Anda di halaman 1dari 27

HUBUNGAN ORGANISASI YANG EFEKTIF DENGAN KEPEMIMPINAN

Di Susun Oleh :

Sri Ernawati 220114031


Ega Sri Ashari 220114003
Faridanon 220114008
Suci Fitriyani 220114015

KEPEMIMPINAN DAN ETIKA BISNIS

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN

UNIVERSITAS PARAMADINA

2021
PENGERTIAN ORGANISASI YANG EFEKTIF

Efektivitas merupakan pencapaian suatu kegiatan sesuai dengan rencana. Suatu pekerjaan yang
dilakukan oleh seseorang, akan menunjang pencapaian tujuan secara kelompok. Hal ini
dikarenakan setiap organisasi terbagi menjadi beberapa bagian atau kelompok. Sementara itu,
pencapaian tujuan kelompok akan mendukung pencapaian tujuan organisasi secara keseluruhan.
Karena itulah maka efektivitas dalam sebuah organisasi dapat digambarkan sebagai berikut:

Berdasarkan gambar di atas, maka jelaslah bahwa hubungan efektivitas individu, efektivitas
kelompok, dan efektivitas organisasi. Efektivitas individu akan mendukung efektivitas
kelompok, dan efektivitas kelompok akan mendukung efektivitas organisasi. Dengan demikian,
pencapaian tujuan organisasi tergantung pada efektivitas kelompok. Demikian pula efektivitas
kelompok tergantung dari efektivitas individu.

Definisi Efektivitas Organisasi

Menurut Manahan P. Tampubolon Dalam pandangan organisasi “pendekatan tujuan dalam


organisasi dimaksudkan untuk mengevaluasi efektivitas, dan gagasan bahwa organisasi maupun
kelompok dan individu itu harus dievaluasi dari segi pencapaian tujuan yang telah diterima
umum secara luas”. Dari pendapat tersebut menunjukkan bahwa efektivitas dalam organisasi
berkaitan dengan pencapaian tujuan. Pencapaian tujuan sebagaimana yang dimaksudkan meliputi
pencapaian tujuan individu, tujuan kelompok, dan tujuan organisasi. Karena itu, dalam organisasi
akan selalu dilakukan evaluasi terhadap pencapaian tujuan yang diawali dengan evaluasi
terhadap pencapaian tujuan secara individu, atau dengan kata lain dapat disebutkan efektivitas
kerja setiap pegawai.

2
Efektivitas organisasi memiliki kriteria tersendiri dan berbeda dengan efektivitas kelompok
maupun efektivitas individu. Menurut Manahan P. Tampubolon dinyatakan bahwa “konsep
mengenai efektivitas organisasi ini disandarkan pada teori sistem, tetapi ditambahkan dengan
suatu hal baru, yakni dimensi waktu”. Kriteria Efektivitas Organisasi

1. Kriteria jangka pendek, efektivitas meliputi bidang produksi, efisiensi, dan kepuasan.
2. Kriteria jangka menengah, efektivitas organisasi dapat dilihat dari kemampuan untuk
menyesuaikan diri dengan perkembangan.
3. Kriteria jangka panjang dari efektivitas organisasi dapat dilihat dari kemampuannya
untuk mempertahankan kehidupan organisasi.

3
HUBUNGAN ORGANISASI YANG EFEKTIF DENGAN
KEPEMIMPINAN

1. Organisasi Formal dan Informal


Drs. M. Manulang: organisasi dalam arti dinamis (pengorganisasian) adalah
proses penetapan dan pembagian pekerjaaan yang akan dilakukan,
pembatalan tugas−tugas atau tanggung jawab serta wewenang dan
penetapan hubungan−hubungan antara unsur−unsur organisasi, sehingga
memungkinkan orang−orang dapat bekerja bersama−sama seefektif mungkin
untuk pencapaian tujuan. Secara singkat organisasi adalah suatu perbuatan
diferensiasi tugas−tugas. James D. Mooney: “Organization is form of human
association for the attainment of common purpose.” Organisasi adalah setiap
bentuk perserikatan manusia untuk mencapai tujuan bersama. Koontz &
O’Donnel: organisasi adalah pembinaan hubungan wewenang dan
dimaksudkan untuk mencapai koordinasi yang struktural, baik secara
vertical,maupaun secara horizontal di antara posisi−posisi yang telah diserahi
tugas−tugas khusus yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan perusahaan. Jadi
organisasi adalah hubungan struktural yang mengikatƒmenyatukan
perusahaan dan kerangka dasar tempat individu−individu berusaha,
dikoordinasi. Prof. Dr. Mr. S. Pradjudi Atmosudiro: organsasi adalah struktur
tata hubungan kerja antara sekelompok orang pemegang posisi yang bekerja
sama secara tertentu untuk bersama− sama mencapai suatu tujuan tertentu.
Aspek−aspek penting dari definisi−definisi di atas, adalah:
● adanya tujuan tertentu yang ingin dicapai.
● adanya sistem kerja sama yang terstruktur dari sekelompok orang.

4
● adanya pembagian kerja dan hubungan kerja antara sesama karyawan.
● adanya penetapan dan pengelompokan pekerjaan yang terintegrasi.
● adanya keterikatan formal dan tata tertib yang harus di taati.
● adanya pendelegasian wewenang dan koordinasi
tugas−tugas.
● adanya penempatan orang−orang yang akan melakukan
pekerjaan.

Organisasi sangat penting dalam manajemen, karena:


● Organisasi adalah syarat utama adanya manajemen, tanpa organisasi manajemen
tidak ada.
● Organisasi merupakan wadah dan alat pelaksanaan proses manajemen dalam
mencapai tujuan.
● Organisasi adalah tempat kerja sama formal dari
sekelompok orang dalam melakukan tugas−tugasnya.
● Organisasi mempunyai tujuan yang ingin dicapai.

2. Unsur-unsur Organisasi
● Manusia (human factor), artinya organisasi baru ada jika ada unsur manusia yang
bekerja sama , ada pemimpin dan ada yang dipimpin (bawahan).
● Tempat kedudukan, artinya organisasi baru ada, jika ada tempat kedudukannya.
● Tujuan, artinya organisasi baru ada jika ada tujuan yang ingin di capai.
● Pekerjaan, artinya organisasi baru ada jika ada pekerjaan yang akan dikerjakan
serta adanya pembagian pekerjaan.
● Struktur, artinya organisasi baru ada, jika ada hubungan dan kerja sama antara
manusia yang satu dengan yang lainnya.
● Teknologi, artinya organisasi baru ada, jika terdapat unsur teknis.
● Lingkungan (environment eksternal social system), artinya organisasi baru ada,
jika ada lingkungan yang saling mempengaruhi misalnya ada sistem kerja sama
sosial.

5
3. Tanda-tanda Organisasi Yang Baik
● Tujuan organisasi itu jelas dan realistis.
● Pembagian kerja dan hubungan pekerjaan antara unit−unit,
subsistem−subsistem atau bagian−bagian harus baik dan
jelas.
● Organisasi itu harus menjadi alat dan wadah yang efektif dalam mencapai tujuan.
● Tipe organisasi dan strukturnya harus sesuai dengan kebutuhan perushaan.
● Unit−unit kerja (departemen−bagian) ditetapkan
berdasarkan atas eratnya hubungan pekerjaan.
● Job description setiap jabatan harus jelas dan tidak ada tumpang tindih pekerjaan.
● Rentang kendali setiap bagian harus berdasarkan volume pekerjaan dan tidak
boleh terlalu banyak.
● Sumber perintah dan tanggung jawab harus jelas, melalui jarak yang terpendek.
● Jenis wewenang (authority) yang dimiliki setiap pejabat harus jelas.
● Mismanajemen penempatan karyawan tidak ada.
● Hubungan antara bagian dengan bagian lainnya jelas dan serasi.
● Pendelegasian, koordinasi, integrasi dan sinchronisasi harus baik.
● Organisasi harus luwes dan fleksibel.
● Organisasi harus mempunyai Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.

4. Pola Organisasi Formal


Formal institutions as rules that are readily observable
through written documents or rules that are determined and
executed through formal position, such as authority or
ownership (institusi formal adalah peraturan yang siap dan
dapat diamati melalui dokumen tertulis atau peraturan yang
ditentukan dan dilaksanakan melalui posisi formal, seperti
halnya otoritas ataupun kepemilikan). Formal organizations are
typically understood to be systems of coordinated and
controlled activities that arise when work is embedded in

6
complex networks of technical relations and boundary−spanning
exchanges. But in modern societies, formal organizational
structures arise in highly institutional contexts. Organizations
are driven to incorporate the practices and procedures defined
by prevailing rationalized concepts of organizational work and
institutionalized in society. Organizations that do so increase
their legitimacy and their survival prospects, independent of
the immediate efficacy of the acquired practices and
procedures. Organisasi formal adalah organisasi yang dibentuk
secara sadar dan mempunyai tujuan tertentu yang disadari pula
dengan menggunakan sistem tugas, hubungan wewenang, tanggung
jawab, maupun pertanggungjawaban dirancang oleh manajer agar
pekerjaan dapat dilaksanakan sesuai dengan peraturan yang
telah disepakati bersama.
Dalam organisasi formal semua hubungan kewenangan maupun
responsibility akan terlibat dalam bagan struktur organisasi,
dimana pada bagan tersebut akan diperlihatkan seberapa besar
wewenang maupun tanggung jawab yang harus dipikul untuk
masing−masing pekerjaan yang merupakan bagian dari pekerjaan
yang lebih besar dengan tujuan organisasi yang ditetapkan. Pada
bagan struktur organisasi ada 4 hal yang penting untuk
dimengerti dan dipahami sehingga dalam menjalankan tugas atau
pekerjaan yang telah menjadi bagian masing−masing tidak
terjadi kebimbangan. Hal yang perlu diperhatikan dalam
menyusun bagan struktur organisasi adalah wewenang, tanggung
jawab, koordinasi maupun pendelegasian wewenang. Organisasi
formal adalah organisasi yang dengan sengaja direncanakan dan
strukturnya secara tegas disusun. Organisasi formal harus
memiliki tujuan dan sasaran, dimana tujuan organisasi ini akan
menentukan struktur organisasinya. Struktur organisasi
merupakan suatu kerangka yang menunjukkan seluruh

7
kegiatan−kegiatan untuk pencapaian tujuan organisasi,
hubungan antara fungsi−fungsi, serta wewenang dan tanggung
jawabnya. Organisasi dengan struktur formal dikelola oleh
mereka yang bertanggung jawab untuk mengelola organisasi.
Mereka menciptakan struktur formal agar mereka mampu
mencapai tujuan yang telah ditetapkan organisasi. Biasanya
struktur formal ini digambarkan dalam bentuk bagan organisasi.
Strategi dan struktur; Chandler menyimpulkan bahwa pengubahan
strategi mengakibatkan perubahan dalam desain organisasional.
Peningkatan kompleksitas menyebabkan struktur tersentralisasi
tidak efisien. Dimensi−dimensi dasar struktur organisasi,
terdiri dari pembagian kerja, wewenang, kekuasaan, tanggung
jawab, rentang kendali, struktur flat dan struktur tall.

5. Organisasi Informal
We define informal institutions, in turn, as rules based on implicit understandings, being
in most part socially derived and therefore not accessible through written documents or
necessarily sanctioned through formal position. Thus, informal institutions include social
norms, routines, and political processes. Organisasi informal pada struktur organisasi
tidak akan terlihat dan akan selalu mengikuti keberadaan organisasi formal. Organisasi
informal ini keberadaannya tidak direncanakan tetapi terjadi secara otomatis karena
hubungan antar perseorangan pada sesama anggota organisasi formal.
Organisasi informal merupakan organisasi yang tercipta karena
adanya hubungan antar pribadi yang secara tidak sadar terjadi
keberadaannya tanpa didasarkan pada hubungan wewenang formal
pada struktur organisasi maupun kesepakatan tujuan bersama.
Organisasi informal sering terjadi karena adanya komunikasi
antar sesama anggota yang dengan cepat menyebarkan informasi
melalui desas−desus dari mulut ke mulut. Adapun desas−desus
itu bisa saja berlebihan, salah, kurang tepat maupun merupakan
kebocoran informasi dari atasan yang mungkin benar. Untuk

8
itulah agar organisasi informal bermanfaat bagi perusahaan
maka sudah sepantasnya kalau setiap atasan harus bisa
menggunakan segi positif keberadaan organisasi informal ini
terutama dalam menyampaikan perintah. Bagaimanapun, saat ini
struktur informal banyak dikembangkan oleh kebanyakan
organisasi berdasarkan pada realitas interaksi kehidupan
sehari−hari antar anggota organisasi. Struktur informal ini
mungkin berbeda dengan struktur yang telah dibuat dalam bagan.
Struktur informal dibuat karena:
● orang−orang menemukan cara baru dalam melakukan
sesuatu yang mereka anggap lebih mudah dan menghemat
waktu mereka,
● bentuk interaksi berdasarkan pertemanan kelompok atau hubungan lainnya,
● orang−orang melupakan struktur formal yang telah ada,
● lebih muda bekerja dalam struktur informal. Pemimpin perlu untuk belajar bekerja
baik dalam struktur formal maupun struktur informal.
Pemimpin yang fleksibel dapat merealisasikan elemen dalam
struktur informal untuk menjadi formal dengan mengadopsi
struktur formal untuk memasukkan perbaikan dengan hasil yang
diperoleh dari pekerjaan sehari−hari dalam struktur informal.
6. Efektivitas Organisasi
Berikut ini merupakan definisi sudut pandang dalam pengertian Efektivitas Organisasi
Menurut Para Ahli.
● Emitai Etzioni (1982:54)
mengemukakan bahwa “efektivitas organisasi dapat dinyatakan sebagai tingkat
keberhasilan organisasi dalam usaha untuk mencapai tujuan atau sasaran.”
Komaruddin (1994:294) juga mengungkapkan “efektivitas adalah suatu keadaan
yang menunjukan tingkat keberhasilan kegiatan manajemen dalam mencapai
tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu.”

● The Liang Gie (2000:24)

9
juga mengemukakan “efektivitas adalah keadaan atau kemampuan suatu kerja
yang dilaksanakan oleh manusia untuk memberikan guna yang diharapkan.”
● Gibson (1984:28)
mengemukakan bahwa “efektivitas adalah konteks perilaku organisasi merupakan
hubungan antar produksi, kualitas, efisiensi, fleksibilitas, kepuasan, sifat
keunggulan dan pengembangan.”
● Soekarno K. (1986:42)
efektif adalah pencapaian tujuan atau hasil yang dikehendaki tanpa menghiraukan
faktor-faktor tenaga, waktu, biaya, fikiran alat dan lain-alat yang telah
dikeluarkan/ digunakan. Hal ini berarti bahwa pengertian efektivitas yang
dipentingkan adalah semata-mata hasil atau tujuan yang dikehendaki. Jadi
pengertian efektivitas kinerja organisasi adalah pencapaian tujuan atau hasil yang
dilakukan dikerjakan oleh setiap individu secara bersama-sama.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat diketahui bahwa efektivitas merupakan
suatu konsep yang sangat penting karena mampu memberikan gambaran mengenai
keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai sasarannya atau dapat dikatakan bahwa
efektivitas merupakan tingkat ketercapaian tujuan dari aktivasi-aktivasi yang telah
dilaksanakan dibandingkan dengan target yang telah ditetapkan sebelumnya.

7. Faktor Efektivitas Organisasi


Efektivitas organisasi dipengaruhi oleh 4(empat) faktor di dalam budaya organisasi yakni:
1. Keterlibatan (Involvement),
Keterlibatan ialah suatu perlakuan yang membuat staf merasa diikut sertakan
didalam kegiatan organisasi sehingga dapat membuat staf bertanggung jawab
mengenai tindakan yang dilakukannya (Casida, 2007). Keterlibatan (involvement)
ialah kebebasan (independensi) yang dipunyai pada setiap individu didalam
mengemukakan pendapat.

Keterlibatan tersebut perlu juga dihargai oleh kelompok maupun pimpinan suatu
organisasi sepanjang menyangkut ide untuk dapat memajukan dan juga
mengembangkan organisasi atau perusahaan. Keterlibatan terdiri dari 3(tiga)

10
indikator yakni pemberdayaan (Empowerment), kerja tim (Team Orientation) dan
juga kemampuan berkembang (Capability Development) (Casida, 2007).
2. Adaptasi (Adadptation)
Kemampuan adaptasi adalah kemampuan pada organisasi untuk dapat
menerjemahkan pengaruh lingkungan terhadap organisasi. Adaptasi ialah
kemampuan organisasi didalam merespon perubahan-perubahan lingkungan
eksternal dengan cara melakukan perubahan internal pada suatu organisasi.
Denison dan juga Mirsha (1995) dalam Casida (2007) tersebut menggemukakan
yakni kemampuan adaptasi dapat dilihat dari 3(tiga) indikator yakni perubahan
(Creating Change), berfokus pada pasien (Customer Focus) dan juga keadaan
organisasi (Organizational Learning).
3. Misi (Mision)
Misi ialah dimensi budaya yang menunjukkan pada tujuan inti organisasi yang
menjadikan anggota organisasi teguh serta fokus terhadap apa yang dianggap
penting oleh suatu organisasi. Sesuai dengan penelitian Denison (2006) yang
menunjukkan bahwa organisasi yang kurang didalam menerapkan misi akan dapat
mengakibatkan staf tidak dapat mengerti hasil yang akan dicapai dan juga tujuan
jangka panjang yang ditetapkan menjadi tidak jelas.
4. Konsistensi (consistency).
Konsistensi (Consistency) ialah tingkat kesepakatan anggota suatu organisasi
terhadap asumsi dasar dan juga nilai-nilai inti organisasi. Konsistensi dalam
menekankan pada sistem keyakinan-keyakinan, nilai-nilai, dan juga simbol-
simbol yang dimengerti serta dianut bersama oleh para anggota organisasi dan
juga pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang terkoordinasi.

Berdasarkan penjabaran diatas mengenai fakto-faktor Efektifitas oraganisasi dapat dilihat


bahwa Pemimpin mempunya peranan penting dari setiap faktor tersebut dimana
diperluhkan seorang pemimpin yang dapat membuat staf dapat terlibat dari setiap
kegiatan organisasi, dapat berdaptasi dengan setiap kondisi & merespon perubahan-

11
perubahan lingkungan eksternal dengan cara melakukan perubahan internal pada suatu
organisasi, membuat misi yang jelas untuk organisasi dan menyakinkan anggota
organisasi untuk bisa konsistensi untuk mencapai misi dari organisasi. Sehingga jelas
bahwa hubungan organisasi yang efektif dengan pemimpin sangat erat dimana pemimpin
dapat menjadi penentu atas keberhasilan organisasi.

12
MENJADI PEMIMPIN BISNIS

Seorang pemimpin dalam bidang organisasi maupun bisnis memiliki tanggung jawab yang besar
tidak hanya untuk bisnisnya namun terhadap anggota yang ia pimpin. Secara definisi, pemimpin
adalah pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan di satu bidang sehingga mampu
mempengaruhi orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas-aktivitas tertentu untuk
pencapaian tujuannya. Pemimpin dan kepemimpinan adalah suatu kesatuan, pemimpin haruslah
memiliki jiwa kepemimpinan yang kuat. Lalu, kepemimpinan itu seperti apa? Dalam bisnis,
kepemimpinan merupakan titik sentral dan penentu kebijakan dari kegiatan yang dilaksanakan
dalam bisnis yang dilakukan oleh pemimpin. Kepemimpinan adalah aktifitas untuk
mempengaruhi perilaku orang lain agar mereka mau diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu.

1. Pembelajar

Maksudnya disini bukan hanya pendidikan formal yang harus dipelajari oleh seorang
pemimpin namun pemimpin yang kuat harus mau belajar bakat lainnya di luar pendidikan
formal. Karakter pembelajar ini yang menjadikan seorang pemimpin memiliki
pengetahuan dan wawasan yang luas. Dengan pengetahuan, Anda sebagai seorang
pemimpin tentu akan lebih mudah memberi penjelasan dan arahan untuk karyawan Anda.
Belajar tidaklah harus melalui pelatihan atau kursus namun juga dari pengalaman. Tentu
dalam berbisnis banyak pengalaman yang dialami dari pengalaman baik hingga buruk.
Pemimpin yang baik ia akan terus belajar dari kesalahannya dan memperbaiki diri demi
membawa kemajuan untuk bisnis yang ia jalankan. Pendidikan formal diperlukan oleh
seorang pemimpin namun bukan hal yan essensial karena bukan sebuah jaminan untuk
sukses meski sudah memiliki gelar sarjana. Dalam proses belajar di sekolah, seseorang
dituntut dan dilatih untuk berpikir dan mengambil keputusan. Proses berpikir ini menjadi
modal Anda pemilik bisnis agar cepat mengambil keputusan, menyusun strategi dan
membentuk pemikiran yang taktis dan kritis.

13
2. Pelayan

Karakteristik seorang pemimpin yang besar adalah sifat melayani bukan dilayani. Banyak
orang sering beranggapan bahwa seorang pemimpin wajib dilayani namun justru
sebaliknya. Pemimpin harus mampu melayanin anggotanya dalam konteks
profesionalisme bekerja. Sifat melayani dari seorang pemimpin artinya dapat memberikan
kenyamanan dan mampu memberikan kemakmuran bagi karyawannya. Pemimpin tidak
hanya memikirkan tentang dirinya namun juga kelangsungan hidup karyawannya karena
akan berpengaruh terhadap kinerja dan perkembangan bisnis.

3. Pembawa Energi Positif

Setiap orang memiliki energi dan semangat, Seorang pemimpin yang bersemangat akan
menggunakan energi positifnya didasarkan pada keikhlasan dan keinginan untuk
mendukung kesuksesan anggotanya. Energi yang positif juga diperlukan untuk menjalin
hubungan yang baik antara pemimpin dan karyawan. Ketika seorang pemimpin mampu
menyalurkan energy positif dalam timnya maka karyawannya akan menerima energy
positif dan dapat bekerja dengan bersemangat. Dukungan dari seorang pemimpin untuk
kesuksesan karyawanya tentu akan mampu meningkatkan kinerja dan performa karyawan
sehingga membawa kemajuan bagi bisnisnya.

4. Fasilitator

Menjadi pemimpin bukan berarti segala macam pekerjaan anda lakukan sendiri. Inilah
karekter seorang pemimpin yang baik yaitu mampu mendelegasi pekerjaan dan
memfasilitasi karyawannya. Karyawan tentu merasa percayadiri dan bersamangat jika
pemimpin memberikan tugas dan tanggung jawab special kepadanya. Apalagi ditambah
dengan fasilitas yang seorang pemimpin berikan. Akan tetapi saat-saat kursial dan
penting tentu beberapa pekerjaan yang tidak mampu diselesaikan oleh karyawan dapat
anda kerjakan dan dapat anda dapat ambil bagian agar tidak menghambat proses bisnis
anda.

14
5. Penasehat

Seorang pemimpin harus bisa menjadi rekan kerja bagi anggotanya namun masih melihat
batasan- batasan professional . Kendala baik eksternal mapun internal dalam dunia bisnis
pasti sering dialami oleh karyawan, Anda sebagai pemimpin harus mampu menjadi
pendengar yang baik bagi bawahan Anda. Dengan demikian, karyawan Anda terbuka
untuk menyampaikan aspirasi dan berbagi kendala yang mereka hadapi dalam pekerjaan,
kendala yang dialami menjadi hambatan dan perkembangan bisnis anda apabila tidak
diselesaikan. Namun, Anda sebagai pemimpin yang baik tidak hanya menjadi pendengar
namun mampu membantu karyawan Anda mengatasi kendala yang dihadapi. Untuk
kemajuan dan menumpuk independensi serta tanggung jawab dari karyawan, ada baiknya
mereka dilatih dengan sistem coaching agar mereka mampu mendapatkan solusi dari
masalahnya tersebut.

15
MOTIVATOR BISNIS

Motivasi adalah salah satu faktor yang dapat meraih kesuksesan bisnis dan hal ini membuat
motivasi dirasa penting bagi seseorang dalam menjalankan bisnisnya. Dimana motivasi
bermanfaat sebagai pendorong seseorang untuk bekerja dengan semangat yang tinggi dan lebih
baik. Selain itu semangat yang tinggi tersebut secara langsung akan berdampak meningkatnya
produktivitas kerja yang akan memberi dampak pada pendapatan kerja dan kesejahteraan. Hal
tersebut membuat seseorang yang menjalankan bisnis harus memiliki motivasi yang tinggi dan
dapat memotivasi rekan bisnisnya. Dalam hal memotivasi diri sendiri lebih mudah dibandingkan
dengan memotivasi rekan bisnis. Dimana dalam melakukan hal itu pelaku bisnis khususnya
pemimpin bukan hanya mempelajari bagaimana memotivasi dengan benar akan tetapi pemimpin
harus mengerti kondisi psikologi karyawan. Kemampuan memahami kondisi psikologi karyawan
dapat membantu pemimpin dalam memberikan motivasi yang tepat bagi karyawannya. Sebagai
pemimpin membuat karyawan memiliki motivasi yang tinggi tidak begitu sulit. Hanya saja ada
yang perlu dilakukan agar motivasi kerja baik karyawan maupun pemimpin itu sendiri. Untuk
meningkatkan motivasi dapat dilakukan dengan berbagai cara. Berikut adalah tips dalam
meningkatkan motivasi dalam bisnis:

1. Ciptakanlah suasana yang aman dan nyaman


Suasana aman dan nyaman tentu menjadi dambaan semua orang. Menciptakan suasana
yang aman dan nyaman dalam urusan berbisnis ini terkait dengan kondisi tempat kerja.
Untuk membuat tempat kerja menjadi aman dan nyaman sediakan fasilitas yang akan
dibutuhkan. Seperti furniture atau desain property tempat kerja yang dibuat senyaman
mungkin agar dapat menghilangkan rasa bosan dan stress saat bekerja. Selain itu dengan
menciptakan suasana yang aman dan nyaman dapat menumbuhkan kreatifitas seseorang.

16
2. Berikan perlakuan yang adil
Dengan memberikan perlakukan adil bagi seseorang dalam lingkungan bisnis adalah hal
yang harus dilakukan. Dimana memberikan perlakuan adil ini membantu dalam hal
menghindari konflik internal lingkungan bisnis. Selain itu juga dapat membantu dalam
menciptakan suasana yang kondusif dan nyaman.
3. Berikan penghargaan dan evaluasi kinerja
Memberikan sebuah penghargaan atas meningkatnya kinerja karyawan sekecil apapun itu
sangat penting untuk meningkatkan motivasi kerja. Perhatikanlah perkembangan kinerja
karyawan agar anda sebagai pemimpin bisnis tidak dikenal sebagai pemimpin yang hanya
menuntut untuk bekerja baik dan lebih baik lagi. Selain itu, lalukanlah evaluasi kinerja
anda dan karyawan untuk mengetahui sejauh mana kinerja yang telah dilakukan.
4. Berikan kepercayaan dan perhatian
Kepercayaan merupakan modal untuk membentuk hubungan kerja yang baik.
Memberikan kepercayaan dapat dimulai dengan mengutamakan kejujuran dalam bekerja.
Selain itu, lakukanlah komunikasi yang baik dan berikanlah kepedulian kepada karyawan
agar dapat meningkatkan motivasi kerja sehingga .

Pada intinya meningkatkan motivasi kerja dalam bisnis dengan cara bersikap positif. Dimana
dengan bersikap positif akan berpengaruh pada kinerja kita yang lebih baik dari sebelumnya.
Sikap positif yang mampu meningkatkan motivasi dalam berbisnis seperti percaya diri, jujur,
disiplin, tanggung jawab, dll. Jadi, yang berperan besar dalam meningkatkan motivasi adalah diri
kita sendiri. Tugas utama seorang Pemimpin yang berhubungan dengan motivasi yaitu
memastikan anggota organisasi mendapatkan hasil yang diharapkan ketika mereka memberikan
kontribusi yang berarti pada organisasi. Ada beberapa teori motivasi yang biasa digunakan oleh
manajer secara komprehensif untuk mendapatkan motivasi tenaga kerja yang tinggi. Setiap teori
berikut berfokus pada isu yang berbeda-beda yang perlu diperhatikan oleh seorang manajer untuk
membentuk motivasi kinerja.

17
1. Expectancy Theory

Diformulasikan oleh Victor H. Vroom pada 1960. Teori ini mempercayai bahwa usaha
yang tinggi membawa performa kinerja yang tinggi dan performa kinerja yang tinggi
membuat hasil yang diinginkan tercapai. Teori ini mengidentifikasi 3 faktor yang
mempengaruhi motivasi seseorang :

a. Expectancy

Expetancy adalah persepsi seseorang tentang tingkat suatu usaha yang


menghasilkan sebuah level performa tertentu, sebuah usaha yang tinggi akan
menghasilkan level performa yang tinggi pula. Seorang manajer dapat
meningkatkan level expectancy dan motivasi subordinat dengan menyediakan
training sehingga subordinat dapat memiliki kemampuan yang dibutuhkan untuk
melakukan performa tinggi dan meningkatkan level otonomi serta tanggung jawab
mereka.

b. Instrumentality

Instrumentality adalah sebuah persepsi tentang tingkat suatu level performa yang
membawa ke pencapaian suatu hasil tertentu. Tenaga kerja termotivasi untuk
memberikan performa tinggi hanya jika mereka berfikir performa tinggi akan
membawa kepada hasil yang tinggi pula seperti gaji, keamanan bonus, serta
promosi. Pada poin ini seorang manajer harus mengkomunikasikan dengan jelas
hubungan antara performa dan hasil yang akan tenaga kerja dapatkan.

c. Valence

Valence adalah seberapa apa keinginan suatu hasil dari sebuah pekerjaan atau
organisasi bagi seseorang . Manajer perlu menentukan hasil mana yang paling
diinginkan dan memastikan hasil tersebut dapat dicapai bagi mereka yang
memberikan performa tinggi.

18
2. Need Theory

Teori ini memiliki premis dasar yaitu seseorang akan termotivasi untuk mendapatkan
hasil pada pekerjaan yang dapat memenuhi kebutuhan mereka. Sehingga seorang manajer
perlu menentukan kebutuhan mana yang perlu dipenuhi seseorang dan memastikan orang
tersebut mencapai hasil yang diinginkan untuk memenuhi kebutuhan tersebut jika orang
tersebut memberikan performa kinerja yang tinggi dan membantu organisasi dalam
mencapai tujuannya. Ada beberapa versi dari Need Theories yaitu:

a. Maslow’s Hierarchy of Needs

Sebuah susunan lima dasar kebutuhan manusia. Menurut Maslow jika kebutuhan
paling rendah yang tidak terpenuhi akan menjadi sumber motivasi utama dan
hanya ada satu level kebutuhan yang menjadi sumber motivasi dalam satu waktu.

b. Alderfer’s ERG Theory

Sebuah teori yang membagi kebutuhan menjadi 3 Jenis yaitu Existence,


Relatedness dan Growth. Menurut Alderfer kebutuhan pada lebih dari satu level
dapat menjadi sumber motivasi pada waktu yang sama.

c. Herzberg’s Motivator-Hygiene Theory

Sebuah teori yang mengatakan bahwa kebutuhan seseorang ada 2 macam yaitu
motivator needs dan hygiene needs. Motivator needs adalah yang berhubungan
dengan lingkungan kerja itu sendiri dan seberapa menantang pekerjaan tersebut,
misal otonomi, tanggung jawab, kesempatan berkembang, dan sebagainya.
Sedangkan hygiene needs berhubungan dengan hal fisik maupun psikologis dari
pekerjaan tersebut, seperti atmosfer kantor, gaji, keamanan, dan sebagainya.

d. McClelland’s Need for Achievement, Affiliation and Power

Need for achievement diartikan sebagai sebuah tingkat keinginan individu untuk
dapat menyelesaikan suatu pekerjaan dengan baik dan memenuhi standar yang
diinginkan.

19
Need for affiliation dapat diartikan sebagai tingkat keinginan seorang individu
untuk membentuk hubungan serta relasi yang baik dengan lingkungan sekitarnya
sehingga individu tersebut dapat diterima oleh orang-orang di sekitarnya. Need for
power Adalah tingkat keinginan seorang individu untuk mengontrol atau
mempengaruhi orang lain. Setiap pekerjaan memiliki porsi kebutuhan yang
berbeda-beda dari 3 macam kebutuhan tersebut.

3. Equity Theory

Teori motivasi ini berkonsentrasi kepada persepsi seseorang tentang keadilan dari sebuah
hasil yang didapatkan apakah proporsi dengan usaha yang diberikan. Equity Adalah
sebuah keadaan dimana seseorang merasa bahwa perbandingan antara hasil yang
didapatkan dan usaha yang diberikan sama dengan perbandingan seseorang yang menjadi
referensinya. Sedangkan inequity, adalah keadaan sebaliknya, dapat berupa
underpayment atau overpayment. Motivasi tertinggi didapatkan ketika orang-orang yang
berada dalam organisasi memiliki persepsi bahwa mereka memiliki perlakuan atau hak
yang sama antara usaha yang diberikan dan hasil yang akan didapatkan. Perlakuan atau
hak yang sama bagi semua orang, contohnya:

a. Distributive justice : para tenaga kerja memiliki persepsi bahwa semua memiliki
kesempatan yang sama seperti promosi, gaji, tugas serta kondisi lingkungan kerja
dalam organisasi.
b. Procedural justice : Para tenaga kerja memiliki persepsi keadilan dalam
pengetahuan prosedur cara penilaian suatu hasil pekerjaan.
c. Interpersonal justice : Para tenaga kerja memiliki hak untuk mendapatkan
perlakuan yang sama ketika mendapatkan hasil yang didapatkan dari usahanya.
d. Informational justice : Para tenaga kerja mengetahui tingkat penjelasan atau
informasi yang diberikan oleh seorang manajer tentang sebuah keputusan atau
prosedur yang disampaikan kepada mereka.

20
4. Goal Setting Theory

Sebuah teori yang berfokus pada identifikasi tipe tujuan yang paling efektif dalam
menghasilkan tingkat motivasi serta performa yang paling tinggi serta penjelasan
mengenai efek dari tujuan tersebut .Dalam teori ini untuk menstimulasi motivasi dan
performa yang tinggi tujuan haruslah berupa sesuatu yang spesifik dan menantang.
Sebuah tujuan yang spesifik dan menantang dapat menjadi sebuah motivasi karena
pertama tujuan tersebut dapat memotivasi seseorang untuk memberikan usaha di dalam
pekerjaannya kemudian hal tersebut juga membuat seseorang menjadi lebih persisten
ketika mereka menemui kesulitan .Kedua, tujuan yang spesifik dan menantang dapat
memotivasi seseorang agar lebih fokus kepada usaha yang diberikan agar sesuai dengan
tujuan yang ingin dicapai, sehingga seseorang akan membuat sebuah action plan untuk
mencapai tujuan tersebut.

5. Learning Theory

Sebuah teori motivasi tentang bagaimana seorang manajer dapat membuat


kesinambungan antara hasil yang diinginkan oleh tenaga kerja dengan performa kerja
yang diinginkan serta tingkat pencapaian tujuan. Learning sendiri dapat diartikan sebagai
perubahan dalam pengetahuan atau perilaku seseorang sebagai hasil dari latihan atau
pengalaman. Ada 2 macam learning theories:

a. Operant Conditioning Theory

Operant conditioning theory adalah sebuah teori dimana seseorang belajar untuk
memberikan performa yang membawa kepada konsekuensi yang diinginkan dan
belajar untuk tidak memberikan performa yang menuju kepada konsekuensi yang
tidak diinginkan. Ada 4 tools yang dapat digunakan oleh seorang manajer dalam
teori operant conditioning:

● Positive Reinforcement : Tenaga kerja mendapatkan hasil yang mereka


inginkan ketika memberikan performa yang berarti bagi organisasi seperti
gaji serta promosi.

21
● Negative Reinforcement : Penghilangan atau eliminasi hasil yang tidak
diinginkan ketika seseorang memberikan performa yang berarti bagi
organisasi seperti komplain, kritik atau ancaman pemecatan.
● Extinction : Meredam perilaku kinerja yang kurang baik dengan
menghilangkan hal yang membuat mereka melakukan hal tersebut.
● Punishment : Pemberian konsekuensi yang tidak diinginkan atau negatif
ketika terjadi perilaku yang tidak sesuai.
b. Social Learning Theory

Social learning theory adalah sebuah teori tentang bagaimana pembelajaran dan
motivasi seseorang dipengaruhi oleh pikiran serta keyakinan orang tersebut itu
sendiri beserta pengamatannya terhadap perilaku orang lain. Pada teori ini
dijelaskan bagaimana seseorang dapat termotivasi melalui observasi kepada
performa kinerja orang lain (vicarious learning), bagaimana seseorang dapat
termotivasi untuk mengontrol perilakunya sendiri melalui penetapan sejumlah
target dan hasil yang diinginkan (self-reinforcement) serta bagaimana
kepercayaan diri seseorang tentang kemampuan mereka untuk memberikan
performa yang baik (self-efficacy) sehingga berubah menjadi sebuah motivasi

22
PEMIMPIN DALAM MENGELOLA KONFLIK

Konflik merupakan segala sesuatu yang membuat seseorang menjadi tidak percaya dan tidak
nyaman berada di tempat kerja. Konflik dapat terjadi diantara pimpinan dan bawahan, hal itu
dapat disebabkan oleh adanya perbedaan pendapat, kepentingan, ketidakpastian pekerjaan, dan
pertentangan pekerjaan di antara kedua belah pihak yang akan mengakibatkan kinerja organisasi
menjadi lebih rendah yang kemudian berdampak pada perkembangan organisasi tersebut.
Adanya konflik yang dapat merusak dan merugikan organisasi disebabkan oleh manusia yang
selalu membesar-besarkan masalah yang ada dan menyebarkan isu-isu yang belum jelas
permasalahannya kepada orang lain. Konflik diperlukan untuk menciptakan perubahan dan
kemajuan. Konflik merupakan proses untuk mengembangkan kreativitas dan inovasi para
anggota tim.Konflik dapat diartikan dengan perbedaan, pertentangan, dan perselisihan. Konflik
merupakan masalah yang serius dalam setiap organisasi mau pun mendorong kerugian bagi
banyak karyawan yang baik. Konflik dapat bersifat menguntungkan atau konstruktif bagi
organisasi, namun ada konflik yang bersifat destruktif yang dapat mengganggu laju
perkembangan organisasi akan menurun, dan mengakibatkan kemunduran dalam organisasi. Hal
yang paling dasar yang dapat memicu konflik adalah kurangnya komunikasi dalam tim atau
komunikasi antar karyawan. Untuk mencegah konflik tersebut terjadi, pertama-tama bisa
dibangun standar komunikasi yang jelas dalam atau antar tim dan membiasakan untuk selalu
mengkomunikasikan segala hal yang berhubungan dengan pekerjaan dengan cara yang baik dan
benar. Manajemen konflik adalah salah satu pendekatan untuk menyelesaikan berbagai masalah
dengan dampak besar sehingga semuanya dapat terselesaikan. Untuk menyelesaikan masalah
atau konflik yang terjadi, diperlukan tatanan peraturan yang mengatur berbagai hal. Konflik tidak
akan bisa dihindari, tetapi bisa disikapi dengan bijaksana dan diambil sebagai pelajaran dan
motivasi untuk kemajuan di masa depan. Peran seorang pemimpin dalam menyelesaikan konflik
dapat ditempuh dengan berbagai cara yaitu, pertama apabila konflik terjadi karena muncul dari
dalam dirinya sendiri yang dapat meresahkan bagi orang yang berhubungan dengan dirinya
dengan memberikan beberapa saran yang membuat rasa percaya diri timbul, memberikan

23
kesempatan bawahan untuk merenung dan instropeksi, kemudian apabila konflik terjadi antar
individu strategi yang dapat digunakan adalah dengan menghindari konflik.

Memecahkan masalah melalui sikap kooperatif, mempersatukan tujuan dan menghindari konflik
agar tidak merusak perkembangan di dalam organisasi. Setiap pemimpin harus mampu
mengidentifikasi perilaku yang cenderung memancing kemarahan pihak lain, atau
memperlihatkan kurangnya kesadaran diri. Hal ini dapat diselesaikan melalui coaching dimana
seorang pemimpin dapat memulai dengan menetapkan suatu aturan dan mengharapkan semuanya
untuk menaati. Pimpinan seringkali diasosiasikan sebagai kegiatan yang berkaitan dengan tugas-
tugas tidak popular bagi sebagian orang, seperti misalnya menyelesaikan perselisihan yang
terjadi diantara dua belah pihak yang berseteru. Pimpinan harus secara aktif mendeteksi adanya
ketegangan dan berusaha memadamkannya agar tidak membesar dan melebar ke mana-mana.
Kepemimpinan juga menyangkut antisipasi yang tidak diharapkan.

24
PEMIMPIN DALAM MENGELOLA ORGANISASI

Pemimpin harus mempunyai kemampuan untuk melihat masa depan, mampu memprediksikan
perubahan-perubahan yang akan terjadi di masa depan, mampu melihat hambatan sekaligus
peluang yang menghadang organisasi pada tahun 10 sampai 20 tahun ke depan. Pemimpin
dituntut untuk menggunakan seluruh potensinya secara harmonis dalam mengembangkan dan
mengarahkan organisasi. Pemimpin tidak hanya membuat keputusan yang berdasarkan objektif,
rasionalitas, teknik-teknik statis, dan riset-riset yang mendalam, tetapi juga harus mampu
menggunakan rasa ingin tahunya, intuisinya, emosi, pemikiran yang mendalam, pengalaman
pribadi, mimpi-mimpi, dan harapan. Pemimpin mempunyai hubungan berfokus pada orang yang
menginspirasi dan memotivasi bawahan berdasarkan pada kekuasaan personal, berlaku seperti
pelatih, fasilitator, dan pelayanan. Pemimpin dipilih karena sifat serta kualitas pribadinya yang
menonjol dibandingkan dengan orang lain. Pemimpin mempunyai pengetahuan mengatur segala
jenis pekerjaan untuk mencapai tujuan organisasi, pemimpin bekerja untuk menciptakan budaya
organisasi, strategi yang melingkupi seluruh organisasi. Empat sudut pandang organisasional
pemimpin, yaitu:

1. Sudut pandang structural yaitu pemimpin yang berfokus pada pemikiran structural ini
akan melihat organisasi sebagai mesin yang menuntut efisiensi, dan membuat keputusan
berdasarkan efisiensi ekonomik. Pemimpin melihat organisasi dengan menggunakan
sistem rasional, mengklarifikasikan tugas-tugas secara mendetail. Pemimpin menuntut
adanya deskripsi pekerjaan yang jelas, kebijakan, dan prosedur spesifik dalam kegiatan
kerja, semua ini untuk menyediakan keteraturan, efisiensi, dan kontinuitas kinerja.
2. Sudut pandang sumber daya manusia yaitu pemimpin yang lebih banyak berusaha
menyesuaikan sistem yang ada di organisasinya agar sesuai dengan kebutuhan manusia
dan anggotanya. Pemimpin menghargai hubungan manusiawi, perasaan, dan memimpin
melalui pemberdayaan dan dukungan. Pemimpin memberikan kesempatan untuk
pengembangan pribadi dan profesionalitas bawahannya, dengan memberikan ruang
terbuka untuk mengemukakan pendapatnya, mau membantu dan melayani bawahannya.

25
3. Sudut pandang politik yaitu pemimpin yang memiliki cara pandang seperti membangun
jaringan kerja dan koalisi kekuasaan untuk mempengaruhi keputusan. Hal positif dari
pemimpin adalah kemampuannya dalam membangun koalisi kekuasaan, mampu
melakukan negosiasi, dan kemampuan menyatukan seluruh anggota organisasi dalam satu
visi agar kebutuhan organisasi terpenuhi.
4. Sudut pandang simbolik yaitu pemimpin memandang organisasi sebagai sebuah sistem
makna bersama yang penuh dengan nilai-nilai yang harus dipenuhi. Pemimpin simbolik
berfokus pada visi bersama, budaya, dan memberikan inspirasi bawahannya agar
mencapai tingkat tertinggi dalam kinerja dan komitmennya terhadap organisasi.

26
DAFTAR PUSTAKA

Carlos Montes, 2012. Affective Choice Of Conflict Management Styles. International Journal Of
Conflict Management Vol. 23.

Dean J. Pluit dan Rubin Jeffry. 2004. Teori Konflik Sosial. Yogyakarta, Pustaka Pelajar.

T. Hani Handoko. 1998. Manajemen Personalia Dan Sumber Daya Manusia. Edisi 2.
Yogyakarta, BPPE.

Fitri Anggarsari. 2016. Pentingnya Motivasi Dalam Berbisnis (Fakultas Ilmu Komputer,
Universitas Brawijaya) Tim KKN-P untuk PT. Zahir Internasional.

Manullang. M., Marihot. Manullang. 2001. Manajemen Personalia, Yogyakarta


Gajah Mada University Press.

Prasetyo Iis, 2007. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Kinerja (FE. Univ. Trunojoyo)
Masmuh, Abdullah. 2010. Komunikasi Oganisasi Dalam Perspektif Teori dan Praktek, Malang:
UPT. Penerbitan Universitas Muhammadiyah.
Yonulis.com. (2020, April) Motivation, Performance and Leadership. Diakses pada 1 April
2021. Pada https://yonulis.com/2020/04/28/motivation-performance-and-leadership-3/.

27

Anda mungkin juga menyukai