaruhi opini publik. Namun

kebalikannya, opini publik itu sendiri mewarnai dan member masukan kepada

public relations

Dengan penjelasan tentang pentingnya kepercayaan dan keterbukaan dalam

menciptakan suatu opini publik dan pentingnya suatu opini publik bagi organisasi, maka

public relations dan opini publik akan sangat erat hubungannya dan akan saling

berhubungan.
21

umum

Public Relation

Opini Publik 3 2

Bagan 1. Segitiga kerja Public Relations dan opini publik

Noelle - Neumann dan Stapper, 1983

Dari segitiga diatas dapat ditarik garis-garis yang menghubungkan satu sama

lainnya dalam suatu segitiga. Ketiga sisi dari segitiga tersebut membentuk suatu relasi

timbal balik yang saling menguntungkan dan juga saling mengembangkan.


22

2.2. Kerangka Pemikiran

Pada kerangka pemikiran, berisi beberapa teori yang relevan dengan penelitian

yang dilakukan oleh penulis, dan penulis memutuskan bahwa teori yang relevan

dengan penelitian ini adalah teori POAC dan teori proses empat langkah perencanaan

kerja public relations.

Dalam sebuah organisasi, pasti organisasi itu memiliki sebuah tujuan. Untuk

mencapai tujuan tersebut, diperlukan bebrapa langkah yang harus dilakukan oleh

organisasi tersebut. Strategi POACmerupakan suatu cara yang biasa dilakukan oleh

suatu organisasi untuk mencapai tujuannya. POAC itu sendiri merupakan planning

(perencanaan), organizing (pengorganisasian), actuating (penggerakan), dan controlling

(pengawasan).

1. Perencanaan (Planning)

Menurut Harold Koontz dan Cyril O’Donnel (Purwanto, 2007:45) perencanaan

adalah fungsi seorang manajer yang berhubungan dengan memilih tujuan-tujuan,

kebijakan-kebijakan, prosedur-prosedur, program-program dari alternative-alternatif

yang ada. Sedangkan menurut Louis A. Allen berpendapat bahwa perencanaan adalah

menetukan serangkaian tindakan untuk mencapai hasil yang diinginkan.


23

Dalam proses perencanaan ini memiliki beberapa fungsi yaitu sebagai berikut :

a. Forecasting (Peramalan)

Perencanaan harus dapat meramalkan, memperkirakaan waktu yang akan datang

tentang keadaan pasar, konsumen, kebijakan pemerintahan dan lain-lain.

b. Establishing Objektives (Penetapan sasaran)

c. Programing (Pemrograman)

Perencanaan harus menetapkan prosedur kegiatan-kegiatan yang diperlukan, biaya-

biaya yang diperlukan untuk setiap kegiatan demi tercapainya tujuan yang diinginkan

d. Scheduling (Penjadwalan)

Menentukan waktu yang tepat

e. Bugeting (Penganggaran)

f. Developing Prosedures (Pengembangan prosedur)

g. Establishing and Interpreting Policies (Penetapan dan penafsiran

kebijakan)

2. Pengorganisasian (Organizing)

Menurut Handoko (Purwanto, 2007:50) Pengorganisasian merupakan suatu

proses penyusunan struktur organisasi yang sesuai dengan tujuan organisasi, sumber

daya yang dimilikinya dan lingkungan yang melingkupinya. Sedangkan menurut


24

Chester I Barnard mendefinisikan pengorganisasian merupakan suatu sistem kerja

sama yang terkoordinasi secara sadar dan dilakukan oleh dua orang atau lebih.

Langkah-langkah manajemen dalam membentuk kegiatan pada proses

pengorganisasiaan adalah sebagai berikut.

a. Sasaran, manajemen harus mengetahui tujuan organisasi yang ingin dicapai

b. Penentuan kegiatan, artinya manajer harus mengetahui, merumuskan dan

menspesifikasi kegiatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan organisasi

dan menyusun daftar kegiatan yang akan dilakukan.

c. Pengelompokan kegiatan, artinya manajer harus mengelompokkan kegiatan

dalam beberapa kelompok atas dasar tujuan yang sama.

d. Pendelegasian wewenang, artinya manajer harus menetapkan besarnya

wewenang yang akan didelegasikan kepada setiap departemen.

e. Rentang kendali, artinya manajer harus menetapkan jumlah personil pada

setiap departemen

f. Rentang kendali perlu dalam organisasi, karena terbatasnya kemampuan fisik

dan mental manusia atau adanya limits factor (Keterbatasan waktu,

pengetahuan, kemampuan, perhatian)

g. Perincian peranan seseorang, artinya manajer harus menetapkan tugas-

tugas perorangan.
25

h. Tipe organisasi, artinya manajer harus menetapkan tipe organisasi apa yang

akan dipakai, apakah lini, staf organisasi atau yang lainnya.

i. Bagan organisasi yang artinya manajer harus metetapkan bagan atau

struktur organisasi yang bagaimana yang akan digunakan.

3. Penggerakan (Actuating)

Penggerakan (Purwanto, 2007:58) adalah membuat semua anggota organisasi

mau bekerja sama dan bekerja secara ikhlas serta bergairah untuk mencapai tujuan

sesuai dengan perencanaan dan usaha-usaha pengorganisasian.

4. Pengendalian (Controlling)

Menurut G.R Terry (Purwanto, 2007:67) Pengendalian dapat dirumuskan

sebagai proses penentuan apa yang harus dicapai yaitu standar, apa yang sedang

dilakukan yaitu pelaksanaan, menilai pelaksanaan dan bila perlu melakukan perbaikan-

perbaikan, sehingga pelaksaan sesuai dengan rencana atau selaras dengan standar.

Proses pelaksanaannya dilakukan sesuai dengan ketentuan-ketentuan, rencana dan

melakukan tindakan perbaikan jika terdapat penyimpangan-penyimpangan, supaya

tujuan yang dihasilkan sesuai dengan yang direncanakan.

Dalam suatu organisasi, Humas pun memiliki peranan penting untuk dapat

mencapai tujuan dari organisasi. Menurut Cutlip-Center-Broo (Morisan;2006:96) dalam

melaksanakan program humas terdiri atas empat langkah perencanaan kerja humas.

Keempat langkah itu adalah.


26

a. Menentukan masalah (defining the problem)

Langkah pertama ini meliputi kegiatan untuk meneliti dan mengawasi

pengetahuan, pendapat, sikap, tingkah laku khalayak yaitu pihak-pihak yang

berkepentingan atau terpengaruh oleh tindakan atau kebijakan organisasi atau

perusahaan. Pada intinya, langkah pertama ini merupakan kegiatan intelejen untuk

mengumpulkan informasi atau data yang menjadi dasar berpijak praktisi humas guna

mengambil langkah selanjutnya. Dalam kegiatan penentuan masalah ini praktisi humas

harus menjawab pertanyaan ”apa yang terjadi saat ini?”

b. Perencanaan dan penyusunan program (planning and Programming)

Masalah yang telah ditentukan pada langkah pertama digunakan untuk

menyusun program, tujuan, tindakan dan strategi komunikasi. Langkah kedua

mencakup tindakan untuk memasukkan temuan yang diperoleh pada langkah pertama

kedalam kebijakan dan program organisasi. Langkah kedua ini merupakan proses

untuk menjawab pertanyaan: “Berdasarkan situasi yang telah kita pelajari maka apa

yang harus kita ubah, perbuat dan katakan?”

c. Melakukan tindakan dan berkomunikasi (taking action and communicating)

Langkah ketiga mencakup kegiatan melaksanakan tindakan dan melakukan

komunikasi yang sejak awal dirancang untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

Pertanyaan yang harus diajukan pada tahap ini adalah: “siapa yang harus melakukan

dan mengatakannya, kapan, dimana dan bagaimana caranya?’


27

d. Evaluasi program (Evaluating program)

Langkah terakhir ini mencakup penilaian atau evaluasi atas persiapan,

pelaksanaan dan hasil-hasil program. Program dapat dilanjutkan atau dihentikan

setelah menjawab pertanyaan: “Bagaimana kita telah melakukannya?”penyesuaian dan

perbaikan terhadap tindakan atau komunikasi yang telah dilaksanakan dapat dilakukan

berdasarkan umpan balik yang diterima.”

“Seberapa Baik “Apa yang harus


Langkah yang kita kita lakukan dan
lakukan?” katakan mengapa?”

“Bagaimana Kita “Apa yang sedang


melakukannya dan terjadi saat ini?”
kapan kita akan
mengatakannya?”
28

2.3. Bagan Kerangka Pemikiran

Fenomena Aktual: Masalah yang timbul bagi Teori yang


pengguna jalan tol adalah Relevan:
Kemacetan di jalan membuang waktu,
1. Teori POAC
tol dalam kota membuang bahan bakar,
stres, kelelahan, dan lain- 2. Empat langkah
lain perencanaan
kerja public
relations

Penelitian Kualitatif:

1. paradigma
konstruktivisme
2. metode penelitian
fenomenologi
3. deskriptif kualitatif
4. instrumen penelitian:
a. wawancara
mendalam
b. studi dokumen
c.studi kepustakaan

Hasil penelitian yang


diharapkan :

memberikan masukan baik


langsung maupun tidak
langsung dan dapat berguna
untuk PT. `Jasa Marga
kedepannya dalam
mengatasi kemacetan di
jalan tol agar dapat
membuat kebijakan yang
tepat untuk mengatasi
kemacetan di jalan tol
29

BAB III

Metodologi Penelitian

3.1. Jenis dan sifat Penelitian

Pada penelitian ini, penulis mencoba untuk memaknai suatu peristiwa melalui

individu-individu yang berhubungan / bersangkutan dengan fenomena yang penulis

teliti. Oleh karena itu penulis memutuskan untuk menggunakan penelitian yang bersifat

deskriptif kualitatif.

Metode penelitian kualitatif (Bungin;2011;306) memusatkan perhatian kepada

prinsip-prinsip umum yang mendasari suatu perwujudan sebuah makna dari gejala-

gejala sosial dan budaya dengan menggunakan kebudayaan dari masyarakat yang

bersangkutan untuk memperoleh gambaran mengenai kategorisasi tertentu.

Dalam penggunaan metode kualitatif, peneliti berusaha melakukan studi gejala

dalam keadaan alamiahnya dan berusaha membentuk pengertian terhadap fenomena

sesuai dengan makna yang lazim digunakan oleh subjek penelitian.

Penyelidikan deskriptif (Surakhmad;1998;139) tertuju pada pemecahan masalah

yang ada pada masa sekarang. Penelitian deskriptif (Rakhmat;2009;24) hanyalah

memaparkan situasi atau peristiwa. Penelitian ini tidak mencari atau menjelaskan

hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi. Tujuan dari penelitian

deskriptif ini adalah (Nasir;2004;63) untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan
30

secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan

antar fenomena yang diselidiki.

3.2. Paradigma Penelitian

Paradigma menurut Bogdan dan Biklen (Moleong;2002;30), adalah kumpulan

longgar dari sejumlah asumsi yang dipegang bersama,konsep atau proposisi yang

mengarahkan cara berfikir dan penelitian.

Penulis mencoba untuk memahami bahwa suatu realitas kehidupan sosial

bukanlah realitas yang natural, tetapi realitas kehidupan sosial tersebut terbentuk dari

hasil konstruksi. Cara berfikir penulis sesuai dengan paradigm konstruktivisme. Oleh

karena itu penulis memutuskan untuk menggunakan paradigm konstruktivisme sebagai

paradigm penelitian. Karenanya, konsentrasi penelitian pada paradigma konstruktivis

adalah menemukan bagaimana peristiwa atau realitas tersebut dikonstruksi, dengan

cara apa konstruksi itu dibentuk.

Paradigma konstruktivisme (Salim;2006;71) merupakan antithesis terhadap

paham yang menempatkan pentingnya pengamatan dan dan objektivitas dalam

menemukan suatu realitas atas ilmu pengetahuan. Secara tegas paham ini menyatakan

bahwa positivism dan post-positivisme keliru dalam mengungkap realitas dunia dan

harus ditinggalkan dan digantikan olehpaham yang bersifat konstruktif.

Secara ontologis, aliran ini menyatakan bahwa realitas itu ada dalam beragam

bentuk konstruksi mental yang didasarkan pada pengalaman sosial, bersifat lokal dan
31

spesifik, serta bergantung pada pihak yang melakukannya. Karena itu, realitas yang

diamati oleh seseorang tidak bisa digeneralisasikan kepada semua orang sebagaimana

yang biasa dilakukan di kalangan positivis atau post positivis.

Atas dasar filosofis tersebut, aliran konstruktivisme menyatakan bahwa

hubungan epistemologis antara pengamat dan objek merupakan satu kesatuan,

subjektif dan merupakan hasil perpaduan interaksi diantara keduanya.

Secara metodologis, aliran konstruktivisme menerapkan metode hermeneutika

dan dialektika dalam proses mencapai kebenaran. Metode pertama dilakukan melalui

identifikasi kebenaran atau konstruksi pendapat orang per orang, sedangkan metode

kedua mencoba untuk membandingkan dan menyilangkan pendapat orang-perorang

yang diperoleh melalui metode yang pertama, untuk memperoleh suatu consensus

kebenaran yang disepakati bersama. Dengan demikian, hasil akhir dari suatu

kebenaran merupakan perpaduan pendapat yang bersifat relatif, subjektif dan spesifik

mengenai hal-hal tertentu.

3.3. Metode Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian

fenomenologi. Karena dalam melakukan penelitian ini penulis mengambil informasi dari

individu-individu yang berkaitan dengan suatu fenomena, dalam penelitian ini individu-

individu tersebut adalah staf Humas PT. Jasa Marga


32

Fenomenologi (Koentjoro;2010;66) merupakan salah satu model penelitian

kualitatif yang dikembangkan oleh seorang ilmuan Eropa bernama Edmund Husserl

pada awal abad ke-20. Model ini berkaitan dengan suatu fenomena.

Ada beberapa cara yang biasa dilakukan oleh fenomenolog dalam melakukan suatu

penelitian (Salim;2006;167). Cara-cara tersebut adalah:

1. Fenomenolog berkecenderungan untuk menentang atau meragukan hal-hal yang

diterima tanpa melalui penelaahan atau pengamatan terlebih dahulu, serta

menentang sistem besar yang dibangun dari pemikiran yang spekulatif.

2. Fenomenolog berkecenderungan untuk menentang naturalisme (positivisme)

yang tumbuh meluas dalam ilmu pengetahuan dan teknologi modern dan telah

menyebar di daratan eropa bagian utara semenjak zaman Renaissance.

3. Secara positif, fenomenolog berkecenderungan untuk membenarkan pandangan

atau persepsi yang mengacu pada apa yang dikatakan oleh Husserl sebagai

evidenz, yaitu terdapatnya kesadaran tentang kebenaran itusendiri sebagaimana

yang telah terbuka secara jelas, tegas perbedaannya dan menandai sesuatu

yang disebut sebagai apa adanya seperti itu.

4. Fenomenolog cenderung mempercayai perihal apa adanya, bukan hanya dalam

arti dunia cultural dan natural, tetapi juga adanya objek yang ideal seperti jumlah,

dan bahkan juga berkenaan dengan kehidupan tentang kesadaran itu sendiri

yang dijadikan sebagai bukti, dan oleh karena itu menjadi diketahui.

5. Fenomenolog berkecenderungan untuk memegang teguh prinsip bahwa peneliti

harus memfokuskan diri pada sesuatu yang disebut sebagai ‘menemukan

permasalahan’ sebagaimana yang telah diarahkan kepada objek dan


33

pembetulannya terhadap objek sebagaimana ditemukan permasalahannya.

Terminologi ini memang tidak secara luas digunakan, dan utamanya digunakan

untuk menekankan permasalahan ganda dan pendekatan reflektif yang

diperlukan.

6. Fenomenolog berkecenderungan untuk mengetahui peranan deskripsi secara

universal, pengertian a-priori atau “eidetic” untuk menjelaskan tentang sebab-

akibat, maksud atau latar belakang.

7. Fenomenolog berkecenderungan untuk mempersoalkan tentang kebenaran atau

ketidakbenaran mengenai apa yang dikatakan oleh Husserl sebagai

transcendental phenomenological epoche. Dan penyederhanaan pengertiannya

menjadi sangat berguna dan bahkan sangat mungkin untuk dilakukan.

Fenomenologi berusaha untuk mengungkap dan mempelajari serta memahami

suatu fenomena beserta konteksnya yang khas dan unik yang dialami oleh individu

hingga tataran keyakinan individu yang bersangkutan. Dengan demikian, dalam

mempelajari dan memahaminya, haruslah berdasarkan paradigm dan keyakinan

langsung dari individu yang bersangkutan sebagai subjek yang mengalami langsung.

Dengan kata lain, penelitian fenomenologi berusaha untuk mencari arti secara

psikologis dari suatu pengalaman individu terhadap suatu fenomena melalui penelitian

yang mendalam dalam konteks kehidupan sehari-hari subjek yang diteliti.

Secara sederhana, fenomenologi lebih memfokuskan diri pada konsep suatu

fenomena tertentu dan bentuk dari studinya adalah untuk melihat dan memahami arti

dari suatu pengalaman individual yang berkaitan dengan suatu fenomena tertentu.
34

3.4. Subjek / Objek Penelitian

Pada penelitian ini penulis menetapkan bahwa yang menjadi subjek penelitian

dari penulis adalah beberapa staf divisi Humas PT. Jasa Marga yaitu Ibu Marlina dan

Ibu Herarld Galingga selaku staf pratama satu bagian komunikasi eksternal

perusahaan, salah satu pemenang sayembara, dr. Mukhtar Yusuf dan juga ahli

transportasi bapak Darmaningtyas. Sedangkan yang menjadi objek penelitian dari

penulis adalah opini-opini publik baik yang masuk ke dalam E-mail PT. Jasa Marga dan

juga proposal yang dikirimkan ke kantor pusat PT. Jasa Marga.

3.5.Teknik Pengumpulan Data

3.5.1. Wawancara Mendalam

Wawancara (Usman;2004;57) ialah tanya jawab lisan antara dua orang atau

lebih secara langsung.

Wawancara berguna untuk:

1. Mendapatkan data ditangan pertama (primer)

2. Pelengkap teknik pengumpulan lainnya

3. Memuji hasil pengumpulan data lainnya

Dalam melakukan penelitian ini, penulis melakukan wawancara dengan para staf

Humas PT. Jasa Marga yang bertanggung jawab atas sayembara mengatasi macet di
35

jalan tol ini. Termasuk kepala Humas PT. Jasa marga dan wakil kepala Humas PT.

Jasa Marga sekaligus beberapa karyawan yang memiliki tanggung jawab untuk

mengelola sayembara ini.

3.5.2. Studi Dokumen

Dokumen (Sugiyono;2011;240) merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.

Dokumen bisa berbentuk tulisan,gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.

Dalam melakukan penelitian ini, penulis mengumpulkan dokumen resmi dari

pihak PT. Jasa Marga. Dokumen resmi (Moleong;2002;163) terbagi atas dokumen

internal dan dokumen eksternal. Dokumen internal antara lain:

1. Memo

2. Pengumuman

3. Instruksi

4. Aturan suatu lembaga masyarakat tertentu yang digunakan dalam kalangan

sendiri

Dokumen ekternal berisi bahan-bahan informasi yang dihasilkan oleh suatu

lembaga sosial, misalnya majalah, bulletin, pernyataan dan berita yang disiarkan

kepada media massa.

Dalam penelitian ini, penulis akan mengumpulkan data-data yang berisi tentang

berbagai opini-opini publik mengenai saran untuk mengatasi kemacetan di jalan tol

yang masuk baik ke dalam e-mail PT. Jasa Marga dan juga proposal yang dikirimkan

oleh masyarakat ke kantor pusat PT. Jasa Marga.


36

3.5.3. Studi Kepustakaan

Dalam memperoleh data-data, dikumpulkan dari beberapa sumber dengan

memanfaatkan buku-buku ilmu komunikasi serta literature lainnya yang berkaitan

dengan penelitian ini. Penelitian kepustakaan dimaksudkan untuk mendapatkan data

sekunder.

Adapun literatur yang penulis gunakan untuk mengumpulkan data yang terkait

dengan penelitian yang penulis lakukan yaitu buku-buku yang berhubungan dengan

Ilmu Komunikasi, Hubungan Mastarakat, dan Metode Penelitian khususnya Metode

Penelitian Kualitatif.

3.6. Teknik Pengolahan Data

Proses-proses analisis penelitian kualitatif tersebut dapat dijelaskan ke dalam

tiga langkah berikut:

3.6.1. Transkrip Hasil Wawancara Mendalam

Dalam penelitian ini, dilakukan wawancara mendalam sebagai salah satu teknik

dalam mengumpulkan data. Setelah wawancara selesai dilakukan, maka langkah

selanjutnya adalah hasil wawancara itu akan dibah menjadi bahasa tulis yang kemudian

akan digunakan sebagai bahan analisis data.


37

3.6.2. Reduksi data (data reduction)

Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian pada

penyederhanaan, abstraksi, dan transformasi data kasar yang diperoleh di

lapangan studi.

Data yang diperoleh di lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu perlu

dicatat secara cermat dan tepat. Semakin lama peneliti berada di lapangan,

maka jumlah data akan semakin banyak, kompleks dan rumit. Untuk itu perlu

segera dillakukan analisis data melalui reduksi data. Mereduksi data berarti

merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang

penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi

akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah penulis untuk

melakukan pengumpulan data.

3.6.3. Penyajian Data (data display)

Setelah mereduksi data, maka langkah yang selanjutnya adalah

menyajikan data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data dilakukan dalam

bentuk uraian singkat bagan, hubungan antar kategori, flowchart, dan

sejenisnya.

Penyajian data merupakan deskripsi kumpulan informasi tersusun yang

memungkinkan untuk melakukan penarikan kesimpulan dan pengambilan


38

tindakan. Penyajian data kualitatif yang lazim digunakan adalah dalam

bentuk teks naratif.

3.6.4. Interpretasi Data

Tahap ini menerangkan setelah peneliti menyelesaikan analisis datanya dengan

cermat. Kemudian langkah selanjutnya peneliti menginterpretasikan hasil analisis

akhirnya peneliti menarik suatu kesimpulan yang berisikan intisari dari seluruh

rangkaian kegiatan penelitian dan membuat rekomendasinya. Menginterpretasikan

hasil analisis perlu diperhatikan hal-hal antara lain:

1. interpretasi tidak melenceng dari hasil analisis

2. interpretasi harus masih dalam batas kerangka penelitian

3. secara etis peneliti rela mengemukakan kesulitan dan hambatan-hambatan

sewaktu dalam penelitian.

3.6.5. Penarikan Simpulan dan Verifikasi

Dari permulaan pengumpulan data, periset kualitatif mencari makna dari

setiap gejala yang diperolehnya di lapangan, mencatat keteraturan atau pola

penjelasan dan konfigurasi yang mungkin ada, alur kausalitas, dan proposisi.

Periset yang kompeten akan menangani kesimpulan-kesimpulan itu secara

longgar, tetap terbuka dan skeptic, tetapi kesimpulantelah disediakan. Selama

penelitian masih berlangsung, setiap kesimpulan yang ditetapkan akan terus-

menerus diverifikasi hingga benar-benar diperoleh konklusi yang valid dan

kokoh.
39

3. 7. Teknik Analisis Data

Dalam melakukan penelitian ini, penulis melakukan pengecekan dari berbagai

sumber. Sumber-sumber yang penulis gunakan dalam melakukan penelitian ini adalah

dengan cara menggali informasi dari pihak internal PT. Jasa Marga, khususnya divisi

humas. Cara yang penulis gunakan adalah dengan melakukan wawancara dengan

pihak divisi Humas PT. Jasa Marga.

Namun, tidak hanya dengan melakukan wawancara saja, penulis juga menggali

informasi melalui dokumen-dokumen pihak PT. Jasa Marga. Tepatnya melalui proposal

yang dikirimkan oleh masyarakat baik yang dikirimkan langsung ke kantor PT. Jasa

Marga maupun yang dikirimkan melalui E-mail PT. Jasa Marga. Karena semua data

mengenai opini publik yang berisi saran untuk mengatasi kemacetan di jalan tol

dikirimkan ke E-mail maupun kantor PT. Jasa Marga. Maka dari itu, teknik analisis yang

data yang sesuai untuk penulis gunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi.

Menurut William Wiersma (Sugiyono;2005;125) triangulasi dalam pengujian

kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan

berbagai cara dan berbagai waktu.

Menurut Denzin (Moleong,2000;178) triangulasi dibedakan menjadi empat

macam teknik pemeriksaan yang menggunakan penggunaan sumber, metode,

penyidik, dan teori.


40

Triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat

kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda

dalam metode kualitatif. Hal itu dapat dicapai dengan jalan:

1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara

2. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang

dikatakannya secara pribadi

3. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian

dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu

4. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat

dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang yang berpendidikan menengah

atau tinggi, orang berada, orang pemerintahan

5. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan

Pada triangulasi dengan metode, menurut Patton (1987:331), terdapat dua

strategi, yaitu:

1. Pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa teknik

pengumpulan data

2. Pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang

sama

Teknik triangulasi jenis yang ketiga adalah dengan jalan memanfaatkan peneliti

atau pengamat lainnya untuk keperluan pengecekan kembali derajat kepercayaan data.

Pemanfaatan pengamat lainnya membantu mengurangi kemencengan dalam

pengumpulan data. Pada dasarnya penggunaan suatu tim penelitian dapat


41

direalisasikan dilihat dari segi teknik ini. Cara lain ialah dengan membandingkan hasil

pekerjaan seorang analisis dengan analisis yang lainnya.

Triangulasi dengan teori, menurut Lincoln dan Guba (1981:307), berdasarkan

anggapan bahwa fakta tertentu tidak dapat diperiksa derajat kepercayaannya dengan

satu atau lebih teori. Di pihak lain, Patton (1987:327) berpendapat lain, yaitu bahwa hal

itu dapat dilaksanakan dan hal itu dinamakaanyapenjelasan banding.

Dalam hal ini, jika analisis telah menguraikan pola, hubungan, dan menyertakan

penjelasan yang muncul dari analisis, maka penting sekali untuk mencari tema atau

penjelasan pembanding atau penyaring. Hal itu dapat dilakukan secara induktif atau

secara logika. Secara induktif dilakukan dengan menyertakan usaha pencarian cara

lainnya untuk mengorganisasikan data yang barangkali mengarahkan pada upaya

penemuan penelitian yang lainnya. Secara logika dilakukan dengan jalan memikirkan

kemungkinan logis yang lainnya dan kemudian melihat apakah kemungkinan-

kemungkinan itu dapat ditunjang oleh data. Jika peneliti membandingkan hipotesis yang

pembanding dengan penjelasan pembanding, bukan berarti ia menguji atau ia

meniadakan alternatif itu. Justru peneliti mencari data yang menunjang alternatif

penjelasan itu. Jika peneliti gagal menemukan bukti yang yang cukup kuat terhadap

penjelasan alternatif dan justru membantu peneliti dalam menjelaskan derajat

kepercayaan atau hipotesis asli, hal ini merupakan penjelasan utama peneliti.

Melaporkan hasil penelitian disertai penjelasan sebagaimana yang dikemukakan tadi

jelas akan meningkatkan derajat kepercayaan data yang diperoleh.


42

BAB IV

Hasil Penelitian dan Pembahasan

4.1. Deskripsi Objek dan Subjek Penelitian

4.1.1 Profil PT. Jasa Marga

PT. Jasa Marga didirikan tahun 1978 ketika jalan bebas hambatan pertama yang

menghubungkan Jakarta dan Bogor selesai di bangun. Dengan pertimbangan agar

biaya pengoprasian dan pemeliharaan ruas jalan tersebut dapat dilakukan dengan

mandiri tanpa membebani anggaran pemerintah, Menteri Pekerjaan Umum ketika itu Ir.

Sutami mengusulkan pendirian sebuah persero untuk mengelola jalan tersebut.

Terbitlah Peraturan Pemerintah No. 4 Tahun 1978 tentang Penyertaan Modal Negara

Republik Indonesia untuk pendirian persero.

PT Jasa Marga (Persero) dibentuk pada tanggal 1 Maret 1978 dengan tujuan

menyelenggarakan jalan tol di Indonesia. Pada tanggal 9 Maret 1978, Presiden

Soeharto meresmikan jalan tol tersebut sebagai jalan tol pertama di Indonesia yang di

beri nama Jagorawi dengan karyawan 200 orang.

Sejak saat itu, Jasa Marga bersama pemerintah terus membangun jalan-jalan tol

baru di Jabodetabek, bandung, Cirebon, Semarang, Surabaya, dan Medan. Sampai

akhir tahun 80-an , Jasa Marga adalah satu-satunya penyelenggara jalan tol di
43

Indonesia, hingga kemudian pemerintah mengundang pula investor swasta yang

berfungsi sebagai regulator menjadi investor jalan tol dari pemerintah. Jasa Marga siap

bersaing dengan investor jalan tol swasta dalam membangun, mengoperasikan, dan

memelihara jalan tol.

Sejak saat ini jasa marga telah berkembang pesat mengoperasikan 491.62 km

jalan tol dengan karyawan 5,705 orang. Pada tahun 2003, Jasa Marga bekerja sama

dengan investor dari Malaysia, melalui Net One Solution Ltd. Telah memberikan jasa

manajemen pengoperasian Jembatan Tol Jamuna di Bangladesh selama lima tahun.

Jasa Marga merupakan perusahaan perintis penyelenggaraan jalan tol di

Indonesia, yang didirikan pada tanggal 01 Maret 1978. Sebagai jalan tol pertama di

Indonesia yang dioperasikan oleh Jasa Marga, Jalan tol Jagorawi (Jakarta-Bogor-Ciawi)

merupakan tonggak sejarah bagi perkembangan industri jalan tol di Tanah Air. Berbekal

pengalaman selama lebih dari tiga dasawarsa, Perseroan membuktikan kepiawaiannya

dengan tetap menjadi pemimpin pasar di industri jalan tol di Tanah Air. Hingga saat ini

Perseroan telah mengoperasikan 531 km jalan tol atau 72 % dari total panjang jalan tol

di Indonesia.

Perseroan berhasil memenangkan 3 (tiga) konsesi baru yaitu Bogor Ring Road,

Semarang-Solo, dan Gempol-Pasuruan pada tahun 2004 serta 2 (dua) ruas JORR 2

yaitu Cengkareng-Kunciran dan Kunciran-Serpong pada tahun 2007. Tiga ruas tol baru

lainnya yaitu Surabaya-Mojokerto, JORR W2, serta Gempol-Pasuruan juga menambah

jumlah ruas tol yang saat ini dimiliki Perseroan. Sebanyak 8 (delapan) ruas tol baru
44

dengan panjang sekitar 200 km yang saat ini sedang dipersiapkan Perseroan tersebut

diharapkan dapat beroperasi secara bertahap antara 2011-2013.

Perseroan telah melalui berbagai peristiwa penting dan perubahan dalam

perjalanannya. Pada awal berdirinya, Perseroan berperan tidak hanya sebagai

operator, tetapi juga memikul tanggung jawab sebagai otoritas jalan tol di Indonesia.

Tahun 2004, peran otorisator dikembalikan kepada Pemerintah dengan dikeluarkannya

Undang Undang No. 38 tahun 2004 tentang Jalan. Peran otorisator dilaksanakan oleh

Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT). Sebagai konsekuensinya, Jasa Marga menjalankan

fungsi sepenuhnya sebagai sebuah perusahaan pengembang dan operator jalan tol

dengan berorientasi pada kaidah-kaidah korporasi.

4.2. Visi dan Misi PT. Jasa Marga

4.2.1. Visi PT Jasa Marga

Visi Menjadi Perusahaan modern dalam bidang pengembangan dan

pengoperasian jalan tol, menjadi pemimpin (leader) dalam industri jalan tol dengan

mengoperasikan mayoritas jalan tol di Indonesia, serta memiliki daya saing yang tinggi

di tingkat Nasional dan Regional.

4.2.2. Misi PT Jasa Marga

Menambah panjang jalan tol secara berkelanjutan, sehingga Perusahaan

menguasai paling sedikit 50% panjang jalan tol di Indonesia dan usaha terkait lainnya,

dengan memaksimalkan pemanfaatan potensi keuangan Perusahaan serta

meningkatkan mutu dan efisiensi jasa pelayanan jalan tol melalui penggunaan teknologi
45

yang optimal dan penerapan kaidah-kaidah manajemen Perusahaan modern dengan

tata kelola yang baik.

4.3. KONSEP & WARNA JASA MARGA

4.3.1. Konsep logo Jasa Marga

Bentuk dasar logo baru jasa marga di ambil dari icon logo lama jasa marga yang

sudah sangat di kenal, diolah dan ditampilkan menjadi lebih modern, simple, dan dapat

dikenali secara cepat. Logo ditampilkan dalam bentuk rounded / bola dengan efek 3d

dan image yang ingin di capai lebihj modern, simple, efisien, dan efektif-berorientasi

pada teknologi baru dan menjawab tantangan persaingan industi global. Logo

merupakan branddari jasa yang di hasilkan jasa Marga.

4.3.2. Warna logo Jasa Marga

Warna-warna mengacu warna dasar logo lama Jasa Marga karena masih

relevan dengan dunia modern. Warna-warna tersebut diaplikasikan ke logo baru

sehingga membuat logo tersebut punya makna baru yaitu sesuatu yang futuristik,

elegan, dan modern


46

4.4. Struktur Organisasi PT. Jasa Marga

Sumber : www.jasamarga.com
47

Berdasarkan Lampiran II.B. Surat keputusan Direksi Jasa Marga (Persero) No.

156/KPTS/2010 tanggal 22 September 2010 Fungsi Pokok Unit Kerja pada Struktur

Organisasi Sekretaris Perusahaan.

4.4.1. Sekretaris perusahaan

Fungsi Pokok :

Menyelenggarakan administrasi Perusahaan terkait proses dan keputusan

strategis oleh Pimpinan Perusahaan, membina hubungan baik dan komunikasi dengan

para investor, industri pasar modal dan Stake Holder Perusahaan baik internal maupun

eksternal Perusahaan termasuk mensosialisasikan kebijakan-kebijakan strategis tingkat

korporasi memastikan pemenuhan terhadap peraturan yang berlaku bagi perusahaan

dan Pimpinan Perusahaan, membangun dan meningkatkan citra perusahaan,

mengendalikan dan mengelola dokumen administrasi Perusahaan, mengelola kegiatan

Pimpinan Perusahaan termasuk protokoler Perusahaan dan melakukan asesmen dan

tindak lindung risiko terhadap seluruh kegiatan yang dilakukan Sekretaris Perusahaan,

monitoring penerapan Good Corporate Governance serta melakukan pengendalian

kinerja unti kerja, dengan memperhatikan ketentuan yang berlaku, agar citra

Perusahaan dapat berkembang dengan baik dan terciptanya arus informasi positif

kepada seluruh Stake Holder baik internal maupun eksternal Perusahaan


48

4.4.2. Kepala Bagian Hubungan Investor

Fungsi Pokok :

Melaksanakan kegiatan pembinaan hubungan baik dengan para investor,

industri pasar modal dan Stake holder Perusahaan baik internal maupun eksternal

Perusahaan, memberikan informasi kepada para investor dan industri pasar modal,

melaporkan perkembangan dan kinerja Perusahaan, serta aksi korporasi kepada pihak-

pihak yang berekepentingan dan memastikan pemenuhan terhadap peraturan yang

berlaku bagi Perusahan meliputi: Penyelenggaraan Rapat Umum Pemegang Saham

adminmistrasi daftar pemegang saham, pemberitahuan deviden, melakukan asesmen

dan tindak lindung risiko terhadap komunikasi perusahaan terhadap Stake Holder, serta

melakukan pengendalian kinerja unit kerja, dengan berdasarkan pada kepentingan

Perusahaan, agar citra Perusahaan dapat berkembang dengan baik dan terciptanya

arus informasi positif kepda seluruh Stake Holder baik internal maupun eksternal

perusahaan.

4.4.3. Kepala Sub Bagian Data dan Pelaporan

Fungsi Pokok :

Melakukan Kegiatan pengumpulan, pengelolaan, dan evaluasi data serta

penyusunan dan penyajian laporan perkembangan Perusahaan, serta setiap aksi

korporasi yang dilakukan Perusahaan, pengadmionistrasian daftar pemegang saham

dan melakukan pemberitahuan deviden, serta melakukan asesmen dan tidak lindung

risiko terhadap pengelolaan data dan informasi saham investor serta melakukan

pengendalian kinerja unit kerja dengan memperhatika ketentuan yang berlaku, agar
49

seluruh investor dan pihak-pihak yang berkepentingan memperoleh informasi yang

akurat tentang perkembangan kinerja dan saham Perusahaan.

4.4.4. Kepala Bagian Sekretariat Perusahaan

Fungsi Pokok :

Melaksanakan kegiatan administrasi Perusahaan dan kesektariatan Pimpinan

Perusahaan antara lain; pengelolaan administrasi Perusahaan, keprotokolan,

mengelola aktivitas rapat Direksi, rapat gabungan Direksi dan komisaris, serta Rapat

Umum Pemegang Saham; mengendalikan dan mengelola dokumen administrasi

Perusahaan, membangun budaya patuh terhadap peraturan yang berlaku bagi

Perusahaan, membangun dan meningkatkan citra Perusahaan, melakukan asesmen

dan tindak lindung risiko terhadap pengelolaan aktivitas Pimpinan Perusahaan,

monitoring penerapan Good Corporate Governance serta melakukan pengendalian

kinerja unit kerja, dengan memperhatikan kepentingan Perusahaan dan ketentuan yang

berlaku, agar pengendalian administrasi Pimpina perusahaan dapat berjalan dengan

baik

4.4.5. Kepala Sub bagian Administrasi Perusahaan

Fungsi Pokok :

Melakukan kegiatan pengelolaan administrasi perusahaan, mengendalikan,

mengarsipkan dan mengamankan dokumen-dokumen administrasi Perushaan dan

membangun budaya patuh terhadap peraturan publik, dan membangun dan

meningkatkan citra Perusahaan, melakukan pengendalian kinerja unti kerja dengan


50

meperhatikan kepentingan Perusahaan dan ketentuan yang berlaku, agar pengendalian

administrasi kegiatan perusahaan dapat berjalan dengan baik sesuai dengan peraturan

perundangan yang berlaku.

4.4.6. Kepala Sub Bagian Protokol

Fungsi Pokok :

Melakukan kegiatan keprokoleran Pimpinan Perusahaan antara lain meliputi;

pengumpulan data dan informasi dalam rangka penyusunan kegiatan dan jadwal

Pimpinan Perusahaan, persiapan, pelaksanaan, dan pelaporan kegiatan acara

Pimpinan Perusahaan, monitoring dan evaluasi kegiatan Pimpinan Perusahaan baik

untuk acara internal maupun eksternal Perusahaan dan melakukan pengendalian

kinerja unit kerja dengan memperhatikan sistim dan prosedur yang berlaku agar,

kegiatan keprotokoleran Pimpinan Perusahaan dapat berjalan dengan lancar.

4.4.7. Kepala bagian komunikasi Perusahaan

Fungsi Pokok :

Melaksanakan kegiatan pengelolaan informasi perusahaan, membangun

komunikasi efektif dengan lingkungan internal maupun eksternal perusahaan,

sosialisasi, kebijakan perusahaan, melaukan Government Relation Officer dan

membangun citra Perusahaan, melakukan pembinaan terhadap penerbitan media

internal, melakukan asesmen dan tindak lindung risiko terhadap komunikasi

Perusahaan dengan para Stake Holder, dengan memperhatikan kepentingan

Perusahaan dan ketentuan yang berlaku serta melakukan pengendalian kinerja unit
51

kerja, agar citra Perusahaan dapat berkembang dengan baik serta tercipta arus

informasi positif kepada seluruh Stake Holder baik internal maupun eksternal

perusahaan. Bagian komunikasi perusahaan memiliki dua sub bagian, yaitu:

4.4.8. Kepala Sub Bagian Komunikasi Eksternal

Fungsi Pokok :

Melakukan kegiatan pengumpulan, pengelolaan dan penyampain informasi yang

berkaitan dengan citra Perusahaan, membangun komunikasi efektif dan sosialisasi

kebijakan perusahaan dengan lingkungan eksternal Perusahaan, melakukan

pengendalian kinerja unit kerjaserta usulan asesmen dan tindak lindung risiko terhadap

dampak komunikasi Perusahaan dengan para Stake Holder; dengan memperhatikan

ketentuan yang berlaku, agar seluruh kebijakan Pimpinan Perusahaan dapat

tersosialisasikan dengan baik kepada investor dan masyarakat.

4.4..9. Kepala Sub Bagian Komunikasi Internal

Fungsi Pokok :

Melakukan kegiatan pengumpulan, pengelolaan dan penyampaian informasi

yang berkaitan dengan citra perusahaan, membangun komunikasi efektif dan

sosialisasi kebijakan Perusahaan dengan lingkungan internal Perusahaan, serta usulan

asesmen risiko dan tindak lindung terhadap dampak komunikasi Perusahaan dengan

pihak internal Perusahaan, dengan meperhatikan ketentuan yang berlaku agar seluruh

kebijakan PimpinanPerusahaan dapat tersosialisasikan dengan baik di lingkungan

Perusahaan
52

4.5. WEWENANG PT JASA MARGA

4.5.1. Sekretaris perusahaan :

Wewenang :

1. Menetapkan sistim dan prosedur pengambilan keputusan oleh Pimpinan

Perusahaan, dalam rangka menunjang penentuan kebijakan Perusahaan.

2. Menetapkan sistim komunikasi dengan investor industry pasar modal dan stake

holder Perusahaan baik internal maupun eksternal Perusahaan, dalam rangka

memberikan pelayanan informasi menegani Perusahaan secara transparan.

3. Menetapkan metodologi dan sistim komunikasi efektif dengan lingkungan

eksternal dan internal Perusahaan, dalam rangka mensosialisasikan kebijakan

strategis tingkat korporasi serta membangun dan meningkatkan citra positif

Perusahaan di masyarakat.

4. Melaksanakan komunikasi strategis dengan stake holder eksternal atas nama

Direksi, dalam rangka sosialisasi kebijakan-kebijakan strategis Perusahaan.

5. Menetapkan metodologi dan sistim perencanaan, pengendalian, administrasi

Perusahaan serta kegiatan keprotokolan Pimpinan Perusahaan.

6. Menetapkan sistimm pengendalian dan pengelolaan dokumen administrasi

dalam rangka terjaminnya tertib administrasi dan keamanan dokumen

Perusahaan
53

7. Menetapkan usulan jadwal Direksi, rapat gabungan Komisaris dengan Direksi,

serta Rapat Umum Pemegang Saham (Tahunan dan Luar Biasa), dalam rangka

kelancaran aktivitas organ Perseroan.

8. Menetapkan tindak lindung risiko terhadap dampak dari kegiatan komunikasi

Perusahaan dengan para Stake Holder, dalam rangka memnimalisasi risiko

menurunnya citra Perusahaan akibat kesalahan arus informasi yang menyangkut

aktivitas Perusahaan

9. Menetapkan monitoring penerapan GCG dalam rangka penegakkan penerapan

GCG di perusahaan.

10. Menetapkan pola pengendalian kinerja unit kerja dalam rangka pencapaian

target unit kerja.

11. Menetapkan sanksi/hukuman disiplin terhadap bawahan yang melakukan

pelanggaran disiplin sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam rangka

penegakkan peraturan Perusahaan.

4.5.2. Kepala Bagian Hubungan Investor :

Wewenang :

1. Menetapkan citra positif Perusahaan dalam rangka meningkatkan nilai saham

Perusahaan.

2. Menetapkan pola pengendalian kinerja unit kerja, dalam rangka pencapaian

target unit kerja.


54

3. Melaksanakan komunikasi data dan informasi yang telah disetujui direksi dengan

pihak ekternal dalam rangka kelancaran penyebaran informasi perusahaan.

4. Menetapkan sanksi/hukuman disiplin terhadap bawahan yang melakukan

pelanggaran disiplin sesuai dengan ketentuan yang berlaku, dalam rangka

penegakkan peraturan Perusahaan.

5. Menetapkan kriteria informasi yang akan disajikan kepada investor, industry

pasar modal dan pihak-pihak yang berkepentingan lainnnya, dalam rangka

memberikan pelayanan maksimal kepada investor dan pihak yang

berkepentingan lainnya, serta upaya meningkatkan citra Perusahaan.

6. Menetapkan usulan jadwal Rapat Umum Pemegang Saham Perusahaan

(Tahunan dan luar Biasa), dalam rangka kelancaran penyebaran informasi

Perusahaan.

7. Menetapkan tindak lindung risiko terhadap dampak akibat komunikasi

Perusahaan dengan para Stake Holeder dalam rangka meminimalisasi risiko

kerugian Perusahaan

4.5.3. Kepala Sub Bagian Data dan Pelaporan

Wewenang :

1. Menetapkan pola pengendalian kinerja unit kerja, dalam rangka pencapaian

target unit kerja.

2. Menetapkan usulan kriteria informasi yang akan disajikan kepada investor,

industri pasar modal dan pihak-pihak yang berkepentingan lainnya dalam rangka
55

memberikan pelayanan maksimal kepada investor dan pihak yang

berkepentingan lainnya serta upaya meningkatkan citra perusahaan

3. Menetapkan pola pengendalian kinerja unit kerja dalam rangka pencapaian

target unit kerja

4. Menetapkan usulan alternative tindak lindung risiko terhadap dampak akibat

komunikasi Perusahaan dengan para Stake Holder dalam rangka

meminimalisasi risiko kerugian Perusahaan.

5. Menetapkan usulan sanksi/hukuman disiplin terhadap bawahan yang melakukan

pelanggaran disiplin sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam rangka

penegakkan peraturan Perusahaan.

4.5.4 Kepala Bagian Sekretariat Perusahaan

Wewenang :

1. Menetapkan usulan sistim pengelolaan admministrasi Perusahaan, serta

keprotokoleran Pimpinan Perusahaan, dalam rangka tertib administrasi dan

tersusunnya aktivitas Pimpinan Perusahaan

2. Menetapkan usulan jadwal Rapat Direksi rapat gabungan komisaris dengan

Direksi, serta Rapat Umum Pemegang Saham dalam rangka kelancaran aktivitas

organisasi perseroan.

3. Menetapkan usulan sistim pengendalian dan pengelolaan dokumen administrasi

Perusahaan, dalam rangka terjaminnya tertib administrasi dan kerahasiaan

dokumen Pimpinan Perusahaan.


56

4. Menetapkan usulan Good Corporate Governance dalam rangka menjamin

budaya patuh terhadap peraturan yang berlaku.

5. Menetapkan usulan budaya patuh terhadap peraturan yang berlaku bagi

perusahaan dakam rangka menjamin citra Perusahaan.

4.5.5. Kepala Sub bagian Administrasi Perusahaan

Wewenang :

1. Menetapkan pola pengelolaan administrasi Perusahaan dalam rangka

kelancaran administrasi aktivitas kegiatan Perusahaan.

2. Menetapkan pola pengendalian dan pengelolaan dokumen administrasi

Perusahaan dalam rangka kelancaran dan kerahassiaan administrasi

Perusahaan.

3. Menetapkan usulan alternatif penerapan budaya patuh terhadap peraturan yang

berlaku bagi Perusahaan dalam rangka penegakkan peraturan perundangan.

4. Menetapkan pola pengendalian kinerja unit kerja dalam rangka pencapaian

target unit kerja.

5. Menetapkan usulan sanksi/hukuman disiplin terhadap bawahan yang melakukan

pelanggaran disiplin sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam rangka

penegakkan peraturan Perusahaan.


57

4.5.6. Kepala Sub Bagian Protokol

Wewenang :

1. Menetapkan usulan program dan jadwal kegiatan Pimpinan Perusahaan baik

untuk acara internal maupun eksternal Perusahaan dalam rangka kelancaran

aktivitas Pimpinan Perusahaan

2. Menetapkan usulan pola monitoring dan evaluasi jadwal Pimpinan Perusahaan

baik acara internal Perusahaan maupaun eksternal perusahaan dalam rangka

kelancaran aktivitas Pimpinan Perusahaan

3. Menetapkan usulan pola persiapan, pelaksanaan dan pelaporan acara Pimpinan

Perusahaan dalam rangka kelancaran kegiatan Pimpinan Perusahaan

4. Menetapkan pola koordinasi dengan unit kerja/instansi terkait dalam rangka

menunjang kegiatan Pimpinan Perusahaan

5. Menetapkan pola pengendalian kinerja unit kerja dalam rangka pencapaian

target unit kerja

6. Menetapkan usulan sanksi/hukuman disiplin terhadap bawahan yang melakukan

pelanggaran disiplin sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam rangka

penegakkan peraturan Perusahaan


58

4.5.7. Kepala Bagian Komunikasi Perusahaan

Wewenang :

1. Menetapkan usulan sistim pengelolaan informasi Perusahaan dalam rangka

penyampaian informasi yang efektif kepada investor dan masyarakat

2. Menetapkan usulan sistim komunikasi efektif dengan lingkungan internal dan

eksternal Perusahaan dalam rangka terjalinnya hubungan baik Perusahaan

dengan lingkungan internal dan eksternal

3. Melaksanakan komunikasi data dan informasi yang telah disetujui direksi dengan

pihak eksternal dan internal dlaam rangka kelancaran penyebaran informasi

perusaahaan

4. Menetapkan jadwal dan mekanisme sosialisasi kebijakan Perusahaan dalam

rangka mengembangkan keterbukaan dalam pengelolaan Perusahaan

4.5.8. Kepala Sub Bagian Komunikasi Eksternal

Wewenang :

1. Menetapkan usulan sistim pengelolaan informasi Perusahaan dalam rangka

penyampaian informasi yang efektif kepada investor.

2. Menetapkan usulan sistim komunikasi efektif dengan lingkungan internal dan

eksternal Perusahaan, dalam rangka terjalinnya hubungan baik Perusahaan

dengan lingkungan internal dan eksternal.


59

3. Melaksanakan komunikasi data dan informasi yang telah disetujui Direksi

dengan pihak eksternal dan internal dalam rangka kelancaran penyebaran

informasi Perusahaan.

4. Menetapkan usulan jadwal dan mekanisme sosialisasi kebijakan Perusahaan

dalam rangka mengembangkan keterbukaan dalam pengelolaan Perusahaan

5. Menetapkan alternatif tindak lindung risiko terhadap dampak komunikasi

Perusahaan dengan para Stake Holder dalam rangka meminimalisasi risiko

kerugian akibat kesalahan menyampaikan informasi terhadap para Stake Holder.

6. Menetapkan pola pengendalian kinerja unit kerja dalam rangka pencapaian

target unit kerja

7. Menetapkan sanksi/hukuman disiplin terhadap bawahan yang melakukan

pelanggaran disiplin sesuai dengan ketentuan yang berlaku, dalam rangka

penegakkan peraturan Perusahaan.

4.5.9. Kepala Sub Bagian Komunikasi Internal

Wewenang :

1. Menetapkan pola pengelolaan informasi perusahaan dalam rangka efektivitas

penyampain informasi kepada lingkungan internal Perusahaan.

2. Menetapkan pola komunikasi dengan lingkungan internal Perushaan baik di

lingkungan kator Pusat, Proyek, Cabang maupun Anak Perusahaan dalam

rangka efektivitas komunikasi Perusahaan dengan lingkungan internal.


60

3. Menetapkan bentuk penyimpanan data dan dokumen, dalam rangka efektivitas

dokumentasi kegiatan Perusahaan.

4. Menetapkan usulan tindak lindung risiko terhadap dampak komunikasi

Perusahaan dengan para Stake Holder di lungkunga internal Perusahaan dalam

rangka meminimalisasi risiko kerugian akibat kesalahan menyampaikan

informasi terhadap para Stake Holder di lingkungan internal Perusahaan.

5. Menetapkan pola pengendalian kinerja unit kerja dalam rangka pencapaian

target unit kerja.

6. Menetapkan usulan sanksi/hukuman disiplin terhdap bawahan yang melakukan

pelanggaran disiplin terhadap bawahan yang melakukan pelanggaran disiplin

sesuai dengan ketentuan yang berlaku, dalam rangka penegakkan peraturan

Perusahaan.

4.6. Kedudukan Humas PT Jasa Marga

Di dalam suatu organisasi kedudukan Humas sangatlah penting. Karena Humas

sebagai wadah yang menjembatani antara internal perusahaan dan eksternal

perusahaan. Public relation dalam sebuah perusahaan mendukung kegiatan dan

kebijakan yang dikeluarkan oleh pimpinan sehingga dapat memperoleh keuntungan

financial bagi perusahaan.

Menurut Bertram R. Canfield (Morissan:2006:7) fungsi Public Relation adalah :

1. Mengabdi kepada Kepentingan Publik

2. Memelihara komunikasi yang baik


61

3. Kepentingan Public Relation itu ketika menjalankan fungsinya harus menitik beratkan

kepada moral dan tingkah laku yang baik.

Fungsi Humas yaitu sebagai fungsi manajemen, menurut Baskin dan Aronoff

praktisi PR dalam konteks PR sebagai fungsi manajemen adalah :

1. membantu organisasi dalam membangun filosofi-filosofinya.

2. Mencapai tujuan yang di tetapkan perusahaan.

3. Beradaptassi dengan lingkungannya.

4. Dapat berkompetisi merebut sumber-sumber bagi kelangsungan hidup organisasi.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa Public Relation memiliki peranan yang

berkaitan dengan tujuan utama dan fungsi manajemen perusahaan.

4.7. Strategi dan kebijakan Humas

Strategi dan kebijakan humas Jasa Marga, antara lain :

1. Menyusun strategi dan program kehumasan Jasa Marga yang berperan penting

terkait peningkatan citra bangsa

2. Menekankan sisi positif pemberitaan proses digitalisasi dan reformasi kultur

birokrasi Jasa Marga.

3. Melaksanakan prinsip antisipatif dan proaktif terkait isu-isu bernilai berita media.
62

Untuk memenuhi tuntutan masyarakat terhadap transparansi birokrasi serta

membangun opini public yang positif terhadap perusahaan, maka diperlukan revitalisasi

peran kehumasan.

Dalam menjalankan fungsi kehumasan perlu dikembangkan metode kerja yang

menggunakan prinsip-prinsip komunikasi modern yaitu informative, dialogis, dan akurat.

Sub bagian Humas melakukan langkah-langkah taksis sebagai berikut :

1. Pembentukan tim secara internal dengan lingkup kerjanya mencakup tugas dan

tanggung jawab yang diemban.

2. Pembentukan Standard Operational Procedure sebagai bagian dari tahta

laksana tugas pokok dan fungsi pada sub bagian Humas Jasa Marga.

4.8. Tujuan, Sasaran, Kegiatan dan program kerja Humas

Tujuan program kerja humas adalah untuk menciptakan mekanisme hubungan

yang bersifat informative, komunikasi secara internal dan eksternal berjalan lancar,

positif, harmonis dan efektif.

Sasaran program kerja humas Jasa Marga adalah terwujudnya fungsi pelayanan

masyarakat, penegakkan hukum, pengamanan Negara serta fasilitator pembangunan

ekonomi secara nyata maupun secara sistematik terwujud dalam pencapaian kegiatan

yang meliputi kemudahan jalan tol.


63

4.9. Penghargaan

2007

Tokoh Finansial Terbaik 2007 untuk Kategori Bidang Non Keuangan Sektor Infrastuktur

dan Konstruksi

Investor Award (Majalah Investor)

2008

Indonesia Financial Reporting Award (IFRA)

| BAPEPAM-LK

2009

Perusahaan Terpercaya berdasarkan Penilaian Corporate Governance Perception

Index (CGPI) dan assessment yang dilakukan oleh Investor dan analis

Majalah SWA

2010

Call Center Award 2010, Good Service Performance urutan kedua untuk kategori Public

Service

Carre dan Majalah Marketing


64

Service Quality Award 2010 Untuk Kategori Toll Road Provider

CCSL (Center Customer for Satisfaction and Loyalty) dan Majalah Marketing

Emiten Terbaik Sektor Infrastruktur, dalam Best Listed Companies Award 2010

Majalah Investor

InfoBank BUMN Award 2010. Untuk kategori BUMN Industri Non Keuangan, dengan

predikat "sangat bagus" berdasarkan kinerja keuangan 2009.

Majalah Infobank

GCG Award kategori Perusahaan Terpercaya (Most Trusted Company) berdasarkan

Penilaian Corporate Governance Perception Index (CGPI)

Majalah SWA

2011

Peringkat Obligasi tetap id AA Pefindo

Callcenter Award Tm 2011 for service excellence is given to Category : Public Service

for Achieving “GOOD” Service Performance Majalah Marketing &Carre (The Customer

Company)

Service Quality Award 2011 This Prestigious SQ Award is given to : JasaMarga

Category: Toll Road Provider For AchivingExellence Total Service Quality Satisfaction

Based on Costomer Perception Survey ISSI 2011(SQ Golden Award 2011) Majalah
65

Marketing,Service Excellence (Banking-financing-Telco-Automotive & Service

Industries), Carre (The Customer Company)

Corporate Image Award 2011 Indonesia’s Most Admired Companies Category: Toll

Road Infrastructure The Best In Building and Managing Corporate Image. Bloomberg

Bussinessweek& Frontier Consulting Group

Penghargaan BUMN KategoriIndustri Non-Keuangan yang berpredikat SANGAT

BAGUS atas Kinerja Keuangan 2010

MajalahInfobank

Penghargaan Indonesia Green Awards 2011 Visi Biru Aksi Hijau Penghargaan

Penginspirasi Bumi KementerianKehutanan, Majalah Bisnis & CSR dan La TOFI School

The Best CORPORATION for LEARNING ORGANIZATION of The Year 2011, 3rd

Position Business Review

The Best GCG of The Year 2011, 3rd Position Business Review

The Best 5 on The Best CEO of The Year 2011-Frans S. Sunito Business Review

The Best Overall Inner Power CEO – Frans S. Sunito Business Review

Malcolm Balridge’s “Good Performance” Category on Indonesian Quality Award 2011

IQA Foundation

Anugerah BUMN 2011 Juara II Inovasi GCG BUMN Terbaik, untuk Kinerja Unggul

Majalah BUMN Track


66

Corporate Governance Award 2011, The Best Most Improve” on IICD CG Conference

and Award 2011 Indonesian Institute For Corporate Directorship& Business Review

Best of The Best Awards 2011, The A list The Top 40 Top Performing Small & Midsized

Companies Majalah Forbes

Corporate Governance Perception Index (CGPI) 2010 “The Most Trusted Company

Award 2011, Based on Corporate Governance Perception Index 2010” and “Trusted

Company Based on Investors and Analysts’s Assessment Survey” Majalah SWA & IICG

Indonesia Future Business Leader Award 2011, Based on Business Strategic

Competition-Reynaldi Hermansjah, CFO PT Jasa Marga (Persero) Tbk Majalah SWA,

PT Synovate Indonesia dan Dunamis Intermaster

2012

Penghargaan dari Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia (KEHATI) – Indonesian

Biodiversity Foundation, pada 26 Juni 2012 di Bali Room, Hotel ShangriLa Jakarta.

Piagam Penghargaan Museum Rekor – Dunia Indonesia Atas Rekor Pemasangan

Lampu Solar Cell terbanyak, tanggal 04 Juni 2012.

Penghargaan Brand Championship-National Customer Service (CS) Championship

2012 pada tanggal 27 September 2012, yang diselenggarakan di Balai Sarbini, Jakarta.
67

KSN Awards 2012 kategori Korporasi Peduli Lingkungan 04 Oktober di Cendrawasih

Hall, Jakarta Convention Center (JCC).

Infobank BUMN Awards 2012 Kategori BUMN Kategori Non Keuangan yang

Berpredikat Sangat Bagus atas Kinerja Keuangan 2011, 19 Oktober 2012, Candi

Prambanan Jogjakarta

Anugerah Peduli Pendidikan Kategori Perusahaan/BUMN, Jakarta 22 November 2012,

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.

The 4th IICD Best Corporate Governance Equitable Treatment for Shareholders, 22

November 2012, Hotel Kempinski.

Anugerah BUMN Juara III untuk GCG BUMN Terbaik, Hotel Four Season, 6 Desember

2012.

Trusted Company berdasarkan Survey Penilaian Investor dan Analis dan Corporate

Governance Perception Index (CGPI) Tahun Penilaian 2011 yang diselenggarakan oleh

IICG Bekerjasama dengan Majalah SWA, 19 Desember 2012, Hotel Shangri-La

Jakarta.

Persatuan Insinyur Indonesia (PII) 6 Juni 2012 memberikan penghargaan kepada PT

Jasa Marga (Persero) Tbk sebagai perusahaan mitra yang turut mendukung organisasi

keprofesian ini. Penghargaan diberikan dalam rangka HUT PII ke-60 di Auditorium
68

Binakarna, Hotel Bidakara, Jakarta.

Penghargaan Badan SAR Nasional kepada Tim Rescue Jasa Marga atas partisipasinya

dalam penanganan korban kecelakaan pesawat sukhoi SJ 100 di kawasan Gunung

Salak Bogor, 9-18 Mei 2012.

Penghargaan Service Quality Award 2012 dengan predikat operator jalan tol terbaik,

diselenggarakan di Hotel Mulia Jakarta, 10 Mei 2012 oleh Centre Customer

Satisfaction and Loyalty (Carre-CCSL) dan Majalah Service Excellence (Marketing

Group).

4.10. Tata Nilai

Tata Nilai merupakan nilai-nilai yang telah ada dalam setiap Insan Jasa Marga. Tata

nilai ini merupakan perwujudan dari sikap dan perilaku seluruh karyawan Jasa Marga

yang dilaksanakan untuk mendukung pencapaian tujuan perusahaan secara baik dan

benar. Tata Nilai tersebut adalah:

1. JUJUR

Jasa Marga dalam menjalankan kegiatan usahanya selalu JUJUR, adil,

transparan dan bebas dari benturan kepentingan


69

2. SIGAP

Jasa Marga SIGAP melayani pelanggan dan pemangku kepentingan lainnya

dengan bertindak peduli dan proaktif serta mengedepankan kehati-hatian

3. MUMPUNI

Jasa Marga MUMPUNI dalam bekerja atas dasara kompetensi, konsisten dan

inovatif.

4. RESPEK

Jasa Marga RESPEK terhadap pemangku kepentingan dalam bersinergi

mencapai prestasi
70

4.11. Struktur Organisasi Humas PT Jasa Marga

Kepala Bagian
Humas

Wasta Gunadi

Komunikasi Sub Komnikasi Sub Tata Usaha


Bagian Eksternal Bagian Internal
Dede Kusnadi
Lisye Oktaviana Iskandar

Staf Pratama 1 Juru Tata Usaha Juru Tata Usaha


Staf Pratama 1
Herarld Yudha W. Pinta Yulianti
Galingga Pramuka Anastasia
Irra Susiyanti RM Ubaidillah
Marlina Anang Prasetyaningsih
71

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian

Setelah penulis melakukan wawancara mendalam dengan pihak-pihak yang

relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis dan juga studi dokumen terkait

sayembara mengatasi kemacetan jalan tol yang diselenggarakan oleh pihak PT. Jasa

Marga, langkah selanjutnya yang dilakukan oleh penulis dalam penelitian ini adalah

analisis data.

Dalam analisis data ini, penulis menyusun berbagai data yang telah penulis

dapatkan melalui wawancara mendalam dengan berbagai pihak yang relevan dengan

sayembara mengatasi jalan tol ataupun dari beberapa data sekunder seputar PT. Jasa

Marga yang berkaitan dan mendukung penelitian ini.

Adapun beberapa poin awal yang didapat oleh penulis untuk analisis data dalam

penelitian adalah sebagai berikut:

1. PT. Jasa Marga mengadakan sayembara mengatasi kemacetan di jalan tol yang

berhadiah total 100 juta rupiah untuk pemenang. Dalam mensosialisasikan

sayembara ini, pihak PT. Jasa Marga menggunakan berbagai macam media

massa. Strategi ini bisa juga disebut dengan hubungan dengan media atau

biasa disebut dengan sebutan media relations. Sayembara ini dimulai pada

tanggal 12 Maret s.d. 12 April 2013.


72

2. Pelaksanaan sayembara ini bertujuan untuk mengurangi kemacetan di jalan tol

dengan menggunakan opini publik. Hadiah yang diberikan merupakan suatu

strategi pihak PT. Jasa Marga agar masyarakat terdorong untuk memberikan

opini mereka. Lebih jauh lagi, pihak PT. Jasa Marga juga ingin memberikan

suatu apresiasi dan juga suatu pembelajaran untuk masyarakat.

3. Pelaksanaan sayembara mengatasi kemacetan jalan tol ini juga merupakan

suatu kewajiban bagi PT. Jasa Marga untuk memperbaiki kualitas jalan tol yang

seharusnya menjadi jalan bebas hambatan, yang berarti juga harus bebas dari

kemacetan. Hal ini juga sesuai dengan misi dari PT. Jasa Marga itu sendiri yaitu

meningkatkan mutu dan efisiensi jasa pelayanan jalan tol melalui penggunaan

teknologi yang optimal dan penerapan kaidah-kaidah manajemen Perusahaan

modern dengan tata kelola yang baik.

4. Sayembara ini menghasilkan sepuluh orang pemenang, yang berarti masing-

masing pemenang mendapatkan hadiah uang sebesar 10 juta rupiah. Kesepuluh

pemenang tersebut muncul dari masyarakat umum, mulai dari kalangan

masyarakat umum, PNS, hingga dokter dan lintas usia, mulai dari umur kepala 2

hingga kepala 6.Berikut adalah daftar nama para pemenang sayembara

mengatasi kemacetan di jalan tol yang diselenggarakan oleh pihak PT. Jasa

Marga:

 dr. Mukhtar Yusuf, Sp.THT

 Heri Purwanto

 Andika Sunandar
73

 Ir. Ariffin Azizs, MT

 Agus Alamsyah Yahya

 Zulfika Satria Kusharsanto

 Lukman Talibo

 Handini Pradhitasari, ST

 Adi Prasetyo

 Prapanca Nugraha

5. Salah satu pemenang merupakan narasumber penulis dalam melakukan

penelitian ini, beliau adalah dr. Mukhtar Yusuf, Sp.THT. Beliau mengungkapkan

sebab dari kemacetan itu adalah:

 Benturan arus

 Penyempitan jalan

Solusi yang ditawarkan oleh beliau adalah dengan cara memindahkan posisi

masuk tol menjadi sebelum persimpangan, dan pintu keluar tol setelah

persimpangan.
74

4.3. Analisis Hasil Penelitian dan Pembahasan

4.3.1. Latar Belakang Sayembara atasi kemacetan di Jalan Tol

Kemacetan di Jalan Tol Dalam Kota Jakarta sudah hampir tiap hari dirasakan

oleh masyarakat Jakarta dan sekitarnya saat bepergian menuju Kantor, Sekolah

maupun ke tujuan lain. Keadaan ini terutama terjadi pada jam-jam sibuk atau pagi hari.

Kemacetan tersebut terjadi karena volume lalu lintas yang lewat sudah melampaui

kapasitas jalan yang ada, sementara jalan tol tak mungkin lagi dilebarkan karena tidak

tersedianya lahan.

Kepadatan kendaraan yang ideal dan masih enak dilintasi jika perbandingan

antara volume lalu lintas dan kapasitas jalan (V/C ratio) maksimum sebesar 0,8.

Misalnya jika kapasitas suatu jalan adalah 1.000 kend/jam dan dilintasi oleh 800

kend/jam, maka kecepatan masih bisa 60 km/jam, artinya masih cukup nyaman untuk

dilalui. Pada jam-jam sibuk V/C Ratio di Jalan Tol Dalam Kota Jakarta sudah di atas

1,4. Pada kondisi ini kemacetan tak dapat dihindari.

PT Jasa Marga (Persero) Tbk sebagai operator Jalan Tol Dalam Kota Jakarta,

khususnya ruas Cawang-Tomang-Cengkareng, terus berupaya mengurangi kemacetan

tersebut. Salah satu upaya yang telah dilakukan adalah memberlakukan Contra Flow

(kontra arus lalu lintas) mulai dari Cawang sampai dengan menjelang Semanggi pada

pagi hari pukul 06.00 s.d. 10.00 WIB dilaksanakan mulai tanggal 1 Mei 2012. Disamping

itu saat ini sedang dilakukan pelebaran jalan tol di sekitar Halim.

Tidak berhenti sampai di situ, Jasa Marga telah mengusulkan 7 (Tujuh) Solusi

untuk Mengurangi Simpul Kemacetan di Jalan Tol Dalam Kota Jakarta, yaitu :
75

1. Contra Flow dari Simpang Susun Cawang sampai dengan Rawamangun

2. Pemberlakuan Contra Flow lebih awal di Ruas Cawang sampai dengan

Semanggi

3. Penutupan Off Ramp Bukopin dan Tegal Parang pada jam tertentu

4. Contra Flow dari Grogol sampai dengan Slipi

5. Penambahan Lajur di Ruas Kapuk-Pluit dan Relokasi Gerbang Tol Pluit 1

6. Penambahan Lajur di Ruas Pluit-Kapuk

7. Larangan Truk melintas di Ruas Cikunir-Cawang setelah Ruas Jalan Tol

Cilincing- Tanjung Priok selesai.

Maksud dan tujuan dari Sayembara ini adalah :

 Memberikan kesempatan kepada Masyarakat untuk dapat menyumbangkan ide

dan gagasan dalam upaya mengurangi kemacetan di Tol Dalam Kota Jakarta.

 Mendorong keterlibatan masyarakat dalam menyelesaikan persoalan-persoalan

publik.

 Sarana untuk membudayakan sharing knowledge dimana setiap individu bebas

untuk berpikir dan menuangkan ide, gagasan dan pengalaman dalam bentuk

tulisan;
76

 Merupakan apresiasi dan penghargaan dari PT Jasa Marga (Persero) Tbk.

terhadap upaya masyarakat dalam memberikan kontribusi positif bagi

penanganan kemacetan di Jalan Tol Dalam Kota Jakarta.

Tema sayembara ini adalah “Solusi Mengatasi/Mengurangi Kemacetan di Jalan

Tol Dalam Kota Jakarta”, dengan harapan konsep, ide atau gagasan yang disampaikan

dalam bentuk tulisan tersebut dapat menjadi sumbangan pemikiran untuk membantu

mengurangi kemacetan yang terjadi di Jalan Tol Dalam Kota Jakarta dan tentunya akan

bermanfaat dalam meningkatkan kelancaran transportasi di Ibu Kota Jakarta.

Adapun kriteria, ide atau usulan solusi adalah sebagai berikut :

 Selain dari 7 (tujuh) usulan yang telah disampaikan PT Jasa Marga (Persero)

Tbk pada Konferensi Pers tanggal 11 Maret 2013 sebagaimana tersebut di atas;

 Dapat diimplementasikan dalam jangka pendek.

 Dapat dilaksanakan oleh PT Jasa Marga (Persero) Tbk.

Untuk pemenang Sayembara Solusi Kemacetan Tol Dalam Kota Jakarta, Panitia

menyediakan totalhadiah uang sebesar Rp 100.000.000,- (seratus juta rupiah) dengan

ketentuan apabila Pemenang lebih dari 1 (satu), hadiah akan dibagi sesuai jumlah

pemenang yang diumumkan dan dipotong pajak yang berlaku.


77

4.3.2. Strategi Humas dalam Melaksanakan Sayembara Atasi

Kemacetan di Jalan Tol

Sesuai dengan tujuan penelitian ini yaitu menganalisis strategi yang dilakukan

humas PT. Jasa Marga dalam menggunakan opini publik melalui sayembara mengatasi

kemacetan di jalan tol, peneliti akan menyajikan data yang telah peneliti dapatkan ke

dalam kategorisasi empat perencanann program kerja public relations.

1. Menentukan masalah (defining the problem)

Pada langkah yang pertama ini meliputi kegiatan untuk meneliti dan mengawasi

pengetahuan, pendapat, sikap, tingkah laku khalayak yaitu pihak-pihak yang

berkepentingan atau terpengaruh oleh tindakan atau kebijakan organisasi atau

perusahaan. Pada intinya, langkah pertama ini merupakan kegiatan intelejen untuk

mengumpulkan informasi atau data yang menjadi dasar berpijak praktisi humas guna

mengambil langkah selanjutnya. Dalam kegiatan penentuan masalah ini praktisi humas

harus menjawab pertanyaan ”apa yang terjadi saat ini?”

Jadi pada tahap ini pihak Jasa Marga sudah harus mengetahui apa masalah

yang sedang dihadapi oleh Jasa Marga. Dalam hal ini tentunya kemacetan yang terjadi

di jalan tol. Pihak Jasa Marga pun sudah mengetahui masalah tersebut dan membuat

simpul kemacetan di jalan tol. Dalam penelitian ini, peneliti mengambil sebuah data

internal dari Jasa Marga yang isinya adalah peta simpul kemacetan di jalan tol, berikut

ini adalah contoh dari peta simpul kemacetan tersebut:


78
79

Pada contoh gambar tersebut, dapat dilihat bahwa salah satu titik penyumbatan

(kemacetan) terjadi di tol Cawang dari arah Halim menuju Jatinegara. Kemudian pada

pukul 7 pagi sampai dengan 11 siang jumlah kendaraan mencapai 7590 kendaraan/jam

dengan kecepatan rata-rata hanya 0 – 10 km/jam.

Salah satu ahli transportasi yang merupakan narasumber pada penelitian ini,

yaitu bapak Darmaningtyas juga mengungkapkan bahwa seharusnya jalan tol itu tidak

mengalami kemacetan karena para pengguna jalan tol telah membayar untuk

menggunakan jalan tol tersebut.

“Seharusnya kemacetan di jalan tol itu tidak terjadi. Memang jalan tol itu bukan
otomatis jalan bebas hambatan, namun jalan tol itu merupakan jalan berbayar.
Jadi jika dilihat dari definisinya memang kemacetan di jalan tol tidak terkait
dengan definisinya. Tetapi secara psikologis orang masuk ke jalan tol untuk
menghindari kemacetan. Karena sudah membayar, maka asumsinya jalan itu
lancar. Sehingga jika terjadi kemcetan itu tidak logis dan itu juga pasti
menimbulkan kekecewaan bagi pengguna jalan tol tersebut” 1
Beliau juga mengungkapkan setidaknya ada tiga hal yang membuat kemacetan

dapat terjadi di jalan tol. Penyebabnya itu menurut beliau antara lain meliputi hal-hal

sebagai berikut ini:

1. Volume kendaraan yang terus bertambah sedangkan jalan tidak bertambah

luas/tetap

2. Perilaku pengguna jalan tol yang tidak tertib

3. Antrian di pintu masuk dan pintu keluar tol

1
Hasil wawancara dengan Bapak Darmaningtyas, tanggal 28 Juli 2013 di kediaman Bapak Darmaningtyas
80

Hal ini diungkapkan langsung oleh beliau seperti berikut:

“Penyebab kemacetan itu disebabkan oleh tiga hal, yaitu yang pertama adalah
volume kendaraan yang masuk lebih besar daripada kapasitas jalan, sehingga
tidak dapat menampung. Kemudian yang kedua adalah perilaku pengendara itu
sendiri yang tidak tertib. Contohnya lajur kanan itu untuk kecepatan
tinggi/mendahului tetapi sering kali pengendara di lajur kanan mengendarai
kendaraannya dengan kecepatan pelan. Akibatnya orang mengambil lajur kiri,
sementara di lajur kiri banyak truk atau kendaraan yang berjalan lambat,
sehingga berdampak kebelakang yang menimbulkan kemacetan. Lalu yang
terakhir terkait pintu masuk dan pintu keluar. Sering kali kemacetan disebabkan
oleh antrian kendaraan yang hendak masuk dan keluar dari jalan tol” 2

2. Perencanaan dan penyusunan program (planning and Programming)

Masalah yang telah ditentukan pada langkah pertama digunakan untuk

menyusun program, tujuan, tindakan dan strategi komunikasi. Langkah kedua

mencakup tindakan untuk memasukkan temuan yang diperoleh pada langkah pertama

kedalam kebijakan dan program organisasi. Langkah kedua ini merupakan proses

untuk menjawab pertanyaan: “Berdasarkan situasi yang telah kita pelajari maka apa

yang harus kita ubah, perbuat dan katakan?”

Dalam tahap ini Jasa Marga telah memiliki rencana untuk mengatasi kemacetan

dengan menggunakan sayembara mengatasi kemacetan di jalan tol.. pada sayembara

ini pemenang akan mendapatkan hadiah sebesar seratus juta rupiah. Dengan adanya

sayembara ini, nantinya Jasa Marga akan menggunaka opini publik untuk dijadikan

suatu kebijakan untuk mengatasi kemacetan di jalan tol tersebut.

Istilah opini publik (Ruslan;1997;41) berasal dari dua kata, yaitu public opinion (bahasa

Inggris), kemudian diterjemahkan menjadi istilah pendapat umum. Dalam aktivitas

humas yang menyangkut pendapat umum (opini publik) tersebut merupakan aspek

2
Hasil wawancara dengan Bapak Darmaningtyas, tanggal 28 Juli 2013 di kediaman Bapak Darmaningtyas
81

penting untuk keberhasilan menciptakan opini publik yang positif dan pada akhirnya

akan tercipta suatu citra yang baik bagi lembaga atau organisasi yang menjadi

tanggung jawabnya.

Dalam praktik kehumasan dalam menciptakan opini publik ada tiga cara, yakni

sebagai berikut:

1. Tekanan

2. Membeli

3. Bujukan

Yang paling tepat atau wajar dalam aktivitas peranan seorang staf Humas dalam

membentuk opini publik, yaiu dengan cara membujuk atau persuasi, antara lain sebagai

berikut:

1. Teknik persuasi untuk mengubah opini publik yang bermusuhan dengan cara

minimal adalah “menetralisasi”, bahkan bila perlu direkayasa menjadi opini publik

yang menguntungkan.

2. Membujuk untuk mengkristalisasi opini publik yang belum terbentuk atauatau

opini publik yang mempunyai potensi, tapi masih laten.

3. Membujuk agar opini publik yang sudah menguntungkan diupayakan tetap

berjalan.
82

Proses terjadinya opini publik, menurut Scott M. Cuttlip dan Allen Center

(Ruslan;1997;43), selalu mengikuti pola atau tahapan sebagai berikut:

1. Mengangkat ke permukaan suatu isu melalui agenda setting dengan bekerja

sama dengan pihak pers, dan humas bertindak sebagai power maker atau king

maker a publicity.

2. Melemparkan isu atau topik tersebut, kemudian diperdebatkan dan diupayakan

mencarikan jalan keluar atau pemecahannya.

3. Mengarahkan atau menggiring isu atau topik tersebut kearah pemecahan yang

dapat diterima oleh umum.

Semua itu bertujuan membentuk opini publik sesuai dengan keinginan pihak

komunikator. Kemudian opini tersebut terhadap isu yang diangkat ke permukaan akan

mempunyai akibat, yaitu bisa positif (diterima atau mendapat dukungan) atau

menghadapi opini negatif, artinya ditolak oleh masyarakat.

Bukan tanpa alasan Jasa Marga ingin menggunakan opini publik untuk membuat

suatu kebijakan. Tujuannya adalah Jasa Marga ingin memberikan apresiasi kepada

masyarakat yang selama ini telah memberikan opininya sebelum Jasa Marga

mengadakan sayembara ini. Hal ini diungkapkan oleh staf Humas pratama satu bagian

komunikasi eksternal Jasa Marga, ibu Marlina Ririn.

“Ini merupakan apresiasi dari kita, dari pihak Jasa Marga dan selain itu juga Jasa
Marga merupakan perusahaan Badan Umum Milik Negara (BUMN) memiliki
kedekatan dengan masyarakat yang memiliki kepentingan. Jadi selain kita
apresiasi, kita juga ingin memberikan edukasi juga kepada masyarakat bahwa
sebenarnya opini-opini mereka sudah ada di agenda Jasa Marga”3

3
Hasil wawancara dengan Ibu Marlina Ririn, tanggal 18 Juni 2013 di kantor pusat PT. Jasa Marga
83

Jasa Marga juga memberikan hadiah uang untuk para pemenang. Hadiah uang ini yang

kemudian diharapkan menjadi sebuah stimulus/dorongan untuk masyarakat agar

mereka menyumbangkan opini-opini mereka.

Ibu Marlina juga mengatakan bahwa memang hadiah uang menjadi salah satu

strategi Jasa Marga untuk dapat mendorong masyarakat untuk memberikan opini-

opinya kepada Jasa Marga. Hal ini diungkapkan oleh beliau:

“Faktor terbesar yang mendorong masyarakat untuk memberikan opininya


memang hadiah uang yang dijanjikan. Hadiah uang ini memang sengaja
diberikan kepada pemenang agar dapat memotivasi masyarakat agar mereka
terdorong untuk menyumbangkan opini mereka kepada Jasa Marga.”4

Sayembara mengatasi kemacetan di jalan tol ini memiliki dua tahapan penjurian,

yaitu tahap penjurian awal dan tahap penjurian akhir. Setelah melewati kedua tahap

tersebut, para peserta sayembara diminta mempresentasikan opini-opini mereka.

Proses penjurian dari tahap awal hingga ditemukan pemenang dijabarkan oleh staf

pratama satu bagian komunikasi eksternal Ibu Herarld Galingga seperti berikut:

“Dalam sayembara ini, dalam segi panitia terdapat dua bagian, yaitu penjurian
awal dan penjurian akhir. Saya kebetulan mendapat tugas pada penjurian awal
dan juga dibantu oleh tim dari sekretaris perusahaan, manajemen operasional
dan pemeliharaan. Tugasnya antara lain mengumpulkan nominasi kemudian
diberikan nomor urut, jumlah awal surat maupun email yang masuk berjumlah
1016. Kemudian kita seleksi menjadi sekitar 30 surat dan email. Dari situ
kemudian dipilih 10 opini yang Jasa Marga anggap dapat diterapkan. Kemudian
kesepuluh orang tersebut diminta untuk mempresentasikan opini mereka hingga
diputuskan kemuanya menjadi pemenang dan mendapatkan hadiah masing-
masing sepuluh juta rupiah” 5

4
Hasil wawancara dengan Ibu Marlina Ririn, tanggal 18 Juni 2013 di kantor pusat PT. Jasa Marga
5
Hasil wawancara dengan Ibu Marlina Ririn, tanggal 18 Juni 2013 di kantor pusat PT. Jasa Marga
84

3. Melakukan tindakan dan berkomunikasi (taking action and communicating)

Langkah ketiga mencakup kegiatan melaksanakan tindakan dan melakukan

komunikasi yang sejak awal dirancang untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

Pertanyaan yang harus diajukan pada tahap ini adalah: “siapa yang harus melakukan

dan mengatakannya, kapan, dimana dan bagaimana caranya?”

Dalam mensosialisasikan sayembara ini, pihak Jasa Marga melakukan

koordinasi dengan pihak media massa. Untuk menyampaikan pesannya ke masyarakat

(dalam hal ini publik) (Darmastuti;2012;3), seorang Humas membutuhkan media

massa. Hal ini disebabkan seorang Humas tidak mungkin dapat menjangkau khalayak

sasarannya yang tersebar dalam sebaran geografis yang luas, dengan menggunakan

kominikasi secara langsung. Oleh karena itu, seorang Humas memerlukan media

massa.

Peran media massa yang dapat menyampaikan pesan secara serempak kepada

masyarakat yang beraneka ragam dan terpisah jauh dari letak geografis yang tidak

mungkin dijangkau oleh pihak Jasa Marga secara langsung dianggap sangat penting

dan membantu Jasa Marga dalam mensosialisasikan sayembara mengatasi kemacetan

di jalan tol ini, pihak Jasa Marga pun menyadari pentingnya peran media massa

tersebut dan Jasa Marga juga menggunakan media massa untuk mensosialisasikan

sayembara mengatasi kemacetan jalan tol ini. Hal ini juga diungkapkan kembali oleh ibu

Marlina Ririn.

“Kami menyadari jika peran media massa itu sangat besar untuk dapat
mempublikasikan sayembara mengatasi kemacetan jalan tol ini kepada
masyarakat. Jadi kami melakukan koordinasi dengan berbagai bentuk dari media
massa itu sendiri. Diantaranya kami memasang spanduk di jalan-jalan,
85

pernyatakan dari direksi-direksi yang dilontarkan ke publik, mengadakan press


conference, melalui televisi, dan juga melalui website resmi kami di
www.jasamarga.com.”6

dr. Mukhtar Yusuf pun mengakui bahwa beliau juga mengetahui sayembara

mengatasi kemacetan di jalan tol itu melalui media massa.

“Awalnya saya mengetahui sayembara mengatasi kemacetan di jalan tol ini dari
Koran elektronik yaitu dari detik.com dan juga saya mengetahui sayembara ini
dari televisi. Disana juga ada format yang diedarkan oleh pihak Jasa Marga itu
sendiri dan kemudian saya pun memutuskan untuk maju dan mengikuti
sayembara ini.7

Jadi dapat dikatakan bahwa strategi yang digunakan oleh pihak Jasa Marga

dalam mengatasi kemacetan di jalan tol dengan menggunakan opini publik yang

dikemas dalam bentuk sayembara ini diawali dari koordinasi dari pihak pers, yaitu

menyebarkan informasi sayembara mengatasi kemacetan di jalan tol ini melalui

koordinasi dengan media massa atau strategi ini dapat dikatakan sebagai media

relations.

Sebelum bernama media relations, dikenal istilah press relations

(Darmastui;2012;39). Istilah press relations muncul karena setiap kali menyebut

‘hubungan dengan media’, yang terpikirkan adalah hubungan dengan pers. Pada

tataran ini, yang dimaksud dengan pers dalam pandangan masyarakat adalah media

cetak.padahal, jika diamati dalam perkembangan teknologi komunikasi yang ada dan

hadir di masyarakat saat ini sangat beragam, tidak sebatas media cetak saja. Misalnya

ada televisi, radio, internet dan media cetak itu sendiri. Media cetak berkembang

6
Hasil wawancara dengan Ibu Marlina Ririn, tanggal 18 Juni 2013 di kantor pusat PT. Jasa Marga
7
Hasil wawancara dengan dr.Mukhtar Yusuf, tanggal 20 Juli 2013 di Rumah Sakit Harapan Bunda
86

seiring dengan penemuan mesin cetak pada abad ke-16, sedangkan media siar baru

berkembang pada abad ke-20. Oleh sebab itu, dapat dimaklumi jika media cetak

begitu mengakar di benak masyarakat.

Namun lama kelamaan, kehadiran media massa baru seperti televisi, radio, dan

internet merubah cara pandang masyarakat mengenai istilah pers. Masyarakat tidak

lagi mengangggap bahwa pers hanya untuk media cetak saja, namun juga untuk

media massa lainnya. Oleh karena itulah istilah press relations pun berubah menjadi

media relations.

Pengertian dari media massa itu sendiri adalah media yang digunakan untuk

menyampaikan pesan kepada khalayak dalam jumlah yang besar atau sering disebut

sebagai sebutan massa. Secara etimologis, kata media berasal dari bahasa latin, yaitu

medium yang secara harfiah berarti tengah., perantara, atau pengantar. Atau dengan

kata lain media adalah perantara atau pengantar dari komunikator (pengirim pesan)

kepada komunikan (penerima pesan). Sedangkan massa merupakan kata serapan

yang berasal dari bahasa inggris mass yang artinya massa atau jumlah besar dan

sering diartikan dengan massa, rakyat, atau masyarakat. Dengan kata lain, dapat

dikatakan bahwa massa merupakan masyarakat atau publik, dalam hal ini penerima

pesan media.

Jadi dapat dikatakan media massa adalah media komunikasi dan informasi yang

melakukan penyebaran informasi secara massal dan dapat diakses oleh masyarakat

secara massal pula.


87

Jadi jika digambarkan arus komunikasi dalam praktik media relations itu akan

muncul seperti berikut ini:

Media Massa

Organisasi Publik

Bagan 2. Arus Komunikasi dalam Media Relations

4. Evaluasi program (Evaluating program)

Langkah terakhir ini mencakup penilaian atau evaluasi atas persiapan,

pelaksanaan dan hasil-hasil program. Program dapat dilanjutkan atau dihentikan

setelah menjawab pertanyaan: “Bagaimana kita telah melakukannya?”penyesuaian dan

perbaikan terhadap tindakan atau komunikasi yang telah dilaksanakan dapat dilakukan

berdasarkan umpan balik yang diterima.”

Sayembara ini pun ditanggapi positif oleh masyarakat, terbukti dari masuknya

1016 email dan proposal yang masuk ke kantor Jasa Marga. Hal ini juga dianggap

sebagai suatu hal yang baik oleh salah satu pemenang sayembara ini yang sekaligus
88

menjadi salah satu narasumber penulis dalam melakukan penelitian ini yaitu dr.

Mukhtar Yusuf. Beliau berpendapat bahwa:

“Menurut saya sayembara mengatasi kemacetan di jalan tol ini sangat bagus.
Namun saya merasa Jasa Marga tidak serius dalam sayembara ini dan terkesan
tiba-tiba. Seharusnya ide dari saya ini bisa diterapkan dalam waktu yang tidak
lama, mungkin bisa kurang dari satu bulan, karena opini saya ini tidak
memerlukan perombakan jalan, yang memerlukan waktu yang lama, hanya
memindahkan pintu tol saja. Tetapi nyatanya sampai saat ini pihak Jasa Marga
belum membuat kebijakan baru terkait opini yang telah saya berikan” 8

Bapak Darmaningtyas juga mengungkapkan dukungannya terhadap sayembara

ini.

“Saya pikir sayembara ini baik saja. Artinya itu adalah salah satu upaya dari Jasa
Marga untuk memperoleh masukan yang lebih banyak dari masyarakat dalam
mengatasi kemacetan di jalan tol. Karena semakin banyak opini yang masuk itu
lebih baik daripada dipikirkan sendiri oleh Jasa Marga dan saya harap dari
banyaknya opini publik yang masuk, itu bisa menjadi suatu kebijakan baru bagi
Jasa Marga”9

Dalam sayembara ini juga tidak ditemukan kesulitan untuk mendorong

masyarakat untuk menyumbangkan idenya. Lebih jauh, opini-opini dari masyarakat

tersebut juga semuanya berisi masukan yang dapat mengurangi kemacetan. Tidak ada

masukan yang tidak sesuai denagn tema sayembara. Hal ini diungkapkan juga oleh

salah satu staf Humas pratama satu bagian komunikasi eksternal Jasa Marga, yaitu Ibu

Herald Galingga. Seperti yang telah diungkapkan oleh beliau:

“Tidak ada kesulitan yang dialami dalam sayembara mengatasi kemacetan di


jalan tol ini, karena sebelumnya pun masyarakat sering memberikan
masukannya kepada pihak Jasa Marga dan opini-opini yang masuk pun

8
Hasil wawancara dengan dr.Mukhtar Yusuf, tanggal 20 Juli 2013 di Rumah Sakit Harapan Bunda
9
Hasil wawancara dengan Bapak Darmaningtyas, tanggal 28 Juli 2013 di kediaman Bapak Darmaningtyas
89

semuanya sesuai dengan tema sayembara. Tidak ada email maupun proposal
yang masuk yang tidak sesuai dengan tema sayembara. Jika pun ada opini yang
tidak sesuai dengan tema sayembara, kami tetap memberikan apresiasi. Namun,
opini itu tidak akan masuk ke dalam agenda Jasa Marga” 10

Namun ternyata walaupun Ibu Herald mengatakan bahwa sebelumnya

masyarakat sering memberikan masukannya kepada pihak Jasa Marga namun dr.

Mukhtar mengaku bahwa beliau telah memiliki opini untuk mengatasi kemacetan.

Namun karena beliau tidak mengetahui harus menyalurkan kemana, jadi beliau hanya

bisa menyimpan opininya saja dan dengan diadakannya sayembara ini, beliau merasa

sayembara ini merupakan kesempatan untuk beliau menyumbangkan opininya

tersebut. Karna hal itulah maka itu menjadi alasan beliau untuk mengikuti sayembara

ini. Selain itu hadiah uang juga mempengaruhi beliau untuk terdorong mengikuti

sayembaraa ini. Hal ini diungkapkan oleh beliau melalui wawancara mendalam yang

penulis lakukan.

“Alasan pertama saya adalah karena memang saya sudah lama memiliki ide ini,
jadi saya merasa ini adalah waktu yang tepat untuk menyalurkan ide saya.
Kemudian yang kedua adalah hadiah uang yang diberikan oleh pihak Jasa
Marga. Sekitar lima tahun yang lalu saya pernah menyampaikan ide saya melalui
talkshow dalam sebuah program radio. Namun saya belum pernah
menyampaikan kepada pihak Jasa Marga karena saya sendiri juga tidak tahu
harus menyampaikan dengan apa dan kepada siapa” 11

Beliau mengungkapkan sebab dari kemacetan itu adalah:

 Benturan arus

 Penyempitan jalan

10
Hasil wawancara dengan Ibu Herald Galingga, tanggal 15 Juli 2013 di kantor pusat PT. Jasa Marga
11
Hasil wawancara dengan dr.Mukhtar Yusuf, tanggal 20 Juli 2013 di Rumah Sakit Harapan Bunda
90

Solusi/opini yang ditawarkan oleh beliau adalah dengan cara memindahkan

posisi masuk tol menjadi sebelum persimpangan, dan pintu keluar tol setelah

persimpangan.

Bapak Darmaningtyas pun tidak ketinggalan untuk memberikan opininya. Beliau

memberikan beberapan opini yang seharusnya dilakukan oleh pihak Jasa Marga.

Beliau mengatakan:

“Yang pertama harus ada edukasi publik. Selalu mengingatkan para pengguna
jalan tol bahwa lajur kanan itu adalah lajur cepat, oleh karena itu yang ingin
mengendarai kendaraannya dengan lambat maka harus menggunakan jalur
lambat. Kemudian yang kedua adalah diterapkannya pintu otomatis dengan
menggunakan sensor. Sehingga tidak membayar secara cash. Karena saat
membayar secara cash akan menimbulkan kemacetan di belakangnya. Karena
sering kali orang membayar tol sebagai sarana untuk mencari uang kecil.
Kemudian juga pintu keluar menjauhi dari persimpangan jalan” 12

Beliau juga menambahkan bahwa Jasa Marga harus berani untuk membuat

kebijakan buka tutup seperti yang diungkapkan oleh beliau berikut ini:

“Seharusnya Jasa Marga sudah menerapkan sistem buka tutup. Maksudnya bila
jalan tol sudah melebihi kapasitas, Jasa Marga harus berani menutup pintu
masuk tol untuk sekian menit. Tapi pengumumannya harus jauh sebelum pintu
tol yang ditutup tersebut. Namun itu menjadi pilihan bagi Jasa Marga apakah
mereka berorientasi pada pelayanan atau mencari keuntungan. Bila mereka
berorientasi pada pelayanan maka mereka harus berani menerapkan sistem
buka tutup yang risikonya akan mengalami penurunan pendapatan.” 13

Setelah sayembara ini berakhir, maka Jasa Marga setidaknya memiliki 10 opini

dari para pemenang sayembara untuk dijadikan suatu agenda yang kemudian dijadikan

suatu kebijakan baru untuk mengatasi kemacetan di jalan tol. Kemudian seperti yang

12
Hasil wawancara dengan Bapak Darmaningtyas, tanggal 28 Juli 2013 di kediaman Bapak Darmaningtyas
13
Hasil wawancara dengan Bapak Darmaningtyas, tanggal 28 Juli 2013 di kediaman Bapak Darmaningtyas
91

diungkapkan oleh bapak Darmaningtyas bahwa Jasa Marga harus berani mangambil

risiko buka tutup jalan. Salah satu pemenang sayembara mengatasi kemacetan jalan tol

ini, dr. Mukhtar Yusuf pun berharap Jasa Marga segera menerapkan kebijakan-

kebijakan yang berlandaskan opini-opini para pemenang sayembara. Hal ini

diungkapkan oleh beliau berikut ini:

“Saya sangat berharap opini dari saya ini segera diterapkan oleh pihak Jasa
Marga. Namun saya rasa opini ini tidak akan berpengaruh banyak terhadap
kemacetan, karena memang sudah terlalu banyak masalah yang ada, masalah
utamanya adalah volume kendaraan yang terus bertambah, namun jalan tidak
bertambah lebar. Tetapi walau bagaimana pun Jasa Marga harus mencoba
untuk membuat kebijakan baru yang berlandaskan kepada opini dari pemenang
sayembara ini”14

Semua kembali kepada pihak Jasa Marga, karena Jasa Marga yang berwenang

untuk membuat suatu kebijakan. Jasa Marga pun hanya mengungkapkan bahwa

kebijakan baru tersebut akan segera dilaksanakan. Seperti yang diungkapkan oleh Ibu

Herald berikut:

“ Semua opini pemenang sudah dipelajari oleh kami. Sekarang hanya tinggal
membuat kebijakannya saja. Namun itu semua butuh proses, tidak bisa kita
langsung terapkan. Tetapi secepatnya kami akan berusaha untuk membuat
kebijakan baru untuk mengurangi kemacetan di jalan tol” 15

14
Hasil wawancara dengan dr.Mukhtar Yusuf, tanggal 20 Juli 2013 di Rumah Sakit Harapan Bunda
15
Hasil wawancara dengan Ibu Herald Galingga, tanggal 15 Juli 2013 di kantor pusat PT. Jasa Marga
92

4.4. Pembahasan

Sebagai sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang jalan tol, Jasa Marga

bertanggung jawab penuh atas kemajuan dan pemeliharaan jalan tol di Indonesia.

Lebih jauh lagi, sebagai salah satu Badan Usaha Milik Negara, Jasa Marga pastilah

memiliki kedekatan dengan masyarakat. Sudah menjadi suatu kewajiban bagi Jasa

Marga untuk memajukan jalan tol di Indonesia, salah satunya adalah dengan

memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya kepada para pengguna jalan tol yang

sudah membayar biaya masuk jalan tol. Karena secara logika, apabila kita telah

membayar, sudah menjadi hak kita untuk mendapatkan pelayanan yang memuaskan.

Namun pada kenyataannya jalan tol yang sudah seharusnya memberikan kenyamanan

bagi para penggunanya seakan tidak memiliki kenyamanan sama sekali, karena di jalan

tol pun sering terjadi kemacetan. Karena masalah kemacetan itulah Jasa Marga

mengadakan sayembara mengatasi kemacetan di jalan tol.

Selama penulis melakukan penelitian ini, ada beberapa hal yang dapat

memenuhi tujuan dari penelitian ini, yaitu menganalisis strategi yang digunakan Humas

PT. Jasa Marga untuk mengatasi kemacetan di jalan tol dengan menggunakan opini

publik yang berisi masukan untuk mengatasi kemacetan di jalan tol.

Seperti yang penulis sudah sampaikan diatas, suatu organisasi pasti memiliki

tujuan dan humas Jasa Marga telah melakukan empat proses pelaksanaan program

kerja public relations sehingga sayembara ini dapat berjalan dengan baik sampai
93

akhirnya terdapat sepuluh orang pemenang dari sayembara mengatasi kemacetan di

jalan tol ini.

Selain itu yang terpenting juga Jasa Marga menggunakan media relations

sebagai strategi untuk mensosialisasikan sayembara ini. Dengan berkoordinasi dengan

media massa, maka Jasa Marga dapat mengkomunikasikan kepada masyarakat luas

tentang sayembara mengatasi kemacetan di jalan tol ini. Selanjutnya untuk dapat

mendorong masyarakat untuk menyumbangkan opininya untuk mengatasi kemacetan

di jalan tol, Jasa Mara memberikan suatu stimulus/rangsangan berupa hadiah uang

dengan total 100 juta rupiah. Dengan adanya hadiah uang tersebut maka masyarakat

terdorong untuk memberikan opininya kepada pihak Jasa Marga.


94

BAB V

Simpulan dan Saran

5.1. Simpulan

Setelah penulis melakukan penelitian ini selama kurang lebih tiga bulan terhitung

sejak bulan Mei 2013 sampai dengan bulan Juli 2013 dengan mengumpulkan data dari

berbagai sumber yang terkait dengan sayembara mengatasi kemacetan di jalan tol

yang diselenggarakan oleh pihak Jasa Marga, ada beberapa hal yang dapat penulis

simpulkan, khususnya hal-hal yang dapat memenuhi tujuan penelitian ini yaitu

menganalisis strategi yang digunakan Humas PT. Jasa Marga untuk mengatasi

kemacetan di jalan tol dengan menggunakan opini publik yang berisi masukan untuk

mengatasi kemacetan di jalan tol. Hal dapat penulis simpulkan adalah bahwa Humas

PT. Jasa Marga telah melakukan empat langkah perencanaan kerja public relations.

Dimulai dari proses menentukan masalah yang sedang dihadai yaitu masalahnya

adalah kemacetan yang terjadi di jalan tol. Setelah mengetahui apa masalah apa yang

dihadapi oleh PT. Jasa Marga, dilakukanlah suatu perencanaan dan penyusunan

program untuk dapat mengatasi masalah yang sedang dihadapi tersebut. Diadakannya

sayembara mengatasi kemacetan jalan tol ini merupakan suatu program yang dibuat

oleh Jasa Marga untuk mengatasi kemacetan di jalan tol dengan menggunakan opini

publik. Selanjutnya adalah proses dalam mengambil tindakan dan berkomunikasi.


95

Disinilah Humas Jasa Marga memegang peranan yang penting, karena dalam tahap ini

mereka harus mengkomunikasikan atau mensosialisasikan sayembara itu ke

masyarakat, hubungan dengan media massa sangat membantu Jasa Marga dalam

mensosialisasikan sayembara tersebut dan Jasa Marga juga menggunakan media

massa sebagai sarana untuk mensosialisasikan sayembara tersebut. Yang terakhir

adalah evaluasi. Pada langkah terakhir ini mencakup penilaian atas hasil-hasil program.

Pada penelitian ini penulis mengetahui bahwa banyak sekali masyarakat yang

menyambut positif sayembara ini, terbukti dengan banyaknya opini yang masuk ke

pihak Jasa Marga dan juga sayembara ini berhasil menemukan sepuluh pemenang.

5.2. Saran

Setelah penulis menyimpulkan hasil penelitian, penelitian ini belum lah berakhir.

Tahap terakhir dari penelitian ini adalah penulis ingin memberikan beberapa saran

kepada pihak Jasa Marga terkait penelitian yang telah penulis lakukan. Setelah

melakukan penelitian ini, penulis menemukan beberapa hal yang harus diperhatikan

secara serius untuk kemajuan dari kualitas di jalan tol, khususnya mengenai kemacetan

di jalan tol. Saran yang penulis dapat berikan antara lain:

1. Mencoba sistem buka tutup jalan agar kemacetan bisa berkurang, karena Jasa

Marga merupakan sebuah perusahaan Badan Usaha Milik Negara, seharusnya

Jasa Marga berani mengambil risiko menurunnya pendapatan karena sistem

buka tutup jalan tersebut. Karena perusahaan BUMN memiliki kedekatan dengan

masyarakat jadi sudah seharusnya Jasa Marga berorientasi pada pelayanan

dibandingkan dengan mencari keuntungan semata. Itu semua tidak lain demi
96

kenyamanan pengguna jalan tol dalam menggunakan jalan tol, khususnya

terhindar dari kemacetan.

2. Seharusnya pihak Jasa Marga segera membuat suatu kebijakan baru

berdasarkan opini-opini para pemenang sayembara. Setidaknya mencoba

beberapa dari opini mereka untuk mengatasi kemacetan yang terjadi di dalam

jalan tol tersebut.

3. Menambah program kerja humas yang berkaitan dengan edukasi ketertiban

berkendara di jalan tol yang juga harus didukung oleh para sumber daya

manusia yang kompeten yang dapat mengemas informasi sedemikian rupa agar

penyampaian pesan dapat merubah perilaku para pengguna jalan tol yang tidak

disiplin. Misalnya dapat mengadakan seminar yang materinya berisi tentang

ketertiban penggunaan jalan tol.


97

Daftar Pustaka

Cutlip, Scott. M., (2007) Effective Public Relations, Edisi Kesembilan, Jakarta : Kencana

Darmastuti, Rini (2012) Media Relations Konsep, Strategi, & Aplikasi, Yogyakarta :

Penerbit ANDI

Gunadi, YS (2010). Sistem Sosial dan Budaya Indonesia. Jakarta : FIKOM Universitas

Prof. dr. Moestopo (Beragama)

Herdiansyah, Haris (2010). Metodologi Penelitian Kualitaif untuk ilmu-ilmu Sosial.

Jakarta : Salemba Humanika

Kasali, Renald (2008). Manajemen Public Relations Konsep dan Aplikasinya di

Indonesia. Jakarta : PT. Pustaka Utama Grafiti

Moleong, Lexy (2002). Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : PT. Remaja

Rosdakarya

Morrisan (2006). Pengantar Public Relation: Strategi Menjadi Humas Profesional.

Jakarta : Ramdani Perkasa

Nasir, Moh. (2004). Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia

Oliver, Sandra (2008). Strategi Public Relations. Jakarta : Erlangga

Purwanto, Irwan (2007). Manajemen Strategi. Bandung : CV Yrama Widya


98

Rakhmat, Jalaluddin (2009). Metode Penelitian Komunikasi. Bandung : PT. Remaja

Rosdakarya

Rohim, Syaiful (2009). Teori Komunikasi: Perspektif, Ragam, & Aplikasi. Jakarta :

Rineka Cipta

Ruslan, Rosady (1997). Kiat dan Strategi Public Relations. Jakarta : PT Raja Grafindo

Persada

Salim, Agus (2006). Teori & Paradigma Penelitian Sosial. Yogyakarta : Tiara Wacana

Saputra, Wahidin (2011). Public Relations 2.0 Teori dan Praktik Public Relations di era

Cyber, Jakarta : Gramata Publishing

Setiawan, Bambang (1995). Metode Penelitian Komunikasi. Jakarta : Universitas

Terbuka

Soehoet, Hoeta (2002). Teori komunikasi 2. Jakarta : IISIP

Soemirat, Betty (2007). Opini Publik . Jakarta : Universitas Terbuka

Sugiyono (2005). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta

Sugiyono (2011). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif

Surakhmad, Winarso (1998). Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung : Tarsito

Usman, Husnaini (2001). Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta : PT. Bumi Aksara

Anda mungkin juga menyukai