1BAB I
PENDAHULUAN
Pengelolaan air limbah sebagai salah satu aspek penyehatan lingkungan merupakan masalah yang
masih belum dapat ditangani secara maksimal, baik di kota-kota besar, sedang maupun kota kecil.
Hal ini terlihat dengan rendahnya kualitas kebersihan lingkungan dan perilaku/kebiasaan yang tidak
memperhatikan kesehatan, seperti menggunakan saluran drainase dan sungai sebagai tempat
membuang air limbah.
Air limbah rumah tangga sebagai hasil buangan manusia mengandung kuman-kuman yang
berbahaya bagi kesehatan, oleh karena itu diperlukan adanya upaya penanganan dan pengelolaan
sanitasi lingkungan untuk menciptakan kehidupan yang bersih, sehat dan menjaga kelestarian
lingkungan yang berkelanjutan dimana air limbah rumah tangga tersebut harus dibuang pada
tempatnya dan diperlukan metode dan sarana khusus untuk mengolahnya.
Menyadari hal tersebut diatas, pemerintah dalam rangka peningkatan pengelolaan sektor air limbah
perkotaan telah melakukan berbagai upaya yang diwujudkan dalam bentuk pembangunan fisik
maupun non fisik, maka dari itu Pemerintah Kota Tasikmalaya melalui Dinas Pekerjaan Umum pada
Tahun Anggaran 2006 telah membuat Rencana Teknis SPAL (Sistem Pengelolaan Air Limbah) Kota
Tasikmalaya Tahap I, dimana lokasi yang dijadikan wilayah perencanaan adalah wilayah Kota
Tasikmalaya dengan luas 18.385,09 Ha (Perda Kota Tasikmalaya No. 4 Tahun 2012 tentang RTRW
Kota Tasikmalaya Tahun 2011-1031).
Dengan berjalannya waktu, dan adanya pemekaran wilayah kecamatan pada Tahun 2008, yang
semula 8 (delapan) kecamatan menjadi 10 (sepuluh) kecamatan dan 69 (enam puluh sembilan)
kelurahan, maka terdapat perubahan-perubahan yang belum terakomodir dalam Rencana Teknis
SPAL Tahap I hasil penyusunan Tahun 2006 tersebut.
Lebih lanjut, pesatnya pembangunan dan perkembangan sarana dan prasarana kota, serta
pertambahan jumlah penduduk yang mendorong perkembangan wilayah perumahan dan
permukiman, tentu saja berdampak pada rencana Sistem Pengelolaan air limbah rumah tangga.
Untuk menangani permasalahan air limbah rumah tangga, dan mengantisipasi tantangan di masa
depan, Pemerintah Kota Tasikmalaya melalui Dinas Cipta Karya, Tata Ruang dan Kebersihan sangat
perlu untuk menyusun Review Rencana Teknis SPAL pada Tahun Anggaran 2013.
Maksud
Adapun maksud dari Kegiatan Review Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL) ini adalah :
1. Mengidentifikasi SPAL eksisting yang ada di wilayah Kota Tasikmalaya serta sumber-sumber
timbulannya
2. Merumuskan konsep pengolahan air limbah rumah tangga dan menyusun alternative lokasi den
proses dalam IPAL
3. Menyusun kebutuhan investasi pembangunan SPAL termasuk IPAL, pentahapan dan indikasi
program disektor air limbah
4. Merekomendasikan bentuk kelembagaan pengelolaan air SPAL di Kota Tasikmalaya
Tujuan
Tujuan dari dilaksanakannya kegiatan Review Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL) ini
adalah dihasilkannya suatu upaya penanganan air limbah rumah tangga di Kota Tasikmalaya dengan
SPAL yang handal, tepat guna, tepat sasaran, ekonomis, dan dapat diterima/dilaksanakan oleh
Pemerintah Kota Tasikmalaya dan masyarakat.
Sasaran
Sasaran dari dilaksanakannya Kegiatan Review Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL) ini
adalah masyarakat Kota Tasikmalaya dan air limbah rumah tangga di Kota Tasikmalaya.
Wilayah yang menjadi area perencanaan dalam Kegiatan Review Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air
Limbah (SPAL) adalah seluruh Wilayah Kota Tasikmalaya.
Sesuai dengan maksud dan tujuan yang hendak dicapai dalam pelaksanaan, maka ruang lingkup yang
Kegiatan Review Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL) ini secara garis besar meliputi :
1.5 KELUARAN
Hasil yang diharapkan dari Kegiatan Review Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL) ini
adalah Dokumen Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL) yang berisi antara lain :
Bab 1 : Pendahuluan
Pada Bab ini menjelaskan tentang latar belakang, maksud dan tujuan, sasaran, lingkup proyek,
keluaran, sistematika penulisan laporan.
Pada Bab ini menjelaskan mengenai Kajian dari Kebijakan Pembangunan yaitu meliputi, Rencana
Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Tasikmalaya, Proyeksi Penduduk Kota Tasikmalaya, Proyeksi
Timbulan Air Limbah Kota Tasikmalaya, dan Program Sanitasi
Pada Bab ini Menjelaskan tentang beberapa tinjauan dokumen sanitasi yaitu meliputi : Dokumen
Rencana Teknis SPAL tahap I, Dokumen Buku Putih Sanitasi, dan Dokumen Strategi Sanitasi Kota.
Pada Bab ini Menjelaskan gambaran umum lokasi kegiatan meliputi Kota Tasikmlaya sebagai wilayah
studi pekerjaan ini, yang meliputi kondisi geografis, administratif, aspek fisik (iklim, geohidrologi,
topografi, tanah dan sungai), demografi, sosial ekonomi, aspek sarana prasarana (drainase, sampah,
air minum)
Pada Bab ini Menjelaskan mengenai Kondisi Eksisting Pengelolaan Air Limbah Kota Tasikmalaya baik
secara umum, maupun melalui beberapa aspek meliputi , Aspek Kebijakan/Peraturan, Aspek
Kelembagaan, Aspek Teknis, Aspek Pendanaan dan Aspek Peran Serta Masyarakat.
Pada Bab ini Menjelaskan mengenai Konsep umum Pengelolaan Air Limbah, Konsep Pengelolaan Air
Limbah Kota Tasikmalaya, dan Program SPAL Kota Tasikmalaya.
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................................... 1-1
1.1 LATAR BELAKANG .......................................................................................................... 1-1
1.2 MAKSUD, TUJUAN DAN SASARAN ................................................................................. 1-2
1.3 LOKASI PEKERJAAN ....................................................................................................... 1-2
1.4 RUANG LINGKUP PEKERJAAN ........................................................................................ 1-2
1.5 KELUARAN ...................................................................................................................... 1-3
1.6 SISTEMATIKA PEMBAHASAN LAPORAN ......................................................................... 1-3
2 BAB II
TINJAUAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN
2.1 UMUM
Dalam bab ini akan dibahas mengenai tinjauna kebijakan pembangunan, yaitu meliputi, tinjauan
kebijakan Rencana Tata Ruang Kota Tasikmalaya, serta membahas mengenai Tijauan Kebijakan
Dokumen Sanitasi terutama yang berkaitan dengan kondisi air limbah di Kota Tasikmalaya.
Kota atau BWK Kersamenak, Kec. Tamansari Business Perkantoran, ada arahanp usat
I, luas 3575,42 yaitu sebagian Kel. Mulyasari District (CBD) Pariwisata, BWK,
Ha dan sebagian Kel. Sukahurip. atau pusat RTNH, Ruang tetapi ada arahan
sebagian Kel. Sambong Pari, dan dan jasa, Informal, dibatasi : Utaraoleh
sebagian Kel. Lingga Jaya. Kec. industri, Pelayanan sungai dan rel KA
Irigasi Cimulu-Jl.
Tanuwijaya-Jl. A. Yani.
Jiwa Besar-Jl.
Bebedilan-Jl.
Sukalaya BaratJl.
Bojong trituraJl.
Utara hingga
sungai dekat
pekuburan
Cinehel.
2. BWK II Luas Kec. Purbaratu yaitu seluruhnya Perumahan Perdagangan Arahan Pusat BWK II
2.785,19 Ha kecuali sebagian Kel. Sukaagara dan Industri dan Jasa, : Cibeureum. PusatSub-
Sektor
Informal,
Pertanian
Agribisnis,
Pertambangan,
Pelayanan
Umum
Perlindungan
Setempat, RTH
3. BWK III Luas Kec. Tamansari yaitu Kel. Perumahan, Perdagangan Arahan Pusat BWK III :
3.016,72 Ha Tamansari, Kel. Mugarsari dan Paariwisata dan dan Jasa, Mugarsari. Pusat Sub
Informal,
Pertanian
Agribisnis,
Pertambangan,
Pelayanan
Umum
Perlindungan
Setempat, RTH
4. BWK IV Luas Kec. Tamansari yaitu sebagian Perumahan, Perdagangan Arahan PusatB WK
Industri, Bencana,
Sektor
Informal,
Pertanian
Agribisnis,
Pertambangan,
Pelayanan
Umum
Perlindungan
Setempat, RTH,
Cagar
Alam/Budaya,
Hutan Produksi
5. BWK V Luas Kec. Mangkubumi, kecuali Perumahan, Perdagangan Arahan Pusat BWK V
Informal,
Pelayanan
Umum
Perlindungan
Setempat,
RTH
6. BWK VI Luas Kec Bungursari yaitusebagian Perkantora Perumahan, Arahan Pusat BWK
seluruhnyakecuali Kel.
Regional, Sektor Bungursari, Sukamaju
Panyingkiran, Parakannyasak,
Terminal Informal, Kaler.(lihat Peta
danSirnagalih.
Barang/Karg Pertambanga Pembagian SubB WK)
o (Peti n, Pertanian
Kemas), Agribisnis,
Perdagangan Pelayanan
Regional
(Pasar Induk
Agribisnis).
Perlindungan
Setempat,
RTH
Sumber: RTRW Kota Tasikmalaya Tahun 2010-2030
Sedangkan sistem pusat-pusat pelayanan di Kota Tasikmalaya terdiri dari Pusat Pelayanan Kota
(PPK) yang melayani seluruh wilayah kota dan regional, Subpusat Pelayanan Kota yang melayani
sub-wilayah kota (Bagian Wilayah Kota), dan Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) yang melayani
lingkungan wilayah kota (Sub Bagian Wilayah Kota).
a. Pusat Pelayanan Kota merupakan pusat pelayanan utama dengan skala pelayanan
seluruh wilayah Kota Tasikmalaya dan wilayah Priangan Timur-Pangandaran (regional),
yang diarahkan di pusat-pusat kegiatan kota strategis sesuai fungsi-fungsi yang ditetapkan
dan mempunyai aksessibilitas yang baik, sehingga mudah dijangkau dari seluruh wilayah
kota.
b. Subpusat Pelayanan Kota, merupakan pusat pelayanan sekunder dengan jangkauan
pelayanan bagian wilayah kota, yang dialokasikan tersebar merata ke setiap ibukota kecamatan
yang menjadi pusat bagian wilayah kota. Pusat pelayanan sekunder ini pengembangannya
disesuaikan dengan ketersediaan lahan dan daya dukung lahan terhadap kegiatan yang akan
dikembangkan.
c. Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) atau Pusat Tersier yaitu pusat orientasi
pelayanan kebutuhan penduduk yang dialokasikan di pusat-pusat SubBWK, kelurahan, di
setiap kelompok lingkungan permukiman/perumahan, yang mencakup fasilitas
perdagangan (pasar dan atau pertokoan), yang dilengkapi dengan fasilitas sosial
(fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan, fasilitas peribadatan serta fasilitas ruang terbuka
hijau) untuk penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan ekonomi, sosial, dan
budaya masyarakat, dengan jangkauan pelayanan lokal. Pengalokasian pusat pelayanan
lingkungan ini diarahkan pada simpul-simpul jalan yang ada di pusat-pusat Sub-BWK yang
mempunyai aksessibilitas baik, sehingga mudah dijangkau oleh penduduk yang tinggal di
lingkungan kelurahan-kelurahan, di lingkungan permukiman.
Gambar 2-2 Peta BWK Kota Tasikmalaya
Perkantoran 30 0.17
a. Kawasan Lindung
Kawasan lindung atau kawasan yang berfungsi lindung yang direncanakan atau ditetapkan
dalam wilayah Kota Tasikmalaya meliputi :
Kawasan perlindungan setempat, yang dalam hal ini adalah sempadan sungai, sempadan
jaringan listrik dan sempadan situ/danau.
Sempadan Sungai
Untuk sempadan sungai ini diterapkan pada masing-masing sungai yang utama atau menonjol
pada masing-masing sistem sungai yang ada di wilayah Kota Tasikmalaya (4 sistem sungai dan
10 anak sungai), yaitu:
- Sungai
§ Sungai Citanduy,
§ Sungai Ciwulan
§ Sungai Ciloseh,
§ Sungai Cibanjaran.
- Anak Sungai
§ Sungai Cihideung,
§ Sungai Cibadodon,
§ Sungai Cipedes,
§ Sungai Cikalang,
§ Sungai Ciromban,
§ Sungai Tonggonglondok,
§ Sungai Cidukuh,
§ Sungai Cibeureum,
§ Sungai Cicacaban,
§ Sungai Cikalong.
Oleh karena itu sempadan sungai ini tersebar. Dengan memakai pendekatan normatif penetapan
sempadan sungai di kawasan perkotaan, maka perkiraan luas sempadan sungai ini adalah 449,09
ha, atau sekitar 2,62 % dari luas kota. Dengan asumsi bahwa sungai besar (S. Citanduy dan S. Ciwulan
sempadannya ditetapkan 100 meter dari badan air), sedangkan sungai kecil lainnya ditetapkan 10
meter hingga 50 meter dari badan air setempat dan dilengkapi dengan jalan inspeksi, sedangkan
khusus untuk keberadaan saluran irigasi dipertahankan dengan memfungsikan saluran yang ada
sebagai saluran pengalir ke pesawahan
Dalam konteks penetapan kawasan lindung ini, di wilayah Kota Tasikmalaya juga terdapat subjek-
subjek yang selayaknya berfungsi lindung yang merupakan kawasan fungsional (objek khusus); yaitu
keberadaan situ-situ yang tersebar di 2 (dua) kecamatan, yaitu:
- Kecamatan Mangkubumi
§ Situ Gede = 48 ha
- Kecamatan Tamansari
§ Situ Cibeureum = 7 ha
§ Situ Cipajaran = 5 ha
§ Situ Malingping = 2 ha
§ Situ Rusdi = 1,5 ha
§ Situ Bojong = 2 ha
§ Situ Cicangri = 2,5 ha
Dari 7 (tujuh) situ yang ada dan dapat dipertahankan sebagai kawasan fungsional (cadangan air,
konservasi setempat dan objek wisata air), hanya Danau/Situ Gede. Oleh sebab itu perlu ditetapkan
radius sempadannya sebesar 50 meter untuk menjaga fisik situ dan harus mempunyai kekuatan
hukum (Perda), sedangkan situ-situ lainnya kondisi fisik danau/situ ada yang tidak jelas dan status
kepemilikan perorangan. Namun demikian perlu ditetapkan radius sempadannya sebesar 10 meter.
Secara keseluruhan sempadan situ di Kota Tasikmalaya seluas 3,40 Ha atau 0,20 % dari luas kota
Subjek-subjek ini selanjutnya perlu disepakati dengan pihak pemilik atau pemakai yang ada untuk
kemudian ditetapkan sebagai objek fungsional Kota Tasikmalaya secara lebih pasti.
1. Kawasan Budidaya Berfungsi Lindung (hutan produksi milik perhutani dan hutan rakyat),
yang terletak di bagian selatan wilayah kota, yaitu di Wilayah Kecamatan Kawalu, secara
normatif seluas 162,55 ha atau sekitar 0,95 % dari luas lahan kota.
2. Kawasan Pusat Kota (CBD/Central Bussiness District), yang terletak di bagian tengah
wilayah kota, yaitu di sebagian Wilayah Kecamatan Cihideung dan sebagian Wilayah
Kecamatan Tawang dengan perkiraan luas adalah 373,21 ha, atau sekitar 2,12 % dari luas
kota. Dalam kawasan pusat kota ini terdapat fungsi atau kegiatan atau penggunaan lahan :
• perkantoran Pemerintahan,
• perdagangan dan jasa skala regional dan kota,
• ruang terbuka utama kota (alun-alun) dan taman kota,
• fasilitas umum/sosial skala kota dan regional,
• perumahan/permukiman pusat kota.
3. Perdagangan dan Jasa Regional, yang terletak di bagian tengah wilayah kota (CBD) dan
sebagian tersebar, perkiraan luas adalah 66,16 ha, atau sekitar 0,39 % dari luas kota. Dalam
kawasan ini terdapat fungsi atau kegiatan atau penggunaan lahan :
luasnya adalah 445,15 ha, atau sekitar 2,60 % dari luas kota. Dalam koridor perdagangan &
jasa ini terdapat fungsi atau kegiatan atau penggunaan lahan :
• perdagangan/niaga/komersial,
• kegiatan jasa (pom bensin, perbankan, dll.),
• perkantoran pemerintah dan swasta,
• hunian campuran (rumah-toko/ruko, rumah-kantor/rukan, dll.),
• fasilitas umum / sosial pendukung
5. Pemerintahan, yang terletak menyebar dengan perkiraan luas atau kegiatan atau
penggunaan lahan sebesar 15,82 ha atau 0,47 % dari luas lahan kota, dengan rincian:
• Pusat pemerintahan
• Kantor DPRD
• Kantor Kehakiman
• Kantor pemerintahan lainnya
6. Pendidikan, yang terletak menyebar dengan perkiraan luas atau kegiatan atau penggunaan
lahan, diprioritaskan pada pendidikan dengan skala besar sebesar 15,02 ha atau 0,09 % dari
luas lahan kota, dengan rincian setingkat Perguruan Tinggi dan Setingkat Sekolah
Menengah Atas.
7. Kesehatan, yang terletak di sekitar pusat kota yang terdiri dari perluasan RS umum dan RS
Swasta dengan perkiraan luas atau kegiatan atau penggunaan lahan, sebesar 15,02 ha atau
0,09 % dari luas lahan kota.
8. Terminal, yang terletak di Kecamatan Indihiang dengan perkiraan luas atau kegiatan atau
penggunaan lahan sebesar 5,92 ha (Tipe-A), di Kecamatan Cibeureum sebesar 1 Ha (Tipe-
C). Jadi secara keseluruhan mencapai 0,04 % dari luas lahan kota, sedangkan untuk
mengimbangi perkembangan kota ke depan diperlukan tambahan terminal dengan usulan
di Kecamatan Kawalu dan di Kecamatan Mangkubumi (indikatif).
9. Perumahan dan Permukiman, yang terletak menyebar di seluruh kawasan kota, baik
perumahan perorangan/masyarakat maupun developer dengan perkiraan luas atau
kegiatan atau penggunaan lahan sebesar 4.600,95 ha atau 28,59 % dari luas lahan kota.
10. Kawasan Industri merupakan pengembangan dari lokasi industri yang diprioritaskan untuk
industri kecil menengah (IKM) dan industri besar non polutan yang mendukung
terselenggaranya pengembangan PKW (Pusat Kegiatan Wilayah) dan sentra Kawasan
Andalan Priangan Timur. Dengan tersedianya ruang bagi kegiatan industri diharapkan akan
memicu investasi bagi perkembangan industri kecil dan menengah. Adapun perkiraan luas
rencana kawasan industri ini adalah 76,13 ha, atau sekitar 0,44 % dari luas kota.
11. Kawasan Pergudangan, yang merupakan rencana pergudangan baru, sebagai upaya
mengakomodasi kecenderungan perkembangan yang ada dewasa ini, yang terletak di
Kecamatan Mangkubumi. Perkiraan luas kawasan pergudangan ini adalah 95,43 ha, atau
sekitar 0,56 % dari luas kota. Dalam kawasan pergudangan ini terdapat fungsi atau kegiatan
atau penggunaan lahan, yaitu fasilitas umum/sosial pendukung pergudangan dan pool
kendaraan umum.
12. Fasilitas Umum dan Sosial, yang merupakan rencana pengembangan fasilitas umum dan
sosial lainnya, seperti ruang parkir, ruang publik (plaza) puskesmas, sekolah, jalan, dll
dengan perkiraan luas sebesar 15,85 ha, atau sekitar 0,09 % dari luas kota. Sedangkan
untuk rencana jalan yang akan dikembangkan diperkirakan sebesar 96,66 ha atau 0,56 %
dari luas lahan kota. Sedangkan besaran jaringan jalan yang ada diperkirakan sebesar
480,33 ha atau 2,80 % dari luas lahan kota.
13. Rekreasi dan Olahraga (objek wisata), yang merupakan kegiatan rekreasi dan olah raga
dari pengembangan fasilitas yang telah ada dengan perkiraan luas sebesar 211,42 ha, atau
sekitar 1,29 % dari luas kota. Dalam kawasan rekreasi dan olahraga ini terdapat fungsi atau
kegiatan atau penggunaan lahan :
• Dadaha,
14. Kawasan Militer, yang terletak di Kecamatan Tawang, Kecamatan Indihiang dan Kecamatan
Cibeureum dengan perkiraan luas fungsional atau kegiatan atau penggunaan lahan sebesar
80,43 ha atau 0,47 % dari luas lahan kota, dengan rincian:
16. Ruang Terbuka Hijau (RTH), terdiri dari taman kota, sawah, danau/situ, TPU dan hutan
kota dengan perkiraan luas atau kegiatan atau penggunaan lahan sebesar 6.426,84 ha atau
37,05 % dari luas lahan kota.
Gambar 2-3 Peta Rencana Pola Ruang Kota Tasikmalaya
Sistem pengelolaan air limbah ini erat hubungannya dengan sanitasi atau kesehatan lingkungan,
sehingga pengelolaan air limbah ini harus benar-benar direncanakan dengan sebaik mungkin. Dalam
kaitannya dengan hal tersebut, arahan rencana pengelolaan air limbah di Kota Tasikmalaya akan
tetap dilakukan dengan menggunakan sistem pengolahan setempat (on site system sanitation), yaitu
dengan mengembangkan sistem penggunaan tangki septik yang ada di tiap-tiap rumah dengan lebih
meningkatkan kuantitas dan kualitasnya, serta sebaiknya melengkapinya dengan bidang resapan.
Mengingat penyediaan WC yang dilengkapi tangki septik ini tidak semua golongan masyarakat
mampu menyediakannya karena harus tersedia lahan yang cukup, maka dalam pengadaannya
dibutuhkan batuan Pemerintah Daerah yang berupa penyediaan WC atau MCK umum.
Adanya tangki septik ini diharapkan kotoran zat-zat organik yang diendapakan setelah beberapa
waktu akan mengalami pembusukan yang tidak akan mencemari lingkungan dan dapat
menghasilkan pupuk untuk tanaman, yang secara teknis adalah :
Dasar tangki septik dibuat miring untuk pengendapan lumpur dengan kapasitas kurang lebih 30
lt/org/tahun, dengan frekuensi pembuangan 1– 4 tahun. Ruang gas disediakan sebesar 30 cm3
Bidang resapan memiliki dimensi lebar 50 cm, panjang 150 cm, kedalaman 70 cm.
Mengingat pemakaian tangki septik membutuhkan lahan yang cukup luas, maka bagi daerah yang
padat dilakukan dengan sistem perpipaan dahulu untuk seterusnya dialirkan menuju tangki septik
komunal. Hal ini dilakukan agar dalam masa mendatang sistem pengelolaan limbah di Kota
Tasikmalaya dapat mengikat secara bertahap dari rumah tangga menjadi sistem kawasan atau
bahkan menjadi sistem kota. Dalam kaitannya dengan masalah sanitasi ini, maka dalam
2. Penyediaan kendaraan pengangkut tinja untuk membersihkan dan menguras lumpur tinja pada
tangki septik yang sudah penuh
3. Monitoring untuk memantau pengelolaan air limbah domestik, serta kualitas dan kuantitas
badan-badan air yang ada di perkotaan.
Jumlah penduduk Kota Tasikmalaya Tahun 2011 sebesar 606.223 jiwa dengan laju pertumbuhan
penduduk 0,15%/tahun. Luas wilayah Kota Tasikmalaya sebesar 176,55 km2 dengan jumlah
kepadatan sebanyak 336,29 jiwa/km2. Jumlah penduduk terbanyak ada di Kelurahan Sukamanah,
Kecamatan Cipedes dengan jumlah penduduk sebesar 21.085 jiwa, Kelurahan Cilembang, Kecamatan
Cihideung dengan jumlah penduduk sebesar 17.545 jiwa dengan kepadatan sebanyak 8,464
jiwa/km2 dan Kelurahan Panglayungan, Kecamatan Cipedes dengan jumlah penduduk 17.730 jiwa
dengan kepadatan sebanyak 15,553 jiwa/km2.
Tabel 2-3 Jumlah Penduduk, Laju Pertumbuhan dan Kepadatan Penduduk Per Kecamatan
di Kota Tasikmalaya Tahun 2010-2011
Dilihat dari hasil analisis kependudukan tahun 2013, terlihat ada beberapa kelurahan mempunyai
tingkat kepadatan paling tinggi yaitu di Kelurahan Empangsari dan Kelurahan Lengkongsari
Kecamatan Tawang, Kelurahan Tugujaya dan Kelurahan Tuguraja Kecamatan Cihideung dan
Kelurahan Panglayungan Kecamatan Cipedes.
Tabel 2-4 Tingkat Kepadatan Penduduk di Kota Tasikmalaya
Gambar 2-4 Peta Kepadatan Penduduk Kota Tasikmalaya
Berdasarkan RTRW Kota Tasikmalaya Tahun 2010-2030, indikasi program pengembangan sistem
jaringan air limbah terdapat lima poin, yaitu :
• Penyuluhan masyarakat
• Penyediaan kendaraan pengangkut tinja
• Monitoring pengelolaan air limbah domestik
• Penyusunan rencana teknis SPAL Tahap II
• Pengembangan IPAL industri /tangki septik komunal untuk rumah tangga, industri kulit, batik,
benang, tahu dan tempe.
Dari jumlah penduduk yang ada dapat dilihat proyeksi timbulan air limbah di Kota Tasikmalaya,
dengan asumsi penggunaan air bersih 150 lt/org/hari dan timbulan air limbah 80% dari total
kebutuhan air bersih. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel berikut ini.
Program Sanitasi
Rencana pengembangan infrastruktur sanitasi (sampah, air limbah dan drainase) sesuai arahan
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Tasikmalaya Tahun 2010-2030 adalah sebagai berikut:
1. Rencana Pengembangan Persampahan
Pengembangan sistem pengelolaan sampah dilakukan melalui :
a. pengembangan tempat pengolahan sampah terpadu di Ciangir Kelurahan Tamansari
Kecamatan Tamansari seluas kurang lebih 15 Ha (lima belas hektar) dengan sistem
sanitary landfill yang dikelola bersama dengan wilayah yang berbatasan;
b. pemanfaatan secara maksimal tempat-tempat penampungan sementara; dan
c. pembangunan unit sampah di tiap kecamatan.
2. Rencana Pengembangan Air Limbah
Sistem pengelolaan air limbah sesuai arahan RTRW Kota Tasikmalaya 2011-2031 adalah
sebagai berikut :
3. Mengingat pemakaian tangki septik membutuhkan lahan yang cukup luas, maka bagi daerah yang padat
dilakukan dengan sistem perpipaan dahulu untuk seterusnya dialirkan menuju tangki septik komunal. Hal
ini dilakukan agar dalam masa mendatang sistem pengelolaan limbah di Kota Tasikmalaya dapat mengikat
secara bertahap dari rumah tangga menjadi sistem kawasan atau bahkan menjadi sistem
kotaRencana Pengembangan Drainase
Normalisasi sungai, rehabilitasi saluran drainase dan penanganan genangan merupakan
rencana pengembangan sektor drainase yang tercantum dalam RTRW Kota Tasikmalaya
Tahun 2011-2031, yang meliputi :
a. Normalisasi sungai-sungai yang berfungsi sebagai jaringan drainase primer sesuai
dengan perkiraan debit banjir 20 (dua puluh) tahun, meliputi: Sungai Citanduy, Sungai
Ciwulan, Sungai Ciloseh, Sungai Cimulu, Sungai Ciromban, Sungai Cipedes,
Sungai Cihideung, Sungai Cikalang, dan Sungai Cibadodon.
b. Perbaikan dan peningkatan saluran drainase berdasarkan sistem drainase
terpadu;
c. Penanggulangan titik-titik rawan genangan air, meliputi:
1. Jalan Ir.H. Djuanda;
2. Jalan Residen Ardiwinangun;
3. Jalan Mayor SL. Tobing;
4. Jalan Siliwangi;
5. Jalan Perintis Kemerdekaan;
Umum
Pada Pembuatan Rencana Sistem Pengolahan Air Limbah, dokumen – dokumen mengenai sanitasi di
Kota Tasikmalaya sangat perlu untuk jadikan acuan untuk Kegiatan Review Sistem Pengolahan Air
Limbah Kota Tasikmalaya, karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup, kondisi lingkungan
pemukiman daerah yang akan menjadi lokasi kegiatan. Beberapa Dokumen Sanitasi tersebut
diantaranya adalah, Dokumen Rencana Teknis SPAL Tahap I Kota Tasikmalaya, Buku Putih Sanitasi
(BPS) Kota Tasikmalaya, dan Dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kota Tasikmalaya. Adapun
uraian lebih jelas sebagai berikut :
Dokumen Rencana Teknis Sistem Pengolahan Air Limbah (SPAL) Tahap I ini dibuat pada tahun 2006,
sehingga datanya menjadi kurang update. Namun hal yang dapat dipetik pada dokumen ini antara
lain :
1. Sejak tahun 2006, Kota Tasikmalaya bellum mempunyai sistem penyaluran air limbah. Kecuali
untuk llingkungan perumahan yang dibangun oleh pengembang, pada umumnya masyarakat
membuat saluran secara individu ke saluran yang dekat dengan llingkungannya yang akhirnya
membawa air limbah ke sungai yang ada. Beberapa sungai yang menjadi badan air penerima
antara lain : Ciloseh, Cihideung, Cimulu, Cibeureum, dan sungai-sungai lainnya. Berdasarkan
hasil pemantauan, sungai dan saluran irigasi yang ada dijadikan saluran akhir air kotor dari
limbah domestik maupun dari limbah pencelupan home industry batik, sehingga dapat
diidentifikasikan bahwa sistem penyaluran air kotor yang ada saat ini belum memadai untuk
wilayah kota.
2. Kendala pengembangan sistem penyaluran air limbah Kota Tasikmalaya adalah masalah lahan.
Kebutuhan lahan tidak dapat dihindari, baik untuk kebutuhan jalur pipa maupun untuk
pembangunan instalasi pengolahan limbah. Perubahan tatanan kota secara menyeluruh akan
terjadi, untuk itu dukungan aspek hukum dan kelembagaan mutlak adanya.
Buku Putih Sanitasi (BPS) Kota Tasikmalaya dijadikan salah satu acuan dan basis data dari Kegiatan
Review Sistem Pengolahan Air Limbah Kota Tasikmlaya, selain dijadikan juga sebagai acuan
perencanaan strategis bagi penyususnan Stategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kota Tasikmalaya. Dimana
dari Buku Putih Sanitasi Kota Tasikmalaya ini bisa didapatkan data mengenai kondisi eksisting pada
saat ini terutama kondisi eksisting sanitasi Kota Tasikmalaya, sehingga dapat diketahui permasalahan
sanitasi yang ada di Kota Tasikmalaya.
Dalam Buku Putih Sanitasi Kota Tasikmalaya diketahui bahwa pengelolaan air limbah domestic Kota
Tasikmalaya merupakan tanggung jawab dari Dinas Cipta Karya Tata Ruang dan Kebersihan Kota
Tasikmalaya, khususnya di bidang kebersihan. Sistem pelayanan air limbah domestic Kota
Tasikmalaya secara teknis dilayani oleh sistem setempat (on site system). Adapun teknologi
pengolahan yang ada adalah septic tank yang dilanjutkan dengan pengolahan lumpur tinja di IPLT.
Akan tetapi kondisi IPLT Singkup saat ini tidak dapat digunakan, sehingga tidak ada pengolahan
limbah cair. Di samping itu masih banyak masyarakat yang menggunakan cubluk atau septic tank
yang secara konstruksi tidak memenuhi persyaratakan yang ditentukan.
Menurut hasil survey EHRA yang dilakukan di Kota Tasikmalaya pada Tahun 2012 mengenai
pembuangan air limbah domestic adalah sebagai berikut :
Sebagian besar responden (62.5%) menjawab tidak tau mengenai kebiasaan BABS balita; 28.5%
responden menjawab tidak biasa BABS, dan hanya 3.5% responden yang menjawab balitanya
sering BABS.
10. Kebiasaan Ibu Membuang Tinja Anak
26% responden menjawab membuang tinja anak ke wc/jamban. Sedangkan 66.8% responden
menjawab tidak tahu, dan sebesar 1% responden membuang tinja anak ke kebun/pekarangan.
11. Kepemilikan SPAL
Sebanyak 57.2% responden memiliki SPAL , dan sisanya 42.8% tidak memiliki SPAL.
12. Tempat Pembuangan Air Limbah Kamar Mandi
66.1% responden menjawab membuang air limbahnya ke sungai/kanal. 13% responden
menjawab pembuangan air limbah kamar mandi ke saluran tertutup dan 9.6% responden
membuang limbah kamar mandi ke lubang galian.
Sedapat disimpulkan bahwa kota ini sangat memerlukan penanganan pada sector sanitasi. Hal ini
terlihat dari besarnya presentase area beresiko sanitasi yang sangat tinggi mencapai 85.09% (Area
beresiko tinggi 55.07% dan resiko sangat tinggi 30.43%). Tujuh kelurahan dengan area beresiko tinggi
yang akan menjadi prioritas dalam penanganan sanitasi Kota Tasikmalaya yaitu Kelurahan Cikalang,
Empangsari, Lengkongsari (Kecamatan Tawang) dan Kelurahan Cipedes, Panglayungan, Nagarasari,
Sukamanah (Kecamatan Cipedes).
Salah satu permasalahan utama di sector sanitasi Kota Tasikmalaya adalah air limbah domestic. Dari
segi ini masalah utamanya adalah masih rendahnya kepemilikan septic tank, kepemilikan jamban
relative banyak, akan tetapi pembuangannya langsung ke saluran drainase atau badan air, dan yang
oalling utama adalah belum adanya system pengelolaan air limbah domestic di Kota Tasikmalaya
karena IPLT Singkup di Kecamatan Purbaratu tidak berfungsi (rusak).
Adapun rencana peningkatan pengelolaan limbah cair di Kota Tasikmalaya sesuai dengan yang
tercantum dalam Buku Putih Sanitasi (BPS) Kota Tasikmalaya meliputi :
Pelaksanaan
Program Pengelolaan Limbah Cair
No Sudah Sedang Akan
Off Site System
dilaksanakan Dilaksanakan Dilaksanakan
1 Percepatan Pembangunan Sanitasi V
Pemukiman Kota Tasikmalaya
(PPSP)
Pelaksanaan
Program Pengelolaan Limbah Cair
No Sudah Sedang Akan
Off Site System
dilaksanakan Dilaksanakan Dilaksanakan
2 Pembuatan rencana induk V
pengelolaan limbah cair perkotaan
3 Pemasangan pipa penyaluran V
limbah cair
4 Pembuatan IPAL V
5 Penguuatan kelembagaan v
Sumber : Buku Putih Sanitasi (BPS) Kota Tasikmalaya, 2012
2. Sistem Sanimas
Dokumen Strategi Sanitasi (SSK) berfungsi sebagai salah satu pedoman dari Kegiatan Review Sistem
Pengolahan Air Limbah Kota Tasikmalaya. Dimana pada dokumen ini didapat mengenai data
tentang isu strategis dan tantangan dari sektor sanitasi di Kota Tasikmalaya, juga mengenai strategi ,
program dan kegiatan sanitasi di Kota Tasikmalaya.
Terdapat lima isu strategis dalam pelayanan pengelolaan air limbah di Kota Tasikmalaya. Kelima isu
tersebut adalah :
1. Tidak adanya pejabat pengawas lingkungan hidup sehingga upaya penerangan sanksi terhadap
pengolahan dan pembuangan limbah yang tidak layak masih sangat lemah
2. Adanya keterbatasan lahan yang dapat digunakan untuk pembangunan prasarana yang
menghambat upaya pembangunan dalam bidang pengelolaan air limbah
3. Keterbatasan lahan menjadi salah satu isu utama dalam pembangunan infrastruktur
pengelolaan limbah di Kota Tasikmalaya yang layak. System pengelolaan secara komunal perlu
untuk didorong sebagai salah satu solusi teknis untuk dapat menanggulangi permasalahan ini.
4. Belum maksimalnya ketersediaan IPAL Komunal dan IPLT di Kota Tasikmalaya
5. Saat ini, Kota Tasikmalaya belum memiliki IPAL komunal. IPLT sudah dimiliki namun kurang
berfungsi secara maksimal.
Adapun gambaran pengelolaan limbah tinja di Kota Tasikmalaya pada Tahun 2010 disajikan pada
tabel berikut ini :
Secara umum, kegiatan pembuangan limbah tinja pasti menimbulkan permasalahan baik secara
teknis maupun non teknis. Permasalahan yang terjadi dari kegiatan pembuangan limbah tinja di Kota
Tasikmalaya pada tahun 2010 disajikan pada tabel berikut :
Tabel 2-12 Permasalahan Pembuangan Limbah Tinja di Kota Tasikmalaya Tahun 2010
Akar Permasalahan
No Uraian
Teknis Non-Teknis
1 ON SITE SYSTEM
- User interface (kloset)
- Pengumpulan/penampungan Jumlah rumah masyarakat
yang memiliki tempat
penampungan tinja belum
terlalu banyak (septic tank)
- Pengangkutan Pengangkutan dilakukan
melalui kendaraan sedot tinja
terbatas jumlahnya (1 unit)
- IPLT IPLT belum beroperasi dengan
optimal
2 OFF SITE SYSTEM
- User interface (kloset)
- Pengumpulan/penampungan Tidak dilakukan
pengumpulan/peampungan
tetapi langsung disalurkan ke
badan air penerima terdekat
- Perpipaan Kota Tasikmalaya belum
memiliki IPAL skala kota
- IPAL Kota Tasikmalaya belum
memiliki IPAL skala kota
Sumber : Strategi Sanitasi Kota (SSK) Kota Tasikmalaya, 2012
Sesuai dengan yang tercantum pada buku Strategi Sanitasi Kota (SSK), adapun tujuan dari
pengelolaan air limbah Kota Tasikmalaya adalah Meningkatkan peran serta masyarakat dalam
penyelenggaraan pengembangan system pengelolaan air limbah pemukiman, dengan sasaran
Peningkatan pengelolaan lumpur tinja dari tangki septic di perkotaan. Sehingga dalam mewujudkan
tujuan tersebut disusunlah Kebijakan Umum dan Strategi Sektor Sanitasi Kota (SSK) Tahun 2013-
2017 untuk pengelolaan air limbah. Adapun tujuan, sasaran dan tahap pencapaian yang akan
dilakukan oleh Kota Tasikmalaya adalah sebagai berikut :
1. Meningkatnya porsi belanja fisik sub sektor air limbah pada akhir tahun 2017 sebesar
0,03%
2. Meningkatnya pengetahuan personil SKPD terkait dan masyarakat tentang pilihan
(opsi) teknologi pengelolaan air limbah berbiaya rendah pada akhir tahun 2017.
3. Meningkatnya volume lumpur tinja yang masuk IPLT pada tahun 2017 sebesar 10%
4. Meningkatnya akses masyarakat terhadap sarana jamban keluarga dengan tangki
septic pada tahun 2017 sebesar 65,90%
5. Berkurangnya praktek buang air besar sembarangan (BABs) pada tahun 2017
6. Tersedianya regulasi air limbah domestic pada tahun 2017 sebesar 65,70%
7. Meningkatnya kesadaran masyarakat untuk tidak membuang air limbah domestic ke
saluran drainase pada akhir tahun 2017 sebesar 47%
Tahapan Pencapaian:
Pemerintah Kota Tasikmalaya telah merumuskan tingkat layanan sanitasi memuaskan (amenity
level) selama 15 tahun mendatang. Untuk pencapaian hal tersebut, maka perlu tahapan untuk
mencapai tingkat layanan sanitasi tersebut. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel berikut :
Kebijakan dan strategi nasional Kota Tasikmalaya dalam pengembangan pengelolaan air limbah
dirumuskan pada table berikut:
Tabel 2-15 Kebijakan dan Strategi Pengelolaan Air Limba Tahun 2012-2016
DAFTAR ISI
BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN ........................................................................... 2-1
DAFTAR TABEL
Tabel 2-1 Rencana Sistem Pusat Pelayanan Kota Tasikmalaya ............................................................ 2-1
Tabel 2-2 Pola Ruang Kota Tasikmalaya .............................................................................................. 2-7
Tabel 2-3 Jumlah Penduduk, Laju Pertumbuhan dan Kepadatan Penduduk Per Kecamatan ........... 2-15
Tabel 2-4 Tingkat Kepadatan Penduduk di Kota Tasikmalaya ........................................................... 2-18
Tabel 2-5 Proyeksi Penduduk Kota Tasikmalaya Sampai Tahun 2033 ............................................... 2-22
Tabel 2-6 Jumlah Proyeksi Air Limbah di Kota Tasikmalaya .............................................................. 2-26
Tabel 2-7 Program Pengelolaan Limbah Cair Off Site System ........................................................... 2-31
Tabel 2-8 Program Pengelolaan Limbah Cair Sanimas ...................................................................... 2-32
Tabel 2-9 Program Pengelolaan Limbah Cair On Site System ........................................................... 2-32
Tabel 2-10 Pengelolaan Limbah Tinja di Kota Tasikmalaya Tahun 2010 ........................................... 2-33
Tabel 2-11 Jenis Sarana pengolahan Air Limbah di Kota Tasikmalaya .............................................. 2-34
Tabel 2-12 Permasalahan Pembuangan Limbah Tinja di Kota Tasikmalaya Tahun 2010 .................. 2-35
Tabel 2-13 Tahapan Pencapaian Sub Sektor Air limbah .................................................................... 2-36
Tabel 2-14 Tingkat Layanan Sanitasi di Kota Tasikmalaya 2013-2028 ............................................... 2-37
Tabel 2-15 Kebijakan dan Strategi Pengelolaan Air Limba Tahun 2012-2016 ................................... 2-37
DAFTAR GAMBAR
3 BAB III
GAMBARAN UMUM KOTA TASIKMALAYA
Kota Tasikmalaya adalah salah satu kota yang masuk dibawah wilayah administrasi Propinsi Jawa
Barat. Sesuai Undang-undang Nomor 10 Tahun 2001 tentang Pembentukan Pemerintah Kota
Tasikmalaya luas wilayah administrasi Kota Tasikmalaya adalah 17.156,2 Ha (171,562 Km2), akan
tetapi setelah dilakukan perhitungan pada Tahun 2010 berdasarkan Kepetusan Mentri Dalam
Negri RI tetang batas Daerah Kota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat, Kota Tasikmalaya memiliki
luas 18.385, 09 Ha dan hal tersebut telah ditetapkan dalam Perda Kota Tasikmalaya No. 4 Tahun
2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Tasikmalaya Tahun 2011-2031. Sesuai dengan
Perda Kota Tasikmalaya No. 6 tentang pembentukan Kecamatan Bungursai dan Kecamatan
Purbaratu, pada Tahun 2008 Kota Tasikmalaya mengalami pemekaran, dari yang semula 8
(delapan) kecamatan, menjadi 10 (sepuluh) kecamatan. Secara geografis Kota Tasikmalaya
memiliki posisi yang strategis, yaitu berada pada 108˚ 08˚38˚ - 108˚24˚02˚ Bujur Timur dan 7˚10˚ -
7˚26˚32˚ Lintang Selatan di bagian Tenggara Wilayah Propinsi Jawa Barat.
Kedudukan atau jarak dari Ibukota Propinsi Jawa Barat ± 105 Km dan dari Ibukota Negara, yaitu
Jakarta ± 255 Km.
Mangkubumi
Cibeureum
Bungursari
Tamansari
Purbaratu
Cihideung
Indihiang
Cipedes
Tawang
Kawalu
KECAMATAN
Kota Tasikmalaya yang dibentuk pada tahun 2001, terdiri dari 8 (delapan) kecamatan dengan 69
kelurahan. Namun sesuai perkembangan, pada tahun 2008 terjadi pemekaran menjadi 10
(sepuluh) kecamatan dengan jumlah kelurahan tetap. Pada tahun 2011 masih terdiri dari 10
kecamatan dengan jumlah kelurahan sebanyak 69 kelurahan dan terdiri dari 782 rukun warga,
meningkat dari tahun 2010 yang hanya terdiri dari 759 rukun warga (RW); dan terdiri dari 3.292
rukun tetangga, meningkat dari tahun 2010 yang hanya terdiri dari 3.204 rukun tetangga (RT).
kelurahan dengan rincian sebagai berikut :
Adapun Peta Aministrasi Kota Tasikmalaya dapat dilihat pada gambar peta berikut ini.
DEMOGRAFIS
Jumlah penduduk Kota Tasikmalaya pada tahun 2011 apabila dibandingkan dengan tahun 2010,
ada pertambahan sebesar 1,13% atau 10.752 jiwa. Pada tahun 2011 jumlah penduduk Kota
Tasikmalaya sebanyak 646.216 jiwa, sementara jumlah rumahtangga pada tahun 2011 sebanyak
167.609 rumah tangga dan banyaknya anggota per rumahtangga antara 3 sampai 4 orang.
Kota Tasikmalaya memiliki luas wilayah 183,85 Km² dengan jumlah penduduk sebanyak 646.216
jiwa sehingga setiap Km² nya rata-rata dihuni oleh 3.515 jiwa dengan sebaran yang tidak merata
pada setiap kecamatannya. Kepadatan penduduk terakumulisasi di daerah perkotaan, khususnya
di Kecamatan Cihideung, Tawang dan Cipedes dengan tingkat kepadatan penduduk setiap Km²
nya masingmasing mencapai 13.232 jiwa, 9.036 jiwa dan 8.507 jiwa, sedangkan tingkat
kepadatan terendah terdapat di Kecamatan Tamansari yang hanya didiami oleh 1.791 jiwa setiap
Km2.
Tabel 3-4 Jumlah Penduduk, Laju Pertumbuhan Penduduk dan Jumlah Rumah Tangga
Kota Tasikmalaya, 2002-2011
Uraian Rumah
Penduduk LPP
Tahun Tangga
Tabel 3-5 Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan di Kota Tasikmalaya Tahun 20112
Berdasarkan tingkat kepadatan penduduk Kota Tasikmalaya dapat dibagi menjadi 4 kelompok,
yaitu :
• Kepadatan < 25 jiwa/Ha disebut kawasan pedesaan (rural)
• Kepadatan 25 – 100 jiwa/Ha disebut kawasan peri urban
• Kepadatan 100 -175 jiwa/Ha disebut kawasan Urban Low
• Kepadatan 175-250 jiwa/Ha disebut kawasan Urban medium
• Kepadatan > 250 jiwa/Ha disebut kawasan Urban hight
Berdasakan kriteria tersebut di atas kecamatan-kecamatan di Kota Tasikmalaya di dominasi oleh
kawasan peri urban (Kecamatan Cibeureum, Purbaratu, mangkubumi, Indihiang, Bungursari dan
Cipedes) dengan kecamatan yang masuk kawasan rural adalah kecamatan Kawalu dan Tamansari,
sedangkan yang masuk dalam kawasan Urban Low adalah kecamatan Tawang dan Cihideung.
Tabel 3-6 Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin di Kota Tasikmalaya
Jumlah penduduk Kota Tasikmalaya menurut kelompok umur menunjukan penyebaran seperti
pada umumnya kota besar di Indonesia. Hal ini terlihat dalam bentuk piramida yang lebih
menunjukan usia produktif dan balita lebih banyak, sedangkan untuk usia lanjut lebih sedikit.
Tabel 3-7 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Kota Tasikmalaya
Penduduk (orang)
Kelompok Umur
Laki-laki Perempuan Jumlah
0 - 4 31.821 23.758 55.579
5 – 9 29.353 30.607 59.960
Okt-14 33.630 36.768 70.398
15 - 19 30.991 26.536 57.527
20 - 24 21.928 22.207 44.135
25 - 29 21418 22.081 43.499
30 - 34 24.635 27.725 52.360
35 - 39 27.494 25.888 53.382
40 - 44 25.880 24.375 50.255
45 - 49 18.352 22.162 40.514
50 - 54 20.169 16.398 36.567
55 - 59 12.811 13.781 26.592
60 - 64 10.693 8.787 19.480
65 - 69 8.156 8.187 16.343
70 - 74 5.421 4.149 9.570
75 + 4.213 5.842 10.055
Kota Tasikmalaya 326.965 319.251 646.216
Sumber : Kota Tasikmalaya Dalam Angka, 2012
3.3.1 Topografi
Berdasarkan bentang alamnya, Kota Tasikmalaya termasuk ke dalam kategori dataran sedang,
dengan ketinggian wilayah berada pada kisaran 201 mdpl (terendah, di Kelurahan Urug
Kecamatan Kawalu) s.d 503 mdpl (tertinggi, di Kelurahan Bungursari Kecamatan Indihiang).
Terdapat beberapa wilayah yang memiliki kemiringan lahan cukup tinggi, yaitu : Kecamatan
Kawalu dan Cibeureum, sehingga perkembangan kegiatan perkotaannya perlu perhatian.
Gambar 3-2 Peta Kemiringan lahan Kota Tasikmalaya
3.3.2 Hidrologi
Kota Tasikmalaya memiliki potensi kandungan air tanah yang relatif dangkal. Kondisi geohidrologi
Kota Tasikmalaya yang terdiri dari :
Tabel 3-10 Danau, Rawa, Situ, Telaga, dan Waduk Kota Tasikmalaya
Lokasi
No. Nama Perairan Luas (Ha)
Kelurahan Kecamatan
1 Situ Gede 47 Mangkubumi Mangkubumi
2 Situ Cicangri 3 Tamanjaya Tamansari
3 Situ Rusdi 3 Tamanjaya Tamansari
4 Situ Cibeureum 7 Tamanjaya Tamansari
5 Situ Cipajaran 0,92 Tamanjaya Tamansari
6 Situ Malingping 3,5 Tamanjaya Tamansari
7 Situ Bojong 3,43 Tamanjaya Tamansari
Sumber : RTRW Kota Tasikmalaya, 2004
Dimanfaatkan PDAM
1. Cibunigeulis 60 15 Cibunigeulis Indihiang
(sebagai air baku)
3.3.3 Iklim
Sebagai kota yang terletak di kawasan beriklim tropis, Kota Tasikmalaya bulan basah biasanya
terjadi pada bulan Januari - April, September, Oktober dan Desember. Sedangkan pada bulan Mei
- Agustus dan bulan November bertiup ke arah Barat Laut yang biasanya berkaitan dengan musim
kemarau yang biasa disebut sebagai bulan kering. Dengan suhu rata-rata 25,70 C, dengan kisaran
antara 21,10 C (terendah) dan 27,90 C (tertinggi).
Curah hujan di Kota Tasikmalaya untuk Tahun 2009 dan 2010 rata-rata memiliki nilai 275 mm per
tahun, ini menunjukan bahwa Kota Tasikmalaya merupakan daerah yang memiliki curah hujan
yang sedang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini
Tahun
NO. BULAN 2009 2010
CH HH CH HH
12 Desember 316 12 - 0
Jumlah 3686 145 2844 123
Rata-rata 307.17 12.08 237.00 10.25
Sumber : SLHD Kota Tasikmalaya, 2010
3.4.1 Sosial
Jumlah prasarana pendidikan di Kota Tasikmalaya dapat digambarkan bahwa setiap kecamatan
memiliki prasarana sekolah mulai dari tingkat sekolah dasar hingga sekolah menengah baik yang
kepemilikannya sebagai sekolah negeri (pemerintah) maupun non pemerintah. Hal ini merupakan
salah satu bukti dari keseriusan Pemerintah Kota Tasikmalaya guna meningkatkan IPM khususnya
indeks pendidikan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.
1 Kawalu - 1 - 8 - 10 34 - - 8 3 4 - 9 1 - - 6 - 4 37 50 87
2 Tamansari - - - 2 - 10 20 2 1 6 2 1 1 6 1 - - 3 1 2 26 32 58
3 Cibeureum - - - 6 - 13 22 - - 12 1 5 2 3 - 1 2 2 - 3 27 45 72
4 Purbaratu - - - 2 - 11 15 - 1 2 1 - - 3 1 - - 2 - 2 18 23 41
5 Tawang - 1 - 14 - 12 27 6 - 1 5 5 - 1 2 7 - 2 1 7 36 56 92
6 Cihideung - 2 1 10 - 6 27 6 - 3 2 5 - 3 1 1 1 1 - 7 32 45 77
7 Mangkubumi - - - 7 - 14 34 - - 5 1 5 - 5 1 1 - 1 - 1 36 39 75
8 Indihiang - 1 - 4 - 9 19 1 - 1 3 1 1 6 3 1 - 4 - 4 25 33 58
9 Bungursari - - - 1 - 12 16 2 - 6 1 3 - 2 - 2 - - - 1 17 28 45
10 Cipedes - - - 11 - 12 33 2 - 3 2 3 - 3 - 3 - 1 1 6 36 43 79
Mayoritas penduduk Kota Tasikmalaya pemeluk agama Islam, hal ini terlihat dari banyaknya
sarana peribadahan seperti mesjid yang berjumlah 1.025 unit, langgar 1.191 unit, mushola 512
unit. Jika dilihat dari sudut pemeluk agama, maka pemeluk agama Islam menempati urutan
tertinggi yang berjumlah 560.727, diikuti dengan pemeluk agama Kristen Protestan sebanyak
3.287. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Mesjid Mesjid
No Kecamatan Mushola Langgar Gereja
Besar Jami
1 Kawalu 127 126 111 169 0
2 Tamansari 99 98 112 233 0
3 Cibeureum
141 140 114 98 0
4 Purbaratu
5 Tawang 73 72 0 69 9
6 Cihideung 84 83 77 0 3
7 Mangkubumi 128 127 68 257 0
8 Indihiang
142 141 38 244 0
9 Bungursari
10 Cipedes 117 116 12 101 0
Jumlah 911 903 532 1171 12
Sumber : Kota Tasikmalaya Dalam Angka, 2012
3.4.2 Ekonomi
Jumlah penduduk miskin Kota Tasikmalaya pada Tahun 2010 berjumlah 166.767 orang atau 26 %
dari total keseluruhan penduduk Kota Tasikmalaya. Untuk katagori penduduk miskin terdiri dari
Pra KS, KS I, KS II, KS III dan KS III Plus. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 3-16 Jumlah Keluarga Berdasarkan Tahapan Keluarga Sejahtera di Kota Tasikmalaya
Perlambatan laju pertumbuhan ekonomi Kota Tasikmalaya sempat terjadi pada Tahun 2008,
tetapi relatif tidak lebih besar dibandingkan dengan kondisi nasional dan Provinsi Jawa Barat pada
umumnya. Berbagai tekanan ekonomi yang dihadapi pemerintah Indonesia dan Provinsi Jawa
Barat selama 3 (tiga) tahun belakangan ini tampaknya tidak menimbulkan dampak yang berarti
terhadap perekonomian di Kota Tasikmalaya.
Kinerja ekonomi Kota Tasikmalaya mengalami pertumbuhan positip dengan LPE di kisaran angka
5,7 persen. Hal ini dikarenakan perekonomian Kota Tasikmalaya utamanya ditopang oleh sektor
perdagangan, hotel dan restoran dan sektor industri pengolahan terutama industri kecil dan
menengah yang cukup maju dengan dukungan sektor pengangkutan dan komunikasi serta sektor
jasa-jasa. Pertumbuhan industri kecil dan menengah biasanya relatif stabil dan tidak mudah
terguncang oleh krisis global. Selain itu, keberadaannya yang relatif cepat berkembang dengan
orientasi pemenuhan pasar lokal telah mampu memajukan sektor industri pengolahan secara
keseluruhan dan menopang pertumbuhan sektor-sektor dominan lainnya seperti sektor
perdagangan dan jasa-jasa.
Hampir 70%, pusat bisnis, pusat perdagangan dan jasa, dan pusat industri di priangan timur dan
selatan berada di kota Ini. Priangan Timur dan selatan yakni membentang dari Kota Banjar di
ujung timur jawa barat, Kabupaten Ciamis, Kabupaten dan Kota Tasikmalaya, Kabupaten Garut,
Kabupaten Sumedang, Kabupaten Cianjur, Kabupaten dan Kota Sukabumi di ujung barat jawa
barat, Wilayah priangan timur dan selatan ini mencapai 40% total keseluruhan wilayah Jawa
Barat, itu artinya sepertiga lebih dari pusat perekonomian yang ada di Jawa Barat berada di Kota
ini. Oleh karena itu, sangat cocok bagi para investor baik itu bidang perhotelan, sarana dan
prasarana, pusat perbelanjaan untuk menanamkan modalnya di kota priangan timur ini. Kota
Tasikmalaya membuka peluang yang sebesar - besarnya bagi para investor untuk berinvestasi di
kota ini. Kota Tasikmalaya sendiri berpenduduk sekitar 617 ribu sehingga sangat potensial untuk
dijadikan pangsa pasar investasi.
Gambar 3-4 Laju Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, Provinsi Jawa Barat dan Kota Tasikmalaya
Tahun 2006-2010
7,00
6,48
6,50 6,21 6,10
6,02
6,28
6,00 6,06 5,72 6,09
5,50 5,73
5,50
5,98
5,70
5,00 4,50
5,11
4,50
4,19
4,00
3,50
2006 2007 2008 2009 2010
Kota Tasikmalaya memiliki 8 (delapan) buah Rumah Sakit baik Rumah Sakit Umum maupun
Rumah Sakit Swasta. Sedangkan untuk Rumah Sakit Bersalin dan Rumah Bersalin ada 6 sarana.
Untuk Puskesmas, di Kota Tasikmalaya terdapat 20 Puskesmas yang tersebar di 10 Kecamatan, 20
Puskesmas Pembantu. Dari 20 Puskesmas tersebut, 3 Puskesmas merupakan Puskesmas dengan
tempat perawatan (DTP).
Jumlah tenaga kesehatan di Kota Tasikmalaya pada Tahun 2011 berjumlah 560 orang terdiri dari
tenaga medis (dokter spesialis, dokter umum dan dokter gigi) berjumlah 53 orang, tenaga
paramedis (perawat, perawat gigi dan bidan) berjumlah 363 orang, tenaga farmasi (Apoteker dan
Asisten apoteker) berjumlah 26 orang dan tenaga keteknisan medis (tenaga gizi, sanitarian, analis
kesehatan, analis kimia dan kesehatan masyarakat) berjumlah 116 orang.
Adapun rencana distribusi peruntukan ruang wilayah kabupaten/kota yang meliputi peruntukan
ruang untuk fungsi lindung dan budi daya yang dituju sampai dengan akhir masa berlakunya
RTRW kabupaten/kota yang memberikan gambaran pemanfaatan ruang wilayah kabupaten
hingga 20 (dua puluh) tahun mendatang. Terdiri dari rencana kawasan lindung dan kawasan
budidaya.
• Kawasan lindung adalah kawasan lindung yang secara ekologis merupakan satu ekosistem
yang terletak pada wilayah kabupaten, kawasan lindung yang memberikan pelindungan
terhadap kawasan bawahannya yang terletak di wilayah kabupaten, dan kawasan-kawasan
lindung lain yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan pengelolaannya
merupakan kewenangan pemerintah daerah kabupaten.
• Kawasan budi daya adalah kawasan budi daya yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk
dibudi dayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan
sumber daya buatan.
Gambar 3-5 Peta Pola Ruang Kota Tasikmalaya
SANITASI LINGKUNGAN
Ada 4 masalah sanitasi lingkungan yang akan disampaikan, meluputi : sistem penyediaan air
bersih, pengelolaan air limbah, pengelolaan sampah dan penanganan drainase. Berikut uraian
selengkapnya.
Sistem Penyediaan Air Bersih di Kota Tasikmalaya sebagian ditangani oleh PDAM, tapi ada juga
yang menggunakan sarana pribadi seperti pompa, sumur, dll. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada tabel berikut ini.
Tabel 3-20 Jumlah Pelanggan PDAM dan Non PDAM di Kota Tasikmalaya
Jumlah Rumah Jlh Pelanggan Jlh Pelanggan
No Kecamatan
(KK) PDAM Non PDAM
1 Kawalu 23,574 1,435 22,139
2 Tamansari 16,643 1,400 15,243
3 Cibeureum 16,367 2,263 14,104
4 Purbaratu 10,806 1,970 8,836
5 Tawang 18,389 3,490 14,899
6 Cihideung 20,082 3,944 16,138
7 Mangkubumi 22,126 4,750 17,376
8 Indihiang 11,947 1,033 10,914
9 Bungursari 11,676 442 11,234
10 Cipedes 21,703 4,111 17,592
Jumlah 173,313 24,838 148,475
Sumber: Buku Putih Sanitasi Kota Tasikmalaya
Adapun beberapa hasil dokumentasi lapangan untuk air bersih di Kota Tasikmalaya adalah
sebagai berikut :
2 Bantaran Sungai Sumur Yang
Ciloseh (Cipedes) Dimanfaatkan
Beberapa KK
3 Purbaratu Saluran Air PDAM
4 Cibeureum Sumur Bersama
Warga
6 Kawalu Sumur MCK Warga
7 Karasamenak MCK Warga
(Kawalu)
8 Tawang Sumur warga
10 Cihideung Pompa milik
perorangan
11 Tamansari Sumur Warga
12 Tamansari Kran Umum Warga
14 Indihiang Sambungan PDAM
Sistem pengelolaan air limbah yang digunakan oleh penduduk Kota Tasikmalaya meliputi : tangki
septik, pipa sewer, cubluk, sungai, dll. Berikut ini persentasi dari masing-masisng sistem
pengelolaan air limbah tersebut.
Adapun data mengenai teknis pembuangan limbah tinja di Kota Tasikmalaya adalah sebagai
berikut :
Tabel 3-22 Teknis Pemebuangan Limbah Tinja di Kota Tasikmalaya Tahun 2010
Data kepemilikan jamban di Kota Tasikmalaya sesuai dengan data puskesmas dapat terlihat pada
tabel berikut ini :
Leher Angsa
Cemplung Plengsengan MCK Total
Jml Septick tank Cubluk Selokan/Riool
No Puskesmas
Penduduk
Jml Jml Jml Jml Jml Jml Jml Jml Jml Jml Jml Jml Jml
Jml
Sar Pemilik Sar Pemilik Sar Pemilik Sar Pemilik Pemilik Sar Pemilik Sar Pemilik
Sar
1 Cibeureum 56.918 3.772 18.860 2.259 11.295 1.325 4.637 150 1.050 0 0 12 955 7.518 36.797
2 Purbaratu 36.428 1.335 9.345 40 121 1.325 9.275 107 749 0 0 15 875 2.822 20.365
3 Tamansari 59.145 4.071 28.497 2.088 5.310 356 2.136 157 1.099 0 0 31 1.760 6.703 38.802
4 Kawalu 77.376 3.810 26.766 930 6.510 1.358 9.506 340 2.380 0 0 25 1.050 6.463 46.212
5 Mangkubumi 34.183 3.844 11.532 524 1.048 978 6.846 107 749 0 0 7 359 5.460 20.534
6 Indihiang 27.625 3.985 7.970 680 3.440 525 3.150 157 1.099 0 0 2 112 5.349 15.771
7 Bungursari 10.896 49 1.096 620 3.315 289 2.023 150 350 0 0 7 260 1.115 7.044
8 Cipedes 14.452 749 3.227 1.019 4.192 375 750 75 300 0 0 11 625 2.229 9.094
9 Panglayungan 12.008 901 3.910 450 1.800 1.245 3.735 59 297 0 0 11 550 2.666 10.292
10 Cigeureung 37.645 981 4.905 1.391 9.737 756 5.292 65 317 0 0 16 981 3.209 21.232
11 Cihideung 33.994 409 1.636 651 1.953 2.782 13.910 45 105 0 0 14 322 3.901 17.926
12 Cilembang 27.766 538 2.690 1.960 9.800 1.590 7.950 57 1.314 0 0 23 1.090 4.168 22.844
13 Tawang 30.807 476 9.913 362 1.810 1.986 11.916 40 125 0 0 4 153 2.868 23.917
14 Kahuripan 24.965 478 3.346 1.146 8.022 1.285 8.995 25 79 0 0 3 201 2.937 20.643
15 Sambongpari 10.834 268 536 2.680 5.360 107 214 0 0 0 0 16 800 3.071 6.910
16 Bantar 20.614 3.350 13.400 0 0 300 1.200 0 0 0 0 8 400 3.658 15.000
17 Karanganyar 18.452 541 4.328 1.315 7.423 388 2.328 0 0 0 0 19 192 2.263 14.271
Leher Angsa
Cemplung Plengsengan MCK Total
Jml Septick tank Cubluk Selokan/Riool
No Puskesmas
Penduduk
Jml Jml Jml Jml Jml Jml Jml Jml Jml Jml Jml Jml Jml
Jml
Sar Pemilik Sar Pemilik Sar Pemilik Sar Pemilik Pemilik Sar Pemilik Sar Pemilik
Sar
18 Sukalaksana 13.907 962 5.477 420 344 1.463 1.026 611 408 0 0 0 0 3.456 7.255
19 Pakanyasag 10.078 1.170 5.850 202 1.152 229 341 0 0 0 0 9 431 1.610 7.774
20 Leuwiliang 11.025 425 2.975 273 1.911 5 35 187 1.309 0 0 2 100 892 6.330
Total 569.118 32.114 166.259 19.010 84.543 18.667 95.265 2.332 11.730 0 0 235 11.216 72.358 369.013
Pengangkutan sampah rumah tangga di Kota Tasikmalaya rata-rata diangkut seminggu 2 kali, untuk
kawasan Central Business District diantaranya Jl. HZ Mustofa dan sekitarnya, sekitar Masjid Agung
dan sekitar Alun-alun, pengangkutan dilakukan setiap hari. Untuk daerah pinggiran Kota Tasikmalaya
saat ini belum dapat terlayani, hal ini dikarenakan keterbatasan armada sampah dan biaya
operasional persampahan.
DAFTAR ISI
BAB III GAMBARAN UMUM KOTA TASIKMALAYA ..................................................................... 3-1
DAFTAR TABEL
Tabel 3-1 Jarak Ibukota Kota Tasikmalaya Dengan Ibukota Kecamatan ............................................. 3-2
Tabel 3-2 Administrasi Pemerintahan Kota Tasikmalaya .................................................................... 3-2
Tabel 3-3 Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kota Tasikmalaya ..................................................... 3-3
Tabel 3-4 Jumlah Penduduk, Laju Pertumbuhan Penduduk dan Jumlah Rumah Tangga .................... 3-5
Tabel 3-5 Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan di Kota Tasikmalaya Tahun 20112 .................. 3-5
Tabel 3-6 Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin di Kota Tasikmalaya ............... 3-6
Tabel 3-7 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Kota Tasikmalaya ..... 3-7
Tabel 3-8 Kondisi Kemiringan Lereng Kota Tasikmalaya ..................................................................... 3-7
Tabel 3-9 Daftar DAS/Sub DAS di Kota Tasikmalaya ........................................................................... 3-9
Tabel 3-10 Danau, Rawa, Situ, Telaga, dan Waduk Kota Tasikmalaya ................................................ 3-9
Tabel 3-11 Sumber Mata air di Sekitar Kawasan Kota Tasikmalaya .................................................. 3-11
Tabel 3-12 Curah Hujan Rata-Rata Bulanan Kota Tasikmalaya (mm) ................................................ 3-11
Tabel 3-13 Jumlah Fasilitas Pendidikan di Kota Tasikmalaya Tahun 2011 ....................................... 3-13
Tabel 3-14 Jumlah penduduk berdasarkan agama di Kota Tasikmalaya .......................................... 3-14
Tabel 3-15 Jumlah Sarana Ibadah di Kota Tasikmalaya ..................................................................... 3-14
Tabel 3-16 Jumlah Keluarga Berdasarkan Tahapan Keluarga Sejahtera di Kota Tasikmalaya ........... 3-15
Tabel 3-17 Jumlah Fasilitas Kesehatan di Kota Tasikmalaya ............................................................ 3-16
Tabel 3-18 Jumlah Posyandu di Kota Tasikmalaya ............................................................................ 3-17
Tabel 3-19 Akses Masyarakat Tasikmalaya Pada Sumber AIr ........................................................... 3-19
Tabel 3-20 Jumlah Pelanggan PDAM dan Non PDAM di Kota Tasikmalaya ...................................... 3-19
Tabel 3-21 Pembuangan Limbah Tinja di Kota Tasikmalaya Tahun 2010 .......................................... 3-24
Tabel 3-22 Teknis Pemebuangan Limbah Tinja di Kota Tasikmalaya Tahun 2010 ............................ 3-25
Tabel 3-23 Data Kepemilikan Jamban Menururt Puskesmas di Kotatasikmalaya ............................. 3-26
DARTAR GAMBAR
4BAB IV
KONDISI EKSISTING
PENGELOLAAN AIR LIMBAH
KOTA TASIKMALAYA
4.1 UMUM
Dalam Bab 4 – Kondisi Eksisting Pengelolaan Air Limbah Kota Tasikmalaya akan disampaikan
kondisi eksisting pengelolaan air limbah di Kota Tasikmalaya yang berhasil diperoleh dari hasil
survey lapangan dan studi terhadap dokumen terkait, yang pembahasannya meliputi 5 (lima)
aspek, yaitu : aspek kebijakan/peraturan, aspek kelembagaan, aspek teknis, aspek pembiayaan
dan aspek peran serta masyarakat serta permasalahan yang ada. Akan disampaikan juga hasil
hasil sampling kualitas air limbah (grey water dan black water).
Berikut ini peraturan perundang-undangan yang melandasi pengelolaan air limbah. Baik
peraturan nasional maupun peraturan daerah.
Review Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL) 4-1
CV. DAYA REKAYASA LAPORAN AKHIR
2. Peraturan Menteri Neraga Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 2012 tentang Jenis Rencana
Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib Memiliki Analisis Mengenai Dampak Lingkungan;
Petunjuk Teknis
1. Petunjuk Teknis Nomor KDT 616.98 Ped I judul Pedoman Teknis Penyehatan Perumahan;
2. Petunjuk Teknis Nomor KDT 361.728 Pet I judul Petunjuk Teknis Spesifikasi Instalasin
Pengolahan Air Sistem Berpindah-pindah (Mobile) Kapasitas 0.5 Liter/detik;
3. Petunjuk Teknis Nomor KDT 627.54 Pan I judul Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan
Drainase Perkotaan;
4. Petunjuk Teknis Nomor KDT 363.728 Pet D judul Petunjuk Teknis Tata Cara Pengoperasian
dan Pemeliharaan Instalasi Pengolahan Air Limbah Rumah Tangga Non Kakus;
5. Petunjuk Teknis Nomor KDT 307.14 Man P judul Manual Teknis MCK.
Pengelolaan air limbah (domestik) di Kota Tasikmalaya merupakan tugas dan tanggung jawab
Dinas Cipta Karya Tata Ruang dan Kebersihan Kota Tasikmalaya, khususnya Bidang Kebersihan.
Struktur organisasi Dinas Cipta Karya Tata Ruang dan Kebersihan lebih jelasnya dapat dilihat
sebagai berikut.
Review Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL) 4-2
CV. DAYA REKAYASA LAPORAN AKHIR
Gambar 4-1 Struktur Organisasi Dinas Cipta Karya, dan Tata Ruang
Review Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL) 4-3
CV. DAYA REKAYASA LAPORAN AKHIR
Sistem pelayanan air limbah domestik di Kota Tasikmalaya secara teknis dilayani oleh system
setempat (on site system). Adapun teknologi pengolahan yang ada adalah tangki septic yang
dilanjutkan dengan pengolahan lumpur tinja di IPLT. IPLT Kota Tasikmalaya berada di Kelurahan
Singkup Kecamatan Purbaratu.
IPLT Singkup pada saat ini kondisinya rusak (tidak dapat digunakan), dimana unit-unit yang ada di
IPLT Singkup tidak dipergunakan untuk pengolahan lumput tinja. Saat dilakukan kunjungan ke IPLT
Singkup diperoleh beberapa informasi bahwa sampai saat ini IPLT Singkup masih menerima
pembuangan lumpur tinja dari truk lumpur tinja dengan ritas antara 2 – 3 kali sehari. Lumpur tinja
tersebut tidak masuk kedalam unit pengolahan, melainkan dibuang ke lahan kosong yang ada di
IPLT Singkup tersebut.
Review Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL) 4-4
CV. DAYA REKAYASA LAPORAN AKHIR
Berdasarkan wawancara dengan pihak Kelurahan Singkup diperoleh beberapa informasi bahwa
sampai saat ini masih dilakukan pembuangan lumpur tinja ke IPLT Singkup. Hal tersebut agak
meresahkan pihak Kelurahan Singkup, karena banyak warga mengeluhkan bau yang ditimbulkan
akibat buangan lumpur tinja tersebut terutama pada musim kemarau. Pihak Kelurahan Singkup
memohon perhatian agak segera dilakukan pembenahan untuk IPLT Singkup tersebut.
Selain sistem on-site individual yang dimiliki oleh masing-masing rumah tangga, di Kota
Tasikmalaya cukup banyak terdapat sistem on-site komunal yaitu berupa MCK++. Baik itu yang
dibangun melalui Program Sanimas maupun program lainnya.
Berikut ini data yang berhasil dihimpun untuk Program Sanimas mulai Tahun 2010 sampai dengan
sekarang.
Review Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL) 4-5
CV. DAYA REKAYASA LAPORAN AKHIR
Review Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL) 4-6
CV. DAYA REKAYASA LAPORAN AKHIR
Kapasitas Pengolahan
Jenis Pemanfaat (KK)
No Program Tahun Kecamatan (m3)
Kegiatan
Target Realisasi Target Realisasi
1 SANIMAS (2010- 2010 Cipedes, Indihiang, MCK++ 20 - 500 300
2012) Tawang, Kawalu
2011 Purbaratu, Tawang, Kawalu MCK++ - - 500 300-320
2012 Tawang, Cihideung, MCK++ - - 500 300-350
Cipedes
2 SANIMAS 2013 Kawalu, Mangkubumi, MCK++ - Masih 500 Masih Proses
Cipedes Proses
3 SLBM 2013 Tawang, Cihideung, MCK++ - Masih 500 Masih Proses
Cipedes Proses
Sumber : Dinas PUCKK, 2013
Berikut ini bebrapa foto kondisi MCK yang berhasil diidentifikasi pada saat survey lapangan.
MCK ++ Kp. Sengkol Kulon Kecamatan Kawalu MCK Kecamatan Purbaratu MCK KecamatanCipedes
Sumber: Survey Lapangan , 2013
Review Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL) 4-7
CV. DAYA REKAYASA LAPORAN AKHIR
Review Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL) 4-8
CV. DAYA REKAYASA LAPORAN AKHIR
Pembiayaan sanitasi Kota Tasikmalaya yang berasal dari APBD kota, APBD Propinsi, APBN maupun
anggaran lain untuk pembangunan dan pengeloaan sektor sanitasi. Pemerintah Kota Tasimalaya
telah mendukung pembangunan sanitasi dengan menyediakan alokasi anggaran untuk sanitasi.
Berikut adalah alokasi anggaran untuk sektor air limbah, drainase, persampahan, dan air minum
pada tahun 2007- 2010. Anggaran tersebut sudah termasuk Dana Alokasi Khusus yang diterima
Kota Tasikmalaya, yang dialokasikan untuk sektor air bersih dan air limbah.
Alokasi anggaran untuk sektor air limbah cenderung mengalami kenaikan dari Tahun 2009 hingga
saat ini. Kondisi ini dilatarbelakangi jumlah penduduk yang semakin bertambah sehingga perlunya
pemenuhan kebutuhan masyarakat dalam hal penambahan sarana dan prasarana air limbah. Bila
dikaitkan dengan jumlah KK yang memiliki pengelolaan air limbah sehat baru mencapai 23,49%
maka masih sangat perlu peningkatan alokasi anggaran untuk sector limbah ini karena faktor
kontribusi retribusi dari penyedotan tinja masih sangat minim. Upaya lain dapat dilakukan dengan
menggalakkan program CSR (Corporate Social Responsibility) dari pihak-pihak swasta (industri).
Selengkapnya mengenai aspek pembiayaan dapat dilihat pada tabel-tabel berikut ini.
Review Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL) 4-9
CV. DAYA REKAYASA LAPORAN AKHIR
Review Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL) 4-10
CV. DAYA REKAYASA LAPORAN AKHIR
Tabel 4-5 Realisasi Anggaran Sanitasi per OPD Kota Tasikmalaya 2006 – 2010
Review Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL) 4-11
CV. DAYA REKAYASA LAPORAN AKHIR
Tabel 4-6 Ratio Belanja Sanitasi Terhadap Realisasi Anggaran Belanja Daerah dan Belanja Langsung Kota Tasikmalaya 2006 - 2010
Pendapatan lain diterima dari sektor jasa penyedotan lumpur tinja. Bagi operator yang berasal dari Dinas, tarif ditetapkan dalam bentruk retribusi daerah.
Bagi operator swasta ditetapkan sendiri berdasarkan harga pasar. Biaya penyedotan kakus yang dibebankan kepada konsumen berdasarkan Perda No. 5
tahun 2011 tentang Retribusi Jasa Umum. Untuk tarif jasa pengurasan tangki septik oleh truk tinja dari lokasi dikenakan biaya sebagai berikut :
Review Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL) 4-12
CV. DAYA REKAYASA LAPORAN AKHIR
Peran serta masyarakat Kota Tasikmalaya dalam Bidang Air Limbah belum terlihat secara
significan. Peran masyarakat yang ada baru sebatas partisipasi dalam kegiatan/program yang
diselenggarakan oleh masyarakat, seperti : Sanimas, Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM),
Sanitas Langsung Berbasis Masyarakat (SLBM), Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan
(P2KP) dan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri.
4.2.6 Permasalahan
Permasalahan yang ada di Kota Tasikmalaya terkait dengan pengelolaan air limbah domestik
khususnya terkait aspek teknis, diantaranya :
• Belum memiliki sistem pengelolaan air limbah secara terpusat/off site system.
• Jumlah kepemilikan jamban cukup memadai (62,82%), tetapi hal ini tidak seiring dengan
kepemilikan tangki septik yang masih minim (23,50 %). Hal ini berpotensi terjadinya
pencemaran air tanah.
• Kondisi IPLT Singkup yang terletak di Kelurahan Singkup Kecamatan Purbaratu yang rusak
dan tidak dioperasikan, padahal potensi konsumen cukup tinggi.
• Masih kurangnya pemahaman dan partipasi masyarakat dalam pengolahan air limbah
• Masih terbatasnya anggaran untuk bidang sanitasi – air limbah
Sampling kualitas air limbah dilakukan untuk mengetahui seperti apa kualitas air limbah di Kota
Tasikmalaya. Sampling dilakukan terhadap air bekas/grey water yang dilakukan di permukiman
yang berada di RT 04/03 Kelurahan Kahuripan – Kecamatan Tawang dan air kotor/black water
yang dilakukan di Kelurahan Sirnagaalih – Kecamatan Indihiang.
Selanjutnya hasil sampling dianalisa di Laboratorium PDAM Kota Bandung dengan mengacu Baku
Mutu Air Limbah Domestik (Kepmen LH 112 Tahun 2003 tentang Baku Mutu Limbah Cair
Domestik). Berikut ini tabel hasil analisa kualitas air untuk air limbah Kota Tasikmalaya beserta
foto saat pengambilan sampel air limbah.
Review Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL) 4-13
CV. DAYA REKAYASA LAPORAN AKHIR
Jenis Sampel
No Parameter Satuan
1 2
1 TSS mg/L 26 1,760
2 BOD mg/L 15 7,250
3 COD mg/L 22.5 10,863.2
4 pH - 7.56 7.1
5 Minyak dan Lemak mg/L 2 5
Sumber : Analisa Lab. PDAM Kota Bandung, 2013
Keterangan :
1 Air Bekas ( RT 04/RW 03 Kel. Kahuripan - Kec. Tawang)
2 Air Kotor (Kel. Sinargalih - Kec. Indihiang)
Gambar 4-4 Foto Pengambilan Sampel Air Limbah Domestik Kota Tasikmalaya
Review Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL) 4-14
CV. DAYA REKAYASA LAPORAN AKHIR
Review Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL) 4-15
CV. DAYA REKAYASA LAPORAN AKHIR
5 Daftar Isi
BAB IV KONDISI EKSISTING PENGELOLAAN AIR LIMBAH KOTA TASIKMALAYA .......................... 4-1
4.2 KONDISI EKSISTING PENGELOLAAN AIR LIMBAH KOTA TASIKMALAYA ........... 4-1
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4-1 Struktur Organisasi Dinas Cipta Karya, dan Tata Ruang ............................................. 4-3
Gambar 4-2 Lokasi IPLT Singkup – Kota Tasikmalaya ..................................................................... 4-6
Gambar 4-3 Lokasi MCK di Beberapa Kecamatan di Kota Tasikmalaya ......................................... 4-8
Gambar 4-4 Foto Pengambilan Sampel Air Limbah Domestik Kota Tasikmalaya ......................... 4-14
Gambar 4-5 Lokasi Sampling Air Limbah Kota Tasikmalaya ......................................................... 4-15
Review Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL) i
CV. DAYA REKAYASA LAPORAN AKHIR
5. BAB V
KONSEP UMUM PENGELOLAAN AIR LIMBAH
5.1 UMUM
Dalam Bab 5 – Konsep Pengelolaan Air Limbah ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan
pengelolaan air limbah yang bersifat konsep/teori yang nantinya akan menjadi acuan dalam
penyusunan Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL) Kota Tasikmalaya, dimana dalam
konsep ini terkait 5 (lima) aspek, yaitu : aspek kebijakan/peraturan, aspek kelembagaan, aspek teknis
perencanaan, aspek pendanaan serta aspek peran serta masyarakat.
Berikut ini adalah beberapa peraturan perundangan yang melandasi pengelolaan air limbah,
diantaranya :
1. Undang-undang nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
2. Peraturan Pemerintah nomor 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran Air
3. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup nomor 37 tahun 2003 tentang Metoda Analisis Kualitas
Air Permukaan dan Pengambilan Contoh Air Permukaan
4. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup nomor 110 tahun 2003 tentang Pedoman Penetapan
Daya Tampung Beban Pencemar Air Pada Sumber Air
5. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup nomor 111 tahun 2003 tentang Pedoman Mengenai
Syarat dan Tata Cara Perizinan serta Pedoman Kajian Pembuagan Air Limbah ke Air atau Sumber
Air.
6. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup nomor 112 tahun 2003 tentang Baku Mutu Air Limbah
Domestik
7. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup nomor 52 tahun 1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair
Bagi Kegiatan Hotel
Review Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL) 5-1
CV. DAYA REKAYASA LAPORAN AKHIR
8. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup nomor 58 tahun 1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair
Bagi Kegiatan Rumah Sakit
9. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 27 tahun 1999 tentang Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan
10. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup nomor 11 tahun 2006 tentang Jenis Rencana Usaha
dan/atau Kegiatan yang Wajib Dilengkapi dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup
11. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup nomor 86 tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan
Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup
12. Peraturan Pemerintah nomor 16 tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air
Minum
13. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum nomor 16/PRT/M/2008 tentang Kebijakan Strategis Air
Limbah
Secara umum terdapat empat opsi kelembagaan yang dapat diterapkan untuk penyedia jasa air
limbah. Alternatif pertama adalah penyedia jasa sebagai Badan Layanan Umum Daerah (BLU/D).
Paparan mengenai opsi ini disajikan pada Tabel 6.1.
Penjelasan BLU/D sebagai penyedia jasa semi-otonom yang dibentuk oleh pemerintah kota untuk
Singkat memberikan pelayanan masyarakat yang bersifat non-profit. Hal ini dimaksudkan agar badan
ini lebih fleksibel (dan memiliki tanggung jawab lebih banyak) bila dibandingkan dengan
seperti biasanya SKPD.
Dasar Peraruturan mengenai Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) termasuk: UU 1/2004 dan PP
Hukum 23/2005. Peraturan yang berlaku mengenai BLUD dapat dijumpai di PP 23/2005 (Manajemen
Keuangan Badan Penyedia Layanan); PP 58/2005 (Manajemen Keuangan Pemerintah Daerah);
dan Permendagri 63/2007 (Petunjuk Teknis tentang Manajemen Keuangan BLU/D). Lihat
lampiran mengenai peraturan lainnya yang relevan dengan BLU/D
Catatan 1. BLUD akan diatur melalui kontrak kerja dengan pemerintah kota; BLUD akan mengirimkan
tagihan berdasarkan pekerjaan yang sudah dilakukannya (tidak berdasarkan alokasi
anggaran)
2. Asetnya 100% milik pemerintah kota
3. Staff BLUD bisa terdiri dari pegawai sipil maupun staff yang dikontrak
4. Pendaan dari APBD yang dibukukan sebagai pendapatan
5. Dimungkinkan adanya diversifikasi layanan tambahan
6. BLUD diperbolehkan untuk menyimpan pendapatan dan kelebihannya untuk kepentingan
operasional di dalam BLUD dan untuk kepentingan modal investasi
7. BLUD akan membuat kontrak pemeliharaan dengan industri swasta, rukun tetangga, para
pengembang properti dan perusahaan-perusahaan lainnya.
8. Kontrak kerja antara BLU dan pemerintah kota.
9. Kontrak pemungutan iuran antara BLU dan PDAM. Di wilayah yang tidak terlayani oleh
PDAM perlu disiapkan dan diberlakukan sistem pemungutan iuran tambahan.
Review Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL) 5-2
CV. DAYA REKAYASA LAPORAN AKHIR
Model
Bisnis Kontrak Kontrak dengan
Tambahan pada Kinerja Perusahaan dan
Pajak Tanah Industri
Tambahan pada
Kontrak dengan
pajak lainnya
Kontrak pengembang
Pemungutan
Biaya
Kontrak dengan
Tambahan pada
PDAM Bisnis Besar
tarif air bersih
Contoh BLU Denpasar, Banjarmasin. Beberapa diantaranya sangat mirip dengan PD PAL di Jakarta.
yang sudah
ada
Opsi ini memiliki beberapa keuntungan dan kerugian. Keuntungan dan kerugian dari opsi ini
dijabarkan pada Tabel 6.2.
Keuntungan Kerugian
1. Kontrak kinerja pelayanan antara Penanggung 1. Konsepsi BLUD belum utuh dipahami oleh
Jawab BLUD dengan Bupati/Walikota menjadi stakeholder sehingga dapat menimbulkan
keharusan, sehingga kinerja keuangan dan kesulitan teknis saat pertama kali
operasional dapat dipertanggung jawabkan . dioperasionalkan.
2. Akuntabilitas besaran dana obligasi/saham 2. Perda BLUD Air Limbah belum tersedia
berbanding lurus dengan capaian kinerja 3. Dukungan anggaran dari APBD belum tersedia.
operasional/kualitas layanan 4. SDM yang berpengalaman mengelola BLUD dan
3. Otonomi dan fleksibilitas dalam pengelolaan : atau air limbah domestik belum tersedia.
rekruitmen dan pengembangan SDM 5. Penunjukkan manajemen puncak lebih
pelaksana,layanan operasional dan keuangan. dipengaruhi pertimbangan politik daripada
4. Opsi pendanaan terbuka, bukan hanya APBD. pertimbangan profesionalisme.
5. Ketergantungan terhadap APBD berkurang 6. Dana APBD untuk obligasi/saham O&M air
6. Adanya kontrak kinerja pelayanan antara BLUD limbah domestik belum tersedia dan belum jelas
dengan pelanggan sehingga kinerja keuangan 7. Ketersediaan dana PSO sangat tergantung pada
dan operasional dapat dipertanggung jawabkan pertimbangan politik di DPRD
•
Alternatif kedua adalah penyedia jasa sebagai Departemen di bawah PDAM. Paparan mengenai opsi
ini disajikan pada Tabel 6.3.
Review Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL) 5-3
CV. DAYA REKAYASA LAPORAN AKHIR
Penjelasan Dengan alternatif ini,Penyedia Jasa merupakan salah satu departement di dalam organisasi
singkat PDAM dan dikelola oleh direktur PDAM
Dasar Hukum PDAM didirikan berdasarkan
Catatan 1. Pendapatan dan pengeluaran untuk operasional Air limbah harus dipisahkan dari Air
Minum (konsep pusat biaya dan pendapatan atau ‘ring-fencing).
2. Aset 100% sepenuhnya dimiliki oleh pemerintah kota. Aset tidak ditranfer/ diberikan
ke PDAM
3. PDAM terikat kontrak dengan pemerintah kota untuk mengelola aset dengan kinerja
standar
4. Kontrak kerja antara pemerintah kota dengan PDAM
5. Kontrak pemungutan iuran antara BLU dan PDAM. Di wilayah yang tidak terlayani
oleh PDAM perlu disiapkan dan diberlakukan sistem pemungutan iuran tambahan
.
Model Bisnis
Tambahan pada
Kontrak dengan
pajak lainnya
Kontrak pengembang
Pemungutan
Biaya
Kontrak dengan
Tambahan pada
PDAM Bisnis Besar
tarif air bersih
Kemungkinan Menyiapkan kapasitas di PDAM dan setelah kira-kira 5 tahun dikonversi menjadi BLU atau
variasi (PDPAL)
Contoh yang Kota Bandung, Jogjakarta, Cirebon and Medan
sudah ada
Opsi penyedia jasa sebagai Departemen di bawah PDAM juga memiliki beberapa keuntungan dan
kerugian. Keuntungan dan kerugian dari opsi ini adalah sebagai berikut.
Tabel 5-4 Keuntungan dan Kerugian Penyedia jasa sebagai Departmen dibawah PDAM
Keuntungan Kerugian
Jika PDAM didirikan maka : Jika PDAM didirikan , maka :
• Perda tentang Perusahaan Daerah telah • Perda atau perwal yang spesifik harus segera disusun
tersedia, walaupun isi perda tersebut untuk mengatur secara detail tentang BUMD-PDAM dan
bersifat umum/tidak menyebutkan secara Air limbah domestik
spesifik tentang air limbah, tetapi terbuka • Dukungan anggaran dari APBD belum tersedia.
untuk Perusahaan Daerah yang melayani • SDM yang berpengalaman mengelola PDAM dan atau air
kepentingan umum limbah domestik belum tersedia.
• Kontrak kinerja pelayanan antara PDAM • Penunjukkan manajemen puncak lebih dipengaruhi
dengan pemerintah Kota dapat dibuat pertimbangan politik daripada pertimbangan
Review Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL) 5-4
CV. DAYA REKAYASA LAPORAN AKHIR
Keuntungan Kerugian
• Otonomi dapat melakukan kontrak bisnis profesionalisme.
dengan badan usaha swasta dan kontrak • Dana APBD untuk obligasi/saham O&M air limbah
layanan dengan pelanggan (swasta dan domestik belum tersedia dan belum jelas
masyarakat) • Ketersediaan dana obligasi/saham sangat tergantung
• Lingkup kegiatan usaha berdasarkan pada pertimbangan politik di DPRD
rencana bisnis sesuai mandat tahunan yang
telah disetujui
• Otonomi dan fleksibilitas dalam
pengelolaan (rekruitmen dan
pengembangan SDM pelaksana,
operasional pelayanan dan keuangan).
• Opsi pendanaan terbuka dari berbagai
sumber, bukan hanya APBD.
• Ketergantungan terhadap APBD berkurang
• Kontrak kinerja pelayanan antara
Penanggung Jawab PDAM dengan
pelanggan sehingga kinerja keuangan dan
operasional dapat dipertanggung jawabkan
Alternatif ketiga adalah penyedia jasa sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT). Paparan mengenai opsi
ini disajikan pada Tabel 6.3.
Tabel 5-5 Alternatif 3 – Penyedia Jasa sebagai Unit Perlaksana Teknis (UPT)
Penjeladan UPT adalah suatu badan yang dibentuk oleh pemerintah daerah dan dikelola oleh Dinas untuk
singkat melaksanakan layanan-layanan khusus dan realtif mudah. Biasanya badan ini dibentuk ketika
diperlukan adanya layanan khusus.
Dasar Hukum UPT dibentuk berdasarkan PP 41/2007 (Organisasi Perangkat Daerah)
Catatan 1. Kontrak kerja antara pemerintah kota dengan UPT
2. Kontrak pemungutan iuran antara BLU dan PDAM. Di wilayah yang tidak terlayani oleh
PDAM perlu disiapkan dan diberlakukan sistem pemungutan iuran tambahan.
3. Aset 100% dimiliki pemerintah daerah
4. Staf UPT adalah pegawai sipil dengan masa jabatan tertentu
5. Pendanaan dari APBN dan tidak dibukuan sebagai pendapatan
6. Tidak dimungkinkan adanya diversifikasi produk dan layanan tambahan
7. Pendapatan dikembalikan kepada pemerintah daerah
8. UPT tidak memiliki dewan direksi (BOD)
Review Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL) 5-5
CV. DAYA REKAYASA LAPORAN AKHIR
Model Bisnis
Tambahan pada
Kontrak dengan
pajak lainnya
Kontrak pengembang
Pemungutan
Biaya
Kontrak dengan
Tambahan pada Bisnis Besar
tarif air bersih PDAM
Kemungkinan 1. “Dinas Air Limbah” baru
variasi 2. Dibuat sebagai bagian dari Dinas PU atau Dinas Kebersihan
3. Dimulai sebagai suatu Dinas yang kemudian dikonversi menjadi BLU.
Keuntungan dan kerugian dari opsi penyedia jasa sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) dapat
dijabarkan pada tabel berikut.
Tabel 5-6 Keuntungan dan Kerugian Penyedia jasa sebagai Unit Perlaksana Teknis (UPT)
Keuntungan Kerugian
• Adanya ruang dibentuknya UPTD di setiap • Terbatas dalam jumlah personil
SKPD • SDM yang kompeten terbatas
• Adanya dukungan dari APBD • Peluang mutasi staf cukup tinggi, sehingga penggantinya
• Retribusi menjadi sumber PAD (Local selalu harus belajar tentang pengelolaan UPTD.
Revenue) • Pengelolaan keuangan kaku/rigid
• Fokus kepada fungsi teknis operasional • Ketergantungan yang tinggi kepada arahan Kepala SKPD
sehingga kinerja mudah diukur. • Cakupan, jenis dan kualitas layanan terbatas kepada
ketersediaan alokasi dana APBD
• Alokasi APBD masih terbatas.
• Kinerja operasional /kualitas layanan tidak otomatis
berbanding lurus dengan alokasi pendanaan
Alternatif keempat adalah pilihan untuk kerjasama swasta dengan pemerintah. Pada alternatif-
alternatif pilihan di atas, kerjasama kemitraan swasta – pemerintah masih bisa dilakukan (kecuali
untuk alternatif ke3, yaitu UPT). Sektor swasta telah terbukti tidak tertarik untuk berinvestasi dalam
bentuk yang lebih tinggi dari kerjasama swasta - pemerintah atau PPP (disebut konsesi). Prospeknya
lebih bagus apabila layanan operasi dan pemeliharaan air limbah diintegrasikan secara penuh
dengan pengoperasian penyediaan air.bersih.
Review Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL) 5-6
CV. DAYA REKAYASA LAPORAN AKHIR
Pemerintah kota mungkin bisa berpendapat bahwa Kerjasama Pemerintah - Swasta menarik karena
beberapa alasan, termasuk:
PPPs yang efektif mengakui bahwa dalam menjalankan pekerjaan-pekerjaan tertentu masyarakat
dan sektor swasta masing-masing memiliki keunggulan tersendiri. Kontribusi pemerintah dalam
kerja sama ini bisa dalam bentuk investasi modal, pemberian aset atau komitmen lain dalam bentuk
kontribusi yang mendukung kerja sama tersebut. Dalam kerja sama ini Pemerintah menanggung
beban tanggung jawab untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat akan lingkungan, pengetahuan
lokal serta kemampuan untuk memobilisasi dukungan politis. Sedangkan peran sektor swasta dalam
kerja sama ini adalah pemanfaatan keahliannya di bidang perdagangan, manajemen, operasi dan
inovasi untuk menjalankan bisnis secara efisien. Rekanan swasta juga bisa berkontribusi untuk
menanamkan modalnya, tergantung pada bentuk kontraknya. PPPs juga telah semakin
mengikutsertakankan organisasi non-pemerintah (NGO) dan/atau organisasi berbasis masyarakat
(CBO) yang mewakili para pemangku kepentingan / stakeholder yang secara langsung terpengaruh
oleh perbaikan yang dilakukan.
Berdasarkan observasi sebelumnya, elemen-elemen yang ada di Rencanca induk bisa dibuka untuk
kerjasama pemerintah dengan pihak swasta. Elemen-elemen tersebut adalah sbb:
Review Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL) 5-7
CV. DAYA REKAYASA LAPORAN AKHIR
Ada banyak alasan mengapa partisipasi sektor swasta dalam pengelolaan pembuangan air kotor dan
sanitasi masih terbatas. Alasan-alasan tersebut termasuk:
1. Kelemahan hukum dan peraturan tentang lingkungan. Kesulitan dalam pelaksanaan hak dan
kewajiban secara penuh menurut kontrak; tidak adanya mekanisme penyelesaian perselisihan.
2. Kecenderungan untuk tidak menyatukan pengeloaan penyediaan air bersih dengan pengeloaan
air limbah. Investasi untuk pengelolaan air limbah saja sebenarnya lebih kompleks (misalnya
tidak ada alat untuk memberikan sangsi kepada pelanggan (akun) yang tidak bertanggung jawab
3. Proses tender yang tidak transparan; proses ijin dan/atau dukungan pemerintah yang kurang
jelas.
4. Masalah-masalan Perencanaan dan penyiapanproyek. Persipan proyek yang tidak memadai dan
berbiaya tinggi; dan
5. Buruknya tata kelola usaha SDO (bila ada)
Menurut UU No.32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, maka pengelolaan air limbah
merupakan tanggung jawab dari pemerintah daerah. Dalam hal ini peran pemerintah pusat, adalah
sebagai pembuat kebijakan dan stimulan untuk membantu pemerintah daerah mengetahui
kebutuhan prasarana dan sarana air limbah agar kualitas lingkungan kabupaten atau kota
meningkat. Kebijakan tersebut haruslah tertuang dalam program yang dibuat oleh Pemerintah
Daerah sehingga dapat meningkatkan pembangunan prasarana dan sarana bidang air limbah untuk
mempercepat target Millennium Development Goal (MDG).
Millennium Development Goals 2015 terdiri dari 8 (delapan) tujuan atau goals dan 18 (delapan belas)
sasaran atau target serta 48 (empat puluh delapan) indikator yang digunakan untuk mengukur
tingkat pencapaian ke-delapan tujuan dan delapan belas sasaran pembangunan berkelanjutan
tersebut.
Kedelapan goals (tujuan) tersebut mencakup : (i) pengentasan kemiskinan dan membasmi
kelaparan, (ii) peningkatan pendidikan, (iii) peningkatan peran gender, (iv) penurunan angka
kematian bayi, (v) penurunan angka kematian ibu, (vi) memerangi HIV, malaria dan penyakit lainnya,
(vii) jaminan kelangsungan lingkungan hidup dan (viii) pengembangan kemitraan dalam
Review Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL) 5-8
CV. DAYA REKAYASA LAPORAN AKHIR
pembangunan. Kedelapan goals (tujuan) pembangunan tersebut saling terkait satu dengan lainnya.
Oleh karena itu, harus dipandang sebagai satu kesatuan.
Peningkatan akses ke perbaikan sanitasi, yang dalam hal ini adalah penanganan air limbah, termasuk
kedalam goal ke-7 dan target pembangunan berkelanjutan ke-11. Goal (tujuan) pembangunan global
atau tujuan MDGs ke-7 dimaksud adalah “jaminan kelangsungan atau keberlanjutan lingkungan
hidup (ensure environmental sustainability)”, sedangkan target ke-11 MDGs adalah “tercapainya
perbaikan signifikan pada kehidupan sekitar 100 juta penghuni kawasan kumuh pada tahun 2020”.
Untuk mengukur keberhasilan pencapaian sasaran MDGs ke 11 tersebut, Indikator yang digunakan
adalah:
• proporsi keluarga yang mempunyai akses ke tempat tinggal yang aman baik dimilikiatau disewa.
Sementara pihak menginterpretasikan target MDGS dibidang sanitasi adalah terpenuhinya 50% dari
masyarakat yang belum mendapatkan akses terhadap fasilitas sanitasi pada tahun 2015.
Bila ditinjau terhadap standar pelayanan minimal (SPM) bidang Permukiman dan Prasarana Wilayah
(Kepmen Kimpraswil nomor 534/2001), cakupan pelayanan air limbah ditetapkan yaitu lebih besar
dari 80 % untuk daerah perkotaan dan untuk daerah perdesaan adalah antara 50%-70%. Oleh karena
itu, standar pelayanan minimal (SPM) tersebut digunakan sebagai acuan dalam memproyeksikan
pelayanan sanitasi di Indonesia sampai dengan Tahun 2015.
Rencana tindak nasonal (National Action Plan) pengembangan prasarana dan sarana air limbah,
selain mencakup tindakan-tindakan yang bersifat fisik, mempertimbangkan pula tindakan-tindakan
yang bersifat non fisik. Pengembangan prasarana dan sarana air limbah melibatkan berbagai pihak
yang berkepentingan terhadap terpeliharanya kualitas lingkungan hidup.
Kebijakan pengembangan prasarana dan sarana air limbah diarahkan untuk mencapai 5 (lima)
sasaran yaitu:
Review Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL) 5-9
CV. DAYA REKAYASA LAPORAN AKHIR
1. Pengolahan air limbah diprioritaskan pada kawasan yang sangat padat diperkotaan.
3. Untuk kota-kota Metropolitan dan kota besar, pembangunan prasarana dan sarana air limbah
diusahakan dengan system terpusat dan semaksimal mungkin pada kawasan hunian dengan
kepadatan bangunan yang tinggi dan permukaan air tanah yang tinggi.
4. Penanganan air limbah di kawasan permukiman pada dasarnya adalah tanggung jawab
masyarakat sendiri, sedangkan fasilitas penunjangnya dapat dibantu atau disediakan oleh
Pemerintah Daerah tanpa atau dengan bantuan Pemerintah Pusat, ataupun kerjasama dengan
pihak swasta.
5. Konsep dasar yang dapat digunakan dalam menangani air limbah di kawasan perumahan dan
permukiman adalah bagaimana mengelola air limbah secara terintegrasi, sehingga tepat guna
(efektif), berdaya guna (efisien) dan terjangkau serta dapat dioperasikan secara berkelanjutan,
dengan bertumpu kepada kemitraan antara masyarakat, pemerintah dan dunia usaha.
1. Bantuan pemerintah untuk pengelolaan air limbah perdesaan dilaksanakan melalui DAU dan
program sektoral.
2. Pengelolaan air limbah perdesaan melalui program sektoral terutama diprioritaskan untuk
penyediaan sarana pembangunan air limbah setempat di desa permukiman transmigrasi,
permukiman nelayan, desa-desa pusat pertumbuhan, desa rawan penyakit dan rawan bencana
atau desa kritis lainnya, baik secara individual maupun komunal.
Berdasarkan kepada kondisi yang berkembang dan kebijakan pengelolaan air limbah, terdapat 4
(empat) strategi pengelolaan air limbah, antara lain:
Review Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL) 5-10
CV. DAYA REKAYASA LAPORAN AKHIR
1. Strategi teknis yang menekankan pilihan teknologi tepat guna yang sesuai dengan kondisi di
Indonesia. Strategi teknis dapat dirinci sebagai berikut :
a. Implementasi proyek sewerage (air limbah system terpusat) di daerah yang baru
dikembangkan dan di daerah yang tak dapat memakai sanitasi setempat, didasarkan pada
pendekatan bertahap (stepwise approach). Proyek dibatasi dalam ukuran yang harus
sanggup membiayai sendiri, paling sedikit untuk operasi dan pemeliharaannya. Jenis jaringan
sewerage, seperti sewerage konvensional atau proyek sewerage biaya rendah (small bore
sewer atau shallow sewer), hendaknya didesain memenuhi kondisi daerah.
b. Pemantapan teknis operasi dan pemeliharaan yang tepat pada jaringan sewer dan IPAL
sehingga fasilitas air limbah dapat berfungsi secara efisien.
d. Penyediaan subsidi dan bantuan teknis bagi masyarakat kurang mampu untuk membangun
dan merenovasi fasilitas pembuangan tinja individu dan komunal hendaknya dilanjutkan
termasuk pengembangan proyek kredit seperti system dana berputar.
e. Pembangunan kakus umum/komunal bagi mereka yang tak mampu membangun asalkan
masyarakat atau pengguna dapat menggunakan dan melakukan pemeliharaannya dengan
patut.
f. Program pendidikan dan penyebaran informasi dapat dilakukan dan diarahkan kepada
pengguna untuk menjamin kesinambungan manfaat, operasi dan pemeliharan fasilitas.
Dalam hal ini, setiap kota seharusnya memiliki alat penyedot tinja (Vacuum Truck) dan IPLT
(Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja) untuk melayani masyarakat yang menggunakan air
limbah setempat (on-site system).
- Daerah dengan kepadatan tinggi (> 300 orang / ha) dan daerah pengembangan baru
harus dilayani dengan system terpusat , yang dibiayai developer dengan pengembalian
oleh pengguna.
- Daerah kepadatan sedang (>100 – 300 /ha) harus dilayani dengan interceptor dan
fasilitas pengolahan air limbah ukuran kecil atau komunal.
- Daerah kepadatan rendah ( 50 - 100 orang /ha) dengan lingkungan berkualitas tinggi
harus dilayani dengan interceptor berkaitan dengan program Prokasih (Program Kali
Bersih).
Review Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL) 5-11
CV. DAYA REKAYASA LAPORAN AKHIR
- Daerah kepadatan sedang dengan kecepatan perkolasi tinggi (>3 cm / menit) atau muka
air tanah tiggi (<1,5 m) harus dilayani dengan shallow sewer dan tangki septic komunal.
- Daerah kepadatan rendah dengan kecepatan perkolasi rendah rendah (<3 cm /menit) dan
muka air tanah rendah (>1,5 m) harus menggunakan tangki septic dengan desain khusus.
- Seleksi pemilihan metoda pengolahan air limbah dan Lumpur tinja hendaknya dilakukan
mulai dari teknologi yang paling sederhana (operasi dan pemeliharaan), biaya yang
rendah (investasi dan operasi), teknologi yang tepat (diterima masyarakat, berguna dan
efektif dalam pengolahannya.)
2. Strategi Institusi menekankan pada peningkatan kemampuan institusi yang ada, yang diuraikan
dibawah ini :
c. Untuk mengelola air limbah setempat termasuk pengangkutan dan pengolahan akhir di IPLT
dapat diserahan kepada Dinas Pekerjaan Umum atau Dinas Kebersihan.
d. Untuk pengelolaan air limbah terpusat pada jangka pendek, bentuk kelembagaannya dapat
ditampung di bawah PDAM, yang merupakan Unit Pengelola Unit Teknis (UPT) tersendiri
yang bertanggung jawab langsung kepada Direktur Utama PDAM terhadap permasalahan
teknis, operasi / pemeliharaan. Hal ini dipertimbangkan mengingat PDAM telah memiliki
sumber daya, keahlian teknis dan administrasi. Namun demikian, perlu dilakukan kelayakan
finansial dan ekonomi dikaitkan dengan tanggung jawab pemulihan biaya investasi dan
biaya operasi/ pemeliharaannya (cost recover) agar pengelolaan air limbah ini tidak
mengalami kerugian.
e. Untuk jagka menengah, bentuk kelembagaannya dapat ditampung dibawah PDAM, yang
merupakan Divisi tersendiri yang bertanggung jawab langsung kepda Direktur Utama PDAM
terhadap permasalahan teknis, operasi, dan pemeliharaan.
f. Untuk jangka panjang, setelah tingkat ekonomi masyarakat lebih baik, pengelolaannya dapat
ditingkatkan menjadi PDAL (Perusahaan Daerah Air Limbah). Pilihan ini akan memungkinkan
Review Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL) 5-12
CV. DAYA REKAYASA LAPORAN AKHIR
terdapatnya upaya yang lebih terkordinir di dalam penanganan air limbah sekaligus
memberikan dasar yang lebih mantap secara organisatoris, manajemen, pembiayaan dan
hukum.
h. Program pelatihan bagi staf pemerintah daerah dan penyuluhan sanitasi yang bersifat
nasional harus dimulai sebagai bagian dari strategi.
i. Tanggung jawab pemerintah daerah diantaranya adalah membuat rencana kegiatan (Action
Plan) di daerah masing-masing dengan penekanan pada pelaksanaan sanitasi setempat,
membangun fasilitas kakus komunal, melaksanakan proyek sewerage dengan bantuan dana
dari pemerintah pusat jika memungkinkan dan memelihara sistem sewerage dan
penyedotan lumpur tinja serta mengawasi dan mengendalikan bantuan teknik bagi fasilitas
sanitasi setempat.
k. Proyek sanitasi setempat yang ada harus diperluas dan dikembangkan menjadi suatu
program yang berkesinambungan.Setahap demi setahap pemerintah daerah mengambil
peran yang dibantu oleh konsultan.
- Izin Mendirikan Bangunan yang mengatur bahwa setiap banginan harus memiliki tangki
septik yang sesuai dan / atau IPAL yang memenuhi standar efluen.
Review Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL) 5-13
CV. DAYA REKAYASA LAPORAN AKHIR
3. Strategi Pendanaan untuk menunjang investasi dari masyarakat dan sektor swasta, dan untuk
mempromosikan mekanisme pengembalian biaya dan peningkatan pendapatan.
a. Investasi swasta dan masyarakat dalam, pembuangan tinja harus ditunjang dan
dipromosikan dengan upaya sebagai berikut:
- Kegiatan promosi.
- Pedoman teknis untuk konstruksi dan operasi serta pemeliharaan fasilitas sanitasi.
- Fasilitas pendanaan (sistem kredit) dan bantuan bagi konstruksi fasilitas pembuangan
tinja secara individual atau komunal.
b. Mekanisme pengembalian biaya dan pengumpulan pendapatan perlu dirinci lebih lanjut.
c. Bantuan teknis dan bantuan keuangan bagi fasilitas individual atau komunal dngan sanitasi
setempat harus diperpanjang dan dana dialokasikan untuk sistem kredit berbeda
tergantung kondisi setempat.
d. Biaya bersama satu kelompok untuk sistem individual, harus juga diperkenalkan bagi fasilitas
komunal yang digunakan oleh sejumlah kecil rumah tangga.
4. Strategi Promosi yang ekstensif secara nasional. Untuk mendidik dan menambah kesadaran
pemerintah daerah dan masyarakat tentang pentingnya sanitasi yang baik, harus dilaksanakan
strategi promosi. Promosi ini lebih baih dilaksanakan melalui program “Pemasaran Sosial” yang
diharapkan untuk menunjang keinginan masyarakat untuk menggunakan fasilitas pembuangan
tinja yang baik dan sehat.
Konsep didalam pengelolaan air limbah yang paling mendasar adalah bagaimana mengelola air
limbah secara terintegrasi, sehingga tepat guna (efektif), berdaya guna (efisien) dan terjangkau serta
dapat dioperasikan secara berkelanjutan, dengan bertumpu kepada kemitraan antara masyarakat,
pemerintah dan dunia usaha.
Review Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL) 5-14
CV. DAYA REKAYASA LAPORAN AKHIR
Dalam mewujudkan Konsep Pengelolaan Air Limbah tersebut ada beberapa aspek yang akan
mempengaruhi, yaitu :
1. Demografi
• Secara tehnis dan kesehatan untuk kepadatan tertentu yaitu >50 orang/ha, penggunaan cubluk
sudah mengakibatkan kontaminasi pada sumur-sumur tetangga. Di atas kepadatan 200
orang/ha penggunaan septik tank dengan bidang resapannya akan memberikan dampak
kontaminasi bakteri coli dan pencemaran pada tanah dan air tanah.
2. Ekonomi
• Aspek ekonomi juga merupakan hal yang akan menentukan dalam penentuan pemilihan sistem
pengelolaan air limbah. Teknologi pengelolaan limbah yang digunakan untuk mencapai biaya
efektif sangat tergantung pada tingkat obyektivitas yang harus dicapai. Penerapan teknologi
pengelolaan air limbah tergantung dari standar efluen yang diperkenankan dan sampai tingkat
mana kondisi lingkungan yang akan diperbaiki.
3. Sosial
• Penduduk di suatu kawasan memiliki tingkat sosial ekonomi yang berbeda, sehingga akan
sangat terkait dengan kemampuan membayar retribusi air limbah, dan hal ini akan sangat
mempengaruhi dan berdampak secara tehnis terhadap konsep sanitasi yang akan diterapkan.
Kondisi sosial ini akan menjadi kompleks karena dana yang mampu dialokasikan pemerintah
terbatas. Kondisi sosial juga akan membedakan tingkat pencemaran yang dihasilkan.
Dibandingkan dengan negara maju, umumnya tingkat BOD perkapita perhari di Indonesia tidak
terlalu tinggi karena masih berkisar antara 30 gram sampai dengan 40 gram.
4. Lingkungan
a. Iklim tropis sangat menolong pengolahan secara anaerob seperti septiktank, kolam
anaerobik dan sebagainya.
b. Intensitas hujan tropis yang tinggi akan memberikan run off yang sangat besar dibandingkan
aliran air limbah, sehingga sistem sewer (saluran) terpisah antara air hujan dan air limbah
pemukman akan relatif lebih ekonomis dan sehat.
c. Untuk pengelolaan air limbah pada kawasan-kawasan dengan effluen yang dibuang ke
danau dan waduk, selain harus memperhatikan kadar BOD/COD dan SS juga harus
mengendalikan kadar nitrogen dan fosfor yang akan memicu pertumbuhan algae biru dan
gulma yang akan menutupi permukaan air danau.
Review Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL) 5-15
CV. DAYA REKAYASA LAPORAN AKHIR
d. Jika tidak ada penetapan kuota pencemaran maka penetapan kualitas effluen hasil
pengolahan limbah harus memperhitungkan kemampuan badan air penerima untuk ”natural
purification” bagi berlangsungnya kehidupan akuatik secara keseluruhan.
Terdapat dua macam sistem dalam pengelolaan air limbah domestik/permukiman yaitu :
Sanitasi sistem setempat atau dikenal dengan sistem sanitasi on-site yaitu sistem dimana fasilitas
pengolahan air limbah berada dalam persil atau batas tanah yang dimiliki, fasilitas ini merupakan
fasilitas sanitasi individual seperti septik tank atau cubluk.
- Tidak dapat diterapkan pada semua daerah misalnya tergantung permeabilitas tanah, tingkat
kepadatan dan lain-lain.
- Fungsi terbatas pada buangan kotoran manusia dan tidak menerima limbah kamar mandi dan
air limbah bekas mencuci
- Kepadatan > 100 org/ha sarana on site dilengkapi pengolahan tambahan seperti kontak media
dengan atau tanpa aerasi
Review Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL) 5-16
CV. DAYA REKAYASA LAPORAN AKHIR
- Instalasi pengolahan lumpur tinja minimal untuk melayani penduduk urban > 50.000 jiwa atau
bergabung dengan kawasan urban lainnya
Pada sistem on site ada dua jenis sarana yang dapat diterapkan yakni sistem individual dan komunal.
Pada skala individual sarana yang digunakan adalah septik dengan varian pada pengolahan lanjutan
untuk effluennya yakni :
3. Dengan evapotranspirasi
4. Menggunakan filter
Sedangkan tinja dari septik tank akan diangkut menggunakan truk penyedot tinja dan diolah di IPLT
(Instalasi Pengolahan Limbah Tinja).
Sanitasi sistem terpusat atau dikenal dengan istilah sistem off-site atau sistem sewerage, yaitu
sistem dimana fasilitas pengolahan air limbah berada diluar persil atau dipisahkan dengan batas
jarak atau tanah yang menggunakan perpipaan untuk mengalirkan air limbah dari rumah-rumah
secara bersamaan dan kemudian dialirkan ke IPAL.
Review Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL) 5-17
CV. DAYA REKAYASA LAPORAN AKHIR
- Bagi kawasan berpenghasilan rendah dapat menggunakan sistem septik tank komunal
(decentralized water treatment) dan pengaliran dengan konsep perpipaan shallow sewer. Dapat
juga melalui sistem kota/modular bila ada subsidi tarif.
- Bagi kawasan terbatas untuk pelayanan 500–1000 sambungan rumah disarankan menggunakan
basis modul. Sistem ini hanya menggunakan 2 atau 3 unit pengolahan limbah yg paralel.
Pengolahan sanitasi sistem terpusat terutama bertujuan untuk menurunkan kadar pencemar di
dalam air buangan. Ada beberapa tingkat pengolahan yang umumnya dilakukan untuk mengolah air
buangan agar tidak berbahaya bagi lingkungan yaitu :
a. Pengolahan fisik seperti: penyaringan sampah dari aliran, pengendapan pasir, pengendapan
partikel discrete.
b. Pengolahan biologis yang dapat terdiri dari proses anaerobik dan/atau proses aerobik, serta
pengendapan flok hasil proses sintesa oleh bakteri
c. Pengolahan secara kimia dengan pembubuhan disinfektan untuk mengontrol bakteri fekal dari
effluent hasil pegolahan sebelumnya.
d. Di bagian bawah dari pengolahan air limbah adalah sisa lumpur yang terbentuk dan harus
dikendalikan serta diolah sehingga aman terhadap lingkungan
- Biaya investasi
Review Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL) 5-18
CV. DAYA REKAYASA LAPORAN AKHIR
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan pengolahan air limbah adalah : kepadatan
penduduk, sumber air yang ada, permeabilitas tanah, kemiringan tanah dan kemampuan membiayai
Review Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL) 5-19
CV. DAYA REKAYASA LAPORAN AKHIR
Gambar 5-1 Diagram Alir Pemilihan Sistem Pengolahan Air Limbah Domestik
Review Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL) 5-20
CV. DAYA REKAYASA LAPORAN PENDAHULUAN
Secara garis besar biaya-biaya yang harus ditanggung dalam suatu kegiatan pelayanan air limbah
terdiri atas
- Biaya Pengoperasian sarana prasarana air limbah, yang harus dikeluarkan secara rutin
dalam rangka pelaksanaan pelayanan air limbah kepada masyarakat misalnya biaya gaji,
biaya penggunaan energi (listrik dan bahan bakar), biaya penggunaan air, biaya bahan
baku, dan biaya-biaya administrasi dan umum lainnya yang terkait dengan kegiatan
operasi.
• Biaya ini berupa dana yang harus dikeluarkan dalam rangka persiapan, pengadaan dan
pelaksanaan konstruksi /pemasangan prasarana dan sarana air limbah. Biaya-biaya yang
tercakup didalamnya antara lain, harga peralatan/instalasi pengolahan, biaya
pemasangan/konstruksi , serta berbagai biaya administrasi dan umum yang terkait dalam
proses pengadaan dan konstruksi. Biaya barang modal yang merupakan suatu sinvestasi
yang bersifat jangka panjang selanjutnya akan ikut dibebankan ke dalam tarif pelyanan dalam
rangka pemulihan (recovery) secara periodik melalui penyusutan agar dapat digunakan
kembali untuk melakukan investasi ulang dimasa yang akan datang.
Review Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL) 5-21
CV. DAYA REKAYASA LAPORAN PENDAHULUAN
1. Optimalisasi sistem, hal ini dilakukan secara umum untuk mendayagunakan sisa kapasitas
pelayanan air limbah yang selama ini belum termanfaatkan
2. Rehabilitasi, dilakukan dalam rangka memulihkan kondisi suatu sistem pengelolaan air
limbah yang telah menurun / rusak agar kembali pulih pada kondisi normal.
3. Pengembangan / pembangunan suatu sistem baru, hal ini dilakukan dalam rangka
mengadakan / menyediakan suatu sistem baru pengolahan dan pelayanan air limbah di
suatu wilayah yang belum ada / mempunyai suatu sistem pelayanan air limbah.
Pelayanan air limbah adalah suatu layanan dasar yang dibutuhkan individu masyarakat secara
keseluruhan, sehingga pelayanan air limbah merupakan salah satu bentuk pelayanan publik yang
menjadi tanggung jawab bersama pemerintah baik pusat dan daerah. Tanggung jawab ini
diimplementasikan dalam bentuk penyediaan anggaran dalam APBN maupun APBD (Kabupaten /
Kota dan Provinsi) maupun untuk menutupi kebutuhan pembiayaan air limbah. Pembagian
tanggung jawab antar tingkat-tingkat Penganggaran Pemerintah dalam pembiayaan pengelolaan
air limbah di daerah dapat dikelompokkan dalam tabel berikut ini.
Tabel 5-7 Pembagian Tanggung Jawab Penganggaran Antara Pemerintah Pusat dan Daerah Dalam
Kegiatan Pengelolaan Air Limbah
Review Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL) 5-22
CV. DAYA REKAYASA LAPORAN PENDAHULUAN
Tabel 5-8 Pembagian Tanggungjawab dan Alokasi Penganggaran Pembiayaan Pengelolaan Air
Limbah
Berdasarkan uraian di atas secara umum dapat diketahui bahwa untuk Pembiayaan kegiatan di
sektor air limbah pendanaan dari APBN dialokasikan untuk pengadaan / konstruksi prasarana dan
sarana sedangkan untuk kebutuhan lahan serta pelaksanaan kegiatan operasi dan pemeliharaan
prasarana dan sarana air limbah sudah menjadi tanggung jawab Pemerintah Kabupaten / Kota
melalui dana APBD-nya.
Disamping itu ada pula pendanaan kegiatan fisik melalui penyaluran DAK (Dana Alokasi Khusus)
langsung dari Departemen Keuangan yang pengelolaannya ditangani secara swakelola oleh
Pemerintah Daerah setempat dengan melibatkan keikutsertaan masyarakat
Pengembangan komunitas dilakukan melalui serangkaian kegiatan yang sistematis, terencana dan
terarah untuk menggali, meningkatkan dan mengarahkan peran serta atau partisipasi komunitas
agar dapat memanfaatkan potensi yang ada guna memecahkan sejumlah masalah yang dihadapi
suatu komunitas.
Dalam konteks program, kegiatan ini dimaksudkan untuk menggali, meningkatkan dan
mengarahkan peran serta suatu kelompok komunitas yang pada gilirannya meningkatkan
kemandirian komunitas.
royong. Bentuk kegiatan yang berlandaskan gotong royong inilah yang dikembangkan lebih lanjut
sehingga dapat secara tepat diarahkan untuk mengatasi masalah-masalah nyata kemiskinan, dan
pada gilirannya mampu mandiri dalam memecahkan masalah-masalahnya. Kegiatan ini
diupayakan untuk menggunakan, memanfaatkan dan mengoptimalkan berbagai pranata yang
sudah berjalan serta mengupayakan tercapainya daya guna dan hasil guna yang optimal.
Kegiatan ini terencana karena bertujuan untuk meningkatkan kualitas komunitas dengan
mengatasi maslah kemiskinan yang merupakan prioritas setempat. Kegiatan ini merupakan
serangkaian upaya yang terarah dengan mengambil titik mulai dari aspek yang secara subyektif
dirasakan oleh komunitas yang kemudian secara bertahap akan diarahkan ke upaya mengatasi
masalah yang obyektif. Aspek kebutuhan subyektif diperlukan untuk menumbuhkan rasa memiliki
sehingga tumbuh pertisipasi warga. Bila kebutuhan obyektif dikesampingkan, penanggulangan
kemiskinan tentu tidak tercapai. Fasilitator harus secara bertahap mengarahkan peran serta
komunitas tersebut ke arah pemenuhan kebutuhan obyektif, yaitu mengatasi masalah kemiskinan
yang sebenarnya.
Upaya ini diharapkan dapat menyebar dengan cepat untuk mengatasi masalah kemiskinan yang
makin akut khususnya di kalangan masyarakat miskin. Berkembangnya jumlah dan kualitas
fasilitator, menguatnya dukungan kebijakan dan menguatnya support system diharapkan dapat
membantu perluasan upaya pembangunan bertumpu pada masyarakat.
3. Memperluas kelompok komunitas yang terlibat melalui dukungan teknis, politis dan
ekonomis dari pihak luar, terutama dari fasilitator.
Dua sasaran pertama bersifat edukatif, sedangkan yang terakhir merupakan upaya mempercepat
penyebaran model pembangunan bertumpu pada kelompok komunitas. Dengan demikian
diharapkan terjadi percepatan laju peran serta komunitas dalam penanggulangan kemiskinan.
Dalam kaitanya dengan komunitas kelompok merupakan pintu masuk menuju komunitas. Melalui
pintu ini upaya pengembangan komunitas dimungkinkan. Lima hal berikut menjelaskan
kedudukan penting dari kelompok:
Review Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL) 5-24
CV. DAYA REKAYASA LAPORAN PENDAHULUAN
- Kelompok tidak bisa tidak akan berhadapan dengan masalah-masalah praktis yang sehari-
hari ditemui anggotanya. Permasalahan anggota kelompok ada kalanya mendorong
tombulnya perubahan, namun kelompok senantiasa memberikan pengaruh sosiopsikologis
terhadap anggotanya.
- Kelompok memiliki suatu daya rekat tertentu terhadap anggotanya. Berbagai penelitian
mengenai kekompakan kelompok menunjukkan pengaruh tersebut. Penelitian klasik
Seashore menunjukkan bahwa semakin kompka suatu kelompok, semakin rendah kadar
kecemasan anggotanya. Secara umum, dapat disimpulkan, proses-proses dan kejadian-
kejadian pada tingkat kelompok memberi pewarnaan pada kepribadian pada anggotanya.
Pemahaman yang tepat terhadap dinamika kelompok memberikan manfaat yang berarti dalam
menangani dan mendorong kelompok ke arah yang diinginkan.
Kekompakan kelompok merupakan aspek menarik yang menempati posisi penting dalam teori
tentang kelompok. Aspek ini banyak dibicarakan karena menentukan keutuhan suatu kelompok.
Rumusan umum tentang kekompakan kelompok adalah perpaduan atau tarik menarik berbagai
kekuatan yang membuat seseorang tetap bertahan di dalam kelompok. Kekuatan-kekuatan yang
diamksud ditentukan bersama oleh sifat-sifat tertentu dari kelompok tersebut dan karakteristik-
karakteristik tertentu para anggotanya. Secara sederhana terdapat dua kekuatan utama. Pertama,
manahan seseorang tetap berada dalam kelompok dan yang kedua, membuat seseorang tertarik
untuk keluar dan bergabung dengan kelompok lain.
Review Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL) 5-25
CV. DAYA REKAYASA LAPORAN PENDAHULUAN
mencapai tujuan kelompok. Demikian pula sebaliknya. Jadi, kekompakan kelompok niscaya
berkait erat secara positif dengan produktivitas kelompok dan kepuasan anggota.
Bagan di bawah ini memperlihatkan kaitan antara kekompakan kelompok, penentu-penentu dan
akibat-akibatnya.
Review Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL) 5-26
CV. DAYA REKAYASA LAPORAN PENDAHULUAN
Seseorang yang merasa diterima di kelompok, lebih mungkin untuk berpartisipasi lebih
banyak.
4. Hasil pada tingkat pribadi anggotanya. Pada kelompok dengan kekompakan yang tinggi,
terbangun pula hubungan interpersonal di antara anggotanya dan akan menumbuhkan pula
rasa saling percaya, saling menerima, memberikan rasa aman, mengurangi kecemasan dan
meningkatkan rasa percaya diri.
Pengalaman lapangan memperlihatkan bahwa kekompakan kelompok ada pasang surutnya.
Mengendurnya kekompakan kelompokditunjukkan oleh berbagai gejala, seperti keengganan
anggota kelompok menghindari pertemuan, kelompok sulit mencapai kesepakatan atau gejala
lainnya.
Secara teoritis memang terdapat beberapa penyebab umum yang menurunkan kekompakan
kelompok, yakni:
- Ketidaksetujuan mengenai tujuan dan orientasi kegiatan. Perbedaan ini dapat menimbulkan
konflik antar anggota.
- Menurunnya interaksi antar-anggota. Menurunnya interaksi antar-anggota dapat disebabkan
besarnya ukuran kelompok. Dengan interaksi menurun, menurun pula kedekatan anggota satu
sama lain.
- Pengalaman berkelompok yang tidak menyenangkan. Dalam aktivitas berkelompok tentu ada
pengalaman bersama. Pengalaman yang tidak menyenangkan akan melemahkan kekompakan
kelompok.
- Persaingan antar kelompok kecil. Persaingan yang berlangsung-terus menerus antar kelompok
kecil akan menimbulkan frustrasi. Keadaan yang demikian potensial memicu konflik sesama
anggota kelompok.
- Dominasi satu atau sebagian anggota. Adanya dominasi satu atau beberapa anggota kelompok
menghambat partisipasi anggota kelompok, yang pada gilirannya akan menurunkan
kekompakan.
5.6.2 Stakeholder
Istilah stakeholder mulai banyak digunakan bersamaan dengan berlangsungnya era reformasi di
Indonesia. Menilik terjemahan dari stakeholder dalam bahasa cenderung membingungkan jika
diartikan secara harfiah. Dalam kamus bahasa Indonesia, stakeholder diterjemahkan menjadi
petaruh. Perlu pembahasan tersendiri untuk menjelaskan makna petaruh jika istilah ini akan
digunakan dalam proyek pembangunan permukiman bertumpu pada masyarakat. Apa lagi jika
kata ini harus dipublikasikan.
Review Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL) 5-27
CV. DAYA REKAYASA LAPORAN PENDAHULUAN
Dalam dunia usaha kita mengenal istilah shareholders, alias pemilik saham. Merekalah pengambil
keputusan tertinggi dalam suatu perusahaan. Dalam mengambil keputusan, pemilik saham
mayoritas memiliki hak veto atas segala keputusan dalam rapat pemegang saham, sekaligus
merekalah penerima volume keuntungan terbesar jika perusahaan menghasilkan laba, dan
sebaliknya mereka pula penanggung kerugian terbesar atas modal yang ditanam jika perusahaan
mengalami kerugian.
Dalam perkembangan terakhir, banyak ahli manajemen terkemuka, katakanlah Peter F Drucker
(The Great Time at Big Change), mengatakan bahwa untuk meningkatkan daya saing, para
pengelola perusahaan tidak lagi hanya dapat bergantung pada keputusan atas dasar
pertimbangan bagaimana melayani kehendak para pemegang saham semata (shareholders).
Banyak perusahaan besar mengalami kebangkrutan pada persaingan di tingkat global karena
gagal melayani kepuasan pelanggan. Era ini melahirkan gagasan Customer Based Satisfaction,
sebagai tujuan utama perusahaan. Asumsinya, jika kepuasan pelanggan dapat terjaga maka
perusahaan dapat mempertahankan labanya, bahkan merupakan langkah awal untuk
mengembangkan volume usaha yang juga menjadisumber keuntungan. Pelanggan akhirnya
dinyatakan sebagai stakeholder utama. Sepintas dapat dikatakan bahwa stakeholder adalah
penentu keberhasilan suatu aktifitas, baik aktifitas bisnis maupun aktifitas lainnya.
Pada era terakhir, upaya habis-habisan untuk melayani kepuasan pelanggan ternyata tidaklah
akan mulus jika nasib dan kesejahteraan para pekerja lini depan (seperti pramuniaga, customer
service, tenaga pelayanan pasca penjualan, dll) tidak terjamin dengan baik. Hal ini menyadarkan
banyak ahli manajemen bahwa dalam persaingan bisnis, perlu dirancang suatu keputusan yang
mencerminkan aspirasi dari berbagai stakeholder, mulai dari pelanggan sebagai stakeholder
utama, hingga karyawan lini depan, karyawan divisi pendukung, hingga para pemegang saham.
Perkembangan pemikiran di dunia swasta ini juga akhirnya berpengaruh ke bidang jasa publik,
dimana sektor pemerintahan berada. Perkembangan ini semakin marak bersamaan dengan
gencarnya issue Reinventing Governance (sering diterjemahkan sebagai: mewirausahakan
birokrasi), dan terakhir issue-issue di seputar Good Governance (sering diterjemahkan sebagai
tata pemerintahan yang baik).
Review Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL) 5-28
CV. DAYA REKAYASA LAPORAN PENDAHULUAN
Penerapan gagasan pelibatan stakeholder sebagai pengambil keputusan dan penilai utama dalam
keberhasilan pelayanan publik telah menyebabkan banyak pemikiran diseputar sektor
pemerintahan mengalami reorientasi dari pengambilan keputusan dan pertangungjawaban
struktural ke arah pengambilan keputusan berbasis stakholder dan pertanggungjawaban yang
berorientasi pada publik secara langsung. Artinya, dalam merencanakan dan melaksanakan
proyek-proyek pembangunan, apalagi pembangunan permukiman bertumpu pada masyarakat
melibatkan stakeholder untuk mengambil keputusan mulai dari proses perencanaan hingga
pelaksanaan menjadi penting, agar proyek-proyek tersebut dapat memberikan manfaat terbesar
bagi publik.
Dengan demikian dapatlah kita simpulkan bahwa stakeholder sesungguhnya adalah pihak-pihak
yang akan menjadi penentu keberhasilan pelaksanaan proyek-proyek pembangunan dalam
mencapai tujuannya untuk memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi masyarakat pengguna.
Review Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL) 5-29
CV. DAYA REKAYASA LAPORAN PENDAHULUAN
Daftar isi
BAB V KONSEP UMUM PENGELOLAAN AIR LIMBAH ............................................................. 5-1
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
Gambar 5-1 Diagram Alir Pemilihan Sistem Pengolahan Air Limbah Domestik ........................... 5-20
Review Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL) ii
CV. DAYA REKAYASA LAPORAN AKHIR
6 BAB VI
KONSEP PENGELOLAAN AIR LIMBAH
KOTA TASIKMALAYA
6.1 UMUM
Dalam Bab 6 – Konsep Pengelolaan Air Limbah Kota Tasikmalaya ini akan dibahas konsep
penanganan air limbah yang akan diterapkan untuk Kota Tasikmalaya dengan memperhatikan
kondisi Kota Tasikmalaya, yang menyangkut ke-5 aspek, yaitu : aspek kebijakan/peraturan, aspek
kelembagaan, aspek teknis perencanaan, aspek pendanaan serta aspek peran serta masyarakat.
Dengan telah disampaikannya konsep pengelolaan air limbah untuk Kota Tasikmalaya, selanjutnya
akan coba disusun Program Pengelolaan Air Limbah, baik untuk jangka pendek, jangka menengah
dan jangka panjang yang didahului dengan penentuan zonasi prioritas dan survey sosial ekonomi.
Dengan mengacu pada peraturan yang ada, ke depannya harus ada peraturan tersendiri di Kota
Tasikmalaya yang mengatur tentang Sistem Pengelolaan Ali Limbah (SPAL) untuk melengkapi
peraturan yang telah ada sekarang. Adapun peraturan tersebut diantaranya mengatur tentang :
kelembagaan pengelola SPAL, tarif/retribusi untuk konsumen SPAL, dll.
Dari keempat alternatif kelembagaan pengelola air limbah yang ditawarkan dalam Konsep Umum
Sistem Pengelolaan Air Limbah (Badan Layanan Umum Daerah (BLUD), Departemen di bawah
PDAM, Unit Pelaksana Teknis (UPT) dan kersajasama dengan pihak swasta), maka sebagai awal
direkomendasikan untuk membentuk UPT khusus dibawah Bidang Air Limbah (sekarang masih
bersatu dengan Kebersihan) dan maish termasuk dalam Dinas Cipta Karya Tata Ruang dan
Kebersihan Kota Tasikmalaya.
Sehingga dalam tupoksinya nanti akan langsung menangani permasalahan air limbah.
Review Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL) 6-1
CV. DAYA REKAYASA LAPORAN AKHIR
Berdasarkan target MDGS dibidang sanitasi pada Tahun 2015 adalah terpenuhinya 50% dari
masyarakat yang belum mendapatkan akses terhadap fasilitas sanitasi, sedangkan berdasarkan
standar pelayanan minimal (SPM) bidang Permukiman dan Prasarana Wilayah (Kepmen
Kimpraswil nomor 534/2001), cakupan pelayanan air limbah untuk daerah perkotaan ditetapkan
yaitu >80 %.
Bila dilihat kedua target tersebut, agak berat untuk melaksanakan mengingat saat ini Kota
Tasimalaya belum mempunyai Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL) Terpusat, sistem yang ada
masih berupa SPAL Setempat. Tetapi bukan tidak mungkin untuk menyusun program yang
mengacu ke arah tersebut.
Untuk itu target pelayanan air limbah untuk Kota Tasikmalaya yang ditetapkan dalam penyusunan
Rencana Teknis SPAL ini adalah 80% pada akhir periode perencanaan. Dimana SPAL yang akan
dipilih merupakan gabungan antara sistem on-site dan sistem off-site.
Untuk mencapai target yang telah ditetapkan tersebut, kebijakan yang dipilih diantaranya adalah
sebagai berikut :
5. Pendanaan akan melibatkan dana yang berasal dari APBN Pusat, APBN Provinsi dan APBD,
serta dana yang berasal dari masyarakat khususnya yang akan melakukan penyambungan
kedalam SPAL Terpusat nantinya.
Review Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL) 6-2
CV. DAYA REKAYASA LAPORAN AKHIR
6. Pengelolaan SPAL akan melibatkan kemitraan antara masyarakat, pemerintah dan dunia
usaha.
Sesuai dengan kebijakan pengelolaan air limbah Kota Tasikmalaya dimana untuk penanganan air
limbah secara terpusat ditujukan terlebih dahulu pada Kawasan Prioritas, maka berikut ini akan
membahas mengenai kawasan prioritas tersebut.
Dalam pemilihanKawasan Prioritas, ada 6 (enam) indikator yang ditentukan. Yang kemudian
masing-masing indikator tersebut diberikan bobot yang nantinya dijadikan faktor pengali dalam
penentuan Kawasan Prioritas.
Berikut ini indikator dan bobot yang ditentukan dalam penentuan Kawasan Prioritas SPAL Kota
Tasikmalaya.
Tabel 6-1 Indikator dan Bobot Penentuan Kawasan Prioritas Kota Tasikmalaya
Bobot
No Indikator
(%)
1 Kepadatan Penduduk 20
2 Kepadatan Bangunan 20
3 Pelanggan PDAM 15
4 Angka Penyakit 15
5 Kepemilikan Jamban 20
6 Kepemilikan Jamban Tanpa Unit Pengolahan 10
Jumlah 100
Sumber : Analisa, 2013
Dari ke-enam indikator tersebut, selanjutnya dilakukan penilaian untuk masing-masing indikator
berdasarkan data yang ada. Penilaian terbagi menjadi 3 tingkatan, yaitu : tinggi (nilai = 5), sedang
(nilai = 3) dan rendah (nilai = 1).
Berikut ini data dan hasil penilaian dalam rangka penentuan Kawasan Prioritas tersebut.
Kepadatan Penduduk
Berikut ini hasil penilaian dan pemetaan untuk Indikator Kepadatan Penduduk.
Review Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL) 6-3
CV. DAYA REKAYASA LAPORAN AKHIR
Review Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL) 6-4
CV. DAYA REKAYASA LAPORAN AKHIR
Review Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL) 6-5
CV. DAYA REKAYASA LAPORAN AKHIR
Dari Peta diatas dapat terlihat kepadatan penduduk dengan dasar penilaian:
Kepadatan Bangunan
Berikut ini hasil penilaian dan pemetaan untuk Indikator Kepadatan Bangunan.
Review Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL) 6-6
CV. DAYA REKAYASA LAPORAN AKHIR
Gambar 6-2 Pemetaan Indikator Kepadatan Penduduk di Kota Tasikmalaya
Review Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL) 6-7
CV. DAYA REKAYASA LAPORAN AKHIR
Dari Peta diatas dapat terlihat kepadatan Bangunan dengan dasar penilaian:
Pelanggan PDAM
Berikut ini hasil penilaian dan pemetaan untuk Indikator Pelanggan PDAM.
Review Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL) 6-8
CV. DAYA REKAYASA LAPORAN AKHIR
Gambar 6-3 Pemetaan Indikator Pelanggan PDAM di Kota Tasikmalaya
Dari Peta diatas dapat terlihat pelanggan PDAM dengan dasar penilaian:
Review Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL) 6-9
CV. DAYA REKAYASA LAPORAN AKHIR
Angka Penyakit
Berikut ini hasil penilaian dan pemetaan untuk Indikator Angka Penyakit.
Review Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL) 6-10
CV. DAYA REKAYASA LAPORAN AKHIR
Gambar 6-4 Pemetaan Indikator Angka Penyakit di Kota Tasikmalaya
Review Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL) 6-11
CV. DAYA REKAYASA LAPORAN AKHIR
Dari Peta diatas dapat terlihat Indikator Angka Penyakit di Kota Tasikmalaya dengan dasar
penilaian:
Kepemilikan Jamban
Berikut ini hasil penilaian dan pemetaan untuk Indikator Kepemilikan Jamban.
Review Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL) 6-12
CV. DAYA REKAYASA LAPORAN AKHIR
Gambar 6-5 Pemetaan Indikator Kepemilikan Jamban Tanpa Unit Pengolahan di Kota Tasikmalaya
Review Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL) 6-13
CV. DAYA REKAYASA LAPORAN AKHIR
Berikut ini hasil penilaian dan pemetaan untuk Indikator Kepemilikan Jamban Tanpa Unit
Pengolahan.
Review Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL) 6-14
CV. DAYA REKAYASA LAPORAN AKHIR
Gambar 6-6 Pemetaan Indikator Kepemilikan Jamban Tanpa Unit Pengolahan di Kota Tasikmalaya
Review Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL) 6-15
CV. DAYA REKAYASA LAPORAN AKHIR
Dari Peta diatas dapat terlihat Kepemilikan jamban tanpa Unit pengolahandengan dasar
penilaian:
Berdasarkan hasil penilaian untuk masing-masing indikator tersebut, berikut ini hasil
rekapitulasinya.
Review Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL) 6-16
CV. DAYA REKAYASA LAPORAN AKHIR
Review Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL) 6-17
CV. DAYA REKAYASA LAPORAN AKHIR
Yaitu kawasan yang sangat diprioritaskan untuk penanganan air limbah dengan sistem off
site. Kawasan tersebut meliputi kecamatan : Cibeureum, Tawang, Cihideung dan Cipedes.
Yaitu kawasan yang selanjutnya perlu penanganan air limbah dengan sistem off-site.
Kawasan tersebut meliputi kecamatan : Perbaratu, Mangkubumi, Indihiang, Bungursari.
Yaitu kawasan yang belum perlu penanganan air limbah dengan sistem off-site. Kawasan
tersebut meliputi kecamatan : Kawalu dan Tamansari.
Sistem pengelolaan air limbah (SPAL) yang akan direncanakan untuk Kota Tasikmalaya adalah
gabungan antara Sistem Setempat/On-Site dan Sistem Terpusat/Off-Site, dengan prioritas
penanganan sistem terpusat pada Kawasan Prioritas.
Berikut ini proyeksi penduduk Kota Tasikmalaya dan proyeksi timbulan air limbahnya sampai
dengan akhir periode perencanaan (Tahun 2033).
Tabel 6-9 Proyeksi Penduduk dan Proyeksi Timbulan Air Limbah Kota Tasikmalaya sd Tahun 2033
Review Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL) 6-19
CV. DAYA REKAYASA LAPORAN AKHIR
Berdasarkan kondisi eksisting topografi di Kota Tasikmalaya, dimana ketinggian Kota Tasikmalaya
bervariasi antara ± 475 dpl sampai dengan ±312,5 dpl dan bila dikaitkan dengan konsep
pembagian Wilayah Sungai (WS), maka Kota Tasikmalaya terbagi menjadi 2 (dua) wilayah sungai,
yaitu : WS Ciwulan dan WS Citanduy.
Pembagian kecamatan di Kota Tasikmalaya berdasarkan wilayah sungai tersebut dapat dilihat
pada tabel berikut ini.
Untuk lebih jelas pembagian wilayah sungai tersebut dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Review Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL) 6-20
CV. DAYA REKAYASA LAPORAN AKHIR
Gambar 6-8 Pembagian Wilayah Administratif Kota Tasikmalaya Berdasarkan Wilayah Sungai
Review Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL) 6-21
CV. DAYA REKAYASA LAPORAN AKHIR
Berdasarkan tabel dan gambar peta pembagian Kota Tasikmalaya berdasarkan wilayah sungai
diatas serta analisa kawasan prioritas, maka sistem pengelolaan air limbah di Kota Tasikmalaya
akan menangani seluruh kecamatan yang ada di Kota Tasikmalaya dengan lebih memprioritaskan
pada 8 (delapan) kecamatan yang masuk dalam prioritas tinggi dan prioritas sedang yang secara
kebetulan ke-8 kecamatan tersebut masuk dalam WS Citanduy. Ke-8 kecamatan tersebut
direncanakan akan dilayani dengan sistem on-site dan off-site, sedangkan 2 kecamatan sisanya
hanya akan dilayani dengan sistem on-site.
Mengingat kondisi topografi Kota Tasikmalaya yang berbukit dan kondisi geografis Kota
Tasikmalaya dimana didalamnya mengalir beberapa sungai yang membelah Kota Tasikmalaya dan
bermuara ke Sungai Citanduy menjadi salah satu penyebab tidak memungkinkannya untuk
melakukan pengelolaan air limbah dengan Sistem Off-Site Skala Kota, sehingga yang
dimungkinkan untuk penanganan air limbah di Kota Tasikmalaya adalah dengan Sistem Off-Site
Skala Kawasan/Zona.
Sesuai dengan uraian sebelumnya, sistem off-site yang direncanakan untuk pengelolaan air
limbah di Kota Tasikmalaya merupakan Sistem Off-Site Skala Kawasan/Zona, hal tersebut
dikarenakan Kota Tasikmalaya memiliki kontur yang bervariasi serta terdapat beberapa sungai
yang membelah wilayah administratif Kota Tasikmalaya.
Untuk itu dalam perencanaan Sistem Off-Site Kawasan, Kota Tasikmalaya khususnya untuk ke-8
kecamatan prioritas akan dibagi menjadi beberapa zona pelayanan. Pengelompokan zona
pelayanan tersebut berdasarkan kontur serta keberadaan sungai yang menjadi pemisah antara
zona satu dengan yang lainnya.
Berikut ini pembagian zona pelayanan Sistem Off-Site Skala Kawasan di Kota Tasikmalaya.
Review Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL) 6-22
CV. DAYA REKAYASA LAPORAN AKHIR
Gambar 6-9 Peta Pembagian Zona Pelayanan Sistem Off-Site Skala Kawasan Kota Tasikmalaya
Review Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL) 6-23
CV. DAYA REKAYASA LAPORAN AKHIR
Berdasarkan peta zonasi tersebut, terdapat 6 (enam) zona pelayanan IPAL Skala Kawasan di Kota
Tasikmalaya. Berikut ini deliniasi kecamatan yang masuk untuk masing-masing zona diikuti luasan
kecamatan tersebut serta persentasenya terhadap luas total kecamatan untuk masing-masing
zona.
Tabel 6-11 Deliniasi Wilayah Kecamatan untuk Zonasi IPAL Skala Kawasan Kota Tasikmalaya
Kecamatan dalam
Kecamatan
Zona
No Zona Luas
Nama Luas
Total Luas (%)
Kecamatan (ha)
(Ha)
1 Zona-1 Cipedes 896,74 61.58% 552,21
Indihiang 1.104,44 55.02% 607,68
Jumlah 1.159,88
2 Zona-2 Cipedes 896,74 19.68% 176,44
Indihiang 1.104,44 6.68% 73,77
Jumlah 250,21
3 Zona-3 Mangkubumi 2.453,53 3.65% 89,5
Purbaratu 1.201,55 1.33% 16,01
Cihideung 549,29 29.81% 163,75
Tawang 707,77 12.04% 85,22
Jumlah 354,48
4 Zona-4 Purbaratu 1.201,55 45.22% 543,31
Cihideung 549,29 10.63% 58,37
Tawang 707,77 29.11% 206,01
Jumlah 807,69
5 Zona-5 Cibeureum 1.904,08 96.07% 1.829,32
Purbaratu 1.201,55 3.37% 40,45
Cihideung 549,29 50.46% 277,18
Tawang 707,77 54.56% 386,17
Jumlah 2.533,11
6 Zona-6 Mangkubumi 2.453,53 77.85% 1.910,09
Jumlah 1.910,09
Berikut ini jumlah penduduk Tahun 2033 yang ada di pada masing-masing zona tersebut yang
dihitung berdasarkan persentase luasan wilayah dan proyeksi penduduk Tahun 2033. Dalam
perhitungan jumlah penduduk ini juga dikalikan dengan % sistem off-site yang direncanakan
untuk masing-masing kawasan prioritas. Berikut ini perencanaan sistem off-site untuk maisng-
masing kecamatan tersebut.
Tabel 6-12 Rencana Sistem Off-Site dan Sistem On-Site SPAL Kota Tasikmalaya
Review Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL) 6-24
CV. DAYA REKAYASA LAPORAN AKHIR
Berdasarkan uaraian diatas, berikut ini jumlah penduduk untuk masing-masing zona yang
direncanakan untuk sistem pengalolaan air limbah Kota Tasikmalaya.
Kecamatan Zonasi
Untuk lebih jelas melihat deliniasi masing-masing zona, dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Review Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL) 6-26
CV. DAYA REKAYASA LAPORAN AKHIR
Gambar 6-10 Deliniasi Wilayah Zona-1 IPAL Skala Kawasan Kota Tasikmalaya
Review Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL) 6-27
CV. DAYA REKAYASA LAPORAN AKHIR
Gambar 6-11 Deliniasi Wilayah Zona-2 IPAL Skala Kawasan Kota Tasikmalaya
Review Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL) 6-28
CV. DAYA REKAYASA LAPORAN AKHIR
Gambar 6-12 Deliniasi Wilayah Zona-3 IPAL Skala Kawasan Kota Tasikmalaya
Review Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL) 6-29
CV. DAYA REKAYASA LAPORAN AKHIR
Gambar 6-13 Deliniasi Wilayah Zona-4 IPAL Skala Kawasan Kota Tasikmalaya
Review Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL) 6-30
CV. DAYA REKAYASA LAPORAN AKHIR
Gambar 6-14 Deliniasi Wilayah Zona-5 IPAL Skala Kawasan Kota Tasikmalaya
Review Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL) 6-31
CV. DAYA REKAYASA LAPORAN AKHIR
Gambar 6-15 Deliniasi Wilayah Zona-6 IPAL Skala Kawasan Kota Tasikmalaya
Review Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL) 6-32
CV. DAYA REKAYASA LAPORAN AKHIR
Berdasarkan gambar diatas, berikut ini perkiraan panjang pipa primer dari IPAL ke titik terjauh,
lokasi IPAL serta badan air penerima untuk masing-masing IPAL Skala Kawasan tersebut.
Tabel 6-14 Panjang Pipa Primer dan Badan Air Penerima IPAL Skala Kawasan Kota Tasikmalaya
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa pada akhir tahun perencanaan – Tahun 2033
jumlah penduduk yang terlayani Sistem Off-Site Skala Kawasan adalah sebesar 238.168 jiwa atau
sekitar 29%. 71% lainnya akan dilayani dengan sistem on-site.
Sistem on-site yang direncanakan untuk sistem pengelolaan air limbah di Kota Tasikmalaya akan
melayani sisa dari % sistem off-site yang telah diuraikan sebelumnya. Berikut ini jumlah penduduk
untuk masing-masing kecamatan setelah dikurangi dengan sistem off-site.
Tabel 6-15 Persentase Jumlah Penduduk Berdasarkan Sistem Pengelolaan Air Limbah Kota Tasikmalaya
Jml. Pddk Thn
Sistem Off-Site Sistem On-Site
No. Kecamatan 2033
Jiwa % Jiwa % Jiwa
1 010. Kawalu 115,035 0% - 100% 115,035
2 020. Tamansari 88,463 0% - 100% 88,463
3 030. Cibeureum 75,066 58% 43,271 42% 31,795
4 031. Purbaratu 47,171 25% 11,773 75% 35,399
5 040. Tawang 76,126 67% 51,002 33% 25,124
6 050. Cihideung 91,237 12% 10,994 88% 80,244
7 060. Mangkubumi 112,489 41% 45,839 59% 66,651
8 070. Indihiang 64,117 31% 19,780 69% 44,337
9 071. Bungursari 60,806 0% - 100% 60,806
10 080. Cipedes 97,594 57% 55,510 43% 42,084
JUMLAH 828,105 29% 238,168 71% 589,937
TOTAL % PELAYANAN 100%
Sumber : Analisa, 2013
Review Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL) 6-33
CV. DAYA REKAYASA LAPORAN AKHIR
Sistem On-Site yang direncanakan meliputi Sistem On-Site Individual dan Sistem On-Site Komunal.
Berikut ini persentase target pelayanan sistem on-site yang direncanakan untuk Sistem
Pengelolaan Air Limbah Kota Tasikmalaya.
Tabel 6-16 Persentase Pelayanan Sistem On-Site Individual dan Komunal SPAL Kota Tasikmalaya
Jml. Pddk
On-Site Individual On-Site Komunal
No. Kecamatan Sistem On-Site
Jiwa KK % KK % KK
1 010. Kawalu 115,035 28,759 90% 25,883 10% 2,876
2 020. Tamansari 88,463 22,116 90% 19,904 10% 2,212
3 030. Cibeureum 31,795 7,949 80% 6,359 20% 1,590
4 031. Purbaratu 35,399 8,850 80% 7,080 20% 1,770
5 040. Tawang 25,124 6,281 70% 4,397 30% 1,884
6 050. Cihideung 80,244 20,061 70% 14,043 30% 6,018
7 060. Mangkubumi 66,651 16,663 80% 13,330 20% 3,333
8 070. Indihiang 44,337 11,084 80% 8,867 20% 2,217
9 071. Bungursari 60,806 15,202 80% 12,161 20% 3,040
10 080. Cipedes 42,084 10,521 70% 7,365 30% 3,156
JUMLAH 589,937 147,484 81% 119,389 19% 28,096
TOTAL % PELAYANAN 100%
Sumber : Analisa, 2013
Sistem On-Site Individual tetap mengarahkan pemakaian tangki septik yang sesuai dengan SNI
untuk rumah/permukiman yang sudah ada. Sedangkan Sistem On-Site Komunal adalah
pengarahan menggunakan tangki septik bersama baik untuk rumah/permukiman yang sudah
ada/eksisting maupun rumah/permukiman yang akan dibangun.
Untuk permukiman yang sudah ada/eksisting, Sistem On-Site Komunal akan diprioritaskan pada
kawasan yang padat/kumuh. Program yang dilaksanakan bisa berupa Program Sanimas yang
selama ini sudah berjalan. Kapasitas pelayanan untuk 1 Unit Sistem On-Site Komunal bervariasi
tergantung area pelayanannya, biasanya antara 150 – 200 KK.
Berdasarkan uraian tersebut, berikut ini rencana detail dari Pengelolaan Air Limbah dengan
Sistem On-Site Komunal di Kota Tasikmalaya.
Review Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL) 6-34
CV. DAYA REKAYASA LAPORAN AKHIR
Tabel 6-17 Rencana Detail Sistem On-Site Komunal SPAL Kota Tasikmalaya
2 020. Tamansari 2.212 1.106 6 Kel. Mulyasari (2), Kel. 1.106 2 Kel. Setiawargi (1), Kel
Sukahurip (2), Kel.Setiamulya Setiawargi (1)
(1) Kel. Tamanjaya (1)
3 030. Cibeureum 1.590 1.113 6 Kel. Ciherang (1), Kel. Awipari 477 1 Kel. Ciakar (1)
(1), Kel. Kotabaru (1),
kel.Setiaratu (1), Kel
Setianegara (1)
4 031. Purbaratu 1.770 1.062 5 Kel.Sukanegara (2), Kel. 708 1 Kel. Sukaasih (1)
Sukamenak (1), Kel. Purbaratu
(1), Kel. Sukajaya (1)
Review Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL) 6-35
CV. DAYA REKAYASA LAPORAN AKHIR
9 071. Bungursari 3.040 1.824 9 Kel.Bungursari (1), 1216 2 Kel. Sukajaya (1), Kel.
Kel.Sukalaksana (1), Kel. Sukarindik (1)
Bantarsari (1), Kel.Bungursari
(1), Kel.Sukarindik (1), Kel.
Cibunigeulis (2), Kel. Sukamulya
(1)
10 080. Cipedes 3.156 2.209 11 Kel.Panglayungan (5), Kel. 947 2 Kel.Sukamanah (1), Kel.
Cipedes (3), Kel.Nagarasari (2). Nagarasari (1)
Kel.Sukamanah (1)
JUMLAH 18.297 19.984 100 8.111 16
TOTAL % PELAYANAN 100 %
Sumber: Analisa, 2013
Berikut ini peta lokasi rencana Sistem On-Site Komunal – SPAL Kota Tasikmalaya
Review Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL) 6-36
CV. DAYA REKAYASA LAPORAN AKHIR
Gambar 6-16 Peta Lokasi Rencana Sistem On-Site Komunal SPAL Kota Tasikmalaya
Review Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL) 6-37
CV. DAYA REKAYASA LAPORAN AKHIR
Sebagai pelengkap dalam pengelolaan air limbah dengan Sistem On-Site khususnya On-Site
Individual, diperlukan adanya Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) untuk mengolah lumpur
tinja yang disedot dari tangki septik warga.
Kota Tasikmalaya telah mempunyai IPLT, yaitu IPLT Singkup. Walaupun pada saat survey
diidentifikasi bahwa kondisi IPLT Singkup saat ini tidak beroperasi dan kondisi rusak, tetapi
berdasarkan sumber dari Dinas diperoleh informasi bahwa rehabilitasi IPLT Singkup akan
dilaksanakan pada Tahun 2014. Maka dalam hal ini tidak akan diuraikan mengenai rencana
rehabilitasi IPLT tersebut. Yang akan diuraikan adalah perhitungan timbulan lumpur tinja yang
dihasilkan dari permukiman/warga yang dikaitkan dengan perhitungan kebutuhan truk
pengangkut tinja tersebut.
Review Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL) 6-38
CV. DAYA REKAYASA LAPORAN AKHIR
Review Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL) 6-39
CV. DAYA REKAYASA LAPORAN AKHIR
Berdasarkan uraian diatas, maka berikut ini rekapitulasi rencana pengelolaan air limbah di Kota
Tasikmalaya.
Tabel 6-19 Target Pelayanan dan Sistem Pengelolaan Air Limbah Kota Tasikmalaya
Sistem On-Site
Jumlah Pddk.
No Sistem Off-Site On-Site On-Site
Kecamatan (Tahun 2033)
. Individual Komunal
Jiwa KK % Jiwa % Jiwa % Jiwa
1 010. Kawalu 115.035 28,759 0% - 90% 25,883 10% 2,876
2 020. Tamansari 88.463 22,116 0% - 90% 19,904 10% 2,212
3 030. Cibeureum 75.066 18,766 58% 43,271 80% 6,359 20% 1,590
4 031. Purbaratu 47.171 11,793 25% 11,773 80% 7,080 20% 1,770
5 040. Tawang 76.126 19,031 67% 51,002 70% 4,397 30% 1,884
6 050. Cihideung 91.237 22,809 12% 10,994 70% 14,043 30% 6,018
7 060. Mangkubumi 112,489 28,122 41% 45,839 80% 13,330 20% 3,333
8 070. Indihiang 64,117 16,029 31% 19,780 80% 8,867 20% 2,217
9 071. Bungursari 60,806 15,202 0% - 80% 12,161 20% 3,040
10 080. Cipedes 97,594 24,399 57% 55,510 70% 7,365 30% 3,156
81 19
JUMLAH 828,105 207,026 29% 238,168 % 119,389 % 28,096
29% 71%
TOTAL % PELAYANAN
100%
Sumber : Analisa, 2013
Berikut ini sistem pengolahan air limbah yang dipilih untuk diterapkan pada masing-masing zona
tersebut. Dimana sistem pengolahan air limbah tersebut dipilih berdasarkan beberapa aspek
teknis, diantaranya : jumlah KK yang dilayani/debit pengolahan, ketersediaan lahan, kemampuan
pemerintah daerah dan masyarakat untuk operasional dan pemeliharaan kedepannya.
Selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Review Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL) 6-40
CV. DAYA REKAYASA LAPORAN AKHIR
Aspek Teknis Perencanaan untuk Sistem Pengelolaan Air Limbah Kota Tasikmalaya direncanakan
dalam waktu 20 tahun yang dibagi dalam 4 (empat) tahapan/periode, yaitu :
1. Jangka Mendesak (sd Tahun 2015), disusun dalam rangka mencapai targer MDGs)
2. Jangka Pendek (sd Tahun 2018)
3. Jangka Menengah (sd Tahun 2023)
4. Jangka Panjang (sd Tahun 2033)
Secara umum, program untuk Sistem Pengelolaan Air Limbah Kota Tasikmalaya ini berisi tahapan
yang harus dilaksanakan dalam rangka mencapai target 100% terselenggaranya SPAL Kota
Tasikmalaya.
Berikut ini uraian secara lengkap Program Jangka Pendek, Menegah dan Jangka Panjang SPAL Kota
Tasikmalaya.
Review Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL) 6-41
CV. DAYA REKAYASA LAPORAN AKHIR
(Print seting A3)
Tabel 6-21 Program Jangka Pendek, Menengah dan Panjang Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah Kota Tasikmalaya
PERIODE PELAKSANAAN
NO KEGIATAN JANGKA MENDESAK JANGKA PENDEK JANGKA MENENGAH JANGKA PANJ
2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 202
1 JANGKA MENDESAK
1.1 Rehabilitasi IPLT Singkup ✓
1.2 Pengadaan Truk Tinja ✓
1.3 DED IPAL Zona-3 ✓
1.4 Pembangunan IPAL Zona-3 ✓
1.5 DED IPAL Zona-5 ✓
1.6 Program Sanimas ✓ ✓
1.7 Program TS Komunal ✓ ✓
2 JANGKA PENDEK
2.1 Pembangunan IPAL Zona-5 ✓
2.2 DED IPAL Zona-4 ✓
2.3 Pengadaan Truk Tinja ✓
2.4 Program Sanimas ✓ ✓ ✓
2.5 Program TS Komunal ✓ ✓ ✓
3 JANGKA MENENGAH
3.1 Pembangunan IPAL Zona-4 ✓ ✓
3.2 DED IPAL Zona-1 ✓
3.3 DED IPAL Zona-2 ✓
3.4 Pengadaan Truk Tinja ✓ ✓
3.5 Program Sanimas ✓ ✓ ✓ ✓ ✓
3.6 Program TS Komunal ✓ ✓ ✓ ✓ ✓
4 JANGKA PANJANG
4.1 Pembangunan IPAL Zona-1 ✓ ✓
4.2 Pembangunan IPAL Zona-2 ✓ ✓
4.3 DED IPAL Zona-6 ✓
Review Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL) 6-42
CV. DAYA REKAYASA LAPORAN AKHIR
PERIODE PELAKSANAAN
NO KEGIATAN JANGKA MENDESAK JANGKA PENDEK JANGKA MENENGAH JANGKA PANJ
2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 202
4.4 Pembangunan IPAL Zona-6
4.5 Operasional & Pemeliharaan IPAL
Zona-6
4.6 Pengadaan Truk Tinja ✓ ✓ ✓
4.7 Program Sanimas ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓
4.8 Program TS Komunal ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓
Sumber : Analisa, 2013
Berikut ini peta tematik Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah Kota Tasikmalaya yang dibuat untuk masing-masing periode pelaksanaan.
Review Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL) 6-43
CV. DAYA REKAYASA LAPORAN AKHIR
Gambar 6-17 Peta Program Jangka Mendesak Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah Kota
Tasikmalaya
Review Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL) 6-44
CV. DAYA REKAYASA LAPORAN AKHIR
Gambar 6-18 Peta Program Jangka Pendek Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah Kota
Tasikmalaya
Review Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL) 6-45
CV. DAYA REKAYASA LAPORAN AKHIR
Gambar 6-19 Peta Program Jangka Menengah Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah Kota
Tasikmalaya
Review Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL) 6-46
CV. DAYA REKAYASA LAPORAN AKHIR
Gambar 6-20 Peta Program Jangka Panjang Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah Kota
Tasikmalaya
Review Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL) 6-47
CV. DAYA REKAYASA LAPORAN AKHIR
Sesuai dengan arahan kebijakan dalam SPAL Kota Tasikmalaya, dalam pendanaannya nanti akan
melibatkankan Dana APBN Pusat, APBN Propinsi, APBD Kota Tasikmalaya serta peran serta
masyarakat dalam pembangunan SL (sambungan langsung) dari jamban ke saluran air limbah.
Perencanaan Pendanaan yang diusulkan dalam Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah
Kota Tasikmalaya direncanakan untuk 20 tahun sesuai dengan program yang telah disusun
sebelumnya. Perencanaan pendanaan meliputi kegiatan fisik (pembangunan IPAL, jaringan
perpipaan, dll) serta biaya non fisik (perencanaan) yang dibagi dalam Periode Jangka Pendek,
Jangka Menengah dan Jangka Panjang.
Jumlah nilai yang dimasukan dalam masing-masing tahun sesuia dengan program yang telah
disusun.
Estimasi volume dan biaya/unit masing-masing kegiatan sudah disesuaikan dengan kondisi yang
ada dan HPS yang berlaku dimana untuk estimasi biaya tahun berikutnya dihitung dengan rata-
rata tingkat kenaikan inflasi 5%/tahun.
Berikut ini perkiraan biaya untuk keseluruhan program pelaksanaan SPAL Kota Tasikmalaya.
Review Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL) 6-48
CV. DAYA REKAYASA LAPORAN AKHIR
Tabel 6-22 Rencana Pendaan Rencana teknis Pengelolaan Air Limbah Kota Tasikmalaya (Print seting A3)
HARGA PERIODE PELAKSANAAN
HARGA (2013)
NO KEGIATAN VOL SATUAN SATUAN (Ribu JANGKA MENDESAK JANGKA PENDEK JANGKA MENENGAH JANGKA PANJANG
(Ribu Rupiah)
Rupiah) 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031 2032 2033
1 JANGKA MENDESAK 2.992.500 50.427.888
1.1 Rehabilitasi IPLT Singkup 1 Paket - - -
1.2 Pengadaan Truk Tinja 2 Unit 400.000 800.000 882.000
1.3 DED IPAL Zona-3 1 Paket 250.000 250.000 262.500
1.4 Pembangunan IPAL Zona-3 -
Pembangunan IPAL 14,58 m3/hari 2.500 36.454.223 36.454.223
Pembangunan Jaringan Perpipaan 3.500 m 1.750 6.125.000 6.752.813
Pembangunan SL 2.100 SR 2.000 4.199.526 4.629.978
1.5 DED IPAL Zona-5 1 Paket 250.000 250.000 275.625
1.6 Program Sanimas 6 Paket 200.000 1.200.000 840.000 441.000
1.7 Program TS Komunal 6 Paket 450.000 2.700.000 1.890.000 992.250
2 JANGKA PENDEK 1.736.438 694.284.475 102.062.854
2.1 Pembangunan IPAL Zona-5
Pembangunan IPAL 227,24 m3/hari 2.500 568.089.556 690.516.405
Pembangunan Jaringan Perpipaan 7.300 m 1.750 12.775.000 16.304.497
Pembangunan SL 32.722 SL 2.000 65.443.917 83.524.864
2.2 DED IPAL Zona-4 1 Paket 250.000 250.000 319.070
2.3 Pengadaan Truk Tinja 4 Unit 400.000 1.600.000 1.944.810
2.4 Program Sanimas 9 Paket 200.000 1.800.000 694.575 729.304 765.769
2.5 Program TS Komunal 9 Paket 450.000 4.050.000 1.041.863 1.093.956 1.148.653
3 JANGKA MENENGAH 3.819.273 132.986.220 40.836.642 2.714.824 2.443.342
3.1 Pembangunan IPAL Zona-4
Pembangunan IPAL 37,20 m3/hari 2.500 93.010.824 130.875.570
Pembangunan Jaringan Perpipaan 7.900 m 1.750 13.825.000 20.425.822
Pembangunan SL 5.357 SL 2.000 10.714.847 15.830.709
3.2 DED IPAL Zona-1 1 Paket 250.000 250.000 369.364
3.3 DED IPAL Zona-2 1 Paket 250.000 250.000 387.832
3.4 Pengadaan Truk Tinja 6 Unit 450.000 2.700.000 1.809.129 1.994.565
3.5 Program Sanimas 15 Paket 200.000 3.000.000 804.057 844.260 886.473 930.797 977.337
3.6 Program TS Komunal 15 Paket 450.000 6.750.000 1.206.086 1.266.390 1.329.710 1.396.195 1.466.005
4 JANGKA PANJANG 358.688.756 68.085.224 5.374.100 110.099.482 26.315.508 3.820.031 353.973.835 81.138.525 7.201.808 3.979.94
4.1 Pembangunan IPAL Zona-1
Pembangunan IPAL 82,93 m3/hari 2.500 207.317.887 354.583.942
Pembangunan Jaringan Perpipaan 8.200 m 1.750 14.350.000 24.543.370
Pembangunan SL 11.942 SL 2.000 23.883.021 40.848.070
4.2 Pembangunan IPAL Zona-2
Pembangunan IPAL 21,64 m3/hari 2.500 54.107.720 107.129.585
Pembangunan Jaringan Perpipaan 2.300 m 1.750 4.025.000 8.367.686
Pembangunan SL 3.117 SL 2.000 6.233.209 12.958.395
4.3 DED IPAL Zona-6 1 Paket 250.000 250.000 545.719
4.4 Pembangunan IPAL Zona-6
Pembangunan IPAL 60,82 m3/hari 2.500 152.037.612 348.472.991
Pembangunan Jaringan Perpipaan 8.400 m 1.750 14.700.000 35.377.303
Pembangunan SL 8.757 SL 2.000 17.514.733 42.151.293
4.5 Pengadaan Truk Tinja 14 Unit 450.000 6.300.000 1539305,422 2.545.626 1.871.035 2.062.816 3.411.383
4.6 Program Sanimas 30 Paket 200.000 6.000.000 1026203,615 1.077.514 1.131.389 1.187.959 1.247.357 1.309.725 1.375.211 1.443.972 1.516.170 1.591.97
4.7 Program TS Komunal 30 Paket 450.000 13.500.000 1539305,422 1.616.271 1.697.084 1.781.938 1.871.035 1.964.587 2.062.816 2.165.957 2.274.255 2.387.96
Sumber : Analisa. 2013
Review Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL) 6-49
CV. DAYA REKAYASA LAPORAN AKHIR
Aspek peran serta masyarakat akan diikutsertakan dalam setiap kegiatan yang akan disusun,
terlebih lagi untuk kegiatan pengelolaan air limbah dengan sistem on-site komunal baik itu
melalui Program Sanimas maupun pembangunan tangki septik komunal di perumahan baru.
Peran serta masyarakat dapat dilibatkan mulai dari perencanaan, pembangunan (tenaga, biaya,
dll), pengawasan dalam pembangunan sampai dengan pemeliharaan dari Program tersebut.
Sedangkan dalam kegiatan pengelolaan air limbah dengan sistem off-site peran serta masyarakat
dapat dilibatkan dalam pendanaan, dimana untuk sambungan langsung (SL) ke rumah masing-
masing warga dibiayai oleh warga yang bersangkutan. Selain itu berikutnya masyarakat akan
dikenakan retribusi pengelolaan air limbah yang akan ditentukan besarannya oleh pemerintah
daerah setempat.
Review Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL) 6-50
CV. DAYA REKAYASA LAPORAN AKHIR
7 DAFTAR ISI
BAB VI KONSEP PENGELOLAAN AIR LIMBAH KOTA TASIKMALAYA .................................. 6-1
Review Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL) i
CV. DAYA REKAYASA LAPORAN AKHIR
8 DAFTAR TABEL
Tabel 6-1 Indikator dan Bobot Penentuan Kawasan Prioritas Kota Tasikmalaya ........................... 6-3
Tabel 6-2 Penilaian Indikator Kepadatan Penduduk ...................................................................... 6-4
Tabel 6-3 Penilaian Indikator Kepadatan Bangunan ...................................................................... 6-6
Tabel 6-4 Penilaian Indikator Pelanggan PDAM ............................................................................. 6-8
Tabel 6-5 Penilaian Indikator Angka Penyakit .............................................................................. 6-10
Tabel 6-6 Penilaian Indikator Kepemilikan Jamban ...................................................................... 6-12
Tabel 6-7 Penilaian Indikator Kepemilikan Jamban Tanpa Unit Pengolahan ............................... 6-14
Tabel 6-8 Hasil Rekapitulasi Penilaian Kawasan Prioritas ............................................................ 6-17
Tabel 6-9 Proyeksi Penduduk dan Proyeksi Timbulan Air Limbah Kota Tasikmalaya sd Tahun 2033
...................................................................................................................................................... 6-19
Tabel 6-10 Pembagian Kecamatan di Kota Tasikmalaya Per-Wilayah Sungai .............................. 6-20
Tabel 6-11 Deliniasi Wilayah Kecamatan untuk Zonasi IPAL Skala Kawasan Kota Tasikmalaya ... 6-24
Tabel 6-12 Rencana Sistem Off-Site dan Sistem On-Site SPAL Kota Tasikmalaya ........................ 6-24
Tabel 6-13 Jumlah Penduduk per-Zona IPAL Kawasan – Tahun 2033 .......................................... 6-25
Tabel 6-14 Panjang Pipa Primer dan Badan Air Penerima IPAL Skala Kawasan Kota Tasikmalaya .. 6-
33
Tabel 6-15 Persentase Jumlah Penduduk Berdasarkan Sistem Pengelolaan Air Limbah Kota
Tasikmalaya .................................................................................................................................. 6-33
Tabel 6-16 Persentase Pelayanan Sistem On-Site Individual dan Komunal SPAL Kota Tasikmalaya
...................................................................................................................................................... 6-34
Tabel 6-17 Rencana Detail Sistem On-Site Komunal SPAL Kota Tasikmalaya .............................. 6-35
Tabel 6-18 Perhitungan Kebutuhan Truk IPLT Kota Tasikmalaya ................................................. 6-39
Tabel 6-19 Target Pelayanan dan Sistem Pengelolaan Air Limbah Kota Tasikmalaya .................. 6-40
Tabel 6-20 Sistem Pengolahan Air Limbah Per-Zona Pelayanan .................................................. 6-40
Tabel 6-21 Program Jangka Pendek, Menengah dan Panjang Rencana Teknis Sistem Pengelolaan
Air Limbah Kota Tasikmalaya ....................................................................................................... 6-42
Tabel 6-22 Rencana Pendanaan Rencana teknis Pengelolaan Air Limbah Kota Tasikmalaya ...... 6-49
Review Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL) ii
CV. DAYA REKAYASA LAPORAN AKHIR
9 DAFTAR GAMBAR
Gambar 6-1 Pemetaan Indikator Kepadatan Penduduk di Kota Tasikmalaya ................................ 6-5
Gambar 6-2 Pemetaan Indikator Kepadatan Penduduk di Kota Tasikmalaya ................................ 6-7
Gambar 6-3 Pemetaan Indikator Pelanggan PDAM di Kota Tasikmalaya ...................................... 6-9
Gambar 6-4 Pemetaan Indikator Angka Penyakit di Kota Tasikmalaya ....................................... 6-11
Gambar 6-5 Pemetaan Indikator Kepemilikan Jamban Tanpa Unit Pengolahan di Kota Tasikmalaya
...................................................................................................................................................... 6-13
Gambar 6-6 Pemetaan Indikator Kepemilikan Jamban Tanpa Unit Pengolahan di Kota Tasikmalaya
...................................................................................................................................................... 6-15
Gambar 6-7 Kawasan Prioritas Penanganan Air Limbah di Kota Tasikmalaya ............................. 6-18
Gambar 6-8 Pembagian Wilayah Administratif Kota Tasikmalaya Berdasarkan Wilayah Sungai . 6-21
Gambar 6-9 Peta Pembagian Zona Pelayanan Sistem Off-Site Skala Kawasan Kota Tasikmalaya 6-23
Gambar 6-10 Deliniasi Wilayah Zona-1 IPAL Skala Kawasan Kota Tasikmalaya ........................... 6-27
Gambar 6-11 Deliniasi Wilayah Zona-2 IPAL Skala Kawasan Kota Tasikmalaya ........................... 6-28
Gambar 6-12 Deliniasi Wilayah Zona-3 IPAL Skala Kawasan Kota Tasikmalaya ........................... 6-29
Gambar 6-13 Deliniasi Wilayah Zona-4 IPAL Skala Kawasan Kota Tasikmalaya ........................... 6-30
Gambar 6-14 Deliniasi Wilayah Zona-5 IPAL Skala Kawasan Kota Tasikmalaya ........................... 6-31
Gambar 6-15 Deliniasi Wilayah Zona-6 IPAL Skala Kawasan Kota Tasikmalaya ........................... 6-32
Gambar 6-16 Peta Lokasi Rencana Sistem On-Site Komunal SPAL Kota Tasikmalaya .................. 6-37
Gambar 6-17 Peta Program Jangka Mendesak Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah Kota
Tasikmalaya .................................................................................................................................. 6-44
Gambar 6-18 Peta Program Jangka Pendek Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah Kota
Tasikmalaya .................................................................................................................................. 6-45
Gambar 6-19 Peta Program Jangka Menengah Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah
Kota Tasikmalaya .......................................................................................................................... 6-46
Gambar 6-20 Peta Program Jangka Panjang Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah Kota
Tasikmalaya .................................................................................................................................. 6-47
Review Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL) iii
CV. DAYA REKAYASA LAPORAN PENDAHULUAN
7. BAB VII
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
7.1 KESIMPULAN
1. Perlu adanya peraturan tersendiri di Kota Tasikmalaya yang mengatur tentang Sistem
Pengelolaan Air Limbah (SPAL) untuk melengkapi peraturan yang sudah ada
3. Perencanaan SPAL Kota Tasikmalaya akan menggunakan Sistem On-Site & Off-Site dengan
target pelayan air limbah 80 %.
4. Penangan air limbah terpusat ditujukan pada kawasan proritas yang diperoleh dengan
melakukan pembototan pada beberapa indikator yaitu ; kepadatan penduduk, kepadatan
banguna, pelanggan PDAM, angka penyakit, kepemilikanjamban dan kepemilikan jamban
tanpa unnit pengolahan. Berdasarkan penilaian dengan pembobotan tersebut maka
didapatlah 3 (tiga) kriteria sebagai berikut ;
• Kawasan Prioritas Tinggi yaitu : kawasan yang sangat diprioritaskan untuk penanganan air
limbah dengan sistem off site. Kawasan tersebut meliputi kecamatan Cibeureum, Tawang,
Cihideung dan Cipedes.
• Kawasan Prioritas Sedang yaitu : Kawasan yang selanjutnya perlu penanganan air limbah
dengan sistem off-site. Kawasan tersebut meliputi kecamatan : Perbaratu, Mangkubumi,
Indihiang, Bungursari
• Kawasan Kurang Prioritas yaitu : kawasan yang belum perlu penanganan air limbah
dengan sistem off-site. Kawasan tersebut meliputi kecamatan : Kawalu dan Tamansari.
5. Direncanakan sistem off-site dengan target pelayanan 29% diutamakan untuk 8 (delapan)
Kecamatan prioritas, yang terbagi kedalam 6 (enam) zona pelayanan yang dibagi berdasarkan
kontur dengan vasriasi ketinggian antara ± 475 dpl sampai dengan ±312,5 dpl, dan
Review Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL) 7-1
CV. DAYA REKAYASA LAPORAN PENDAHULUAN
berdasarkan keberadaan sungai. Adapun zona –zona tersebut meliputi daerah pelayanan
sebagai berikut :
• Zona 1 dengan 61,58% Kecamatan Cipedes dan 55,02% Kecamatan Indihiang. Lokasi IPAL
di Kelurahan Sukamanah dengan badan air penerima Sungai Cimulu.
• Zona 2 dengan 19,68% Kecamatan Cipedes dan 6,68% Kecamatan Indihiang. Lokasi IPAL
Kelurahan Cipedes dengan badan air penerima Sungai Cimulu.
• Zona 4 dengan 45,22% Kecamatan Purbaratu, 10,63 % Kecamatan Cihideung, dan 29,11%
Kecamatan Tawang. Lokasi IPAL di Kelurahan Singkup dengan badan air penerima Sungai
Citanduy
6. Direncanakan sistem on-site dengan target pelayanan 71% , yang terbagi menjadi Sistem On-
site Individual dengan target pelayanan 81% di arahkan pada pemakaian tangki septik sesuai
dengan SNI untuk rumah/ permukiman yang sudah ada. dan Sistem On-site Komunal dengan
target pelayanan 19% di prioritaskan pada kawasan padat/kumuh, dan dilaksanakan dengan
program sanimas yang sudah berjalan dengan variasi pelayanan 1 unit sistem on-site komunal
antara 150-200 KK, dan untuk permukiman baru diarahkan diarahkan kepada
developer/pengembang perumahan untuk membuat sistem pengelolaan air limbah secara
terpadu dengan membuat tangki septik komunal. Kapasitas disesuaikan dengan jumlah rumah
yang akan dibangun.
7. Sistem pengolahan air limbah yang dipilih untuk diterapkan pada masing-masing zona
berdasarkan beberapa aspek teknis, diantaranya : jumlah KK yang dilayani/debit pengolahan,
ketersediaan lahan, kemampuan pemerintah daerah dan masyarakat untuk operasional dan
pemeliharaan yaitu :
Review Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL) 7-2
CV. DAYA REKAYASA LAPORAN PENDAHULUAN
8. Target pencapaian pelayanan : Jangka Mendesak (20014 – 2015) dengan rencana sebagai
berikut :
9. Target pencapaian pelayanan : Jangka Pendek (20016 – 2018) dengan rencana sebagai berikut
7.2 REKOMENDASI
Adapun rekomendasi yang bisa diberikan dan dijadikan masukan untuk Review Rencana Teknis
SPAL Kota Tasikmalaya, dalam rangka pencapaian targrt MDGs 2015 adalah ;
1. Perlu segera di buat peraturan tentang pengelolaan air limbah di Kota tasikmalaya
2. Perlu segera dibentuk kelembagaan yang akan menangani sektor air limbah
3. Perlu segera disusun Kajian DED IPAL Skala Kawasan dan IPAL Skala Kota
4. Rehabilitasi IPLT Singkup perlu segera dilakukan, agar bisa beroperasi kembali sehingga
pelayanan air limbah di Kota Tasikmlaya bisa dioptimalkan.
6. Perlunya dilakukan sosialisasi terhadap masyarakat mengenai sanitasi yang baik dan benar,
sehingga tidak tejadi pencemaran lingkungan maupun pemaparan resiko penyakit akibat
sanitasi dari yang buruk.
Review Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL) 7-4
CV. DAYA REKAYASA LAPORAN PENDAHULUAN
7. Perlunya penertiban buangan limbah baik dometik maupun non domestik yang dibuang
langsung tanpa pengolahan, yaitu dengan membuat MCK++ atau tangki septik komunal pada
kawasan padat penduduk.
8. DAFTAR ISI
Review Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL) 7-5