Makalah Kelompok
Makalah Kelompok
Dini
Kelas : 1a
Syukur Alhamdulillah, kami panjatkan kepada Allah SWT dan solawat serta salam
kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW karena atas rahmat dan hidayah-Nya kami
dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan judul “Karakter dan Kepribadian
Manusia”. Makalah ini disusun untuk keperluan tugas mata kuliah Pendidikan Karakter untuk
Anak Usia Dini.
Kami menyadari bahwa tanpa dukungan dan perhatian serta bimbingan baik dari
pembimbing, keluarga, dan teman-teman sekalian penyusunan makalah tidak dapat berjalan
dengan baik. Maka dari itu, dengan setulus hati kami berterima kasih kepada pihak – pihak
yang telah memberikan dukungan dan bimbingan kepada tim penyusun makalah yang
berjudul “Karakter dan Kepribadian”.
Akhir kata kami sebagai tim penyusun menyadari bahwa makalah yang berjudul
“karakter dan Kepribadian” ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kami memohon maaf
apabila terdapat kesalahan dan kekurangan pada penyusunan makalah ini. Penulis sangat
berharap semoga tulisan ini bermanfaat bagi perkembangan dan kemajuan pendidikan kita
semua. Untuk kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan dalam rangka
perbaikan makalah ini.
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar…………………………………………………………….. i
Daftar Isi…………………………………………………………………….ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II ISI
3.1 Kesimpulan............................................................................................. 11
BAB I
PENDAHULUAN
Bung Karno sebagai salah satu bapak pendiri bangsa ( founding fathers)
dalam berbagai kesempatan mengingatkan bangsa Indonesia akan pentingnya Nation and
character building. Pembangunan watak bangsa sangat diperlukan mengingat
bangsaIndonesia sangat heterogen dan memiliki kemajemukan, tidak hanya bersifat
horizontal tetapi juga bercorak vertikal. Dengan karakter yang tangguh, bangsa Indonesia
akan
dapat berdiri sejajar dengan bangsa lain, bahkan bukan tidak mungkin dapat melampauikemaj
uan bangsa lain. Cita - cita mulia sebagaimana dirumuskan oleh para pendiri bangsa,yaitu
mewujudkan negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur, bukanlah
impian kosong. Cita -cita mulia ini memberi dorongan kepada bangsa Indonesia untuk
mewujudkan tujuan nasional sebagaimana tercantum dalam pembukaan UUD
1945, yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia,
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut serta dalam
mewujudkan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi,
dan keadilan sosial1.
Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peerta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada tuhan yang maha esa, berakhlak mulia,
ehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab. Berdasarkan Fungsi dan tujuan pendidikan nasional, jelas bahwa
pendidikan disetiap jenjang, termasuk disekolah harus diselenggarakan secara sistematis guna
mencapai tujuan tersebut.
Hal tersebut berkaitan dengan pembentukkan peserta didik sehingga bisa bersaing,
beretika, bermoral, sopan santun dan berinteraksi dengan masyarakat. berdasarkan penelitian
di Harvard University USA2 ternyata kesuksesan seseorang tidak ditentukan semata – mata
oleh pengetahuan dan kemampuan teknis (hard Skill) saja, tetapi lebih oleh kemampuan
mengolah diri dan orang lain (soft skill). Penelitian ini mengumgkapkan, kesuksesan hanya
ditentukan sekitar 20 persen oleh hard skill dan sisanya 60 persen oleh soft skill. bahkan
orang – orang tersukses didunia bisa berhasil dikarenakan lebih banyak di dukung
1
Handoyo, Eko dan Tijan. 2010. Model Pendidikan Karakter (Semarang : Widya Karya Press, 2010), hlm. 1
2
Akbar, Ali Ibrahim. 2000. Pendidikan karakter. (USA : Harvard University)
kemampuan soft skill daripada hard skill. Hal ini mengisyaratkan bahwa mutu pendidikan
karakter peserta didik sangat penting untuk ditingkatkan.
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut Simon Philips (2008), karakter adalah kumpulan tata nilai yang menuju pada
suatu sistem yang melandasi pemikiran, sikap, dan perilaku yang ditampilkan. Sedangkan,
Doni Koesoema A. (2007) memahami bahwa karakter sama dengan kepribadian. kepribadian
dianggap sebagai ciri, atau karakteristik, atau gaya, atau sifat khas dari diri seseorang yang
bersumber dari bentuk – bentuk yang diterima dari lingkungan, misalnya keluarga pada masa
kecil, juga bawaan dari lahir.3
Sementara, Winnie memahahi bahwa istilah karakter memiliki dua pengertian tentang
karakter. Pertama, ia menunjukkan bagaimana seseorang bertingkah laku. Apabila seseorang
berperilaku tidak jujur, kejam, atau rakus, tentulah orang tersebutmemanifestasikan perilaku
buruk. Sebaliknya, apabila seseorang berperilaku jujur dan suka menolong tentulah orang
tersebut memanifestasikan karakter mulia. Kedua, istilah karakter erat kaitannya dengan
personality. Seseorang baru bisa disebut orang yang berkarakter (a person of character)
apabila tingkah lakunya sesuai kaidah moral.
Peterson dan Sligman (Gedhhe Raka, 2007:5) mengaitkan secara langsung character
strength dengan kebajikan. Character strength dipandang sebagai unsur – unsur psikologis
yang membangun kebajikan (virtues). Salah satu kriteria utama character strength adalah
bahwa karakter tersebut berkontribusi besar dalam mewujudkan sepenuhnya potensi dan cita
– cita seseorang dalam membangun kehidupan yang baik, yang bermanfaat bagi dirinya,
orang lain, dan bangsanya.
Karakter adalah “siapakah dan apakah kamu pada saat orang melihat
kamu” (character is what you are when nobody is looking).
Karakter merupakan hasil nilai-nilai dan keyakinan-keyakinan (character
is the result of values and beliefs).
Karakter adalah sebuah kebiasaan yang menjadi sifat alamiah kedua (
character is a habit that becomes second nature).
3
Mu’in,Farchul.2011.Pendidikan karakter kontruksi teoretic & Praktik. Jogjakarta:Ar –Ruzz Media
4
Muslich,Masnur. 2011. Pendidikan karakter menjawab tantangan krisis multidimensial. Jakarta: Bumi Aksara
Karakter bukanlah reputasi atau apa yang di pikirkan orang lain
terhadapmu (character is not reputation or what others think about you).
Karakter bukanlah seberapa baik kamu dari pada orang lain (character is
not how much better you are then others).
Karakter tidak kreatif (character is not relative).
Karakter di ambil dari bahasa Inggris character, yang juga berasal dari kata
yunani Character . Awalnya kata ini digunakan untuk menandai hal yang
mengesankan dari koin (keping uang). Belakangan secara umum istilah character
digunakan untuk mengartikan hal yang berbeda antara satu hal dengan yang lainnya,
dan akhirnya juga digunakan untuk menyembut kesamaan kualitas pada tiap orang
yang membedakan dengan kualitas lainnya.
1. Sikap.
2. Emosi.
5
Mu’in,Farchul.2011.Pendidikan karakter kontruksi teoretic & Praktik. Jogjakarta:Ar –Ruzz Media
Kata emosi di adopsi dari bahasa latin emovere (e berarti luar dan movere
artinya bergerak). Sedangkan, dalam bahasa prancis adalah emouvoir yang
artinya kegembiraan. Emosi adalah bumbu kehidupan. Sebab, tanpa emosi
kehidupan manusia akan terasa hambar. Manusia selalu hidup dengan berpikir
dan merasa. Emosi identik dengan perasaan yang kuat. Emosi adalah gejala
dinamis dalam situasi yang dirasakan manusia, yang disertai dengan efeknya
pada kesadaran, prilaku, dan juga merupakan proses fisiologis. Misalnya, saat
kita merspon sesuatu yang melibatkan emosi, kita juga akan mengetahui
makna apa yyang kita hadapi (kesadaran). Saat kita marah dan tegang, jantung
kita akan berdebar-debar dan akan berdetak cepat (fisiologis). Kita akan segera
melakuka reaksi terhadap apa yang menimpa kita (prilaku).
3. Kepercayaan.
5. Konsepsi diri
Proses konsepsi diri merupakan proses totalitas, baik sadar maupun tidak
sadar, tentang bagaimana karakter dan diri kita dibentuk. Konsepsi diri adalah
bagaimana “saya” harus membangun diri, apa yang “saya” inginkan dari, dan
bagaimana “saya” menempatkan diri dalam kehidupan. Konsepsi diri
merupakan proses menangkal kecenderungan mengalir dalam hidup.
Ketika manusia lahir dan tumbuh, dia tentu mendapatkan ruang kehidupan
tempat ia menjumpai berbagai macam contoh orang-orang di sekitarnya atau
orang-orang yang tak dilihatnya, tetapi diketahui dari kisahnya. Konsep
merupakan cetak biru yang didapat dari luar diri dan didialogkan dengan
kondisi dirinya. Dalam ilmu psikologi sosial, konsep diri berkaitan dengan
fakta bahwa manusia tidak hanya menanggapi orang lain. Tetapi juga
memersepsi diri kita. Kita bukan lagi hanya sebagai penanggap, melainkan
pesona stimuli sekaligus.
Kepribadian adalah terjemahan dari bahasa inggris “personality” yang pada mulanya
berasal dari bahasa latin “per” dan “sonare”, yang kemudian berkembang menjadi kata
“persona” yang berarti topeng. Pada zaman Romawi kuno, seorang aktor drama
menggunakan topeng untuk menyembunyikan identitas dirinya agar memungkinkannya bisa
memerankan karakter tertentu sesuai dengan tuntutan skenario permainan dalam sebuah
drama (A.Q Sartain, 1967:34).
Menurut G.W. Allport (1973:48), kepribadian adalah organisasi dinamis dalam diri
individu sebagai sistem psikofisik, yang menentukan caranya yang khas (unik)dalam
menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Pernyataan “organisasi dinamis” menunjukkan
adanya kenyataan bahwa kepribadian itu selalu berkembang dan berubah, walaupun pada saat
yang sama, ada organisasi sistem yang mengikat dan menghubungkan berbagai komponen
atau sifat dari kepribadian itu. Sebagai sistem psikofisik, artinya bahwa kepribadian bukanlah
semata – mata faktor mental (kejiwaan), dan juga bukan semata – mata faktor fisik.
Organisasi kepribadian meliputi kerja jiwa dan juga kerja fisikyang tidak terpisah, dalam
kesatuan yang utuh juga mengandung kecenderungan – kecenderungan determinasi yang
memainkan peranan aktif dalam tingkah laku individu.
Memang, karakter dan kepribadian sering digunakan secara rancu. Ada yang
menyamakan antara keduanya. Menurut M. Newcomb, kepribadian merupakan organisasi
dari siksp – sikap (predispositions) yang dimiliki seseorang sebagi latar belakang terhadap
perikelakuan. Kepribadian menunjukkan pada organisasi dari sikap – sikap seseorang untuk
berbuat, mengetahui, berpikir,dan merasakan secara khususnya apabila dia berhubungan
dengan orang lain atau menanggapi suatu keadaan. karena kepribadian tersebut merupakan
abstraksi dari individu dan kelakuannya sebagaimana halnya dengan masyarakat dan
kebudayaan, ketiga aspek tersebut mempunyai hubungan yang saling mempengaruhi
(Soekanto, 1985:180).
Sementara itu, menurut Roucek and Warren, kepribadian adalah organisasi dari faktor
– faktor biologis, psikologis dan sosiologiyang mendasari perilaku individu – individu.
kepribadian mencakup kebiasaan – kebiasaan, sikap dan lain – lain. Sifat yang khas dimiliki
seseorang yang berkembang apabila orang tadi berhubungan dengan orang lain (Soekanto,
1985:181).
Karel Rogers, Pendiri sekolah psikis yang berorientasi pada pasien, berusaha
menjelaskan ciri – ciri umum kepribadian seimbang yang disimpulkan dari problem
dan perjalanannya dalam proses produksi, yaitu sebagai berikut.6
1. Kepribadian yang selalu bersikap pasrah dan pasif. Ia yakin bahwa apapun
yang diinginkannya harus tercapai tanpa usaha atau kegiatan untuk
memperolehnya, dan harus diperolehnya dengan cara pasif dan pasrah. ia
merasa kurang mampu dan condong kepada siapa saja yang memberinya
6
Rif’at,Syauqi nawawi. 2010. Kepribadian Qur’ani. Amzah. hlm. 18
7
Rif’at,Syauqi nawawi. 2010. Kepribadian Qur’ani. Amzah. hlm. 20
kasih sayang. Secara umum ia selalu bersikap pasif dan patah semangat
apabila dibiarkan sendiri. Sifat persaudaraan dan optimisme yang ada pada
dirinya akan berubah menjadi kegelisahan apabila ia merasa tidak ada
penolong atau pada saat menghadapi ancaman.
2. Kepribadian vested interest. Berusaha memperoleh segala sesuatu dari
orang lain, baik dengan cara tipuan maupun kekerasan dan menganggap
semua orang sebagai sasaran baginya. Ia merasa lebih tertarik dan
menyenangi sesuatu yang dapat dikuasainya daripada sesuatu yang
diperoleh dari jerih payahnya sendiri. Usahanya hanyalah menipu dan
melanggar hak milik orang lain. Perbedaannya dengan orang yang bersikap
pasrah dan pasif adalah orang yang vested interest selalu ragu,cemas, iri,
cemburu, dan selalu meremehkan atau merendahkan orang lain.
3. Kepribadiaan yang suka menyimpan yang bersifat lemah iman terhadap
setiap perolehan sesuatu dari luar. Ketenangan batin dan ketentraman
hatinya tergantung pada simpanan dan tabungannya. Senantiasa
melestarikan miliknya dan merasa bahwa membelanjakan sesuatu akan
mengancam kehidupannya. kikir harta, pikiran dan perasaan. Baginya,
cinta adalah memiliki. Tidak mampu berpikir kreatif, tidak percaya pada
masa depan, secara emosionalsangat dipengaruhi masa lalu, dan banyak
prasangka. Umumnya teratur dan rapi, menjadwal waktu dengan ketat, dan
tidak senang melihat sesuatu tidak pada tempatnya. Memiliki kemampuan
dalam kekuatan dan potensi intelektual. Memandang kesulitan
berhubungan antara dirinya dan orang lain sebagai ancaman, tetapi pada
saat yang sama juga berpendapat bahwa menjauhi mereka akan
memberinya keamanan dan ketenangan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam istilah modern, di tekankan pada perbedaan dan individualitas yang cenderung
menyamakan istilah karakter dengan personalitas. Personalitas atau kepribadian dapat di
pahami sebagai organisasi dinamis pada individu tempat sistem psikofisikal menentukan
penyesuaian unik terhadap lingkungannya. Kepribadian juga merupakan tingkah laku yang
bisa kita lihat sebagai hasil kondisi individu dan struktur situasi psikologis. Intinya, pola
tingkah laku dan perbuatan pada cara seseorang dalam merespon situasi yang menunjukan
konsistensi tertentu, biasanya kita pahami sebagai karakter dan kepribadiannya. Misalnya,
ketika kita melihat seseorang yang selalu menangis ketika mendapat masalah, kita akan
mengatakan bahwa karakter orang tersebut adalah cengeng. Jika kita sering melihat seseorang
selalu marah saat ada masalah dan sesuatu menimpanya, kita akan melihat pola – pola
responsnya secara kokoh dan kita katakan bahwa kepribadiannya adalah pemarah.
Istilah karakter untuk menilai kepribadian manusia memiliki sejarah yang panjang.
Masing-masing masyarakat dalam perjalanan sejarah dulu mengaitkan karakter dengan nilai-
nilai filsafat. Di zaman modern, karakter manusia menjadi kajian antropologis dan psikologis
yang mendalam. Dalam hal ini karakter manusia memilik keunikan yang membedakannya
dengan binatang karena manusia telah mampu mengembangkan dirinya melampaui
determinisme natural (alam).
Istilah kepribadian juga berkaitan dengan istilah karakter, yang diartikan sebagai
totalitas nilai yang mengarahkan manusia untuk menjalani hidupnya. Jadi, ia berkaita dengan
sistem nilai yang dimiliki oleh seseorang. Orang yang matang atau dewasa biasanya memiliki
konsistensinya dalam karakter. Ini merupakan akibat keterlibatannya secara aktif dalam
proses pembangunan karakternya. Jadi, karakter dibentuk oleh pengalaman hidup. Pada
akhirnya tatanan dan situasi kehidupanlah yang menentukan terbentuknya karakter
masyarakat kita. Untuk menilai oang lain, orang akan melihat kepribadiaannya. Umumnya,
kepribadian baik itu menyenangkan dan menarik. Sedangkan, kepribadian buruk itu
menjengkelkan dan menimbulkan rasa tidak suka.
Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa karakter itu berkaitan dengan
kekuatan moral, berkonotasi “positif” bukan netral. Jadi orang berkarakter adalah orang yang
mempunyai kualitas moral (tertentu) positif. Dengan demikian, pendidikan adalah
membangun karakter, yang secara implisit mengandung arti membangun sifat atau pola
perilaku yang didasari atau berkaitan dengan dimensi moral yang positif atau yang baik,
bukan yang negatif atau yang buruk.
DAFTAR PUSTAKA
Handoyo, Eko dan Tijan. 2010. Model Pendidikan Karakter. Semarang : Widya Karya Press
Media